Oleh:
Pramudya Bagas Abdul Rahmad Masumi
K1A1 K1A1
Nirmalawati Linar Evin Desmawan
K1A1 K1A1
Mardhatillah Abdullah Dita Citra Pratiwi
K1A1 K1A1
Pipit Layakharisma Nurfitrah Wahyuni
K1A1 K1A1
Sri Wahyuni Darwangsah Adhe Arya
K1A1 K1A1
Waode Nurul Rezki
K1A1
Pembimbing:
dr. Ika Rahma Mustika Hati, M.KK
WHOmemperkirakanjumlahkasusmalariasetiaptahunnyaberkisarantara
WorldMalariaReport 2015menyebutkan
tahunnya karena malaria berat. Dari data tersebut terlihat bahwa ada beberapa
yang diduga malaria dan 155.670 kasus yang terbukti positfi malaria
2014).
Walaupun yangtermasuk daerah endemis hanya empatdaerah tersebut,
pedalaman(Lolombulan, 2015).
Dengan kata lain, besar kemungkinan anggota TNI AD diberikan
tugas untuk mengabdi didaerah endemis malaria seperti yang telah dijabarkan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
2. Bagi Pasien
A. Definisi
melalui gigitan nyamuk akan hidup dan berkembang biak dalam sel darah
merah manusia. Penyakit ini menyerang semua kelompok umur baik laki-
B. Epidemiologi
WHOmemperkirakanjumlahkasusmalariasetiaptahunnyaberkisarantara
WorldMalariaReport 2015menyebutkan
RI, 2014).
Morbiditas malaria pada suatu wilayah ditentukan olehAnnual Parasite
malaria sebesar 1,4% dengan angka API tahun 2015 sebesar 0,85% dan
Sedangkan API Jakarta dan Bali memiliki angka API nol dan sudah
dengan persentasi API sebesar 31,29% dan untuk wilayah Sulawesi Tenggara
Padatahun2016jumlahkasuspositifmalariadiSulawesiTenggarasebanyak
hidupyangcenderungtidakmendukungupaya
pemberantasanpenyakitmalaria,namundemikianpadatahuniniKabupatenButond
dibandingtahun sebelumnya.Dariseluruhkasusmalariayangtercatat,
terdapat2kasuskematianyangdilaporkan,keduanyaberasaldariKabupatenMuna (
C. Etiologi
RI, 2017).
2. Plasmodiumvivax,penyebabmalaria tertiana.
3. Plasmodium malariae, penyebab malariamalariae(quartana)
4. Plasmodiumovale,penyebabmalaria ovale.
2011).
D. Patofisiologi
adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga
dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain
makrofag dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun
yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit
dan kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak
sampai kurang dari 20.000 sel darah merah /mm3. Infeksi falsifarum
2. Anemia
Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain,de
billirubin serum, dan pada malaria falsifarum ia dapat cukup kuat untuk
kadang nekrotik, dalam sel kupffer hati dan dalam sumsum tulang, otak,
3. Kejadian immunopatologi
4. Anoxia jaringan
leakage protein dan cairan vaskular, edema, serta anoxia jaringan otak,
lebih berat
d) Kerentanan bervariasi secara genetik, beberapa fenotip sel darah
merah:
Hemoglobin S
Hemoglobin F
Thalassemia
E. Manifestasi Klinis
di ulu hati, atau muntah (semua gejala awal disebut gejala prodolmal).
Namunbisanya,malaria falciparumyangmenyebabkankeadaandaruratpada
penderita anak.
Nadi penderita sangat cepat, tetapi lemah. Bibir dan jari-jari pucat
pada penderita anak sering terjadi kejang Stadium ini berlangsung selama
15 menit – 1 jam.
2. Stadiumakme(puncak demam)
3. Stadiumsudoris(berkeringatbanyak, suhuturun)
Gejalaklasik(triasmalaria)berlangsung selama6–
10jam,biasanyadialami
olehpenderitayangberasaldaridaerahnonendemismalaria,penderitayang
daerahendemikmalariadimanapenderitatelahmempunyaikekebalan
selaluada,danseringkalibervariasitergantung spesiesparasitdanimunitas
(hiperendemik) seringkalipenderitatidakmengalamidemam,tetapi
(Widoyono,2011).
Gejala klasik(triasmalaria)lebihseringdialamipenderitamalariavivax,
sedangkanpadamalariafalciparum,gejalamenggigildapatberlangsungberat
ataumalahtidakada.Diantara 2periodedemamterdapatperiodetidakdemam
(Widoyono,2011) :
seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku
berubah)
3) Kejang-kejang
10) Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11) Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
F. Diagnosis
darah (gula darah, SGOT, SGPT, tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan foto
diagnosis pasti malaria dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
c. Sklera ikterik
d. Pembesaran limpa (splenomegali)
3. Pemeriksaan Laboratorium
c) Kepadatan parasite.
4. Distres pernafasan
5. Gagal sirtkulasi atau syok : pengisian kapiler > 3 detik, tekanan
7. Hemoglobinuria
Gambaran laboratorium :
3. Anemia berat (Hb < 5 gr% untuk endemis tinggi, <7 gr% untuk
<15%
6. Hemoglobinuria
G. Penatalaksanaan
2017).
umur.
selama 3 hari.
selama 14 hari.
Catatan :
badan ideal.
Perawatan
plasmodiumnya).
0,9%.
NaCl 0,9%.
intravena.
H. Prognosis
I. Komplikasi
1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau
respiratory distress
4. Gagal ginjal akut ( urin kurang dari 400 ml/24 jampada orang dewasa
8. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna, dan atau disertai
11. Diagnosa post- mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. L
Umur : 29 tahun
Alamat : Asrama Yonif 725 Woroagi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Kedudukan dalam keluarga : Anak kedua dari enam bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan/Pangkat : TNI Angkatan Darat/ Praka
Keluhan Utama
Pemeriksaan kesehatan
Anamnesis Terpimpin
Pasien datang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di Pelabuhan
Bungkutoko Kendari setelah bertugas di Perbatasan Papua New Gunea. Pasien
bertugas selama 9 bulan dan diketahui memiliki riwayat malaria pada bulan Mei
tahun 2018. Saat itu pasien merasakan keluhan demam, selama kurang lebih 5
hari. Demam hilang timbul yang tidak menentu. Keluhan juga disertai sakit
kepala, mengigil dan berkeringat. Keluhan lain yang dirasakan adalah mual dan
muntah berisi makanan. Buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal.
Saat itu, pasien sempat dirawat di pos kesehatan di Kabupaten Kerong Papua
selama 3 hari. Saat ini pasien tidak mengalami keluhan. Saat bertugas disana,
pasien diketahui memiliki kontak dengan penderita malaria.
Riwayat penyakit dalam keluarga
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat kebiasaan
Riwayat kebiasaan dalam hal ini yaitu pola makan berlebih (-), konsumsi
karbohidrat berlebih (-), berolahraga rutin (-), riwayat merokok (-), duduk dalam
durasi yang lama (+), megangkat beban berlebihan (+), beban kerja = shift kerja
pengamanan selama 12 jam/hari.
C. Uraian Tugas
Waktu Kegiatan
(WITA)
04.00 – 04.30 Bangun pagi
04.30 – 05.00 Sarapan pagi
05.00 – 06.00 Persiapan untuk kerja
06.00- 07.00 Apel pagi dan Briefing
07.00- 12.00 Shift pagi
12.00-13.00 Ishoma
13.00-19.00 Shift Siang
19.00-selesai Istirahat
G. Pemeriksaan Penunjang
Hasil rapid test malaria = positif malaria falciparum dan vivax.
H. Diagnosa Kerja
Malaria
I. Kategori Kesehatan
Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat dipulihkan.
J. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam
K. Permasalahan Pasien & Rencana Penatalaksanaan
Jenis Permasalahan
No. Medis & Non Rencana Tindakan
Medis (okupasi, dll)
1. Malaria Terapi Medikamentosa
- DHP (Dehydroarteminisin 40
mg+piperaquin phosphate 320 mg) 1 x 4
tablet selama 3 hari
- Primaquin 15 mg 1x3 tablet selama 14 hari
Terapi non medikamentosa
- Memakai kelambu/ lotion antinyamuk
- Segera menuju ke fasilitas layanan
kesehatan apabila ditemukan trias malaria
BAB IV
ANALISIS KASUS
plasmodium malaria dan plasmodium ovale. Daur hidup keempat spesies malaria
pada manusia umumnya sama. Proses ini terdiri dari fase seksual eksogen
(sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam
badan horpes. Fase aseksual mempunyai 2 daur yaitu skizogoni eritrosit dan
(Gandahusada,1998)
timbul yang tidak menentu. Keluhan juga disertai sakit kepala, menggigil,
tetapi beberapa strain P.vivax dapat sampai 6 – 9 bulan atau mungkin lebih lama.
Menurut Kevin S et al, masa inkubasi untuk P. vivax lebih lama dibandingkan
malaria. Tetapi tidak adanya riwayat bepergian keluar kota tidak menyingkirkan
Control (CDC) 2007, gejala malaria tidak spesifik, dimulai dengan sindrom
muntah, dan diare), gangguan neurologi, dan sakit kepala. Demam adalah gejala
yang paling sering muncul sekitar 78% - 100% tapi demam yang periodik tidak
selalu muncul. Menurut WHO, gejala klinis saja tidak dapat menegakkan
diagnosis malaria karena pada daerah yang endemis gejala klinis tidak selalu
muncul. Kurva demam pada permulaan penyakit tidak teratur tetapi kemudian
kurva demam menjadi teratur, yaitu dengan periodisitas 48 jam. Serangan demam
mulai jelas dengan stadium menggigil, panas dan berkeringat. Demam dan
(CDC, 2007).
37,0 oC, nadi 80x/menit, dan 26x/menit. Tidak ditemukan konjungtiva anemis,
Menurut Kathryn N.S et al, demam pada penderita malaria sering dengan
suhu badan lebih dari 38oC (Suh, 2004). Anemia pada serangan pertama biasanya
belum jelas atau tidak berat, pada malaria menahun yang biasanya lebih jelas.
Malaria menyebabkan anemia hemolitik berat karena sel darah merah diinfestasi
kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit
Tes diagnostik cepat adalah alat yang mendeteksi antigen malaria pada
bersifat lebih spesifik tapi kurang sensitif bila dibandingkan dengan antibodi
terhadap satu spesies plasmodium, atau dapat mencakup 4 parasit malaria pada
adalah protein yang larut air yang diproduksi oleh bentuk aseksual dan gametosit
darah merah dan masih terdeteksi di darah selama minimal 28 hari setelah
eritrosit. pLDH telah ditemukan pada ke empat spesies malaria dan untuk setiap
Untuk rencana terapi malaria pada kasus ini penderita diberi DHP
320 mg piperakuin pospat dalam bentuk fixed dose (dosis tunggal) dan diminum
satu kali sehari selama tiga hari. Obat ini merupakan metabolit aktif dari
pengobatan radikal malaria yang disebabkan oleh P. vivax, dan P. ovale dan
Pada kasus ini pasien bekerja sebagai TNI AD yang baru saja pulang dari
kabupaten/ kota dengan penularan tinggi yang terutama berada di kawasan timur
Indonesia, yaitu Papua, Papua Barat, dan NTT. Pada 2016, di Papua terdapat
424.083 penderita yang diduga malaria dan 155.670 kasusyang terbukti positif
terakhir jalan kaki. Akses jalan di daerahpedalaman belum ada, dari satu pos
(Sandy, 2015). Akses jalan yang sulit pada saat melakukan patroli patok
bahwa sebagian prajurit yang terkena malariaadalah prajurit dari luar Provinsi
waktu 2016 hingga Juni 2017, prajurit TNI yang meninggal dunia akibat malaria
Griffith KS, Lewis LS, Mali S et al. 2007. Treatment of malaria in the United
States: a systemic review. JAMA. 297 (20): 2264 – 77
Harijanto, P.N., Nugroho, A., Gunawan, C.A. 2012. Malaria Dari Molekuler Ke
Klinis. EGC. Jakarta.
Hasugian, A. R., Purba, H. L., Kenangalem, E., Wuwung, R. M., Ebsworth, E. P.,
Maristela, R., et al. 2007. Dihydroartemisinin-piperaquine versus
artesunate-amodiaquine: superior efficacy and posttreatment prophylaxis
against multidrug-resistant Plasmodium falciparum and Plasmodium
vivax malaria. Clin Infect Dis. Halaman.1067-1074
Heridadi. 2013. Aspek Pertahanan Biologi (Biodefense)Pada Penugasan Operasi
Prajurit TNI di LuarNegeri. Disertasi S3 Universitas Gadjah Mada.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Infodatin Malaria. Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
Nurmansyah, Dian. 2016. Rapid Diagnostic Test untuk Malaria Falciparum.
Program studi magister ilmu biomedik kekhususan ilmu kedokteran dasar
mikrobiologi program pascasarjana universitas udayana. Denpasar
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2013. Pedoman Tata Laksana Malaria. Menteri
Kesehatan RI. Jakarta.
Putra, Teuku Romi Imansyah. 2011.Malaria Dan Permasalahannya.Jurnal Syiah
Kuala. Volume 11 nomor 2..
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, &
Pemberantasannya. Erlangga. Jakarta
Zulkarnain Iskandar, Setiawan Budi, Harijanto paul. 2014. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi ke-6. Interna Publishing. Jakarta.
Harijanto, P.N., Nugroho, A., Gunawan, C.A. 2012. Malaria Dari Molekuler Ke
Klinis. EGC. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Infodatin Malaria. Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2013. Pedoman Tata Laksana Malaria. Menteri
Kesehatan RI. Jakarta.
Pratamawati, D. dkk. 2019. Potensi Penularan Malaria Pada Prajurit Tentara
Nasional Indonesia (Studi Pada Batalyon Infantri 411 Kota
Salatiga).Vektora. Volume 11 Nomor 1 : 53 – 62.
Thang, N.G., Erhart,, Speybroeck, N., Hung, L.X., Thuan,L.K., Hung, C.T., Ky,
P.V. Marc Coosemans, M. 2008. Malaria in central Vietnam: analysis of
risk factorsby multivariate analysis and classification tree models. Malar
J. 7: 28.