Keperawatan Bencana (ICN) New New
Keperawatan Bencana (ICN) New New
A. Pengertian
2. Dampak pribadi
Pada sebuah bencana. Perawat akan menyaksikan dan terpanguruh terhadapa apa
yang ada disekitarnya. Tanpa memperhatikan emosi yang terlibat dikarenakan bencana,
ketekunan perawata dalam menyediakan layanan pada saat bencana sangat penting untuk
hasil yang maksımal. Perawat yang bekerja pada saat bencana juga merasakan kehilangan.
Dikarenakan oleh kurangnya komunikasi atau beban kerja, serta tidak mengetahui status
dan keaadaan dari keluarga dan sahabatnya. Keluaraga perawat, tidak adapat mengetahui
keadaan perawat hingga bencan mereda. Saat bencana , juga terjadi peningkatan
permintaan fisikmseperti pekerja dalam shift yang lama secara abnormal, kondisi yang
sulit.
Hal ini merupakan suatau petugas kesehatan dalam bencana untuk memberikan
layanan kepada orang lain ketika mereka harus memperhatikan kebutuhan pribadi. Perawat
herus mengerti bagaimana sebuah bencana dapat mempengaruhi mereka, dengan segera
maupun jangka panjang, dan mengembangakan strategi koping dan mendukung jaringan
kerjanya untuk perawatan diri dan sesamanya dalam komunitas keperawatn
4. Kurangnya pengakuan
5. Critical thinking
6. Adaptabilitas
7. Kepemimpinan (Leadership )
Perawat haraus dapat menggunakan kemampuan memimpinnya dengan sempurna
untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi segala kegiataan ketika seluruh fase bencana.
Perawat dalam posisi leader membutuhkan tidak hanya mengatur perawat lain ketika
bencana, tetapi juga untuk mengarahkan keseluruhan respon petugas kesehatan.
Dalam respon bncana, ketua perawat melihat efektifitas dari respon yang ada,
mereka adalah cordinator yang menggunakan peagalaman dan pegetahua untuk
membentuk usaha koordinasi personel dan juga sumber daya dan pasokan berlari
Perawat memegang peran penting di tiap tahap- tahap bencananya, peran perawat
dibagi menjadi tiga tahap yakni:
1. Masa pre-impact
2. Masa impact
Menurut Nursalam & Efendy (2008), Ada empat hal yang merupakan karakteristik
kompetensi,yaitu:
a) Motif
Sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan oleh seseorang yang
menyebabkan ,umculnya suatu tindakan . motif akan mengarahkan atau menyeleksi
sikap menjadi tindakan atau tujuan sehingga lain dari yang lain.
b) Bawaan
bawaan dapat berupa karakteristik fisik atau kebiasaan seseorang dalam merespon
suatu situasi atau informasi tertentu. Contoh kompetensi bawaan adalah bertindak
cepat dan tepat yang diperlukan oleh perawat gawat darurat. Pengendalian emosi diri
dan inisiatif yang tinggi merupakan kebiasaan merespon yang baik untuk perawat jiwa.
c) Pengetahuan Akademik
Suatu kompetensi seseorang dalam bekerja atau mengukur kebutuhan pengetahuan
dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan .
d) Keahlian (skill)
Kemampuan untuk melakukan aktifitas fisik dan metal, kompetensi keahlian
mental atau kognitif meliputi pemikiran analisis (memproses pengetahuan atau
bdata, menentukan sebab dan pengaruh dan rencana)
d. Pengetahuan akademik
Perawat harus memiliki informasi pada area yang spesifik. Pengetahuan merupakan
kompetensi yang kompleks. Skor pada tes pengetahuan seringkali kurang bermanfaat
untuk memprediksi kinerja seseorang ditempatnya bekerja karena sulitnya mengukur
kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan.
Pengetahuan akan dapat memprediksi apa yang dapat dilakukan seseorang. Bukan apa
yang akan dilakukan.
e. Keahlian
Keahlian (skil) kemampuan untuk melakukan aktifitas fisik dan mental. Kompetensi
keahlian mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau
data, menentukan sebab dan pengaruh, serta mengorganisasi data dan rencana) juga
pemikiran konseptual (pengenalan pola data yang kompleks).
A. Kompetensi pencegahan/mitigasi
Memang hampir tidak mungkin untuk mencegah terjadinya suatu bencana
yang sifatnya alami tetapi dampak kerusakan yang ditimbulkannya memang dapat
kita kecilkan atau minimalkan. Pada sebagian besar kasus, aktifitas mitigasi ditujukan
untuk mengurangi kerentanan sistem(misal : dengan memperbaiki atau menegakkan
aturan bangunan) Namun, dalam beberapa kasus aktifitas mitigasi ditunjukkkan
untuk mengurangi besarnya bahaya (misal : dengan mengalihkan aliran sungai).
Istilah pencegahan bencana menyiratkan bahwa eliminasi kerusakan akibat suatu
memang dimungkinkan, tetapi hal ini tidak realistis untuk sebagian besar bahaya
( Pan American Health Organization, 2006)
Korban medis dapat diturunkan secara tajam melalui perbaikan mutu
bangunan rumah, sekolah , bangunan swasta atau umum lainnya. Walau upaya
mitigasi bencana disector ini memiliki dampak kesehatan yang jelas, tanggung jawab
langsung sector kesehatan terbatas hanya dalam memastikan keamanan fasilitas
kesehatan dan layanan kesehatan masyarakat, termasuk system penyediaan air
bersih dan system pembuangan air kotor (Pan American Health Organization, 2006).
B. Kompetensi kesiapsiagaan/preparedness.
Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan
memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan
akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan
kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana
(Japanese Red Cross & PMI, 2009)
Kesiapsiagaan menghadapi bencana merupakan suatu aktifitas lintas sector
yang berkelanjutan. Kegiatan ini membentuk suatu bagian yang tak terpisahkan
dalam system nasional yang bertanggung jawab untuk mengembangkan
perencanaan dan program pengelolaan bencana (pencegahan,mitigasi,
kesiapsiagaan, respons, rehabilitasi atau rekontruksi) (Pan American Health
Organization, 2006)
Tujuan khusus kesiapsiagaan bencana adalah menjamin bahwa system,
prosedur dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya masing-masing untuk
memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi korban bencana sehingga dapat
mempermudah langkah-langkah pemulihan dan rehabilitasi layanan (Pan American
Health Organization, 2006)
C. Kompetensi respon
Menurut Japanese Red Cross & PMI (2009), Fase respon (tindakan) adalah fase
dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau
harta kekayaan. Aktifitas yang dilakukan secara kongkret yaitu :
1). Instruksi pengungsian
2). Pencarian dan penyelamatan korban
3). Menjamin keamanan dilokasi bencana
4). Pengkajian terhadap kerugian akibat bencana
5). Pengkajian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat.
6). Pengirimanan dan penyerahan bahan material.
7). Menyediakan tempat pengungsian.
D. Kompetensi recovery/rehabilitasi.
Fase pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan, tetapi
fase ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri dapat
memulihkan fungsinya seperti sediakala (sebelum terjadi bencana). Orang-orang melakukan
perbaikan darurat tempat tinggalnya pindah kerumah sementara, mulai masuk sekolah ataupun
bekerja kembali sambil memulihkan lingkungan tempat tinggalnya. Kemudian mulai dilakukan
rehabilitasi lifeline dan aktifitas untuk membuka kembali usahanya (Japanese Red Cross & PMI,
2009).
Institusi pemerintah juga mulai memberikan kembali pelayanan secara
normal serta mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi sambil terus memberikan
bantuan kepada para korban. Fase bagaimanapun juga merupakan fase pemulihan dan tidak
sampai mengembalikan fungsi-fungsi normal seperti sebelum bencana darurat ke kondisi
tenang (Japanese Red Cross & PMI,2009).
Anonymous. (2006). Bencana Alam : Perlindungan Kesehatan Masyarakat (alih bahasa Munaya
Fauziah). Jakarta : EGC.
Japanese Red Cross Society & PMI. 2009. Keperawatan Bencana. Banda Aceh : Forum
Keperawatan Bencana.