Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PROSES KELOMPOK SELF HELF GROUP (SHG)

Dosen Pembimbing:
Dr. Faisal Ibnu, S.Kep.Ns., M.Kes
Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
SELF HELP GROUP (SHG)
A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahap akhir dari fase kehidupannya. Dalam perkembangannya
kelompok lansia ini mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara
bertahap yang diakibatkan oleh proses penuaan. Proses penuaan merupakan
akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan fisiologi organ tubuh
yang berlangsung seiring berlalunya waktu, selain itu proses penuaan akan
meningkatkan kemungkinan terserang penyakit bahkan kematian (Azizah,
2011). Proses penuaan ini juga mengakibatkan elastisitas arteri berkurang.
Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku sehingga menyebabkan tekanan
darah tinggi atau hipertensi (AS, 2010).
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan darah tinngi merupakan salah
satu penyakit tidak menular (PTM) dimana tekanan darah seseorang sama
dengan atau lebih dari 140 mmHg untuk sistolik dan untuk diastolik sama
dengan atau lebih dari 90 mmHg (Nurarif & Kusuma, 2015). Penyakit
hipertensi ini sering disebut silent kiler karena pada sebagian besar kasus,
penyakit mematikan ini tidak menunjukkan gejala apapun, hingga pada suatu
hari hipertensi menjadi stroke dan serangan jantung yang mengakibatkan
penderitanya meninggal dunia. Bahkan sakit kepala yang sering menjadi
indikator hipetensi tidak terjadi pada beberapa orang atau dianggap keluhan
ringan yang akan sembuh dengan sendirinya (Sari, Usma, Majid, & Sari,
2019).
Hipertensi telah menjadi masalah global, angka kejadian hipertensi ini
terus meningkat. Berdasarkan Pengkajian Komunitas yang dilakukan didesa
Sengon didapatkan data bahwa prevelensi hipertensi sebesar (30%). Penyakit
hipertensi pada lansia di desa sengon ini termasuk urutan ke 2 dari 4 penyaki
lansia terbanyak yang terjadi didesa Sengon.
Kebutuhan akan bimbingan dan konseling hipertensi sangat diperlukan
individu, karena individu merupakan pribadi yang unik yang sedang
berkembang kearah kematangan. Dampak modernisasipun menjadi salah satu
latar belakang perlunya bimbingan dan konseling, karena dampak dari
modernisasi itu yang dapat memunculkan promblema sosial dan pribadi
sehingga bimbingan dan konseling sangat diperlukan di era grobalisasi ini.
Pemberian bimbingan dan konseling memerlukan beberapa pendekatan
konseling yang dapat menunjang pelaksanaan konseling, salah satunya yaitu
self help group atau kelompok bantuan diri.
B. Pengertian
Pengertian self help group merupakan sekumpulan orang yang
mempunyai keinginan untuk berbagi permasalahan, saling membantu terhadap
hal yang dialami atau yang menjadi fokus perhatian bertujuan mengatasi
masalah dan meningkatkan kemampuan kognitif dan emosional sehingga
tercapai perasaan sejahtera. Mutual help group atau self help group adalah
group komunitas baru dan supportif yang berhubungan satu sama lain dalam
jaringan sosial, memuaskan orang lain yang membutuhkan yang berada dalam satu
lingkaran dan mereka belajar bagaimana menghadapi pengalaman baru (Silvmen,
1980 dalam Hunt 2004). Self`help group biasanya berawal dan didirikan oleh
orang-orang yang mempunyai masalah yang sama, memberikan dukungan
antar masing-masing anggota dengan lingkungan yang saling mengerti dan
aman.
C. Tujuan Self Help Group
Tujuan self help group dalam kelompok adalah memberikan support
terhadap sesama anggota dan membuat penyelesaian masalah secara lebih baik
dengan cara berbagi perasaan dan pengalaman, belajar tentang penyakit dan
memberikann asuhan, memberikan kesempatan caregiver untuk berbicara
tentang permasalahan dan memilih apa yang akan dilakukan, saling
mendengarkan satu sama lain, membantu sesama anggota kelompok untuk
berbagi ide-ide dan informasi serta memberikan support, meningkatkan
kepedulian antar sesama anggota sehingga tercapainya perasaan aman dan
sejahtera, mengetahui bahwa merekaa tidak sendiri.
D. Prinsip Self Help Group
Pembentukan self help group harus memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Tiap anggota kelompok berperan aktif untuk berbagi pengetahuan dan
harapan terhadap pemecahan masalah serta solusi melalui kelompok
2. Sesama anggota saling memahami, mengetahui dan membantu
berdasarkan kesetaraan , respek antara satu dengan yang lain dan
hubungan timbal balik.
3. Self help group merupakan kelompok informal dan dibimbing oleh
volunteer
4. Self help group adalah kelompok self supporting. Anggota self help
group berbagi pengetahuan dan harapan terhadap pemecahan masalah
serta menemukan solusi melalui kelompok. Pembiayaan untuk
pelaksanaan kegiatan ditanggung bersama kelompok
5. Kelompok harus menghargai privacy dan kerahasiaan dari anggota
kelompoknya
6. Pengambilan keputusan dengan melibatkan kelompok dan kelompok harus
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
E. Karateristik Self Hellp Group
Kelompok kecil berjumlah 10-12 orang, homogen, berpartisipasi penuh,
mempunyai otonomi, kepemimpinan kolektif, keanggotaan sukarela, non
politik dan saling membantu. Anggota bisa membaca dan menulis serta
berpartisipasi penuh dalam kegiatan.
F. Aturan dalam Self Help Group
Aturan dalam self help group adalah sebagai berikut:
1. Kooperatif
2. Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok
3. Mengekspresikan perasaan dan keinginan berbagi pengalaman
4. Penggunaan waktu efektif dan efesien
5. Menjaga kerahasiaan
6. Komitmen untuk berubah
7. Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat menerima satu sama lain,
mendengarkan, saling ketergantungan, mempunyai kebebasan, loyalitas,
dan mempunyai kekuatan.
G. Pengorganisasian Kelompok
1. Leader
Leader dipilih oleh anggota kelompok. Setiap anggota kelompok
bergantian menjadi leader. Tugas leader adalah;
a. Memimpin jalannya diskusi
b. Memilih topik pertemuan sesuai dengan daftar masalah bersama dengan
anggota kelompok
c. Menemukan lama pertemuan (60-120 menit)
d. Mempertahankan suasana yang bersahabat agar anggota dapat
kooperatif, produktif dan berpartisipasi
e. Membimbing diskusi dan menstimulasi anggota kelompok
f. Memberikan kesempatan peserta untuk mengekspresikan masalahnya,
berpartisipasi dan mencegah monopoli saat diskusi
g. Memahami opini yang diberikan anggota kelompok
2. Anggota kelompok
Anggota kelompok bertugas mengikuti jalannya proses pelaksanaan
self help group sesuai dengan yang kesepakatan kelompok dan leader.
Anggota kelompok juga harus berpartisipasi aktif selama proses kegiatan
berlangsung. Memberikan masukan, umpan balik selama proses diskusi,
dan melakukan simulasi.
3. Fasilitator
Fasilitator dalam kelompok ini adalah terapis. Tugas fasilitator
mendampingi leader, memberikan motivasi peserta untuk
mengungkapakan pendapat dan pikirannya tentang berbagai macam
informasi. Memberikan penjelasan masukan dan umpan balik positif jika
diperlukan.
H. Waktu pelaksanaan Self Help Group
Waktu pelaksanaan sesuai dengan kesepakatan kelompok. Pertemuan
dilaksanakan seminggu sekali, seminggu dua kali atau dua minggu sekali
disesuaikan dengan kebutuhan kelompok. Alokasi waktu yang diperlukan
selama kegiatan adalah selama 60-120 menit.
I. Tempat Pelaksanaan Self Help Group
Tempat pelaksanaan terapi ini menggunakan setting komunitas dapat
dilakukan dirumah salah satu keluarga, balai pertemuan, ataupun sarana
lainnya yang tersedia dimasyarakat.
J. Pelaksanaan self help group
Strategi pelaksanaan selft help group terbagi menjadi dua tahap yaitu:
1. Pembentukan selft help group terdiri dari dua pertemuan: pertemuan
pertama menjelaskan tentang konsep selft help group, pertemua kedua dan
seterusnya melakukan role play lima langkah kegiatan selft help group.
Kelima langkah kegiatan tersebut adalah:
a. Langkah 1 : Memahami masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan masalah yang oleh
masing–masing peserta. Setiap peserta menyiapkan masalah yang
dihadapinya. Pertemuan kedua dan seterusnya mendiskusikan kembali
apa ada masalah lain yang dialami oleh peserta. Hasil dari langkah
pertama adalah kelompok memiliki daftar masalah.
b. Langkah II : cara untuk menyelesaikan masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah peserta saling berbagi informasi
bagaimana cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan
daftar masalah yang sudah dibuat. Bila penyeselesaian masalah tidak
ditemukan kelompok dapat meminta tenaga kesehatan atau orang yang
ditunjuk dan sepakati oleh kelompok untuk memberikan cara
penyelesaian masalah. Pertemuan kedua dan seterusnya kegiatan yang
dilakukan adalah mendiskusikan cara penyelesaian masalah yang lain,
apakah ada tambahan. Jika cara penyelesaian masalah tidak ditemukan
dapat konsul kepada ahlinya.
c. Langkah III : Memilih cara pemecahan masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan tiap–tiap cara
penyelesaian masalah yang ada dalam daftar penyelesaian masalah dan
memilih cara penyelesaian masalah dengan pertimbangan faktor
pendukung dan penghambat dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Pertemuaan ke dua seterusnya adalah mendiskusikan apakah ada cara
lain yang dipilih dalam mengatasi masalah. Hasil dari langkah ke tiga
ini adalah daftar cara penyelesaian masalah yang dipilih.
d. Langkah IV : melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan yang dilakukan adalah tiap peserta melakukan role play
(bermain peran) cara penyelesaian masalah yang telah dipilih.
Pertemuan ke dua dan selanjutnya melakukan rol play cara lain yang
telah dipilih oleh kelompok. Hasil dari langkah ke empat adalah
kelompok memiliki daftar penyelesaian masalah yang sudah dilatih.
e. Langkah V : pencegahan kekambuhan
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan cara- cara
mencegah kekambuhan, tanda dan tanda kekambuhan dan tindakan
yang dilakukan saat kekambuhan terjadi. Pertemuan kedua dan
selanjutnya adalah mendiskusikan tentang cara lain untuk mencegah
kekambuhan dan tindakan yang dilakukan saat kekambuhan terjadi.
Hasil dari langkah kelima adalah daftar cara mencegah kekambuhan
dan tindakan yang dilakukan jika kekambuhan terjadi.
2. Implementasi
Implementasi adalah penerapan kegiatan selft help group.
Implementasi dilakukan sebagai upaya menjaga keberlangsungan kegiatan
selft help group agar dapat mencapai tujuan pelaksanaan selft help group
itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan adalah : menyusun jadwal kegiatan
selft help group, menyusun topik setiap pertemuan, menyusun leader
setiap pertemuan (leader yang dipilih merupakan anggota kelompok itu
sendiri, dan setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk
menjadi leader), melaksanakan, lima langkah kegiatan selft help group
yang di mulai dengan pembukaan, kerja dan penutup, mencatat
kemanpuan yang dimiliki oleh kelompok, melakuakn evaluasi
pelaksanaaan kegiatan kelompok.
PROSES KELOMPOK

PERTEMUAN PERTAMA

Tujuan Umum : Memahami tentang Hipertensi


Tujuan Khusus :
1. Memahami konsep Hipertensi
2. Memahami langkah-langkah kegiatan Hipertensi

Setting :
a. Hari/Tanggal : Senin, 22 Oktober 2020
b. Waktu : 08.00 – 09.00 WIB
c. Tempat : Balai Desa Sengon

Alat :
1. Flipchart atau papan tulis
2. Buku kerja dan pulpen
3. Spidol

Metode :
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Role Play

Langkah-langkah :
a. Orientasi
1. Salam
2. Do’a
3. Memperkenalkan diri terapis dan peserta
4. Menanyakan perasaan peserta hari ini
5. Menjelaskan tujuan, waktu dan tempat
b. Kerja
1. Menjelaskan tentang konsep : pengertian, tujuan, prinsip, membuat
beberapa kesepakatan (nama kelompok, anggota kelompok) dan aturan
2. Menjelaskan 5 langkah kegiatan
a. Memahami masalah
b. Cara untuk menyelesaikan masalah
c. Memilih cara pemecahan masalah
d. Melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah
e. Pencegahan kekambuhan
c. Terminasi
1. Express feeling dan evaluasi pemahaman anggota tentang SHG
2. Rencana Tindak lanjut
3. Kontrak untuk pertemuan berikutnya
4. Doa
5. Mengucap salam

Evaluasi : Format Evaluasi


Dokumentasi : Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku
kerja masing-masing anggota
PERTEMUAN KEDUA DAN SETERUSNYA

Tujuan Umum : Peserta melakukan 5 langkah penyakit Hipertensi


Tujuan Khusus :
1. Identifikasi masalah
2. Mengetahui cara penyelesaian masalah
3. Memilih cara penyelesaian masalah
4. Melakukan cara penyelesaian masalah
5. Mengetahui cara mencegah kambuh

Setting :
a. Hari/Tanggal :
b. Waktu :
c. Tempat :

Alat / bahan :
1. Flipchart atau papan tulis
2. Buku kerja dan pulpen
3. Spidol

Metode :
1. Curah pendapat
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Role Play

Langkah-langkah :
a. Orientasi
1. Salam
2. Doa
3. Menanyakan perasaan anggota hari ini dan
evaluasi rencana tindak lanjut pertemuan sebelumnya.
4. Menyepakati topic permasalahan, tujuan, waktu
dan tempat
b. Kerja
1. Memahami masalah
2. Cara untuk menyelesaikan masalah
3. Memilih cara pemecahan masalah
4. Melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah
5. Pencegahan kekambuhan
6. Memberikan pujian
c. Terminasi
1. Express feeling dan evaluasi tentang masalah yang dipilih
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Doa
5. Mengucap salam

Evaluasi : Format Evaluasi


Dokumentasi : Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku
kerja masing-masing anggota
FORMAT BUKU SHG (Self Help Group)

Memahami Cara Penyelesaian Memilih Cara Melakukan Cara Mencegah


Tanggal
Masalah Masalah Penyelesaian Masalah Tindakan Kekambuhan
MATERI

A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan
atau peningkatan tekanan darah diastol diatas 90 mmHg (Bachrudin & Najib,
2016).
Hipertensi adalah adanya peningkatan tekanan darah sampai taraf yang
memungkinkan pasien mengalami peningkatan resiko kerusakan organ target
dibeberapa pembuluh darah, termasuk retina, otak, jantung, ginjal, arteri besar.
Hipertensi ditandai dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Hartanto
et al., 2010).
B. Faktor Risiko Hipertensi
Faktor yang Tidak Dapat Dimodifikasi
1. Usia
2. Genetik/Keturunan
3. Jenis Kelamin
4. Etnis
Faktor Yang Dapat Dimodifikasi
1. Obesitas
2. Minum Alkohol
3. Merokok
4. Konsumsi Garam
5. Penggunaan Jelantah
6. Minum Kopi
7. Stress
8. Cemas dan Emosi
9. Kurang Olahraga
C. Manifestasi Klinis
1. Tidak ada gejala

Hipertensi biasanya tidak akan menimbulkan gejala namun, akan


menimbulkan gejala setelah terjadi kerusakan organ, misalnya jantung,
ginjal, otak, dan mata.
2. Gejala yang sering kali terjadi

Nyeri kepala, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sulit untuk


tidur, lemah dan lelah (Asikin et al., 2016).
D. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan dengan
menggunakan obat-obatan.
2. Non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis adalah penatalksanaan tanpa
menggunakan obat-obatan, seperti istirahat yang cukup, diet, aktivitas
(olahraga), terapi herbal, berhenti merokok, terapi relaksasi.
E. Komplikasi
1. Stroke
2. Gagal ginjal
3. Gagal Jantung
4. Glaukoma

Anda mungkin juga menyukai