Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PELAKSANAAN SE L F H E L P GR OUP

1.1 Pengertian
Self help group merupakan kelompok informal yang anggotanya
saling berbagi pengalaman yang dialami, saling bekerja sama untuk
mencapai tujuan dan menggunakan kekuatan untuk melawan masalah
dalam hidupnya (Stuart, 2013). Self  help group  bertujuan membuat
 pasien dapat mempertahankan dan meningkatkan fungsi diri dan sosial
melalui kerjasama dan berbagi dalam menghadapi tantangan dalam
hidupnya. Self help group memahamkan orang bahwa mereka tidak
sendiri, dimana anggotanya saling membantu, mendukung dengan
menceritakan pengalaman dan alternatif cara dalam menyelesaikan
 permasalahannya (Varcarolis, 2010).
Self help  group  juga membicarakan tentang rasa ketakutan dan
 perasaan terisolasi (Townsend, 2009). Jadi self
Jadi  self help group merupakan
kelompok informal dengan anggota yang mengalami masalah yang
serupa sehingga dapat berbagi pengalaman, bekerjasama dan
mendukung dalam menyelesaikan masalah terkait diri dan sosial.
1.2 Tujuan self
 self help
help gro
gr oup
Tujuan  self help group dalam kelompok adalah memberikan  support
terhadap sesama anggota dan membuat penyelesaian masalah secara
lebih baik dengan cara berbagi  perasaan dan pengalaman, belajar
tentang penyakit dan memberikan asuhan, memberikan kesempatan
 peserta untuk berbicara tentang permasalahan dan memilih apa yang
akan dilakukan, saling mendengarkan satu sama lain, membantu sesama
anggota kelompok untuk berbagi ide-ide dan informasi serta
memberikan support, meningkatkan kepedulian antar sesama anggota
sehingga tercapainya perasaan aman dan sejahtera, mengetahui bahwa
mereka tidak sendiri
1.3 Prinsip Self
 Self help
help gro
gr oup
Pembentukan  self help group harus memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Tiap anggota kelompok berperan secara aktif untukberbagi
 pengetahuan dan harapan terhadap pemecahan masalah serta
menemukan solusi melalui kelompok.
b. Sesama anggota saling memahami, mengetahui dan membantu
 berdasarkan kesetaraan, respek antara satu dengan yang lain dan
hubungan timbal balik 
c. Self help group merupakan kelompok informal dan dibimbing oleh
volunteer 
d. Self help group adalah kelompok  self supporting . anggota  self help
 group  berbagi  pengetahuan dan harapan terhadap pemecahan
masalah serta menemukan solusi melalui kelompok. Pembiayaan
untuk pelaksanaan kegiatan ditanggung bersama kelompok 
e. Kelompok harus menghargai  privacy dan kerahasiaan dari anggota
kelompoknya.
 f. Pengambilan keputusan dengan melibatkan kelompok dan kelompok
harus bertanggung
harus bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan
2.4 Karakteristik self
 self help
help gro
gr oup
Kelompok kecil berjumlah 10-15 orang, homogen, berpartisipasi penuh,
mempunyai otonomi, kepemimpinan kolektif, keanggotaan sukarela,
non politik dan saling membantu.
2.5 Aturan dalam self
 self help
help gro
gr oup
Aturan dalam self
dalam self help group adalah sebagai berikut :
a. Kooperatif,
b. Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok
c. Mengekspresikan perasaan dan keinginan berbagi pengalaman
d. Penggunaan waktu efektif dan efisien.
e. Menjaga kerahasiaan
f. Komitmen untuk berubah
g. Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi,dapat menerima satu sama
lain, mendengarkan, saling ketergantungan, mempunyai kebebasan,
loyalitas, dan mempunyai kekuatan.
2.6 Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota self
anggota self help group ini
adalah
a. Pasien
 b. Bersedia untuk berpartisipasi penuh
c. Sukarela
d. Dapat membaca dan menulis
2.7 Pengorganisasian kelompok
2.7.1 Leader  Leader dipilih oleh anggota kelompok. Setiap anggota
kelompok bergantian menjadi leader . Tugas leader adalah :
a. Memimpin jalannya diskusi
 b. Memilih topik pertemuan sesuai dengan daftar masalah bersama
dengan anggota kelompok
c. Menentukan lama pertemuan (45 menit)
d. Mempertahankan suasana yang bersahabat agar anggota dapat
kooperatif, produktif dan berpartisipasi.
e. Membimbing diskusi dan menstimulasi anggota kelompok
f.Memberikan kesempatan peserta untuk mengekspresikan
masalahnya, berpartisipasi dan mencegah monopoli saat diskusi
g. Memahami opini yang diberikan anggota kelompok.
2.7.2 Anggota kelompok
Anggota kelompok bertugas mengikuti jalannya proses
 pelaksanaan  self help group 
group  sesuai dengan yang kesepakatan
kelompok dan leader. Anggota kelompok juga harus berpartisipasi
aktif selama proses kegiatan berlangsung. Memberikan masukan,
umpan balik selama proses diskusi, dan melakuka n simulasi.
2.7.3 Fasilitator
Fasilitator dalam kelompok ini adalah terapis.Tugas fasilitator
mendampingi leader, memberikan motivasi peserta untuk
mengungkapkan pendapat dan pikirannya tentang berbagai macam
informasi. Memberikan penjelasan, masukan dan umpan balik positif
 jika diperlukan.
2.8 Waktu pelaksanaan self
 self help
help gro
gr oup
Waktu pelaksanaan sesuai dengan kesepakatan kelompok.
Pertemuan dilaksanakan 2 hari sekali atau disesuaikan dengan
kesepakatan kelompok. Alokasi waktu yang diperlukan selama kegiatan
adalah 45 menit
2.9 Tempat pelaksanaan self
 self help
help gro
gr oup
Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting
menggunakan setting rumah sakit.
2.10 Pelaksanaan self
 self help
help gro
gr oup
Strategi pelaksanaan  self help group terbagi menjadi dua tahap
yaitu Pembentukan  self help group terdiri dari satu kali pertemuan
yaitu penjelasan tentang konsep  self help group dan role play
 pelaksanaan  self help group.
group. Berikut ini lima langkah kegiatan  self
help group:
group:
a. Langkah I: Memahami masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan masalah oleh
masing-masing peserta. Setiap peserta mengungkapkan masalah
yang dihadapinya. Hasil dari langkah pertama adalah kelompok
memiliki daftar masalah.
 b. Langkah II: Cara untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan yang dilakukan adalah peserta saling berbagi informasi
 bagaimana cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan
daftar masalah yang sudah dibuat. Berdasarkan daftar permasalahan
yang dipilih masing-masing, tiap anggota mengungkapkan cara
mengatasi permasalahan. Bila penyelesaian masalah tidak
ditemukan kelompok dapat meminta tenaga kesehatan jiwa atau
orang yang ditunjuk dan sepakati oleh kelompok untuk memberikan
cara peneyelesaian masalah untuk memberikan materi tentang
masalah kesehatan jiwa. Hasil dari langkah kedua adalah kelompok
memiliki daftar cara penyelesaian masalah
c. Langkah III: Memilih cara pemecahan masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan tiap-tiap cara
 penyelesaian masalah yang ada dalam daftar penyelesaian masalah
dan memilih cara penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan
faktor pendukung dan penghambat dalam menyelesaikan masalah
tersebut. Hasil dari langkah ke tiga ini adalah daftar cara
 penyelesaian masalah yang dipilih
d. Langkah IV: Melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah.
Kegiatan yang dilakukan adalah tiap peserta melakukan role play
(bermain peran) cara penyelesaian masalah yang telah dipilih. Hasil
dari langkah ke empat adalah kelompok memiliki daftar
 penyelesaian masalah yang sudah dilatih.
e. Langkah V: Pencegahan kekambuhan.
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan cara – cara
mencegah kekambuhan, tanda dan gejala kekambuhan dan tindakan
yang dilakukan saat kekambuhan terjadi. Hasil dari langkah kelima
adalah daftar cara mencegah kekambuhan dan tindakan yang
dilakukan jika kekambuhan terjadi. Jika masih ada yang perlu
disampaiakan dalam setiap langkah, maka dapat diungkapkan pada
 pertemuan berikutnya.
2.11 Implementasi
Implementasi adalah penerapan kegiatan  self help group.
Implementasi dilakukan sebagai upaya menjaga keberlangsungan
kegiatan self help group agar dapat mencapai tujuan pelaksanaan self
help group itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan adalah: menyusun
 jadwal kegiatan  self help group, menyusun topik setiap pertemuan,
menyusun leader setiap pertemuan (leader yang dipilih merupakan
anggota kelompok itu sendiri, dan setiap anggota kelompok
mempunyai kesempatan untuk menjadi leader ), melaksanakan lima
langkah kegiatan  self help  group yang dimulai dengan pembukaan,
kerja dan penutup, mencatat kemampuan yang dimiliki oleh
kelompok, melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.
BAB 2
SOP PETUNJUK PEMBENTUKAN SE LF H E LP GR OUP ( SHG )

2.1 Konsep Self Help Group


2.2 Tujuan
Tujuan Umum: peserta memahami tentang self help group
Tujuan Khusus:
- Peserta memahami konsep self help group
- Peserta memahami langkah-langkah kegiatan self help group
Setting
- Terapis dan peserta duduk bersama membentuk lingkaran
- Ruangan nyaman dan tenang
Alat
- Flipchart
- Buku kerja dan pulpe
Metode
Diskusi dan tanya jawab
Langkah-langkah
a. Orientasi
- Mengucapkan salam
- Membacakan doa pembuka
- Memperkenalkan diri terapis dan peserta
- Menanyakan perasaan peserta hari ini
- Menjelaskan tujuan, waktu dan tempat
 b. Kerja
- Menjelaskan tentang konsep: pengertian, tujuan, prinsip,
membuat beberapa kesepakatan (nama kelompok, anggota
kelompok) dan aturan-aturan.
- Menjelaskan 5 langkah kegiatan
c. Terminasi
- Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti pertemuan.
- Kesepakatan untuk waktu, tempat dan topik pertemuan
 berikutnya.
- Doa penutup. Mengucap salam penutup.
Evaluasi: Format Evaluasi
Dokumentasi: Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis
 pada buku kerja masing-masing anggota.
BAB 3
Role Play Self H elp Gr oup
Tujuan umum: Peserta dapat melakukan 5 langkah self help group
Tujuan khusus:
- Peserta dapat mengidentifikasi masalah yang dia lami
- Peserta dapat mengetahui cara penyelesaian masalah
- Peserta dapat memilih cara penyelesaian masalah
- Peserta dapat melakukan cara penyelesaian masalah
- Peserta dapat mengetahui cara mencegah kekambuhan
Setting:
- Peserta duduk melingkar bersama dengan terapis
- Klien dan fasilitator berada dalam suatu ruangan yang nyaman dan
menyenangkan
Alat / bahan:
- Flipchart
- Buku kerja dan pulpen
- Spidol
Metode:
- Curah pendapat
- Diskusi
- Tanya jawab
- Role Play
Langkah-langkah:
a. Orientasi
- Mengucapkan salam
- Membacakan doa pembuka
- Menanyakan perasaan peserta hari ini
- Menjelaskan tujuan, waktu pertemuan dan tempat pertemuan
 b. Kerja
- Demontrasi oleh terapis tentang 5 langkah self help group.
- Redemonstrasi oleh peserta 5 langkah self help group.
c. Terminasi
- Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti pertemuan
- Meminta setiap peserta melakukan cara yang sudah dianjurkan
- Kesepakatan untuk waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya
- Doa penutup
- Mengucapkan salam penutup
Evaluasi: Format Evaluasi
Dokumentasi: Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis
 pada buku kerja
masing-masing anggota
BAB IV
IMPLEMENTASI SE LF H E LP GR OUP
Implementasi self help group
Implementasi adalah penerapan kegiatan self help group. Implementasi
dilakukan sebagai upaya menjaga keberlangsungan kegiatan self help
 group agar dapat mencapai tujuan pelaksanaan  self help group itu
sendiri
Kegiatan self help group :
a. Menyusun jadwal kegiatan self help group
 b. Menentukan topik pada pertemuan sesuai dengan daftar masalah
yang disepakti.
c. Menentukan leader setiap pertemuan (leader yang dipilih
merupakan anggota kelompok itu sendiri, dan setiap anggota
kelompok mempunyai kesempatan untuk menjadi leader ).
d. Melaksanakan lima langkah kegiatan self help group.
Pedoman pelaksanaan self help group pada setiap pertemuan
a. Pembukaan
- Mengucapkan salam
- Membacakan doa pembuka
- Menanyakan perasaan peserta hari ini.
- Menanyakan cara yang sudah dilakukan kepada peserta.
- Menjelaskan tujuan, waktu pertemuan (45 menit atau sesuai
kesepakatan) dan tempat pertemuan
 b. Kerja
- Mendiskusikan masalah lain yang dihadapi berdasarkan daftar
masalah. Bila ada masalah baru, kelompok menulis pada daftar
masalah.
- Mendiskusikan cara mengatasi permasalahan yang terjadi
 berdasarkan daftar masalah yang sudah dibuat.
- Mendiskusikan cara penyelesaian masalah yang lain yang ditulis
dalam daftar cara penyelesaian masalah.
- Melakukan demonstrasi oleh peserta tentang cara penyelesaian
masalah yang telah dipilih.
- Mendiskusikan tindakan lain yang dapat dilakukan saat
kekambuhan terjadi.
- Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok menjalankan
langkah-langkah kegiatan self help group.
c. Penutup
- Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti pertemuan.
- Meminta setiap peserta melakukan cara yang sudah diajarkan.
- Kesepakatan untuk waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya.
- Doa penutup.
- Mengucapkan salam penutup.
Evaluasi dan Dokumentasi
a. Pelaksanaan
 b. Dokumentasi : pedoman pencatanan kegiatan self help group
DAFTAR PUSTAKA
Frisch & Frisch (2006). Psychiatric Mental Health Nursing. Canada: Thomson
Delmar Learning.
Hunt (2004). A Resource Kit for Self Help / Support Groups for People
Affeccted by an Eating Disorder dibuka pada
http://www.medhelp.org/njgroups/VolunteerGuide.pdf  tanggal 14 januari 2008
 pada Jam 19.30 WIB Kyrouz & Humphreys (2008). A Review Of Research On
The Effectiveness Of  Self-Help Mutual Aid Groups dibuka pada
http://telosnet.com/review/selfres.html 
tanggal 14 Februari 2008 Jam 19.00 WIB
 Noto, S. & Schreuder, P.A.M. (2010). Cinical Leprosy. Genoa Pantalone, M.
(2013). Alcohol-related problems and self-help groups: The situational
construction of self-image. Italian Sociological Review, 3(2), 71-83. Retrieved
from http://search.proquest.com/docview/1443261095?accountid=17242
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing . 10th Ed.
Canada: Evolve.
BAB 1
PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
PADA KELUARGA DENGAN KANAK  –  KANAK

Terapi Kelompok Terapeutik merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat


dilakukan pada berbagai situasi dan kondisi diantaranya pada keluarga yang
memiliki anggota keluarga dengan periode tahap tumbuh kembang. Berikut ini
akan disampaikan konsep terapi kelompok terapeutik.
2.1 Pengertian
Pengertian kelompok dalam terapi kelompok terapeutik adalah
individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lainnya, saling
ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia,
2005). Kelompok dapat dikategorikan dengan berbagai cara, antara lain
 berdasarkan konseptual dari kelompok tersebut, berdasarkan tujuan dan
 penanganan serta berdasarkan jumlah dari anggota kelompok atau
hubungan interpersonal anggotanya (Boyd & Nihart, 1998, p.316).
Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi
kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling
 berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah
yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk
mengendalikan stres. Kelompok terapeutik lebih berfokus pada
hubungan didalam kelompok, interaksi antara anggota kelompok dan
mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend, 2005).
Menurut Shives (1998) kelompok terapeutik berfokus pada
masalah stress emosional. Kelompok terapeutik selalu memusatkan
 pada tema yang spesifik dan mendidik secara alami serta meningkatkan
 potensi kelompok yang masih ada. Beberapa contoh dari kelompok
terapeutik adalah kelompok individu dengan penyakit terminal,
kelompok perkembangan untuk orang tua, kelompok untuk ibu yang
mengharapkan anak pertama mereka atau kelompok untuk keluarga
yang mempunyai anak dengan spina bifida atau kelahiran anak cacat.
2.2 Tujuan Terapi Kelompok Terapeutik
Tujuan terapi kelompok terapeutik adalah mempertahankan
homeostasis terhadap adanya perubahan yang tidak diperkirakan
sebelumnya maupun kejadian yang terjadi secara bertahap
(Montgomery, 2002). Terapi kelompok terapeutik membantu
anggotanya mengatasi stress dalam kehidupan, berfokus pada disfungsi
 perasaan, pikiran dan perilaku. Terapi ini dapat dilakukan pada semua
tingkat usia dengan gangguan fisik maupun psikiatri (Stuart & Laraia,
2005, p.678, dikutip dari Bonhote, et all, 1999). Kelompok terapeutik
membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik, krisis tumbuh
kembang atau penyesuaian sosial, misalnya kelompok wanita hamil
yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan dan penyakit
terminal. Secara garis besar  tujuan dari terapi kelompok terapeutik
adalah mengantisipasi dan mangatasi masalah yang diakibatkan
gangguan fisik dan psikiatri dengan mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh anggota kelompok itu sendiri (Keliat, 2005, h.11).
Kelompok terapeutik bertujuan untuk menurunkan rasa
terisolasi, meningkatkan penyesuaian kembali dan juga hubungan bagi
komunitas yang bermasalah serta meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah. (Gardner and Laselle, 1997 dalam Shives 1998).
Terapi kelompok terapeutik bertujuan untuk menawarkan
dukungan kepada pasien dari seseorang terapis selama periode
kekacauan, atau dekompensasi sementara, memulihkan dan
memperkuat pertahanan sementara serta mengintegrasikan kapasitas
yang telah terganggu (Kaplan dkk 1996).
2.3 Prinsip Terapi Kelompok Terapeutik
Prinsip terapi kelompok terapeutik harus memperhatikan prinsip-prinsip
: Dengan segera menolong klien, melibatkan dukungan keluarga dan
sistem sosial, berfokus  pada kondisi sekarang, menurunkan stress
dengan cara memberikan dukungan atau menggunakan obat  –   obatan
 bila dianggap penting, menggunakan tehnik klarifikasi dan pemecahan
masalah, membantu pasien untuk mengatasi krisis dimasa yang akan
datang dan secepatnya mencari pertolongan bila mengalami masalah
(Rockland,1989). Keterlibatan orang tua dalam melakukan stimulasi
 pada anak dengan kelompok umur  sesuai dengan perkembangannya
menjadi sangat penting, karena anak yang mendapat stimulasi yang
sesuai dengan kelompok usianya akan menjadi anak yang aktif, dan
tingkah lakunya terarah pada suatu tujuan perkembangan. Sebaliknya
anak yang tidak  pernah diberi stimulasi akan menjadi anak yang pasif,
kurang inisiatif dan kurang rasa ingin tahu terhadap keadaan sekeliling.
2.4 Karakteristik Terapi Kelompok Terapeutik
Kelompok kecil berjumlah 10 -12 orang, ibu atau bapak mempunyai
anak usia kanak  –  kanak, berpartisipasi penuh, mempunyai otonomi,
keanggotaan sukarela dan saling membantu untuk berbagi pengalaman
dalam hal memberikan stimulasi perkembangan anak.
2.5 Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik
Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik adalah sebagai berikut :
1. Kooperatif,.
2. Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok
3. Mengekspresikan perasaan dan keinginan berbagi pengalaman
4. Penggunaan waktu efektif dan efisien.
5. Menjaga kerahasiaan
6. Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat menerima satu sama
lain, mendengarkan, mempunyai kebebasan, loyalitas, dan
mempunyai kekuatan.
2.6 Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Terapi Kelompok
Terapeutik ini adalah
1. Orang tua yang memiliki anak usia kanak –  kanak
2. Tinggal serumah dengan anaknya
3. Bersedia untuk berpartisipasi penuh
4. Sukarela
5. Dapat membaca dan menulis
2.7 Waktu pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik
Waktu pelaksanaan sesuai dengan kesepakatan kelompok atau dengan
memanfaatkan waktu kunjungan posyandu. Pertemuan setiap sesi
dilaksanakan dalam 1 hari dan hari berikutnya untuk sesi yang berbeda
untuk memberikan kesempatan bagi orang tua memberikan stimulasi
 pada anaknya, sehingga pada sesi berikutnya keluarga dapat berbagi
 pengalaman tentang pemberian stimulasi perkembangan pada anaknya.
Alokasi waktu yang diperlukan selama kegiatan adalah 45 menit.
2.8 Tempat pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik
Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting komunitas dapat
dilakukan dirumah salah satu keluarga, balai pertemuan, ataupun sarana
lainnya yang tersedia dimasyarakat seperti posyandu.
2.9 Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik
Terapi kelompok terapeutik dilakukan pada keluarga yang mempunyai
anak pada masa kanak  –   kanak. Tujuan yang diharapkan keluarga
mampu meningkatkan kemampuan dalam memberikan kebutuhan tahap
tumbuh kembang kanak  –   kanak baik secara kognitif maupun
 psikomotor. Dalam penelitian ini panduan dimodifikasi dengan
mengadopsi tahapan terapi kelompok terapeutik oleh Mackenzie (1997)
dan modifikasi dari Townsend (2000) berupa tiga langkah terapi
kelompok terapeutik dan menurut Stuart and Laraia (2005) terdiri dari
dua langkah terapi kelompok terapeutik yang berisi stimulasi
 perkembangan dan aplikasi stimulasi perkembangan.
Pelaksaanaan terapi ini menggunakan area di komunitas dapat
dilakukan dirumah atau  pada kegiatan posyandu, balai pertemuan,
ataupun sarana lainnya yang tersedia dimasyarakat. Metode yang
dilakukan adalah dinamika kelompok, diskusi, tanya jawab dan role
 play. Strategi pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik dibagi menjadi
enam sesi (Modifikasi tahapan terapi kelompok terapeutik oleh
Mackenzie, 1997 dan modifikasi dari
Townsend, 2000 dan menurut Stuart & Laraia , 2005 ) serta
kombinasi dengan teori aspek perkembangan kanak –   kanak menurut
Soetjiningsih, 1997.
a. Sesi Pertama
Penjelasan konsep stimulasi otonomi anak : Pada sesi ini kegiatan yang
dilakukan adalah mendiskusikan pengalaman yang dihadapi oleh orang
tua dalam mengasuh anak pada masa kanak kanak, kebutuhan tahap
tumbuh kembang masa kanak  –  kanak, penyimpangan perilaku masa
kanak  –   kanak dan bagaimana selama ini memberikan kebutuhan
 perkembangannya. Hasil dari sesi pertama ini orang tua mengetahui
 perkembangan masa kanak  –   kanak, penyimpangan perilaku masa
kanak - kanak serta masalah yang muncul dan kebutuhan sesuai tahap
 perkembangan masa kanak –  kanak.
 b. Sesi Kedua
Penerapan stimulasi pada aspek motorik : Pada sesi ini kegiatan yang
dilakukan adalah mengajarkan keluarga melakukan stimulasi
 perkembangan pada aspek  motorik kasar yang meliputi : berlari,
melompat, berdiri pada satu kaki selama  beberapa detik, dan
menendang bola. Kemampuan motorik halus meningkat dari
menggambar lingkaran secara spontan sampai menggambar garis silang
dengan benar. Hasil yang diharapkan dari sesi dua ini keluarga mampu
memberikan stimulasi perkembangan pada aspek motorik dan mencoba
mempraktekan pada anak. Disamping itu keluarga mengetahui sejauh
mana kemampuan yang sudah bisa dicapai oleh anak sesuai dengan apa
yang sudah diajarkan.
c. Sesi Ketiga
Penerapan stimulasi pada aspek kognitif : Pada sesi ini kegiatan yang
dilakukan adalah mengajarkan keluarga untuk melakukan stimulasi
 perkembangan aspek kognitif yang meliputi : mengajarkan anak untuk
erbicara dan menguasai tata bahasa, melihat dan meniru kegiatan yang
dilakukan orang tua, mampu membedakan identitas seks dengan
mengatakan aa untuk laki –   laki dan teteh untuk  perempuan, menuruti
 perintah yang diberikan orang tua sampai anak mencapai tingkat fungsi
kognitif yang tinggi. Pada sesi ini keluarga mampu memberikan
stimulasi perkembangan pada aspek kognitif serta mengetahui tahapan
apa yang sudah dicapai dan apa yang belum tercapai pada aspek
kognitif.
d.Sesi Keempat
Penerapan stimulasi pada aspek emosional : Pada sesi ini kegiatan yang
dilakukan adalah mengajarkan keluarga untuk melakukan stimulasi
 perkembangan anak pada aspek emosional yang meliputi : keluarga
memberikan penghargaan, rasa senang, rasa aman dan nyaman pada
tempat bermain anak, membiarkan anak memutuskan sendiri hari ini
memakai baju apa dan yang mana, memberi kesempatan padanya untuk
mengenakan baju dan sepatunya sendiri bahkan menyisir, memberi
kesempatan anak untuk bermain di luar rumah, memberikan
kemandirian untuk  makan sendiri, memberikan penjelasan pada setiap
hal yang dilarang atau jika anak melakukan kesalahan melalui bahasa
yang mudah dimengerti. Semakin lama ia akan yakin dapat melakukan
tugas dengan mandiri. Pada akhir sesi ini diharapkan keluarga mampu
untuk memberikan stimulasi perkembangan pada aspek emosional
dengan memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman anak tatkala
diberikan kepercayaan terhadap sesuatu hal.
e. Sesi Kelima
Penerapan stimulasi pada aspek psikososial : Pada sesi ini kegiatan
yang dilakukan adalah mengajarkan keluarga untuk melakukan
stimulasi perkembangan anak pada aspek psikososial yang meliputi :
Berikan kesempatan anak memutuskan sendiri hari ini bermain apa dan
dengan siapa serta membiarkan anak melakukan hal –  hal yang tidak
membahayakan diri sendiri dan orang lain, menumbuhkan kemampuan
 bersosialisasi dengan mengajak anak bermain dengan teman sebaya dan
memberikan pujian setiap kali anak melakukan kegiatan dengan baik
Hal ini  berguna agar anak tidak timbul keraguan akan kemampuannya
dan mencegah perasaan malu. Secara sosial, usia kanak –   kanak sangat
terikat dengan orang tuanya dan sangat takut berpisah dengan orang
tuanya. Hubungan dengan teman sebaya masih terbatas pada interaksi
 bermain saja. Pada tahap ini anak memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi, Anak melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Pada akhir
sesi ini keluarga mampu memberikan stimulasi  perkembangan pada
aspek psikososial dengan mempraktikan bagaimana mengajari anak
untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar termasuk teman sebaya
f. Sesi Keenam
Berbagi pengalaman setelah dilatih untuk memberikan stimulasi
 perkembangan  pada kanak  –   kanak terkait perkembagan pada aspek
motorik, kognitif, emosional
dan psikososial : Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah
menanyakan cara stimulasi yang telah diajarkan dan apa manfaatnya
 bagi anak serta berbagi pengalaman antar anggota mengenai stimulasi
 perkembangan yang telah dilakukan selama ini. Keluarga mempunyai
komitmen untuk selalu memberikan stimulasi  perkembangan pada
anaknya.
BAB II
SOP PENERAPAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik pada masing –  masing sesi dan bagaimana melakukannya.
SESI I : Penjelasan Konsep Stimulasi Otonomi anak
1. Tujuan
a. Orang tua mampu menyampaikan pengalaman dalam mengasuh anak
usia kanak –   kanak dan berbagi pengalaman dengan anggota kelompok
yang lain
 b. Orang tua mampu menyebutkan tugas tahap perkembangan yang diraih
anak
c. Orang tua mampu mengetahui penyaimpangan perilaku masa kanak – 
kanak dan bagaiamana cara mengatasinya
2. Setting
a. Terapis dan orang tua serta anak duduk bersama secara melingkar
 b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Leaflet tentang stimulasi perkembangan anak usia 1,5 –  3 tahun
4. Metode
a. Dinamika kelompok
 b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan orang tua dan anak
2)Mempersiapkan alat dan tempat untuk melakukan stimulasi
 perkembangan
 b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a. alam dari terapis kepada orang tua dan anak
 b. Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis (pakai papan nama)
c. Menanyakan nama orang tua dan nama panggilan anak
2) Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan orang tua dan anak saat ini
 b. Menanyakan pengalaman mengasuh anak usia kanak - kanak
3) Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memberikan informasi dan berbagi
 pengalaman antar anggota kelompok tentang cara menstimulasi
kemampuan
 perkembangan anak
 b. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : terapi ini terdiri dari 6 sesi dan
setiap anggota harus mengikuti setiap sesi. Jika ada orang tua dan anak
yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada fasilitator
(terapis), lama kegiatan 45 menit, setiap orang tua dan anak mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai
c. Tahap Kerja
1) Tanyakan pada masing –  masing anggota kelompok tentang pengalaman
mengasuh anak usia kanak –  kanak.
2) Tanyakan pada orang tua tentang tugas perkembangan yang harus
dicapai anak usia kanak –  kanak
3) Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan pendapat
tentang stimulasi perkembangan anak –  anaknya.
4) Tanyakan pada orang tua tentang stimulasi perkembangan yang
diberikan padaanak
5) Berikan kesempatan pada orang tua untuk berbagi pengalamannya
tentang cara memberikan stimulasi perkembangan.
6) Berikan penjelasan cara memberikan stimulasi perkembangan pada anak
yang mencakup aspek motorik, aspek kognitif, aspek emosional dan
aspek psikososial dengan menggunakan media leaflet dan gambar.
7) Berikan penjelasan tentang perilaku anak yang menyimpang akibat
tidak terpenuhinya stimulasi perkembangan seperti minder, tidak mau
 bergaul dengan teman, takut berpisah dengan orang tua, tergantung
dengan orang tua dan suka main sendiri.
8) Berikan pujian akan kemampuan orang tua
9) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
 b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Memotivasi orang tua untuk lebih memahami mengenai kebutuha
stimulasi perkembangan usia kanak –  kanak.
 b. Menganjurkan pada orang tua untuk mencari tehnik mengenai stimulasi
inisiatif pada anak
3) Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu mengenai
tehnik stimulasi perkembangan anak pada aspek motorik.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
SESI II : Stimulasi anak untuk merangsang aspek motorik
1. Tujuan
a. Orang tua mampu menyebutkan stimulasi perkembangan yang diberikan
 pada anak untuk merangsang aspek motorik
 b. Orang tua mampu memberikan stimulasi perkembangan aspek motorik
 pada anak
2. Setting
a. Terapis dan orang tua serta anak duduk bersama
 b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Bola
 b. Pensil warna
c. Kertas
d.Leaflet atau gambar tentang anak yang sedang berdiri, meloncat dan
 berdiri dengan satu kaki
4. Metode
a. Dinamika kelompok
 b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan orang tua dan anak
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
 b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada orang tua dan anak
2) Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan orang tua dan anak
 b. Menanyakan kembali pemahaman orang tua tentang kebutuhan
stimulasi perkembangan anak
c. Menanyakan kembali tentang aspek –   aspek perkembangan yang harus
dicapai oleh anak
d. Menanyakan kembali penyimpangan perilaku yang bisa diakibatkan jika
tidak diberikan stimulasi perkembangan
3) Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan untuk
merangnsang perkembangan aspek motorik anak
 b. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika ada orang tua dan anak yang
ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit setiap orang tua dan anak
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c. Tahap Kerja
1) Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan pendapat
mengenai stimulasi perkembangan pada aspek motorik
2) Tanyakan pada orang tua tentang stimulasi perkembangan pada aspek
motorik yang telah diberikan pada anak
3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk berbagi pengalamannya
4) Jelaskan mengenai tehnik stimulasi perkembangan pada aspek motorik
yaitu mengajarkan keluarga untuk memotivasi anak berjalan, melompat
melempar dan menangkap bola serta membuat garis atau lingkaran di
kertas
5) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya
6) Terapis melakukan role play cara memberikan stimulasi perkembangan
motorik selama 5 menit pada satu anak
7) Beri kesempatan pada orang tua untuk melakukan stimulasi pada anaknya
8) Beri pujian/penghargaan atas kemampuan orang tua dan anak.
9) Tanyakan pada orang tua mengenai cara stimulasi yang baru dilakukan
10) Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan pada aspek motorik
yang telah dibahas.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
 b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada orang tua untuk mencoba untuk menstimulasi aspek
motorik pada anak pada setiap kesempatan
 b. Memotivasi orang tua untuk terus mencoba memberikan stimulasi pada
aspek motorik pada anak
3) Kontrak akan datang
a. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu mengenai
tehnik stimulasi perkembangan anak pada aspek kognitif.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.
SESI III : Stimulasi Inisiatif Anak untuk merangsang aspek kognitif
1. Tujuan
a. Orang tua mampu menyebutkan stimulasi perkembangan yang diberikan
 pada anak untuk merangsang aspek kognitif
 b. Orang tua mampu memberikan stimulasi perkembangan aspek kognitif
 pada anak
2. Setting
a. Terapis dan orang tua serta anak duduk bersama
 b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Puzzle tentang bentuk lingkaran, kotak, segitiga atau nama buah
 b. Leaflet atau gambar tentang gambar buah atau binatang
4. Metode
a. Dinamika kelompok
 b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1. Membuat kontrak dengan orang tua dan anak
2. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
 b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada orang tua dan anak
2) Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan orang tua dan anak
 b. Menanyakan kembali pemahaman orang tua mengenai stimulasi
 perkembangan yang dibutuhkan anak
c. Menanyakan kembali tentang aspek –   aspek perkembangan yang harus
dicapai oleh anak
d. Menanyakan kembali penyimpangan perilaku yang bisa diakibatkan jika
tidak diberikan stimulasi perkembangan
3) Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan untuk
merangsang perkembangan aspek kognitif anak
2) Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika ada orang tua dan anak yang
ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit setiap orang tua dan anak
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c. Tahap Kerja
1. Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan pendapat mengenai
stimulasi perkembangan pada aspek kognitif
2. Tanyakan pada orang tua tentang stimulasi perkembangan pada aspek
kognitif yang telah diberikan pada anak
3. Berikan kesempatan pada orang tua untuk berbagi pengalamannya
Jelaskan mengenai tehnik stimulasi perkembangan pada aspek kognitif :
mengajarkan pada keluarga untuk memotivasi anak memasangkan berbagai
 bentuk puzle lingkaran, segitiga atau nama buah sambil mengucapkan.
Misalnya mangga, apel, jeruk dll. Melatih anak untuk menirukan kegiatan
yang dilakukan orang tua misalkan tepuk tangan, angkat tangan atau
menggelengkan kepala.
5. Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya
6. Terapis melakukan role play selama 5 menit pada satu anak
7. Beri kesempatan pada orang tua untuk melakukan stimulasi pada anaknya
8. Beri pujian/penghargaan atas kemampuan orang tua dan anak.
9. Tanyakan pada orang tua cara stimulasi yang baru dilakukan
10. Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan pada aspek motorik
yang telah dibahas.
d. Tahap Terminasi Evaluasi
e. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
f. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada orang tua untuk mencoba untuk menstimulasi aspek
kognitif pada anak pada setiap kesempatan
 b. Memotivasi orang tua untuk terus mencoba memberikan stimulasi pada
aspek kognitif pada anak
Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu mengenai
tehnik stimulasi perkembangan anak pada aspek emosional.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.
SESI IV : Stimulasi Inisiatif Anak untuk merangsang aspek emosional
1. Tujuan
a. Orang tua mampu menyebutkan stimulasi yang diberikan pada anak untuk
merangsang aspek emosional
 b. Orang tua mampu memberikan stimulasi perkembangan emosional pada
anak
2. Setting
a. Terapis dan orang tua serta anak duduk bersama
 b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Sisir
 b. Sepatu anak
c. Leaflet tentang stimulasi perkembangan emosional anak
4. Metode
a. Dinamika kelompok
 b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan orang tua dan anak
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
 b. Orientasi
1) Salam terapeutik Salam dari terapis kepada orang tua dan anak
2) Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan orang tua dan anak
 b. Menanyakan kembali pemahaman orang tua mengenai
stimulasi perkembangan motorik dan kognitif yang telah
dilakukan pada sesi 1 –  3
c. Menanyakan tentang stimulasi perkembangan yang sudah
dilakukan pada anak
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan pada
aspek emosional
2) Menjelaskan peraturan terapi, yaitu:
a. Jika ada orang tua dan anak yang ingin meninggalkan kelompok,
harus meminta ijin pada terapis
 b. Lama kegiatan 45 menit
c. Setiap orang tua dan anak mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
d. Tahap Kerja
1) Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan pendapat
mengenaistimulasi perkembangan emosional
2) Tanyakan pada orang tua tentang stimulasi perkembangan aspek
emosional yang telah diberikan pada anak
3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk berbagi pengalamannya
4) Jelaskan mengenai tehnik stimulasi perkembangan pada aspek emosional
yaitu mengajarkan pada keluarga untuk memberikan kesempatan pada
anak memakai sepatu sendiri, menyisir rambut dan berikan penghargaan
setiap anak berhasil melakukan kegiatan. Memanggil nama anak,
menggunakan kata ”sayang”, pinter” dan bentuk pujian agar membuat
suasana nyaman dan senang ketika anak melakukan kegiatan tersebut
5) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya Terapis melakukan
role plays selama 5 menit pada satu anak
7) Beri kesempatan pada orang tua untuk melakukan stimulasi pada anaknya
8) Beri pujian/penghargaan atas kemampuan orang tua dan anak
9) Tanyakan pada orang tua cara stimulasi yang baru dilakukan
10) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.
e. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
 b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada orang tua untuk mencoba untuk menstimulasi
aspek emosional pada anak pada setiap kesempatan
 b. Memotivasi orang tua untuk terus mencoba memberikan stimulasi
 pada aspek emosional pada anak
3) Kontrak akan datang
a. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu mengenai
tehnik stimulasi perkembangan anak pada aspek psikososial
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.
SESI V : Stimulasi Inisiatif Anak untuk merangsang aspek psikososial
1. Tujuan
a. Orang tua mampu menyebutkan stimulasi yang diberikan pada anak untuk
merangsang perkembangan aspek psikososial
 b. Orang tua mampu memberikan stimulasi perkembangan aspek psikososial
 pada anak
2. Setting
a. Terapis dan orang tua serta anak duduk bersama
 b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Berbagai jenis mainan (minimal 3 jenis)
 b. Teman sebaya dalam kelompok
c. Leaflet tentang cara memberikan stimulasi perkembangan pada aspek
 psikososial
4. Metode
a. Dinamika kelompok
 b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role plays
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan orang tua dan anak
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
 b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada orang tua dan anak
 b. Terapis dan anak pakai papan nama
2) Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan orang tua dan anak
 b. Menanyakan kembali pemahaman orang tua mengenai stimulasi
 perkembangan pada aspek motorik, kognitif dan emosional
c. Menanyakan tehnik-tehnik untuk stimulasi perkembangan yang telah
diberikan pada anak
3) Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan pada aspek
 psikososial
2. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada orang tua dan anak yang
ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada terapis, lama
kegiatan 45 menit, setiap orang tua dan anak mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
c. Tahap Kerja
1) Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan pendapat
mengenai stimulasi perkembangan pada aspek psikososial
2) Tanyakan pada orang tua tentang stimulasi perkembangan psikososial
yang telah diberikan pada anak
3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk berbagi pengalamannya
4)Jelaskan mengenai tehnik stimulasi perkembangan pada aspek
 psikososial yaitu dengan cara : mengajarkan pada keluarga untuk
memberikan bermacam  –   macam mainan dan biarkan anak memilih
sendiri mainannya serta diajak untuk bermain bersama teman
sebayanya. Motivasi orang tua untuk selalu mengajak anak berinteraksi
dengan lingkungan dan orang lain
5) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya
6) Terapis melakukan role plays selama 5 menit pada satu anak
7)Beri kesempatan pada orang tua untuk melakukan stimulasi perkembangan
aspek psikosoial pada anaknya
8) Beri pujian/penghargaan atas kemampuan orang tua dan anak
9) Tanyakan pada orang tua cara stimulasi perkembangan yang baru
dilakukan
10) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
 b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada orang tua untuk mencoba untuk menstimulasi aspek
 psikososial pada anak pada setiap kesempatan
 b. Memotivasi orang tua untuk terus mencoba memberikan stimulasi pada
aspek psikososial pada anak
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu berbagi
 pengalaman setelah mencoba memberikan stimulasi perkembangan pada anak.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.
SESI VI : Sharing Persepsi tentang Stimulasi Anak yang telah dilakukan
1. Tujuan
a. Anggota kelompok mampu untuk berbagi pengalaman dalam
memberikan stimulasi perkembangan yang telah dipelajari selama sesi 1
 –  5.
 b. Orang tua mampu memahami pentingnya stimulasi perkembangan pada
kanak –  kanak
2. Setting
a. Terapis dan orang tua serta anak duduk bersama
 b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Leaflet tentang stimulasi perkembangan dari berbagai aspek
 perkembangan
4. Metode
a. Dinamika kelompok
 b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1. Membuat kontrak dengan orang tua dan anak
2. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
 b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada orang tua dan anak
2) Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan orang tua dan anak
 b. Menanyakan kembali pemahaman orang tua mengenai stimulasi
 perkembangan yang telah dipelajari pada sesi 1 - 5
c. Menanyakan tehnik-tehnik untuk stimulasi perkembangan yang
telah diberikan pada anak
3) Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi pengalaman tentang
cara memberikan stimulasi perkembangan yang telah dipelajari
 b. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada orang tua dan anak
yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap orang tua dan anak
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
 b. Tahap Kerja
1) Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan pendapat
mengenai stimulasi perkembangan yang dipelajari
2) Tanyakan pada orang tua tentang stimulasi perkembangan yang telah
diberikan pada anak
3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk berbagi pengalaman tentang
manfaat yang didapatkan setelah mencoba memberikan stimulasi
 perkembangan pada anaknya
4) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang hal hal yang
masih belum dipahami
5) Berikan kesempatan anggota kelompok untuk berbagi dan saling
memberi masukan tentang tehnik –   tehnik dalam memberikan stimulasi
 perkembangan yang selama ini dilakukan
6) Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk menyampaikan dampak
 jika anak tidak diberikan stimulasi perkembangan
7) Beri pujian/penghargaan atas kemampuan anggota kelompok dalam
menjawab dan berbagi pengalaman
8) Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan yang telah dibahas
dan motivasi anggota kelompok untuk saling memberikan stimulasi
 perkembangan pada anaknya.
c. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
 b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada orang tua untuk selalu memberikan stimulasi
 pada anak
 b. Mengajak orang tua yang mempunyai anak usia kanak –   kanak untuk
memberikan stimulasi perkembangan
3) Kontrak akan datang
4) Mengakhiri kontrak pertemuan, kesepakatan akan dibuat kembali jika
diperlukan
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap waktu manusia tidak pernah lepas dari belajar. Belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang menetap sebagai akibat dari latihan
atau pengalaman. Latihan atau pengalaman yang di peroleh anak tidak hanya
dari buku-buku atau sekolah saja, tetapi dipelajari pula dari tingkah laku
kehidupan sehari-hari. Dan kebiasaan tingkah laku ini dipengaruhi oleh pola
asuh yang berlaku dalam suatu keluarga. Keluarga diharapkan dapat
memainkan peranannya dalam membina masa depan putraputrinya secara
 berkualitas, menjadi manusia berdaya guna dan berhasil guna. Karena keluarga
sebagai lembaga pendidikan pertama, tempat anak didik pertama-tama
menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga
lainnya.
Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan
 perkembangan usia kanak  –   kanak diantaranya dengan memahami
 perkembangan yang normal dan perilaku yang menyimpang, memahami cara
menstimulasi rasa kemandirian anak. Secara alami, orang tua ingin anak-
anaknya mencapai potensi yang optimal, dan cara yang terbaik adalah dengan
memastikan bahwa masa prasekolahnya penuh dengan kegembiraan. Bakat
alami seorang anak berkembang melalui pengalaman, tetapi dia hanya akan
mencari pengalaman tersebut bila menurutnya menyenangkan. Cara paling
mudah untuk memastikan mereka belajar adalah dengan memastikan tubuh dan
 pikirannya terlibat. Pelatihan, penjelasan, perbaikan, atau demonstrasi sebanyak
apapun tidak akan memperkaya si anak, kecuali bila pengalaman atau hal itu
terjadi. Untuk mewujudkan hal tersebut, stimulasi merupakan suatu objek yang
akan memberi reaksi tertentu pada anak dengan kelompok umur tertentu pula.
Keterlibatan orang tua dalam melakukan stimulasi pada anak dengan
kelompok umur sesuai dengan perkembangannya menjadi sangat penting,
karena anak yang sering mendapat stimulasi yang sesuai dengan kelompok
usianya akan menjadi anak yang aktif, agresif, dan tingkah lakunya terarah pada
suatu tujuan tertentu. Sebaliknya anak yang tidak pernah diberi stimulasi akan
menjadi anak yang pasif, kurang inisiatif dan kurang rasa ingin tahu terhadap
keadaan sekeliling. Jenis stimulasi yang dilakukan sesuai dengan
 perkembangan usia anak. Untuk anak prasekolah jenis-jenis terapi stimulasi ini
 bervariasi, tergantung dari tujuan yang akan dicapai oleh terapis. Demikian pula
dengan pemilihan permainan yang akan diberikan harus sesuai dengan tujuan
 perkembangan anak pada kelompok usianya. Peran perawat dalam hal ini,
sebagai terapis dapat membantu keluarga untuk mempersiapkan dan melakukan
terapi stimulasi perkembangan sesuai dengan usia anak.
B. Saran
1. Berdasarkan uraian-uaraian diatas, terapi stimulasi sebaiknya dilakukan
sesuai dengan perkembangan usia anak, dengan memperhartikan alat permainan
yang digunakan serta cara bermainnya.
2. Kerjasama antara terapis dan orang tua harus berkesinambungan guna
memantau tumbuh kembang anak agar optimal.

DAFTAR PUSTAKA
2.1 Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik
Setiap sesi menggunakan enam metode, yaitu pertama; diskusi terkait
 pengalaman ibu hamil mengenai topik yang akan dibahas, kedua :
 penjelasan dari terapis mengenai topik pembahasan, ketiga : role model
oleh terapis terkait cara beradaptasi terhadap perubahan dalam
kehamilan dan cara stimulasi janin, keempat : role play oleh ibu hamil
cara beradaptasi dan stimulasi kepada janin, kelima feedback mengenai
cara ibu hamil dalam beradaptasi dan memberikan stimulasi janin, dan
keenam tindak lanjut terkait tugas yang harus dilakukan ibu hamil
setelah terapi yaitu melatih kemampuan ibu dalam beradaptasi terhadap
 berbagai aspek dalam kehamilan dan menstimulasi janin kemudian
mendokumentasikan hasil dalam buku kerja.
1. Sesi pertama : tugas perkembangan kehamilan, ciri penyimpangan
2. Sesi kedua : Adaptasi fisiologis dan psikologis kehamilan
3. Sesi ketiga : Adaptasi Sosial
4. Sesi keempat : Adaptasi social (peran istri) dan Pertumbuhan
danperkembangan janin
5. Sesi kelima : stimulasi kognitif dan fisik (motorik) janin
6. Sesi keenam : Stimulasi Psikososial Janin
7. Sesi ketujuh : shari ngpengalaman
BAB III
SOP PELAKSANAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
PADA KELOMPOK ANAK
Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik ada masing –  masing sesi dan bagaimana melakukannya.
Sesi 1 : Tugas perkembangan anak
1. Tujuan :
Peserta mampu :
2. Setting
a.
3. Alat
a. Buku
 b. Bolpen
c. Booklet/ lembar balik
4. Metode
a. Dinamika kelompok
 b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
 b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anak
Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis (pakai papan nama)
Menanyakan nama anak
2) Evaluasi/ validasi
3) Kontrak
c. Tahap kerja
1) Terapis danpeserta berdiskusi tentang
2) Terapis danpeserta berdiskusi tentang
3) Terapis dan peserta
1) Evaluasi
2) Tindak lanjut

Anda mungkin juga menyukai