STROKE ISKEMIK
Pembimbing:
Dr. Yuniarti, Sp.S
Disusun oleh:
Nadya Magfira
1112103000033
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas dalam kepaniteraan klinik di stase Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta.
Penyusun
2
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 61 tahun
Agama : Islam
Alamat : depok
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Status Menikah : Menikah
No. RM : 1488261
II. ANAMNESIS
Keluhan utama
Sejak 5 hari yang lalu keluarga mengaku os mengalami nyeri pada kepala, nyeri
dirasakan pada seluruh kepala, dan dirasakan semakin memberat. Keluarga
mengaku nyeri timbul sepanjang hari, nyeri tidak dipengaruhi oleh perubah posisi.
Keluhan sakit kepala disertai dengan kelemahan pada satu sisi anggota tubuh,
sejak 5 hari yang lalu menurut keluarga os tidak dapat berjalan namun masih
dapat bangun (duduk) dari tempat tidur. Keluarga juga mengaku sejak 5 hari yang
lalu os sering tersedak bila minum, keluhan pelo diakui oleh keluarga, Sebelum
timbul nyeri, keluarga mengaku os minum alcohol sebanyak 2 botol, setelah
bangun dipagi hari os merasa kepalanya sakit, dan akhirnya dibawa ke RS. Sari
asih, os dikatakan perlu dirawat namun karena tidak ada tempat perawatan maka
3
os dibawa pulang ke rumah oleh keluarga. di rumah sakit os dilakukan
pemeriksaan ct-scan dan dikatakan menderita stroke.
Menurut pengakuan keluarga kejadian seperti ini baru pertama kali dialami oleh
os. Keluarga mengaku os tidak pernah berobat ke dokter, riwayat tekanan darah
tinggi diakui oleh keluarga namun tidak pernah diobati, riwayat kencing manis
tidak diketahui, keluhan sering haus, sering lapar, dan sering buang air kecil
disangkal. Riwayat penyakit jantung, dada terasa berdebar-debar atau nyeri dada
sebelumnya tidak diketahui. Riwayat penyakit ginjal tidak diketahui.
Menurut keluarga, tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa, riwayat
penyakit kencing manis, darah tinggi, dan jantung pada keluarga disangkal.
os rutin mengkonsumsi alcohol sejak lebih dari empat puluh tahun yang lalu,
setiap minum sekitar 1-2 botol. Menurut pengakuan keluarga os selalu
mengkonsumsi Os merokok sejak 40 tahun yang lalu, merokok 1 bungkus perhari.
Os tidak pernah berolah raga.
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN UMUM
Kesadaran : Somnolen
Tanda Vital
Status Gizi
Berat badan : 62 kg
Tinggi badan : 165 cm
BMI : 22,7 kg/m2 (normal)
B. STATUS GENERALIS
Mata
Leher
5
Paru
Inspeksi : Penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), Retraksi sela iga (-/-),
pergerakan kedua paru simetris statis dan dinamis, pola pernapasan
normal.
Palpasi : massa (-)/(-), emfisema subkutis(-)/(-), ekspansi dada simetris,
pelebaran sela iga (-)/(-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
o Batas paru hati : pada garis midklavikula kanan sela iga 6,
peranjakan hati sebesar 2 jari
o Batas paru lambung : pada garis aksilaris anterior kiri sela iga 8
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+ /+), wheezing (-/-), ronki (+/+) basal
Jantung
Abdomen
Inspeksi : datar, massa (-),striae (-), scar (-), bekas operasi (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), massa (-)
o Hepar dan lien tidak teraba
o Ginjal : Ballotemen (-)/(-)
Perkusi : timpani
Ekstremitas
6
Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/(-), jari tabuh (-),
deformitas (-).
C. STATUS NEUROLOGIS
GCS : E3M5Vafasia
Saraf-Saraf Kranialis :
N.I (olfaktorius) : TVD
N.II (optikus)
- Acies visus : TVD/TVD
- Visus campus : TVD/ TVD
- Lihat warna : TVD/TVD
- Funduskopi : tidak dilakukan
N.III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducen)
- Kedudukkan bola mata : ortoposisi/ortoposisi
- Pergerakkan bola mata : normal/normal
- Exopthalmus :-/-
- Nistagmus :-/-
- Pupil:
Bentuk : bulat, isokor, Ø 3mm/3mm
Refleks cahaya langsung : +/+
Refleks cahaya tidak langsung : +/+
N.V (Trigeminus)
- Cabang Motorik : TVD
- Cabang sensorik :
o Ophtalmikus : TVD
7
o Maksilaris : TVD
o Mandibularis : TVD
- Jaw reflex : (+)
- Reflex kornea : (+)
N.VII (Fasialis)
- Motorik orbitofrontalis : kesan pharese (-)
- Motorik orbikularis orbita : kesan pharase (-)
- Motorik orbikulari oris : plica nasolabialis kanan lebih datar
dari kiri
- Pengecapan lidah : TVD
Kesan : parese N. VII dextra tipe sentral
N.VIII (Vestibulocochlearis)
- Vestibular : Vertigo : tidak dilakukan
Nistagmus : tidak dilakukan
- Koklearis : Tuli Rhinne : TVD
Tuli Webber : TVD
Test Swabach : TVD
N.IX, X (Glossopharyngeus, Vagus)
- Uvula : TVD
- Arkus faring : TVD
- Refleks muntah : Tidak dilakukan
N.XI (Accesorius)
- Mengangkat bahu : TVD
- Menoleh : TVD
N.XII (Hypoglossus)
- Pergerakkan lidah : deviasi ke kiri saat lidah tidak dijulurkan
- Atrofi :-
- Fasikulasi :-
- Tremor :-
Kesan : parese N.XII sinistra sentral
8
Sistem Motorik
Ekstremitas atas : kesan hemipharase duppleks kiri lebih
berat
Ekstremitas bawah : kesan hemipharase duppleks kiri lebih
berat
Gerakkan Involunter
Tremor :-/-
Chorea :-/-
Miokloni :-/-
Tonus : normotonus / normotonus
Sistem Sensorik :
Propioseptif : TVD
Eksteroseptif : TVD
Fungsi Serebelar
Ataxia : TVD
Tes Romberg : TVD
Jari-jari : TVD
Jari-hidung : TVD
Tumit-lutut : TVD
Rebound phenomenon : TVD
Hipotoni :-/-
Fungsi Luhur
Astereognosia : TVD
Apraxia : TVD
Afasia : Afasia global
Fungsi Otonom
Miksi : on pampers
Defekasi : normal
Sekresi keringat : normal
9
Refleks Fisiologis
Biceps : +4/+4
Triceps : +4/+4
Brachioradialis : +4/+4
Patella : +2/+2
Acilles : +2/+2
Refleks Patologis
Hoffman Tromer :-/-
Babinsky :+/+
Chaddok :+/+
Gordon :-/+
Schaefer :-/+
Klonus lutut :-/-
Klonus tumit :-/-
Keadaan Psikis
1. Intelegensia : TVD
2. Tanda regresi : TVD
3. Demensia : TVD
IV. SCORING
a. Skor siriraj
2,5xKesadaran) + (2xMuntah) + (2xSakit kepala) + (0,1xDiastolik) -
(3xAtheroma) - 12 = (2,5x1)+(2x0)+(2x1)+(0,1x90)-(3x1)-12 = 2,5+0+9-
3-12 = -3,5 (infark serebri)
10
b. Skor gajah mada
Penurunan kesadaran
Nyeri kepala
Refleks babinski
Tidak
Tidak
11
- Ringan 1
- Tidak ada 0
5. Muntah - Langsung sehabis serangan 10
- Mendadak (beberapa menit-jam) 7,5
- Pelan-pelan (1 hari/ >) 1
- Tidak ada 0
6. Kesadaran - Menurun langsung waktu serangan 10
- Menurun mendadak (menit-jam) 10
- Menurun pelan-pelan (1 hari/ >) 1
- Menurun sementara lalu sadar lagi 1
- Tidak ada gangguan 0
7. Tekanan darah sistolik - Waktu serangan sangat tinggi 7,5
(> 200/110)
- Waktu MRS sangat tinggi (> 200/110) 7,5
- Waktu serangan tinggi (> 140/100) 1
- Waktu MRS tinggi (> 140/100) 1
12
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium (7 januari 2016)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 16,1 g/dl 14.0-17,0
Hematokrit 48 % 42-52
Leukosit 13.1 ribu/ul 5.0-10,0
Trombosit 236 ribu/ul 150-450
Eritrosit 5.13 juta/ul 4,40-5,0
FUNGSI HATI
SGOT 27 U/L
SGPT 20 U/L
FUNGSI GINJAL
Ureum darah 36 mg/dL
Creatinine darah 0,8 mg/dL
DIABETES
Gula darah sewaktu 89 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium darah 140 mmol/ L
Kalium darah 3.51 mmol/ L
Klorida darah 106 mmol/L
Golongan darah B/Rh (+)
Pemeriksaan radiologi
1. Rontgen thorax supine
13
Aorta elongasi dan kalsifikasi
Jantung dan paru dalam batas normal
2. Ct-scan kepala tanpa kontras potongan aksial, dan koronal
sulci dan gyrus prominent bi frontal
tampak lesi hipodens multiple di ceerebelum kanan-kiri, pons dan lesi
hipodrns kecil di thalamus kanan, periventrikel lateralis kiri
rak tampak midline shift/ desak ruang
system ventrikel dan cisterna normal
sinus paranasalis normal
tulang-tulang normal
kesan: atrofi serebri senilis, infark multiple di cerebellum kanan-kiri, pons dan
lacunar infark di thalamus kanan, periventrikel lateralis kiri.
Pemeriksaan EKG
Kesan: Sinus rhytm, LAE dan RAE, ST depresi II, III, aVF, LVH
14
VI. RESUME
Tn. MS (61 th), cephalgia sejak 5 hari yll, memberat, sepanjang hari, tidak
dipengaruhi posisi, aktivitas sebelumnya: tidur. Hemipharase, sering tersedak,
pelo, sebelumnya konsumsi alkohol 2 botol. Di bawa ke rs dan pulang paksa
dengan 2 hari perawatan di rumah. Sejak 2 hari yll napas mendengkur, cenderung
tidur. RPD: hipertensi tidak berobat, merokok 1bungkus/hari dan alkohol sejak 40
tahun yll, tidak pernah olah raga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU: tampak
sakit sedang, somnolen GCS: E3M5Vafasia global, TD: 180/90, suhu: 37,8 C,
stridor +/+, pada paru: rhonki di ke-2 basal lapang paru, kesan pharase n.vii
dextral tipe sentral, kesan pharase n.XII sinistral tipe sentral, kesan hemipharase
duppleks kiri lebih berat,hipereflex eksterrmitas atas Reflex patologis:+/+. Score
siriraj: -3,5, score djunaedi: 16,5, algoritma gajah mada: stroke perdarahan. pada
pemeriksaan penunjang: leukosit: 13.100. pada ct scan didapatkan atrofi serebri
senilis, infark multiple di cerebellum kanan-kiri, pons dan lacunar infark di
thalamus kanan, periventrikel lateralis kiri. pada ekg didapatkan: LAE dan RAE,
St depresi II, III, aVF, LVH.
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis:
o Penurunan kesadaran
o Cephalgia
o Pharese n. vii dextra sentral
o Pharese n. xii sinistral sentral
o Hemipharase duppleks kiri lebih berat
o Hiperefleks ekstremitas superior bilateral
Diagnosis patologis:
o infark di cerebellum kanan-kiri, pons dan lacunar
o infark di thalamus kanan
o infark di periventrikel lateralis kiri
Diagnosis etiologic:
o Stroke iskemik embolus
Diagnosis topis:
15
o Batang otak
Diagnosis kerja:
o CVD-Stroke Iskemik OH 5 hari perawatan ke -2
o Obstruksi saluran napas atas
o HHD + Hipertensi gr. II
o CAP
o UAP dd NSTEMI
VIII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
- Tirah baring dan mobilisasi berkala
- Pemasangan foley catheter dan NGT
- Konsul ke spesialis jantung dan paru
- Edukasi: berhenti merokok dan minum alcohol
- Diet: 1900 kkal
Medikamentosa
- NaCl 0,9% 500 cc/12 jam (IV)
- Citicolin 2x 1000 mg (IV)
- Amlodipin 1 x 5mg
- Aspilet 1x320 mg
Saran pemeriksaan
- Enzim jantung
- Echocardiografi
- Profil lipid
- AGD dan elektrolit
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Faktor resiko timbulnya stroke dibagi dalam faktor resiko yang tidak dapat
diubah dan faktor resiko yang dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah
meliputi hipertensi, DM, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi
oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimptomatis, hiperurisemia,
17
dislipidemia. Sedangkan yang tidak dapat diubah adalah usia yang meningkat,
jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau stroke, penyakit
jantung koroner, fibrilasi atrium, homosisitinuria homozigot atau heterozigot.
2.4 Patofisiologi
a. Pada sumbatan kecil akan terjadi iskemi, tetapi dalam waktu singkat dapat
dikompensasi oleh kolateral dan vasodilatasi lokal TIA hemiparesis
sepintas <24 jam.
b. Pada sumbatan agak besar akan terjadi iskemi lebih luas sehingga
mekanisme kompensasi memerlukan waktu yang lebih lama, yaitu
beberapa hari sampai 2 minggu reversible ischemic neurologic deficit
(RIND).
c. Pada sumbatan yang lebih besar lagi akan terjadi iskemi luas dan tidak
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi complete stroke
Pada daerah iskemi luas tampak daerah yang tidak homogen akibat perbedaan
tingkat iskemi:
a. Lapisan inti yang sangat iskemik (ischemic core) akan terlihat sangat
pucat dan menjadi nekrosis. Pada daerah tersebut ditemukan degenerasi
neuron dan pelebaran pembuluh darah tanpa adanya aliran darah.
b. Daerah sekitar ischemic core atau disebut iskemik penumbra. Pada
daerah tersebut sel-sel neuron tidak sampai mati, tetapi fungsi neuron
terhenti sehingga menimbulkan paralisis fungsional. Namun, dengan
reperfusi yang cepat, cermat, dan akurat maka kematian neuron dapat
dicegah. Pada daerah iskemik penumbra juga terdapat kerusakan neuron
dalam berbagai tingkat dan edema jaringan akibat dilatasi pembuluh
darah.
18
c. Daerah di sekeliling penumbra (luxury perfusion). Pada daerah ini akan
tampak kemerahan, edema, dilatasi maksimal pembuluh darah, serta
kolateral maksimal.
Pembuluh darah besar sirkulasi anterior yang terganggu dapat disebabkan oleh
kelainan pembuluh darah (aterosklerosis) atau emboli. Pembuluh darah besar
anterior yang terkena terdiri dari:
19
Sumbatan pada arteri serebri media terutama disebabkan oleh emboli
daripada oleh aterotrombosis.
Pembuluh darah besar sirkulasi posterior terdiri dari dua arteri vertebralis
kiri dan kanan yang bergabung menjadi satu pada bagian pontomeduler menjadi
arteri basilaris. Arteri basilaris bercabang menjadi arteri serebri posterior yang
selanjutnya memberikan cabang sirkumferensial panjang dan cabang kecil yang
dalam yang memperdarahi serebelum, medula, pons, midbrain, talamus,
subtalamus, hipokampus, temporal medial dan lobus oksipital. Pembuluh darah
besar posterior terdiri dari :
3. Arteri basilar
Cabang-cabang dari arteri basilar memperdarahi basis pons dan serebelum
superior dimana dibagi 3, yaitu (1) paramedian, (2) short circumferential,
20
(3) bilateral long circumferential. Lesi ateromatosa sering kali pada
proksimal arteri basilar atau distal segmen arteri vertebralis.
21
1) Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau arteria
vertebralis, dapat berasal dari plak aterosklerotik atau dari trombus
yang melekat pada intima arteri.
2) Embolisasi kardiogenik
a. Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan
bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel.
b. Penyakit jantung reumatoid akut atau menahun yang
meninggalkan gangguan pada katup mitralis
c. Fibrilasi atrium
d. Infark kordis akut
3) Embolisasi akibat gangguan sistemik
a. Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru
b. Embolisasi lemak dan udara
22
1. Penurunan kesadaran yang cukup berat (dengan diagnosis banding
dengan infark) supratentontorial yang luas, dalam hal ini yang
terkena adalah traktus retikularis.
2. Kombinasi berbagai saraf otak yang terganggu disertai vertigo,
diplopia, dan gangguan bulbar.
3. Kombinasi beberapa gangguan saraf otak dan gangguan “long
tract” sign: vertigo dengan parestesi keempat anggota gerak
(ujung-ujung distal)
4. Gangguan bulbar juga hampir pasti disebabkan karena stroke
vertebrabasilar.
5. Ciri-ciri khusus lain adalah perioral hemianopia altitudinal dan
skew deviation merupakan ciri disfungsi vaskuler sistem
vertebrobasilar.
2.6 Diagnosis
a. Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan temuan klinis.
b. CT Scan kepala tanpa kontras merupakan pemeriksaan baku emas untuk
perdarahan di otak. Bila tidak memungkinkan, dapat dilakukan CT Scan
maka dapat digunakan :
- Algoritme Stroke Gajah Mada
- Djunaedi Stroke Score
- Siriraj Stroke Score:
c. Pungsi lumbal dapat dilakukan bila ada indikasi khusus
d. MRI dilakukan untuk menentukan lesi patologik stroke lebih tajam.
e. Neurosonografi untuk mendeteksi stenosis pebuluh darah ekstrakranial
dan intrakranial dalam membantu evaluasi diagnostik, etiologik,
terapeutik, dan prognostik.
23
b. Roentgen Toraks
c. Elektrokardiografi
2.8 Tatalaksana
Manajemen stroke iskemik fase akut sama halnya seperti serangan stroke
iskemik yang pertama yaitu dilakukan ABC sesuai dengan kedaruratan.
b. Sirkulasi
Stabilitasi sirkulasi penting untuk perfusi organ-organ tubuh yang adekuat.
Termasuk komponen sirkulasi adalah denyut nadi, frekuensi detak jantung dan
tekanan darah. Jadi pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan kedua sisi,
jika terjadi perbedaan nyata maka kemungkinan terdapat diseksi aorta atau
karotis. Keadaan ini seterusnya bermanifestasi terhadap kedaruratan neurologi.
24
menghindari larutan glukosa dalam 24 jam pertama setelah serangan
stroke.
3. Pemberian terapi trombolisis pada stroke akut. Pemberian fibrinolitik
merupakan rekomendasi yang kuat diberikan sesegera mungkin stelah
diagnosis stroke iskemik akut ditegakkan (awitan 3 jam pada
pemberian intravena dan 6 jam pada pemberian intraarterial)
4. Pemberian antikogulan. Secara umum, pemberian heparin, LMWH
atau heparinoid stelah stroke iskemik akut tidak bermanfaat. Namun,
beberapa ahli masih merekomendasikan heparin dosis penuh pada
penderita stroke iskemik akutdengan risiko tinggi terjadi reembolisasi,
diseksi arteri atau stenosis berat arteri karotis sebelum pembedahan.
5. Pemberian antiplatelet. Dosis awal aspirin 325mg dalam 24 sampai 48
jam.
6. Pemakaian obat-obat neuroprotektor belum menunjukkan hasil yang
efektif, sehingga sampai saat ini belum dianjurkan. Namun citicolin
sampai saat ini masih memberikan manfaat pada stroke akut
2.9 Prognosis
25
DAFTAR PUSTAKA
26