Anda di halaman 1dari 4

1.

Efektifitas teknik anestesi subtenon dan subkonjungtiva pada operasi MSICS


Latar Belakang masalah
Rumusan Masalah
Bagaimanakah perbandingan efek nyeri dan waktu efek timbul anestesi pada teknik anestesi
subtenon dengan teknik anestesi subtenon pada operasi MSICS?
Tujuan Penelitian
Umum: untuk mengetahui efektifitas teknik anestesi subtenon dan subkonjungtiva pada
operasi MSICS
Khusus: Diketahuinya teknik anestesi subtenon
Ruang Lingkup
Manfaat Penelitian
Keaslian penelitian
Penelitian mengenai Anestesi subtenon dan
1.Penelitian yang dilakukan oleh A.A.Ngurah Putra Asryana (2016) dengan judul anestesi
subtenon pada msics memberikan efek nyeri yang setara dengan anestesi subkonjungtiva. Metode
penelitian ini adalah open label randomized clinical trial yang dilaksanakan di RS Mata Bali Mandara
Denpasar Bali selama bulan Januari dan Februari 2016. Semua sampel menjalani pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosis katarak senilis. Sampel terpilih kemudian menjalani operasi MSICS dengan
teknik anestesi subtenon atau subkonjungtiva secara acak. Onset dan durasi anestesi dicatat selama
operasi dan efek nyeri diukur dengan skala nyeri yang ditanyakan langsung pada pasien segera
setelah operasi. Beda efek nyeri dianalisis dengan uji analisis varians (ANOVA) univariat. Pengaruh
onset dan durasi anestesi dianalisis dengan uji analisis kovarians (ANCOVA) multivariat. Hasil
penelitian ini didapatkan rerata efek nyeri pada kelompok subtenon adalah 1,0+1,32 sedangkan
pada kelompok subkonjungtiva adalah 0,94+1,53 dengan perbedaan antara keduanya tidak
bermakna (p>0,05). Analisis ANCOVA multivariat dengan kendali variabel onset dan durasi anestesi
tetap menunjukkan tidak ada perbedaan efek nyeri bermakna (F = 0,037, p = 0,850 dengan nilai R2
0,69) Kesimpulan penelitian ini tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kedua teknik anestesi
dalam hal kendali nyeri yang dirasakan pasien ataupun onset dan durasi anestesi. Teknik anestesi
subtenon dan subkonjungtiva memiliki efektifitas serupa.
2.
Daftar Pustaka

2.Perbedaan tekanan intraokuler (TIO) Sebelum dan sesudah operasi fakoemulsifikasi pada pasien
katarak sensilis
Latar belakang masalah
Rumusan masalah apakah terdapat perbedaan tekanan intra okuler (TIO) pada pasien katarak senilis
sebelum dan sesudah dilakukan operasi dengan teknik fakoemulsifikasi?
Tujuan penelitian
Ruang lingkup
Manfaat penelitian
Penelitian mengenai
1.Penelitian yang dilakukan oleh Aniswati Desi (2008) dengan judul perbedaan intraokuler
pasca operasi iridektomi perifer dan laser iridotomi pada glaukoma primer sudut tertutup akut periode
1 januari 2004-31 desember 2007 di RSUP dr.Kariadi Semarang. Penelitian ini adalah penelitian
retrospektif yang bersifat analitik. Sampel penelitian didapat dari data sekunder catatan medik
penderita di instalasi rawat inap dan rawat jalan RSUP dr. Kariadi. Data diambil yang memenuhi
kriteria inklusi. Pengolahan data menggunakan SPSS versi 15,0 for windows. Untuk menguji
hipotesis digunakan uji Mann-Whitney.
Hasil: Uji Mann-Whitney antara TIO pasca operasi iridektomi perifer dan laser iridotomi didapatkan
hasil p = 0,363.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan bermakna antara TIO pasca operasi iridektomi perifer dan laser
iridotomi pada glaukoma primer sudut tertutup akut periode 1 Januari 2004 – 31 Desember 2007 di
RSUP dr. Kariadi Semarang.
2. Penelitian yang dilakukan Putri nur kumalasari (2016) dengan judul perbedaan tekanan
intraokuler (TIO) antara mata miopia dan mata emetropia pada mahasswa kedokteran UNS. Penelitian
ini bersifat analitik observasional dengan pendekatn cross sectional. Subjek penelitian adalah
mahasiswa pendidikan dokter UNS angkatan 2012 yang diambil melalui screening dengan kriteria
restriksi kemudian dilakukan pemilihan secara acak dengan teknik simple random
sampling. Diperoleh sampel sebanyak 76 orang. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan status refraksi
pada sampel melalui wawancara mengenai riwayat pemeriksaan refraksi terakhir dan pemeriksaan
visus dengan optotype Snellen sehingga sampel terbagi menjadi kelompok miopia dan emetropia.
Lalu dilakukan pengukuran TIO dengan Non Contact Tonometer (NCT). Data dianalisis menggunakan
uji-t independendengan program Statistical Product And Service
Solution (SPSS) 20.00 for Windows. Jika tidak memenuhi syarat uji parametrik maka digunakan uji
alternatifnya.
Hasil Penelitian: Jumlah mahasiswa pada kelompok miopia 67,1% dan kelompok emetropia 32,9%.
Rerata TIO mata miopia (17,02 ± 2,69 dan 16,80 ± 2,84 mmHg) baik pada mata kanan maupun kiri
lebih besar dibandingkan dengan mata emetropia (15,88 ± 2,44 dan 15,32 ± 2,34 mmHg). Namun,
pada analisis data dihasilkan p = 0,065 pada mata kanan dan p = 0,076 pada mata kiri.
Simpulan Penelitian: Tidak ada perbedaan TIO yang signifikan antara mata miopia dan mata
emetropia pada mahasiswa kedokteran UNS.

3.Penelitian yang dilakukan oleh Zahra Parnanda (2017) dengan judul tekanan intra okuler
(TIO) sebelum dan sesudah operasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak senilis di RSUP fatmawati.
Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatn cross sectional. Subjek penelitian
adalah mahasiswa pendidikan dokter UNS angkatan 2012 yang diambil melalui screening dengan
kriteria restriksi kemudian dilakukan pemilihan secara acak dengan teknik simple random
sampling. Diperoleh sampel sebanyak 76 orang. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan status refraksi
pada sampel melalui wawancara mengenai riwayat pemeriksaan refraksi terakhir dan pemeriksaan
visus dengan optotype Snellen sehingga sampel terbagi menjadi kelompok miopia dan emetropia.
Lalu dilakukan pengukuran TIO dengan Non Contact Tonometer (NCT). Data dianalisis menggunakan
uji-t independendengan program Statistical Product And Service
Solution (SPSS) 20.00 for Windows. Jika tidak memenuhi syarat uji parametrik maka digunakan uji
alternatifnya.
Hasil Penelitian: Jumlah mahasiswa pada kelompok miopia 67,1% dan kelompok emetropia 32,9%.
Rerata TIO mata miopia (17,02 ± 2,69 dan 16,80 ± 2,84 mmHg) baik pada mata kanan maupun kiri
lebih besar dibandingkan dengan mata emetropia (15,88 ± 2,44 dan 15,32 ± 2,34 mmHg). Namun,
pada analisis data dihasilkan p = 0,065 pada mata kanan dan p = 0,076 pada mata kiri.
Simpulan Penelitian: Tidak ada perbedaan TIO yang signifikan antara mata miopia dan mata
emetropia pada mahasiswa kedokteran UNS.

Daftar Pustaka
1.DAFTAR PUSTAKA
1. Khaw. Toward better treatment. BMJ.2000:320:1619-20. http:// www.BMJ.com
2. Vaughan DG, Anhory T, Riordan EP. Oftalmologi umum,14 th ed. Jakarta: Widya Medika; 2000:
30-50, 220-39
3. Prasetyo S.Glaukoma belum bisa dibebaskan tuntas. 2003 Maret 12. 5552(1).
http://www.sinarharapan.com
4. Gsianturi. Angka kebutaan Indonesia tertinggi di Asia Tenggara, 2004 Sept 1. 2.
http://www.gizi.net
5. Eman. Angka kebutaan Indonesia tertinggi di Asia Tenggara, 2006 Okt 10. 1. http://www.gizi.net
6. Ilyas S. Ilmu penyakit mata, 3 rd ed. Jakarta: FKUI; 2006: 64-80, 212-6
7. Hamurwono GB, Marianas M, Ilyas R, Sarwono D, Sastradiwiria I, Barlianta L dkk. Ilmu penyakit
mata untuk dokter dan mahasiswa. Surabaya: Universitas Airlangga; 1984:137-54
8. Srisubekti E, Nurwais. Sudut tertutup primer akut. Jurnal oftalmologi Indonesia. 2007; 5(2): 105-
114
9. Ilyas S. Glaukoma tekanan bola mata tinggi, 3 rd ed. Jakarta: Sagung seto, 2007: 1-27
10. Stampar RL, Lieberman MF, Drake MV. Becker Shaffer’s diagnosis and therapy of the
glaucomas, 7th ed. Missoum: Mosby; 1999: 556-7
11. Trope EG, editor. Glaucoma surgery. America. Taylor and francis group; 2005: 8- 11
12. Manueke ES, Tajam penglihatan dan tekanan intraokuler pada glaukoma primer sudut tertutup
setelah dilakukan iridektomi perifer profilaksis, Di dalam: Kumpulan Karya Ilmiah Dokter.
Semarang, Laboratorium Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2003: 4-7
13. American Academy of Ophthalmology. Basic and clinical science course glaucoma. San
Fransisco; 2003: 72-9, 100-4
14. Irawati Y, Affandi ES, Artini W. Hasil terapi iridotomi laser pada glaukoma akut sudut tertutup.
Ophthalmologica Indonesiana. 2002: 29, 102-6
15. Boyd BF, Luntz M, Boyd S. Innovations in the glaucoma etiology, diagnosis and management.
Colombia: Highlights of ophthalmology; 2002: 83-7, 270- 6
16. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung seto; 2000:
79-109
17. Dahlan MS. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Arkans; 2001: 65-82
18. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta. Rineka cipta; 2005: 145-55, 185-92
2.
3. Perbandingan keberhasilan pemasangan laringeal mask airway (LMA) unique pada upaya pertama
antara tekhnik standar digital dengan tekhnik jaw trust
Latar belakang masalah
4.Hubungan karakteristik responden dengan tingkat kecemasan preoperatif katarak pada pasien
general anestesi
Latar belakang masalah
Rumusan Masalah

EFEK ANASTESI SPINAL TERHADAP KEADAAN


HEMODINAMIK PASIEN SEKSIO CESARIA
Efek Anestesi spinal Terhadap keadaan hemodinamik pasien seksio
cesaria
Rumusan masalah
Apakah terdapat perubahan keadaan hemodinamik pada ibu yang menjalani pesalinan sc
yang terjadi pada saat,sebelum.dan sesudah persalinan sectio cesaria

DAFTAR Pustaka

Anda mungkin juga menyukai