Anda di halaman 1dari 63

PERAN DOKTER UMUM DI BIDANG KEPENDUDUKAN

UNTUK MENCAPAI MASYARAKAT YANG BERKUALITAS

Oleh:
dr. Sigit Priohutomo, MPH
Plt. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Disampaikan dalam
Pertemuan Ilmiah Tahunan IX dan Mukernas PDUI
Jakarta, 22 April 2018
SISTEMATIKA PENYAJIAN

PENDAHULUAN

KONDISI SAAT INI

KONDISI YANG DIHARAPKAN

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PERAN DOKTER UMUM DALAM PROGRAM KKBPK


PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN
1. Penduduk merupakan pelaku dan penerima manfaat dari pembangunan (people centered
development).
2. Dinamika penduduk seperti perubahan jumlah, struktur, dan mobilitas penduduk harus
dipertimbangkan di dalam menyusun kebijakan dan perencanaan pembangunan.
3. Isu kependudukan yang dihadapi Indonesia sangat kompleks karena selain masalah kuantitas,
juga dihadapkan pada persoalan kualitas penduduk (terutama pendidikan, kesehatan, maupun
kesejahteraan); persebaran dan mobilitas penduduk; data dan informasi kependudukan

Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk terus bertambah menjadi
Pada tahun2015 , kepadatan
2 kali lipat pada tahun 2015
lebih dari penduduk Indonesia mencapai
Jumlah penduduk Indonesia pada mencapai 255,2 juta jiwa dan menempatkan 134 jiwa/km persegi atau 2
tahun 1971 sebanyak 119,2 Indonesia di urutan ke-4 negara dengan jumlah kali lipat dibandingkan tahun
juta jiwa penduduk terbesar setelah Cina, India, dan USA 1971
3
Penduduk
PENDUDUK DAN danPEMBANGUNAN
Pembangunan (2)

Dinamika kependudukan:
Dinamika kependudukan dapat menimbulkan
dampak yang perlu diantisipasi dan ditangani
dalam pembangunan,

2010 2035

Tekanan kepada lingkungan, energi,


238,5 juta 305,7 juta pangan, infrastruktur
Jumlah Penduduk

69,8 tahun 72,4 tahun Potensi peningkatan pengangguran


Harapan Hidup dan konflik sosial

11,9 juta 32,4 juta


Jumlah lansia (65+) Peningkatan beban sosial dan
kesehatan

Penduduk tinggal
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
49,8% 66,6%
di perkotaan melaksanakan kebijakan pengendalian kuantitas penduduk

Slide - 4
STRATEGI PEMBANGUNAN
STRATEGI NASIONAL
PEMBANGUNAN NASIONAL

SEMBILAN AGENDA PEMBANGUNAN

5
PEMBANGUNAN MANUSIA
PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT
DAN MASYARAKAT
Membangun manusia secara utuh, sebagai insan dan sebagai sumber daya baik dari kualitas individu maupun
masyarakat.
• Individu: pendidikan, kesehatan, KB, karakter, dst
• Masyarakat: kebhinekaan, restorasi sosial, jaminan sosial,

6
MENINGKATKAN KUALITASMeningkatkan
HIDUP Kualitas
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia MANUSIA
Hidup Masyarakat

• Kualitas pembangunan masyarakat


Pembangunan manusia: mencerminkan nilai-nilai sosial dan tatatan
• sebagai insan dan sumber daya pembangunan hidup bermasyarakat
• baik laki-laki maupun perempuan
• Indeks Pembangunan Masyarakat (sedang
• mulai dari dalam kandungan sampai usia lanjut.
disusun) menunjukkan nilai-nilai gotong royong,
toleransi dan rasa aman
• Pemangunan manusia ditujukan untuk membentuk • Gotong royong: mengukur kepercayaan kepada
SDM berkualitas, yaitu manusia yang sehat, lingkungan tempat tinggal, kemudahan
berpendidikan, berakhlak mulia, beretika, berbudaya, mendapatkan pertolongan, aksi kolektif
dan berdaya saing. masyarakat, kegiatan bakti sosial, serta jejaring
sosial
• Kualitas SDM antara lain ditunjukkan dengan Indeks • Toleransi: mengukur nilai toleransi masyarakat
Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan dalam menerima kegiatan agama dan suku lain di
taraf pendidikan, derajat kesehatan, dan tingkat lingkungan tempat tinggal;
pendapatan penduduk • Rasa aman: mengukur rasa aman yang dirasakan
masyarakat di lingkungan tempat tinggal

7
KONDISI SAAT INI

8
8
JUMLAH PENDUDUK INDONESIA
TAHUN 2017 (JUTA JIWA)

Laju Pertumbuhan Penduduk


1,24 persen pertahun

Rasio Jenis Kelamin  1,01

9
Berdasarkan Penghitungan hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 - 2035
9
LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK (LPP)
Tren Jumlah Penduduk dan LPP
Secara nasional, LPP
relatif stagnan selama
300.0 2.31 2.5
2.13 15 tahun terakhir
1.97
250.0 2
200.0 1.45 1.49 1.43
1.5
150.0 Kesenjangan LPP antar-
1
100.0 provinsi dan
50.0 0.5antarkab/kota masih
119.2 147.5 179.4 206.3 237.6 255.2 cukup tinggi
0.0 0
SP 1971 SP 1980 SP 1990 SP 2000 SP 2010 Supas 2015 LPP pada beberapa
provinsi meningkat akibat
Jumlah Penduduk (juta jiwa) LPP (%) migrasi

Disparitas LPP (Persen) Supas 2015

4,04 1,43 0,71


Tertinggi (Kaltara) Indonesia Terendah (Jatim)
Sumber: Supas 2015
10

10
PROFIL KEPENDUDUKAN INDONESIA
PENCAPAIAN LPP & PENDUDUK INDONESIA

TARGET RPJMN 2019 :


LPP : 1.2 SENSUS PENDUDUK 2010
AWAL LEDAKAN PENDUDUK

11
SUMBER: BPS
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2017
75+
70-74
65+ tahun  Penduduk didominasi
5,7%
65-69
60-64
usia produktif.
55-59
50-54  Rasio Ketergantungan
45-49
40-44 15-64 tahun 48,1.
35-39 67,5%
30-34
25-29
 Indonesia saat ini dalam
20-24
15-19
bonus demografi
10-14
0-14 tahun
5-9
26,8%
 Penduduk 65+ sebesar
0-4
10 8 6 4 2 0 2 4 6 8 10
5,7%.
12
Laki-laki Perempuan
12
TREN ANGKA KELAHIRAN TOTAL INDONESIA
SDKI1991 – SDKI2017

 Angka kelahiran menunjukkan penurunan sejak 1991 hingga 2017.


 Walaupun sempat stagnan pada angka 2,6 di tahun 2002 hingga 2012 kali ini turun menjadi
2,4 ditahun 2017 (ref 2014). 13

13
ANGKA KELAHIRAN MENURUT UMUR
SDKI 2012 & SDKI 2017
NAIK

 Perempuan muda umur 15-29 tahun angka kelahirannya menurun.


 Kenaikan kelahiran disumbangkan oleh perempuan umur
30-39 tahun.
14

14
Total Fertility Rate (TFR) Per Provinsi
NTT 3.4
Papua 3.3
Maluku 3.3
Papua Barat 3.2

TFR Prov > TFR Nas


Maluku Utara 2.9
Riau 2.9
Sumatera Utara 2.9
Sulawesi Tenggara 2.8
Kalimantan Utara 2.8
Sulawesi Barat 2.7
Sulawesi Tengah 2.7
Kalimantan Timur 2.7
Kailmantan Barat 2.7
Aceh 2.7
Sumatera Selatan 2.6
Gorontalo 2.5
Kalimantan Tengah 2.5
NTB 2.5 19 Prov
Sumatera Barat 2.5
Indonesia 2.4
Sulawesi Selatan 2.4

TFR Prov ≤ TFR Nas


Kalimantan Selatan 2.4 15 Prov
Jawa Barat 2.4
Banten 2.3 Target Renstra 2015-2019
Jawa Tengah 2.3
Bangka Belitung 2.3 INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
Lampung 2.3
Bengkulu 2.3 Angka kelahiran total (total 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28
Jambi 2.3 fertility rate/TFR) per WUS (15-
Sulawesi Utara 2.2 49 tahun)
D.I Yogyakarta 2.2
DKI Jakarta 2.2 Sumber :
Kepulauan Riau 2.2
Bali 2.1 Hasil Sementara SDKI 2017
Jawa Timur 2.1
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
CPR Semua Cara (All Method) Per Provinsi (%)
D.I Yogyakarta 76.0
Kalimantan Tengah 73.2
Bangka Belitung 71.1

CPR Prov > CPR Nas


Bengkulu 70.5
Jawa Timur 69.8
Jambi 69.7
Lampung 69.6
Kalimantan Selatan 68.1
Sumatera Selatan 67.8
Sulawesi Utara 67.4
Bali 67.3
Kalimantan Barat 66.9
Kalimantan Timur 66.5
Jawa Tengah 65.7 15 Prov
Sulawesi Tengah 65.4
Indonesia 63.6
Jawa Barat 63.3
Gorontalo 61.6 19 Prov
Banten 61.6

CPR Prov < CPR Nas


Riau 60.3
Sumatera Barat 60.1
Kepulauan Riau
Sumatera Utara
59
58.9
Target Renstra 2015-2019
DKI Jakarta 56.9 INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
Sulawesi Selatan 56.8
Sulawesi Barat 54.2
Sulawesi Tenggara 53.8 % CPR All Method 65,2 65,4 65,6 65,8 66,0
Kalimantan Utara 52.8 (all (all (all (all (all
NTB 52.3 methods) methods) methods) methods) methods)
Maluku Utara 51.9
Aceh 51.6
NTT 50.2 Sumber :
Maluku 46.9
Papua Barat 40.5 Hasil Sementara SDKI 2017
Papua 38.4
0 10 20 30 40 50 60 70 80
CPR Cara Modern (Modern Method) Per Provinsi (%)
Kalimantan Tengah 69.4
Lampung 65.7
Kalimantan Selatan 64.4

CPR Prov > CPR Nas


Bengkulu 64.4
Jambi 63.5
Jawa Timur 63.1
Bangka Belitung 62.2
Sumatera Selatan 61.4
Sulawesi Utara 61
Kalimantan Barat 61
Gorontalo 59.6
Jawa Tengah 59.5
Jawa Barat 59.5
Sulawesi Tengah 59.3
Kalimantan Timur 59.3
D.I Yogyakarta 57.8 17 Prov
Banten 57.3
Indonesia 57.2
Bali 54.8

CPR Prov < CPR Nas


NTB 50.8
Riau 50.7
17 Prov
DKI Jakarta 50.5
Sumatera Barat 50.1
Maluku Utara 50 Target Renstra 2015-2019
Sulawesi Selatan 48.7
Sulawesi Barat 48.6 INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
Kepulauan Riau 47.4 Persentase pemakaian kontrasepsi 60,5 60,7 60,9 61,1 61,3
Kalimantan Utara 46.9 modern (modern contraceptive
Sulawesi Tenggara 46.5 prevalence rate/mCPR)
Aceh 46.4
Sumatera Utara 43.9
NTT 41.2 Sumber :
Maluku 39.2 Hasil Sementara SDKI 2017
Papua 35.9
Papua Barat 35.9
-5 5 15 25 35 45 55 65 75
% PA MKJP dan Non MKJP Terhadap CPR Cara Modern

%PA MKJP Prov > %PA MKJP Nas


NTT 57.63 42.37
Sumatera Utara 59.82 40.18
Gorontalo 62.18 37.82
Bali 62.41 37.59
D.I Yogyakarta 67.82 32.18
DKI Jakarta 68.71 31.29
Jawa Tengah 70.99 29.01
Papua 71.79 28.21
NTB 72.58 27.42
Sumatera Barat 72.80 27.20
Sulawesi Utara 73.28 26.72
Maluku Utara 73.65 26.35
Sumatera Selatan 74.27 25.73
Bengkulu 75.12 24.88 16 Prov
Papua Barat 75.77 24.23
Sulawesi Tengah 76.01 23.99
Indonesia 76.64 23.36
Maluku 76.73 23.27

%PA MKJP Prov < %PA MKJP Nas


Kepulauan Riau 77.00 23.00
Sulawesi Barat 77.16 22.84 18 Prov
Jawa Timur 77.18 22.82
Sulawesi Selatan 78.64 21.36
Lampung 78.69 21.31
Sulawesi Tenggara 78.71 21.29
Kalimantan Timur 80.13 19.87
Bangka Belitung 80.87 19.13
Jawa Barat 81.48 18.52
Target Renstra 2015-2019
Jambi 81.57 18.43 INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
Kalimantan Utara 81.88 18.12
Aceh 83.41 16.59
Meningkatnya 20,5 21,1 21,7 22,3 23,5
Riau 83.60 16.40
Kalimantan Barat 84.87 15.13 penggunaan
Kalimantan Tengah 85.71 14.29 MKJP (persen)
Banten 87.09 12.91
Kalimantan Selatan 88.18 11.82
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

NON MKJP MKJP Sumber : Hasil Sementara SDKI 2017


Unmet Need Per Provinsi (%)
Papua Barat 11 12.7 23.7
Maluku 8.8 10.2 19

Unmet need Prov > Unmet need Nas


Maluku Utara 7.7 10 17.7
NTT 9.8 7.7 17.6
Kalimantan Utara 6.2 9.6 15.8
NTB 7.9 7.7 15.7
DKI Jakarta 6.5 9.2 15.7
Papua 6 9.2 15.2
Sulawesi Tenggara 8.2 7 15.2
Sulawesi Barat 7 7.6 14.6
Sulawesi Selatan 6.3 8 14.4
Gorontalo 3.9 9.1 12.9
Sulawesi Utara 4.8 7.6 12.4
Aceh 5.6 6.7 12.3
Riau 5.8 5.5 11.3
Jawa Barat 4 7 11
Jawa Tengah 3.7 7.1 10.8
Bali 2.6 8 10.7
Sumatera Utara 3.8 6.9 10.7
19 Prov
Indonesia 4.1 6.5 10.6
Kalimantan Timur 4 6.2 10.2
15 Prov

Unmet need Prov < Unmet need Nas


Kepulauan Riau 3.7 6.3 10.1
Kalimantan Barat
Banten
5.3
4.2
4.5
5.7
9.8
9.8
Target Renstra 2015-2019
Sulawesi Tengah 3.1 6.3 9.4
INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
Sumatara Barat 2.9 6.2 9.1
Sumatera Selatan 2.7 5.9 8.6 Persentase kebutuhan ber-KB 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91
Kalimantan Selatan 2.5 6 8.5 yang tidak terpenuhi (unmet
Lampung 3.2 5.2 8.4 need)(%)
Jawa Timur 2.7 5 7.8
Bengkulu 2.8 4.1 6.9 Sumber :
Jambi Penjarangan
2.9 3.9 6.8 Hasil Sementara SDKI
Kalimantan Tengah 2.1 4.2 6.3 Pembatasan
D.I Yogyakarta 1.8 4.4 6.3 Total Unmet Need 2017
Bangka Belitung 1.5 4.1 5.6
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Total demand Untuk Keluarga Berencana (%)

Total Demand Prov > Total Demand Nas


D.I Yogyakarta 6.3 76 82.2
Sulawesi Utara 12.4 67.4 79.8
Kalimantan Tengah 6.3 73.2 79.5
Bali 10.7 67.3 78
Lampung 8.4 69.6 77.9
Jawa Timur 7.8 69.8 77.6
Bengkulu 6.9 70.5 77.4
Bangka Belitung 5.6 71.1 76.8
Kalimantan Timur 10.2 66.5 76.7
Kalimantan Barat 9.8 66.9 76.7
Kalimantan Selatan 8.5 68.1 76.6
Jawa Tengah 10.8 65.7 76.5
Jambi 6.8 69.7 76.5 17 Prov
Sumatera Selatan 8.6 67.8 76.4
Sulawesi Tengah 9.4 65.4 74.9
Gorontalo 12.9 61.6 74.5
Jawa Barat 11 63.3 74.3 Total Demand = Unmet Need+Met Need
Indonesia 10.6 63.6 74.2
DKI Jakarta 15.7 56.9 72.6
Riau 11.3 60.3 71.6

Total Demand Prov < Total Demand Nas


Banten 9.8 61.6 71.4 17 Prov
Sulawesi Selatan 14.4 56.8 71.1
Maluku Utara 17.7 51.9 69.6
Sumatera Utara 10.7 58.9 69.5
Sumatera Barat 9.1 60.1 69.2 Unmet need Met need
Kepulauan Riau 10.1 59 69.1
Sulawesi Tenggara 15.2 53.8 69
Sulawesi Barat 14.6 54.2 68.8
Kalimantan Utara 15.8 52.8 68.6
NTB 15.7 52.3 68 Sumber :
NTT 17.6 50.2 67.7
Maluku
Hasil Sementara SDKI
19 46.9 65.8
Papua Barat 23.7 40.5 64.2 2017
Aceh 12.3 51.6 63.9
Papua 15.2 38.4 53.6
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
% Demand Satisfied Prov > % Demand Satisfied Nas
Persentase dari demand satisfied (%)
Bangka Belitung 92.6
D.I Yogyakarta 92.4
Kalimantan Tengah 92.1
Bengkulu 91.1
Jambi 91.1
Jawa Timur 90
Lampung 89.3
Kalimantan Selatan 88.9
Sumatera Selatan 88.7
Sulawesi Tengah 87.4
Kalimantan Barat 87.2 16 Prov
Sumatera Barat 86.8
Kalimantan Timur 86.7
Bali 86.3
Banten 86.2
Jawa Tengah 85.9
Indonesia 85.7
Kepulauan Riau 85.4

% Demand Satisfied Prov < % Demand Satisfied Nas


Jawa Barat 85.1
Sumatera Utara 84.6
Sulawesi Utara 84.4
Riau 84.2
Gorontalo 82.6 18 Prov
Aceh 80.7
Sulawesi Selatan 79.8
Sulawesi Barat 78.7
DKI Jakarta 78.4
Sulawesi Tenggara 78
Kalimantan Utara 76.9
NTB 76.9
Maluku Utara 74.6
NTT 74.1
Papua Barat 71.6
Maluku 71.2
Papua Barat 63.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sumber : Hasil Sementara SDKI 2017
% Tingkat Putus Pakai Per Metoda Kontrasepsi

Semua Metoda 28.8

PIL 46.1

SUNTIK 27.8

KONDOM 26.6

Pantang Berkala 26.5

Senggama Terputus 25.5

IUD 9 Target Renstra 2015-2019


INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
IMPLAN 6.4 26,0 25,7 25,3 25,0 24,6
Menurunnya tingkat putus
pakai kontrasepsi
MOW 0.7

0 10 20 30 40 50
% Tingkat Putus Pakai Kontrasepsi berdasarkan Alasannya

Ketidakberlangsungan 28.8
Efek Samping/Masalah Kesehatan 11.4
Keinginan Hamil 5.2
Kesuburan lainnya terkait alasan )* 4.5
Ingin Metoda Lain yang efektif 2.9
Alasan Lainnya 1.9
Kegagalan Metoda 1.6
Metoda lain terkait alasan )** 1.3

0 5 10 15 20 25 30 35
Keterangan :
)* Termasuk Frekuensi tidak berhubungan seks/ suami jauh, susah hamil/menolak menopause dan pisah/cerai
)** Termasuk kurang akses/ jauh, baiya mahal, dan tidak nyaman digunakan
PELATIHAN CTU IUD DAN IMPLANT

DATA PELATIHAN CTU IUD DAN IMPLANT


BAGI DOKTER DAN BIDAN TAHUN 2011 s/d 2016

19,891

7,979 7,347
4,696 5,489 5,024
2,551 1,991 2,757
399 1,343 351
2011 2012 2013 2014 2015 2016
DOKTER BIDAN Sumber: Aplikasi SIDIKA 2016

24
KONDISI YANG DIHARAPKAN

25
25
Kondisi
KONDISI yang DIHARAPKAN
YANG Diinginkan
Membangun Penduduk untuk Membangun Masa Depan

Slide - 26
SASARAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KB
(RPJMN 2015-2019)

No INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2015-


2019
1 Angka kelahiran total (total fertility 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28 2,28
rate/TFR) per WUS (15-49 tahun)
2 Persentase pemakaian kontrasepsi 65,2 65,4 65,6 65,8 66,0 66,0
(contraceptive prevalence rate/CPR) (all (all (all (all (all (all
methods) methods) methods) methods) methods) methods)
3 Menurunnya tingkat putus pakai 26,0 25,7 25,3 25,0 24,6 24,6
kontrasepsi
4 Meningkatnya penggunaan MKJP 20,5 21,1 21,7 22,3 23,5 23,5
(persen)
5 Persentase kebutuhan ber-KB yang 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91 9,91
tidak terpenuhi (unmet need)(%)

27 27 Sumber: Renstra BKKBN 2015-2019 (Revisi)


NAWACITA
KETERKAITAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB, DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN
AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH (RPJMN 2015-2019 )

9 AGENDA PRIORITAS Agenda Prioritas ke-5:


PEMBANGUNAN Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia
PEMERINTAH
2015-2019
1. Pembangunan Kependudukan dan Keluarga
Berencana
2. Pembangunan pendidikan khususnya pelaksanaan
Program Indonesia Pintar
3. Pembangunan kesehatan khususnya pelaksanaan
BKKBN
MENDUKUNG Program Indonesia Sehat
AGENDA 4. Peningkatan kesejahteraan rakyat marjinal melalui
PRIORITAS pelaksanaan Program Indonesia Kerja
NO. 5
PENGENDALIAN PENDUDUK
Pengendalian MELALUI
Penduduk PROGRAM
Melalui Program KB KB
Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui
• Menurunkan Angka Kematian Ibu
Keluarga Berencana (KB). Program KB merupakan upaya Meningkatkan
mendasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia • Meningkatkan kesehatan bayi dan anak
Kesehatan
(SDM) melalui pendekatan keluarga. • Menurunkan resiko aborsi

Menurunkan Kebutuhan • Mencapai ukuran/komposisi keluarga yang


Ber-KB yang Tidak Memberdayakan diinginkan
Terpenuhi • Investasi pada anak
Perempuan
• Meningkatkan kesempatan bekerja dan
Menurunkan Kehamilan
yang Tidak Diinginkan meningkatkan produktivitas kerja
Keluarga
Menurunkan Tingkat • Meningkatkan tenaga kerja
Berencana Kelahiran dan
mengendalikan laju
Mendorong • Meningkatkan tabungan/savings
pertumbuhan penduduk Pertumbuhan • Menurunkan tingkat kemiskinan
Ekonomi • Meningkatkan pemerataan pendapatan
Program KB dimaksudkan agar setiap keluarga dapat
mengatur jumlah anak, memberikan pengasuhan, layanan
• Meningkatkan layanan Pendidikan dan
kesehatan, dan pendidikan dengan lebih optimal, serta Menfaat bagi kesehatan
meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan Komunitas dan
keluarganya. • Meningkatkan infrastruktur
Lingkungan Hidup • Menurunkan tekanan pada sumber daya
Program KB menjaga penurunan fertilitas sampai replacement level alam dan lingkungan
• Meningkatkan kedamaian masyarakat
(TFR sebesar
Slide - 29 2,1 pada tahun 2020) untuk mencapai bonus demografi
KEBIJAKAN DAN STRATEGI

30
30
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
KEPENDUDUKAN DAN KB

KEBIJAKAN

STRATEGI

Meningkatkan akses dan kualitas


pelayanan KB yang merata di setiap
wilayah dan kelompok masyarakat
Terdapat 8 strategi
Pembangunan
Kependudukan dan KB
STRATEGI PEMBANGUNAN
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA 2015-2019

1. Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi;


2. Penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi yang memadai;
3. Peningkatan pelayanan KB dengan penggunaan MKJP untuk mengurangi risiko drop-out dan penggunaan
non MKJP dengan memberikan informasi secara berkesinambungan untuk keberlangsungan kesertaan
ber-KB;
4. Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas Tenaga Lapangan KB dan Tenaga kesehatan pelayanan KB;
5. Advokasi program KKBPK kepada para Pembuat Kebijakan, serta promosi dan penggerakkan
masyarakat;
6. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman kesehatan reproduksi bagi remaja;
7. Pembinaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga melalui kelompok kegiatan bina keluarga dalam
rangka melestarikan kesertaan ber-KB
8. Penguatan tata kelola pembangunan kependudukan dan KB melalui penguatan landasan hukum dan
kelembagaan
SASARAN PEMBANGUNAN BIDANG KEPENDUDUKAN DAN KB
(RPJMN 2015-2019)

No INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2015-


2019
1 Angka kelahiran total (total fertility 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28 2,28
rate/TFR) per WUS (15-49 tahun)

2 Persentase pemakaian kontrasepsi 65,2 65,4 65,6 65,8 66,0 66,0


(contraceptive prevalence (all methods) (all (all (all (all (all
methods) methods) methods) methods) methods)
rate/CPR)
3 Menurunnya tingkat putus pakai 26,0 25,7 25,3 25,0 24,6 24,6
kontrasepsi
4 Meningkatnya penggunaan MKJP 20,5 21,1 21,7 22,3 23,5 23,5
(persen)
5 Persentase kebutuhan ber-KB yang 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91 9,91
tidak terpenuhi (unmet need)(%)

33
SASARAN, INDIKATOR KINERJA & TARGET PROGRAM KKBPK
z

Target 2017
Program Sasaran Indikator kinerja Target 2018

Program Terlaksananya program 1. Jumlah peserta KB baru/ PB (juta) 7.43 7.39


Kependudukan, KB & Kependudukan, KB dan 2. Age Spesific Fertility Rate (ASFR) 15-19 tahun 42/1000 40/1000
Pembangunan Pembangunan Keluarga Perempuan 15 Perempuan
Keluarga di seluruh tingkatan -19 th 15-19 th
wilayah 3. Persentase PUS yang memiliki pengetahuan 31 50
dan pemahaman tentang semua jenis metode
kontrasepsi modern

4. Persentase keluarga yang memiliki 30 40


pemahaman dan kesadaran tentang fungsi
keluarga
5. Indeks pengetahuan remaja tentang generasi 50 51
berencana
6. Persentase masyarakat yang mengetahui 46 48
tentang isu kependudukan
7. Jumlah ketersediaan data dan informasi 1 1
keluarga (Pendataan keluarga yang akurat dan
tepat waktu) 34
KEGIATAN PRIORITAS BKKBN (PUSAT)

Peningkatan
1. Kerjasama pendidikan akses dan 1. Peningkatan pembinaan kesertaan KB jalur pemerintah;
kependudukan; kualitas 2. Peningkatan kualitas kesehatan reproduksi;
2. Pemaduan kebijakan pengendalian 3. Peningkatan kesertaan KB di wilayah & sasaran khusus;
pelayanan KB 4. Pembinaan standarisasi kapasitas nakes dalam pelayanan KBKR
penduduk; dan KR
3. Analisis dampak kependudukan;
4. Perencanaan Pengendalian
Penduduk;
Peningkatan
Mengendalikan
Ketahanan
Pengendalian LPP dan
mewujudkan
Keluarga dan
Penduduk Keluarga remaja
Berkualitas
1. Pengendalian
Jumlah Penduduk
(TFR)
2. Kualitas Penduduk
1. Pembinaan keluarga balita & anak;
2. Pembinaan ketahanan remaja;
3. Pemberdayaan ekonomi keluarga;
4. Pembinaan ketahanan keluarga lansia dan
Penguatan Penguatan rentan;
Kemitraan dan advokasi dan
Penggerakan KIE

1. Peningkatan advokasi dan KIE;


1. Peningkatan kemitraan dengan 2. Penyediaan data dan informasi;
stakeholder & mitra kerja; 3. Penyediaan teknologi, informasi dan dokumentasi
2. Peningkatan pembinaan lini lapangan program KKBPK
ALKON DAN SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KB
YANG DISEDIAKAN BKKBN

No. ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI PROGRAM SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KB

1. IUD COPPER T CU 380 A IUD KIT

GYNECOLOGY BED

2. SUSUK KB II/IMPLAN TIGA TAHUNAN IMPLAN REMOVAL KIT


(PROGESTIN)

3. SUNTIK KB I TIGA BULANAN (PROGESTIN) VASEKTOMI TANPA PISAU (VTP) KIT

4. PIL KB I KOMBINASI ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN BER KB


(ABPK) UNTUK KONSELING KB

5. KONDOM BUKU PANDUAN PRAKTIS PELAYANAN


KONTRASEPSI (BP3K) UNTUK PROVIDER
Pola Pelayanan Kontrasepsi

POTENSI KEHAMILAN
USIA SUBUR (FERTILITY AGE)
USIA REPRODUKSI SEHAT

DELAYING SPACING LIMITING

10 15 20 DUA ANAK CUKUP 35 40 45 49


USIA KAWIN YANG
SEHAT

1st Option : LONG-TERM


LONG-TERM
2nd Option : SHORT-TERM LONG-TERM
CONTRACEPTIVE
CONTRACEPTIVE METHOD CONTRACEPTIVE METHOD
METHOD

LONG-TERM PERMANENTLY
CONTRACEPTIVE METHOD ARE RECCOMENDED FOR ELIGIBLE COUPLES HAVE ≥2 KIDS

37
PELAYANAN KB DALAM ERA JKN

38
DASAR HUKUM

UU No. 40 / 2004 Tentang SJSN


UU No. 36 / 2009 Tentang Kesehatan
UU No. 24 / 2011 Tentang BPJS
UU No. 23/ 2014 Tentang Pemerintah Daerah
Perpres No. 12 / 2013 Tentang Jaminan Kesehatan
Perpres No. 19 / 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Perpres No.
12/2013 tentang Jaminan Kesehatan PELAYANAN KB
Permenkes No. 99/ 2015 Tentang Perubahan atas Permenkes No 71 /
2013 Tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN ERA JKN
Permenkes No. 52 / 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan
Permenkes No. 64 / 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan
39
UU NO 40 TAHUN 2004 TENTANG SJSN

BAB VI Program Jaminan Sosial


Bagian Kesatu
Jenis Program Jaminan Sosial

Pasal 22
(1) Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan
kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan

Penjelasan
Yang dimaksud pelayanan kesehatan dalam pasal ini meliputi pelayanan dan penyuluhan
kesehatan, imunisasi, pelayanan keluarga berencana , rawat jalan,
rawat inap, pelayanan gawat darurat dan tindakan medis lainnya…………..
Peraturan Presiden RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
atas Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan

Pasal 21
(4). Pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c meliputi konseling, pelayanan kontrasepsi termasuk
vasektomi dan tubektomi, bekerjasama dengan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(4a) Ketentuan mengenai pemenuhan kebutuhan alat dan obat
kontrasepsi bagi peserta jaminan kesehatan di fasilitas kesehatan
diatur dengan Peraturan Kepala Badan kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional
(5). Vaksin untuk imunisasi rutin serta alat dan obat kontrasepsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4a) disediakan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Workshop Standarisasi Peningkatan Kompetensi dan Pendidikan Pelayanan KB bagi Tenaga Kesehatan
PERMENKES RI NO. 52 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR TARIF
PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN
PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Tarif Pelayanan KB :
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) : kapitasi & non kapitasi
a. Tarif Kapitasi: Pil dan Kondom
b. Tarif non kapitasi

2. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) : INA CBGS

43
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) : INA CBGS
P E R AT U R A N M E N T E R I K E S E H ATA N R E P U B L I K I N D O N E S I A
N O M O R 9 9 TA H U N 2 0 1 5
T E N TA N G
P E R U B A H A N ATA S P E R AT U R A N M E N T E R I K E S E H ATA N
N O M O R 7 1 TA H U N 2 0 1 3 T E N T A N G P E L AYA N A N K E S E H AT A N PA D A
J A M I N A N K E S E H ATA N N A S I O N A L

Pasal 32A

Terhadap pelayanan non kapitasi yang diberikan oleh jejaring Fasilitas Kesehatan, BPJS Kesehatan
membayarkan langsung klaim pembiayaan pelayanan tersebut kepada jejaring Fasilitas Kesehatan.

45
PERMENKES NO 64 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 52 TAHUN 2016
TENTANG STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Besaran Tarif Pelayanan KB MOW Interval berdasarkan :


• Regional 1 sampai dengan 5
• RS type A, B, C dan D
• RS Pemerintah dan Swasta
• Kelas 1, 2 dan 3

NO KODE DESKRIPSI KODE INA-CBG TARIF TARIF TARIF


INA-CBG KELAS 3 KELAS 2 KELAS 1
742 W-1-12-I PROSEDUR PADAA TUBA FALOPII (RINGAN) 1,555,300 1,866,300 2,177,400

743 W-1-12-II PROSEDUR PADAA TUBA FALOPII (SEDANG) 1,941,200 2,329,500 2,717,700

744 W-1-12-III PROSEDUR PADAA TUBA FALOPII (BERAT) 3,437,500 4,125,000 4,812,500

46
TA R I F I N A - C B G TA H U N 2 0 1 6
R E G I O N A L 5 R U M A H S A K I T K E L A S D S W A S T A R A W AT I N A P

TARIF INA-CBG TAHUN 2016


REGIONAL 5 RUMAH SAKIT UMUM KELAS D PEMERINTAH RAWAT JALAN

47
TA R I F I N A - C B G TA H U N 2 0 1 6
R E G I O N A L 5 R U M A H S A K I T K E L A S D P E M E R I N T A H R A W AT I N A P

TARIF INA-CBG TAHUN 2016


REGIONAL 5 RUMAH SAKIT UMUM KELAS C SWASTA RAWAT JALAN

48
KODE INA-CBG DALAM PELAYANAN KB
(Lanjutan…)
KODE INA-CBG DALAM PELAYANAN KB
NO TINDAKAN ICD 10 & ICD 9 CM KODE INA-CBG KODE INA-CBG
5 Komplikasi Berat T83.9 N-4-14-I Q-5-44-0
6 a. IUD Post Partum Z30.1 Z-4-12-I Q-5-44-0
O82.9
Z30.2
b. MOW Post Sectio o-6-10-1
74.4
O-7-10-0
66,39
7 Konseling KB Z30.0 Z-4-12-I Q-5-44-0
8 KB Suntik 3 bulanan Z30.4 Z-4-12-I Q-5-44-0
9 Survailance IUD Z30.5 Z-4-12-I Q-5-44-0
10 Survailance Obat KB Z30.4 Z-4-12-I Q-5-44-0
11 Management Z30.9 Z-4-12-I Q-5-44-0
FASILITAS KESEHATAN
(Berdasarkan Permenkes No. 99 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
menteri kesehatan No. 71 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada JKN)

• Fasilitas Kesehatan Tingkat • Fasilitas Kesehatan Tingkat


Pertama (FKTP) Rujukan Lanjutan (FKRTL)
1. Puskesmas atau yang setara; 1. Klinik utama atau yang setara;
2.Praktik dokter; 2. Rumah Sakit umum; dan
3. Praktik dokter gigi; 3. Rumah Sakit khusus.
4. Klinik pratama atau yang setara; dan
5. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang
setara

51
Workshop Standarisasi Peningkatan Kompetensi dan Pendidikan Pelayanan KB bagi Tenaga Kesehatan
Jumlah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

FKTP Jumlah

Puskesmas 7062

Puskesmas Rinap 2782

Dokter Praktik Perorangan 4867

Klinik Pratama 4312

Klinik TNI 666

Klinik Polri 560

RS D Pratama 17
(Sumber : BPJS Kesehatan Januari 2018)
Jumlah Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang telah
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

FKRTL Jumlah
RS Tipe A 19
RS Tipe B 164
RS Tipe C 341
RS Tipe D 164
RS Swasta 1186
RS TNI/ Polri 142
RS Khusus 257
Klinik Utama 209
(Sumber : BPJS Kesehatan Januari 2018)
Cakupan Kepesertaan BPJS Kesehatan
PERAN DOKTER UMUM
DALAM PROGRAM KKBPK

55
55
PERAN DOKTER
1. Cendekia yang pro-KB  promosi, advokasi, KIE, dan
konseling KB
2. Inisiator/penggerak Program KB di wilayah kerja dan
masyarakat sekitar
3. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB dan
pengayom terhadap rumor tentang KB

56
Peran Dokter
dalam Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
dalam Program Sistem Jaminan Sosial Nasional
Permenkes Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)


1.Puskesmas atau yang setara;
2.Praktik dokter;
3.Praktik dokter gigi;
4.Klinik pratama atau yang setara; dan
5.Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara
Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjutan (FKRTL)
1.Klinik utama atau yang setara;
2.Rumah sakit umum; dan
3.Rumah sakit khusus.
57
Pelayanan KB pada
Praktik Dokter dan Klinik Pratama sebagai FKTP/Jejaring FKTP

MELAKUKAN PELAYANAN DIHARUSKAN MELAKUKAN


KONTRASEPSI/KELUARGA REGISTRASI FASKES KB
PUSKESMAS/ BEKERJA SAMA BERENCANA (FKTP
DENGAN BPJS AGAR TERDAFTAR DALAM
SETARA BERJEJARING DENGAN
KESEHATAN PRAKTIK BIDAN YANG
SISTEM INFORMASI
MELAYANI KB) MANAJEMEN (SIM) BKKBN
KLINIK
PRATAMA

PRAKTIK
DOKTER

BELUM BEKERJA TIDAK PERLU MELAKUKAN


RS D SAMA DENGAN MELAKUKAN PELAYANAN REGISTRASI FASKES KB
KONTRASEPSI/KELUARGA
PRATAMA BPJS KESEHATAN (REGISTRASI CUKUP DI
BERENCANA
dan sebagai FASKES INDUKNYA)
JEJARING FKTP)

REGISTRASI FASKES KB UNTUK MENDAPATKAN DUKUNGAN:


• ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI
• SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KB
• JAMINAN PEMBIAYAAN PELAYANAN KB OLEH BPJS KESEHATAN
• PELATIHAN KB
• FORMULIR PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN
58
KONTRASEPSI
Manfaat FKTP Bekerja Sama dengan BPJS Kesehatan
dan Memiliki Register Klinik KB

1. Terdaftar dalam databasis BPJS Kesehatan dan databasis klinik KB


2. Mendapatkan distribusi alokon program BKKBN dan distribusi alat
pendukung pelayanan KB (IUD Kit, Implant Removal Kit, VTP Kit, dll),
media informasi dan promosi KB,  sesuai dengan pelayanan yang
diberikan/ klasifikasi faskes KB.
* cat: mempertimbangkan ketersediaan di kab/kota
3. Mendapatkan peluang mengikuti seminar Contraceptive Technology
Update (CTU), pelatihan IUD/implan, serta kegiatan pengembangan
lainnya
4. Sistem pencatatan dan pelaporan berbasis IT
59
Klasifikasi Faskes dalam Pelayanan KB
• Konseling
FKTP a. Faskes KB • Pemberian pil, suntik, dan kondom
- Puskesmas • Penanggulangan efek samping dan komplikasi
- Praktik Sederhana sesuai dengan kemampuan
• Upaya rujukan
1. dokter
- Kinik
Pratama b. Faskes KB • Plus pemasangan IUD/Implan dan atau
- RS kelas D
Pratama Lengkap pelayanan vasektomi

c. Faskes KB Plus pemberian layanan tubektomi dan


Sempurna vasektomi
FKRTL
2. - RS
- Klinik
Utama
d. Faskes KB Plus pemberian layanan rekanalisasi dan
Paripurna penanggulangan infertilitas
60
Bagaimana Cara Melakukan Registrasi Faskes KB?

1. Faskes mengajukan surat permohonan mendapatkan nomor pendaftaran/register


Faskes KB kepada SKPD KB atau Badan/Kantor yang menangani KB di kabupaten/kota
setempat dengan melampirkan foto kopi perjanjian kerja sama dengan BPJS
Kesehatan
2. SKPDKB atau Badan/Kantor yang melayani KB akan memberikan kartu
pendaftaran/registrasi Faskes KB (KARTU K/0/KB) untuk diisi dan diserahkan kembali,
kemudian akan dilakukan verifikasi
3. Setelah dilakukan verifikasi, Faskes akan mendapatkan nomor registrasi Faskes KB
dan dimasukkan ke dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) BKKBN

61

Anda mungkin juga menyukai