130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa
memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya
berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung.
Tekanan darah dibagi 2 menjadi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan
darah sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan
darah diastolik adalah tekanan saat otot jantung relaksasi, sebelum kembali memompa darah.
Dalam pencatatannya, tekanan darah sistolik ditulis lebih dahulu dari tekanan darah diastolik,
dan memiliki angka yang lebih tinggi. Menurut perkumpulan dokter jantung di Amerika Serikat,
AHA, pada tahun 2017, tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut:
Tekanan darah tinggi seringkali tidak diketahui penyebabnya. Tetapi, ada beberapa kondisi yang
dapat memicu tekanan darah tinggi, di antaranya:
Kehamilan
Kecanduan alkohol
Penyalahgunaan NAPZA
Gangguan ginjal
Gangguan pernapasan saat tidur.
Meskipun bisa terjadi pada semua orang, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang mengalami tekanan darah tinggi, seperti:
Lanjut usia
Memiliki keluarga yang menderita hipertensi
Memiliki kebiasaan merokok
Jarang berolahraga.
Menjalani gaya hidup sehat dapat menurunkan sekaligus mencegah hipertensi. Beberapa cara
yang dapat dilakukan adalah:
Konsumsi makanan yang sehat.
Menjaga berat badan ideal.
Rutin berolahraga.
Berhenti merokok.
Beberapa pasien hipertensi diharuskan mengonsumsi obat penurun tekanan darah seumur
hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan langkah pencegahan sedini mungkin,
terutama bila Anda memiliki faktor risiko hipertensi.
Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain di dalam tubuh. Jika
dibiarkan hipertensi bisa menimbulkan penyakit-penyakit serius, seperti:
Aterosklerosis
Kehilangan penglihatan
Terbentuk aneurisma
Gagal ginjal
Gejala Hipertensi
Hipertensi bisa dikatakan penyakit yang berbahaya karena dapat terjadi tanpa gejala, sehingga
bisa ditemukan saat sudah muncul komplikasi. Namun gejala bisa muncul bila tekanan darah
sudah sangat tinggi. Gejala yang mungkin ditimbulkan, antara lain:
Sakit kepala
Lemas
Masalah dalam penglihatan
Nyeri dada
Sesak napas
Aritmia
Adanya darah dalam urine
Penyebab Hipertensi
Hipertensi terbagi atas hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer tidak diketahui
penyebabnya secara pasti. Sedangkan hipertensi sekunder umumnya disebabkan oleh berbagai
kondisi seperti:
Penyakit ginjal
Kehamilan
Penyakit kelenjar tiroid
Tumor kelenjar adrenal
Kelainan bawaan pada pembuluh darah
Kecanduan alkohol
Penyalahgunaan NAPZA
Gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur (sleep apnea).
Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat penurun panas, pereda rasa sakit, obat batuk
pilek, atau pil KB.
Sebagian besar penderita hipertensi menderita hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita hipertensi,
antara lain:
Usia. Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang terserang hipertensi semakin besar.
Hipertensi pada pria umumnya terjadi pada usia 45 tahun, sedangkan pada wanita
biasanya terjadi di atas usia 65 tahun.
Keturunan. Hipertensi rentan terjadi pada orang dari keluarga yang memiliki riwayat
darah tinggi
Obesitas. Meningkatnya berat badan mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dialirkan
ke dalam sel melalui pembuluh darah juga meningkat. Hal ini mengakibatkan
peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah dan jantung.
Terlalu banyak makan garam atau terlalu sedikit mengonsumsi makanan yang
mengandung kalium. Hal ini dapat mengakibatkan tingginya natrium dalam darah,
sehingga cairan tertahan dan meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah.
Kurang aktivitas fisik dan olahraga. Keadaan ini dapat mengakibatkan meningkatnya
denyut jantung, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Kurang aktivitas dan olahraga juga dapat mengakibatkan peningkatan berat badan, yang
merupakan faktor risiko hipertensi.
Merokok. Zat kimia dalam rokok bisa membuat pembuluh darah menyempit, yang
berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah dan jantung.
Diagnosis
Hipertensi dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan darah. Karena hipertensi seringkali
tidak menimbulkan gejala dan lebih sering dialami oleh seseorang yang lanjut usia. Orang
dewasa, terutama yang berusia di atas 40 dan berisiko tinggi, disarankan setidaknya melakukan
pemeriksaan darah setiap tahun.
Berikut tahapan pemeriksaan darah yang benar dengan menggunakan alat pengukur tekanan
darah (sphygmomanometer), agar didapatkan hasil yang akurat:
Pasien tidak boleh berolahraga, merokok, dan mengonsumsi minuman dengan kandungan
kafein 30 menit sebelum pemeriksaan tekanan darah dilakukan.
Pasien diminta untuk duduk dengan tenang di kursi, dengan kaki berpijak pada lantai.
Pastikan buang air kecil sebelum melakukan pemeriksaan darah.
Baik dokter maupun pasien tidak boleh berbicara selama pemeriksaan dilakukan.
Lepas pakaian yang menutupi area pemasangan manset.
Tekanan darah diukur pada kedua lengan. Untuk pengukuran tekanan darah selanjutnya,
gunakan lengan dengan tekanan darah yang lebih tinggi untuk mengukurnya.
Pengukuran tekanan darah diulang minimal 2 kali dengan jeda 1-2 menit.
Bila diperlukan, dokter akan menganjurkan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan darah,
urin, atau foto Rontgen, untuk melihat kemungkinan komplikasi yang sudah ditimbulkan akibat
hipertensi.
Pengobatan
Menjalani gaya hidup sehat dan konsumsi obat antihipertensi, bisa menjadi langkah efektif untuk
mengatasi hipertensi. Nilai tekanan darah dan risiko pasien terserang komplikasi, seperti
serangan jantung dan stroke, akan menentukan pengobatan yang akan dijalani. Secara umum,
terdapat 2 prinsip dari pengobatan hipertensi, yaitu:
Perubahan gaya hidup. Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, bisa menurunkan
tekanan darah dalam beberapa minggu. Gaya hidup sehat yang yang perlu dijalani, antara
lain:
o Mengadopsi pola diet DASH (dietary approaches to stop hypertension), yaitu
pola makan dengan lebih banyak mengonsumsi buah, sayur-sayuran, susu rendah
lemak, gandum, dan kacang-kacangan, dibandingkan dengan daging merah dan
makanan yang mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi.
o Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari.
o Perbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga.
o Menurunkan berat badan.
o Berhenti merokok.
o Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
o Mengurangi konsumsi minuman tinggi kafein, seperti kopi, teh, atau cola.
o Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan
stres.
Cara-cara di atas bisa dilakukan dengan atau tanpa dibarengi konsumsi obat anti hipertensi.
Meski demikian, penerapan gaya hidup sehat lebih awal bisa membuat penderita terhindar dari
konsumsi obat anti hipertensi.
Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain dalam tubuh. Jika
dibiarkan dan tidak segera diobati, tekanan darah tinggi bisa menimbulkan penyakit-penyakit
serius, seperti:
Aterosklerosis. Tekanan darah tinggi memicu pengerasan arteri, yang kemudian disertai
dengan penimbunan lemak di dinding pembuluh darah. Kondisi ini disebut aterosklerosis.
Aterosklerosis ini dapat menimbulkan serangan jantung, stroke, dan penyakit arteri
perifer.
Kehilangan penglihatan. Kondisi ini terjadi karena penebalan dan penyempitan
pembuluh darah di mata.
Terbentuk aneurisma. Tingginya tekanan darah bisa memicu pembuluh darah melemah
dan melebar. Jika kondisi ini terus berlanjut, pembuluh darah bisa pecah dan
menyebabkan kematian.
Gagal ginjal. Tekanan darah tinggi bisa memicu penyempitan pembuluh darah di ginjal.
Gagal jantung. Tingginya tekanan darah membuat jantung bekerja lebih keras untuk
memompa darah ke seluruh tubuh.
Demensia vaskuler. Hipertensi bisa menyebabkan gangguan pada aliran darah ke otak.
Pencegahan Hipertensi
Menjaga berat badan ideal. Berat badan berlebih bisa membuat seseorang lebih
berisiko terserang hipertensi.
Berolahraga secara rutin. Seseorang yang aktif berolahraga akan lebih terhindar dari
risiko terserang hipertensi. Lakukan jalan cepat atau bersepeda 2-3 jam setiap minggu.
Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat. Misalnya, roti dari biji-bijian
utuh, beras merah, serta buah dan sayuran.
Kurangi garam. Batasi dalam makanan, tidak lebih dari satu sendok teh.
Kurangi konsumsi alkohol. Mengonsumsi lebih dari takaran alkohol yang disarankan,
bisa meningkatkan risiko hipertensi.
Berhenti merokok. Meski rokok tidak menyebabkan hipertensi secara langsung, tetapi
rokok bisa membuat arteri menyempit, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung
dan stroke.
Konsumsi kafein sesuai yang dianjurkan. Meminum lebih dari empat cangkir kopi
sehari bisa meningkatkan risiko hipertensi.