Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH


( TERMOREGULASI)

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5

NAMA NIM
1. Ashri Maulida Rahmawati (070117B012)
2. Della Ratna Meristyanti (070117B018)
3. Lussi Fitri Nur Diana (070117B041)
4. Masahidah (070117B043)
5. Nia Nur Azizah (070117B055)
6. Nina Juniyanti (070117B056)
7. Satriawan Adi Saputra (070117B068)
8. Varensa Masella Fara (070117B076)
9. Winarsih (070117B079)
10. Maria Oktaviana Resi Bau (070117B084)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018

LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH
( TERMOREGULASI)
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksipanas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan, termoregulasi manusia berpusat pada
hipotalamus anterior. Terdapat 3 komponen atau penyusunan sistem
pengaturan panas. Suhu atau termoregulasi merupakan suatu perbedaan
antara jumlah suhu yang dihasilkanoleh tubuh dengan jumlah panas yang
hilang pada lingkungan eksternal / substansi panas dingin / permukaan
kulit tubuh.
a. Hipertermia
Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan
dimana seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37oC.
adapun lokasi pengukuransuhu adalah sebagai berikut :
 Ketiak ( aksila )
 Dibawah lidah ( sublingual )
 Anus ( rectal )
Untuk pemenuhan kebutuhan dasar termoregulasi :
Pada umumnya bataas normal suhu tubuh berkisar antara 36,10
o
C atau paling rendah sampai 37,10 oC . suhu tubuh rata – rata orang sehat
adalah 36, 10 oC. pengambilan suhu normal maksimum pada oral dipagi
hari pukul 06.00 adalah 37, 20oCdan suhu minimum pada oral disore hari
pukul 16.00 adalah 37,70oC. Dengan demikian suhu tubuh lebih dari
37,70oC disore hari disebut demam.
Peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat terjadi sebagai
bentuk hipertermi dan demam. Pada hipertermi mekanisme pengaturan
suhu gagal, sehingga produksi panas melebihi pengeluaran panas.
Panas diproduksi didalam tubuh melalui metabolisme yang
merupakan reaksi kimia pada sel tubuh. Makanan merupakan sumber
bahan bakar yang utama bagi metabolisme.termoregulasi proses produksi
panas.produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot polos dan
termogenesis
Metabolisme basal merupakan penghasilan panas yang
memproduksi tubuh pada saat istirahat. Jumlah rata-rata metabolisme
basaltergantung pada luas permukaan tubuh. Hormon tiroid juga
mempengaruhi metabolisme basal dengancara meningkatkan laju reaksi
kimia yang hampir keseluruh tubuh.
Gerakan volunter, seperti aktivitas otot saat latihan
membutuhkantambahan energi dapat meningkat diatas 50x normal.
Menggigil merupakan reseptor tubuh volunter terhadap
suhuberbeda dalam tubuh. Menggigil dapat meningkat produksi pada 4-5
kali lebih besar dari normal.

2. Etiologi dan faktor resiko


a. Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara stimultan. Struktur
bentuk dan paparan terhadap lingkungan secara konstan. Pengeluaran
secara normal melalui radiasi, konduksi dan konveksi.
b. Radiasi merupakan perpindahan panas dari permukaan suatu objek
lain tanpak bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang
elektromagnetik.
c. Konduksi merupakan perpindahan panas dari suatu objek ke objek
lain dengan kontak langsung. Ketika objek hangat menyentuh objek
lain yang lebih dingin, panas akan hilang.
d. Konveksi merupakan perpindahan panas karena gerakan udara. Panas
di produksi pertama kali pada molekul udara secara langsung kontak
dengan kulit.
e. Evaporasi merupakan perpindahan panas karena gerakan udara
menjadi gas. Tubuh secara kontinue kehilangan panas melalui
evaporasi kira-kira 1000 sampai 900 ml sehari yang menguap dari
kulit dan paru yang mengakibatkan kehilangan air dan panas.

3. Faktor-faktor yang me mpengaruhi suhu tubuh:


a. Usia
b. olahraga
c. Kadar hormon
d. Irama sirkadian (siklus 24 jam gelap dan terang)
e. Lingkngan
f. Stress

4. Manifestasi Klinik
a. Hipertermia
Keadaan dimana ketika seorang individu mengalami atau
37,8oC peroral atau 38,8oC per rectal karena factor eksternal.
Pola hipertermi:
1. Terus – menerus
Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24
jam, bervariasi 1oC – 2oC.
2. Intermiten
Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan kembali
normal paling sedikit sekali 24 jam.
3. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.
b. Hipotermia
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu,
kesulitan mengatasi suhu normal ketika suhunya berada dibawah 35oC
( suhu dingin ) Gejalanya :
1. Penderita berbicara nglantur
2. Kulit sedikit berwarna abu – abu ( pucat )
3. Detak jantung lemah
4. Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha
untuk menghasilkan panas
5. Konvulsi, kram otot, inkontinensia
6. Delirium (gangguan mental yang brlangsung singkat, biasanya
mencerminkan keadaan toksin yang ditandai oleh halusinasi, dll)
7. Sangat haus
8. Kulit sangat hangat dan kering
c. Demam (hiperpireksia)
Demam (hiperpireksia) adalah kegagalan mekanisme
pengeluaran panas untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran
kelebihan produksi panas.
Kelelahan akibat panas. Terjadi bila diaphoresis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan,
disebabkan oleh lingkunang yang terpapar oleh panas.
d. Heat stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan
dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran
panas . kondisi ini disebut heat stroke.

5. Patofisiologi
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan dikisarkan
36,8oC oleh pusat pengatur suhu didalam otak yaitu hipotalamus. Dalam
pengatauransuhu tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah
panas yang diproduksi tubuh dari metabolism dengan panas yang dilepas
melalui kulit dan paru – paru sehingga suhu tubuh dapat mempertahankan
dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh dapat memiliki
fluktuasi harian , yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan
pagi harinya.
Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan
pengaturan dipusat pengatur suhu diotak. Hal ini sama dengan pengaturan
set point ( derajat celcius ) pada remote AC yang bilamana set point
tersebut dinaikkan maka temperature, ruangan akan menjadi lebih hangat,
maka nilai suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2oC pada
pengukuran dipagi hari dan atau melebihi 37,7oC pada pengukuran sore
hari dengan menggunakan thermometer mulut.
6. Pathway

Berbagai pemecahan pada Komplek imun


Toksin bakteri kerusakan jaringan

Pelepasan piregen
Laju metabolik
kedalam darah
meningkat

Menstimulasi pusat
termoregulasi
(hipotalamus)
Kerja otot tubuh Intake yang Panas tubuh
meningkat kurang meningkat Gangguan Mengirim impuls
pola tidur kepusat vasomotor

kelemahan R. kekurangan
nutrisi

Intoleransi Daya tahan tubuh Kesalahan Vasolidasi arterial Kelenjar keringat


aktivitas menurun interprestasi bertambah aktif

Resiko Infeksi Kulit menjadi panas


Kecemasa Penguapan cairan dari
permukaan tubuh
Kelebihan panas meningkat
cepat terpancar

Resiko tinggi
kekurangan

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan darah perifer lengkap
c. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
d. Pemeriksaan widal
e. Pemeriksan urin

8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian parachetamol
tiap 4 – 6 jam 3 x1 bila panas. Diberikan infuse RL 20 tetes / menit dan
untuk membantu mencukupi kebutuhan cairan dan membantu jalur masu
obat parachetamol – cefotaxime sebagai antibiotic diberikan secara
intravena dengan dosis 2x 1 g/hari.diberikan makanan rendah serat dan
memperbaiki gizi pasien.
a. Perawatan
Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam / kurang
lebih selama 14 hari.
b. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
c. Mobilisasi sesuai kondisi
d. Diet
e. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakit
f. Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak
boleh mengandung banyak serat.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat keperawatan
c. Keluhan utama
d. Riwayat penyakit sekarang
e. Riwayat penyakit dahulu
f. Riwayat penyakit keluarga
g. Pola fungsi kesehatan
h. Pola persepsi dan pelaksana kesehatan
i. Pola nutrisi dan metabolism
j. Pola aktivitas dan latihan
k. Pola eliminasi
l. Pola istirahat dan tidur
m. Pola persepsi dan konsep diri
n. Pola sensori koknitif
o. Pola hubungan dan peran
p. reproduksi dan seksual
q. Pola penanggulangan stress\Pola nilai dan kepercayaan
r. Pemeriksaan Fisik
s. Keadaan umum
t. Tingkat kesadaran
u. Pemeriksaan kepala
v. System respirasi
w. System kardiovaskuler
x. System integument
y. System muskuluskeletal
z. System gastrointestinal
aa. System abdomen

2. Diagnosa Keperawatan
a. hipertermi
Domain 11: Keamanan / perlindungan. Kelas 6: Termoregulasi.00007
b. Hipotermia
Domain 11: Keamanan / perlindungan. Kelas 6: Termoregulasi.00006

3. Perencanaan Keperawatan
1) Hipertermia
Batasan karakteristik :
a. Kulit kemerahan
b. Kulit terasa hangat
c. Gelisah
d. Apnea
e. Kejang
f. Letargi
NOC
a. Mencari informasi terkait hipertermia
b. Mengidentifikasi factor risiko hipertermia
c. Mengenali kondisi tubuh yang dapat mempercepat produksi panas
d. Memonitor lingkungan terkait factor yang meningkatkan suhu tubuh
e. Memodifikasi intake cairan sesuai kebutuhan
f. Menyesuaikan suhu untuk menghangatkan tubuh
NOC
a. Paastikan kepatenan jalan napas
b. Monitor tanda-tanda vital
c. Hentikan aktivitas fisik
d. Longgarkan atau lepaskan pakaian pasien
e. Monitor suhu tubuh menggunakan alat yang sesuai
f. Monitor urin output

2) Hipotermia
Batasan karakteristik :
a. Dasar kuku sianotik
b. Menggigil
c. Kulit dingin
d. Pengisian ulang kapiler lambat
e. Hipertensi
f. Penurunan ventilasi
NOC
a. Mencari informasi terkait hipotermia
b. Mengidentifikasi factor risiko hipotermia
c. Mengidentifikasi tanda dan gejala hipotermia
d. Mengidentifikasi kondisi yang menurunkan kemampuan tubuh
menyimpan panas
e. Memonitor lingkungan terkait factor yang menurunkan panas tubuh
f. Memodifikasi asupan cairan sesuai kebutuhan
NIC
a. Monitor suhu pasien, menggunakan alat pengukur dan rute yang paling
tepat
b. Bebaskan pasien dari lingkungan yang dingin
c. Bebaskan pasien dari pakaian yang basah
d. Tempatkan pasien pada posisi supine/terlentang, meminimalkan
perubahan orthostatic
e. Monitor adanya syok pemanasan kembali
f. Monitor warna dan suhu kulit

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, AAA, 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan
proses keperawatan. Buku 2, Surabaya : Salemba Medika
Potter, perry, 2006. Fundamental Keperawatan. Hal, 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai