Anda di halaman 1dari 146

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penyusunan Laporan Praktek Departemen Manajemen
Keperawatan di Ruang Irna Cendana RSI Gondanglegi Kabupaten Malang dapat diselesaikan
dengan baik. Laporan ini merupakan syarat untuk memenuhi tugas kelompok Departemen
Manajemen Keperawatan oleh mahasiswa Profesi Ners Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang.
Tujuan dari pembuatan laporan ini, selain sebagai syarat dalam menempuh praktik
profesi Manajemen Keperawatan, juga merupakan sebuah gambaran umum pelaksanaan
proses manajemen keperawatan di ruangan Irna Cendana dan permasalahan yang ditemukan
serta bentuk penanganan yang diajukan oleh mahasiswa praktik profesi ners UNITRI.
Semoga hasil pengkajian yang ditemukan maupun hasil dari pelaksanaan kegiatan ini
menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan pelayanan dan pelaksanaan manajemen keperawatan
di ruang Irna Cendana untuk menjadi lebih baik lagi.
Dalam pelaksanaan praktik maupun penyusunan laporan praktik ini tidak terlepas dari
masukan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama pembimbing Lahan dan pembimbing
institusi yang selalu mendampingi kami. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih banyak
kepada Ibu Yanti Rosdiana, S.Kep,.Ns., M.Kep. selaku pembimbing Institusi, Bapak
Mashudi, S. Kep., Ns selaku pembimbing lahan dan kepala ruangan, dan semua perawat
ruangan serta teman – teman sejawat yang telah mendukung kami dalam penyusunan laporan
ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini di kemudian hari.
Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Gondanglegi, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBARAN PENGESAHAN ......................................................................................i


KATA PENGANTAR .....................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Tujuan ................................................................................................................4

1.3 Rumusan Masalah ..............................................................................................4

1.4 Manfaat ..............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................6

2.1 Manajemen .........................................................................................................6

2.2 Peran Kepala Ruangan Dalam Manajemen Keperawatan .................................12

2.3 Kerangka, Konsep, Filosofi, Visi, Misi dan Tujuan Keperawatan. ...................21

2.4 Lingkup Manajemen Keperawatan ....................................................................23

2.5 Strategi Pelaksanaan Manajemen Keperawatan Masa Mendatang ....................23

2.6 Model Praktek Keperawatan Profesional...........................................................23

2.7 Unsur Input ........................................................................................................33

2.8. Unsur Proses .....................................................................................................47

2.9 Unsur Output ......................................................................................................52

2.10 Analisa SWOT .................................................................................................55

2.11 Prioritas Masalah Keperawatan .......................................................................55

BAB III HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SWOT ..........................................57

3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Bangil ..................................................57

3.2 5M (Man, Money, Metode,Material, Mutu) .......................................................64

3.3 Analisa SWOT ...................................................................................................98


BAB IV PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN

MASALAH DAN POA PENYELESAIAN MASALAH ............................. 114

4.1 Penentuan Prioritas Masalah ............................................................................. 114

4.2 Alternatif Pemecahan Masalah .......................................................................... 114

4.3 Penentuan Prioritas Cara Pemevahan Masalah .................................................. 115

4.4 Indikator Keberhasilan Program ........................................................................ 115

4.5 Rencana Kegiatan .............................................................................................. 116

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota


stafkeperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Nursalam, 2013). Fungsi manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi
manajemen secara umum yaitu pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan,
dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). Dalam manajemen keperawatan, ada
beberapa tingkatan manajemen antara lain sebagai berikut: top manager, middle
manager, dan nursing low manager. Kepala ruang keperawatan merupakan bagian
dari nursing low manager yang mempunyai peranan penting dalam pelayanandi
suatu bangsal atau ruangan. Kepala ruang keperawatan yang merupakan bagian
dari manajemen keperawatan berpihak kepada fungsi Manajemen keperawatan
yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling)dalam rangka untuk
memajukan staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional (Nursalam, 2013).
Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
lainnya (Sabarguna, 2009). Suatu rumah sakit memerlukan pengorganisasian
untuk melancarkan jalan sukses. Organisasi rumah sakit memiliki pemimpin dan
staf yang bergerak dibidangnya agar organisasi di rumah sakit mampu mejalankan
pelayanan yang optimal.
Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan mempunyai banyak
aktifitas penting, antara lain bagaimana asuhan keperawatan dikelola secara
efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah sakit dengan jumlah staf
keperawatan dan fasilitas yang ada. Untuk diperlukan pembagian tugas,
kerjasama, dan koordinasi sehingga semua pasien mendapatkan pelayanan yang
optimal. Oleh karena itu manejer keperawatan perlu menetapkan kerangka
kerja,yaitu dengan cara: mengelompokan dan membagi kegiatan yang harus
dilakukan, menentukan jalinan hubungan kerja antara tenaga dan menciptakan
hubungan antara kepala-staf melalui penugasan, delegasi dan wewenang. Dalam
model pengembangan praktik keperawatan profesional peran dan fungsi kepala
ruang merupakan hal yang sangat penting sehingga kompetensi kepemimpinan
dan manajemen yang mutlak dibutuhkan karena kemampuan itumanajer kepala
ruang akan diuji untuk menata pengorganisasian staf dan menentukan sistem
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien sebagai refleksi pelaksanaan praktik
keperawatan profesional.
Peran dan fungsi kepala ruang sangatlah penting dalam melakukan
pengaturan organisasi dalam sebuah bangsal di suatu rumah sakit. Peran danfungsi
kepala ruang antara lain mengidentifikasi masalah, merencanakan fungsi
ketenagaan, merencanakan pengorganisasian, melakukan pengarahan dan
melakukan pengendalian organisasi. Sedangkan menajer sendiri yang
berartiseseorang yang tanggung jawab utamanya adalah melakukan proses
manajemen dalam suatu organisasi memiliki tugas dan fungsi antara lain peran
interpersonal,peran pemberi informasi serta peran pengambilan keputusan.
Rumah Sakit Islam Gondanglegi merupakan rumah sakit yang dikelola
Yayasan Kesejahteraan Islam Gondanglegi yang memberikan pelayanan
berdasarkan visi dan misi yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit untuk melayani
dengan baik.
Dalam mewujudkan visi misi dan mutu sebuah rumah sakit tidak terlepas
dari pelaksanaan sistem manajemen keperawatan yang profesional. Manajemen
keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu di
Rumah Sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan
penerapannya. konsep yang dikuasai adalah adalah konsep tentang pengelolaan
bahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa rencana
strategis melalui pendekatan yaitu pengumpulan data, analisa SWOT dan
penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional
khususnya dalam pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan profesional (MAKP)
dan melakukan pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2012).
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu
lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama di dalam suatu kelompok
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin
(H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2009). Manajemen pada
dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai tingkat tertinggi dari
produktivitas pada pelayanan di suatu kegiatan. Pada suatu instansi membutuhkan
seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang
perilaku manusia untuk mengelola kegiatan. Manajemen keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013).
Fungsi manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi manajemen secara
umum yaitu pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan, dan pengawasan
(Suarli dan Bahtiar, 2009). Dalam manajemen keperawatan, ada beberapa
tingkatan manajemen antara lain sebagai berikut: top manager, middle manager,
dan nursing low manager. Kepala ruang keperawatan merupakan bagian dari
nursing low manager yang mempunyai peranan penting dalam pelayanan di suatu
bangsal atau ruangan. Kepala ruang keperawatan yang merupakan bagian dari
manajemen keperawatan berpihak kepada fungsi Manajemen keperawatan yaitu
POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dalam rangka untuk
memajukan staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional (Nursalam, 2013).
Berdasarkan hasil observasi sistem manajemen yang dilakukan di Ruang
Irna Cendana pada tanggal 26 Agustus sampai 4 September 2019, sistem
pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien masih menggunakan
kombinasi metode tim dengan metode fungsional. Didalam pelaksanaan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) sudah dilakukan pelaksanaan unsur-
unsur MAKP misalnya timbang terima, sentralisasi obat, supervisi, dokumentasi
dan discharge planning.
Tetapi ada beberapa hal yang belum dilaksanakan secara optimal. Seperti
kurangnya pemantauan pasien, kurangnya sentralisasi obat, timbang terima, yang
kurang optimal yang dari situ mengakibatkan kurangnya pengendalian dan
pemantauan yang baik, yang mengakbatkan banyak resiko yang terjadi.
Berdasarkan fenomena diatas, maka mahasiswa program studi Ners
UNITRI akan menerapkan Model praktik asuhan keperawatan professional
dengan metode pemberian asuhan keperawatan MAKP Team, dimana
pelaksanaannya dimulai tangga 26 Agustus 2019 sampai tanggal 4 September
2019 yang melibatkan semua pasien kunjungan di ruang Irna Cendana, dan
bekerjasama dengan perawat yang bertugas di ruang tersebut.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa di
hadapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan
menggunakan MAKP dengan model asuhan keperawatan TIM di ruang Irna
Cendana RSI Gondanglegi.
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan, mahasiswa
mampu:
a. Melaksanakan pengkajian di Ruang Irna Cendana.
b. Mampu menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Irna
Cendana.
c. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisis SWOT
d. Melaksanakan Asuhan keperawatan sesuai dengan salah satu model
yang telah ditetapkan.
e. Menyusun rencana strategi operasional berdasarkan hasil pengkajian
Model Asuhan Keperawatan Profesional.
f. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional berdasarkan
hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesinal.

1.3. Rumusan Masalah


1. Apa itu menagement keperawatan?
2. Apa masalah yang muncul dari pengkajian management?
3. Apa hasil dari pelaksanaan POA yang dialkukan?

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Ruangan
Optimalisasi manajemen keperawatan diharapkan dapat meningkatkan
mutu asuhan keperawatan khususnya di Ruang Irna Cendana, sehingga
meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan oleh perawat dan
tingkat kepuasan pasien meningkat.
1.4.2. Bagi Perawat
Usaha manajemen keperawatan diharapkan dapat meningkatan mutu
pelayanan kesehatan yang optimal bagi pasien
1.4.3. Bagi Pasien
Mendapatkan kepuasan dalam pelayanan kesehatan semakin optimal dan
maksimal.
1.4.4. Bagi Mahasiswa
Usaha mengoptimalkan manajemen keperawatan diharapkan dapat
meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa dalam
penyusunan asuhan keperawatan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen
2.1.1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan
pelayanan keperawatan (Huber, 2012). Kelly dan Heidental (2011)
menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima
tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan
pengendalian (Marquis & Huston, 2013).
Manajemen suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi, dimana di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan superfisi terhadap staf, sarana
dan prasarana dalam mencapai suatu organisasi. Manajemen keperawatan
merupakan suatu pelayanan profesional dimana tim keperawatan dikelola
dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara lain:
pengorganisasian, perencanaan, motivasi dan pengendalian, dari keempat
fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan teknis,
hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperawatan
yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat ( Nursalam,
2017).
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhdap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi
keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan
pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies, 2015).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi
Sumber-sumber yang ada sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif.
2.1.2. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan
Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen
keperawatan untuk memberikan perawatan kepada pasien. Swanburg (2015)
menyatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut:

1. Manajemen keperawatan adalah perencanaan


2. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
3. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
4. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan
manajer perawat
5. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian
tujuan sosial
6. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
7. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau
tingkat sosial, disiplin, dan bidang studi
8. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi
9. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
10. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
11. Manajemen keperawatan memotivasi
12. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
13. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.

2.1.3. Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan


Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya
untuk menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi
yang jelas mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi
manajemen pertama sekali diidentifikasi oleh Henri Fayol (2010) yaitu
perencaanaan, organisasi, perintah, koordinasi, dan pengendalian. Luther
Gulick (2010) memperluas fungsi manajemen fayol menjadi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), personalia (staffing), pengarahan
(directing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan
pembiayaan (budgeting) yang disingkat menjadi POSDCORB. Akhirnya,
fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses manajemen yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan pengarahan,
pengawasan (Marquis dan Huston, 2013). Fungsi manajemen menurut G.R.
Terry adalah planning, organizing, actuating, dan controlling, sedangkan
menurut S.P. Siagian fungsi manajemen terdiri dari planning,organizing,
motivating, dan controlling (Suarli dan Bahtiar, 2009).

1. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap


Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan
adalah koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan
menerapkan proses manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan
tujuan layanan keperawatan (Huber, 2012). Perencanaan adalah usaha
sadar dan pengambilan keputusan yang diperhitungkan secara matang
tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2010).
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu
keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana,
berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.
Perencanaan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan
secara akurat dan efektif (Swanburg, 2013).
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong
pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus
mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek serta
melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2013). Suarli dan Bahtiar
(2009) menyatakan bahwa perencanaan sangat penting karena
mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan datang, memusatkan
perhatian pada setiap unit yang terlibat, membuat kegiatan yang lebih
ekonomis, memungkinkan dilakukannya pengawasan.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan
dilaksanakan oleh kepala ruang. Swanburg (2013) menyatakan bahwa
dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa
klien akan menerima pelayanankeperawatan yang mereka inginkan.
Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan memberi
petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di
ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat
pelaksana, ketua tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat,
proses manajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston,
2013).

2. Pengorganisasian keperawatan di ruang rawat inap


Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian
adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur
berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang serta
pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka
mencapai tujuan (Muninjaya, 2014). Huber (2012) menyatakan bahwa
pengorganisasian adalah memobilisasi sumber daya manusia dan
material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga
untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain.
Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis
merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan,
sedangkan secara dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan
kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli
dan Bahtiar, 2009).
Manfaat pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua
pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian
beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan/kelompok, dan
mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok
untuk hubungan dan koordinasi (Huber, 2012). Marquis dan Huston
(2013) menyatakan bahwa pada pengorganisasian hubungan ditetapkan,
prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan.
Prinsip-prinsip organisasi saling ketergantungan dan dinamis.
Kepala ruangan dapat menciptakan lingkungan yang meransang dalam
praktik keperawatan. Prinsip-prinsip pengorganisasian menurut
Swanburg (2013) adalah:

a. Prinsip rantai komando


Prinsip rantai komando menyatakan bahwa untuk
memuaskan anggota efektif secara ekonomi dan berhasil dalam
mencapai tujuan. Komunikasi cenderung ke bawah dan satu
arah. Pada organisasi keperawatan, rantai komando ini datar,
dengan garis manajer dan staf teknis serta administrasi yang
mendukung perawat pelaksana.
b. Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando menyatakan bahwa seorang
perawat pelaksana mepunyai satu pemimpin dan satu rencana.
Keperawatan primer dan manajemen kasus mendukung prinsip
prinsip kesatuan komando ini.
c. Prinsip rentang Kontrol
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap perawat harus
dapat mengawasi secara efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan
geografi. Pada prinsip ini, makin kurang pengawasan yang
diperlukan untuk perawat. Perawat harus memiliki lebih
banyak pengawasan untuk menghindari terjadinya kesalahan.
Kepala ruangan harus lebih banyak mengkoordinasikan.
d. Prinsip spesialisasi
Prinsip spesialisasi menyatakan bahwa setiap orang
harus menampilkan satu fungsi kepemimpinan tunggal,
sehingga ada devisi kerja atau pembagian tugas yang
membentuk departement.

3. Ketenagaan keperawatan di ruang rawap inap


Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan. Swanburg (2013) menyatakan bahwa
pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis,
rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan
pada standar yang ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab
dalam mengatur sistem kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2015).
Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut,
memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan
individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2013).
Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan
yang terdiri dari perawat yang profesional, terampil, dan kompeten.
Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi
dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk memenuhi
kebutuhan.
Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk
menghindari kekurangan dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi
jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan dan
penjadwalan harus tertulis dandikomunikasikan kepada semua staf.
Kebijakan dan penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang
ketenagakerjaan atau kontrak pekerja. Kebijakan ketenagaan harus yang
ada harus diteliti secara berkala untuk menentukan apakah memenuhi
kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat
menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis
dan Huston, 2013).

4. Pengarahan keperawatan di ruang rawat inap


Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer
berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja
sama, dan negosiasi (Marquis dan Huston, 2013). Pengarahan adalah
fungsi manajemen yang memantau dan menyesuaikan perencanaan,
proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan (Huber,
2012). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat
untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan
keperawatan (Swanburg, 2013). Motivasi sering disertakan dengan
kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan
kepemimpinan (Huber, 2012).
5. Pengendalian keperawatan di ruang rawat inap
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen
keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian,
ketenagaan, pengarahan (Swanburg, 2013). Pengendalian adalah
pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang
secara efektif mencapai tujuan yang telahditetapkan (Huber, 2012).
Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang
telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan
antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston, 2013). Fungsi
pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih efisien dan staf
dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program (Muninjaya, 2014).

Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan


dalam menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2014) adalah:

a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan


hasilnya mudah diukur
b. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi
c. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.

2.2. Peran Kepala Ruangan Dalam Manajemen Keperawatan


2.2.1. Defenisi
Peran adalah kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam suatu
posisi khusus seperti ibu, anak, dokter, perawat dan sebagainya (Maramis,
2011). Soekanto (2010) menyatakan bahwa peran adalah aspek dinamis dari
kedudukan (status) dan apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu
peran. Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan professional yang
diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan
keperawatan di satu ruang rawat (Depkes, 2017). Kepala ruangan secara
administratif danfungsional bertanggung jawab kepada kepala bidang
perawatan, secara teknis medis operasional bertanggung jawab kepada
dokter penanggung jawab atau dokter yang berwenang
2.2.2. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap
yang dilaksanakan oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai
dari perawat pelaksana, ketua tim, dan kepala ruangan. Sebelum melakukan
perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem, strategi organisasi,
sumber-sumber organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan
prioritas (Swanburg, 2013). Kepala ruangan harus melibatkan seluruh
individu dan unit organisasi terkait perencanaan (Marquis dan Huston,
2013).
Perencanaan kepala ruang di ruang rawat inap meliputi perencanaan
kebutuhan tenaga dan penugasan tenaga, pengembangan tenaga, kebutuhan
logistik ruangan, program kendali mutu yang akan disusun untuk
pencapaian tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. Disamping itu
kepala ruang merencanakan kegiatan di ruangan seperti pertemuan dengan
staf pada permulaan dan akhir minggu.Tujuan pertemuan adalah untuk
menilai atau mengevaluasi kegiatan perawat sudah sesuai dengan standar
atau belum, sehingga dapat dilakukan perubahan-perubahan atau
pengembangan dari kegiatan tersebut (Swanburg, 2013).

1. Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan menurut Suarli dan


Bahtiar (2009), yaitu: Meramalkan (forecasting), misalnya
memperkirakan kecenderungan masa depan (peluang dan
tantangan)
2. Menetapkan tujuan (estabilishing objektive), menyusun acara yang
urutan kegiatannya menurut skala prioritas
3. Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling), misalnya menetapkan
atau memperhitungkan waktu dengan tepat
4. Menyusun anggaran (budgeting), misalnya mengalokasikan
sumber yang tersedia (uang, alat, manusia) dengan
memperhitungkan waktu dengan tepat
5. Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tata cara yang
paling tepat.
6. Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (interpreting and
estabilishingpolicy), misalnya menafsirkan kebijakan atasan dan
menetapkan kebijakanoperasional.
Peran kepemimpinan yang berhubungan dengan hierarki
perencanaan menurut Marquis dan Huston (2013), yaitu:

1. Mengkaji lingkungan eksternal dan internal


2. Berpikir kreatif dan inovatif dalam perencanaan
3. Mempengaruhi dan menginspirasi anggota agar aktif terlibat dalam
perencanaan jangka panjang
4. Secara periodik melakukan klarifikasi nilai untuk meningkatkan
kesadaran diri
5. Mengarahkan untuk mendengarkan aktif dan memberikan umpan
balik
6. Mengkomunikasikan tujuan organisasi kepada anggota
7. Memotivasi anggota untuk terlibat aktif dalam mengambil keputusan
8. Terbuka untuk ide baru dan berbagai ide
9. Menjadi model peran dalam menetapkan metode perencanaan

2.2.3. Fungsi Pengorganisasian


Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan
pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap (Swanburg, 2013)
meliputi :

1. Struktur organisasi
Struktur organisasi ruang rawat inap terdiri dari : struktur, bentuk
dan bagan. Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan
struktur organisasi ruang rawat inap untuk menggambarkan pola
hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal maupun horizontal.
Juga dapat dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab
serta jalur tanggung gugat. Bentuk organisasi disesuaikan dengan
pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan.
2. Pengelompokam kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang
harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan
sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengelompokan kegiatan dilakukan
untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki serta disesuaikan
dengan kebutuhan klien. Ini yang disebut dengan metoda penugasan
keperawatan. Metoda penugasan tersebut antara lain : metode fungsional,
metode alokasi klien/keperawatantotal, metode tim keperawatan, metode
keperawatan primer, dan metode moduler.

3. Koordinasi kegiatan
Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan
kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk
menciptakan suasana kerja yang kondusif. Selain itu perlu adanya
pendelegasian tugas kepada ketua tim atau perawat pelaksana dalam
asuhan keperawatan di ruang rawat inap.

4. Evaluasi kegiatan
Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk menilai
apakah pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala ruang berkewajiban
untuk memberi arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan
dilakukan.Untuk itu diperlukan uraian tugas dengan jelas untuk masing-
masing staf dan standar penampilan kerja.

5. Kelompok kerja
Kegiatan di ruang rawat inap diperlukan kerjasama antar staf dan
kebersamaan dalam kelompok, hal ini untuk meningkatkan motivasi kerja
dan perasaan keterikatan dalam kelompok untuk meningkatkan kualitas
kerja dan mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan.

Keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala ruangan sebagai


manajemen yang terintegrasi dalam pengorganisasin menurut Marquis
dan Huston (2010) yaitu:
1. Kepala ruangan memandang struktur organisasi sebagai peta yang
memberi jalan kepada siapa mereka harus berkomunikasi dan siapa
yang memiliki kewenangan
2. Kepala ruangan memiliki pemahaman personal tentang rancanagan
organisasi yang lebih besar
3. Kepala ruangan memahami kesulitan yang menyertai setiap
struktur, sehingga dapat memberi dukungan.
4. Kepala ruangan harus memiliki pengetahuan tentang budaya
organisasi, meningkatkan pengembangan budaya yang konstruktif,
menjelaskan serta mengkomunikasikan pengembangan budaya
tersebut kepada perawat pelaksana.
5. Kepala ruangan berpikir kritis dan memiliki perilaku model peran
yang baik untuk menyelesaikan masalah
6. Kepala ruangan menahan diri untuk tidak menghakimi dan
mendukung semua anggota untuk ikut berpartisipasi dan
berkontribusi
7. Kepala ruangan memahami organisasi dan mengenali apa yang
dapat dibentuk, diubah, dan yang tetap.

2.2.4. Fungsi Ketenagaan


Ketenagaan mengerjakan perekrutan, wawancara, mengontrak, dan
orientasi staf. Keberhasilan perekrutan tergantung pada sumber daya alam,
jumlah tenaga perawat yang memadai, gaji yang kompetitif, reputasi
organisasi, dayatariklokasi, dan status ekonomi. Manajer bertanggung jawab
dalam merekrut perawat (Swanburg, 2013). Hubungan kepala ruangan
dengan perekrut harus bersifat kolaboratif. Kepala ruangan terlibat dalam
perekrutan, wawancara, dan pemilihan pegawai. Keterlibatan kepala
ruangan tergantung pada besar institusi, adanya departemen personalia yang
terpisah, adanya perekrut perawat organisasi tersebut dan penggunaan
manajemen keperawatan yang sentralisasi dan desentralisasi. Merekrut
perawat dilakukan dengan wawancara sebagai metode seleksi penerimaan
perawat (Marquis dan Huston, 2013).
Wawancara dapat dijadikan sebafai landasan untuk memilih orang
untuk berbagai posisi. Hal yang paling penting dalam perektutan adalah
mengawasi staf baru selama proses (Swanburg, 2013). Program orientasi
yang dipersiapkan dan dilaksanakan dengan baik mengajarkan perawat baru
mengenai perilaku yang sesuai dengan tujuan organisasi. Orientasi perawat
baru yang berhasil akan mengurangi terjadinya gesekan (Marquis dan
Huston, 2013). Peran kepala ruangan dalam ketenagaan meliputi
perencanaan untuk keperluan ketenagaan selanjutnya dan perubahan di
dunia keperawatan. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam penyusunan
sistem kepegawaian (Gillies, 2015). Kepala ruangan sangat berperan dalam
penjadwalan, pengembangan perawat, sosialisai perawat, mengadakan
pelatihan untuk perawat (Marquis dan Huston, 2013). Manager harus
mengetahui jumlah jabatan yang diatur pada setiapklasifikasi kerja temasuk
jabatan yang kosong. Anggaran keuangan angan memperlihatkan pekerja
apa yang dibutuhkan (Gillies, 2015).
Penjadwalan yang dilakukan sendiri memberikan kesempatan dan
tanggung jawab kepada perawat untuk membuat jadwal kerja sendiri
(Marquis dan Huston, 2013). Gillies (2015) menyatakan bahwa dalam hal
penjadwalan kepala ruangan harus mengatur tentang pola-pola perputaran
jawdal, jadwal-jadwal liburan, dan praktek-praktek lembur. Alat dan metode
yang digunakan untuk menentukan kebutuhan kepersonaliaan perlu ditinjau
ulang secara berkala. Tanggung jawab fiskal dan etis adalah fungsi yang
menyertai ketenagaan (Marquis dan Huston, 2013).Berdasarkan pada
filosofi para kepala ruangan dalam hal mengembangkan fungsi ketenagaan
menurut Gillies (2015) adalah sebagai berikut:

1. Memberikan seorang staf perawat yang professional secara


keseluruhan dalam ruangan
2. Memberikan staf yang tepat dengan perbandingan perawat 1:1
dengan pasien untuk setiap jam kerja
3. Tenaga kesehatan lain dengan perbandingan 2:1 dengan pasien setiap
ruangan.
4. Melibatkan seluruh staf perawat dalam menyusun program
ketenagaan
5. Membagi tenaga perawat secara merata dalam hal jadwal libur, jam
kerja,waktu putaran, waktu istirahat.
6. Bertanggung dalam perencanaan ketenagaan
7. Membuat jadwal perawat paling cepat jadwal 2 bulan
8. Mengerti akan kebutuhan staf dalam hal istirahat, liburan
9. Memberikan penghargaan kepada perawat berprestasi.

2.2.5. Fungsi Pengarahan


Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan
kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan
perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala
ruangan dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi
motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian,
menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan
koordinasi (Swanburg, 2013). Memotivasi adalah menunjukkan arah
tertentu kepada perawat atau staf dan mengambil langkah yang perlu untuk
memastikan mereka sampai pada tujuan (Soeroso, 2015).
Kepala ruangan haruslah menunjukkan bahwa ia memiliki
kemampuan bekerja yang harmonis, bersikap objektif dalam menghadapai
persoalan dalam pelayanan keperawatan melalui pengamatan, dan objektif
juga dalam menghadapi tingkah laku stafnya. Kepala ruangan harus peka
akan kodrat manusia yang punya kelebihan dan kekurangan, memerlukan
bantuan orang lain, dan mempunyai kebutuhan yang bersifat pribadi dan
sosial (Muninjaya, 2014).
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal yang baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan
pasien, staf, dan atasan setiap hari (Nursalam, 2012). Komunikasi
membentuk intikegiatan manajemendan melewati semua proses manajemen
(Marquis dan Huston, 2013). Prinsip komunikasi manajer keperawatan
menurut Nursalam (2012), yaitu:
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena
dampak dari keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal
dan informal perlu dibangun antara manajer dan staf
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses
yang tak terpisahkan dalam organisasi
3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
4. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara
adekuat, lengkap dan cepat.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima
6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam
komunikasi.

Konflik sering terjadi dalam tatanan asuhan keperawatan. Konflik


yang terjadi antar staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan
keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter (Swanburg, 2013). Manajer
memiliki interaksi dengan staf yang memiliki nilai, keyakinan, latar
belakang dan tujuan berdeda yang menjadi sumber terjadinya konflik
(Marquis dan Huston, 2013). Sebagai manajer keperawatan, kepala
ruangan memiliki asumsi bahwa konflik suatu hal yang dapat dihindari
dan jika konflik tidak dikelola dengan baik, maka dapat menghasilkan
penyelesaian yang kreatif dan berkualitas. Kepala ruangan menggunakan
konflik yang konstruktif dalam menciptakan lingkungan yang produktif
(Nursalam, 2012).Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan
dengan baik. Dauglas dalam Swansburg (2013) mengatakan bahwa ada
dua belas aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada
manajemen, yaitu:

1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan


keperawatan, pasien dan perawat pelaksana
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan
dengan tugas-tugas perawat pelaksana
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat
pelaksana
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran,
konsultasi, dan evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterpretasikan protokol
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas
12. Menggunakan proses kontrol manajemen

2.2.6. Fungsi Pengendalian


Ukuran kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan dengan indikator
proses yaitu nilai dokumentasi keperawatan, indikator out put yaitu tingkat
kepuasan klien, tingkat kepuasan perawat, lama hari rawat. Untuk kegiatan
mutuyang dilaksanakan kepala ruang meliputi: Audit dokumentasi proses
keperawatan tiap dua bulan sekali, survei kepuasan klien setiap kali pulang,
survei kepuasan perawat tiap enam bulan, survei kepuasan tenaga kesehatan
lain, dan perhitungan lama hari rawat klien, serta melakukan langkah-
langkah perbaikan mutu dengan memperhitungkan standar yang ditetapkan
(Swanburg, 2013). Tambahan peran manajer dalam pengendalian adalah
menentukan seberapa baik staf melakukan tugas yang diberikan. Hal ini
dilakukan dengan penilaian kinerja. Proses penilaian kinerja staf dapat
digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai untuk
menghasilkan kualitas pelayanan yang tinggi (Nursalam, 2012). Marquis
dan Huston (2010) menyatakan bahwa penilaian kinerja membuat staf
mengetahui tingkat kinerja mereka.
Dalam melaksanakan penilaian kinerja, manajer perlu menetapkan
orang yang bertanggung jawab mengevaluasi setiap staf. Idealnya
supervisor mengevaluasi rekan terdekatnya, dimana satu orang
mengevaluasi kerja rekannya secara akurat (Nursalam, 2012). Staf harus
dilibatkan dalam proses penilaian kinerja dan memandang penilaian ini
sebagai hal yang akurat dan adil (Marquis dan Huston, 2013). Peran
manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi faktor
lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya
bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran
manajer dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan
meningkatkan kepuasan staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari
terpenuhinyakebutuhan fisik, psikis,dimana kebutuhan psikis tersebut dapat
terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini
dapat ditanamkan kepada manajer agar diciptakan suasana keterbukaan dan
memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya (Marquis dan Huston, 2013).

2.3. Kerangka, Konsep, Filosofi, Visi, Misi dan Tujuan Keperawatan.


Berdasarkan pertimbangan kemajuan manajemen keperawatan dalam
memberikan arah kepada pencapaian tujuan dan menhgadapi masalah
manajerial dimasa mendatang,maka untuk mencapai harapan pelayanan
keperawatan dimasa mendatang perlu menentukan suatu kerangka konsep
keyakinan dasar,filosofi dan tujuan keperawatan yang dapat mengarahkan
seluruh kegiatan yang telah direncanakan dan mengatasi masalah
manajerial.

1. Kerangka konsep manajemen keperawatan


Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan adalah manajemen
partisipatif yang berdasarkan pada paradigma keperawatan yaitu
manusia, perawat, kesehatan dan lingkungan.

2. Filisofi keperawatan
Filosofi adalah keyakinan yang dimiliki individu atau kelompok
yang mengarah setiap pelaksanaan kegiatan indvidu atau kelompok
kepada pencapaian tujuan bersama.Filosofi manajemen
keperawatan keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan yang
berkualitas melalui pembagian kerja,koordinasi dan
evaluasi.Adapun filosofi manajemen keperawatan yaitu tim
keperawatan menyakini bahwa:

a. Mengerjakan hari ini lebaik baik dari hari esok.


b. Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama bidang
keperawatan.
c. Meningkatkan mutu kinerja keperawatan,berarti juga
peningkatan pelayanan keperawatan.
d. Pendidikan berkelanjutan sangat perlu untuk meningkatkan
pengetahuan keperawatan bagi pelaksana dan pengelola dan
merupakan tanggung jawab bidang keperawatan.
e. Keperawatan adalah proses keperawatan individualyang
membantu dan menunjang pasien melalui perubahan tingkat
kesehatan sehinnga mencapai keadaan fungsi dan optimal.
f. Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat
untuk setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
g. Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan
keperawatan yang bermutu.
h. Perawat adalah advokat pasien yang berpatisipasi melalui fungsi
komunikasi dan koordinasi segala tindakan keperawatan dan
pasien serta keluarga harus dilibatkan melalui perencanaan
sampai evaluasi.
i. Perawat berkewajiban untuk memberi pendidikan kesehatan
pada pasien dan keluarga dalam upaya meningkatkan fungsi
yang optimal,dan dan perencanaan pulangadalah proses transisi
dari rumah sakit ke komunitas merupakan bagian integral dari
perencanaan perawatan pasien

3. Visi dan misi keperwatan .


Pemahaman visi dan misi diharapkan setiap kegiatan
keperawatan,akan mengarahkan kepada pelaksanaan visi dan misi
tersebut.

4. Tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan merupakan pernyataan yang konkrit dan
spesifik tentang pelayanan keperawatan yang digunakan untuk
menetapakan prioritas kegiatan sehingga dapat mencapai dan
mempertahankan visi,misi dan didasari filosofi yang diyakini dalam
rumah sakit.

2.4. Lingkup Manajemen Keperawatan


2.4.1. Manajemen Operasional.
Pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bagian
keperawatan yang terdiri dari tiga tindakan manajerial yaitu:manajemen
puncak,manajemen menengah,dan manajemen bawah. Tindakan semua
orang yang dimiliki kedudukan dalam menejemen berhasil dalam
kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oelh seorang
pimpinan agar pentalaksanaan kegiatan dapat berhasil dengan baik.Faktor
yang perlu dimiliki oleh seseorang pimpinan anatara lain kemampuan
menerapkan pengetahuan, keterampilan kepemimpinan,kemampuan
menjalankan peran sebagai pemimpin serta kemampuan melaksanakan
fungsi manajemen (Sitorus,R,2014)

2.4.2. Manajemen asuhan keperawatan.


Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep manajemen didalamnya seperti:
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.

2.5. Strategi Pelaksanaan Manajemen Keperawatan Masa Mendatang


Fungsi manajerial yang paling penting dan harus dilaksanakan oleh
pemimpin adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan. Mempertimbangkan perubahan situasi yang berkaitan dengan
kegiatan keperawatan dimasa mendatang, manajer keperawatan diruangan
akan berpotensi menghadapi berbagai permasalahan Untuk mengurangi
kendala dan permasalahan yang timbul sebagai akibat dari perubahan peran,
fungsi dan tanggung jawab manajer keperawatan dimana diperlukan suatu
pendekatan dari sentralisasi ke desentralisasi, maka manajemen partisipasif
merupakan salah satu metode yang baik dapat dipilih ( Asmarani 2012 ).

2.6. Model Praktek Keperawatan Profesional


2.6.1. Sistematika Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
1. Orientasi Pasien Baru
Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat dan
klien keluarga dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan
klien/keluarganya dalam memberi Asuhan Keperawatan.Kontrak ini
diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien/keluarganya dapat terbina (trust).Hal – hal yang perlu
diperhatikan :
a. Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang (24 jam
pertama) dan kondisi klien sudah tenang.
b. Orientasi dilakukan oleh PP. Bila PP tidak ada, PA dapat
memberikan orientasi untuk klien dan keluarga, selanjutnya
orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP sesegera mungkin.
Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab terhadap
semua kontrak atau orientasi yang dilakukan.
c. Orientasi diberikan kepada klien dan didampingi anggota
keluarga yang dilakukan dikamar klien dengan menggunakan
format orientasi,selanjutnya klien diinformasikan untuk
membaca lebih lengkap format orientasiyang ditempelkan
dikamar klien.
d. Setelah orientasi, berikan daftar nama tim atau badge kepada
klien dan keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut
pada laci klien.
e. Orientasi ini dihitung kembali minimal setiap dua hari oleh PP
atau yang mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang
sudah diberikan sekaligus menginformasikan perkembangan
kondisi keperawatan klien dengan mengidentifikasi kebutuhan
klien
f. Pada saat penggantian dinas (dikamar klien), ingatkan klien
nama perawat yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan klien
atau keluarga melihat padadaftar nama tim.

Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan


menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien,
bertujuan :
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya, yaitu :
2. Persiapan
 Kedua kelompok dalam keadaan siap
 Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
3. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada
masing-masing penanggung jawab :
 Timbang Terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan Dari
Nurse Station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan
tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah
dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.
 Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakankepada perawat yang berikutnya. Adapun hal-hal
yang perlu disampaikan pada saat timbang terima antara lain
identitas klien dan diagnosa medik, masalah keperawatan yang
kemungkinan masih muncul, tindakan keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanakan, intervensi kolaborasi dan dependensi dan
rencana umum dalam kegiatan selanjutnya.

4. Konfrensi
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas sore atau melalui
sesuai dengan jadwal dinas pp Konfrensi bertujuan untuk :
 Membahas masalah setiap klien berdasarkan rempra yang
telah dibuat oleh pp
 Menciptakan klien yang menjadi tanggung jawab masing
masing PA
 Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien
pada hari itu perencanaan tindakan didasarkan pada renpra
yang di tetapkan olehPP
 Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien menjadi
tanggung jawabnya
PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang
masalah yang terkait dengan keperawatan klien meliputi
keluhan klien yang terkait dengan pelayanan seperti :
Keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisingan
pengunjung lain,ketidakhadiran dokter yang di konsulkan,
ketepatan pemberian Infus, ketepatan pemantauan asupan
haluaran cairan (1/O), ketepatan pemberian oral atau injeksi,
ketepatan pelaksanaan tindakan lain, ataupun ketepatan
dokumentasi. Hal – hal yang di bahas dalam konfrens antara
lain keadaan umum klien, keluhan utama, TTV dan
kesadaran klien , hasil pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik terbaru, masalah keperawatan, renpra hari ini,
perubahan terapi medis, dan rencana medis.

5. Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping
kliendilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim (
Nursalam 2017).
1) Tujuan Ronde Keperawatan
a) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis.
b) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berasal dari masalah klien.
c) Meningkatkan validitas data klien.
d) Menilai kemampuan justifikasi
e) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
f) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan.

2) Peran
a) Perawat Primer Dan Perawat Asosiate
Dalam menjalankan pekerjaanya perlu adanya
sebuah peranan yang bisa memaksimalkan keberhasilan
antara lain menjelaskan keadaan dan data demografi
klien, menjelaskan masalah keperawatan utama,
menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan, menjelaskan tindakan selanjutnya serta
menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan di ambil.
b) Peran Konsuler/espert
Adapun peran konsuler antara lain memberikan
justifikasi, memberikan reinforcement, melalui
kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional, mengarahkan dan koreksi,
dan mengintegrasikan teori dan konsep yang telah di
pelajari.
a. Persiapan
1. Penetapan kasus minimal satu hari sebelum
pelaksanaan ronde.
2. Pemberian Informed Consent kepada klien /
keluarga
b. Pelaksanan Ronde
1. Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal
ini difokuskan pada masalah keperawatan dan
rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu di
diskusikan.
2. Pemberian justifikasioleh perawat tentang
masalah klien serta rencana tindakan yang akan
di lakukan.
3. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas
yang telah dan yang akan di terapkan.
c. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan
pada klien tersebut serta menerapkan tindakan yang
perlu dilakukan.

2.6.2. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan


Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu
model keperawatan tim, model keperawatan fungsional, keperawatan tim
primer dan metode kasus.
a. Model Keperawatan Tim
Model keperawatan tim adalah sebuah metode dimana setiap
pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang di pimpin oleh
perawat professional yang terdiri dariperawat professional( register
ners) perawat praktis yang mendapat ijin, dan pembantu perawat.
Keuntungan keperawatan tim adalah keperawatan yang melibatkan
semua anggota tim dalam perencanaan asuhan keperawatan pasien,
memungkinkan semua tim berkomunikasi dalam penyelesaian konflik
sehingga mudah diatasi dan keperawatan tim memberikan perawatan
terbaik pada biaya rendah. Kelemahan keperawatan tim adalah dapat
menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total, keterbatasan tenaga kesehatan
membuang kebutuhan pasien tidak terpenuhi dan keperawatan tim
sulit untuk menentukan waktu untuk konferensi tim (Nursalam, 2017).
b. Model Keperawatan Fungsional
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana setiap tim atau
perawat merawat satu atau beberapa pasien pada saat dinas dan pada
hari berikutnya tidak dijamin dirawat oleh perawat yang sama.
Keuntungan perawatfungsional adalah dapat menyelesaikan banyak
tugas dalam waktu yang singkat.Kelebihan perawat fungsional adalah
manajemen klasik yang meningkatkan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas, pengawasan yang baik dan perawat senior dapat
menyibukkan diri dengan tugas manajerial.Kelemahan perawat
fungsional yaitu keperawatan fungsional membagi asuhan
keperawatan, persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan dan keperawatan fungsional membuat
hubungan perawat dengan pasien sulit terbentuk (Nursalam, 2017).
c. Model Keperawatan Primer
Keperawatan tim primer merupakan metode penugasan yang
paling dipuji dan digunakan saat ini karena metode ini merupakan
perluasan dari prinsip desentralisasi wewenang, dimana keputusan
tentang proses keperawatan dipusatkan pada individu perawat
fungsional. Perawat primer dipusatkan untuk merawat kebutuhan total
pasien dalam waktu 24 jam selama tinggal dirumah sakit (Nursalam,
2017).
d. Metode Kasus
Manajemen kasus merupakan suatu sistem pemberian
perawatan pasien yang berfokus pada pencapaian hasil dalam
kerangka waktu.Metode ini memfokuskan pada seluruh episode
penyakit, meliputi semua lingkungan dimana pasien menerima
perawatan.Metode ini meliputi praktik kolaboratif yang gilirannya
melibatkan kelompok profesional perawat yang kolaboratif untuk
memindahkan pasien melalui sistem.
e. Model Keperawatan Tim Modifikasi
Model keperawatan tim modifikasi sebaiknya dilakukan
dengan memperhatikan konsep-konsep sebagai berikut:

1. Ketua tim mampu menentukan prioritas kebutuhan asuhan


keperawatan klien,merencanakan,melakukan supervisi dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Selain itu harus mampu
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan filosofi
keperawatan.
2. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk kelanjutan asuhan
keperawatan. Dengan demikian pencatatan rencanakeperawatan
untuk setiap klien harusselalu tepat waktu dan asuhan
keperawatan selalu dinilai kembali untuk validitasnya.
3. Ketua tim harus menggunakan semua teknik manajemen dan
kepemimpinan.
4. Pelaksanaan keperawatan tim sebaiknya fleksibel atau tidak
kaku.

Peran dan Fungsi Perawat pada Metode Tim Modifikasi


Pada metode tim modifikasi tugas dan tanggungjawab didalam melaksanakan
asuhan keperawatan dibedakan atas tugas dan tanggungjawab kepala ruang, ketua
tim, PA.

a. Kepala Ruang Rawat


Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah perawat
dengan kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP
tingkat I adalah perawat dengan jenjang pendidikan S.Kep atau Ners dengan
pengalaman. Kepala ruang bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi. Adapun
tugas dan tanggungjawab kepala ruang rawat adalah:
 Membuat jadwal dinas
 Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.
 Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
ruangan.
 Mengorientasikan pegawai baru, resident, mahasiswa kedokteran
atau keperawatan yang akan melakukan praktek diruangan,
menganjurkan membaca format orientasi ruang MPKP.
 Melakukan administrasi dan kegiatan surat menyurat.
 Membimbing siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan
keperawatan diruangan dengan mengikuti sistem MPKP.
 Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang
harmonis dengan klien, keluarga dan tim kesehatan lain, antara
lain KaRu bersama KaTim mengingatkan kembali klien dan
keluarga tentang perawatan yang bertanggung jawab terhadap
mereka di ruangan yang bersangkutan
 Mengecek kelengkapan peralatan
 Melaksanakan pembinaan terhadap KaATim dan PA dalam hal
penerapan MPKP termasuk tingkah laku profesional. Bila
tim/KaTim cuti, tugas dan tanggung jawab KaTim terebut di
ambil alih oleh KaRu dan dapat dilegelasikan kepada PA senior
(wakil ketua tim/KaTim pemula yang di tunjuk tetapi tetap di
bawah pengawasan kepala ruangan) Melakukan pertemuan rutin
dengan semua perawat setiap bulan unruk membahas kebutuhan
diruangan Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu
asuhan keperawatan

b. Ketua Tim/Perawat Primer


Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, KaTim pemula adalah perawat
dengan kemampuan DIII keperawatan dengan pengalaman dan pada
MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan S.kep/ners. Tugas
dan tanggung jawab katim adalah;
 Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal masuk
ruangan berdasarkan format orientasi klien dan keluarga.
 Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi
pengkajian yang dilakukan PA sore.
 Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisa
standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian. Menjelaskan
renpra yang sudah di tetapkan kepada PA di bawah tanggung
jawabnya.
 Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien setiap
giliran jaga shift
 Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam implementasi
tindakan keperawatan apakah ssudah sesuai dengan SOP
 Monitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
 Membantu memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
 Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
 Melakukan kegiatan serah terima klien bersama PA
 Mendampingi dokter visite dibawah tanggung jawabnya
 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari
 Melakukan pertemuan dengan klien dan keluarga minimal tiap 3
jam
 Bila tim/KaTim libur maka tugasnya digantikan oleh PA yang
telah di tunjuk
 Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
Membuat perencanaan pulang

c. Perawat Asosiatif
Kemampan PA dan MPKP pemula atau MPKP tingkat I, sebaiknya perawat
dengan kempuan DIII keperawatan.Namun beberapa kondisi bila belum
semua tenaga mendapat pendidikan tambahan pada beberapa ruangan
MPKP yang dikembangkan.

Tugas dan tangguang jawab PA adalah sebagai berikut;


 Membaca renpra yang telah di tetapkan oleh PP
 Membina hubungan terapeutik dengan klien dan
keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan
oleh PP
 Menerima klien baru dan memberikan informasi
berdasarkan format orientasi klien dan keluarga
 Melakuakn tindakan keperawatan kepada klien
berdasarkan renpra
 Mengikuti visite dokter blia PP tidak ada ditempat
Mengecek kerapian dan kelengkapan status pasien
 Mengkomunikasikan PP/PJ dinas bila menmukan masalah yang
perlu diselesaikan
 Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatann dan tindakan
 Berperan serta dalam penkes pada klien dan keluarga yang di
lakukan PP
 Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya
Membantu tim lain yang membutuhkan

2.7. Unsur Input


2.7.1. Man
1. (Kuantitas Ketenaga Kerjaan)
a. Ketenaga Kerjaan Menurut Douglas
Klasifikasi derajat ketergantungan yang yang didasarkan pada Douglas
(1992) dibagi menjadi 3 yaitu perawatan minimal, parsial dan total. Perawatan
minimal (1-2 jam/24 jam) dimana pasien mampu menjaga makan, minum dan
kebersihan diri secara mandiri, ambulanci dalam pengawasan dan pengobatan
secara minimal. Perawatan parsial (3-4 jam/24 jam) dimana pasien mampu
membutuhkan pemenuhan kebersihan diri, makan dan minum dan
membutuhkan observasi tiap 4 jam dengan pasien falley cateter. Pasien dengan
perawatan total (5-6 jam/24 jam) adalah pasien dengan pasien dengan
disorientasi, luka kompleks, membutuhkan bantuan pada seluruh pemenuhann
kebutuhan dasar, membutuhkan observasi tanda tanda vital setiap 2 jam
Tabel2.1 Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenaga Kerjaan Keperawatan

b. Ketenagaan Menurut Departemen Kesehatan


Kriteria pasien Jam perawatan Jumlah

Perawatan minimal 1- 2 jam


Orang
Peratan parsial 3 – 4 jam
Orang
Perawtan total 5 – 6 jam
Orang
Jumlah

 Jumlah Tenaga Keperawatan Yang Bertugas


Rumus
Jumlah Perawatan Diruangan / Hari

Jam Efektif Perawat

 Jumlah Tenaga Keperawatan Yang Libur


Rumus
(Jumlah Hari Libur/Tahun+Jumlah Hari Libur Besar / Tahun + Jumlah Hari
Cuti) X A Jumlah Hari Kerja / Tahun
 Tenaga Non Keperawatan

Rumus
( Jumlah Tenaga Keperawatan + Jumlah Tenaga Yang Libur ) X 25
% Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan dalam ruangan
adalah X = jumlah perawat + jumlah perawat libur + jumlah tenaga
non keperawatan

c. Ketenagaan Menurut rumus Gillies:


1) menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien
perhari yaitu:
 Keperawatan langsung :
-Self care dibutukan = 2 jam
-Partial care dibutuhkan = 3 jam
-Total care = 4-6 jam
-Intensive care = 8 jam

Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan


padasuatu unitperawatan dengan menggunakan rumus (Gillies,
1989) sebagai berikut :
AXBXC F

=
(C-D)XE G

Keterangan :

A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari


B = rata-rata jumlah pasien/hari(BOR X jumlah tempat tidur)
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun
G = jumlah jam kerja efektif/tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari:
Rata-rata jam perawatan/hari x rata-rata jumlah jam perawatan/hari

Jumlah jam kerja efektif/tahun d.perhitungan tenaga libur

1. jumlah hari tak kerja/tahun


Hari minggu (52 hari)+ cuti tahunan(12 hari)+ hari besar(12 hari)+
cuti sakit atau ijin(10 hari)= 86 hari

2. jumlah hari kerja efektif/tahun


jumlah hari dalam setahun-jumlah hari tak kerja=365-86=279 hari

3. jumlah hari efektif/minggu=279:7= 40 minggu jumlah jam kerja


perawat/minggu= 40 jam

4. jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus


ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan atau cadangan) naga
keperawatan yang dibutuhkan per shif, yaitu dengan
ketentuan.proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%.

2. Kualitas Ketenaga Kerja


Di Indonesia saat ini terdapat 3 macam pendidikan tenaga
keperawatan yaitu SPK, DIII keperawatan, dan Sarjana
Keperawatan/Ners. Lulusan D III keperawatan disebut dengan
perawat pemula namun sudah dibekali dengan profesional yang
bergelar Amd.Kep yang sudah menguasai ilmu keperawatan dan ilmu
penunjang lainnya. Program Ners menghasilkan perawat profesional,
generalis dengan gelar akademik S. Kep dengan profesi Ners (Ns)
yangmempunyai landasan kukuh dan landasan profesi yang mantap,
sesuai dengan sifatnya sebagai profesi (akademik- profesional).
2.7.2. Money
Top Down metode ini menggunakan informasi utama dari
rekeningatau data keuangan rumah sakit yang telah ada. Langkah pertama
adalah mengidentifikasi pengeluaran-pengeluaran rumah sakit yang terkait
dengan penyediaan layanan rawat inap. Langkah selanjutnya adalah
mengklasifikasikan pengeluaran-pengeluaran tersebut ke masing-masing
cost center seperti bangsal rawat inap, gaji dan jasa medis dan
ruanganlainnya.

2.7.3. Metode
1. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Praktik keperawatan pada dasarnya adalah memberikan asuhan
keperawatan, yaitu mulai dari melaksanakan pengkajian keperawatan,
merumuskan diagnosis keperawatan, menyusun perencanaan tindakan
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan (termasuk tindakan
medik yang dapat dilakukan oleh perawat) sampai evaluasi terhadap hasil
tindakan dan akhirnya mendokumentasikan hasil keperawatan
sebagaimana tercantum dalam Standar Operasional Prosedur (SOP). SOP
merupakan suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah kegiatan yang
dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu pasien. Tujuan umum
Standar Operasional Prosedur adalah untuk mengarahkan kegiatan asuhan
keperawatan untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga
konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
pemenuhan standar yang berlaku. Prinsip- prinsip SOP, adalah sbb :

a) Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan


b) Dapat berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau
perkembangan IPTEK serta peraturan yang berlaku
c) Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada
setiap upaya, di samping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap
kegiatan pelayana.
d) Harus didokumentasikan
Proses pembuatan SOP melalui beberapa tahap yaitu, antara lain:
 Merumuskan tujuan protap
 Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap
 Menerjemahkanpolicy/kebijakan/ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan
kebijakan berguna untuk terjaminnya suatu kegiatan, membuat standar
kinerja, dan menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja.
 Membuat aliran proses yang digambarkan dalam bentuk bagan-bagan
proses atau urutan jalannya suatu produk/tata cara yang mencatat segala
peristiwa seperti memberi gambaran lengkap tentang apa yang
dilaksanakan dan membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran
dan fungsinya dengan pihak lain.
 Menyusun prosesdur atau pelaksanaan kegiatan.

2. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)


Masyarakat memerlukan pelayanan keperawatan yang bermutu dan
di landasi dengan jiwa manusiawi.Pelayanan keperawatan mendominasi
pelayanan rumah sakit sehingga menjadi komponen akreditasi rumah
sakit.Oleh karena itu, diperlukan suatu keseragaman dalam memberikan
pelayanan dengan memberlakukan Standar Asuhan Keperawatan (SAK).
SAK adalah level kinerja atau performance yang diinginkan dan dapat
dicapai dimana kinerja aktual dapat dibandingkan. SAK diperlukan untuk
meningkatkan, menuntun dan mengarahkan praktik keperawatan
professional. Tujuan penting SAK lainnya, adalah proteksi terhadap
public, pengaturan praktik perawat, pemberian ijin institusi pendidikan
keperawatan, pembuatan pedoman administrasi, penafsiran harapan publik
dan professional pelayanan kesehatan lainnya terhadap praktik perawat
serta acuan legal untuk praktik yang layak.

2.7.4. Material
Material merupakan perawatan penunjang yang mendorong
kelancaran dalam memberikan asuha keperawatan pasien secara kualitatif
yang tersedia sesuai dengan standar yang telah ditstapkan. Fasilitas danalat
alat kedokteran maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang
telah ditetapkan oleh masing masing rumah sakit yang disesuaikan dengan
jenis dan kapasitas unit pelayanan.
Adapun yang menjadi syarat/standar sebuah ruangan perawatan yang
baik, antara lain:
a. Tenang
b. Terjaga kebersihannya
c. Sirkulasi udara dan cahaya yang baik
d. Luas ruangan cukup nyaman
e. Privasi klien terjaga
f. Memenuhi standar keamanan pasien.

2.7.5. Mutu
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan
secara efisien dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayan
yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien,
memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam
pengembangan pelayanan kesehatan atau keperawatan sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal.
Mutu pelayanan keperawatan yang baik merupakan harapan seluruh
pasien. Gillies (2015) mendefinisikan mutu perawatan adalah aplikasi
pengetahuan medis yang tepat bagi perawatan pasien menyeimbangkan
resiko yang melekat pada intervensi keperawatan dan keuntungan yang
diharapkan dari intervensi keperawatan. Menurut Depkes (2017) pelayanan
keperawatan bermutu apabila pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
standar yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan mutu pelayanan
keperawatan adalah pelayanan keperawatan sesuai standar, melebihi
harapan dan menimbulkan kepuasan, kenyamanan serta keselamatan pasien.
Namun saat ini banyak ditemukan permasalahan terkait mutu pelayanan
keperawatan. Indikator mutu pelayanan keperawatan klinik SP2KP meliputi
: (Depkes RI, 2017)

a. Identifikasi Pasien Berupa Gelang Pasien


Merupakan suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang
mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar
dapat membedakan pasien yang satu dengan yang lain guna memberikan
pelayanan yang secara tepat pengobatan dan prosedur tindakan pasien. Di
dalam gelang pasien ada tiga poin didalamnyanama, tanggal lahir dan
nomor RM. Gelang pasien mempunyai 2 warna yaitu biru untuk laki laki
dan pink untuk perempuan.Di ruang hcu sudah menerapkan gelang
identifikasi yang diberikan oleh rumah sakit.

b. Kebersihan (Hard Hygine) Untuk Mencegah Infeksi Nosokomial


Salah satu personal hygine yang sangat mudah adalah dengan mencuci
tanngan disetiap 5 saat yaitu :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan aseptik
3. Sesudah terpapar dengan cairan tubuh
4. Sesudah kontak dengan pasien
5. Sesudah kontak dengan lingkungan pasien
Cuci tangan menggunakan handrup dilakukan 20–30 detik,
sedangkan menggunakan sabun dan air mengalir dilakukan 40-60 detik,
untuk mencuci tangan menggunakan handrup setelah 5-6 kali harus
melakukan cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Semua
petugas dan pengunjung harus memahami 5 momen mencuci tangan,
sehingga salah satu prinsip pencegahan dan kontrol infeksi dapat berjalan
dengan baik.Mencuci tangan sangat penting, karena selain mengurangi
angka penularan infeksi (helathcare – associated infection –
HAIs/HCAI), bahkan yang berbahaya seperi MRSA. Hygen tangan ini
juga memiliki keuntungan lain yaitu jika pasien tidak memiliki infeksi
tambahan maka kesembuhan pasien diharapkan akan terjadi pada waktu
yang diperkirakan atau tidak memanjang akibat penyakit lain.

c. Dekubitus
Tekanan yang berkepanjangan merupakan penyebab utama ulkus
dekubitus karena tekanan dapat menyebabkan iskemia jaringan
lunak.Ternyata, banyak faktor lain yang juga ikut berperan dalam terjadinya
ulkus dekubitus seperti shear (geseran/luncuran), Friction (gesekan),
kelembaban yang berlebihan, dan mungkin juga infeksi (Maklebust &
Sieggreen, 2011). Dekubitus adalah istilah yang digunakanuntuk
menggambarkan gangguan integritas kulit.Dekubitus merupakan masalah yang
dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, pasien yang sangat lemah,
dan pasien yang lumpuh dalam waktu lama, bahkan saat ini merupakan suatu
penderitaan sekunder yang banyak dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di
rumah sakit (Morison 2013).
Hasil penelitian Suheri (2016) menunjukkan bahwa lama hari rawat
dalam terjadinya luka dekubitus pada pasien immobilisasi 88,8% muncul luka
dekubitus dengan rata-rata lama hari rawat pada hari ke lima perawatan.
Jaringan kutan menjadi rusak atau hancur, mengarah pada pengrusakan
progesif dan nekrosis dari jaringan lunak dibawahnya (Smeltzer, Potter dan
Perry 2015). Terkait dengan peran perawat dalam upaya pencegahan luka
tekan, Potter and Perry (2015) menyatakan ada 3 (tiga) area intervensi
keperawatan utama dalam pencegahan luka tekan yakni (pertama) perawatan
kulit yang meliputi perawatan hygiene dan pemberian topikal, (kedua)
pencegahan mekanik dan dukungan permukaan yang meliputi penggunaan
tempat tidur, pemberian posisi dan kasur terapeutik dan (ketiga) edukasi.
Menurut Suheri (2016) menunjukan bahwa lama hari rawat dalam terjadinya
luka dekubitus pada pasien imobilisasi 88,8%, muncul luka dekubitus dengan
rata – rata lama hari rawat.

Contoh rumus :

jumlah pasien yang terkena decubitus x 100%


Jumlah pasien yang berada pada hari itu

Pengkajian resiko terjadinya dekubitus ada 5 instrumen yang digunakan


dalam mengkaji resiko terjadinya dikubitus (kozier, 2010). Sedangkan
menurut Jaul (2010), instrumen yang paling banyak digunakan serta
direkomendasikan dalam mengkaji resiko terjadinya dikubitus antara lain
: skala Norton, Braden, dan skala waterlow.

1. Skala Norton
Skala Norton pertama kali ditemukan pada tahun 1962, dan skala ini
menilai 5 faktor resiko terhadap kejadian dikubitus diantaranya adalah:
kondisi fisik, kondisi mental, aktifitas, mobilisasi, dan inkontinesia. Total
nilai berada diantara 5 – 20. Nilai 16 dianggap sebagai nialai berresiko
(Norton, 1989), sedangkan pada penelitian yang dilakukan Carville,(2017),
apa bila mencapai skor 14 dinyatakan diambang resiko dikubitus dan bila
skor ≤12, dinyatakan beresiko tinggi terjadinya dikubitus.
2. Skala Braden
Pada skla Braden terdiri dari 6 sub skla faktor resiko terhadap
kejdiaan dikubitus diantaranya adalah : persepsi sensori, kelembaban,
aktifitas, mobilitas, nutrisi, pergeseran atau gesekan. Nilai total
berada pada rentang 6 – 23, nilai rendah menunjukan resiko tinggi
terhadap kejadian dikubitus (Braden dan Bergstron,2010). Apabila
skor didapat mencapai ≤16, maka dianggap resiko tinggi mengalami
dikubitus (Jaul,2010).
3. Skala waterlow
Hasil revisi pada tahun 2015, pada skala waterlow terdapat 9 kategori
klinis yang meliputi : tinggi badan dan peningkatan berat badan, tipe
kulit dan area resiko yang tampak, jenis krelamin dan usia, skrening
malnutrisi, mobilitas, malnutrisi jaringan, defisit neorologi, riwayat
pembedahan atau trauma, serta riwayat penggobatan
(AWMA,2012).Semakin tinggi skor, semakin tinggi resiko terjadinya
dikubitus. Skor lebih dari 20 diprediksi memiliki resiko sangat tinggi
terjadinya dikubitus (Carville,2017).
4. Skala Gosnell
Skala Gosnell pertama kali ditemukan pada tahun 1973. Pada skala
ini mengacu pada skala Norton, namun pada skala ini ada beberapa
poin penilaian yang digantikan seperti : kondisi fisik menjadi nutrisi,
dan inkontinensia dirubah menjadi kontinesia. Skala ini menilai 5
faktor diantaranya adalah : status mental, kontinensial, mobilissi,
aktifitas, dan nutrisi, total nilai berada pada rentang antara 5 – 20
dimana total nilai tinggi menggidentifikasi resiko kejadian dikubitus
(Gosnell, 2011). sedangkan menurut carville (2017), lima parameter
tersebut digolongkan lagi menjadi 3-5 sub kategori, dimanaskor yang
lebih tinggi mempunyai resiko lebih besar terhadap kejadian
dekubitus.
5. Skala knoll
Skala ini dikembangkan berdasarkan faktor resiko pasien yang
berada di ruang perawatan akut rumah sakit besar.pada skala ini ada
delapan faktor resiko terhadap kejadian dekubitus diantaranya adalah
: status kesehatan umum, status mental, aktivitas, mobilisasi,
intontinensia, asupan nutrisi melalui oral, asupan cairan melalui oral,
dan penyakit yang terjadi faktor predisposisi, total nilai berada pada
rentang 0 sampai 33, nilai tinggi menunjukkan resiko tinggi terjadi
dekubitus, nilai resiko berada pada nilai 12 atau lebih (kozier,2010).

Pencegahan dekubitus :
Pencegahan dekubitus merupakan proritas dalam perawatan pasien
dan tidak terbatas pada pasien yang mengalami keterbatasan
mobilitasi (potter & Perry, 2015). Untuk menguragi kemungkinan
perkembangan dekubitus pada semua pasien, perawat harus
melakukan berbagai macam tindakan pencegahan,seperti perawat
menjaga kebersihan kulit pasien, untuk mempertahankan integritas
kulit, mengajarkan pasien dan keluarga untuk pencegahan dan
memberikan asuhan keperawatan mengenai cara mencegah dekubitus
(kozier,2010).
Faktor – faktor yang meningkatkan resiko seseorang yang terkena
ulkus dikubitus :
1. Gangguan pergerakan tubuh
-Kerusakan tulang belakang
-Cedera otak berat
-Penyakit yang mengakibatkan kerusakan jaringan saraf pusat
-Menjalani fase penyembuhan
-Berada dalam keadaan koma.
2. Kurang asupan gizi Anoreksia nervosa Dehidrasi
-Disfagia / sulit menelan
3. Kondisi kesehatan tertentu
-Diabetes tipe satu dan dua
-Penyakit arteri ferifer
-Gagal jantung
-Gagal ginjal
-Penyakit paru kronis
4. Penuaan kulit
-Inkontinensia
-Gangguan mental
-Pengguna anggota tubuh buatan (prostetik)
-Gangguan saraf sensorik
-Merokok

Derajat luka dekubitus antara lain :

Derajat I Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,


tampak sebagai daerah kemerahan/eritema indurasi atau
lecet.

Derajat II Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh


dermis hingga lapisan lemah subkutan, tampak sebagai
ulkus yang dangkal, degan tepi yang jelas dan perubahan
warna pigmen kulit.

Derajat III Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak


subkutan, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah
mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang
berbau.

Derajat IV Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang di


dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada
tulang atau sendi.

Di Indonesia, pekerjaan perawat terikat oleh kode etik profesi


dimana terhadap pasien perawat melaksanakan tugasnya bersumber
pada kebutuhan pasien, dan terhadap tugas perawat mengutamakan
perlindungan dan keselamatan pasien serta matang dalam dalam
mempertimbangakan kemampuan jika menerima atau mengalih
tugaskan
d. Kesalahan dalam pemberian obat
Kesalahan dalam pemberian obat oleh perawat terjadi jika
perawat melakukan kesalahan dalam prinsip 6 benar dalam
pemberian obat yaitu benar pasien, benar obat, benar waktu
pemberian, benar dosis, benar cara pemberian dan benar
dokumentasi.
e. Pasien Jatuh
Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat
tidur ke lantai atau tempat lainnya yang lebih rendah pada saat
istirahat ataupun saat pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh
penyakit stroke, epilepsi, bahaya karena terlalu banyak aktivitas.
Angka kejadian pasien jatuh adalah persentase jumlah insidensi
pasien jatuh dari tempat tidur yang terjadi di sarana kesehatan pada
periode waktu tertentu setiap bulan.
f. Restrain
Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk
mobilisasi, terutama untuk pasien bingung atau disorientasi.
Restrain hanya digunakan bila metode lain sudah tidak efektif.
g. Perawatan Diri
Perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang
harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat
tidakterpenuhinya kebutuhan perawatan diri misalnya kulit, rasa
tidak nyaman, infeksi saluran kemih dan lain lain.
h. Kepuasan pasien
Tingkat kepuasan pasien berdasarkan efisiensi, efektivitas, biaya
dan perilaku terdiri dari:
 kelengkapan dan ketepatan informasi,
 penurunan kecemasan,
 perawat terampil professional,
 pasien merasa nyaman,
 terhindar dari bahaya,
 privacy terjaga,
 perawat ramah dan empati.
i. Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was seakan terjadi sesuatu sebagai
ancaman. Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien
karena dapat ketidaknyamanan, bertambahnya hari rawat.
j. Kenyamanan
Rasa nyaman adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.Nyeri
dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab atau bahkan tidak diketahu
penyebabnya
k. Pengetahuan
Pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang
penyakitnya dan discharge planning. Indikator ini menunjukkan kemungkinan
masalah dalam pemberian informasi pengetahuan pasien di ruang rawatan.

2.8. Unsur Proses


2.8.1. Perencanaan/ Planning
Perencanaan merupakan suatu cara atau metode yang digunakan
untuk meperbaiki atau meningkatkan suatu kegiatan. Dengan perencanaan
diharapkan hasil akhir dapat terwujud dan tidak melenceng dari harapan
awal. Perencanaan yang baik sangat bermanfaat untuk mempercepat proses
mendapatkan hasil yang diinginkan.
Perencanaan meliputi :
a. Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
b. Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c. Perencanaan jangka panjang (untuk tahun mendatang).

Dalam bidang keperawatan, perencanaan berfungsi untuk


meningkatkan kualitas pelayanan dan merawat pasien sehingga pasien
menjadi puas dan dapat memperbaiki pelayanan dalam merawat pasien
sehingga pasien menjadi puas dan dapat memperbaiki pandangan
masyarakat terhadap perawat. Menurut Swansburg (2013), perencanaan
digolongkan sebagai suatu konseptual yang mencakup unsur pokok
(strategis) dan operasional.

2.8.2. Organisasi/Organication
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu
pengertian secara statis dan pengertian secara dinamis.Jika dilihat secara
statis, organisasi merupakan suatu wadah kegiatan sekelompok yang
bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Adapun ciri-ciri organisasi, antara lain adalah :
a. Terdiri atas sekelompok orang
b. Ada kegiatan yang berbeda akan tetapi saling berkaitan
c. Setiap anggota mempunyai sumbangan usaha
d. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan

Setiap organisasi kemungkinan mempunyai prinsip-prinsip


dalam menjalankan tugasnya. Prinsip –prinsip organisasi diantaranya,
adalah :
a. Tujuan Yang Jelas (Clear Objective)
b. Skala Hirarki (The Scalar Principle)
c. Kesatuan Komando/Perintah (Unity Of Command)
d. Perlimpahan Wewenang (Delegation Of Authority)
e. Pertanggungjawaban (Responsibility)
f. Pembagian Kerja (Division Of Work)
g. Rentang Kendali (Span Of Control)
h. Fungsionalisasi (Functionalization)
i. Pemisahan Tugas (Task Separation)
j. Fleksibilitas/Kelenturan (Flexibility)
k. Keseimbangan (Balance)
l. Kepemimpinan (Leadership)

Model Praktek Keperawatan Professional (MPKP) adalah suatu


system (struktur, proses, nilai-nilai professional) yang memungkinkan
perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan
keperawatan. MPKP terdiri dari beberapa elemen substansi, yaitu sbb :
a. Nilai professional (inti MPKP)
b. Pendekatan manajemen
c. Metode pemberian Asuhan Keperawatan
d. Hubungan professional
e. Sistem kompensasi dan penghargaan.

Dalam system pemberian asuhan keperawatan/care delivery


system, ada beberapa teori yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan. Adapun metode dalam asuhan keperawatan meliputi:
metode tim, kasus, fungsional dan keperawatan primer.

2.8.3. Penggerak/Actuating
Menurut Douglas, actuating adalah pengeluaran penugasan,
instruksi yang memungkinkan pekerja memahami apa yang diharapkan dari
klien dan pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan
secara efektif dan efisien untuk mencapai objektif organisasi.
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengkoordinasian dan pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada
akhirnya akan bermuara pada “melaksanakan” kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya. Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam
tugas-tugas yang mampu dikelola, jika perlu dilakukan pendelegasian.
Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer
harus melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Menciptakan iklim motivasi


b. Mengelola waktu secara efisien
c. Mendemonstrasikan keterampilan komunikasi yang terbaik
d. Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
e. Melaksanakan system pendelegasian dan supervise
f. Negosiasi

Operan dilakukan dan diikuti oleh Karu, Katim, PJS, dan PA tergantung
dari waktu operan itu dilakukan.

a. Didahului dengan doa bersama


b. Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima
tanggung jawab dilakukan di station dengan suara
perlahan/tidak rebut
c. Menyebutkan identitas pasien, diagnosa keperawatan dan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaannya.
d. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan
keperawatan yang belum dilakukan
e. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift
f. Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan
(bila ada) dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
g. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift
h. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama
shift
i. Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift
berikutnya pada akhir tugas
j. Memberikan salam kepada pasien dan keluarga,
mengobservasi dan menginspeksi keadaaan pasien serta
menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam rangka
kualifikasi).
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti
oleh dinas berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam timbangterima, meliputi :


1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

2. Pelaksaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada
masing-masing penanggung jawab :
a. Timbang Terima dilaksanakan setiap penggantian
shift/operan
b. Dari Nurse station, perawat berdiskusi untuk
melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara
komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang
perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan
pada saat timbang terima antara lain identitas klien dan
diagnosa medik, masalah keperawatan yang
kemungkinan masih muncul, tindakan keperawatan
yang sudah dan belum dilaksanakan, intervensi
kolaborasi dan dependensi dan rencana umum dalam
kegiatan selanjutnya.

2.8.4. Pengawasan / Controlling


Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah
pelaksanaan kegiatan/pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman,
ketentuan, kebijakan, tujuan dan sasaran yang sudah ditentukan
sebelumnya melalui supervise. Adapun supervise, terdiri dari :

a. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri


atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki
atau mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu
juga.
b. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir.
Ketua tim membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama atau sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
c. Evaluasi merupakan upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah
disusun bersama ketua tim
d. Audit keperawatan dilakukan untuk keperluan mengevaluasi
hasil kerja diperlukan terlebih dahulu persiapan, seperti :
 Standart Operation Prosedur
 Standar atau pedoman diagnosis dan terapi
 Indikator penilaian penampilan.
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi
terakhir dari proses manajemen . Ada 3 macam pengawasan,
yaitu :
a. Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian yang
dipusatkan pada permasalahan pencegahan timbulnya
penyimpangan-penyimpangan dari bawahan terhadap
kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baik suber daya,
SDM bahan/alat maupun dana
b. Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat
pekerjaanberlangsung untuk memastikan sasaran tercapai
c. Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol
terhadap hasildari pekerjaan yang telah diselesikan, jika
ada penyimpangan akan merupakan pelajaran untuk
aktifitas yang sama di masa yang akan datang.

2.9. Unsur Output


2.9.1. Mutu
Mutu pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan
yaitu BOR, AVLOS, TOI, BTO.
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan Tempat tidur)
BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Standar
Internasional BOR dianggap baik adalah 80-90% sedangkan
standar nasional BOR adalah 60-85%.
b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien di
rawat) AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi,juga dapatmemberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkanpadadiagnosa tertentu yangdijadikan tracer
(yang perlu pengamatan lebih lanjut). AVLOS yang ideal 6-9hari.
c. TOI (Turn Over Interval = Tempat tidur tidak terisi)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
saat diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.Idelanya
tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari.

d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satuan waktu tertentu.
Idelnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50
kali (9-10x/3 bulan)

2.9.2. Hasil Evaluasi Penerapan SAK


Dokumentasi keperawatan adalah system pencatatan kegiatan
sekaligus pelaporan semua asuhan keperawatan sehingga terwujudnya data
yang lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien,
tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam
memenuhi kebutuhan pasien.Dokumentasi keperawatan merupakan suatu
upaya untuk membina dan mempertahankan akuntabilitas perawat dan
keperawatan.
Tujuan dari adanya dokumentasi keperawatan adalah sebagai
berikut:
a. Sebagai media komunikasi
b. Sebagai sarana pendidikan
c. Sebagai perhitungan biaya
d. Sebagai evaluasi perencanaan perawatan pasien
e. Sebagai jaminan mutu pelayanan
f. Sebagai dokumen yang sah

Sebagai data penelitian


Aspek-aspek penting dalam dokumentasi keperawatan, meliputi :
a. Keakuratan data
b. Breavity (ringkas)
c. Legibility (mudah dibaca)
Komponen dokumentasi keperawatan meliputi:
a. Pengkajian, meliputi : pengumpulan data dan
pengorganisasian data. Pengumpulan data dari hasil
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
b. Diagnosa Keperawatan : menggambarkan masalah pasien,
baik actual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian
data.
c. Rencana keperawatan : menentukan prioritas, tujuan,
kemungkinan pemecahan, metode pendekatan pemecahan
masalah.
d. Implementasi/tindakan : pemberian tindakan/ asuhan
keperawatan, meliputi :
 Evaluasi : memeriksa kembali hasil pengkajian
awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi
masalah dan rencana keperawatan pasien
termasuk strategi keperawatan yang telah
diberikan untuk memecahkan masalah pasien.
 Catatan asuhan Keperawatan : pencatatan
merupakan data tertulis tentang kesehatan pasien
dan perkembangan pasien selama dalam
pemberian asuhan keperawatan.

2.9.3. Kepuasan Pasien


Kualitas suatu pelayanan dapat diukur dari tingkat kepuasan
penggunaaan pelayanan tersebut. Semakin tinggi kepuasan pasien terhadap
pelayanan yang diberikan rumah sakit, maka semakin tinggi pula kualitas
pelayanan rumah sakit tersebut. Instrument yang digunakan adalah
instrument tingkat kepuasan pasien yang berjumlah 20 pernyataan.
Instrument dibagikan kepada pasien ruang Irna Cendana yang bersedia
menjadi responden.
2.9.4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang baik mengacu pada standar asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan.

2.10. Analisa SWOT


Metode perencanaaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman
(threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.Keempat faktor
itulahyang membentuk akronim SWOT (Strengths, weakness, opportunity dan
Threats).Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi
bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak mendukung dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis
SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar
matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu
mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunity) yang ada,
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakness) yang mencegah keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunity) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan
(strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir
adalahbagaiman cara mengatasi kelemahan (weakness) yang mampu membuat
ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptajan sebuah ancaman baru.

2.11. Prioritas Masalah Keperawatan


Salah satu cara menentukan masalah keperawatan
adalah dengan menggunakan metode CARL (Capability, Accesibillity,
Readness,Leverage)dengan menggunakan skor nilai 1-5.Kriteri CARL mempunyai
arti sbb:
a. C : Ketersediaan sumber daya (dana dan sarana/peralatan)
b. A :Kemudahan, masalah yang ada diatasi atau tidak. Kemudahan dapat
didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta penunjang
pelaksanaan seperti peraturan.
c. R : kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti
keahlian/kemampuan dan motivasi
d. L : seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.
Nilai total merupakan hasil perkalian dari C x A x R x L, urutan
rangking prioritas adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.

Contoh tabel : 2.2 .CARL (Capability, Accesibillity,


Readness,Leverage)

No. Masalah C A R L Nilai Rank

1 Masalah 1 3 2 1 2 12 5
2 Masalah 2 2 3 2 3 36 2
3 Masalah 3 3 1 3 1 9 7
4 Masalah 4 1 3 4 1 12 6
5 Masalah 5 1 2 3 4 24 3
6 Masalah 6 4 2 2 1 16 4
7 Masalah 7 5 3 1 3 45 1
BAB III

HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SWOT

3.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Gondanglegi


Sejarah berdirinya RSI Gondanglegi dimulai dari gagasan luhur para
tokoh yang tergabung dalam koperasi Petani Tebu Rakyat Malang Selatan
(PETERMAS) tahun 1954. Pada tahun 1955 koperasi PETERMAS membeli
bekas pabrik rokok bernama ISIMA dan dirubah penggunaannya menjadi
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) diberi nama Dewi Masyitoh dan Panti
Asuhan Yatim Piatu. Pada perkembangannya, pada tahun 1985 mendapat ijin
operasional rumah sakit dari Bupati Malang nomor: 445/2078/452.016/1985.
Selanjutnya pada tanggal 18 April 1996 mendapat ijin dari Menteri
Kesehatan nomor: Y.M.02.04.3.5.01599 kepada Yayasan Rumah Sakit Islam
Gondanglegi untuk menyelenggarakan Rumah Sakit Islam Gondanglegi
(RSIG).
Rumah Sakit Islam Gondanglegi terletak di jl. Hayam Wuruk No. 66 RT
01/RW 01 Desa Gondanglegi Wetan Kecamatan Gondanglegi Kabupaten
Malang. RSI Gondanglegi merupakan rumah sakit tipe “C” memiliki
kapasitas 95 tempat tidur dengan luas tanah 5.150 m² dan bangunan fisik
seluas 6.052 m². Dan pada 30 Juni 2019 telah memenuhi standar akreditasi
rumah sakit dengan lulusan tingkat utama dari Komisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS)

Nama Rumah Sakit: RSI Gondanglegi


Alamat : Jl. Hayam Wuruk No. 66 Gondanglegi – Malang 65174
Telepon : (0341) 879047, 879593, 878593
Fax : (0341) 875319
Email : rsigondanglegi@ymail.com
Website : www.rsigondanglegi.com
Kepemilikan : Yayasan Rumah Sakit Islam Gondanglegi
Kelas Rumah Sakit : Tipe C
SK Menkes RI : Y.M.02.04.3.5.01599
1. Visi RSI Gondanglegi
Visi adalah suatu cara pandang/gambaran jauh kedepan kemana instansi
pemerintah harus dibawa agar dapat dieksis, antisipatif dan inovatif, Visi
merupakan suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan
yang diinginkan oleh instansi pemerintah termasuk rumah sakit. Rumah Sakit
Islam Gondanglegi telah menetapkan visi yang ingin diwujudkan yaitu
“Rumah Sakit Islam Favorit Yang Mengutamakan Mutu dan
Keselamatan Pasien”.

2. Misi RSI Gondanglegi


Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh suatu organisasi agar
tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Misi merupakan
penjabaran dan implementasi dari visi yang telah ditetapkan lebih dahulu.
Adapun Misi RSI Gondanglegi adalah :

1. Meningkatkan kelas rumah sakit dari tipe D ke tipe C yang terakreditasi.


2. Menjaga mutu pelayanan dan mengutamakan keselamatan pasien.
3. Meningkatkan kerjasama kepada seluruh rekanan rumah sakit.
4. Membangun, merenovasi, mengadakan sarana prasarana dengan
terencana, sesuai standar, berestetika dengan pembiayaan rasional.
5. Menjadikan sebagai rumah sakit percontohan dalam pengelolaan
lingkungan hidup.

3. Motto RSI Gondanglegi


“Ikhlas dan Profesional Dalam Pelayanan”.
3.2. 5M (Man, Money, Metode,Material, Mutu)
3.2.1. Man
1. Struktur Organisasi

YAYASAN RSI GONDANGLEGI

DIREKTUR

KOMITE & TIM SATUAN PEMERIKSAAN


INTERNAL (STI)

WAKIL DIREKTUR WAKIL DIREKTUR


PELAYANAN MEDIK UMUM DAN KEUANGAN
DAN KEPERAWATAN

BIDANG PELAYANAN BIDANG KEPERAWATAN BIDANG PENUNJANG BAGIAN BAGIAN


BAGIAN AKUNTANSI
MEDIK (YANMED) KESEKTARIATAN UMUM DAN
KEUANGAN

SEKSI PELAYANAN SEKSI PELAYANAN SEKSI REKAM SUB BAGIAN SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
MEDIK RAWAT KEPERAWATAN MEDIK DAN TATA USAHA LOGISTIK
KEUANGAN
JALAN & RAWAT PELAPORAN
DARURAT SUB BAGIAN SUB
BAGIAN
SUB BAGIAN KEAMANAN
AKUNTANSI
SEKSI PELAYANAN SEKSI SEKSI PENUNJANG PERSONALIA
MEDIK RAWAT PEMBINAAN DAN MEDIK DAN DIKLAT
INAP & RAWAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
KHUSUS SEKSI PENUNJANG DAN PELATIHAN PEMELIHARAAN
PERENCANAAN
NON MEDIK SARANA
DAN EVALUASI
SUB BAGIAN
ANGGARAN
PEMASARAN DAN
HUBUNGAN
MASYARAKAT
INSTALASI KELOMPOK (HUMAS)
STAF MEDIS
(KSM)
Kepala Bidang
Keperawatan

Mutu Pelayanan
Kesehatan
(

Kepala Ruang Rawat


Inap Cendana
(

PJS Pagi PJS Siang PJS Malam

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ruang Cendana


2. Jumlah Tenaga di Ruang Irna Cendana
a) Jumlah Tenaga Perawatan di Ruangan Cendana

Masa Kerja
No Nama Jabatan Pend. Gol. (IRNA
CENDANA)
1 Mashudi, S. Kep., Ns KARU S1 IVA 2002 - sekarang

2 Nur Hamis, S.Kep., Ns PJ S1 IVA 2001 - sekarang

3 Merari Diana, Amd. Kep PJ D3 IVA 2013 - sekarang

4 Intan Nurul Karima, Amd. Kep PJ D3 IVA 2012 - sekarang


5 Yudha Prasetyo, Amd. Kep PP D3 IVA 2014 - sekarang
6 Vantri Mustika, Amd. Kep PP D3 IVA 2013 - sekarang
7 Ariej Wasilah, Amd. Kep PP D3 IVA 2014 - sekarang
8 Lutfiyah, Amd. Kep PP D3 IVA 2016 - sekarang
9 Khoridah, Amd. Kep PP D3 IVA 2016 - sekarang
10 Intan Herlinawati, S. Kep., Ns PP S1 IVA 2017 - sekarang
11 Muhammad Sholeh, S. Kep., Ns PP S1 IVA 2018 - sekarang

12 Eka Rosalina, S. Kep., Ns PP S1 IVA 2018 - sekarang

13 Wahyu Adiyanto, S. Kep., Ns PP S1 IVA 2018 - sekarang

14 Husnul Khotimah, Amd. Kep PP D3 IVA 2018 - sekarang


15 Afrischa Hardianti PP - - 2018 - sekarang
16 Endang S, S. Kep., Ns PP S1 - -
Tabel 3.1 jumlah Tenaga Perawatan di Irna Cendana
b. Mahasiswa

NO Klasifikasi Jumlah Masa Asal


Kerja Institusi
1 Mahasiswa Profesi Keperawatan 6 6 Minggu UNITRI
Jumlah : 6 Mahasiswa
Tabel 3.2 Jumlah Tenaga Mahasiswa di Irna Cendana

C.Tenaga Non-Medis

NO Klasifikasi Jumlah
1 Administrasi 1
2 Clening Servis 2
3 Ahli Gizi 1
4 Pekarya 1
Jumlah 5

Tabel 3.3 Jumlah Tenaga Non-Medis di Irna Cendana

3. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Kebutuhan tenaga perawat di ruang Irna Cendana
perawat klien kelolaan mahasiswa dari hasil pengkajian menurut rumus
perhitungan Gillies (2006) sebagai berikut:

a. Hari pertama data Tingkat ketergantungan pasien diruang Irna


Cendana berdasarkan pengkajian tanggal 27 Agustus 2019

Nama

NO BED Diagnosa Medis M P T

Pasien

1 TN. R B01 CKR 456 √


2 TN. A B02 SUSP PNEUMONIA √

3 TN. N B03 HILL D √

4 TN. S B04 HIPERGLIKEMIA √

5 TN. A B05 ABDOMINAL PAIN √

6 TN. R B06 POST OP KATARAK √

7 NY. S B07 ABDOMINAL PAIN √

8 NY. R B08 HR + CHEPALGIA √

9 NY. S B09 S TISUE TUMOR √

10 NY. S B10 HIPOGLIKEMIA √

11 NY. W B11 CHOLELITHIASIS √

12 NY. T B12 STRUMA √

13 NN. F B13 GEA √

14 NY. P B14 S MASA PARU √


15 NY. S B15 DM √

16 NY. T B16 SELULITIS + DM √

17 TN. T B17 ABDOMINAL PAIN √

18 TN. R B18 HT + URGENCY √

19 TN. S B19 S ILEUS OBSTRUK √

20 TN. R B20 POST OP KATARAK √

21 TN. D B21 CHOLELITHIASIS √

22 NY. B B22 COPD √

23 NY. N B23 BPPV √

24 NY. T B24 CVA INFARK √

Tabel 3.4 Pengkajian Tanggal 27 Agustus 2019

Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Douglass


1. Tingkat ketergantungan pasien
a. Mandiri : 0 orang
b. Parsial : 20 orang
c. Total : 4 orang

2. Kebutuhan Perawat
Jumlah kebutuhan per shift
Tingkat ketergantungan Pagi Sore Malam
Mandiri 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,07 = 0
Partial 20 x 0,27 = 5,4 20 x 0,15 = 3 20 x 0,07 = 1,4
Total 4 x 0,36 = 1,44 4 x 0,30 = 1,2 4 x 0,20 = 0,8
Jumlah 6 Orang 4 Orang 2 Orang

 Jumlah Kebutuhan Perawat per Hari


6 + 4 + 2 = 12 Orang
 Jumlah Loss Day
0,6 x jumlah kebutuhan per hari = 0,6 x 12 = 7 orang
 Jumlah Tugas Non keperawatan
25% x (jumlah perawat/hari + loss day) = 25% x (12+7) = 5 orang
 Jumlah Kebutuhan Perawat satu unit
Kebutuhan perawat/hari + loss day + tugas non kep = 12 + 7 + 5 = 24
orang
Berdasarkan rumus Douglas didapatkan hasil perhitungan rata-rata jumlah perawat
perhari adalah 12 orang.
b. Hari Kedua data Tingkat ketergantungan pasien diruang Irna
Cendana berdasarkan pengkajian tanggal 28 Agustus 2019
Nama
NO BED Diagnosa Medis M P T
Pasien

1 B01

SUSP
2 TN. A B02 PNEUMONIA √

3 TN. N B03 HILL D √

4 TN. S B04 HIPERGLIKEMIA √

ABDOMINAL
5 TN. A B05 PAIN √
6 B06

7 B07

8 B08

9 B09

10 NY. S B10 HIPOGLIKEMIA √

11 NY. W B11 CHOLELITHIASIS √

12 B12

13 NN. F B13 GEA √

14 NY. P B14 S MASA PARU √

15 NY. S B15 DM √

16 NY. T B16 SELULITIS + DM √

17 TN. T B17 ABDOMINAL PAIN √

18 TN. R B18 HT + URGENCY √

S ILEUS
19 TN. S B19 OBSTRUK √

20 B20

21 B21
22 B22
23 B23
24 NY. T B24 CVA INFARK √

Tabel 3.5 Pengkajian Tanggal 28 Agustus 2019


Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Douglas
1. Tingkat ketergantungan pasien
a. Minimal : 0 orang
b. Parsial : 10 orang
c. Total : 4 orang

2. Kebutuhan Perawat
Jumlah kebutuhan per shift
Tingkat ketergantungan Pagi Sore Malam
Mandiri 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,07 = 0
Partial 10 x 0,27 = 2,7 10 x 0,15 = 1,5 10 x 0,07 = 0,7
Total 4 x 0,36 = 1,44 4 x 0,30 = 1,2 4 x 0,20 = 0,8
Jumlah 4 Orang 3 Orang 2 Orang

Jumlah Kebutuhan Perawat per Hari


4 + 3 +2 = 9 Orang
Jumlah Loss day
0,6 x jumlah kebutuhan per hari = 0,6 x 9 = 5 orang
Jumlah Tugas Non keperawatan
25% x (jumlah perawat/hari + loss day) = 25% x (9+5) = 8 orang
Jumlah Kebutuhan Perawat satu unit
Kebutuhan perawat/hari + loss day + tugas non kep
9 + 5 + 8 = 22 orang

Berdasarkan rumus Douglas didapatkan hasil perhitungan rata-rata jumlah perawat


perhari adalah 22 orang.
c. Hari Ketiga data Tingkat ketergantungan pasien diruang Irna
Cendana berdasarkan pengkajian tanggal 29 Agustus 2019
Nama
NO BED Diagnosa Medis M P T
Pasien

1 B01

SUSP
2 TN. A B02 PNEUMONIA √

3 TN. N B03 HILL D √

4 TN. S B04 HIPERGLIKEMIA √

ABDOMINAL
5 TN. A B05 PAIN √

6 B06

ABDOMINAL
7 NY. S B07 PAIN √

8 NY. R B08 HR + CHEPALGIA √

9 NY. S B09 S TISUE TUMOR √

10 NY. S B10 HIPOGLIKEMIA √

11 NY. W B11 CHOLELITHIASIS √

12 NY. T B12 STRUMA √

13 NN. F B13 GEA √


14 NY. P B14 S MASA PARU √

15 B15

16 NY. T B16 SELULITIS + DM √

17 TN. T B17 ABDOMINAL PAIN √

18 TN. R B18 HT + URGENCY √

S ILEUS
19 TN. S B19 OBSTRUK √

20 B20

21 TN. D B21 CHOLELITHIASIS √


22 NY. B B22 COPD √
23 NY. N B23 BPPV √
24 NY. T B24 CVA INFARK √

3.6 Jumlah Pengkajian Tanggal 29 Agustus 2019


3.7
Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Douglas
1. Tingkat ketergantungan pasien
a. Minimal : 0 Orang
b. Parsial : 17 Orang
c. Total : 3 Orang
2. Kebutuhan Perawat
Jumlah kebutuhan per shift
Tingkat Pagi Sore Malam
ketergantungan
Mandiri 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,07 = 0
Partial 17 x 0,27 = 4,59 17 x 0,15 = 2,55 17 x 0,07 = 1,19
Total 3 x 0,36 = 1,08 3 x 0,30 = 0,9 3 x 0,20 = 0,6
Jumlah 6 Orang 3 Orang 1 O
rang

Jumlah Kebutuhan Perawat per Hari


+ 3 + 2 = 11 Orang
 Jumlah Loss day
0,6 x jumlah kebutuhan per hari
0,6 x 11 = 7 orang
Jumlah Tugas Non keperawatan
25% x (jumlah perawat/hari + loss day)
25% x (11+7) = 5 orang
Jumlah Kebutuhan Perawat satu unit
Kebutuhan perawat/hari + loss day + tugas non kep
11 + 7 + 5 = 23 Orang
Berdasarkan rumus Douglas didapatkan hasil perhitungan rata-rata jumlah
perawat perhari adalah 23 orang.

4. BOR ( BED OCCUPACY RATE)


a. Perhitungan BOR Menurut DepKes RI tahun 2005
BOR pasien diruang Irna Cendana dari tanggal 27 Agustus 2019 sampai 29 Juli
2019
Tabel 3.5 Perhitungan BOR pasien diruang Irna Cendana berdasarkan rumus
DepKes RI Tahun 2005
Tanggal Jumlah BOR KET
No
Seluruh Terpakai
1 27/08/19 24 24 24/24x100% = 100 % 100 %
2 28/08/19 24 14 14/24x100% = 58 % 58%
3 29/08/19 24 20 20/24x100% = 83 % 83 %
Kesimpulan rata-rata BOR diruang Irna Cendana Selama 3 hari adalah 80 %
b. Perhitungan Beban Kerja Perawat
Adanya pembagian jam kerja secara normative pada setiap shift pada ruang Irna
Cendana sebagai berikut :
 Shift pagi dimulai pukul 07.00-14.00 (7 jam)
 Shift sore dimulai pukul 14.00-20.00 (6 jam)
 Shift malam dimulai pukul 20.00-07.00 (11 jam)

5. Rata Rata 3 Hari untuk Tenaga Kerja


Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Douglass
1. Tingkat ketergantungan pasien
a. Mandiri : 0 orang
b. Parsial : 16 orang
c. Total : 4 orang

2. Kebutuhan Perawat
Jumlah kebutuhan per shift
Tingkat Pagi Sore Malam
ketergantungan
Mandiri 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,07 = 0
Partial 16 x 0,27 = 4,32 16 x 0,15 = 2,4 16 x 0,07 = 1,12
Total 4 x 0,36 = 1.44 4 x 0,30 = 1,2 4 x 0,20 = 0,8
Jumlah 6 Orang 3 Orang 2 Orang
 Jumlah Kebutuhan Perawat per Hari
6 + 3 + 2 = 11 Orang
 Jumlah Loss day
0,6 x jumlah kebutuhan per hari
0,6 x 11 = 7 orang
 Jumlah Tugas Non keperawatan
25% x (jumlah perawat/hari + loss day)
25% x (11+7) = 5 orang
 Jumlah Kebutuhan Perawat satu unit
Kebutuhan perawat/hari + loss day + tugas non kep
11+ 7 + 5 = 23 orang

Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Gilles


a) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien
perhari, yaitu :
1) Keperawatan langsung :
Mandiri 0 orang pasien X 2 jam = 0 Jam
Parsial 16 orang pasien X 3 jam = 48 Jam
Total 4 orang pasien X 6 jam = 24 Jam

Jumlah = 72 Jam
2) Keperawatan tidak langsung
20 orang pasien X 1 jam = 20 jam
3) Penyuluhan kesehatan
20 orang pasien X 0,25 jam = 5 jam

Total jam secara keseluruhan adalah = 97 Jam


b) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per
pasien per hari adalah 97 jam : 20 pasien = 4,85 = 5 jam
c) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan di ruang Irna
Cendana

5 jam/pasien/hari x 20 pasien/hari x 365 hari = 36.500 = 18 Orang


(365 hari – 76) x 7 = 2023

Cadangan : 20% X 20 pasien = 4 orang perawat

Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 18 + 4 = 22


orang/hari
d) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan per hari yaitu :
20 pasien X 5 jam = 14 orang perawat

7 Jam
e) Menentukan jumlah keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu:
- Shift pagi 47% X 20 orang pasien = 9,4 = 9 orang perawat
- Shift sore 36% X 20 orang pasien = 7,2 = 7 orang perawat
- Shift malam 17% X 20 orang pasien = 3,4 = 3 orang perawat

Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Depkes di


Rawat Inap
1. BOR ruangan :.......... %
2. Jumlah TT :......... TT
3. Rata-rata jam perawatan : ......... jam /24 jam
4. Jam kerja perawatan per hari : 7 jam

Rumus
Kebutuhan tenaga perawat = (BOR x jumlah TT)X rata-rata jam perawatan
Jam kerja perawat /hari
(80 % (1) X 24 (2) ) X 5 (3) = 14 (A)

7
Faktor koreksi :
Loss Day:
52+12+18XA 82 x 14(A) = 4 (B)
365-82 283

Tugas non keperawatan


(14 (A) + 4 (B)) x 25% = 5 (C)

Jml tenaga kep. yang diperlukan


(14 (A))+ 4 (B))+ 5 (C)) = 23 (D)) + 1 Ka Ru= 24 orang
3.2.2. Money
Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa perawat diruang Irna Cendana
tanggal 27-29 Agustus 2019 didapatkan data sebagai berikut :

1. Tarif Jenis Pelayanan diruang Irna Cendana


NO Tindakan Tarif
Kelas 2 Rp
1 Visite dokter spesialis 100.000
2 Visite dokter umum 25.000
3 Pemberian oksigen nasal per
jam 7.500
4 Pemberian NRBM 15.000
5 Pasang infus 24.750
6 Lepas infus 5.500
7 Skin test 3.300
8 Rawat luka besar 38.500
9 Rawat luka kecil 16.500
10 Rawat luka sedang 27.500
11 Nebulizer 19.250

1. Sistem Gaji dan Remunerisasi SDM


Sumber dana gaji pegawai golongan tetap dan sumber dana gaji
pegawaikontrak berasal dari rumah sakit itu sendiri, besarnya gaji di
sesuaikan dengan banyak sedikitnya jumlah pasien yang memerlukan
pelayanan yaitu sekitar 2 jt sampai 5jt.
2. Sumber Pendapatan Ruangan
Sumber pendapatan Ruangan berasal dan diatur oleh rumah sakit untuk
dibagikan ke setiap ruangan di rumah sakit sesuai kebutuhannya yang
tersentralisasi dari instalasi watnap.
3. Anggaran Pengadaan Alat dan Renovasi
Pengajuan anggaran pengadaan alat dan renovasi, didapatkan dari anggaran
berupa dana tunai dari Rumah Sakit. Untuk hal yang bersifat insidentil,
ruangan melalui Kepala Ruangan dapat mengajukan rencana barang-barang
yang dibutuhkan setiap bulan yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh
pihak Rumah Sakit, karena di jatah oleh rumah sakit untuk tiap ruangan
3.2.3. Metode
1. Penerapan MAKP

Berdasarkan pengkajian tanggal 27 – 29 agustus 2019 didapatkan


bahwa model pemberian Asuhan Keperawatan yang digunakan diruang
IRNA CENDANA adalah MAKP Tim dan modifikasi dimana metode ini
menggunakan Tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 3 shift yaitu pagi, sore dan malam. Komposisi tenaga pada saat shift
sudah terbagi menjadi PJS 1, PJS 2 dan PJS 3. Sistem asuhan keperawatan
ini diterapkan untuk memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh kepada pasien. Pelaksanaan model MAKP sudah dilaksankan
tetapi sosialisasi kepada semua tim masih kurang. Walaupun sudah ada
pembagian ketua tim dan perawat pelaksana, nyatanya itu tidak sepenuhnya
berjalan dimana ketua tim masih memegang atau mengelolah pasien jadi
pembagian tugas pada perawat pelaksana hanya sebagai formalitas saja
a. Tugas KARU

Dari observasi yang telah dilakukan diperoleh data seperti dibawah :

Aspek Yang Dinilai Dilakukan


N0 Ya Tidak
PERENCANAAN
1 Menunjuk PJS yang akan bertugas diruang √
masing-masing
2 Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya √

3 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : √


gawat, transisi dan persiapan pulang bersama PJS
4 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan √
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan klien bersama
PJS, mengatur penugasan atau penjadwalan
5 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan √
7 Mengatur dan mengendalikan Asuhan Keperawatan √
8 Merumuskan metode penugasan yang digunakan √
9 Merumuskan tujuan metode penugasan √
10 Membuat rincian tugas PJS dan PP secara jelas √
11 Membuat rencana kendali kepala ruangan membawa √
3 PJS. PJS membawa perawat pelaksana.
12 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : √
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari dan lain-lain
13 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan √
14 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik √
15 Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada √
di tempat, kepada PJS
16 Mengetahui kondisi klien, menilai tingkat kebutuhan √
Pasien
17 Mengembangkan kemampuan anggota √
18 Menyelenggarakan konferensi √
6 Mengikuti visite dokter utnuk mengetahui kondisi, √
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,
program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien

PENGARAHAN
19 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada PJS √

20 Memberi pujian kepada perawat yang melakukan tugas



dengan baik

21 Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,



keterampilan dan sikap

22 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan



berhubungan dengan askep pasien

23 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam



melaksanakan tugasnya

24 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain √


25 Melalui komunikasi : mengawasai dan berkomunikasi
langsung dengan PJS mengenai Asuhan keperawatan √
yang diberikan kepada pasien

26 Melalui supervisi :
 Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengawasi √
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahan yang ada saat
ini juga
 Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar
hadir . Membaca dan memeriksa renpra serta catatan
yang diuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan dari PJS tentang pelaksanaan tugas

 Evaluasi
 Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang
telah disusun bersama PJS
 Audit keperawatan

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kepala ruang dalam


menjalankan tugas dan fungsinya telah dijalankan dengan sangat baik, tapi masih ada
2 poin yang tidak dilaksanakan di interna 1 oleh karu.

b. Penanggung Jawab Shift/PJS


Dari observasi yang telah dilakukan diperoleh data seperti dibawah

No Aspek yang dinilai Dilakukan

Ya Tdk
1 Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien
secara komperhensif

2 Membuat tujuan dan membuat rencana √


keperawatan

3 Melaksanakan rencana yang telah dibuat √


selama praktek

4 Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan √


pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
5 Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai √

6 Menerima dan menyesuaikan rencana √


Bersasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ketua tim
dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai ketua tim dijalankan dengan
sangat baik

c. Anggota tim :
Dari obseervasi yang telah dilakukan diperoleh data
seperti dibawah:

Dilakukan
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
Memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung berdasarkan proses keperawatan
1 dengan sentuhan kasih sayang √
Melaksanakan program medik dengan penuh
2 tanggung jawab √

3 Memperhatikan keseimbangan kebutuhan √


fisik, mental, social, spiritual dari klien

4 Mempersiapkan klien secara fisik dan mental


untuk menghdapi tindakan keperawatan dan √
pengobatan atau diagnosis

5 Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri



sesuai dengan kemampuannya

6 Memberikan pertolongan segera pada klien



gawat

7 Membantu kepala ruangan dalam



penatalaksanaan ruangan secara adminitratif

8 Mengatur dan menyiapkan alat2 yang ada di


ruangan menurut fungsinya supaya siap pakai √

9 Menciptakan dan memelihara kebersihan,


keamanan, kenyamanan dan keindahan √
ruangan

10 Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam


atau hari libur secara pergantian sesuai jadwal √
tugas

11 Memberi penyuluhan kesehatan sesuai



penyakitnya (PKMRS)

12 Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan √


klien baik secara lisan ataupun tulisan

13 Membuat laporan harian klien √

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa anggota tim dalam


menjalankan fungsi dan tugasnya telah dijalankan dengan sangat baik, tapi
di poin 9 tidak dilakukan.
2. Timbang Terima

Dari observasi yang telah dilakukan diperoleh data seperti dibawah:

Dilakukan

No Pernyataan
Ya Tdk

1. Operan dilaksanakn setiap pergantian shif


2. Prinsip operan terutama pada semua pasien baru masuk


dan pasien yang dilakukan operan khususnya pasien

yang memiliki permasalahan yang belum atau dapat
teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut

3. PJS menyampaikan operan pada PJS



berikutnya mengenai hal yang perlu disampaikan dalam

operan, meliputi:
a. Jumlah pasien
b. Tingkat ketergantungan pasien
c. Identitas pasien dan diagnosis medis
d. Data subyektif dan obyektif
e. Masalah keperawatan yang masih muncul
f. Tindak lanjut intervensi keperawtan yang sudah dan
belum dilaksanakan
g. Intervensi kolaboratif dan dependen
h. Rencana umum dan persiapan yang belum dilakukan
4. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan √

5. Kepala ruang membuka acara operan √

6 Perawat yang melakukan operan dapat melakukan


klarifikasi tanya jawab dan melakukan validasi terhadap

hal-hal yang dioperkan

7. Penyampaian yang jelas singkat dan padat √

8. Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara


penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan

tindakan yang telah atau yang belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya selama masa perawatan

9. Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit


kecuali pada kondisi khusus yang memerlukan √
keterangan yang rumit.

10. Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada


format operan yang ditandatangani oleh katim yang jaga

saat itu dan katim berikutnya diketahui oleh kepala
Ruangan
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa timbang terima di ruang IRNA
CENDANA selama ini sudah dilakukan namun untuk timbang terima ke setiap pasien
hanya dilakukan dari shift malam ke shift pagi proses timbang terima dilakukan sesuai
dengan pembagian kasus per kasus pasien seperti Stemi anterior, DM dan COPD,
dilaksanakannya proses timbang terima baik memungkinkan distribusi informasi
mengenai perawatan pasien secara komprehensif yang akan berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan keperawatan.Tahap-tahap dari proses timbang terima di ruang
IRNA Cendana, yaitu pada saat dinas pagi, Perawat pelaksana yang dinas malam
melaporkan perkembangan pasien ke perawat pelaksana yang dinas pagi langsung
semuanya melakukan operan keliling ke bed pasien satu persatu memberitahukan
perpindahan shift. Setelah operan keliling selesai, perawat pelaksana malam pulang
dan perawat pelaksana pagi melakukan rencana-rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan. Untuk operan dari perawat pelaksana dinas pagi kepada perawat
pelaksana dinas sore kadang-kadang dilakukan hanya kepada salah seorang perawat
pelaksana dinas sore. Hal ini dikarenakan perawat dinas sore ada yang datang
terlambat. Sedangkan untuk operan dari perawat pelaksana dinas sore kepada perawat
pelaksana dinas malam sering operannya dilaksanakan hanya di nurse station dengan
membaca laporan perawat sore.

3.Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan di ruang IRNA Cendana belum optimal karena masih
belum teratur dilakukan. Adapun rekapitulasi ronde keperawatan di ruang IRNA
Cendana sebagai berikut :

Dilakukan

No Aspek Yang Dinilai Ya Tdk

1 Di ruangan ini dilakukan ronde keperawatan √

2 Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu √


pelaksanaan ronde

3 Pemberian informed concent kepada klien atau √


keluarga yang akan dilakukan ronde
4 Katim menjelaskan keadaan dan data demografi √
Klien

5 Katim menjelaskan masalah keperawatan utama √

6 Katim menjelaskan intervensi yang akan √


Dilakukan

7 Katim menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang √


akan diambil

8 Ronde keperawan dilakukan sesuai dengan √


langkah-langkah ronde keperawatan (dimulai dari
penyajian data, validasi data ke pasien yang
dilanjutkan dengan diskusi pemecahan masalah)
yang melibatkan berbagai disiplin ilmu sebagai
konselor.

9 Dalam pelaksanaan ronde dilakukan tindakan √


keperawatan pada masalah prioritas yang telah

ditetapkan dan tetap befokus pada masalah


Keperawatan

10 Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada √


klien tersebut serta menetapkan tindakan yang
perlu dilakukan

Dari tabel di atas untuk ronde keperawatan belum dilaksanakan dengan baik di
ruangan IRNA Cendana.
4. Pengolahan Obat dan Logistik
Pengelolaan obat sudah dilakukan di Ruang IRNA Cendana RSI Gondanglegi,
hal tersebut ditunjukkan dengan adanya sarana dan prasarana untuk pengelolaan
sentralisasi obat tempat obat yang berpusat langsung di ruangan IRNA Cendana RSI
Gondanglegi yang diambil di apotik rumah sakit. Untuk obat pasien BPJS akan
disimpan di tempat obat yang berpusat di ruang perawat IRNA Cendana namun
untuk obat pasien umum obat oral dan kebutuhan cairan (infus) akan di berikan
kepasien masing masing . Kepala ruangan mendukung kegiatan sentralisasi obat, serta
adanya perawat untuk melakukan sentralisasi obat.

DOKTER VISIT

DOKTER MEMBERI RESEP

RESEP OBAT DI CATAT APOTEKER DALAM LEMBAR PENCATATAN


DAN DISERAHKAN KEPADA PERAWAT

OBAT DI CEK OLEH PERAWAT SEBELUM DIMASUKKAN KE KOTAK


OBAT, UNTUK BPJS KE KOTAK PERAWAT UNTUK UMUM KE PASIEN

PERAWAT MEMBERI OBAT KE PASIEN SESUAI LEMBAR


OBSERVASI IRNA CENDANA
Dilakukan

No PERNYATAAN Ya Tdk

1. Penanggung Jawab pengelolaan obat adalah √


Kepala Ruangan; yang secara operasional dapat
Didelegasikan pada staf yang ditunjuk

2. Penerimaan obat:

a. Obat yang telah diserahkan kepada perawat dengan √


menerima lembar serah terima obat.

b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, √


jumlah dan sediaan (bila perlu ) diketahui (ditanda
tangani ) oleh keluarga/klien dalam buku masuk obat,
keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan
penjelasan kapan/ bilamana obat tersebut akan habis.
c. Obat yang telah diserahkan farmasi selanjutnya √
disimpan oleh perawat dalam kontak obat.
d. Obat dan alat untuk terapi dimasukkan dalam kotak √
obat yang sesuai dengan pasien, atau sesuai
tempatnya.
e. Penyedian tempat obat dan alat terapi yang sesuai. √

3. Pembagian obat

a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya √


disalin dalam buku daftar pemberian obat

b. Obat-obatan yang telah disimpan untuk √


selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang terancana dalam
buku daftar pemberian obat: dengan
terlebih dahulu dicocokan dengan terapi di
instruksi dokter dan kartu obat yang ada
pada klien.

c. Pada saat pemberian obat, perawat √


Menjelaskan macam obat, kegunaan obat,
jumlah obat, dan efek samping. Pantau
adanya efek samping pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek √
tiap Pagi oleh petugas dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat.
Obat-obat yang hampir habis dimintakkan
kepada dokter penangung jawab pasien.

4. Penambahan obat baru

a. Bilamana terdapat penambahan atau √


perubahan jenis, dosis atau perubahan
route pemberian obat, maka informasi ini
akan di masukkan dalam buku masuk obat
dan sekaligus dilakukkan perubahan dalam
85

kartu sediaan obat.


b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak √
rutin (sewaktu saja ) maka dokumentasi
hanya dilakukan pada buku obat dan
selanjutnya diinformasikan pada keluarga.
5, a. Obat disebut khusus apabila; sedian √
memiliki harga yang cukup mahal
menggunakan route pemberian yang cukup
sulit, memiliki efek samping yang cukup
besar atau hanya di berikan dalam waktu
tertentu / sewaktu saja.
b. Informasi yang diberikan pada
klien/keluarga : nama obat, kegunaan obat,
waktu pemberian, efek samping,

penangung jawab pemberian dan wadah


obat sebaiknya diserahkan/ditunjuk pada √
keluarga setelah pemberian. Usahakan
terdapat saksi keluarga saat pemberian
obat.

Tabel diatas menjelaskan bahwa pengelolaan sentralisasi obat di ruang IRNA


Cendana cukup baik. Mengenai obat yang diberikan menjadi salah satu kurangnya
pengelolaan sentralisasi obat diruangan tersebut. Informasi yang di sampaikan ke
keluarga yang mencakup pemberian jenis obat efek samping dan fungsi obat.
5. Orientasi Pasien Baru

Penerimaan pasien baru di RSI melalui IGD atau POLI, untuk ruang IRNA
Cendana pasien baru diterima oleh PJS atau Perawat Pelaksana. Kemudian oleh PJS
dan perawat pelaksana dilakukan pengkajian meliputi :
a. Identitas pasien
b. Pemeriksaan fisik
c. Status mental
d. Orientasi pasien baru

Untuk orientasi pasien baru di ruang IRNA Cendana belum berjalan secara
maksimal hal ini ditunjukkan dari hasil supervisi SPO Orientasi Pasien baru
didapatkan data sebagai berikut :
Dilakukan

No Aspek Yang Dinilai Ya Tdk

Tahap persiapan

1 PJS Memberitahu KARU ada pasien baru √

2 PP menyiapakan hal-hal yang diperlukan dalam penerimaaan pasien baru,diantaranya


lembar pasien masuk rumah sakit, lembar pengkajian, lembar inform consent, status
pasien, nursing kit, lembar tata tertib pasien, lembar kepuasaan pasien dan kartu √
penunggu pasien

3 PJS meminta bantuan PP untuk mempersiapkan tempat tidur pasien baru √

4 PJS menanyakan kembali kepada PP tentang kelengkapan untuk menerima √


pasien baru

5 PP menyebutkan hal-hal yang telah dipersiapkan √

6 Karu dengan PP menyambut pasien dan keluarga dengan memberi salam serta √
memperkenalkan diri dan PP pada klien atau keluarga

7 PP menunjukkan atau orientasi tempat dan fasilitas yang ada di ruangan kemudian PP
mengisi lembar pasien masuk serta menjelaskan mengenai beberapa hal yang
tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru √

8 Ditempat tidur pasien PP melakukan anamneses dangan bantuan PA √

9 PP, pasien dan keluarga menandatangani lembar penerimaan pasien baru √


Dari tabel diatas, menggambarkan bahwa Orientasi Pasien baru yang
dilaksanakan baik.

6. Discharge Planning
Dari observasi yang telah dilakukan diperoleh data seperti dibawah:

Jawaban
No DaftarPertanyaan
Ya Tidak

1. Nomor register √

2. Nama pasien √

3. Jenis kelamin √

4. Tanggal MRS √

5. Tanggal KRS √

6 Diagnosa MRS √

7 Diagnosa KRS √

8 Keadaan waktu pulang √

9 Tempat dan tanggal kontrol setelah pulang √

10 Tindakan perawatan di rumah √

11 Aturan diet /nutrisi √

12 Obat-obatan yang harus diminum , jumlah dan aturan minum √

13 Aktifitas dan istirahat √

14 Yang harus dibawa pulang √

Saat pasien akan dipulangkan dari ruang IRNA CENDANA pasien dan
keluarga selalu diberikan PENKES oleh perawat, dan selalu diresepkan obat untuk di
bawa pulang. Untuk memudahkan pemberian PENKES kepada pasien dan keluarga,
ruang IRNA ada menyediakan brosur atau leaflet namun jumlahnya masih sangat
terbatas.
3.2.4. Material
1. Lokasi Daerah Ruangan

Ruang Cendana Merupakan salah satu bagian dari ruang instalasi rawat inap
RSI GONDANGLEGI. Di dalam ruangan Cendana terdiri dari 6 ruangan pasien, 1
ruangan Karu dan 1 ruangan perawat. 1 ruangan berisikan 4 bed pasien dan dalam 1
ruangan pasien terdapat 1 kamar mandi jadi total bed secara keseluruan 24 dan kamar
mandi berjumlah 8, selain Ruang Karu dan Perawat. Ruang Karu bersampingan
dengan Ruang perawat. Didalam Ruang karu terdapat 3 lemari, 2 lemari kayu
berisikan linen dan 1 lemari plastic. terdapat juga ruangan administrasi dan tempat
timbang terima belum memiliki pintu.

R.
PANTRI
KARU

NURSE
LOKER OBAT PASIEN
STATION

KAMAR 1 KAMAR 4
B1 - B4 B13 – B16

KAMAR 2 KAMAR 5
B5 – B8 B17 – B20

KAMAR 3 KAMAR 6
B9 – B12 B21 – B24
2. Fasilitas untuk perawat
1) Nurse station
Nurse station utama berada di bagian teratai pojok kiri supaya perawat
dapat mengakses pasien dengan cepat untuk yang pasien observasi, dan
di posisi itu juga letaknya yang dekat dan setiap ruangan pasien. Untuk
dokumentasi di lengkapi dengan buku injeksi, buku observasi TTV, buku
operan jaga, buku radiologi, buku KLB, buku ekspedisi alat, buku copy
resep dinas, buku ekspedisi laborat, dan buku laporan bulanan.
2) Kamar mandi
Terdapat 2 kamar mandi untuk perawat. Kondisi kamar mandi cukup
bersih dan berlokasi di ruang perawat.
3) Tempat sholat
Tempat sholat berada di dalam ruang perawat
4) Ruang kepala ruangan
Ruang kepala ruangan disebelah ruang pantri, yaitu berhadapan dengan
ruangan loker obat pasien.

3. Fasilitas Peralatan dan Bahan Kesehatan


Fasilitas Pasien
No. Nama Barang Jumlah Kondisi

1. Tempat tidur 24 bed Baik

2. Lemari pasien 24 buah Baik

3. Kipas angin 11 buah Baik

4. Kursi roda 2 buah Cukup

5. Standar infus 24 buah Baik

6. Kursi duduk 24 buah Baik

7. Kamar mandi dan WC 8 Kamar mandi Baik

8. Wastafel 2 buah Cukup baik


Jumlah dan inventaris alat dan bahan
No Nama barang Jumlah Kondisi

A Alat-alat medis

1 Seprei pasien 72 buah Baik


2 O2 central 2 buah Baik

3 Bak instrument steril 1 buah Baik


4 Ambubag 1 buah Baik

5 Tensi biasa 3 buah Baik

6 Set rawat luka 3 buah Baik

7 Kursi roda 2 bauh Baik

8 Standar infuse 24 buah Baik

9 O2 Tabung kecil 2 buah Baik

10 Gunting Kasa 2 Buah Baik

11 Nebulizer 1 Buah Baik


12 Stetoskop Baik
2 Buah
13 High alert double 1 Buah Baik

B Mebel air

1 Lemari obat 1 buah Baik

2 Troley 3 buah Baik

3 Tempat sampah medis 3 buah Baik

4 Tempat sampah non medis 8 buah Baik

5 Safety box 2 buah Baik

6 Lemari obat pasien 1 buah Baik

7 Lemari besi 2 buah Baik

8 Lemari Kayu 2 Buah Baik


Sumber: Dari Ruang Irna Cendana RSI Gondanglegi

3.2.5. .Mutu
Ruang IRNA Cendana RSI Gondanglegi telah menerapakan upaya
penjaminan mutu perawatan pasien, di mana terdapat beberapa aspek penilaian
penting, di antaranya sebagai berikut.
1. Kualitas Pelayanan Keperawatan

Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSI


Gondanglegi di ruang Irna Cendana sebagian besar berasal dari gondanglegi. RSI
Gondanglegi merupakan rumah sakit tipe C sebagai rumah sakit pendidikan dengan
fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang. Di lain pihak perawat tidak
memiliki tugas khusus sebagai tim marketing secara langsung untuk mencari
pelanggan dalam mencari pelayanan jasa kesehatan. Perawat memberikan
pelayanan seoptimal mungkin dengan memberikan perawatan secara paripurna,
sehingga pelayanan diruangan layak untuk dipromosikan sebagai bahan pemasaran
untuk mencari pelanggan.

2. Keselamatan Pasien (Patient Safety) Observasi pasien safety di Irna Cendana

Ruang Irna Cendana RSI Gondanglegi telah menerapakan upaya


penjaminan mutu perawatan pasien, di mana terdapat beberapa aspek penilaian
penting, di antaranya sebagai berikut.

No Pernyataan Ya Tidak Keterangan

Sasaran 1 :
Ketepatan Identifikasi Pasien

1 Pemakaian gelang identitas 

2 Gelang identitas berisikan nama 


pasien, umur , no register dan
Alamat

3 Pengecekan produk sampel darah 

4 Pasien diidentifikasi sebelum 


pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur

Sasaran 2 :
Peningkatan Komunikasi yang Efektif
5 Komunikasi terapeutik antara 
perawat dan pasien

6 Komunikasi efektif antara perawat 


dengan perawat

7 Perawat menggunakan 
komunikasi yang jelas dan mudah
dipahami oleh pasien

8 Perintah lengkap secara lisan dan 


yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah

9 Perintah lengkap lisan dan telpon 


atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh
penerima perintah.

10 Perintah atau hasil pemeriksaan 


dikonfirmasi oleh pemberi perintah
atau yang menyampaikan hasil
pemeriksaan

Sasaran 3 :
Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High-Alert)

11 Perawat selalu mengecek 5B 


dalam memberikan obat – obatan
baik oral maupun injeksi

12 Perawat menjelaskan indikasi dan  Obat – obatan


jenis obat - obatan yang diberikan langsung di
kepada pasien berikan kepada
pasien tanpa
Menjelaskan
indikasi, kontra
indikasi dan
efek samping

13 Perawat selalu mengecek kesedian/ 


kebutuhan obat – obatan

Sasaran 4 :
Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi

14 mengembangkan suatu pendekatan 


untuk memastikan tepat-lokasi,
tepat-prosedur, dan tepat-pasien

15 Memverifikasi lokasi, prosedur, 


dan pasien yang benar

16 Memastikan bahwa Semua 


dokumen, foto (imaging), hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia,
diberi label dengan baik

17 Melakukan verifikasi ketersediaan 


peralatan khusus dan/atau implant
yang dibutuhkan

18 Perawat menggunakan suatu tanda 


yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan
melibatkan pasien di dalam proses
Penandaan

19 Perawat selalu memberikan inform 


concent untuk persetujuan tindakan
medis

Sasaran 5 :
Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

20 Perawat memberikan KIE untuk 


mengurangi resiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan

21 Sebelum dan sesudah tindakan 


selalu menerapkan 6 langkah cuci
tangan
22 Setiap melakukan tindakan atau  Sesuai indikasi
kontak dengan pasien selalu
memakai APD

23 Tersedianya matras untuk resiko V


decubitus

24 Perawat dalam Melakukan V


tindakan dari pasien satu ke pasien
lainnya selalu mengganti
Handscoon

Sasaran 6 :
Pengurangan Resiko Pasien Jatuh

25 Ruangan menyediakan handrail  Di dalam


untuk mengurangi resiko pasien ruangan tidak
dari cedera karena jatuh Terdapat
Handrail

26 Terdapat side rail di setiap tempat  Tapi ada yang


tidur pasien Rusak

27 Memasang restrain pada pasien 


dengan penurunan kesadaran

1. Angka kejadian jatuh.


Dari hasil data tanggal 27 – 29 agustus 2019 dari total pasien selama 3 hari 24
pasien atau 100% pasien tidak ada yang mengalami jatuh selama dilakukan perawatan
oleh perawat ruangan. Meskipun sebagian pasien mempunyai risiko jatuh, akan tetapi
dari hasil tabulasi menunjukkan tidak ada pasien yang mengalami jatuh.
2. Kesalahan pengobatan (Medication error).
Kejadian kesalahan pemberian obat obat kepada 24 pasien yang meliputi tidak
tepat obat, tidak tepat cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat
waktu pemberian dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat tidak terjadi
selama pengambilan data dari 27 – 29 agustus 2019 pemberian sudah dilakukan
secara benar sesuai indikasi yang diberikan oleh dokter sehingga 100% tidak ada yang
mengalami kesalahan dalam pemberian obat.

Angka KTD dalam pemberian obat pada tanggal 27- 29 agustus 2019 :
Jumlah pasien yang terkena KTD dalam pemberian obat X 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

0 x 100 %
=0
24

3. Angka kejadian flebitis


Kejadian flebitis, pada tanggal 27 – 29 agustus 2019 : tercatat 24 pasien yang
terpasang intravena line (IVL). Dari pasien yang terpasang IVL 4 pasien yang terjadi
kejadian flebitis.
4. Angka kejadian dekubitus.
Dari jumlah pasien yang didapatkan pada tanggal 27 - 29 agustus 2019 sebanyak
24 orang terdapat 2 orang pasien cenderung beresiko terjadinya dekubitus dengan
adanya tanda-tada resiko dekubitus (kulit mulai memerah,terjadinya peningkatan
suhu, terdapatnya kelembapan pada kulit) di karenakan keadaan pasien di Irna
Cendana mengalami bedrest total.

No Nama Dx. Medis


1 TN M CVA HEMORAGIK
2 NY SM CVA INFARK
3 TN N CVA
4 TN F HIPOGLIKEMI
5 NY C CVA
6 TN S CVA
7 TN S CVA INFARK
8 TN S CVA HEMORAGIK
9 NY SH DM II
10 TN AS ULKUS PEDIS
11 NY S DM
12 TN AB CKD

5. Lain-lain.
a. ISK
Total pasien yang menggunakan kateter sebanyak 12 pasien dan lama
pemakaian kateternya selama 4 - 5 hari. Dari 12 pasien, tidak terdapat infeksi
saluran kemih karena tidak dilkukannya pemeriksaan mengenai infeksi saluran
kemih (0%).

3. Kepuasan
a. Tingkat kepuasan pasien.
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap kinerja perawat.
Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi 5 soal berbentuk
pertanyaan. Dari hasil kuesioner tentang Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan
Perawat yang dibagikan kepada 20 responsden secara umum menyatakan bahwa
pelayanan perawat di Ruang Irna Cendana puas yaitu sebanyak 15 pasien puas, 5
pasien cukup puas terhadap pelayan diruang Irna Cendana (75−100%).

4. ALOS
Lama rawat inap pasien di ruang IRNA Cendana mulai 27 – 29 agustus 2019 rata-
rata 3 - 5 hari dengan presentase 80% dari total pasien 24 orang.
5. BOR Pasien
BOR (Bed Occupency Rate) menunjukan sampai seberapa jauh pemakaian tempat
tidur yang tersedia dirumah sakit dalam jangka waktu tertentu, bila nilai ini mendekati 100%
berarti ideal.

RUMUS untuk menghitung BOR menurut Depkes (Depkes, 2015) adalah sebagai
berikut :

Jumlah hari perawatan


X 100%
Jumlah tempat tidur X periode hari keperawatan periode
ANALISIS SWOT DAN PRIORITAS MASALAH

ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT JUMLAH


X
RATING

MAN (M1)

INTERNAL FAKTOR (IFAS)

Strength

Jenis ketenagaan di ruangan : 0,2 1 0,2


S1 Kep = 2 Orang
D-III = 25 Orang
Adanya perawat yang mengikuti seminar dan workshop 0,1 1 0,1

Sebagian besar perawat berlatar pendidikan minimal D3 0,7 4 2,8


Adanya pembantu perawat 0 0 0 S–W=

Adanya perawat yang sedang melakukan lanjut studi strata 1 0 0 0 3,1 – 3,2 =

TOTAL 1 3,1 -0,1

Weakness

Pembagian tugas masih belum maksimal 0,2 2 0,4

MAKP diruangan masih kurang maksimal 0,2 2 0,4

Beban kerja perawat tinggi 0,6 4 2,4

TOTAL 1 3,2
99

EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)

Opportunity

Sebagian besar perawat mempunyai kemauan untuk melanjutkan 0,5 4 2


pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

Rumah Sakit memberikan kebijakan untuk memberi pelatihan bagi 0,5 4 2


perawat ruangan. O–T=

TOTAL 1 4 4–3,4=0,6

Theatened

Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih 0,4 4 1,6
professional.

Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. 0,3 3 0,9

Masyarakat jauh lebih kritis dalam menghadapi dan menanggapi 0,3 3 0,9
setiap tindakan dan asuhan keperawatan.

TOTAL 1 3,4
100

MATERIAL (M2)

INTERNAL FAKTOR (IFAS)

Strength

Mempunyai sarana dan prasarana untuk pasien dan tenaga kesehatan. 0,2 3 0,6

Mempunyai peralatan medis dan tenun yang memenuhi standar. 0,1 2 0,2

Tersedianya Nurse Station. 0,3 4 1,2 S–W=

3,6–1=
Terdapat ruang tindakan dan penyimpanan alat 0,2 4 0,8
2,6
Terdapat ruang admistrasi dalam ruangan 0,2 4 0,8

TOTAL 1 3,6

Weakness

Ruangan tidak mempunyai gudang 0,5 1 0,5

Ruangan tidak mempunyai spoel hook 0,5 1 0,5

TOTAL 1 1

EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)

Opportunity

Adanya kesempatan menambah anggaran dengan banyaknya pasien 0,2 2 0,4


yang keluar masuk di ruangan

Adanya kesempatan untuk penggantian alat-alat yang tidak layak 0,8 4 3,2 O–T
pakai/rusak. =3,6 – 3,3 =
0,3
TOTAL 1 3,6

Theatened

Resiko terjadinya insiden keselamatan pasien 0,2 2 0,4

Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. 0,5 4 2


101

Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk melengkapi 0,3 3 0,9
sarana dan prasarana.

TOTAL 1 3,3

METHOD (M3)

1. MAKP

INTERNAL FAKTOR (IFAS)

Strength

Metode penugasan tim sudah ada 0,3 4 1,2


Job discription sudah ada 0,3 4 1,2

Struktur organisasi sudah jelas 0,4 4 1,6

TOTAL 1 4 S–W=

Weakness 4–3,3=

Metode penugasan tim berjalan pagi saja, sore dan malam belum 0,5 4 2,0 0,7

Job discription tidak dilaksanakan dengan optimal 0,4 3 1,2

Ketua tim menjadi perawat pelaksana 0,1 1 0,1

TOTAL 1 3,3

EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)

Opportunity

Adanya kesempatan bagi perawat ruangan untuk melanjutkan 0,5 4 2


Pendidikan
Adanya organisasi PPNI yang menaungi profesi 0,5 4 2

TOTAL 1 4

Theatened O–T=

Persaingan dengan RS swasta yang semakin ketat 0,7 4 2,8 4–3,7=


102

Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk melengkapi 0,3 3 0,9 0,3
sarana dan prasarana.

TOTAL 1 3,7
103

2. Sentralisasi Obat

INTERNAL FAKTOR (IFAS)

Strength

Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolahan sentralisasi 0,2 4 0.8


obat.

Kepala ruangan mendukung kegiatan sentralisasi obat. 0,2 4 0,8 S–W=

Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh perawat 0.1 2 0.2 2,9–1=
berkolaborasi dengan depo farmasi. 1.9

Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi obat. 0.1 1 0.1


Adanya buku injeksi dan obat oral bekerja sama dengan depo 0.1 1 0.1
farmasi.

Ada lembar pendokumentasian obat yang diterima disetiap status 0.2 4 0.8
pasien.

Pelaksanaan sentralisasi obat menggunakan sistem one day dose 0.1 1 0.1
(ODD).

TOTAL 1 2.9

Weakness

Belum tersedianya Ruang khusus sentralisasi obat 1 1 1

TOTAL 1 4

EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)

Opportunity

Adanya mahasiswa S-1 keperawatan yang praktik manajemen 0,5 4 2.0 O–T=
keperawatan. 3.5–3=0,5

Kerja sama yang baik antara perawat dan mahasiswa S-1 0.5 3 1.5
104

Keperawatan

TOTAL 0,7 3.5

THEATENED

Adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang 0,7 3 2,1


professional.

Makin tinggi kesadaran masyarakat akan hukum. 0.3 3 0.9

TOTAL 1 3

3. Super Visi
INTERNAL FAKTOR (IFAS)

Strength

Supervisi telah dilaksanakan. 0,5 4 2 S–W=

Kepala ruangan mendukung dan melakukan supervisi. 0,5 4 2 4–3=1

TOTAL 1 4

Weakness

Supervisi belum optimal 0.4 3 1.2

Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi. 0.2 3 0.6

Supervisi belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaian yang 0.2 3 0.6
tetap.

Belum adanya dokumentasi supervisi yang jelas. 0.2 3 0.6

TOTAL 1 3
EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)

Opportunity

Adanya mahasiswa S-1 keperawatan yang praktik manajemen 0,4 4 1.6 O–T=
105

keperawatan. 3.6–3=0,6

Adanya timbal balik bagi yang melakukan pekerjaan dengan baik. 0.2 3 0.6

Adanya teguran dari kepala ruangan bagi perawat yang tidak 0.2 3 0.6
melaksanakan tugas dengan baik.

Hasil supervisi dapat dilakukan sebagai pedoman untuk Daftar 0.2 3 0.6
Penilaian Prestasi Pegawai ( DP3).

TOTAL 1 3.6

THEATENED
Adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang 1 3 3
professional.

TOTAL 1 3

4. Timbang Terima

INTERNAL FAKTOR (IFAS)

Strength

Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima 0,2 4 0.8 S–W=

Adanya laporan jaga setiap shift. 0,2 4 0.8 4–3.6=0.4

Timbang terima sudah merupakan kegiatan rutin yang telah 0.2 4 0.8
dilaksanakan.

Adanya kemauan perawat untuk melakukan timbang terima. 0.2 4 0.8

Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang terima. 0.2 4 0.8


TOTAL 1 4

Weakness

Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP melaporkan 0.2 3 0.6
106

identitas pasien, keluhan utama, DS, DO< MK, dan intervensi) tetapi
intervensi masih bersifat umum tidak berdasarkan MK dan evaluasi
tidak lengkap.

Format timbang terima sudah mencakup nama dan paraf perawat 0.2 3 0.6
pada kedua sift’

Pelaksanaan timbang terima masih belum optimal 0.2 4 0.8

Pelaksanaan timbang terima tidak selalu tepat waktu 0.4 4 1.6

TOTAL 1 3.8
EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)

Opportunity

Adanya mahasiswa S-1 Keperawatan yang praktik manajemen 0.4 4 1.6 O–T=
keperawatan. 3.4–3=0,4

Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa S-1 keperawatan 0.3 3 0.9
yang praktik dengan perawat ruangan.

Kebijakan RS ( bidang Perawatan ) tentang timbang terima. 0.3 3 0.9

TOTAL 1 3.4

THEATENED

Adanya tuntutan yang lebih tinggi, dari masyarakat untuk 0.5 3 1.5
mendapatkan pelayanan keperawatan yang profesional.

Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan 0.5 3 1.5


tanggung gugat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.
107

TOTAL 1 3

5. Discharge Planning

INTERNAL FAKTOR (IFAS)

Strength

Tersedianya sarana dan prasarana discharge planning di ruangan 0.3 3 0.9 S–W=
untuk pasien pulang ( format atau kartu DP). 3–2.5=0.5

Adanya kartu kontrol berobat 0.3 3 0.9

Perawat memberikan pendidikan kesehatan secara informal kepada 0.4 3 1.2


pasien/keluarga selama dirawat atau pulang.

TOTAL 1 3

Weakness

Keterbatasan waktu dan tenaga perawat. 0.5 1 0.5

Tersedianya leaflet pasien pulang tetapi belum sepenuhnya 0.5 4 2


terlaksana diberikan ke pasien/keluarga

TOTAL 1 2.5

EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)

Opportunity

Adanya mahasiswa S-1 Keperawatan yang praktik manajemen 0.4 4 1.6 O–T=
keperawatan. 3.4–3=0,4

Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa S-1 keperawatan 0.3 3 0.9
yang praktik dengan perawat ruangan.
TOTAL 1 3.4

THEATENED
108

Adanya tuntutan yang lebih tinggi, dari masyarakat untuk 0.5 3 1.5
mendapatkan pelayanan keperawatan yang profesional.

Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan 0.5 3 1.5


tanggung gugat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.

TOTAL 1 3

6. Ronde Keperawatan

INTERNAL FAKTOR (IFAS)

Strength
Bidang perawatan dan ruangan mendukung adanya kegiatan ronde 0.3 3 0.9 S–W=
Keperawatan 2.3 – 3.7 = -1.4

Banyaknya kasus yang memerlukan perhatian khusus. 0.3 3 0.9

SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang keperawatan 0.2 2 0.4


bedah medis.

Sertifikat perawat sesuai keahliannya. 0.2 1 0.2

TOTAL 1 2.3

Weakness

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum pernah dilaksanakn 0.3 3 0.9
diruang interna

Karakteristik tenaga yang memenuhi kualifikasi belum merata. 0.3 4 1.2

Jumlah tenaga yang tidak seimbang dengan jumlah tingkat 0.4 4 1.6
ketergantungan pasien.

TOTAL 1 3.7
EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)
109

Opportunity

Adanya pelatihan dan seminar tentang manajemen keperawatan. 0.5 1 0.5 O–T=

Adanya kesempatan dari kepala ruangan untuk mengadakan ronde 0.5 3 1.5 2 – 3.5 = -1.5
keperawatan pada mahasiswa praktik.

TOTAL 1 2

THEATENED

Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk 0.5 4 2


mendapatkan pelayanan yang profesional.

Persaingan antar ruang semakin kuat dalam pemberian pelayanan. 0.5 3 1.5
TOTAL 1 3.5

7. Penerimaan Pasien BAru

INTERNAL FAKTOR (IFAS)

Strength

Pasien di ruangan bisa melalui poli, IGD dan rujukan RS lain 0.4 4 1.6 S–W=

Melakukan pengkajian oleh perawat ruangan yaitu : keluhan utama, 0.4 4 1.6 3.8–3=0.8
identitas pasien, TTV

Adanya pendokumentasian pada PPB 0.2 3 0.6

TOTAL 1 3.8

Weakness

Perawat terkadang tidak menjelaskan fasilitas yang tersedia 0.5 3 1.5


Diruangan
Tidak adanya pembagian tugas untuk penerimaan pasien baru 0.5 3 1.5

TOTAL 1 3
110

EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)

Opportunity

Adanya dukungan dari rumah sakit untuk profesionalisme dalam 0.5 3 1.5 O–T=
pelayanan terhadap pasien 3.5–3.5=0

Adanya mahasiswa S1 keperawatan praktek manajemen 0.5 4 2

TOTAL 1 3.5

THEATENED

Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk 0.5 4 2


mendapatkan pelayanan yang profesional.

Persaingan antar ruang semakin kuat dalam pemberian pelayanan. 0.5 3 1.5

TOTAL 1 3.5
111

MONEY (M4)

INTERNAL FAKTOR (IFAS)

Strength

Ruang interna 1 menerima BPJS 0,4 3 1,2

Mayoritas perawat merupakan pegawai negri sipil (PNS) 0,2 2 0,4

Banyaknya pasien BPJS yang ada di ruang interna 1 0,4 3 1,2 S–W=

TOTAL 1 2,8 2,8–4=

Weakness -1,2

Banyaknya pasien yang mengeluh dengan kepengurusan adminitrasi 1 4 4


BPJS

TOTAL 1 4

EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)

Opportunity

Banyaknya pasien BPJS yang dirujuk dari RS Rujukan. 0,7 3 2,1 O–T=

TOTAL 0,7 2,1 2,1 – 2,4 = -0,3

THEATENED

Tuntutan pemerintah dalam pelayanan BPJS di ruang interna 1 0,8 3 2,4

TOTAL 0,8 2,4


112

MUTU (M5)

INTERNAL FAKTOR (IFAS)

Strength

Adanya SOP tentang pasien safety 0,5 4 2

Melindungi pasien dari kejadian yang memperparah penyakitnya. 0,5 4 2

TOTAL 1 4 S–W=4–3=

Weakness 1

SOP tidak digunakan secara optimal 0,4 3 1,2

Kurang sadarnya perawat tentang betapa pentingnya pasien safety


Aplikasi Manajeman ruangan yaitu tata tertib kunjungan dan pasien 1 3 1,8
tidak optimal

TOTAL 1 3,0

EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)

Opportunity

Adanya mahasiswa Profesi ners yang melakukan praktik 0,2 4 0,8

Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan perawat 0,4 4 1,6
klinik.

Kemauan pasien/keluarga terhadap anjuran perawat 0,4 4 1,6 O–T=

TOTAL 1 4 4–3=1

Theatened

Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk 0,5 3 1,5
mendapatkan pelayanan keperawatan yang professional

Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan 0,5 3 1,5


tanggung gugat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan

TOTAL 0,8 3

113
BAB IV

PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN

POA PENYELESAIAN MASALAH

Setelah dilaksanakan pengkajian selama 3 hari (15 July 2019 sampai 17 July
2019) didapatkan beberapa permasalahan di Ruang Interna 1, untuk menyelesaikan
masalah tersebut maka perlu ditentukan prioritas masalah dan Plan Of Action dari tiap-
tiap masalah yang diangkat.

4.1 Penentuan Prioritas Masalah

Teknik prioritas masalah yang digunakan di sini adalah “teknik kriteria


matriks (criteria matrix technique)”, yaitu teknik pemungutan suara dengan
menggunakan kriteria tertentu. Secara sederhana dapat dibedakan atas 5 macam
yaitu :

1. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah (Magnitude = Mg)

2. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Severity=Sv)

3. Bisa dipecahkan (Managebility=Mn)

4. Perhatian perawat terhadap masalah (Nursing concern=Nc)

5. Ketersediaan sumber daya (Affordability=Af)

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total Prioritas


Aplikasi Manajeman tata tertib
1 pengunjung pasien tidak optimal 5 4 5 5 5 2500 1
Keterangan :

5 = sangat penting, 4 = penting, 3 = kurang penting, 2 = tidak penting, 1 =


sangat tidak penting

4.2 Alternatif Pemecahan Masalah

No Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah


Aplikasi 1.Kurangnya kontroling dari Penjaga 1. Bersama-sama mahasiswa praktik
manajeman (satpam) untuk mengingatkan di ruang melakukan perubahan
pelayanan tata pengunjung kecil dengan mendekati
tertib kepada keluarga pasien dan menjelaskan
pengunjung 2.Kurangnya kesadaran perawat dalam pentingnya membatasi
pasien tidak membatasi pengunjung pasien di dalam pengunjung
optimal di karena ruangan\ 2. Memotivasi setiap ruangan
kan dalam hal ini supaya meningkatkan kesadaran
masih banyak 3.Kurangnya kesadaran pasien dan keluarga akan pentingnya
pengunjung yang keluarga pasien dalam membatasi istirahat bagi pasien
tidak kunjungan 3. Memotivasi perawat untuk
menggunakan melaksanakan kegiatan KIE
waktu keapada keluarga dan pasien
berkunjung tenntang pengunjung
dengan baik dan
dengan jumlah
yang sedikit agar
pasien bisa
memiliki waktu
untuk istirahat .
115

4.3 Penentuan Prioritas Cara Pemecahan Masalah

Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek :

1. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = Mg)

2. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)

3. Sensitivitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)

4. Efisiensi Biaya (Efficiency = E)

Jumlah Prioritas
Efektivitas Efisiensi MxIx
No Daftar alternatif jalan keluar V
M I V E E
1. Bersama-sama mahasiswa 5 5 5 1 125 1
praktik di ruang melakukan
perubahan kecil dengan
mendekati keluarga pasien
dan menjelaskan pentingnya
membatasi pengunjung
2. memotivasi setiap ruangan
supaya meningkatkan
kesadaran keluarga akan 3
pentingnya istirahat bagi 4 3 5 4 25
pasien
3. Memotivasi perawat untuk
melaksanakan kegiatan KIE
keapada keluarga dan pasien
tentang pengunjung
2
5 5 4 1 100

4.4 Indikator Keberhasilan Program

1. Memenuhi Sentralisasi Obat pasien


Indikator Keberhasilan:

a. Bersama-sama mahasiswa praktik di ruang melakukan perubahan kecil dengan


mendekati keluarga pasien dan menjelaskan pentingnya membatasi pengunjung
b. Memotivasi setiap ruangan supaya meningkatkan kesadaran keluarga akan
pentingnya istirahat bagi pasien
c. Memotivasi perawat untuk melaksanakan kegiatan KIE keapada keluarga dan
pasien tentang pengunjung
Hasil yang ingin dicapai:

a. Pendekatan dan komunikasi berjalan optimal

b. Meningkatkan kesadaran keluarga dan pengunjung

c. Motivasi perawat meningkat untuk melaksanakan kegiatan KIE


DAFTAR PUSTAKA

Asmarani. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.


Bergstrom, 1992. A clinical trial of the braden scale for predicting

pressure sore risk . Nurs Clin Nort Am.22 (2) 417-428

Brandon J Wilhelmi. 2012. Pressure Ulcers, Surgical Treatment and Principles.

http://www.emedicine.com/plastic/topic 462.htm. Diakses tanggal 15


oktober 2018.

Carville, K. 2012. Wound Care Manual. 6th edition. Perth: Silver Chain
Foundation.

Depkes RI. 2017. Pedoman Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat di


Puskesmas. Jakarta: Depkes RI

Gillies, DA. 2015. Rev Nursing Management A system Approach Philadelpia :


WB. Sauders Company

Huber, L. 2012. Validation of Analytical Methods. Diakses pada tanggal 03


oktober2018 pukul 20.15 WIB. www.labcompliance.com

Jaul, E. 2010. Assessment And Management Of Pressure Ulcers In The Elderly.


Drugs & Aging. Vol 27, Issue 4. Hal 311-325. Diakses dari
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20359262 pada tanggal 09 oktober 2018.

Kozier, Berman, dan Snyder. 2010. Buku Ajar Fondamental Keperawatan :


Konsep, Proses & Praktik. Vol 1. Edisi 7. Jakarta:

EGC

Maklebust, J. & Sieggreen, M. 2011. Pressure ulcers. USA:

Springhouse

Anda mungkin juga menyukai