Survei pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai potensi suatu
daerah panas bumi dengan geologi, geokimia, dan geofisika yang digunakan sebagai salah satu
bahan untuk penyiapan wilayah kerja. Kegiatan awal pada survei pendahuluan merupakan
kegiatan survei tinjau. Kegiatan survei tinjau meliputi kegiatan :
Studi literature : geologi regional, peta topografi, foto udara/citra pengindraan jauh,
geografi, hasil survei terdahulu lainnya.
Pengumpulan data geologi seperti jenis batuan, hubungan antar jenis batuan, jenis
manifestasi, pusat erupsi, dan gejala struktur geologi.
Pengumpulan data manifestasi panas bumi seperti koordinat, tipe fluida, luas,
temperature, pH, debit serta informasi lain yang berhubungan dengan kegiatan
hidrotermal.
Pengambilan sampel batuan dan fluida untuk dianalisis di laboratorium.
a. Studi Literatur.
Studi literature merupakan kegiatan pengumpulan dan analisa data pustaka tentang :
1) Geologi Regional.
2) Peta Topografi.
3) Melakukan identifikasi
– struktur regional
– bentang alam
– kelurusan-kelurusan topografi
– tingkat erosi
– lokasi manifestasi
– batas litologi
– kependdudukan
– iklim
– budaya
5) Geografi
b. Personil
c. Peralatan
2) Kompas Geologi
3) GPS receiver
4) Palu geologi
7) Pita ukur
8) Altimeter
9) Buku catatan lapangan, kantong sampel batuan, alat tulis dan kamera
10) Alat keselamatan kerja seperti : masker gas, sarung tangan, sajety shoes
d. Kegiatan Lapangan.
Survei ini dimaksudkan untuk memetakan manifestasi panas bumi, morfologi, satuan batuan,
struktur, serta mempelajarisemua parameter geologi yang berperan dalam pembentukan sistem
panas bumi di daerah tersebut. Kegiatan ini mencakup antara lain :
1. Pengamatan lapangan terhadap gejala geologi yang terdapat di seluruh daerah survei,
antara lain melakukan pemetaan terhadap morfologi bentang alam, jenis dan satuan
batuan, hasil erupsi maupun sedimentasi, hubungan antara jenis batuan, sumber erupsi,
struktur geologi, serta jenis dan sebaran manifestasi. Untuk lingkungan batuan vulkanik
kuater dilakukan pemetaan dengan menggunakan vulkanostratigrafi.
2. Pengamatan siingkapan batuan dilakukan secara langsung dengan mendeskripsi secara
megaskopis terhadap jenis batuan, mineral penyusun, tekstur, tingkat pelapukan, tingkat
ubahan dan gejala geologi lainnya seperti bidang pelapisan, kekar, lipatan, dan sesar.
3. Pengambilan data yang berhubungan dengan manifestasi, antara lain luas daerah,
temperature, pH, debit, batuan ubahan serta informasi lain digunakan untuk
memperkirakan panas yang hilang (heat loss) dan membuat peta zonasi mineral ubahan.
4. Pengamatan kondisi hidrogeologi yang meliputi penentuan daerah resapan (recharge
area), keluaran (discharge), limpasan, serta hujam local, muka air tanah dan pola aliran
tanah.
5. Pengambilan sampel batuan untuk menentukan jenis batuan dari singkapan batuan yang
mewakili setiap batuan. Sampel batuan ubahan diambil untuk mengetahui jenis mineral
ubahan. Sampel untuk penentuan umur batuan diambil dari batuan vulkanik (ekstrusif)
atau intrusive yang diperkirakan termuda.
6. Penentuan koordinat lokasi manifestasi dan sampel batuan dengan menggunakan Global
Positioning System (GPS) receiver dengan ketelitian yang memadai dan diplot kedalam
peta kerja.
e. Hasil Survei
Hasil survei geologi di tuangkan dalam bentuk laporan yang dilengkapi peta geologi dengan
skala 1 : 100.000 atau lebih besar.
2. SURVEI PENDAHULUAN GEOKIMIA.
Survei geokimia dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi fisis dan kimia dari tiga unsur
utama yaitu air, gas, dan tanah. Kegiatan ini terdiri atas studi literature dan survei lapangan.
Survei lapangan meliputi kegiatan pengamatan pengukuran dan pengambilan sampel terhadap air
(panas dan dingin), gas, dan tanah (termasuk udara tanah).
a. Kegiatan Lapangan
Kegiatan lapangan meliputi studi literatur, analisa dara sekunder, dan penyiapan peralatan dan
pereaksi, serta penentuan titik ukur. Studi literature dan analisis data sekunder merupakan
kegiatan pengumpulan dan analisa data pustaka melalui identifikasi terhadap hasil penyelidikan
terdahulu yang berkaitan dengan geokimia, berdasarkan informasi geologi regional, peta
topografi, foto udara, citra satelit dan geografi daerah penyelidikan yang ada atau pernah
dilakukan di daerah yang akan diselidiki. Penyiapan peralatan dan pereaksi dilakukan dengan
cara kalibrasi peralatan dan standarisasi pereaksi yang akan digunakan. Titik – titik ukur yang
telah ditentukan pada lokasi penyelidikan harus diketahui ketinggian dan koordinatnya. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan titik ukur.
1. Penentuan titik ukur harus memperhatikan kondisi geologi dan keberadaan manifestasi
panas bumi, misalnya posisi lintasan titik ukur memotong arah strukutur geologi dengan
mempertimbangkan faktor kesulitan medan (topografi).
2. Sebaran titik ukur dapat berbentuk grid atau acak dengan spasi berkisar antara 250-2000
m.
3. Penentuan titik ukur dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur topografi yang
dapat memenuhi akurasi ketinggian maksimal 1 meter dan akurasi koordinat maksimal 5
meter, seperti Theodolite (TO), Laser Beam (Electronic Distance Measurment), dan GPS
(system diferensial).
4. Sisitem koordinat titik ukur harus diproyeksikan ke dalam sistema koordinat geodetic
yang umum dipakai di Indonesia, misalnya Universal Traverse Mercartor (UTM) –
World Geodetic System (WGS) 84 dan Latitude/Longitude WGSS4.
Pengamatan Manifestasi.
1. Jenis manifestasi : tanah panas, tanah panas beruap, kolam lumpur panas, mata air panas,
fumarol dan solfatara. Keterdapatannya pada suatu daerah penyelidikan dapat langsung
diaamati di lapangan dengan kasat mata.
2. Jenis endapan pada manifestasi seperti sinter koordinat, sinter silica, belerang dan oksida
besi.
3. Sifat fisika air yang muncul pada manifestasi dengan membedakan diantaranya : rasa
(tawar, asin, pahit, asam), bau (bau belerang/H2S) dan warna (jernih, keruh, putih, dll).
2) pH air,
6) Kandungan CO2, CO, H2S, dan NH3 pada hembusan uap air, fumarol dan solfatara.
7) Luas manifestasi.
Pengambilan Contoh.
Pengambilan contoh dilakukan terhadap air, gas, tanah, dan udara tanah.
b. Personil
Survei geokimia ini dilaksanakan oleh beberapa personil yang ahli dibidangnya yaitu :
c. Kegiatan Laboratorium
Kegiatan laboratorium meliputi preparasi contoh dan analisis unsur dengan menggunakan
metode konvensional dan instrument. Preparasi contoh sebelum dianalisa kandungan unsure-
unsurnya perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Preparasi contoh siap analisis ditempuh melalui
kegiatan mulai dari penyusunan contoh agar tidak terjadi kesalahan sistematis penyontohan dan
penyediaan duplikat untuk memantau presisi analisis kimia. Penyusunan contoh berikut duplikat
dilakukan secara random dalam tempat yang tersedia.
Analisa untuk menentukan, konsentarasi unsure-unsur dalam contoh air, gas, tanah, dan udara
tanah dilaakukan di laboratorium. Beberapa parameter diukur di lapangan, terutama pH,
temperature, daya hantar listrik dan debit air.
1. Botol polyethylene bervolume 500 ml, yang tahan terhadap asam, panas, korosif
2. Botol isotop 18O dan 2H bervolume 15 ml terbuat dari gelas yang berlapis alumunium foil
3. Syringe plastic tahan panas bervolume minimal 50 ml.
4. Filter Holder diameter 25 mm.
5. Kertas filter porositas 0,45 μm
6. GPS Receiver, altimeter
7. Stop Wacth
8. pH meter digital, kertas pH, konduktivitimeter
9. Sarung tangan karet tahan panas
10. Kamera
11. Peta kerja
12. HNO3 1:1
1. Contoh Air yang akan diambil harus disaring menggunakan kertas saring (porous fiver)
berukuran 0,45 μm.
2. Botol yang akan digunakan untuk menyimpan contoh dibilas dengan menggunakan
contoh air yang sudah disaring.
3. Contoh air dibagi menjadi dua botol bervolume minimal 500 ml.
4. Botol pertama langsung dikemas dan diberi kode lokasi sebagai bahan untuk analisa
anion (Cl, HCO3, SO4, F, CO3).
5. Botol kedua sebelum dikemas diasamkan dengan penambahan HNO3 1:1 sampai pH 2,
sebagai contoh air untuk analisa kation (Na, K, Li, B, Ca, Fe, Al, As), SiO2 dan NH4.
5) Analisis Air
Contoh air yang diperoleh dari lapangan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Tata cara
analisis air menggunakan metode yang telah dicantumkan pada lampiran 6 dan contoh
perhitungannya seperti pada lampiran 16.
Contoh isotop 18O dan 2H air yang diperoleh dari lapangan, dianalisis di laboratorium dengan
menggunakan metode mass spectrophometer. Analisis contoh isotop 18O dan 2H air ini dapat
menggunakan cara Gonviantini (1981).
Pengambilan contoh tanah dimaksudkan untuk mengetahui kandungan unsure-unsur (Hg, As, Li,
zat organic) dan sifat fisiknya, (pH) yang berkaitan dengan kegiatan hidrotermal. Pengambilan
contoh tanah ini diusahakan pada lapisan hhorizon B.
Jenis peralatan yang digunakan dalam pengambilan contoh tanah teridiri dari :
– Thermocouple,
– Kamera,
– Bor tangan,
– Sarung tangan,
– Kantong plastic,
– Peta kerja
2) Cara pengambilan contoh tanah
3) Analisis tanah
1. Analisis pH Tanah
Analisis pH tanah, dilakukan langsung terhadap tanah yang masih segar diambil di lapangan.
Urutan langkah analisis pH tanah adalah sebagai berikut :
Sebelum dilakukan analisis Hg tanah, dilakukan preparasi contoh dengan urutan-urutan sebagai
berikut :
Contoh tanah yang diperoleh dari hasil preparasi, dianalisis dengan menggunakan metode
insuremen yaitu AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry), atau Merkurimetri. Pada tahap ini
juga dilakukan analisis konsentrasi H2O untuk mengkoreksi konsentrasi Hg (kondisi analisis).
Konsentrasi Hg hasil koreksi (Hgc) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana,
Pengambilan contoh gas dilakukan terutama pada hembusan gas, fumarol, atau solfatara.
Pengambilan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui komposisi gas secara kualitatif
melalui pengukuran langsung dilapangan dan kuantitatif di laboratorium.
1. Alat detector gas, yang terdiri dari pompa isap dan gelas tube (khusus untuk gas CO2,
CO, H2S, dan NH3)
2. Tabung vakum volume minimal 100 ml
3. Themocoupel dan thermometer maksimum
4. GPS receiver, altimeter
5. Selang karet silicon
6. Sarung tangan karet tahan panas
7. Corong polyethylene
8. Masker gas
9. Stop wacth
10. Kamera
11. Peta kerja
12. NaOH 25%
4) Analisis gas
Metode kromatografi gas digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui konsentrasi gas yang
terkandung dalam contoh, antara lain : CO, CH4, H2, O2+AR, N2, NH3, SO2, sedangkan metode
titrimetri digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui konsentrasi gas seperti : CO2, H2S, dan
HCl. Konsentrasi H2O dalam contoh gas dapat diketahui dengan melakukan perhitungan berat
gas total dalam contoh.
1) Peralatan dan pereaksi yang digunakan dalam pengambilan contoh udara tanah
1. Pengambilan contah udara tanah dilakukan langsung pada lubang bor yang sama pada
pengambilan contoh tanah untuk analisa Hg.
2. Pipa PVC dimasukkan kedalam lubang bor bekas pengambilan contoh tanah kemudian
dengan selang dihubungkan pada CO2 handy sampler.
3. Lubang bor ditutup bagian atasnya, udara dalam lubang dikeluarkan atau divakumkan
selama kurang lebih 5 menit.
4. Disiapkan tabung gelas CO2 handy sampler yang diisi dengan 50 ml larutan NaOH.
5. Alat CO2 handy sampler dikondisikan selama kurang lebih 5 menit agar terjadi
penguapan gas CO2 dari dalam tanah ke dalam lubang.
6. Contoh udara tanah (yang berisi CO2) dihisap dengan kecepatn 0,5 liter per menit dan
dialirkan kedalam larutan NaOH.
7. Larutan NaOH yang telah mengandung contoh udara tanah atau gas CO2 dalam tabung
tersebut dimasukan kedalam botol plastic contoh yang bersih, ditutup rapat dengan diberi
label bernomor sesuai dengan lokasi titik amat.
8. Temperature dalam lubang bor diukur dengan menggunakan thermocouple.
Analisis contoh CO2 udara tanah dilakukan untuk mengetahui konsentrasi CO2 di setiap titik
pengambilan contoh. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode titrimetri (Lampiran
6). Data hasil titrasi dikoreksi dengan temperatur dan tekanan udara tanah dalam lubang bor.
Perhitungan konsentrasi CO2 (%), beserta koreksinya menggunakan persamaan sebagai berikut :
Dimana,
H = Faktor perkalian
https://poetrafic.wordpress.com/2010/08/17/survei-pendahuluan-geologi-dan-geokimia-panas-bumi/