Anda di halaman 1dari 20

Studi Kelayakan CV Singkep Tuah Persada

Komoditas Pasir Silica/Kuarsa


Kec. Senayang, Kab. Lingga, Prov. Kepulauan Riau

BAB IV
RENCANA PENAMBANGAN

4.1 SISTEM/METODE DAN TATA CARA

Pemilihan metode penambangan tidak dilakukan berdasarkan letak


dangkal atau dalamnya suatu endapan. Pemilihan metode penambangan
terutama berdasarkan pada peluang perolehan tambang (mining
recovery) yang terbaik serta potensi keuntungan terbesar yang akan
diperoleh. Tujuan dasar di dalam pemilihan suatu metode penambangan
adalah merancang sebuah sistem eksploitasi yang paling sesuai dengan
karakteristik alam, geologi, serta lingkungan dari endapan bahan galian
yang akan ditambang serta mempertimbangkan segi keamanan, teknologi
dan tingkat keekonomian, untuk mencapai biaya yang paling rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem penambangan
adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik spasial dari endapan

a. Ukuran (dimensi : tebal dan penyebaran)

b. Bentuk (merata, lensa, splitting)

c. Attitude (inklinasi dan dip)

d. Kedalaman (nilai: rata-rata dan ekstrim)


2. Kondisi geologi dan hidrogeologi

a. Topografi

b. Parameter kualitas

c. Struktur geologi (lipatan, patahan, diskontinu, intrusi)

d. Keseragaman, oksidasi, erosi

IV-1 | P a g e
Studi Kelayakan CV Singkep Tuah Persada
Komoditas Pasir Silica/Kuarsa
Kec. Senayang, Kab. Lingga, Prov. Kepulauan Riau

e. Air tanah dan hidrologi


3. Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan)

a. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastik, nisbah Poisson,


dan lain-lain)

b. Perilaku elastik atau visko elastik (flow, creep)

c. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)

d. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten

e. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas,


permeabilitas, lengas bawaan, lengas bebas)
4. Konsiderasi ekonomi
Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran
kas, masa pengembalian dan keuntungan, antara lain:
a. Cadangan (tonase dan kualitas)

b. Produksi

c. Umur tambang

d. Produktivitas

e. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode


penambangan yang cocok
5. Faktor teknologi

a. Perolehan tambang

b. Dilusi

c. Fleksibilitas metode dengan perubahan kondisi

d. Selektifitas metode untuk endapan dan lapisan penutup

IV-2 | P a g e
Studi Kelayakan CV Singkep Tuah Persada
Komoditas Pasir Silica/Kuarsa
Kec. Senayang, Kab. Lingga, Prov. Kepulauan Riau

e. Modal, pekerja, dan intensitas mekanisasi


6. Faktor lingkungan

a. Kontrol bawah tanah

b. Penurunan permukaan tanah

c. Kontrol atmosfir (ventilasi, kontrol kualitas, kontrol panas


dan kelembaban)

d. Kekuatan kerja (pelatihan, recruitment, kesehatan dan


keselamatan, kehidupan, kondisi permukiman)
Endapan pasir silica yang terdapat di lokasi IUP merupakan
endapan berwarna keputihan, berbutir halus dan keras. Endapan
tersebut membentuk dataran dengan lereng yang sangat landai. Dengan
model geologi dan distribusi endapan pasir silica seperti ini maka dipilih
sistem penambangan terbuka (kuari). Sesuai dengan karakteristik ini,
sistem penambangan terbuka diharapkan dapat memberikan perolehan
penambangan terbaik dengan biaya yang lebih efisien, yang mengarah
kepada perolehan keuntungan yang optimal.

Penggalian/ Pemuatan dan


Pembersihan Lahan
Penambangan Pengangkutan

Penjualan ke
Pencucian Penirisan/Pengeringan Konsumen

Gambar 4.1

IV-3 | P a g e
Studi Kelayakan CV Singkep Tuah Persada
Komoditas Pasir Silica/Kuarsa
Kec. Senayang, Kab. Lingga, Prov. Kepulauan Riau

Diagram Alir Tata Cara Penambangan Pasir silica

Kegiatan penambangan dimulai dari pembersihan lahan dari


vegetasi yang menutupinya. Untuk kepentingan konservasi kegiatan
pembersihan lahan ini baru dilaksanakan pada lahan yang benar – benar
segera akan ditambang. Pekerjaan ini umum dikenal dengan nama land
clearing. Proses land clearing menggunakan bulldozer untuk memastikan
lahan bersih dari vegetasi penutup hingga siap untuk dilakukan
pengupasan lapisan tanah pucuk. Penggunaan bulldozer ini dianggap
efektif untuk menyingkirkan semak belukar yang dominan menutupi
lahan.
Setelah lahan terbuka dan bersih dari vegetasi penutup, kegiatan
dilanjutkan dengan pengupasan lapisan penutup. Lapisan penutup ini
merupakan tanah pucuk dengan ketebalan sekitar ± 25 cm, merupakan
bagian tanah yang kaya akan unsur hara. Tanah pucuk yang telah dikupas
kemudian ditumpuk pada lokasi yang telah ditentukan untuk nantinya
dapat dipergunakan kembali pada proses reklamasi.
Proses penambangan dapat dimulai setelah endapan pasir telah
terekspos, bebas dari vegetasi dan lapisan tanah pucuk. Proses
penggalian endapan dilakukan menggunakan alat berat berupa
excavator. Pasir yang telah ditambang lalu kemudian diangkut ke lokasi
pencucian untuk dipisahkan dari pengotornya.

4.2 TAHAPAN KEGIATAN PENAMBANGAN


Tahapan kegiatan penambangan pasir silica CV STP akan dimulai
dari IUP sebelah utara. Daerah ini dipilih karena lokasinya paling jauh
sehingga pada saat penambangan pertahun selesai dapat langsung
direklamasi. Pertimbangan ini akan menghemat biaya pembersihan lahan
dan pengangkutan dari tambang ke unit pencucian. Dengan demikian,
operasi penambangan CV STP akan menghemat biaya operasional di awal

IV-4 | P a g e
Studi Kelayakan CV Singkep Tuah Persada
Komoditas Pasir Silica/Kuarsa
Kec. Senayang, Kab. Lingga, Prov. Kepulauan Riau

kegiatan penambangan, yang akan mengurangi beban modal kerja


perusahaan.
Penambangan akan dilakukan sampai elevasi penambangan telah
mencapai batas terendah direncanakan, yaitu ± 3 meter dari permukaan
lahan, tergantung mana yang lebih dahulu dicapai. Pertimbangan ini
diambil dengan menganggap endapan pasir silica akan semakin berkurang
setelah kedalaman tersebut. Namun demikian, di masa depan, sekiranya
dalam kegiatan eksplorasi lanjut ditemukan endapan pasir silica yang
dianggap masih potensial untuk ditambang, maka kedalaman atau level
penambangan dapat diturunkan sesuai dengan kajian teknis, lingkungan
hidup dan ekonomi.
Kemajuan penambangan secara berurutan akan mengarah dari
utara ke selatan hingga batas IUP yang mengandung endapan pasir.
Salah satu aspek yang juga diperhatikan dalam menentukan tahap-
tahap kegiatan penambangan adalah penanganan air tambang. Pada
umumnya operasi penambangan dengan metode tambang terbuka dapat
mengakibatkan penurunan permukaan kerja atau terbentuknya lubang
bukaan. Keadaan ini membuat operasi penambangan dihadapkan dengan
masalah air, baik air tanah maupun air hujan. Penanganan terhadap air
yang masuk ke tambang dilakukan dengan membuat parit penyaliran,
disertai penggunaan pompa yang sesuai di dasar lubang tambang untuk
memompa air menuju kolam pengendapan. Pemompaan air dari dalam
tambang akan dilakukan jika air yang masuk sudah dalam tahap
mengganggu kegiatan pertambangan. Mekanisme pemompaannya sendiri
seperti pemompaan air pada umumnya, yaitu air yang menggenang di
dalam front penambangan dipompa keluar menuju kolam pengendapan.

4.3 RENCANA PRODUKSI


Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan rencana
penambangan, antara lain:
o Waktu Kerja

IV-5 | P a g e
Studi Kelayakan CV Singkep Tuah Persada
Komoditas Pasir Silica/Kuarsa
Kec. Senayang, Kab. Lingga, Prov. Kepulauan Riau

Waktu kerja yang dimaksud adalah waktu yang dibutuhkan untuk


melaksanakan kegiatan penambangan, seperti penggalian,
pemuatan, pengangkutan, maupun penimbunan. Waktu kerja yang
digunakan adalah 8 jam/shift dan 1 shift/hari. Jam kerja efektif
dapat dilihat pada Tabel IV.1.
o Sifat Fisik Material
Sifat fisik material untuk pasir silica adalah sebagai berikut:
- Bobot isi pasir silica insitu (BCM) = 1,5 ton/m3.
- Bobot isi pasir silica loose (LCM) = 1,4 ton/m3.
o Efisiensi dan Ketersediaan Alat
Efisiensi kerja dalam perhitungan peralatan adalah 80 %
- Efisiensi waktu = (55 menit/60 menit) x 100%
= 91,6%
- Ketersediaan alat = 90%
- Efisiensi kerja = 91,5% x 90%= 82,5 %
≈ 80%
CV STP menargetkan produksi pasir silica tercuci pada tahun
pertama adalah 515.983 LCM. Target ini dirancang dengan
mempertimbangkan rencana penambangan akan dimulai pada tahun
2019. Dengan demikian, kegiatan produksi berlangsung selama 12 bulan
untuk tahun pertama. Selanjutnya, target produksi pasir silica tercuci
sekitar ± 518.000 LCM untuk tahun berikutnya dan dirancang kurang lebih
sama hingga pada akhir umur tambang yaitu tahun ke-6 yang turun
dengan jumlah target produksi 226.440 LCM
Dengan menganggap densitas pasir silica tercuci adalah 2.359.603
m3 (LCM), perolehan penambangan 96%, termasuk kehilangan (pemuatan
dan pengangkutan) ke unit pencucian, serta perolehan pencucian
sebanyak 90%, maka total pasir yang harus ditambang adalah pada tahun
pertama adalah:

IV-6 | P a g e
Studi Kelayakan CV Singkep Tuah Persada
Komoditas Pasir Silica/Kuarsa
Kec. Senayang, Kab. Lingga, Prov. Kepulauan Riau

 Target pasir tercuci = 436.754 LCM


 Perolehan pencucian = 90%
 Target pasir dicuci = 436.754 LCM : (100%-90%)
= 485.282 LCM
 Kehilangan Pengangkutan = 6%
 Target penambangan = 485.282 m3 : (100%-6%))
= 515.983 m3 (LCM)
= 481.584 m3 (BCM)

Berdasarkan perhitungan tersebut maka pasir silica yang harus


ditambang pada tahun pertama adalah 515.983 m 3 (LCM) atau setara
dengan 481.584 m3 (BCM).

IV-7 | P a g e
Studi Kelayakan CV Singkep Tuah Persada
Komoditas Pasir Silica/Kuarsa
Kec. Senayang, Kab. Lingga, Prov. Kepulauan Riau

Tabel IV.1
Rencana Waktu Kerja Penambangan

IV-8 | P a g e
4.4

IV-9 | P a g e
PERALATAN
Beberapa hal sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan
spesifikasi teknis peralatan tambang yang akan dipergunakan dalam
operasi penambangan adalah sebagai berikut:

1) Karakteristik endapan pasir.


2) Kondisi topografi dan morfologi daerah penambangan.
3) Kondisi prasarana jalan.
4) Metode penambangan.
5) Nilai ekonomi.

IV-10 | P a g e
Secara sederhana, metode pemilihan peralatan penambangan
dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Rencana Produksi

Karakteristik
endapan Metode
Penambangan

Pemilihan jenis peralatan berdasarkan


jenis pekerjaan

Penentuan Produktivitas, Kapasitas, dan


Jumlah tiap unit alat

Gambar 4.2
Metode Pemilihan Peralatan Penambangan

IV-11 | P a g e
4.4.1 Peralatan Utama

Selain dasar pertimbangan pemilihan tersebut di atas, pemilihan


alat penambangan utama juga harus memperhitungkan tingkat produksi
dan volume pasir silica, jarak angkut material serta kapasitas dari
peralatan tambang yang akan dipilih. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka telah ditentukan jenis peralatan tambang utama adalah
excavator, dump truck, dan wheel loader.

a. Excavator
Excavator merupakan alat gali-muat. Secara umum, fungsi
excavator pada kegiatan penambangan adalah:
1) Melakukan penggalian dan pemuatan material lemah pada
pembukaan front tambang.
2) Melakukan penggalian dan pemuatan pasir silica di tambang.
3) Membuat saluran drainase tambang.
Excavator yang akan digunakan dalam kegiatan penambangan CV
STP merupakan tipe back hoe (penggalian dengan mangkuk mengarah ke
belakang), jenis Komatsu PC 200 atau yang setara dengan itu (Gambar
4.3).

Gambar 4.3

IV-12 | P a g e
Excavator Komatsu PC 200

Excavator ini memiliki kapasitas bucket 1,17 m3. Untuk memenuhi


target penambangan 481.000 m3 pada tahun pertama dan ±480.000 m 3
pada tahun kedua hingga umur tambang habis, operasi penambangan
memerlukan 2 unit excavator jenis ini untuk keperluan penggalian dan
pemuatan.
b. Dump Truck
Dump truck banyak dipakai untuk mengangkut material pada
kegiatan penambangan dengan jarak angkut yang dekat dan sedang.
Karena kecepatannya yang tinggi maka dump truk mempunyai produksi
yang tinggi, sehingga ongkos per ton material menjadi rendah. Selain itu
dump truck juga fleksibel, artinya tidak terlalu tergantung pada jalur
jalan.
Untuk operasi pengangkutan, perusahaan secara umum
menggunakan satu jenis dump truck beroda 10, yaitu Hino FM 260 JD
(Gambar 4.4) atau yang setara. Dump truck ini memiliki kapasitas angkut
sekitar 8 m3. Untuk mencapai target produksi yang telah ditentukan, CV
STP akan mengoperasikan 8 unit dump truck dengan jarak pengangkutan
dari pit ke washing plant ±3,5 km.

IV-13 | P a g e
Gambar 4.4
Dump Truck Hino FM 260 JD

Namun demikian, apabila dump truck jenis ini mengalami


kerusakan, maka perusahaan akan menggunakan dump truck dengan
ukuran yang lebih kecil sebagai cadangan. Dump truck cadangan ini
adalah beroda 6 dengan kapasitas angkut sekitar 7 m3.
c. Wheel Loader
Wheel loader digunakan untuk memasukkan raw material ke unit
pencucian, loading pasir silica tercuci ke dump truck untuk diangkut ke
pelabuhan, dan untuk membantu proses loading di pelabuhan. Fungsi ini
didukung oleh hal-hal berikut:
 Daya angkut bucket yang besar.
 Kemampuan mobilitas yang tinggi.
 Kemampuan untuk melakukan digging dan
dumping yang cepat.
 Memiliki daya dorong yang besar.
CV STP akan mengoperasikan 4 unit wheel loader jenis Komatsu
WA250-5 (Gambar 4.5) atau yang setara dengan ini, dengan rincian 2 unit

IV-14 | P a g e
untuk loading material ke unit pencucian, 2 unit untuk loading pasir
tercuci ke dump truck, dan 2 unit untuk mendukung aktifitas di
pelabuhan.

Gambar 4.5
Wheel Loader Komatsu WA250-5

4.4.2 Peralatan Pendukung

Selain peralatan tambang utama, CV STP juga mengoperasikan


peralatan pendukung. Alat-alat pendukung secara umum bertugas untuk
melakukan aktifitas-aktifitas pendukung tambang misalnya pembuatan
paritan dan perkerasan jalan. Peralatan pendukung yang dioperasikan
diantaranya adalah:
1. Excavator
Selain menjadi alat penambangan utama, excavator dalam
aktifitas penambangan CV STP juga digunakan sebagai peralatan
pendukung tambang. Excavator yang dioperasikan untuk mendukung
kegiatan penambangan memiliki kapasitas yang sama dengan excavator
penggalian pasir. Hal ini disebabkan karena front kerja excavator ini
sering berpindah-pindah dengan volume pekerjaan yang tidak begitu
besar.

IV-15 | P a g e
Excavator yang akan dioperasikan sebagai alat pendukung adalah
jenis Komatsu PC 200 LC-7 (Gambar 4.6) atau yang setara dengan itu
(kapasitas bucket 1,17 m3). Alat ini terutama dipakai untuk kegiatan
pembuatan saluran, kegiatan perapian tambang, serta kegiatan
pendukung lainnya. Alat ini akan dioperasikan sebanyak 1 unit.

Gambar 4.6
Excavator Komatsu PC 200 LC-7

2. Motor grader
Motor grader dipergunakan untuk pekerjaan perbaikan
jalan/meratakan jalan secara terus menerus untuk mengurangi rolling
resistance. Frekuensi perataan/grading tergantung pada standar
konstruksi dan kepadatan lalu lintas serta beban kendaraan. Fungsi lain
dari motor grader dalam kegiatan tambang adalah sebagai alat bantu
dalam pemeliharaan drainase.

IV-16 | P a g e
Gambar 4.7
Motor Grader Komatsu GD623

Jenis motor grader yang dipergunakan adalah Komatsu GD623


(Gambar 4.7) atau yang setara dengan ini dengan jumlah 1 unit.
Secara keseluruhan, jenis dan jumlah peralatan tambang utama
dan pendukung yang direncanakan dapat dilihat pada Tabel IV.2.

IV-17 | P a g e
Tabel IV.2
Jenis dan Jumlah Peralatan Tambang

4.5 JADWAL RENCANA PRODUKSI DAN UMUR TAMBANG

Jadwal rencana produksi pasir silica ditentukan berdasarkan


kebutuhan pasar. Seperti yang telah dijabarkan pada point 4.3, CV STP
berencana menambang 481.000 m3 pasir pada tahun pertama. Jumlah ini
direncanakan ±480.000 m3 selama tahun ke-2 dan seterusnya.
Dengan penjadwalan produksi seperti ini, serta total cadangan
sebanyak 2.628.000 m3, maka umur tambang diproyeksikan akan
berlangsung selama kurang lebih 6 tahun (Tabel IV.3).

IV-18 | P a g e
Tabel IV.3
Rencana Produksi dan Umur Tambang

Dari Tabel IV.3 tersebut dapat dilihat pada volume penambangan


pada tahun ke-6 mengalami penurunan menjadi 189.753 LCM. Hal ini
disebabkan karena cadangan pasir yang tersisa untuk dapat ditambang
adalah sejumlah tersebut, yang juga menjadi tahun terakhir
penambangan.

Namun demikian, di masa depan, apabila dalam kegiatan


eksplorasi lanjut ditemukan cadangan pasir silica yang dianggap masih
potensial untuk ditambang sesuai dengan kajian teknis, lingkungan hidup
dan ekonomi, maka kegiatan penambangan dapat dilakukan lebih lama,
atau lebih dari enam tahun sesuai dengan perkiraan awal pada studi
kelayakan ini.

4.6 RENCANA PENANGANAN BAHAN GALIAN YANG BELUM


TERPASARKAN

Penanganan bahan galian yang belum terpasarkan direncanakan


akan disimpan di lokasi stockpile, apabila ada permintaan atau orderan
dari pembeli (buyer) maka akan segera dilakukan pengangkutan dengan
kendaraan angkut menuju lokasi yang memerlukan bahan galian
tersebut.

4.7 RENCANA PEMANFAATAN BAHAN GALIAN DAN MINERAL IKUTAN

Rencana pemanfaatan bahan galian dan mineral ikutan pada


penambangan pasir kuarsa ini berupa tanah top soil yang berwarna
coklat kehitaman (coklat tua). Direncanakan tanah tersebut akan

IV-19 | P a g e
digunakan sebagai tanah penimbunan pada saat rencana reklamasi yang
ada di lokasi kegiatan.

4.8 RENCANA PENANGANAN SISA CADANGAN PADA PASCATAMBANG

Adapun untuk sisa cadangan yang belum terambil selama kegiatan


penambangan, maka direncanakan akan tetap dibiarkan sebagaimana
asalnya dan akan dilaporkan dalam bentuk laporan konservasi.

IV-20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai