2012 1 48401 821309014 Bab4 10082012035819 PDF
2012 1 48401 821309014 Bab4 10082012035819 PDF
2012 1 48401 821309014 Bab4 10082012035819 PDF
Hasil Uji
Sampel Pereaksi Keterangan
(+/-)
Pereaksi
Negatif (-) Tidak terbentuk cermin perak
Sampel A Tollens
Pereaksi
Negatif (-) Tidak terbentuk endapan merah bata
Fehling
Pereaksi
Negatif (-) Tidak terbentuk cermin perak
Sampel B Tollens
Pereaksi
Negatif (-) Tidak terbentuk endapan merah bata
Fehling
Pereaksi
Negatif (-) Tidak terbentuk cermin perak
Sampel C Tollens
Pereaksi
Negatif (-) Tidak terbentuk endapan merah bata
Fehling
\
1.2 Pembahasan
terkandung dalam mie basah.Sampel mie basah yang diperiksa adalah tiga sampel
yang terdiri dari sampel A yaitu mie basah (produksi berasal dari Biawu)sampel B
yaitu mie basah (produksi dari Telaga)dan sampel C mie basah (produksi dari
pada saat mie basah yang telah diproduksi dan telah di distribusikan di Pasar
Dalam penelitian ini tekhnik uji yang dilakukan yakni secara kualitatif
menggunakan tiga pereaksi yaitu pereaksi schiff, pereaksi fehling, dan pereaksi
dilakukan reparasi sampel. Mula-mula sampel mie basah dihaluskan dengan cara
digerus dalam lumpang. Kemudian sampel yang telah halus ditimbang sebanyak 5
destilasi yang telah dihubungkan dengan pendingin balik. Destilat yang diperoleh
dari proses destilasi diatas selanjutnya akan diidentifikasi dengan pereaksi schiff,
menguji formalin. Prosedur kerja yang dilakukan untuk menguji formalin dengan
pereaksi Schiff adalah 1 ml destilat yang diperoleh dari proses destilasi sampel
dipipet dengan 1 ml H SO pekat secara hati-hati dan perlahan-lahan. H SO ini
dialirkan perlahan-lahan melalui dinding tabung reaksi, hal ini dimaksudkan agar
basah yang dianalisis tidak terjadi perubahan warna menjadi ungu yang
aldehid,maka akan menghasilkan warna ungu. Pereaksi schiff tidak dapat bereaksi
dengan kelompok aldehid dalam bentuk hidrat. Pereaksi schiff digunakan untuk
kemudian ditambahkan 1-2 tetes pereaksi schiff. Perubahan yang terjadi adalah
pada tabung yang berisi formalin warnanya menjadi ungu dan menunjukan bahwa
formalin mengandung gugus aldehid. Perubahan ini dihasilkan dari formalin yang
terbentuk cermin perak pada dinding tabung reaksi. Menurut Fessenden (1986),
selama proses pemanasan, hal ini berarti bahwa sampel negatif atau tidak terdapat
terjadi oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat atau dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa pereaksi tollens tidak dapat tereduksi menjadi logam perak
cerminperak. Kandungan tollens A terdiri dari AgNO dan tollens B terdiri dari
yang terjadi warna formalin berubah menjadi hitam dan terbentuk cermin perak
aldehid (formalin) dengan pereaksi fehling yang telah dibuat. Prosedur kerja yang
dengan volume yang sama yaitu sebanyak 1 ml; tabung reaksi tersebut kemudian
warna menjadi orange dan terdapat endapan merah bata maka sampel yang diuji
positif mengandung formalin. Perlakuan ini dilakukan pada ketiga sampel mie
basah.
Hasil pengamatan dari ketiga sampel mie basah yang didapatkan yaitu
tidak terjadi perubahan warna dan tidak terdapat endapan merah bata, hal ini
Pada uji pembanding pada pereaksi fehling ini digunakan larutan formalin
sama halnya dengan perlakuan pada pereaksi schiff dan tollens. Setelah formalin
karena pereaksi fehling kurang stabil pada larutan dingin (temperatur rendah)
Hasil pengamatan yang diperoleh adalah, pada uji schiff terjadi perubahan
warna ungu, kemudian pada uji fehling terdapat endapan pada dasar tabung reaksi
setelah pemanasan, dan pada uji tollens terbentuk cermin perak pada dinding
tabung reaksi.
Hasil ini sangat berbeda dengan hasil yang diperoleh pada uji kualitatif
sampel mie basah. Dimana pada uji kualitatif dengan ketiga sampel tidak
menunjukkan hasil yang sama ketika hasil awal ditambahkan zat formalin. Hal ini
uji schiff, tollens, dan fehling merupakan pengujian yang dilakukan untuk
penelitian dengan pereaksi ini telah dilakukan oleh Aries Nila Fadilla di kota
semarang yang menunjukkan hasil bahwa sampel mie basah yang diteliti
terbentuk cincin ungu, secara kualitatif hasil tersebut menuunjukkan adanya zat
formalin. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aries Nila Fadilla dapat
dijadikan pedoman bahwa di Kota lain sudah terbukti menggunakan formalin
sebagai pengawet makanan, yang hal tersebut sangat berbahaya bagi tubuh.
Meskipun hasil yang ada di Kota Gorontalo negatifnamun harus tetap hati-hati