Anda di halaman 1dari 28

MENINGKATKAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

PADA CABANG OLAHRAGA ATLETIK MELALUI PEMBELAJARAN


DEDUKTIF SISWA KELAS VII Mts NEGERI SUWAWA
KABUPATEN BONE BOLANGO

JURNAL

Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna


Menempuh ujian sarjana pendidikan
Pada Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan

Oleh

HIDAYAT SALAM
NIM. 141 407 040

JURUSAN PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2013
MENINGKATKAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
PADA CABANG OLAHRAGA ATLETIK MELALUI PEMBELAJARAN
DEDUKTIF SISWA KELAS VII Mts NEGERI SUWAWA
KABUPATEN BONE BOLANGO

HIDAYAT SALAM
Pembimbing I Dra.Hj.Nurhayati Liputo, M.Pd
Pembimbing II Zulkifli Lamusu,S.Pd,M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN

ABSTRAK

Hidayat Salam, skripsi 2013. Meningkatkan Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya
Jongkok Pada Cabang Olah Raga Atletik Melalui Pembelajaran Deduktif Siswa
Kelas VII Mts Negeri Suwawa Kabupaten Bone Bolango pembimbing I
Dra.Hj.Nurhayati Liputo, M.Pd dan pembimbing II Zulkifli Lamusu,S.Pd,M.Pd.
Masalah dalam penelitian ini adalalah apakah gerak dasar lompat jauh
gaya jongkok pada cabang olahraga Atletik siswa dikelas VII MTs Negeri
Suwawa Kabupaten Bone bolango dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
deduktif? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan gerak dasar lompat
jauh gaya jongkok pada cabang olahraga atletik melalui pembelajaran deduktif
pada siswa kelas VII MTs Negeri suwawa kabupaten Bone Bolango.
Hipotesis tindakan yakni jika digunakan strategi pembelajaran melalui
pembelajaran deduktif maka gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada cabang
olahraga atletik siswa kelas VII MTs Negeri Suwawa Kabupaten Bone Bolango
akan meningkat? Dengan indikator kinerja rata-rata keterampilan siswa kelas VII
MTs negeri suwawa kabupaten bone bolango dapat melakukan gerak dasar lompat
jauh gaya jongkok dengan sempurna minimal 75%.
Berdasarkan analisis data maka dapat diketahui terjadi peningkatan pada
gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada cabang olahraga atletik pada siswa
dikelas VII MTs Negeri suwawa kabupaten bone bolango. Dan observasi awal
58,07% siklus I 75% dan siklus II 77,94%. Maka dapat di simpulkan bahwa gerak
dasar lompat jauh gaya jongkok pada cabang olahraga atletik dapat melalui
pembelajaran deduktif. Dengan hasil analisis tersebut maka hipotesis tindakan
yaitu dengan menggunakan pembelajaran deduktif, maka gerak dasar lompat jauh
gaya jongkok pada cabang olahraga atletik pada siswa kelas VII MTs Negeri
suwawa kabupaten bone bolango dapat meningkat dan dapat diterima.

Kata Kunci :Gerak Dasar, Lompat Jauh dan Pembelajaran Deduktif

1
PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan suatu keadaan yang dengan sengaja diciptkan agar

terjadi interaksi edukasi antara guru dan siswa. Interaksi edukasi antara guru dan

siswa dengan memanfaatkan materi pembelajaran sebagai medivinya. Dalam

interaksi tersebut, komponen-komponen pembelajaran diperankan secara optimum

guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Karena itu, salah satu

tugas utama guru adalah meranacang pembelajaran yang kondusif, menantang,

mengairahkan dan menyenangkan.

Tetapi persoalan proses belajar mengajar yang kondusif, menantang,

menggairahkan dan menyenangkan tersebut seringkali kurang diperhatikan dan

dipertimbangkan guru, sehingga proses pembelajaran yang dilakukan kurang

menggairahkan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru.

Demikian juga halnya, penyampaian materi pembelajaran lompat jauh di MTs

Negeri Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

Masalah khusus dalam pendidikan selain terjadi kelangkaan sarana dan

prasarana juga terdapat pada setiap komponen belajar mengajar. Pendekatan

deduktif yang menempatkan dalam kedudukan meniru, mengulang-ulang tugas

gerak dari teknis dasar umum ketugas gerak yang spesitip pendidikan jasmani

modern di Indonesia merupakan bahagian pendidikan secara keseluruhan dan

memandang manusia sebagai satu kesatuan yang utuh. Keutuhan tersebut ialah

pikiran, perasaan dan perlakuan yang serasi, selaras dan seimbang. Berkaitan

dengan pandangan holistik. Tentang pendidikan jasmani dan menganggap manusia

bukan sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yang terpisah-pisah.

2
Manusia adalah kesatuan dari berbagai bagian yang terpadu oleh karena itu,

pendidikan jasmani tidak hanya berorientasikan pada fisik saja. Uraian diatas

membedakan bahwa, anak-anak sangat kompleks, memiliki pikiran, perasaan dan

tindakan yang selalu berubah-ubah secara nalar. Oleh karena siswa mempunyai

sifat yang selalu dinamik pada saat mereka tumbu, maka pertukaran satu element

seringkali mempengaruhi perubahan pada elemen lain. Oleh karena itu,

pendidikan jasmani mendidik anak secara seluruhan tidak hanya mendidik pisik

atau tubuhnya saja.

Berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran lompat jauh kedalam program

pendidikan jasmani penting dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk

penguasaan ketrampilan dasar yang serasi, selaras dan seimbang melalui aktivitas

dan manipulasi gerakan lompat jauh dengan berbagai aktivitas jasmani siswa, di

bina dan sekaligus dibentuk. Dikatakan dibina karena yang ditumbuh kembangkan

adalah potensinya, dikatakan pembentukan karena memanng akan terjadi

pembiasaan melalui seperangkat rangsang untuk melakukan aktivitas jasmani

yang seimbang.

Hasil observasi dan wawancara salah satu guru mata pelajaran pedidikan

jasmani di MTs negeri suwawa kabupaten bone bolango menunjukan bahwa

siswa-siswa MTs tersebut secara umum memiliki kemampuan menengah ke

bawah, disamping beberapa siswa memiliki intelegensi diatas rata-rata. Dalam

sebuah observasi kelas, dapat diketahui bahwa siswa-siswi di kelas VII tersebut

memiliki minat dan motivasi yang kurang terhadap pelajaran pendidikan jasmani

khususnya lompat jauh Masih tampak beberapa siswa yang mengobrol dengan

3
temannya sendiri, mengantuk, malas-malasan dalam mengerjakan yang diberikan

oleh guru. Sebagian besar siswa mengeluh dan merasa tidak mampu mengerjakan

tugas yang diberikan.

Dari permasalahan umum yang dihadapi guru penjas dalam menyampaikan materi

khususnya gerak dasar lompat jauh gaya jongkok, maka peneliti merasa tertarik

melakukan penilitian tindakan kelas (PTK) pada siswa kelas VII MTs negeri

suwawa kabupaten bone bolango dengan judul ” Meningkatkan Gerak Dasar

Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Cabang Olah Raga Atletik Melalui

Pembelajaran Deduktif Siswa Kelas VII Mts Negeri Suwawa Kabupaten Bone

Bolango bolango. Permasalahan ini peneliti temukan ketika observasi di MTs

Negeri Suwawa kabupaten bone bolango yaitu pada pembelajaran lompat jauh

gaya jongkok.

Olahraga atletik lompat jauh terintegrasi kedalam program pendidikan

jasmani dan menitik beratkan pada pembekalan ketiga ketrampilan dasar secara

menyeluruh. Karena itu, olahraga atletik lompat jauh merupakan proses sosialisasi

kedalam olahraga. Dengan kata lain, olahraga atletik lompat jauh

mengolahragakan siswa. Namun demikian, tidak berarti kegiatan siswa hanya

tertuju pada aspek jasmani atau ketrampilan saja. Didalamnya juga menyangkut

pembekalan nilai-nilai dalam olahraga atletik lompat jauh yang mengandung nilai

alihan positif pula dalam kehidupan bermasyarakat.

Berkaitan dengan kepentingan dimasa mendatang, maka tujuan program

pendidikan jasmani melalui olahraga atletik lompat jauh bersifat menyeluruh,

karena merangkumi berbagai aspek gerak. Pendidikan jasmani dalam olahraga

4
atletik lompat jauh sangat peduli dengan keseimbangan antara pikiran (kognitif),

perasaan (afektif), dan perlakuan atau sikap (psikomotorik). Pendidikan jasmani

melalui lompat jauh ialah perkembangan dan pertumbuhan aspek fisik,

pertumbuhan meliputi pikiran, perasaan dan sikap. Sedangkan perkembangan ia

itu, peningkatan ketrampilan gerak lompat jauh yang serasi, selaras, dan

seimbang.

Kepentingan dasar hakiki siswa adalah gerak lompat jauh yang dilakukan

secara sadar dan bertujuan. Gerakan lompat jauh merupakan keniscayaan dan

tergolong keperluan dasar seperti halnya makan dan minum. Karena bergerak

siswa mampu bertahan hidup dan melalui gerak siswa mencapai beberapa tujuan

seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan sosial. Apabila siswa

menderita kekurangan gerak maka, siswa akan mengalami berbagai kecocokan

fisik, mental atau sosial.Penguasaan pembelajaran deduktif merupakan persoalan

khusus yang memerlukan pembaharuan. Pembelajaran adalah upaya pendidik

untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan tujuan untuk

membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan tujuan untuk

mewujudkan efisiensi dan efektivitas belajar yang dilakukan peserta didik.

Pembelajaran tersebut pada umumnya menunjukan ciri yaitu selain bermula

dengan penjelasan dan contoh teknik skanara yang boleh disebut selain istilah

“pembelajaran deduktif” dimulai teknik dasar umum ketugas gerak yang lebih

khusus.Karena itu hampir tidak ada kesempatan kepada siswa untuk mencoba

mengeksplorasi ketrampilan dasar gerak sesuai karakteristik program mengajar

5
pendidikan jasmani melalui cabang olahraga atletik, khususnya nomor lompat

jauh.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.“Apakah

dengan menggunakan pembelajaran deduktif dapat meningkatkan gerak dasar

lompat jauh gaya jongkok pada siswa dikelas VII MTs Negeri Suwawa?

Adapaun cara pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat di rumuskan

sebagai berikut. “dengan menggunakan pembelajaran deduktif yang baik dan

benar maka, gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa dikelas VII MTs

Negeri suwawa dapat ditingkatkan.

Secara umum tujuan didadakannya penelitian ini untuk: Meningkatkan

Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Cabang Olah Raga Atletik Melalui

Pembelajaran Deduktif Siswa Kelas VII Mts Negeri Suwawa Kabupaten Bone

Bolango

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat

memberi manfaat antara lain:

a. Bagi sekolah MTs Negeri Suwawa Kabupaten Bone bolango

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan untuk menjawab

kelemahan/kekurangan dari metode pembelajaran yang selama ini di

terapkan.

b. Bagi Guru Penjasorkes di MTs Negeri Suwawa Kabupaten Bone bolango

1. Untuk meningkatkan kreatifitas guru disekolah dalam membuat dan

mengembangkan media pembelajaran

6
2. Sebagai bahan masukan guru dalam memilih alternative pembelajaran

yang akan dilakukan.

3. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya secara

profesional.

c. Bagi siswaKelas VII MTs Negeri suwawa kabupaten bone bolango

1. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan

meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas,

serta meningkatkan belajar gerak dasar lompat jauh gaya jongkok.

2. Dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok,

serta mendukung pencapaian gerak dasar lompat jauh gaya jongkok

d. Bagi peneliti

Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan bahwa melalui alat

pembelajaran dalam program pendidikan jasmani berkesan sebagai wahana

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada MTs Negeri Suwawa Kabupaten Bone

Bolango.Khususnya di kelas VII (tujuh) pada mata pelajaran pendjas.Alasan

peneliti mengambil tempat tersebut di karenakan sekolah tersebut merupakan

salah satu pendidikan formal yang mampu melahirkan putra-putri terbaik bangsa.

Karaktersitik penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

(PTK).Sedangkan subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Negeri

SuwawaKabupaten Bone Bolango. berjumlah 20 orang siswa yang terdiri dari 11

7
orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan dengan latar belakang yang

berbeda-beda terhadap tingkat ketrampilan dasar dan ketrampilan gerak dasar

dalam melakukan lompat jauh serta terkesan acuh tak acuh dengan materi yang di

ajarkan khususnya dalam mata pelajaran pendidikan jasmani.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah keterampilan dasar gerakan

melompat pada lompat jauh yang diukur dengan indikator sebagai berikut :

a. Variabel input

Variabel input meliputi kegiatan guru dalam merencanakan pembelajaran,

serta kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran serta sarana dan

prasarana guna meningkatkan gerak dasar siswa dalam melakukan lompat

jauh.

b. Variabel proses

Variabel proses meliputi kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran

yang telah direncanakan dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran

dalam melakukan gerak dasar lompat jauh dengan menggunakan

pembelajaran deduktif.

c. Variabel output

Variabel output adalah: pencapaian hasil akhir setelah adanya tindakan yakni

penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dilihat/diukur cara, posisi

badan pada saat melakukan awalan, posisi badan pada saat melakukan

tolakan, posisi badan pada saat melayang dan, sikap badan pada saat

mendarat. Yang dapat menentukan hasil dari penguasaan siswa dalam

8
melakukan gerak dasar lompat jauh yang maksimal sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Adapun sub variabel penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai

berikut.

a. Tahap awalan

Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum

salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan. Menurut Jes Jerver (2005:

34) bahwa “Maksud berlari sebelum melompat ini adalah untuk

meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimum tanpa

menimbulkan hambatan sewaktu take of ”. Jarak awalan tidak perlu

terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari mendapatkan kecepatan tertinggi

sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan tersebut antara 30-40

meter, Kecepatan sprint 30-40 meter. Berkaitan dengan awalan lompat

jauh Munasifah (2008: 12) menyatakan:

Jarak awalan tergantung pada tiap-tiap pelari(sekitar 30-40). Jarak

awalan harus cukup jauh dan lari cepat untuk mendapatkan momentum

yang paling besar. Kecepatan awalan dan irama langkah harus tetap. Pada

saat melangkah konsentrasi tertuju pada lompatan yang setinggi-

tingginya. Langkah terakir agak diperpendek, supaya dapat menolak ke

atas dengan lebih sempurna. Sikap lari seperti pada lari jarak pendek.

Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat

individual tergantung dari masing-masing pelompat. Hal terpenting

dalam mengambil jarak awalan yaitu pelompat dimungkinkan

9
memperoleh kecepatan yang maksimal. Kecepatan awalan harus sudah

dicapai tiga atau empat langkah sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat

b. Tahap Tolakan

Tolakan merupakan perubahan gerak datar ke gerak tegak atau ke atas

yang dilakukan secara cepat. tolakan dilakukan dengan cara yaitu,

sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan

tolakan sekuat-kuatnya pada langkah terakhir, sehingga seluruh tubuh

terangkat ke atas melayang di udara. Tolakan dilakukan dengan

menolakkan salah satu kaki pada papan tumpu untuk menumpu tanpa

langkah melebihi balok tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas

yang besar.

c. Tahap Melayang

Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus

melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki

dengan kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan

semakin kuat tolakan yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama

dapat membawa titik berat badan melayang di udara. Dengan demikian

akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh, karena kedua kecepatan

itu akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang menentukan lintasan

gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan pada

saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh, sehingga

akan membantu pendaratan. Jees Jarver. (2009: 28) menyatakan, “Pada

10
fase melayang bertujuan untuk mendapatkan posisi mendarat yang paling

ekonomis dan efisien”

d. Tahap Mendarat

Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat

jauh. Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh.

Mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok

yang harus dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap badan

hampir duduk dan kaki lurus ke depan merupakan pendaratan yang

efisien. Pada waktu mulai menyentuh pasir, pelompat memegaskan lutut

dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian atas

menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan Pada saat badan akan

jatuh di pasir lakukan pendaratan sebagai berikut:

1. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dibawa ke depan lurus dengan

cara mengangkat paha ke atas.

2. Badan dibungkukkan ke depan.

3. Kedua tangan diayun ke depan.

4. Kedua tungkai bagian bawah diluruskan ke depan.

5. Mendarat pada kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper, denga

cara kedua lutut dibengkokkan (ditekuk)

6. Berat badan dibawa ke depan supaya tidak jatuh ke belakang, kepala

ditundukkan, dan kedua tangan ke depan.

Tahap Persiapan

a. Meminta izin kepada kepala sekolah

11
b. Melakukan observasi awal terhadap objek penelitian

c. Menganalisis pokok permasalahan yang menjadi subjek penelitian

d. Menetapkan waktu pelaksanaan tindakan

Tahap Tindakan

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini secara kolaboratif melalui kerja sama

dengan guru kelas VII MTs Negeri Suwawa Kabupaten Bone Bolango adapun

kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap tindakan sebagai berikut :

a. Tahap persiapan tindakan

1. Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan seperti menyiapkan

kegiatan harian, satuan layanan dan alat yang dibutuhkan dalam proses

pembelajaran

2. Menyusun prosudur pelaksanaan kegiatan pembelajaran

3. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi

4. Mempasilitasi penunjang kegiatan penelitian yaitu alat pembelajaran

dan dokumentasi.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1. Dalam pelaksanaan tindakan guru dan peneliti menyiapkan sarana yang

digunakan pembelajaran lompat jauh

2. Tindakan dilakukan dalam sejumlah siklus dimana tiap siklus,

dilakukan tiga kali pertemuan

Tahap Pemantauan dan Evaluasi

12
Pemantauan dan evaluasi berlangsung dalam setiap siklus yang

dilaksanakan dan hasil setiap siklus dibawa pada tahap analisis dan

refleksi.Adapun pedoman pelaksanaan pemantauan dan evaluasi sebagai berikut.

a. Semua aspek yang menjadi indikator dan gerak dasar dalam melakukan

lompat jauh

b. Alat pengumpulan data yang telah dipersiapkan yaitu :

1. Lembar observasi tentang kegiatan pembelajaran

2. Lembar observasi tentang ketrampilan dasar lompat jauh

3. Bukti fisik pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar (PBM)

didokumentasikan melalui alat visual.

Tahap Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan

evaluasi materi dari observasi awal, siklus I dan siklus II akan dianalisis serta

hasilnya akan direfleksikan dari hasil proses kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan sehingga hasilnya dapat diketahui dengan jelas. Untuk mengetahui

apakah masih perlu diberikan tindakan atau tidak. Dari hasil tersebut dapat di

amati apakah masih terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi guru atau

siswa maupun alat dan sumber pembelajaran.

Karena itu, hasil proses pembelajaran tersebut dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan pembelajaran selanjutnya.

13
HASIL PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan pada siswa kelas VII MTs

Negeri Suwawa Kabupaten Bone Bolango dengan jumlah siswa 20 orang.

Sebelum melakukan penelitian ini terlebih dahulu peneliti mengkonsultasikan

dengan pihak sekolah, dan dari pihak sekolah sangat setuju dan siap mendukung

pelaksanaan penelitian ini.

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini maka diadakan

observasi awal mengenai gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada cabang

olahraga atletik siswa dikelas VII Mts negeri suwawa kabupaten bone bolango

berdasarkan kriteria siswa. Kriteria penilaian untuk siswa adalah tahap awalan,

tahap tolakan, tahap melayang diudara dan, sikap badan pada saat mendarat.

Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus setiap siklus dirancang menjadi

tiga kali pertemuan atau tiga kali tindakan.

Observasi awal

Dari kegiatan pembelajaran atletik mengenai gerak dasar lompat jauh siswa

dikelas VII MTs Negeri suwawa Kabupaten Bone Bolango (dengan persiapan

pembelajaran yang terlampir) diperoleh data sebagai berikut: dari data tersebut

(tabel 1) terlihat pada aspek sangat baik dengan 90 dan 100 belum ada (0%) dan

aspek baik yang memperoleh nilai 75 dan 89 belum ada (0%) aspek sedang 7

orang dengan nilai 60 dan 74 (35%) aspek kurang baik 13 orang dengan nilai 40

dan 59 (65%) aspek sangat kurang sekali yang memperoleh 0 dan 39 tidak ada

(0%) data selengkapnya dilihat pada lampiran. Secara keseluruhan dibagi dengan

14
banyaknya siswa sehingga memperoleh data awal siswa 58,37%. Proses

pelaksanaan tindakan pada observasi awal dapat di jelaskan sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1. Absensi

2. Formasi barisan

3. Stretching (peregangan)

4. Waning-Up(pemanasan)

5. Apersepsi

b. Kegiatan inti

c. Penutup

1. Formasi barisan

2. Kesimpulan

3. Evaluasi

Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar

Pengamatan siklus 1 dilakukan secara bersama-sama oleh peneliti dan guru

pengamat, dalam hal ini guru mitra sendiri yang bertindak sebagai guru pengamat.

kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung diamati melalui

lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan siswa.

1. Hasil pengamatan kegiatan guru

Pengamatan aspek-aspek yang di nilai pada guru dalam proses pembelajaran

Di lakukan oleh peneliti dan guru pengamat. Aspek-aspek tersebut berjumlah dari

12 dan kriteria penilaianya diberi kode YA atau TIDAK. Berdasarkan hasil

15
penelitian dari 12 aspek yang di amati pada guru belum semuanya di laksanakan,

dalam hal ini ada 1 aspek yang terlewati oleh guru, yaitu sikap saat mendarat.

2. Hasil pengamatan kegiatan siswa

Pengamatan untuk kegiatan siswa selama proses pembelajaran dilakukan

peneliti dan guru mitra, dengan 4 aspek yang diamati. Pada observasi data awal ini

yang memperoleh kriteria cukup (C) 13 orang (65%) dan kurang (K) 7 orang

(35%). Data selengkapnya di sajikan pada tabel 1 dan hasil lengkapnya dapat

dilihat pada lampiran.

Tabel 1. Hasil pengamatan kegiatan siswa

Data awal

No Klasifikasi Nilai Kriteria Aspek Jumlah Presentase

1 Sangat Baik 90-100 - -


2 Baik 75-89 - -

3 Cukup 60-74 13 65%

4 Kurang 40-59 7 35%

5 Kurang Sekali 0-39 - -

Jumlah Total 20 100%

1.4 Siklus 1

16
Proses pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dapat di sajikan sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1. Absensi

2. Formasi barisan

3. Streching (peregangan)

4. Waning-Up (pemanasan)

5. Apersepsi

b. Kegiatan inti

1. Mempresentasikan pelajaran :guru menjelaskan memberikan contoh

gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dengan indikator

a. awalan

b. tolakan

c. posisi saat melayang

d. sikap mendarat

c. tes :secara bergantian siswa melakukan gerak dasar lompat jauh gaya

jongkok

d. Penutup

1. Formasi barisan

2. Kesimpulan

3. Evaluasi

Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar

17
Pengamatan siklus I di lakukan bersama-sama oleh peneliti dan guru

pengamat, dalam hal ini guru mitra sendiri yang bertindak sebagai guru pengamat.

Kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung diamati melalui

lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan siswa

a. Hasil pengamatan kegiatan guru

Pengamatan aspek-aspek yang dinilai pada guru dalam proses pembelajaran

yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat. Aspek-aspek tersebut berjumlah

dari 12 kriteria penilaianya diberi kode pada kolam YA atau TIDAK. Berdasarkan

dari penelitian dari 12 aspek yang diamati pada guru belum semuanya

dilaksanakan. Dalam hal ini ada 1 aspek yang terlewati oleh guru yaitu sikap saat

mendarat.

b. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa

Pengamatan kegiatan siswa selama proses pembelajaran adalah peneliti dan

guru mitra, denga 4 aspek yang diamati. Pada pelaksanaan tindakan siklus 1 ini

yang memperoleh kriteria baik 12 orang (60%), sedang 8 orang(40%) data

selengkapnya disajikan pada tabel 2 dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada

lampiran.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa

Siklus 1

No Klasifikasi nilai Kriteria aspek Jumlah Prosentase

1 Sangat baik 90-100 - -

2 Baik 75-89 12 60%

18
3 Cukup 60-74 8 40%

4 Kurang sekali 0-39 - -

Jumlah Total 20 100%

c. Refleksi Dan Hasil Tindakan

Untuk refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus 1, peneliti

mendiskusikanya dengan guru pengamat. Hal ini dilakukan untuk ketajaman

refleksi itu sendiri. Dari diskusi yang telah di laksanakan, maka di simpulkan

bahwa tindakan kelas ini belum terlaksana sebagai mana yang diharapkan, hal ini

terbukti dari kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar lompat jauh yang

belum menampakkan peningkatan.dengan pengertian bahwa dalam proses

pembelajaran pada siklus 1 masi terdapat aspek-aspek yang belum terlaksana

secara optimal untuk itu penelitian tindakan dilanjutkan ke siklus II.

Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan kelanjutan pada siklus 1,

prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1. Absensi

2. Formasi barisan

3. Streching (peregangan)

19
4. Waning-Up (pemanasan)

5. Apersepsi

b. Kegiatan inti

1. Mempresentasikan pelajaran :guru menjelaskan memberikan contoh

gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dengan indikator

a. awalan

b. tolakan

c. posisi saat melayang

d. sikap mendarat

2. tes :secara bergantian siswa melakukan gerak dasar lompat jauh gaya

jongkok

c. Penutup

a. Formasi barisan

b. Kesimpulan

c. Evaluasi

Hasil Kegiatan Belajar Mengajar

Pengamatan siklus II dilaksanakan bersama-sama oleh peneliti dan guru

pengamat, dalam hal ini guru mitra sendiri yang bertindak sebagai guru pengamat,

kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran langsung diamati melalui

lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan siswa.

a. Hasil pengamatan kegiatan guru

20
Pengamatan aspek-aspek yang dinilai pada guru dalam proses pembelajaran

yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat. Aspek-aspek tersebut berjumlah

dari 12 kriteria penilaianya diberi kode pada kolam YA atau TIDAK. Berdasarkan

dari penelitian dari 12 aspek yang diamati pada guru belum semuanya

dilaksanakan. Dalam hal ini ada 1 aspek yang terlewati oleh guru yaitu bagaimana

cara melakukan sikap mendarat yang baik dan benar. Untuk jelasnya disajikan

pada lampiran.

d. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa

Pengamatan kegiatan siswa selama proses pembelajaran adalah peneliti dan

guru mitra, denga 4 aspek yang diamati. Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini

yang memperoleh kriteria baik 16 orang (80%), sedang 4 orang(20%) data

selengkapnya disajikan pada tabel 3 dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada

lampiran di bawah ini.

Table 3. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa

Siklus II

No Klasifikasi nilai Kriteria aspek Jumlah Prosentase

1 Sangat baik 90-100 - -


2 Baik 75-89 16 80%

3 Cukup 60-74 4 20%

4 Kurang sekali 0-39 - -

21
Jumlah Total 20 100%
Hasil Kegiatan Belajar Mengajar

Pengamatan siklus II dilaksanakan bersama-sama oleh peneliti dan guru

pengamat, dalam hal ini guru mitra sendiri yang bertindak sebagai guru pengamat,

kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran langsung diamati melalui

lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan siswa.

a. Hasil pengamatan kegiatan guru

Pengamatan aspek-aspek yang dinilai pada guru dalam proses pembelajaran

yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat. Aspek-aspek tersebut berjumlah

dari 12 kriteria penilaianya diberi kode pada kolam YA atau TIDAK. Berdasarkan

dari penelitian dari 12 aspek yang diamati pada guru belum semuanya

dilaksanakan. Dalam hal ini ada 1 aspek yang terlewati oleh guru yaitu bagaimana

cara melakukan sikap mendarat yang baik dan benar. Untuk jelasnya disajikan

pada lampiran.

b. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa

Pengamatan kegiatan siswa selama proses pembelajaran adalah peneliti dan

guru mitra, denga 4 aspek yang diamati. Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini

yang memperoleh kriteria baik 16 orang (80%), sedang 4 orang(20%) data

selengkapnya disajikan pada tabel 3 dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada

lampiran

c. Refleksi Dan Hasil Tindakan

22
refleksi dilaksanakan pada akhir siklus dengan tujuan untuk mengetahui

hasil yang telah di peroleh dan untuk mendapatkan gambaran apakah tindakan

yang dilakukan telah mempengaruhi peningkatan kemampuan siswa dalam

melakukan gerak dasar lompat jauh khususnya gaya jongkok. Berdasarkan refleksi

tersebut maka hasil yang diperolah telah mencapai target yang diharapkan dengan

pengertian bahwa tidak perlu lagi untuk melanjutkan pada siklus berikutnya

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam II siklus, yang terlebih dulu

dilaksanakan dengan observasi awal. Dari hasil observasi awal terlihat bahwa

kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar lompat jauh 58,07%untuk tidak

segera dilanjutkan disiklus I. siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan dengan

peningkatan16,93% sehingga menjadi 74%. Melihat peningkatan gerak dasar

siswa dalam melakukan lompat jauh pada pertemuan terakhir siklus I tidak

mencapai apa yang telah ditargetkan, yakni 75%. Maka peneliti kemudian

melanjutkan tindakan ke siklus II setelah pertemuan pada siklus I direfleksi.

Siklus II dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pada akhir (evaluasi) siklus II

ini diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menguasai gerak dasar lompat jauh

khususnya gaya jongkok mengalami peningkatan 3,94% menjadi 77,94%.

Peningkatan ini menandakan keberhasilan pada tindkan yang telah dilaksanakan.

Dengan demikian dapat dikatakan hipotesis yang telah diajukan, yakni: dengan

menggunakan pembelajaran deduktif maka kemampuan siswa kelas VII MTs

23
Negeri Suwawa dalam meningkatkan gerak dasar lompat jauh pada cabang olah

raga atletik khusunya gaya jongkok dapat di tingkatkan dan diterima.

SIMPULAN

Dalam pembahasan penelitian tindakan kelas ini (PTK) ini, dapat ditarik

beberapa kesimpulan yakni:

a. Lompat jauh merupakan sebuah nomor Atletik yang sangat

memasyarakatdan dapat diterima disemua dikalangan umur, yang dapat

dibuktikan dengan digemarinya olah raga Atletik ini oleh para siswa yag

berada di MTs Negeri Suwawa Kabupaten Bone Bolango khususnyasiswa

kelas VII.

b. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini,

Rendahnya kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar lompat jauh

dengan menggunakan pembelajaran deduktif pada cabang olah raga atletik

pada siswa kelas VII MTs Negeri Suwawa yang di buktikan dengan

perolehan data 58,07%, atau masih dalam kategori kurang.

c. Besarnya peningkatan dari observasi awal ke siklus 1 yakni 58,07%

meningkat sebesar 16,93% sehingga mencapai 74% pada kegiatan siklus I,

dan meningkat lagi sebesar 3,94% sehingga menjadi 77,94% pada siklus II,

setelah adanya pemberian tindakan sebanyak tiga kali pada setiap rentang

siklus.

24
SARAN

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Setiap guru hendaknya menjadikan penelitian tindakan kelas ini sebagai

bahan acuan dalam rangka meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa

khususnya gerak dasar dalam pembelajaran atletik khsusunya lompat jauh.

2. Dalam proses pembelajaran khsusunya atletik guru harus kreatif dalam

memilih danmenetapkan metode pembelajaran.

3. Diharapkan kepada seluruh guru pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan dalam dalam

membelajarkan siswa khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan itu sendiri.

25
DAFTAR PUSTAKA

Djumair.A.widya. 2003. Pembelajaran Atletik 1 pelatih instruktur guru


pendjaskes. Jakarta raja grapindo pesrsada

2004. Gerak-Gerak Dasar Atletik Dalam Bermain. Jakarta.


PT. RajaGrapindo Persada

Hardono.sahuri.Fx. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan Untuk


SMP kelas VII. jakarta galaxi. Puspa mega.

Jerver, J. 2009. Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Jaya.

Lutan.Rusli. 2001. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.


Jakarta Universitas Terbuka

2007. Supervisi Pendidikan Jasmani Konsep dan Praktik.


departemen pendidikan nasional direktorat jendral. Olahraga Jakarta
Indonesia

Mujahir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Untuk Smp Kelas
VIII. Bandung Yudhistira

Munasifah. 2008. Atletik Cabang Lari Semarang, CV. Aneka Ilmu

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar. Celebon Timur UH


III/548 Yogyakarta 55167

Ruskin, 2004. Tesis Pengaruh Strategi Pembelajaran Modifikasi Dan


Konvensional Cabang Olahraga Permainan Terhadap Sikap Sosial Siswa

Sudjana. 2000. Strategi Pembelajaran Pendidikan. Bandung : Falah Production

26

Anda mungkin juga menyukai