A. LATAR BELAKANG
1. Sampah dan Permsalahannya
Permasalahan sampah adalah banyaknya sampah yang harus diangkut ke TPA yang
mengakibatkan jika belum sempat diangkut menyebabkan menumpuknya sampah di TPS.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem pengelolaan sampah baru yang dapat mengurangi
timbulan sampah ke TPS, yaitu dengan pola reduce, reuse, recycle sejak dari sumber
timbulan.
Ditinjau dari kepentingan kelestarian lingkungan, sampah yang bersifat organik tidak
begitu bermasalah karena dengan mudah dapat dirombak oleh mikrobia menjadi bahan yang
mudah menyatu kembali dengan alam. Sebaliknya sampah anorganik sukar terombak dan
menjadi bahan pencemar.
Pencemaran lingkungan umumnya berasal dari sampah yang mengonggok pada suatu
tempat penampungan atau pembuangan. Perombakan sampah organik dalam suasana anaerob
[miskin oksigen] akan menimbulkan bau tak sedap. Makin tinggi kandungan protein dalam
sampah, makin tak sedap bau yang ditimbulkan. Dampak lain karena timbunan sampah dalam
jumlah besar adalah lingkungan yang kotor dan pemandangan yang kumuh.
Timbunan sampah menjadi sarang bagi vektor dan penyakit. Tikus, lalat, nyamuk akan
berkembang biak dengan pesat. Ruang yang ada dicelah-celah sampah dapat berupa ban,
kaleng bekas, kardus, dan lain-lain merupakan hunian yang ideal bagi tikus. Lalat pada
umumnya berkembangbiak pada sampah organik, terutama pada sampah yang banyak
mengandung protein, seperti sisa makanan. Suasana yang lembab dan hangat sangat cocok
untuk habitat nyamuk. Sampah organik menyediakan sumber makanan yang melimpah bagi
mereka.
Siswa harus sadar akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik, agar dapat
dilibatkan dalam penyelesaian masalah sampah yang ada di lingkungannya. Salah satunya
adalah dengan sistem pengelolaan sampah terpadu. Belum adanya pengelolaan sampah di
madrasah memberikan ide untuk merencanakan pengelolaan sampah terpadu menuju Zero
Waste. Dengan zero waste maka jumlah sampah yang dibuang ke TPA diusahakan dengan
jumlah sekecil mungkin dan memanfaatkan sampah sebelum dibuang semaksimal mungkin.
B. PERENCANAAN
1. Penyiapan Siswa
Kegiatan yang dilakukan untuk menyiapkan Siswa adalah pemunculan wacana, survei,
sosialisasi pendahuluan, dan studi banding. Meskipun jumlahnya sedikit, Siswa
menyempatkan untuk hadir di kegiatan studi banding dan forum rembuk Siswa menandakan
bahwa Siswa peduli terhadap permasalahan sampah, ingin mengetahui, dan terlibat dalam
perencanaan sistem pengelolaan sampah terpadu berbasis Siswa. Dari kegiatan penyiapan
Siswa, terjadi perubahan pengetahuan mengenai pengelolaan sampah terpadu berbasis Siswa.
2. Perencanaan
Pada perencanaan ini, dilakukan pengelolaan sampah organik bahan kompos, organik
non kompos, dan anorganik di Madrasah. Sampah organik bahan kompos adalah sisa
makanan (dalam jumlah terbatas), dan sampah rumput dan daun. Sedangkan sampah organik
non kompos adalah kertas, kayu, kain, karet. Sampah anorganik adalah logam, kaca, plastik
dan lain-lain. Yang termasuk dengan sampah lain-lain adalah pembalut, tulang dari sisa
makan, styrofoam, rambut, plester/perban, kapas, tisu, debu/tanah/pasir.
Untuk memudahkan penyebutan jenis sampah, sampah kayu, karet, kain, dan sampah
lain-lain selanjutnya disebut dengan sampah tidak layak jual. Sampah organik bahan kompos
dimanfaatkan menjadi kompos, sedangkan sampah kertas, plastik, dan logam melalui proses
pemilahan sebelum dijual kembali. Sampah tidak layak jual dan residu pemilahan sampah
dikumpulkan ke TPA.
Pelaksanaan 3R dilakukan secara bertahap dengan mengikutsertakan para petugas
kebersihan dan siswa (unit kegiatan siswa).
3. Aspek Teknik Operasional
a. Pewadahan dan Pemilahan Sampah
Pewadahan dibagi menjadi sampah organic dan anorganik. Siswa diwajibkan
untuk memasukkan sampah kedalam tempat sampah sesuai kategori sampah yang
dibuangnya. Selanjutnya setelah sampak terkumpul di TPS , sampah akan dipilah kembali
menjadi sampah organic bahan kompos, organic non kompos, anorganik layak jual dan
anorganik tidak layak jual. Selanjutnya masing – masing sampah tersebut akan diproses
sesuai kategorinya.
c. Pemilahan
Pada proses pemilahan, sampah – sampah akan di kelompokkan sesuai dengan jenis
dan manfaat sampah tersebut. Di lingkungan madrasah, sampah yang paling banyak
ditimbulkan adalah sampah kertas dan plastic.
Kertas bekas yang dihasilkan banyak sekali yang berjenis HVS. Jenis kertas ini di
kalangan pemulung memiliki harga yang paling tinggi. Belum lagi kertas karton, kertas
pembungkus makanan dan kertas jenis lainnya. Khusus untuk sampah kertas, bisa
dilakukan dua hal untuk pengelolaannya.
1) Yang pertama adalah daur ulang sebagai pengelolaan sendiri. Sampah kertas bisa
didaur ulang dengan cukup mudah. Kertas bekas dipotong kecil-kecil dan direndam ke
dalam air. Proses berikutnya adalah diblender hingga berubah menjadi bubur kertas.
Dari sinilah kreativitas anak diperlukan. Bubur kertas bisa dijadikan bahan kertas daur
ulang atau bisa dijadikan bahan dasar kreativitas lain, misalnya topeng kertas atau
bentuk pigora.
2) Bentuk pengelolaan kedua adalah sistem pemilahan untuk dijual. Kertas berjenis HVS
dipisah dari jenis lain misalnya koran, karton dan kerdus. Kertas bekas yang sudah
dipilah tadi dijual ke bandar rongsok yang secara berkala akan datang ke madrasah
untuk mengambil kertas tersebut.
Jenis sampah lain yang juga lumayan banyak di madrasah adalah plastik. Sampah
ini sebagian besar terdiri dari bungkus plastik dan botol minuman mineral. Untuk jenis
terakhir inilah yang sekarang banyak dicari orang. Botol minuman bekas yang berbahan
plastik PET bisa didaur ulang menjadi biji plastik. Demikian juga halnya dengan kaleng
minuman bekas yang berbahan logam. Sampah jenis ini juga sebaiknya dipilah,
dikumpulkan untuk kemudian dijual. Anak-anak juga dapat berkreasi merangkainya
menjadi barang kerajinan atau hiasan dinding.
Dengan sistem pemilahan ini diharapkan anak didik dapat belajar betapa sampah
yang semula kotor dan menjijikkan ternyata memiliki nilai jual. Mata pelajaran ekonomi
dapat dipelajari dari seonggok sampah di madrasah. Anak didik akan menyadari bahwa
peluang kerja ada di sekitarnya, bukan hanya dicari tapi dapat juga diciptakan.
Proses pemilahan sampah dilakukan oleh masing – masing petugas kebersihan
sesuai dengan sampah yang dikumpulkan dari wilayah kerja masing – masing.
d. Pemanfaatan Sampah
1) Organik Non Kompos dan Anorganik
Sampah organic non kompos dan anorganik rencananya akan dimanfaatkan
untuk edukasi siswa tentang proses reuse dan recycling, adapaun sampah yang tidak
termanfaatkan akan dijual ke bandar rongsok. Tidak semua sampah tersebut dapat dijual
kembali, sehingga dibutuhkan pemilahan sampah yang dapat dijual kembali dan
dibuang ke TPA. Sampah-sampah yang sudah dipilah, disimpan kemudian dijual setiap
satu minggu sekali dengan memanggil bandar rongsok
2) Organik Bahan Kompos
Sampah organik bahan kompos, direncanakan akan dilakukan pengomposan
dengan metode aerobic dan pengolahan menjadi kompos kascing untuk sampah organic
basah. Selanjutnya kompos yang sudah jadi dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.
3) Residu
Sampah residu merupakan sisa proses pemilahan sampah yang tidak dapat di
manfaatkan sehingga harus dimusnahkan, yaitu dengan cara di bakar. Proses
pembakarann dapat dilaksanakan dengan membuat sendiri tungku pembakaran residu
atau menyerahkanya ke TPA untuk dimusnahkan
1. Gerobag sampah