Anda di halaman 1dari 17

Indikator Asam-Basa

Ditulis oleh Jim Clark pada 07-11-2007


Halaman ini menggambarkan bagaimana indikator asam-basa bekerja, dan bagaimana pemilihan
indikator yang tepat untuk titrasi tertentu.

Bagaimanakah cara kerja indikator


Indikator sebagai asam lemah
Lakmus
Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang akan kita
sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit"
adalah molekul asam lemah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan dalam air.
Pengambilan versi yang disederhanakan kesetimbangan ini:

Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru.
Sekarang gunakan Prinsip Le Chatelier untuk menemukan apa yang terjadi jika anda
menambahkan ion hidroksida atau beberapa ion hidrogen yang lebih banyak pada kesetimbangan
ini.
Penambahan ion hidroksida:

Penambahan ion hidrogen:

Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding:


Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua
warna akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat merupakan pencampuran dari keduanya.

Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah bahwa tidak terdapat
alasan yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi sebanding pada pH 7. Untuk lakmus, terjadi
perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7 – hal itulah yang menjadi alasan kenapa
lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti yang akan anda lihat pada
bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.
Jingga metil (Methyl orange)
Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan yang
bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah:
Sekarang, anda mungkin berfikir bahwa ketika anda menambahkan asam, ion hidrogen akan
ditangkap oleh yang bermuatan negatif oksigen. Itulah tempat yang jelas untuk memulainya.
Tidak begitu!
Pada faktanya, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan rangkap nitrogen-
nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat dituliskan seperti berikut ini:

Anda memiliki kesetimbangan yang sama antara dua bentuk jingga metil seperti pada kasus
lakmus – tetapi warnanya berbeda.

Anda sebaiknya mencari sendiri kenapa terjadi perubahan warna ketika anda menambahkan
asam atau basa. Penjelasannya identik dengan kasus lakmus – bedanya adalah warna.
Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan kuning
menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 – mendekati netral. Ini akan diekplorasi dengan
lebih lanjut pada bagian bawah halaman.
Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini
merupakan bentuk asam lemah yang lain.

Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang.
Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah
indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari
kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya – mengubah indikator menjadi
merah muda.
Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah muda dan tak berwarna
menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya dengan akurat!

Rentang pH indikator
Pentingnya pKind
Berpikirlah tentang indikator yang umum, HInd – dimana "Ind" adalah bagian indikator yang
terlepas dari ion hidrogen yang diberikan keluar:

Karena hal ini hanya seperti asam lemah yang lain, anda dapat menuliskan ungkapan Ka untuk
indikator tersebut. Kita akan menyebutnya Kind untuk memberikan penekanan bahwa yang kita
bicarakan di sini adalah mengenai indikator.

Pikirkanlah apa yang terjadi pada setengah reaksi selama terjadinya perubahan warna. Pada titik
ini konsentrasi asam dan ion-nya adalah sebanding. Pada kasus tersebut, keduanya akan
menghapuskan ungkapan Kind.
anda dapat menggunakan hal ini untuk menentukan pH pada titik reaksi searah. Jika anda
menyusun ulang persamaan yang terakhir pada bagian sebelah kiri, dan kemudian mengubahnya
pada pH dan pKind, anda akan memperoleh:

Hal itu berarti bahwa titik akhir untuk indikator bergantung seluruhnya pada harga pKind. Untuk
indikator yang kita miliki dapat dilihat dibawah ini:

indikator pKind

lakmus 6.5

jingga metil 3.7

fenolftalein 9.3
Rentang pH indikator
Indikator tidak berubah warna dengan sangat mencolok pada satu pH tertentu (diberikan oleh
harga pKind-nya). Malahan, mereka mengubah sedikit rentang pH.
Dengan mengasumsikan kesetimbangan benar-benar mengarah pada salah satu sisi, tetapi
sekarang anda menambahkan sesuatu untuk memulai pergeseran tersebut. Selama terjadi
pergeseran kesetimbangan, anda akan memulai untuk mendapatkan lebih banyak dan lebih
banyak lagi pembentukan warna yang kedua, dan pada beberapa titik mata akan mulai
mendeteksinya.
Sebagai contoh, jika anda menggunakan jingga metil pada larutan yang bersifat basa maka warna
yang dominan adalah kuning. Sekarang mulai tambahkan asam karena itu kesetimbangan akan
mulai bergeser.
Pada beberapa titik akan cukup banyak adanya bentuk merah dari jingga metil yang
menunjukkan bahwa larutan akan mulai memberi warna jingga. Selama anda melakukan
penambahan asam lebih banyak, warna merah akhirnya akan menjadi dominan yang mana anda
tidak lagi melihat warna kuning.
Terjadi perubahan kecil yang berangsur-angsur dari satu warna menjadi warna yang lain,
menempati rentang pH. Secara kasar "aturan ibu jari", perubahan yang tampak menempati
sekitar 1 unit pH pada tiap sisi harga pKind.
Harga yang pasti untuk tiga indikator dapat kita lihat sebagai berikut:

indikator pKind pH rentang pH

lakmus 6.5 5–8

jingga metil 3.7 3.1 – 4.4

fenolftalein 9.3 8.3 – 10.0


Perubahan warna lakmus terjadi tidak selalu pada rentang pH yang besar, tetapi lakmus berguna
untuk mendeteksi asam dan basa pada lab karena perubahan warnanya sekitar 7. Jingga metil
atau fenolftalein sedikit kurang berguna.
Berikut ini dapat dilihat dengan lebih mudah dalam bentuk diagram.
Sebagai contoh, jingga metil akan berwarna kuning pada tiap larutan dengan pH lebih besar dari
4.4. Hal ini tidak dapat dibedakan antara asam lemah dengan pH 5 atau basa kuat dengan pH 14.
Pemilihan indikator untuk titrasi
Harus diingat bahwa titik ekivalen titrasi yang mana anda memiliki campuran dua zat pada
perbandingan yang tepat sama. anda tak pelak lagi membutuhkan pemilihan indikator yang
perubahan warnanya mendekati titik ekivalen. Indikator yang dipilih bervariasi dari satu titrasi
ke titirasi yang lain.
Asam kuat vs basa kuat
Diagram berikut menunjukkan kurva pH untuk penambahan asam kuat pada basa kuat. Bagian
yang diarsir pada gambar tersebut adalah rentang pH untuk jingga metil dan fenolftalein.

anda dapat melihat bahwa tidak terdapat perubahan indikator pada titik ekivalen.
Akan tetapi, gambar menurun tajam pada titik ekivalen tersebut yang menunjukkan tidak
terdapat perbedaan pada volume asam yang ditambahkan apapun indikator yang anda pilih. Akan
tetapi, hal tersebut berguna pada titrasi untuk memilihih kemungkinan warna terbaik melalui
penggunaan tiap indikator.
Jika anda mengguanakan fenolftalein, anda akan mentitrasi sampai fenolftalein berubah menjadi
tak berwarna (pada pH 8,8) karena itu adalah titik terdekat untuk mendapatkan titik ekivalen.
Dilain pihak, dengan menggunakan jingga metil, anda akan mentitrasi sampai bagian pertama
kali muncul warna jingga dalam larutan. Jika larutan berubah menjadi merah, anda mendapatkan
titik yang lebih jauh dari titik ekivalen.
Asam kuat vs basa lemah
Kali ini adalah sangat jelas bahwa fenolftalein akan lebih tidak berguna. Akan tetapi jingga metil
mulai berubah dari kuning menjadi jingga sangat mendekati titik ekivalen.
anda memiliki pilihan indiaktor yang berubah warna pada bagian kurva yang curam.
Asam lemah vs basa kuat

Kali ini, jingga metil sia-sia! Akan tetapi, fenolftalein berubah warna dengan tepat pada tempat
yang anda inginkan.
Asam lemah vs basa lemah
Kurva berikut adalah untuk kasus dimana asam dan basa keduanya sebanding lemahnya –
sebagai contoh, asam etanoat dan larutan amonia. Pada kasus yang lain, titik ekivalen akan
terletak pada pH yang lain.

Anda dapat melihat bahwa kedua indikator tidak dapat digunakan. Fenolftalein akan berakhir
perubahannya sebelum tercapai titik ekivalen, dan jingga metil jauh ke bawah sekali.
Ini memungkinkan untuk menemukan indiaktor yang memulai perubahan warna atau
mengakhirinya pada titik eqivalen, karena pH titik ekivalen berbeda dari kasus yang satu ke
kasus yang lain, anda tidak dapat mengeneralisirnya.
Secara keseluruhan, anda tidak akan pernah mentitrasi asam lemah dan asam basa melalui
adanya indikator.
Larutan natrium karbonat dan asam hidroklorida encer
Berikut ini adalah kasus yang menarik. Jika anda menggunakan fenolftalein atau jingga metil,
keduanya akan memberikan hasil titirasi yang benar – akan tetapi harga dengan fenolftalein akan
lebih tepat dibandingkan dengan bagian jingga metil yang lain.

Hal ini terjadi bahwa fenolftalein selesai mengalami perubahan warnanya pada pH yang tepat
dengan titik ekivalen pada saat untuk pertamakalinya natrium hidrogenkarbonat terbentuk.

Perubahan warna jingga metil dengan tepat terjadi pada pH titik ekivalen bagian kedua reaksi.

http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/kesetimbangan_asam_basa/indikator_asam_basa/
INDIKATOR ASAM-BASA DARI BAHAN ALAMI
12 March, 2010 - 00:28 by newsmasterFMIPA

Dalam kehidupan sehari-hari akan ditemukan senyawa dalam tiga keadaan yaitu asam,
basa, dan netral. Ketika mencicipi rasa jeruk maka akan terasa asam karena jeruk mengandung
asam. Sedangkan ketika mencicipi sampo maka akan terasa pahit karena sampo mengandung
basa. Namun sangat tidak baik apabila untuk mengenali sifat asam atau basa dengan
mencicipinya karena mungkin saja zat tersebut mengandung racun atau zat yang berbahaya. Sifat
asam dan basa suatu zat dapat diketahui menggunakan sebuah indikator. Indikator yang sering
digunakan antara lain kertas lakmus, fenolftalein, metil merah dan brom timol biru. Indikator
tersebut akan memberikan perubahan warna jika ditambahkan larutan asam atau basa. Indikator
ini biasanya dikenal sebagai indikator sintetis.
Dalam pembelajaran kimia khususnya materi asam dan basa indikator derajat keasaman
diperlukan untuk mengetahui pH suatu larutan. Karena itu setiap sekolah seharusnya
menyediakan indikator sintetis untuk percobaan tersebut. Tetapi pada kenyataannya, tidak semua
sekolah mampu menyediakan indikator sintetis. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain
sehingga proses pembelajaran tetap berjalan lancar indikator pH sintetis dapat diganti dengan
alternatif lain berupa indikator pH dari bahan-bahan alam atau tanaman.
Muhammad Hizbul W, Eko Yuliyanto & Martina Retnoyuanni dari jurusan pendidikan
kimia FMIPA UNY meneliti tentang pembuatan indikator pH dari bunga tapak dara (Vinca
Rosea U), bunga jengger ayam (Celosia Cristata L), dan bunga tembelekan (Lantara Camara L)
dengan didasari pemikiran bahwa zat warna pada tanaman merupakan senyawa organik
berwarna seperti dimiliki oleh indikator sintetis, selain itu mudah dibuat juga murah karena
bahan-bahannya mudah didapat serta menambah pengetahuan tentang manfaat bunga tapakdara,
jengger ayam dan tembelekan. Karakteristik bunga yang baik digunakan sebagai indikator pH
yaitu bunga yang masih segar berwarna tua digunakan hanya mahkota bunga sedangkan benang
sari dan putik tidak digunakan.
Pada pembuatan indikator cair bunga dicuci dengan air mengalir agar bersih juga
dimaksudkan agar pigmen warna bunga tidak ikut larut dalam air. Bunga yang sudah dicuci
kemudian dipotong kecil-kecil untuk memperluas permukaan bunga sehingga proses pelarutan
bunga lebih efektif. Semakin luas permukaan bunga maka semakin banyak pigmen warna bunga
yang larut pada proses pelarutan. Pada proses pemotongan bunga tidak dicincang melainkan
dipotong kecil-kecil. Setelah bunga dipotong selanjutnya bunga dikeringkan dalam oven untuk
mengurangi kadar air yang terkandung. Pengovenan dilakukan pada suhu 50ºC selama 15 menit.
Pada suhu tersebut, pigmen bunga tidak berubah sehingga ketika dilarutkan akan menghasilkan
warna yang mudah diamati. Apabila pengeringan dilakukan pada suhu lebih besar dari 50ºC
maka warna bunga akan berubah karena karakteristik warna bunga awal hilang. Bunga yang
sudah kering dimasukkan dalam stoples dan ditambahkan alkohol 70% sampai ± 0,5 cm di atas
bunga lalu didiamkan semalam agar pigmen warna bunga larut dalam alkohol. Alkohol 70%
sebenarnya merupakan etanol, yang dipilih sebagai pelarut selain dilihat dari sifat polarnya juga
dilihat dari aspek ekonomisnya. Etanol lebih mudah didapatkan dan harganya lebih murah
dibandingkan dengan jenis alkohol lainnya. Penggunaan pelarut untuk melarutkan bunga
digunakan secukupnya karena apabila berlebihan maka larutan yang dihasilkan akan menjadi
encer sehingga menyebabkan produk yang dihasilkan kurang baik. Setelah semalam, larutan
disaring untuk mendapatkan filtratnya yaitu ekstrak bunga. Ekstrak bunga tersebut merupakan
indikator cair. Kemudian indikator cair dituangkan dalam stoples lain dan disimpan dalam kulkas
sampai akan digunakan.
Cara penggunaan indikator cair yaitu meneteskan indikator tersebut pada larutan yang
akan diuji pHnya. Larutan akan memberikan perubahan warna yang kemudian perubahan warna
tersebut dicocokkan dengan warna pada trayek pH indikator tersebut. Masing-masing warna
pada trayek pH memiliki pH yang berbeda setiap warnanya. Warna larutan yang sama dengan
warna pada trayek pH menunjukkan bahwa pH larutan sama dengan pH pada trayek pH
indikator tersebut.

http://www.uny.ac.id/berita/fmipa/indikator-asam-basa-dari-bahan-alami
Sabtu, 21 Februari 2009
Indikator Asam Basa Alami
Tahukah kamu?
Kondisi asam ataupun basa dari suatu bahan dapat diperkirakan dengan menggunakan kertas
lakmus. Kertas lakmus akan berubah warna bila mencapai tingkat keasamaan tertentu. Dengan melihat
perubaha kertas lakmus, kita dapat memperkirakan tingkat keasamaan suatu bahan.
Daripada repot-repot cari atau beli kertas lakmus, sebetulnya kita dapat mempergunakan bahan-bahan
di sekitar kita, yaitu tanaman hidup. Tentu saja tidak semua bagian tanaman kita pergunakan sebagai
indikator pH. Kita hanya membutuhkan bagian-bagian tertenru saja, misalnya batang, bunga, atau daun.
Bagian yang hendak kita pergunakan sebaiknya memiliki warna yang mencolok, sehingga perubahan
warna yang terjadi dapat diamati dengan mundah. Jangan menggunakan warna-warna pastel (muda)
ataupun warna putih!
Kali ini, teman-teman kita dari KIR SMABOY sub Kimia, pada hari Sabtu, 21 Februari 2009 (siang
hari bolong di tengah guyuran air hujan), mencoba mencari tahu bahan-bahan apa saja yang dapat
digunakan sebagai indikator pH. Teman-teman kita ini menggunakan berbagai macam bunga dan daun.
Ada mawar, bogenvil, adam hawa dll. Tiap-tiap bahan dihaluskan untuk diperoleh ekstraknya. Ekstrak
dari masing-masing bahan dibagi tiga. Salah satu bagian diberi air jeruk, satu bagian yang lain ditetesi air
kapur. Sisa satu bagian dibiarkan apa adanya. Amati perubahan warna pada ekstrak yang diberi
tambahan air jeruk atau kapur.
Masing-masing sampel dioleskan menggunakan kuas cat air ke atas kertas karton untuk
dibandingkan keadaan suatu bahan pada keadaan netral (tidak diberi apa-apa), asam (ditambah air
jeruk), dan basa (air kapur). Jika eksperimennya benar, masing-masing ekstrak akan menampilkan
warna-warna yang berbeda dan warna-warni. Cantik sekali.

Diposkan oleh Smaboy Science Club di 2/21/2009 07:44:00 PM


Label: Science
http://smaboyscienceclub.blogspot.com/2009/02/indikator-asam-basa-alami.html
INDIKATOR ASAM BASA ALAMI

A. Tujuan
Pada percobaan ini kita akan membuat indikator asam basa alami. Kemudian dengan
menggunakan indikator tersebut kita dapat membedakan larutan asam kuat, asam lemah,
larutan basa kuat dan basa lemah.
B. Dasar Teori
Kunyit, tela ungu, kol merah, bunga sepatu, dan indikator alami yang lain memiliki
pigmen warna sehingga ketika diekstrak akan menghasilkan warna tertentu. Ekstrak tersebut
dalam keadaan netral. Zat warna tumbuhan yang diekstrak akan menghasilakan warna yang
berbeda dalam pH yang berbeda-beda. Oleh sebab itulah tanaman-tanaman tersebut dapat
digunakan sebagai indikator alami yang dapat menentukan sifat asam atau basa suatu zat.
Hasil pengujian warna terhadap larutan baku yang memiliki pH tertentu, menunjukan
pH dimana indikator alami tersebut bekerja. Warna ini dapat digunakan sebagai standar
dalam pengukuran pH dari larutan yang belum diketahui pH-nya.
C. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan Ukuran/Satuan Jumlah

Gelas kimia 100 mL 2 buah

Tabung reaksi/rak besar 9/1

Pipet tetes 1 buah

Kaki tiga 1 buah

Pembakar spirtus 1 buah

Kasa 1 buah

Cuter 1 buah

Korek api 1 pak

Tela ungu 1 buah

Kunyit besar 1 buah

D. Cara Kerja
1. Potong bahan yang akan dijadikan indikator dalam ukuran kecil-kecil ( 1x1x1 cm)
masukkan dalam gelas kimia ( 4-5 potong) dan tuangkan akuades hingga bahan
indicator terendam (ketinggian campuran 2 cm).
2. Panaskan hingga warna indikator alami tampak luntur dan hampir mendidih ( 10 menit).
3. Larutan (ekstrak) hasil rebusan tersebut dinamakan indikator.
4. Teteskan (10-20 tetes) indikator tersebut ke dalam larutan berturut-turut: HCL 1 M,
CH3COOH 1 M, NH4OH 1 M, NaOH 1 M. Amati warnanya. Hasilnya merupakan
warna pembanding bagi uji larutan lain. (untuk pengamatan yang lebih
teliti/membedakan intensitas warnanya gunakan kertas putih sebagai layar).
5. Selanjutnya teteskan indikator di atas ke dalam larutan-larutan: H3PO4 1 M, air ACCU,
air sabun, air deterjen, air kapur. Amati dan catat warna yang terjadi lalu bandingkan
dengan warna yang terdapat pada butir 4.
E. Data Pengamatan

Warna Setelah pH
Warna Setelah
Jenis Diberi Indikator Sifat (<7
No Diberi Indikator
Larutan (Kunyit) Larutan atau
(Tela Ungu)
>7)

1 HCl 1M Merah Kuning Muda Asam Kuat <7

CH3COOH Asam
2 Merah Muda Kuning <7
1M Lemah

Basa
3 NH4OH 1M Hijau Jingga >7
Lemah

4 NaOH 1M Hijau Kekuningan Kuning Kecoklatan Basa Kuat >7

5 H3PO4 1M Merah Kuning Muda Asam Kuat <7

6 air ACCU Merah Kuning Muda Asam Kuat <7

Basa
7 air sabun Ungu Kuning Terang >7
Lemah

Basa
8 air deterjen Hijau Kebiruan Jingga >7
Lemah

Basa
9 air kapur Biru Muda Jingga Terang >7
Lemah
Keterangan:
Indikator alami memang dapat menguraikan asam kuat dan basa kuat secara
sempurna.Akan tetapi untuk larutan-larutan yang sifatnya asam lemah atau basa lemah,
indikator alami kurang bisa mendeteksi sifat zat dengan baik. Contohnya H3PO4. Larutan
yang seharusnya bersifat asam lemah saat ditetesi indikator alami malah menunjukkan sifat
seperti asam kuat. Oleh karena itu, penggunaan indikator alami tidak selalu tepat pada
beberapa larutan. Sehingga untuk lebih meyakinkan, sebaiknya larutan-larutan tersebut diuji
dengan menggunakan indikator sintetis. Kesalahan sistematika juga dapat mempengaruhi
benar tidaknya suatu indikator saat digunakan.
F. Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan indikator asam basa? Berikan contohnya!
Zat yang memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan lingkungan basa (zat yang
warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi dengan senyawa asam maupun
senyawa basa).
2. Suatu indikator berwarna biru dalam air kapur dan berwarna kuning dalam asam cuka.
Bagaimanakah warna indikator itu dalam:
a. air deterjen b. air sabun c. air ACCU

Jelaskan jawabanmu!
1. Biru. Karena sama seperti air kapur, air deterjen juga bersifat basa lemah. Sehingga saat
indikator itu diteteskan pada air deterjen akan memberikan warna yang sama dengan saat
diteteskan pada air kapur.
2. Biru. Karena sama seperti air kapur, air deterjen juga bersifat basa lemah. Sehingga saat
indikator itu diteteskan pada air deterjen akan memberikan warna yang sama dengan saat
diteteskan pada air kapur.
3. Kuning. Karena air ACCU dan asam cuka sama-sama bersifat asam. Sehingga saat
keduanya ditetesi dengan indikator yang sama, maka keduanya akan menunjukkan
perubahan warna yang sama.
4. Suatu indikator berwarna kuning dalam larutan KOH dan berwarna merah dalam larutan
asam sulfat ketika diteteskan ke dalam larutan X berwarna hijau. Bagaimana sifat larutan
X?
Sifat larutan X adalah basa lemah. Karena saat indikator tersebut diteteskan pada
larutan KOH yang bersifat basa kuat menunjukkan warna kuning sedangkan saat
indikator tersebut diteteskan pada larutan asam sulfat yang bersifat asam kuat
menunjukkan warna merah. Sedangkan saat diteteskan pada larutan X indikator tersebut
menunjukkan warna hijau. Warna hijau sendiri lebih mirip dengan warna kuning
daripada warna merah walaupun tidak 100% sama. Dan bila dilihat dari hasil percobaan
tersebut maka larutan X bersifat basa akan tetapi tingkat ke-basaannya berbeda dengan
larutan KOH yang sifatnya basa kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan X
bersifat basa lemah.

G. Kesimpulan
1. Indikator asam basa adalah zat yang memberi warna berbeda dalam lingkungan asam
dan lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi
dengan senyawa asam maupun senyawa basa).
2. Indikator alami memiliki pigmen warna sehingga ketika diekstrak akan menghasilkan
warna tertentu. Warna inilah yang dapat menentukan sifat suatu zat dalam kondisi pH
yang berbeda.
3. Dengan menggunakan ekstrak tela ungu sebagai indikator maka diperoleh kesimpulan
bahwa larutan sifat larutan akan ditunjukkan dengan warna antara lain sebagai berikut:
a. Asam kuat berwarna merah.
b. Asam lemah berwarna merah muda.
c. Basa kuat berwarna hijau kekuningan.
d. Basa lemah berwarna hijau.
4. Dengan menggunakan ekstrak kunyit sebagai indikator maka diperoleh kesimpulan
bahwa larutan sifat larutan akan ditunjukkan dengan warna antara lain sebagai berikut:
a. Asam kuat berwarna kuning muda.
b. Asam lemah berwarna kuning.
c. Basa kuat berwarna kuning kecoklatan.
d. Basa lemah berwarna jingga.

http://whatteenagersneed.blogspot.com/2011/02/indikator-asam-basa-alami.html
INDIKATOR ASAM BASA

Telah disebutkan bahwa asam mempunyai rasa asam, sedangkan basa mempunyai rasa pahit.
Namun begitu, tidak dianjurkan untuk mengenali asam dan basa dengan cara mencicipinya,
sebab banyak diantaranya yang dapat merusak kulit (korosif) atau bahkan bersifat racun.
Asam dan basa dapat dikenali dengan menggunakan zat indikator, yaitu zat yang memberi warna
berbeda dalam lingkungan asam dan lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat
berinteraksi atau bereaksi dengan senyawa asam maupun senyawa basa).
Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa di gunakan adalah indikator buatan
dan indikator alami. Berikut ini penjelasan tentang indikator asam-basa buatan dan indikator
asam-basa alami

LUMUT KERAK
Sebenarnya, untuk mengetahui asam atau basanya suatu zat dapat dicicipi dengan menggunakan
lidah. Akan tetapi, perlu kita ingat juga bahwa tidak semua zat aman bagi tubuh kita. Masih
ingatkah kalian bahwa ada bahan kimia yang bersifat racun?
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk keperluan eksperimen, para ilmuan menciptakan
lakmus. Lakmus adalah sejenis zat yang di peroleh dari jenis lumut kerak/liken (Rocella
tinctoria), suatu simbiosis jamur dan alga. Lakmus yang banyak digunakan dalam laboratorium-
laboratorium kimia sekarang ini tersedia dalam bentuk kertas. Sebagai indikator asam-basa,
lakmus memiliki beberapa kelebihan antara lain adalah sebagai berikut.
 Lakmus dapat berubah warnanya dengan cepat saat bereaksi dengan asam maupun basa.
Warna yang terjadi pada lakmus dapat terlihat jelas. Lakmus akan berwarna merah dalam
larutan asam dan akan berwarna biru dalam larutan basa.
 Lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara bebas, sehingga dapat bertahan
lama.
 Lakmus mudah di serap oleh kertas, sehingga di gunakan dalam bentuk kertas lakmus
(agar zat lebih mudah meresap)
Kertas lakmus jenisnya ada dua, yaitu kertas lakmus merah & kertas lakmus biru.
Semua zat tergolong asam apabila :
 lakmus biru berubah menjadi merah, atau
 lakmus merah tidak berubah warna
Semua zat tergolong basa apabila :
 lakmus merah menjadi biru, atau
 lakmus biru tidak berubah warna
Idikator Asam Basa
Nama Indikator Dalam Basa Dalam Asam
Lakmus biru merah
Metil merah kuning merah
Fenolftalen merah tak berwarna
Brom timol biru biru kuning
Selain lakmus, dalam laboratorium kimia juga masih banyak lagi indikator asam-basa
buatan antara lain fenolftalen, metil merah dan brom timol biru.
Fenolftalen dalam larutan asam tetap (tak berubah warnanya), sedangkan dalam larutan basa
berubah menjadi warna merah. Metil merah dalam larutan asam berwarna merah sedangkan
dalam larutan basa berwarna kuning.
INDIKATOR ALAMI

Di samping menggunakan indikator buatan, seperti lakmus, fenolftalen, metil merah dan
brom timol biru, kita juga dapat mengenali senyawa asam atau basa dengan menggunakan
indikator alami, seperti bunga sepatu, bunga hidrangea, kol merah, kunyit dan beberapa jenis
tumbuhan lainnya. Indikator asam-basa yang baik adalah zat warna yang memberi warna
berbeda dalam larutan asam dan larutan basa. Bagimanakah cara membuat indikator alami? Di
bawah ini, beberapa cara pembuatan indikator alami dengan menggunakan bunga sepatu, bunga
hidrangea, kol merah dan kunyit
1. Cara pembuatan indikator alami dari bunga sepatu
a. Ekstraki
 Pilihlah beberapa helai mahkota bunga berwarna merah dari bunga sepatu.
 Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.
 Saring ekstrak mahkota bunga merah tersebut.
 Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:
- Air suling (netral)
- Larutan cuka (asam)
- Air kapur (basa)
b. Hasil
 Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam-basa dari bunga sepatu, ketika didalam larutan asam akan memberikan
warna merah, di dalam larutan basa akan memberikan warna hijau dan pada larutan
netral tidak berwarna.

2. Cara pembuatan indikator alami dari bunga Hidrangea


a. Ekstraki
 Pilihlah beberapa helai mahkota bunga Hidrangea
 Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.
 Saring ekstrak mahkota bunga Hidrangea tersebut.
 Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:
- Air suling (netral)
- Larutan cuka (asam)
- Air kapur (basa)
b. Hasil
 Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam-basa dari bunga Hidrangea akan memberikan warna biru ketika
didalam larutan asam , di dalam larutan basa akan memberikan warna merah jambu
dan pada larutan netral tidak berwarna

3. Cara pembuatan indikator alami dari kol merah


a. Ekstraki
 Haluskan sejumlah kol merah yang masih segar
 Rebus selama 10 menit
 Biarkan air kol merah menjadi dingin
 Saring dalam stoples besar
 Teteskan ekstrak kol merah ke dalam:
- Air suling (netral)
- Larutan cuka (asam)
- Air kapur (basa)
b. Hasil
 Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam-basa dari kol merah akan berubah warna menjadi merah muda bila
dicelupkan ke dalam larutan asam, menjadi hijau dalam larutan basa, dan tidak
berwarna pada larutan netral.

4. Cara pembuatan indikator alami dari kunyit


a. Ekstraki
 Parut kunyit yang telah dibersihkan
 Saring ekstrak kunyit dengan alkohol menggunakan kain ke dalam mangkok kecil
 Teteskan ekstrak kunyit ke dalam:
- Air suling (netral)
- Larutan cuka (asam)
- Air kapur (basa)
b. Hasil
 Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam-basa dari kunyit, akan memberikan warna kuning tua ketika dilarutkan
dalam larutan asam, memberikan warna jingga di dalam larutan basa dan memberikan
warna kuning terang pada larutan netral.

http://nasruli.wordpress.com/indikator-asam-basa/

Anda mungkin juga menyukai