Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PENDOKUMENTASIAN PERAWATAN LANSIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Dokumentasi Keperawatan
Dosen pengampu: Ns. Nining Sugihartati, M. Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


ASEP FIRDAUS / penjawab
CEP WISNU FARUK / oprator
INDRI OCTAMI / pemateri

RIANTO / moderator
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
nikmatnya kepada kita semua, walaupun kadang kita sering kali lupa mensyukuri
apa yang Allah berikan kepada kita. Shalawat beserta salam kita senandungknan
kepada nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah, atas doa dari semua pihak kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul Pendokumentasian Perawatan Lansia di
Rumah, yang mana makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Dokumentasi Keperawatan.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada
Ns. Nining Sugihartati, M. Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah yang
telah benyak memberikan masukan.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan
dan kekhilafan yang perlu diperbaiki, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak yang bisa membangun sehingga kedepannya kami bisa
lebih baik lagi semoga apa yang disajikan bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin

Sukabumi, April 2018

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dokumentasi Asuhan Keperawatan ........................................ 3
B. Pendekatan Biopsiko Sosial Dan Spiritual Dalam Dokumentasi
Perawatan Lansia ................................................................................. 12
C. Konsep Dokumentasi Asuhan Keperawatan Lansia Di Rumah ........... 22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 26
B. Saran ..................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan
anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru
berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada
tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang
atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta
jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan
pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari
waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data
Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 :
55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun,
dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000).
Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 – 2025,
tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10). Meningkatnya
jumlah lansia akan membutuhkan perawatan yang serius karena secara
alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi maupun
mentalnya (Nugroho, 2004).Usia lanjut (USILA) merupakan tahap akhir
Perkembangan pada daur kehidupan manusia. Setiap orang yang
dikaruniai umur panjang akan mengalami tahapan ini. Dengan berhasilnya
pelayanan kesehatan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup
maka kesempatan menjadi usila semakin besar sehingga diperkirakan jumlah
usila semakin bertambah.Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta
(1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan
pada pencapaian kebutuhan dasar manusia”. Dalam hal ini asuhan

1
keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan
pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit
yang mencakup seluruh kehidupan manusia.Sedangkan asuhan yang diberikan
berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau
kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses asuhan keperawatan dokumentasi pada lansia
2. Bagaimana pendekatan Bio psiko social kultural dan spiritual dalam
pendokumentasian perawatan lansia
3. Bagaimana konsep dokumentasi perawatan lansia di rumah

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan dokumentasi pada lansia
2. Untuk mengetahui pendekatan Bio psiko social kultural dan spiritual
dalam pendokumentasian perawatan lansia
3. Untuk mengetahui konsep dokumentasi perawatan lansia di rumah

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dokumentasi Asuhan Keperawatan


1. Dokumentasi
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau
semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti
pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan
perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim
kesehatan dalam memeberikan pelayanan kesehatan dengan dasar
komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung
jawab perawat.
Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.Dokumentasi ini penting karena
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien membutuhkan catatan
dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan
tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami klien
baik masalah kepuasan maupun ketidak puasan terhadap pelayanan yang
diberikan. Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa kegunaan bagi
perawat dan klien antara lain :
a. Sebagai alat komunikasi
Dokumentasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang
terkoordinasi dengan baik akan menghindari atau mencegah informasi
yang berulang. Kesalahan juga akan berkurang sehingga dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Disamping itu,
komunikasi juga dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
b. Sebagai mekanisme peratanggunggugatan
Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang
pelaksanaan pendokumentasian. Oleh karena itu, kualitas kebenaran
standar pendokumentasian akan mudah dipertanggung jawabkan dan

3
dapat digunakan sebagai perlindungan atas gugatan karena sudah
memilki standar hukum.
c. Metode pengumpulan data
Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data – data pasien
tentang kemajuan atau perkembangan dari pasien secara objektif dan
mendeteksi kecendrungan yang mungkin terjadi.Dapat digunakan juga
sebagai bahan penelitian, karena data –datanya otentik dan dapat
dibuktikan kebenarannya.Selain itu, dokumentasi dapat digunakan
sebagai data statistic.
d. Sarana pelayanan keperawatan secara individual
Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien
tentang kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi
kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual sehingga individu dapat
merasakan manfaat dari pelayanan keperawatan.
e. Sarana evaluasi
Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah
didokumentasikan adalah evaluasi tentang hal – hal yang berkaitan
dengan tindakan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
f. Sarana meningkatkan kerja sama antar tim kesehatan
Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan
tenaga kesehatan, akan saling kerja sama dalam memberi tindakan
yang berhubungan dengan klien. Karena hanya lewat bukti – bukti
otentik dari tindakan yang telah dilaksanakan, kegiatan tersebut akan
berjalan secara professional.
g. Sarana pendidikan lanjutan
Bukti yang telah ada menuntut adanya system pendidikan yang
lebih baik dan terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien.
Khusus bagi tenaga perawat, bukti tersebut dapat digunakan sebagai
alat untuk meningkatkan pendidikan lanjutan tentang layanan
keperawatan

4
h. Digunakan sebagai audit pelayanan keperawatan
Dokumentasi berguna untuk memantau kualitas layanan
keperawatan yang telah diberikan sehubungan dengan kompetensi
dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
2. Dokumentasi Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil
pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien,
membuat data dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respon
kesehatan klien.Pengkajian adalah awal dari tahapan proses keperawatan.
Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang
didapat dari klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain
(data sekunder), catatan kesehatan klien informasi atau laporan
laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan orang terdekat, atau anggota tim
kesehatan merupakan pengkajian data dasar. Pengumpulan data
menggunakan berbagai metode seperti observasi (data yang dikumpulkan
berasal dari pengamatan), wawancara (bertujuan mendapatkan respons
dari klien dengan cara tatap muka), konsultasi, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, ataupun pemeriksaan tambahan. Manusia
mempunyai respons terhadap masalah kesehatan yang berbeda sehingga
perawat harus mengkaji respons klien terhadap masalah secara
individual.Tujuan dokumentasi pengkajian adalah :
a. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons pasien
terhadap masalah yang dapat mempengaruhi perawatan
b. Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang didapat dianalisis dan
diidentifikasi
c. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mencapai/mendapatkan
informasi. Dengan kata lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk
ukuran dan perubahan kondisi pasien.
d. Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi
pasien dan respons yang akan mempengaruhi perencanaan perawatan.

5
e. Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasi
terhadap respons pasien.
f. Untuk menyediakan dasar pemikiran pada rencana keperawatan.
Jenis Dokumentasi Pengkajian
a. Pengkajian Awal (Initial Assesment)
Pengkajian awal (intial assessment), dilakukan ketika pasien
masuk kerumah sakit. Bentuk dokumentasi biasanya merujuk pada
data dasar perawatan.Selama pengkajian umum, perawat
mengidentfikasi masalah kesehatan yang dialami klien, dengan
mengumpulkan data pengkajian baik umum maupun khusus dapat
memudahkan perencanaan perawat klien.
b. Pengkajian kontinu (Ongoing Assesment)
Pengkajian kontinu merupakan pengembangan data dasar,
informasi yang diperoleh dari pasien selama pengkajian awal daan
informasi tambahan (berupa tes diagnostic dan sumber lain) diperlukan
untuk menegakkan data.
c. Pengkajian ulang (Reassesment)
Data pengkajian ulang merupkan pengkajian yang didapat dari
informasi selama evaluasi.Pengkajian ulang berarti perawat
mengevaluasi kemajuan data dari masalah pasien atau pengembangan
dari data dasar sebagai informasi tambahan dari pasien.
3. Dokumentasi Diagnose Keperawatan
Diagnose keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seeorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang actual dan potensial (NANDA,1990), Diaognose
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi
tanggung gugat perawat. Perumusan diagnose keperawatan adalah
bagaimana diagnose keperawatan digunakan dalam proses pemecahan
masalah. Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai masalah
keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan. Disamping itu,
dengan menentukan atau menyelidiki etiologi masalah, akan dapat

6
dijumpai factor yang menjadi kendala atau penyebab. Dengan
menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah yang ada.
Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari
respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan baik actual maupun potensial.
a. Kategori Diagnosa Keperawatan
Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses
keperawatan, harus diketahui beberapa tipe diagnose keperawatan.
Tipe diagnose keperawatan meliputi tipe actual, risiko, kemungkinan,
sehat dan sejahtera, dan sindroma.
1) Diagnose keperawatan actual
Diagnose keperawatan actual menurut NANDA adalah
menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui
batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi. Diagnose
keperawatan actual memiliki empat komponen diantaranya : label,
definisi, batasan karakterstik, dan factor yang berhubungan.
Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnose dan
batasan karakterstik (Gordon, 1990), Definisi menekankan pada
kejelasan, arti yang tepat untuk diagnose, batasan karakterstik
menentukan karakteristik yang mengacu pada petunjuk, klinis,
tanda subjektif, dan objektif. Batasan ini juga mengacu pada
diagnose keperawatan, yang terdiri dari batasan mayor dan minor.
b. Diagnosa keperawatan kemungkinan
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan kemungkinan adalah
pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data
tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya
tanda dan gejala utama adanya factor risiko
c. Diagnosa keperawatan sejahtera
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sejahtera adalah
ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam
transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih

7
baik. Cara pembuatan diagnosa ini menggabungkan pernyataan fungsi
positif dalam masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat
pengkajian yang di sahkan.Dalam menentukan diagnosa keperawatan
sejahtera menunjukkan terjadi peningkatan fungsi kesehatan menjadi
fungsi yang positif. Contoh penulisan diagnosa keperawatan sejahtera :
Perilaku mencari bantuan kesehatan yang berhubungan dengan kurang
pengatahuan tentang peran sebagai orang baru (linda jual carpenito,
1995)
d. Metode dokumentasi diagnosa keperawatan
Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan digunakan
pedoman dokumentasi yaitu :
1) Gunakan format PES untuk semua masalah actual dan PE untuk
masalah resiko
2) Catat diagnosa keperawatan yang dibuat risiko dan risiko tinggi ke
dalam masalah atau format diagnosa keperawatan
3) Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar
NANDA
4) Mulai pernyataan diagnosa keperawatan dengan mengidentifikasi
informasi tentang data untuk diagnosa
5) Masukan pernyataan diagnosa keperawatan kedalam daftar
masalah
6) Hubungkan setiap diagnosa keperawatan ketika menemukan
masalah keperawatan
7) Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk
pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi
4. Dokumentasi Rencana Keperawatan
Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan tentang
penyusunan “ rencana tindakan keperawatan ” yang akan dilakukan. Hal
ini dilakukan untuk menanggulangi masalah dengan cara mencegah,
mengurangi, dan menghilangkan masalah. Selain itu, untuk memberikan
kesempatan pada perawat, klien, keluarga, serta orang terdekat dalam

8
merumuskan rencana tindakan. Perencanaan adalah bagian dari fase
pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan
perawatan, penetapkan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan
perencanaan untuk mengatasi masalah pasien. Tujuan rencana
keperawatan:
a. Konsolidasi dan organisasi informasi pasien sebagai sumber
dokumentasi
b. Sebagai alat komunikasi antara perawat dank lien
c. Sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan
d. Langkah dari proses keperawatan (pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi) yang merupakan rangkaian yang tidak
dapat dipisahkan
Tipe Dokumentasi Rencana Keperawatan
Ada dua tipe dokumentasi rencana keperawatan menurut fischbach yaitu :
a. Traditionally designed care plans
Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan tiga
pendekatan yaitu diagnosa keperawatan, kriteria hasil, dan intervensi
keperawatan atau instruksi perawatan
b. Standarlized care plan
Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan standar
praktik keperawatan dalam pendokumentasian yaitu :
a. Rencana perawatan di cetak berdasarkan diagnosa medic atau prosedur
khusus seperti prosedur katerisasi jantung, pembedahan, dan lain-lain.
Tipe ini mengantisipasi respon terhadap prosedur yang dilakukan
b. Rencana perawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan. Hal ini
digunakan berdasarkan pengkajian pasien yang mendukung diagnosa
perawatan. Kemudian perawat menuliskan secara lengkap etiologi dan
masalah
c. Rencana perawatan dibuat dengan menggunakan standar computer.
Perawat dapat menyeleksi masalah klien dari menu yang terdapat
dalam computer.

9
4. Dokumentasi implementasi keperawatan
Dokumentasi implementasi merupakan catatan tentang tindakan
yang diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat
pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan
keperawatan mandiri, dan tindakan kolaboratif.
Tindakan keperawatan mandiri merupakan tindakan yang
dilakukan perawat tanpa pesanan dokter.Tindakan ini telah ditetapkan oleh
standar praktik keperawatan.Intervensi keperawatan mencakup mengkaji
klien, mencatat respons klien terhadap tindakan, melaporkan status klien
kepetugas jaga berikutnya, dan mencatat respons klien terhadap asuhan
keperawatan.Selain itu perawat mengajarkan klien untuk mengubah posisi
tidur, melakukan rentang gerak, mengkaji status fisik klien, dan mengkaji
aktivitas hisup sehari-hari.
Tindakan kolaboratif adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat
yang bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya untuk mengatasi
masalah klien. Tindakan ini mencakup membahas perencanaan pulang,
membahas respons pasien, merujuk klien keterapi okupasi, memberi obat-
obat nyeri sesuai dengan pesanan dokter.
Intervensi keperawatan (tindakan atau implementasi) merupakan
bagian dari proses keperawatan. Tujuan intervensi adalah mengatasi
masalah yang terjadi pada manusia.Intervensi keperawatan dicatat untuk
mengkomunikasikan rencana perawatan, mencapai tujuan, dilakukan
intervensi yang tepat sesuai dengan masalah, serta tetap melakukan
pengkajian untuk evaluasi efektif terhadap perawatan.
a. Tipe intervensi keperawatan
Menurut bleich dan fischbach, tipe intervensi keperawatan
dibagi menjadi dua komponen yaitu :
b. Intervensi perawatan terpeutik
Intervensi ini memberikan pengobatan secara langsung pada
masalah yang dialami pasien, mencegah komplokasi, dan
mempertahankan status kesehatan. Intervensi keperawatan terapeutik,

10
contohnya diagnosa keperawatan : bersihan jalan nafas tidak efektif.
Intervensi keperawatan diantaranya atur posisi pasien untuk
oksigenasi, ajarkan tekhnik batuk secara efektif, lakukan pengisapan
(suction) pada jalan napas.
c. Intervensi surveilens
Intervensi ini menyatakan tentang survey data dengan melihat
kembali data umum dan membuktikan kebenaran data. Dengan kata
lain, sifatnya tidak langsung karena menyediakan data lebih
dulu.Intervensi keperawatan surveilens :
1) Lakukan observasi tanda vital
2) Lakukan pemeriksaan status neurologis
3) Kumpulkan dan tes urine
4) Lakukan pemantauan glukosa darah
5) Lakukan pemeriksaan fisik
6) Lakukan pemantauan jantung
7) Lakukan pemantauan respirasi
8) Lakukan pemantauan masukan dan keluarkan
5. Dokumentasi Evaluasi
Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi
kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan untuk
menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status
pasien dari hasil tindakan keperawatan. Evaluasi memberikan informasi,
sehingga memungkinkan revisi perawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.Pernyataan
evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang
menyatakan status kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang
menyatakan efek dari tindakan yang diberikan pada pasien.

11
Tipe Dokumentasi Evaluasi
Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif
yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respons segera dan evaluasi sumatif yang merupakan
rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu
tertentu. Untuk dokumentasi evaluasi yang memenuhi standar, dibutuhkan
keterampilan dan pengetahuan aplikasi prinsip ukuran dan proses evaluasi.
Proses ini kemungkinan hanya dipakai jika tujuan dapat di ukur, kepekaan
pada pasien tentang kemampuan mencapai status tujuan, kesadaran tentang
factor lingkungan, social dan system pendukung memadai. Disamping itu,
evaluasi juga digunakan sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai
kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai,
atau tercapai sebagian.Contoh penulisan sebagai berikut.
Kriteria tujuan tercapai. Contoh: pasien dapat makan sendiri dengan
menghabiskan 1 porsi pada tanggal 30/09/2013
Kriteria tujuan tercapai sebagian. Contoh : pasien dapat makan sendiri
tetapi masih merasa mual setelah makan bahkan kadang muntah
Kriteria tujuan tidak tercapai. Contoh : Pasien tidak dapat makan pada
tanggal 30/09/2013

B. Biopsiko Sosial Dan Spiritual Dalam Dokumentasi Perawatan Lansia


1. Ruang Lingkup Permasalahan
a. Kesehatan.
Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan
mulai menurun pada usia setengah baya. Penyakit-penyakit degeneratif
mulai menampakkan diri pada usia ini. Namun demikian kenyataan
menunjukkan bahwa kebugaran dan kesehatan pada usia lanjut sangat
bervariasi. Statistik menunjukkan bahwa usia lanjut yang sakit-sakitan
hanyalah sekitar 15-25%, makin tua tentu presentase ini semakin besar.
Demikian pula usia lanjut yang tidak lagi dapat melakukan
“aktivitas sehari-hari” (Activities of Daily Living) hanya 5-15%,

12
tergantung dari umur. Di samping faktor keturunan dan lingkungan,
nampaknya perilaku (hidup sehat) mempunyai peran yang cukup besar.
Perilaku hidup sehat harus dilakukan sebelum usia lanjut (bahkan jauh-
jauh sebelumnya). Perilaku hidup sehat, terutama adalah perilaku
individu, dilandasi oleh kesadaran, keimanan dan pengetahuan.
Menjadi tua secara sehat (normal ageing, healthy ageing) bukanlah
satu kemustahilan, tapi sesuatu yang bisa diusahakan dan
diperjuangkan. Seyogyanya dianut paradigma, mencegah dan
mengendalikan faktor-faktor risiko sebaik mungkin, kemudian
menunda kesakitan dan cacat selama mungkin.
b. Sosial.
Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan
mengalami perubahan-perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi
seseorang yang menduduki jabatan atau pekerjaan formal. la akan
merasa kehilangan semua perlakuan yang selama ini didapatkannya
seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan. Bagi orang-orang yang
tidak mempunyai waktu atau tidak merasa perlu untuk bergaul di luar
lingkungan pekerjaannya, perasaan kehilangan ini akan berdampak
pada semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya. Di dalam
keluarga, peranannya-pun mulai bergeser.Anak-anak sudah “jadi
orang”, mungkin sudah punya rumah sendiri, tempat tinggalnya
mungkin jauh.Rumah jadi sepi, orangtua seperti tidak punya peran
apa-apa lagi.
Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)
a) Ketentuan akan mengingatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lanjut usia

13
c) Mempertahankan hubungan antara system social dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan kelanjut usia
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimilikinya.
3) Teori Pembebasan (Didengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu oleh Cummning dan Henry 1961. Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur – angsur mulai melepaskan pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi social usia lanjut menurun,
baik secara kualitas maupun kuantitas sehingg sering terjadi
kehilangan ganda (triple loos) yakni :
 Kehilangan peran (loss of role)
 Hambatan kontak social (Restrastion of Contacts and Relation
ship)
 Berkurangnya komitmen (reuced commitmen to social mores
dan values)
c. Psikososial
Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak kepada
penghasilan. Bagi mereka yang menduduki jabatan formal, pegawai
negeri atau ABRI, pension menyebabkan penghasilan berkurang dan
hilangnya fasilitas dan kemudahan kemudahan. Bagi para profesional,
pensiun umumnya tidak terlalu menjadi masalah karena masih tetap
dapat berkarya setelah pensiun.Namun bagi “non profesional” pensiun
dapat menimbulkan goncangan ekonomi.Oleh karena itu, pensiun
seyogyanya dihadapi dengan persiapan-persiapan untuk alih profesi
dengan latihan latihan keterampilan dan menambah ilmu, baik dengan
pengembangan hobi maupun pendidikan formal. Bagi mereka yang

14
mencari nafkah melalui sektor non formal, seperti petani, pedagang
dan sebagainya, memasuki usialanjut umumnya tidak akan banyak
berdampak pada penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak terlalu
cepat mengalami kemunduran dan kesehatannya tidak terganggu.
Terganggunya kesehatan berdampak seperti pisau bermata dua. Pada
sisi yang satu menjadi kendala : Untuk mencari nafkah, pada sisi lain
menambah beban pengeluaran. Oleh karena itu, jaminan hari tua,
asuransi kesehatan, tabungan, dan sebagainya akan sangat membantu
pada kondisi ini.
Perubahan – Perubahan Psikososial
 Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaaan, bila
seseorang pension (purna tugas) ia akan mengalami kehilangan
antara lain :
 Kehilangan finansial (income berkurang)
 Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap segala fasilitasnya)
 Kehilangan teman / kenalan atau relasi
 Kehilangan pekerjaan / kegiatan
d. Psikologi.
Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, sendiri-
sendiri atau bersama-sama secara kumulatif dapat berdampak negatif
secara psikologis. Hal-hal tersebut dapat menjadi stresor, yang kalau
tidak dicerna dengan baik akan menimbulkan masalah atau
menimbulkan stres dalam berbagai manifestasinya. Sikap mental
seseorang sendiri dapat menimbulkan masalah.Usia kronologis
memang tidak dapat dicegah, namun penuaan secara biologis dapat
diperlambat. Rambut yang memutih, kulit yang mulai keriput, langkah
yang tidak lincah lagi dan sebagainya, harus diterima dengan ikhlas.
Namun janganlah penuaan secara psikologis terjadi lebih cepat

15
daripada usia kronologis. Untuk itu diperlukan sikap mental yang
positif terhadap proses penuaan. Menua tidak harus sakit-sakitan, juga
tidak harus loyo dan jompo.Kehidupan spiritual mempunyai peran
yang sangat penting. Seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya,
tentu akan memelihara umurnya dan mengisinya dengan hal-hal yang
bermanfaat, seperti kata sebuah hadis : “sebaik-baik manusia adalah
yang umurnya panjang dan baik amal perbuatannya”. Kalau
mensyukuri nikmat sehat, maka akan memelihara kesehatan kita
sebaik-baiknya. Kalau silaturachmi itu memperpanjang umur, kita
sebaiknya memelihara kehidupan sosial selama mungkin.
e. Spiritual
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh
individu.Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi
seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau
asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis,
keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri.
Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana
berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih
sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan
hidup yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 1999).Spiritual juga disebut
sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan
dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi
orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap
orang untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah
kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson,
2002). Menurut Mickley et al (1992) menguraikan Spiritual sebagai
suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksitensial dan dimensi
agama.Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,

16
sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang
dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua
dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang
Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi
horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang.
Perkembangan Spiritual Pada Pasien Lansia
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih
banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti
agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini
oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak
aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat)
menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.Perkembangan filosofis
agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa
berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang
tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).
Mubarak et.al (2006),perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut
usia antara lain.
 Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan
 Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler :
universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai dan keadilan.
2. Batasan Dan Pemahaman
a. Pendekatan Holistik
Pendekatan holistik, adalah pendekatan “secara utuh” bio-
psiko-sosial ekonomi dan spiritual, terhadap kehidupan, dengan
mengingat bahwa pada hakikatnya
 Manusia adalah hamba Allah

17
 Manusia adalah makhluk sosial dan bagian dari alam semesta
 Manusia adalah “Kesatuan yang utuh” (an integrated whole)
jasmanirohani.
Dengan cara pendekatan ini, maka gangguan pada salah satu aspek
kehidupan, misalnya gangguan kesehatan jiwa, dapat dan bahkan
harus dicari sebabnya pada kemungkinan adanya “disharmoni”
salah satu atau lebih dari sisi kehidupan manusia tersebut.
b. Usia Lanjut
Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam
Undang-undang No.12/1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut adalah
sebagai berikut : Usia lanjut adalah seorang yang telah mencapai usia
60 tahun ke atas (Depsos,1999); batasan ini sama dengan yang
dikemukakan oleh Burnside dkk. Menurut WHO
 Elderly (64 – 74 thn)
 Old (75 – 90 thn)
 Very Old (> 90 thn)
c. Usia Lanjut Sehat
Usia lanjut sehat adalah usia lanjut yang dapat
mempertahankan kondisi fisik dan mental yang optimal serta tetap
melakukan aktivitas sosial dan produktif. Ciri usia lanjut sehat :
 Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa
hidupnya bermakna, mampu menerima kegagalan yang dialaminya
sebagai bagian dari hidupnya yang tidak perlu disesali dan justru
mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya.
 Memiliki integritas pribadi yang baik, berupa konsep diri yang
tepat dan terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang
dimilikinya.
 Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti,
berada di antara orang-orang yang memiliki kedekatan emosi
dengannya, yang memberi perhatian dan kasih sayang yang
membuat dirinya masih diperlukan dan dicintai.

18
 Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, didukung oleh
kemampuan melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat.
 Memiliki keamanan finansial, yang memungkinkan hidup mandiri,
tidak menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
 Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri, sehingga dapat
menentukan nasibnya sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Hal
ini dapat menjaga kestabilan harga dirinya.
d. Proses Penuaan
Proses penuaan pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi
sejak pembuahan/konsepsi dan berlangsung sampai-pada saat
kematian. Dalam perjalanannya proses tersebut akan dipengaruhi oleh
variabel-variabel :
 Kultural dan etnik
 Polesan genetik dan keturunan
 Kondisi fisiologis pada waktu konsepsi dan kelahiran
 Pertumbuhan dan maturasi
 Lingkungan, sistem famili dan hubungara kemaknaan lainnya.
Proses penuaan mengakibatkan terganggunya berbagai organ di
dalam tubuh seperti system gastro-intestinal, sistem genito-urinaria,
sistem endokrin, sistem immunologis, sistem serebrovaskular dan
sistem saraf pusat, dsb. Perubahan yang terjadi pada otak mulai dari
tingkat molekuler, sampai pada struktur dan fungsi organ otak. Akibat
dari perubahan tersebut maka antara lain akan terjadi penurunan
peredaran darah ke otak padadaerah tertentu dan gangguan
metabolisme, neurotransmiter, pembesaran ventrikel sampai akhimy a
terjadi atrofi dari otak dan berat otak mengalami pengurangan kurang
lebih 7% dari berat sebelumnya. Akibat di atas, maka fenomena yang
muncul adalah perubahan struktural dan fisiologis, seperti sulit tidur,
gangguan perilaku, gangguan seksual dan gangguan kognitif.

19
e. Kesejahteraan Usia Lanjut
Menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Usia Lajut bahwa yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah suatu
tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual
yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir
dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang
sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan
Pancasila. Kesejahteraan ini hanya dapat tercapai jika ada jaminan
sosial terutama dalam bentuk pensiun, asuransi pensiun dan asuransi
kesehatan dari pemerintah ataupun swasta, jaminan dari anak-anaknya
atau keluarganya atau yang bersangkutan sendiri.Usia Lanjut Potensial
adalah usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa.
f. Budaya
Konsep budaya menurut Linton adalah : suatu tatanan pola
perilaku yang dipelajari, diciptakan, serta ditularkan di antara suatu
anggota masyarakat tertentu. Batasan budaya menurut
Koentjaraningrat adalah : keseluruhan sistemgagasan, tindakan dan
basil karya manusia, dalam rangka kehidupan bermasyarakat, yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Karakteristik budaya
menurut TO. Ihromi adalah :
 Budaya diciptakan dan ditransmisikan lewat proses belajar
 Budaya dimiliki bersama oleh sekelompok manusia dan
merupakan pola kelakuan umum
 Budaya merupakan mental blue print
 Penilaian terhadap budaya bersifat relative
 Budaya bersifat dinamis, adaptif dan integratif.
Pemahaman akan konsep budaya, membawa kita pada
kesimpulan bahwa gagasan, perasaan dan perilaku manusia dalam

20
kehidupan sosialnya sangat dipengaruhi oleh budaya yang berlaku di
masyarakat. Demikian pula pergeseran ataupun perubahan pada
tatanan budaya dalam suatu masyarakat akan diiringi denganperubahan
perilakudari individu yang hidup di dalamnya. Budaya tercipta sebagai
upaya manusia untuk beradaptasi terhadap masalahmasalah yang
timbul dari lingkungan hidupnya.Selanjutnya budaya mempengaruhi
pembentukan dan perkembangan kepribadian manusia dalam
kelompoknya.Interaksi keduanya membentuk suatu pola spesifik
perilaku, proses pikir, emosi dan persepsi individu atau kelompok
dalam bereaksi terhadap tekanan-tekanan kehidupan.Dengan demikian
dapat dimengerti peranan budaya dalam masalah kesehatan jiwa.
g. Gangguan Psikologis dan Masalah Perilaku pada Usia Lanjut
Tahap memasuki usia tua ini akan dialami oleh semua orang
(tak bisa dihindarkan), tetapi kondisi fisik dan psikologis usia lanjut
sangat berbeda dari satu usia lanjut dengan usia lanjut lainnya.
Kekuatan tubuh yang mulai berkurang daya penyesuaian diri, reaksi
terhadap lingkungan, daya inisiatif dan daya kreatif ini pada usia lanjut
dapat menimbulkan masalah psikologis. Kondisi menjadi tua bukan
terjadi dalam waktu semalam, tetapi telah mengikuti rentang
kehidupan yang cukup lama dan dalam memandang pembentukan
kepribadian seseorang pandangan holistik dapat membantu kita lebih
memahami perilaku seseorang.
Pandangan holistik ini ialah bahwa pribadi seseorang yaitu
faktor biologis, psikologis, sosial budaya, dan agama; keempat faktor
inilah yang memberikan warna tertentu pada seseorang sejak dalarn
kandungan sampai usia lanjut. Dengan kata lain apa yang terjadi dan
akan dialami oleh usia lanjut tidak dapat dilepaskan dari pembentukan
pengalaman masa lalu di mana dia akan memperlihatkan wxrna
kepribadian tertentu yang akan menentukan seberapa berhasil dan
tidak berhasil dalam memasuki dan menjalani usia lanjut. Misalnya
seseorang yang sebelumnya sudahmemperlihatkan kemampuan

21
penyesuaian diri yang baik, tentunya diharapkan dapat menjalani usia
lanjut dengan lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang
sebelumnya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri.

C. Konsep Dokumentasi Asuhan Keperawatan Lansia Di Rumah


1. Pengkajian Lansia Di Rumah
a. Karakteristik Demografi
 Identitas Diri Klien, meliputi Nama, Tempat/ tanggal lahir, Jenis
kelamin, Pendidikan terakhir, Golda, Agama, Status perkawinan,
Alamat, Keluarga atau orang lain yang penting/ yang dapat di
hubungi
 Riwayat pekerjaan
 Aktivitas rekreasi
 Riwayat keluarga meliputi keadaan kesehatan dan status tinggal
(serumah/tidak)
 Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)
 Kunjungan keluarga (kegiatan berkumpul seluruh anggota
keluarga)
b. Pola Kebiasaan Sehari-Hari, meliputi
 Nutrisi
 Eliminasi
 Personal hygiene
 Istirahat dan tidur
 Kebiasaan mengisi waktu luang
 Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
c. Status Kesehatan
 Status kesehatan saat ini
 Gejala yang di rasakan
 Faktor pencetus
 Timbulnya keluhan
 Waktu timbulnya keluhan

22
 Upaya mengatasi
 Riwayat kesehatan masa lalu (Penyakit yang pernah di derita,
Riwayat alergi, Riwayat kecelakaan, Riwayat di rawat di rumah
sakit, Riwayat pemakaian obat
 Pengkajian / pemeriksaan fisik (observasi, pengukran, auskultasi,
perkusi, palpasi)
d. Hasil Pengkajian Khusus, meliputi: Masalah kesehatan kronis, Fungsi
kognitif, Status fungsional, Status psikologis (skala depresi),
Dukungan keluarga
e. Lingkungan tempat tinggal meliputi :
 Kebersihan dan kerapian ruangan
 Penerangan dan Sirkulasi udara
 Keadaan kamar mandi dan wc
 Pembuangan air kotor
 Sumber air minum
 Pembuangan sampah
 Sumber pencemaran
 Penataan halaman (Privasi, Risiko injury, keadaan kamar mandi
licin, tidak ada tangga)
f. Masalah kesehatan kronis meliputi: Fungsi Penglihatan, Fungsi
pendengaran, Fungsi paru-paru, Fungsi jantung, Fungsi pencernaan,
Fungsi pergerakan, Fungsi persyarafan dan Fungsi saluran perkemihan
2. Diagnosa Keperawatan Lansia
1. Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi.
2. Deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait
dengan proses penuaan.
3. Intervensi dan Evaluasi Keperawatan Lansia di Rumah
a. Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi.
1) Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-
faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.

23
2) Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat
tidur sesuai kebutuhan.
Rasional: Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/
nyeri.
3) Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi
individu.
Rasional: Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi,
dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
4) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk.
Rasional: Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
5) Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan.
Rasional: Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak
selama periode akut.
6) Anjurkan pasien untuk terapi herbal dengan menggunakan jahe
7) Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program.
Rasional: Penggunaan jahe dapat mengurangi gejala inflamasi dan
gejala rematik pada pasien.
Evaluasi:
1) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
2) Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampua.
3) Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke
dalam program kontrol nyeri.
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait
dengan proses penuaan.

24
1) Ciptakan lingkungan rasa nyaman dan rileks untuk klien.
2) Anjurkan pasien untuk minum obat analgesik sebelum tidur.
Rasional : Pemberian analgesik untuk klien yang nyeri dapat
membantu klien tidur nyenyak.
3) Bantu kebiasaan klien sebelum tidur misalnya mendengarkan
musik, membaca dan berdoa.
Rasional : Kebiasaan sebelum tidur yang baik dapat membuat
pkiran rileks.
4) Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur
Rasional : Latihan fisik yang berlebihan dapat menyebabkan
kelelahan.
5) Ajarkan pada klien dan keluarga tentang faktor yang dapat
mengganggu tidur.
Rasional : Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang faktor apa saja yang dapat mengganggu tidur.
6) Lingkungan yang tenang dapat meningkatkan kualitas tidur klien.
Evaluasi:
1) Menunjukkantidur yang dibuktikan dengan perasaan segar setelah
tidur
2) Penurunan gejala deprivasi tidur
3) Kualitas tidur meningkat
4) Tidak ada gangguan tidur.

25
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN TENTANG DOKUMENTASI LANSIA


Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau
semua warkat asli yang dapat dijadikan dalam persoalan hokum, dan
merupakan bukti pencatatan dalam pelaporan yang dimiliki perawat dan tim
kesehatan lainnya. Dokumentasi keperawatan ini mengacu pada nursing
proses yang terdiri dari pengkajian, dignosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiasti & Utomo, 2003). Salah satu
masalah yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah demensia
yang lebih dikenal dengan kepikunan. Untuk mencegah demensia pada
lansia tersebut, solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan melakukan tes
MMSE, dimana tes ini sangat mudah di kerjakan dan dilakukan untuk para
lansia sehari-harinya.
Bio-Psiko-Sosial-Spiritual sangatlah penting untuk para lansia karena
kebutuhan mereka haruslah sangat terpenuhi dimana para lansia secara tidak
sadar suka terganggu dan butuh di motivasi oleh seorang perawat agar
kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritualnya terpenuhi.

B. Saran
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca makalah ini demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah
lainnya di masa yang akan datang.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ag Masykur & Fathani A. B. 2008. Mathematical Intellegince. Jogjakarta: Ar ruz


Media Group.
Author. 2001. Sympton of Dementia. American Family Physician. http://www.
aafp. org/afp/2001/0215/p717. html.
Budi Ana Keliat. 1996. Proses Keperawatan. jakarta, EGC
Griffit, JW and Christensen, PJ. 1948. Nursing Process Application ofTheories
Frameworks and Models. CV. Mosby Company.
Markam, S. Latihan Vitalisasi Otak (Senam untuk Kebugaran Fisik Dan Otak).
Jakarta: Grasindo.
Nugroho. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Pudjiastuti & Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC
Santoso, H dan A. Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung
Mulia
Suara Merdeka. 30 Juni, 2010. Demensia Pada Lansia. Suara Merdeka.
Volicer, L. , Hurley, A. C. , Mahoney, E. 1998. Behavioral symptom of dementia.

27

Anda mungkin juga menyukai