Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini bidang ilmu geologi mulai memiliki peranan sangat penting di
kalangan masyarakat, khususnya informasi mengenai kondisi geologi yang
berkembang dan bekerja di daerah tersebut. Dari perkembangan dan kemajuan
ilmu ini akan mendorong para ahli untuk melakukan penelitian secara regional,
namun masih diperlukan suatu penelitian yang lebih detail guna melengkapi data
geologi yang telah ada, mencakup kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur
geologi serta aspek geologi teraplikasi lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian mengenai
keadaan geologi daerah Desa Molombulahe dan sekitarnya, Kecamatan
Paguyaman, Kab. Boalemo, Provinsi Gorontalo.
Penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data-data geologi
daerah Desa Molombulahe yang secara administratif masuk dalam wilayah
Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, terutama untuk
pengembangan daerah tersebut.
Penelitian geologi lapangan ini meliputi kegiatan pemetaan terhadap aspek
geomorfologi yaitu dengan melihat permukaan bumi diantaranya gerakan tanah
proses erosi, bentukan sungai dan beberapa gejala lainnya. Aspek stratigrafi
membahas mengenai jenis batuan, urutan lapisan dan umur batuan yang ada di
daerah penelitian. Struktur geologi membahas mengenai pengaruh struktur yang
bekerja serta hubungannya dengan stratigrafi di daerah tersebut. Sedangkan
potensi bahan galian membahas mengenai indikasi penyebarannya yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan penduduk di daerah sekitar maupun oleh penduduk
di luar daerah tersebut, serta dapat menceritakan sejarah geologi daerah penelitian.
Daerah Gorontalo merupakan salah satu daerah yang memiliki karakteristik
geologi yang sangat menarik, baik untuk kepentingan studi geologi maupun untuk
tujuan eksplorasi prospek sumber daya mineral. kondisi tektoniknya yang
kompleks karena dipengaruhi oleh aktivitas subduksi di sepanjang bagian utara
dan timur lengan utara Sulawesi.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan pemetaan geologi daerah
penelitian skala 1:25.000, yang di susun dalam bentuk tulisan ilmiah berupa
skripsi, sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana strata satu (S1) pada Program
Studi Teknik Geologi, Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian yang meliputi
geomorfologi,
stratigrafi, sturuktur geologi, dan sejarah geologi.
2. Untuk mengetahui potensi sumber daya mineral dan potensi kebencanaan pada
daerah penelitian.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka dapat disusun batasan masalah
yang di kaji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi geologi daerah penelitian.
2. Bagaimana Potensi sumber daya mineral dan potensi kebencanaan daerah
penelitian.
1.4. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1.4.1. Lokasi dan Pencapaian Daerah Penelitian
Secara letak admistratif daerah penelitian terletak di desa molombulahe
Kab. Boalemo, Provinsi Gorontalo. Berdasarkan koordinat UTM daerah
penelitian terletak pada koordinat N 00° ..’ ..” – N 00° .. ’.. ” dan E 121° ..... ” – E
122°..’ ...”. Luas daerah penelitian mencapai ± 46,... Km2.
Untuk mencapai lokasi penelitian, dari Kota Gorontalo dapat di lakukan
dengan jalur darat menggunakan kenderaan roda dua ataupun roda empat ke arah
barat menuju Kec. Paguyaman dengan jarak tempuh ± 70 km/jam dan waktu
tempuh ± 1 jam 20 menit.
Gambar 1.1. Daerah lokasi penelitian, Sumber ( BAKOSURTANAL, 1994
)

1.4.2. Kondisi Geografi


Berdasarkan keputusan Undang - Undang RI No 38 Tahun 2000 tentang
pembentukan Gorontalo. Gorontalo adalah provinsi yang merupakan hasil
pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara. Wilayah Gorontalo terletak di antara N
0°19’ – N 1°15’ dan E 121°23’ – E 123°43’. Dengan posisi tersebut Gorontalo
berbatasan dengan sulawesi tengah pada bagian barat , dan berbatasan dengan
sulawesi utara pada bagian timur. Sedangkan di sebelah utara berhadapan
langsung dengan Laut Sulawesi dan di sebelah selatan dibatasi oleh Teluk Tomini.
Provinsi Gorontalo memliki 5 kabupaten dan 1 kota, diantaranya adalah
Kabupaten
Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Boalemo,
dan Kabupaten Gorontalo Utara.(Kementrian Kehutanan. 2013).
Kabupaten Boalemo teletak pada N 0O 25’ – N 0O 53’ dan E 122 O 09’ – E
122 O
44’ Secara administratif Kabupaten Boalemo berbatasan dengan gorontalo
utara di bagian utara, di bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo,
sebelah selatan berbatasan dengan teluk tomini, dan berbatasan dengan Kabupaten
Pohuwato di bagian barat. ( Boalemo dalam angka, 2007/2008)
1).Iklim
Dengan kondisi wilayah Kabupaten Boalemo yang terletak di dekat Garis
Khatulistiwa menjadikan daerah ini mempunyai suhu udara rata-rata yang cukup
panas yaitu berkisar antara 23.4o C sampai dengan 32,1o C. Kabupaten Boalemo
juga mempunyai kelembaban udara yang relatif tinggi, rata-rata kelembabannya
mencapai 80,2 persen. Sedangkan curah hujan tertinggi tahun 2007 sebanyak 400
mm di Bulan Desember dengan jumlah hari hujan sebanyak 24 hari. (Boalemo
dalam angka 2007/2008)
2).Topografi
Permukaan tanah di Kabupaten Boalemo sebagian besar adalah
perbukitan. Oleh karena itu, Kabupaten Boalemo mempunyai banyak gunung
dengan ketinggian
yang berbeda. Gunung Pontolo yang ada di Kecamatan Mananggu merupakan
gunung yang tertinggi dengan ketinggian 970 m di atas permukaan laut. Di
samping mempunyai banyak gunung, kabupaten ini juga dilalui banyak sungai.
Sungai
terpanjang adalah Sungai Paguyaman yang terletak di Kecamatan Paguyaman
dengan panjang 139,50 km. Sedangkan sungai yang terpendek adalah Sungai
Tilamuta dengan panjang 13,7 km yang terletak di Kecamatan Tilamuta.
(Boalemo dalam angka 2007/2008)
1.5. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi survei lapangan,
observasi
lapangan, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis serta interpretasi.
Penelitian ini berdasarkan observasi dan pengumpulan data di lapangan.
1.6. Tahapan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, dilakukan dengan beberapa tahap sebagai
diantaranya adalah tahap persiapan, studi pustaka, penelitian lapangan, analisa
laboratorium dan pengolahan data, serta tahapan pelaporan dan publikasi.
1.6.1. Tahap Persiapan
 Tahap persiapan ini meliputi penyusunan proposal, melengkapi beberapa
persyaratan yang diperlukan dalam pelaksanaan Tugas Akhir serta
melengkapi kelengkapan yang diperlukan selama di lapangan seperti peta,
peralatan dan perlengkapan lapangan, pengkondisian base camp,
perizinan, dan sebagainya.
 Beberapa peralatan dasar yang penting dipersiapkan untuk digunakan di
lapangan diantaranya adalah:
 Kompas Brunton dengan sistim azimut dilengkapi dengan clinometer
dan
horizontal levelling.
 Palu geologi batuan beku ( Estwings )
 Lensa pembesar (loupe / hand-lens) Pembesaran 20 x
 GPS GARMIN ( Oregon, 550 )
 Buku catatan lapangan, alat-alat tulis, mistar dan busur derajat,
Clipboard
 Peta dasar topografi dan foto citra satelit
 Pita atau tali ukur
 Komparator dan smdplala
 Larutan HCL 0,2 Ml
 Kantong sampel
 Tas lapangan
 Kamera
 Peralatan keselamatan Topi, kacamata, spatu lapangan, dan baju
lapangan.
1.6.2. Tahap Studi Pustaka
Pada tahap studi pustaka ini dilakukan studi literatur mengenai geologi
regional daerah penelitian. Untuk memperoleh gambaran umum daerah penelitian
di lakukan perencanan lintasan dan inteopretasi peta SRTM, peta topografi, dan
petea geomorfologi.
1.6.3. Tahap Penelitian Lapangan
Pada tahap ini akan dilakukan pengambilan data yang diperoleh secara
langsung di lapangan. Data tersebut meliputi, geomorfologi, jenis litologi,
penyebaran litologi, pengambilan contoh batuan, dan pengukuran data struktur
geologi. Kegiatan penelitian pada tahapan ini adalah sebagai berikut:
1) Observasi geomorfologi, observasi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
geomorfologi daerah penelitian yang meliputi pengamatan bentang alam,
kemiringan lereng, bentuk lembah sungai, tahap erosi, pelapukan, longsoran, mata
air, dan proses-proses geomorfologi lainya. Sehingga dapat di tentukan satuan
geomorfologi daerah penelitian.
2) Observasi singkapan, observasi ini terdiri dari beberapa tahap antara lain
adalah:
 Menentukan lokasi pengamatan singkapan pada peta lintasan.
 Sketsa singkapan, adalah sebuah gambar yang bernilai seribu kata. Artinya
sketsa merupakan salah satu cara untuk menyatakan gambaran dari
singkapan yang diamati dan menonjolkan sesuatu yang penting dalam
singkapan.
 Deskripsi litologi, kegiatan ini dilakukan guna mengetahui jenis litologi
pada
suatu singkapan.
 Mengambil sampel batuan, sampel batuan diambil untuk keperluan
analisis
petrografi dan paleontologi ( pada batuan sedimen). Sampel batuan
diambil
pada bagian yang masih segar dan utuh.
 Dokumentasi, foto atau dokumntasi yang di ambil pada suatu singkapan
bisa
berupa foto singkapan, foto litologi, foto struktur geologi dan lain-lain.
Cara
pengambilanya harus menggunakan pembanding yang tidak menghalangi
objek yang ingin difoto.
3) Pengamatan stratigrafi, tujuanya untuk melakukan interpretasi bagaimana
uruturutan antar batuan, hubungan antar batuan, dan proses pembentukan
batuan.
4) Pengukuran data struktur geologi, seperti kedudukan bidang perlapisan,
kekar-kekar, vein, kedudukan bidang sesar, gores-garis, dan breksiasi,
yang bertujuan untuk memahami pola struktur pada daerah penelitian
1.6.4. Tahap Analisa Laboratorium dan Pengolahan Data
Analisis dan pengolahan data meliputi analisis struktur, analisis petrografi
dan analisis mikropaleontologi. Analisis struktur geologi dengan mengolah hasil
pengukuran shear farcture di lapangan menggunakan diagram stereonet serta
interpretasi bidang sesar dari data kelurusan dan perubahan kedudukan lapisan.
Analisis petrografi dengan deskripsi sayatan tipis batuan menggunakan mikroskop
mikron untuk menentukan komposisi penyusun batuan. Analisis
mikropaleontologi dengan mendeterminasi fosil foraminifera planktonik dan
bentonik yang hadir untuk menentukan umur relatif dan lingkungan pengendapan
batuan . Berdasarkan analisis - analisis tersebut dapat disusun sejarah geologi
daerah penelitian.
1.6.5. Tahap Pelaporan Dan Publikasi
Pada tahap ini dilakukan penulisan berupa laporan terhadap penelitian yang
telah dilakukan. Laporan berupa skripsi yang memuat informasi serta penjelasan
mengenai tatanan beserta sejarah geologi daerah penelitian.
DIAGRAM ALIR PENELITIAN

PERSIAPAN

STUDI PENDAHULUAN

Studi Pustaka Interpretasi Peta Topografi & Citra


SRTM

Perencanaan Lintasan
Gambar 1.2 diagram alir penelitian
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
2.1. Fisiografi dan Geomorfologi Regional
Secara fisiografis, pembagian zona bentang alam yang merupakan
representasi batuan dan struktur geologinya, Gorontalo dapat di bedakan kedalam
empat zona fisiografis utama, yaitu Zona Pegunungan Utara Telongkabila-
Boliohuto, Zona Dataran Interior Paguyaman-Limboto, Zona Pegunungan Selatan
Bone- Tilamuta-Modello, dan Zona Dataran Pantai Pohuwato. ( Brahmantyo,
2009)
2.1.1. Zona Pegunungan Utara Tilongkabila-Boliohuto
Zona ini umumnya terdiri dari formasi - formasi batuan gunung api
berumur Miosen – Pliosen (kira-kira 23 juta hingga 2 juta tahun yang lalu).
Umumnya terdiri dari batuan beku intermediet hingga asam, yaitu batuan-batuan
intrusif berupa diorit, granodiorit, dan beberapa granit. Batuan lainnya merupakan
batuan sedimen bersumber dari gunung api terdiri dari lava, tuf, breksi, atau
konglomerat.
2.1.2. Zona Dataran Interior Paguyaman-Limboto
Zona dataran yang cukup luas yang terbentang dari Lombongo sebelah
timur Kota Gorontalo, menerus ke Gorontalo, Danau Limboto, hingga
Paguyaman, dan Botulantio di sebelah barat, merupakan pembagi yang jelas
antara pegunungan utara dan selatan. Dataran ini merupakan cekungan yang
diduga dikontrol oleh struktur patahan normal seperti dapat diamati di sebelah
utara Pohuwato di Pegunungan Dapi- Utilemba, atau di utara Taludaa di Gunung
Ali, Bone.
2.1.3. Zona Pegunungan Selatan Bone-Tilamuta-Modello
Umumnya terdiri dari formasi-formasi batuan sedimenter gunung api berumur
sangat tua di Gorontalo, yaitu Eosen – Oligosen (kira-kira 50 juta hingga 30 juta
tahun yang lalu) dan intrusi-intrusi diorit, granodiorit, dan granit berumur Pliosen.
Batuan gunung api tua umumnya terdiri dari lava basalt, lava andesit, breksi, batu
pasir dan batu lanau, beberapa mengandung batu gamping yang termetamorfosis.
Seperti halnya di utara, asosiasi batuan-batuan tersebut juga membawa pada
kandungan mineral logam emas yang ditambang secara manual oleh rakyat,
seperti di Bone Pantai, Tilamuta, dan Gunung Pani, Marisa.
2.1.4. Dataran Pantai Pohuwato
Zona terakhir adalah zona yang relatif terbatas di dataran yang terbentang
dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain besar tadinya merupakan
daerah rawa dan zona pasang-surut. Hingga sekarang, di bagian selatan, masih
didapati rawa-rawa bakau mangrove yang luas, yang sebenarnya merupakan
rumah bagi burung endemis wallacea, burung maleo.

Gambar 2.1. Kenampakan topografi dari citra SRTM Provinsi Gorontalo

2.2. Stratigrafi Regional


Bachri dkk, (1994) membagi daerah Tilamuta kedalam beberapa satuan
yang dapat di kelompokkan kedalam tiga bagian, yaitu endapan permukaan dan
batuan sedimen, batuan gunungapi, dan batuan terobosan.
Gambar 2.2. Peta geologi regional lembar Tilamuta dan kolom stratigrafi (Bachri
dkk, 1993)

Dari kolom stratigrafi lembar Tilamuta, tergambarkan bahwa satuan


batuan tertua di Lembar Tilamuta adalah Formasi Tinombo (Teot) dengan
penyusun utama berupa batuan gunungapi berselingan dengan batuan sedimen
dan sedikit batuan malihan lemah. Batuan gunungapi terdiri dari lava basal, lava
spilitan, lava andesit dan breksi gunung api. Batuan sedimen terdiri dari batupasir
wake, batulanau, batupasir hijau, batugamping merah dan batugamping abu-
abu.Sebagian dari batuan sedimen ini mengalami pemalihan derajat
rendah.Formasi ini terbentuk pada lingkungan laut dalam dan diperkirakan
berumur Eosen hingga Oligosen. Secara tak selaras formasi ini ditindih oleh
Formasi Dolokapa (Tmd), Formasi Randangan (Tmr) dan batuan gunungapi
Bilungala (Tmbv) Formasi Dolokapa terutama tersusun oleh batuan sedimen
dengan selingan batuan gunungapi. Batuan sedimennya terdiri dari batupasir
wake, batulanau, batulumpur dan konglomerat. Batuan gunungapinya terdiri dari
tuf, tuf lapilli, aglomerat, breksi dan lava, dengan susunan andesitan sampai
basalan. Formasi randangan terdiri dari konglomerat, batupasir wake, batulanau
dan batulumpur, sedangkan batuan gunungapi Bilungala terdiri dari breksi
gunungapi, tuf dan lava bersusunan asam sampai basa. Ketiga satuan batuan
tersebut diperkirakan berumur Mieosen Akhir.Formasi Dolokapa dan batuan
gunungapi Bilungala berhubungan menjemari, sedangkan hubunganya dengan
formasi Randangan tidak diketahui. Batuan gunungapi Pani (Tppv) dan breksi
Wobudu (Tpwv), keduanya diduga berumur Pliosen Awal dan menindih
takselaras satuan batuan yang berumur lebih tua. Batuan gunungapi Pani terdiri
dari dasit, andesit, tuf dan aglomerat; Breksi Wobudu terdiri dari breksi
gunungapi, aglomerat, konglomerat, tuf, abu gunungapi, dan lava.Tak selaras
diatas satuan batuan tersebut, terendapkan Formasi Lokodidi (TQls), batuan
Gunungapi Pinogu (TQpv), dan batugamping klastika (TQl) yang berumur
Pliosen Akhir sampai Plistosen Awal.
Formasi Lokodidi merupakan batuan seri molasca yang diendapkan pada
lingkungan darat hingga laut dangkal; terdiri dari konglomerat, batupasir tufan,
tuf,
tuf pasiran, batulempung, dan serpih. Adapun batuan gunungapi Pinogu terdiri
dari aglomerat, tuf dan lava, yang bersusunan dasitan, andesitan dan basalan.
Batugamping klastika terdiri dari kalkarenit dan kalsirudit yang terbentuk dalam
lingkungan pengendapan laut dangkal.
Diperkirakan pada Plistosen Awal terbentuk Endapan Danau (Qpl),
endapan sungai Tua (Qpr).Endapan Danau terdiri dari batulempung, batupasir dan
kerikil.Endapan sungai Tua terdiri dari konglomerat anekan bahan, batupasir dan
batupasir konglomeratan. Batuan beku terobosan tertua di daerah ini adalah satuan
Gabro (Teog), yang terdiri dari gabro, mikrogabro dan diabas, yang berumur
Eosen-Oligosen pada Miosen Awal hingga Miosen Tengah, Diorite Bone (Tmb)
menerobos batuan gunungapi Bilungala Diorit Boliohuto (Tmbo) berumur Miosen
Tengah hingga
Miosen Akhir, dan menerobos Batuan Gunungapi Pani. Rudiawan dkk, (2014).
Menentukan umur stratigrafi regional daerah Gorontalo dari analisis paleontologi
dan U-Pb of zircon age pada batuan vulkanik dan plutonik. Berdasarkan kolom
stratigrafi regional maka daerah Gorontalo dapat dikelompokan kedalam tiga
bagian yaitu: batuan sedimen, batuan vukanik dan plutonik. Urutan stratigrafi
Gorontalo menggambarkan bahwa batuan tertua di daerah ini adalah Popayato
Vulkanik yang berumur Eosen sampai Oligosen, sementara itu pada Oligosen
terbentuk beberapa batuan plutonik yaitu Dulupian Pulutonik, Marisa Plutonik,
dan Bongo Plutonik, yang sejalan dengan terbentuknya Breksi Wobudu. Pada
Miosen Awal, terbentuk batuan Plutonik Bone dan Batudaa yang mengakibatkan
terangkatnya batugamping Batudaa sampai pada Miosen Tengah. Sejalan dengan
hal tersebut diendapkanya Formasi Paguyaman yang kemudian di terobos oleh
batuan Plutonik Donggala pada Misen Tengah. Sementara itu pada Miosen Akhir
terjadi kegiatan magmatisme yang mengakibatkan terbentuknya batuan Bilungala
Vulkanik dan terendapkanya Formasi Dulukapa yang kemudian di terobos oleh
batuan Plutonik Boliohuto sampai pada Pliosen. Kegiatan magmatic teruas
berlanjut hingga terbentuknya batuan Pani Vulkanik kemudian terendapkanya
Formasi Randangan dan Pinogu Vulkanik pada Pliosen. Proses Pelapukan terus
berlangsung sehingga terendapkanya batuan sedimen Formasi Lokodidi yang
berlangsung pada Quarter hingga sekarang.
Gambar 2.3. Kolom stratigrafi daerah Gorontalo (Rudiawan dkk. 2014)
Mengerucut pada lokasi penelitan terlihat pada peta geologi regional
lembar Tilamuta (Bachri Dkk, 1994). Bahwa stratigrafi daerah penelitian tersusun
dari Formasi Tinombo (Teot), Granodiorit Boliyohuto ( Tmbo), formasi dolokapa
(Tmd), Batuan Gunungapi Pinogu (QTpv), Endapan Danau (Qpl)

Gambar 2.4. Peta geologi regional daerah penelitian (Bachri, dkk. 1993).

2.2.1. Formasi Tinombo (Teot)


Satuan ini tersusun atas batuan gunungapi berselingan dengan batuan
sedimen dan sedikit batuan malihan lemah. Batuan gunungapi terdiri dari lava
basal, lava spilitan, lava andesit dan breksi gunungapi. Batuan sedimen terdiri dari
batupasir wake, batulanau, batupasir hijau, batugamping merah dan batugamping
abu-abu. Sebagian dari batuan sedimen ini mengalami pemalihan derajat rendah.
formasi ini terbentuk pada lingkungan laut dalam dan diperkirakan berumur Eosen
hingga Oligosen.
2.2.2 Granodiorit Boliyohuto (Tmbo)
Satuan ini terdiri dari batuan diorit sampai granodiorit yang mengandung
kuarsa 20% dengan kandungan feldspar, dan biotit cukup menonjol. Beberapa
tempat dijumpai xenolit bersusunan basa. Kemungkinan satuan ini menerobos
batuan basa di bawah permukaan. Batuan ini menerobos Formasi Dolokapa.
Satuan ini diperkirakan berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir.
2.2.3 Formasi Dolokapa (Tmd)
Formasi Dolokapa ini tersusun atas batuan sedimen dengan selingan
batuan gunungapi. Batuan sedimennya terdiri dari batupasir wacke, batulanau,
batulumpur, dan konglomerat. Batuan gunungapinya terdiri dari tuf, tuf lapili,
aglomerat, breksi dan lava dengan susunan andesitan sampai basalan. Umur
formasi ini terdapat beberapa pendapat yang berbeda. Marks (1957)
membandingkan umur formasi ini dengan Formasi Tinombo yang dianggapnya
berumur Kapur hingga Eosen. Sedangkan Trail (1974) menyebutkan bahwa
kepingan batugamping di dalam formasi ini berumur Miosen Awal. Sedangkan
pada batulanau formasi ini dijumpai fosil antara lain : Orbulina
suturalis Broniman, Globigerinoides immaturus Le
Roy, Globootalia menardii, Brazilina sp., dan Anomalia sp. Fosil ini
menunjukkan umur tidak lebih tua dari Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan
adalah inner sublitoral.
2.2.4. Batuan Gunungapi Pinogu (QTpv)
Satuan ini tersusuan atas perselingan aglomerat, tuf, dan lava. Aglomerat
berwarna abu-abu, tersusun oleh kepingan andesit, membulat tanggung sampai
menyudut tanggung, bermasadasar tuf, terpilah buruk dan agak kompak. Tuf
berwarna coklat muda hingga putih kecoklatan, berbutir sedang sampai kasar
dengan susunan andesit sampai dasit dan termampatkan lemah. Lava berwarna
abu-abu tua, bersusunan andesit sampai basalt, dan masif. Satuan batuan ini
diduga menindih Breksi Wobudu, sehingga umurnya diperkirakan Pliosen Akhir,
mungkin sampai Pleistosen Awal. Ketebalannya diperkirakan mencapai 250
meter.
2.2.5 Endapan Danau (Qpl)
Penyusun utama satuan ini adalah batu lempung kelabu, setempat
mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Batu pasir berbutir halus sampai kasar
serta kerikil dijumpai di beberapa tempat. Satuan ini termampatkan lemah,
tebalnya menurut data bor mencapai 94 meter (trail,1974)
2.3. Struktur Geologi Regional
Berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya
dibagi menjadi empat, yaitu; Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-
Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur
Paparan Sunda, Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa
batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok
Australia, Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang
merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen
berumur Trias-Miosen dan yang keempat adalah Fragmen Benua Banggai-Sula-
Tukang Besi, kepulauan paling timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan
pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New

Guinea( Sompotan, 2012 ).


Gambar 2.5. Peta Geologi Sulawesi (Hall and Wilson, 2000).

Gambar 2.6 Peta Geologi Gorontalo (Shompotan, 2012)

Daerah Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi


Utara yang dikuasai oleh batuan gunung api Eosen - Pliosen dan batuan
terobosan. Pembentukan batuan gunung api dan sedimen di daerah penelitian
berlangsung relatif menerus sejak Eosen – Miosen Awal sampai Kuarter, dengan
lingkungan laut dalam sampai darat, atau merupakan suatu runtunan regresif. Pada
batuan gunung api umumnya dijumpai selingan batuan sedimen, dan sebaliknya
pada satuan batuan sedimen dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua
batuan tersebut menunjukkan hubungan superposisi yang jelas. Fasies gunung api
Formasi Tinombo diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan gunung api
yang lebih muda merupakan batuan busur kepulauan. Geologi umum daerah
Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Gorontalo disusun oleh batuan dengan urutan
stratigrafi sebagai berikut :
• Batuan beku berupa : Gabro, Diorit , granodiorit, granit, dasit dan munzonit
kwarsa.
• Batuan piroklastik berupa : lava basalt, lava andesit, tuf, tuf lapili dan breksi
gunungapi.
• Batuan sedimen berupa : batupasir wake, batulanau, batupasir hijau dengan
sisipan batugamping merah, batugamping klastik dan batugamping terumbu.
Endapan Danau, Sungai Tua dan endapan alluvial

Anda mungkin juga menyukai