Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BIOKIMIA DASAR

METODE PEMERIKSAAN BIOKIMIA &


FUNGSI

DOSEN PEMBIMBING: Arie Krisnasary,S.Gz.,M.Biomed

DI SUSUN OLEH:

Afriska Lestantina
Fauzi Ahmad
Intan Setya Handayani
Murti Riyanti

POLiTEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BENGKULU


D IV GIZI
TAHUN AJARAN
2013/2014
METODE PEMERIKSAAN BIOKIMIA & FUNGSI

1. Zink (plasma)

Tujuan :

 Untuk mendeteksi terjadinya defisiensi zink


 Untuk menentukan penyebab diare,retardasi pertumbuhan,keterlambatan
perkembangan seksual,alopesia,dan penyembuhan yang buruk .
 Untuk mendeteksi toksisitas zink akibat pajanan industri (inhalas zink oksida).

Prosedur :

 Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan.


 Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup biru laut yang bebas
logam. Cegah terjadinya hemolisis.
 Kirim segera spesimen darah tersebut ke laboraturium.

2. Kuprum (copper,Cu)(serum)

Tujuan :

 Untuk mendeteksi kelebihan atau kekurangan kuprum serum.


 Untuk membantu dalam mendiagnosis penyakit wilson (penakit hepatolentikular)

Prosedur :

 Kumpulkan 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah atau biru royal (digunakan
untuk melacak logam).
 Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman.
 Catatan: uji terhadap kadar kuprum urine mungkn akan dilakukan bersamaan dengan
uji darah.

Metode pemeriksaan Hb

3. Metode Cyanmethemoglobin
Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi
methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN2-) membentuk sian-
methemoglobin yang brwarna merah. intensitas warna dibaca dengan fotometer dan
dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya
lebih objektif. Prosedur pemeriksaannya yaitu:
Reagensia:
- Larutan kalium ferrosianida (K3Fe(CN)60,6 mmol/l
- Larutan kalium sianida (KCN) 1,0 mmol/l

Alat/Sarana:
- Pipet darah
- Tabung cuvet
- Kolorimeter
Prosedur Kerja:
a. Masukkan campuran reagen sebanyak 5 ml ke dalam cuvet
b. Ambil darah kapiler seperti pada metode Sahli sebanyak 0,02 ml dan masukkan ke dalam
cuvet di atas,kocok dan diamkan selama 3 ment.
c. Baca dengan kolorimeter pada lambda 546.

4. Metode Sahli
Pada metode ini Hb dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh
oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion Cl
membentuk ferrihemechlorid (hematin/hemin) yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk
ini kemudian dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang).
Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah
warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna ini dibuat dengan pengenceran sedemikian
rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar.
Prosedur pemeriksaan dengan metode Sahli adalah sebagai berikut:
Reagensia:
- HCl 0,1 N
- Aquadest
Alat/Sarana:
- Pipet hemoglobin
- Alat Sahli
- Pipet Pastur
- Pengaduk
Prosedur Kerja:
a. Masukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli sampai angka 2
b. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan desinfektan (alkohol 70%,
betadin,dan sebagainya), kemudian tusuk dengan lancet atau alat lain.
c. Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas, bersihkan ujung pipet, kemudian
teteskan darah sampai ke tanda batas dengan cara menggeserkan ujung pipa ke kertas
saring/kertas tisu.
d. Masukkan pipet yang berisi darah ke dalam tabung hemoglobin sampai ujung pipet
menempel pada dasar tabung, kemudian tiup pelen-pelan. Usahakan agar tidak timbul
gelembung udara. Bilas sisa darah yang menempel pada dinding pipetdengan cara mengisap
HCl dan meniupnya lagi sebanyak 3-4 kali.
e. Campur sampai rata dan diamkan selama kurang lebih 10 menit.
f. Masukkan ke dalam alat pembanding, encerkan dengan aquadest sampai warna larutan
(setelah diaduk sampai homogen) sama dengan warna gelas dari alat pembanding. Bila sudah
sama, baca kadar Hb pada skala tabung.
3. Hematokrit (HCT)
Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara
memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen (%). Setelah
sentrifugasi, tinggi kolom sel darah merah diukur dan dibandingkan dengan tinggi sel darah
penuh yang asli. Persentase massa sel merah pada volume darah yang asli merupakan
hematokrit.
Hematokrit bergantung sebagian besar pada jumlah sel darah merah, tapi ada beberapa
efek (dalam hal jauh lebih sedikit) dari ukuran rata-rata sel darah merah. Nilai normal adalah
40-54% untuk pria dan 37-47% untuk wanita. HCT biasanya hampir 3 kali nilai hemoglobin
(dengan menganggap tidak ada tanda hipokromia).
 Prosedur Penentuan Hematokrit
Prosedur penentuan hematokrit harus dilakukan secara duplikat dengan menggunakan
darah kapiler atau darah vena yang diantikoagulasikan dengan EDTA. Pada saat
menggunakan proses dengan EDTA ini, akan digunakan tabung kapiler bluebanded yang
berisi antikoagulan. Prosedurnya sebagai berikut:
1. Letakkan satu ujung tabung kapiler dalam setetes darah yang akan diuji, sehingga darah
ditarik masuk ke tabung dengan aksi kapilaritas. Isi tabung dengan 10 mm pada ujung
seberang. Hapus bagian luar tabung ini dengan penghapus.
2. Segel ujung tabung yang kosong tersebut dengan penutup kecil atau sealer dengan
menempatkan ujung kering tabung hematokrit ke dalam sealant pada posisi vertikal.
3. Tempatkan ujung yang ditutup pada tabung kapiler terhadap sisi kepala sentrifugasi dan
tabung dalam celah radial. Catat nomor posisi dari spesimen ini.
4. Ulangi nomor 1 dan 3 diatas untuk setiap sampul uji.
5. Tutup erat penutup sentrifugasi pada bagian atas tabung kappiler dengan aman. Tutup bagian
atasnya dan amankan penutupnya. Lakukan sntrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan
10000-15000 rpm. Catat bahwa tabung kapiler balans harus juga dimuat ke dalam kepala
seentrifugasi jika hanya satu tes yang dilakukan.
6. Buka tabung-tabung dari sentrifugasi.
7. Ukur tinggi sel darah merah dengan pembaca hematokrit. Jangan memasukkan buffy coat
dalam pembacaan bils kolom eritrosit terbungkus. Jika kurang nyaman, tegakkan tabung
kapiler. Ulangi penentuan jika duplikasi berbeda dengan nilai lebih dari 1% atau jika sampel
telah rusak selama sentrifugasi.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A, J.B. Reece, and L.G. Mitchell, 2000.Biology.6 thed . Jakarta.Erlangga.
Baron, D.N. 1984. Kapita Selekta Patologi Klinik Edisi 4. Jakarta: EGC.

Murray, Robert K., Daryl K., Peter A. M., Viictor W. R. 2003. Biokimia
Harper Edisi 25. Jakarta : EGC.

Ir. H. Suryo. 2008.Genetika Manusia.Yogyakarta : Gadjah Mada University.


Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1973. Patologi.
Jakarta: PT Repro Internasional.

Anda mungkin juga menyukai