PENDAHULUAN
1
toraks, sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada tersebut
akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya
bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor
kehilangan darah selanjutnya. Walaupun banyak faktor yang berperan dalam
memutuskan perlunya indikasi operasi pada penderita hematotoraks, status
fisiologi dan volume darah yang keluar dari selang dada merupakan faktor utama.
Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang dada
sebanyak 1.500 ml, atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap jamuntuk 2
sampai 4 jam, atau jika membutuhkan transfusi darah terus menerus, eksplorasi
bedah harus dipertimbangkan.
Oleh karena itu,penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami tentang
penyebab, penegakan diagnosis, serta penatalaksanaan pasien hematothorax. 1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 10 agustus 2019
Primary survey
Airway : bebas
Breathing : breathing spontan, Simetris, laju nafas 20 x/mnt, retraksi iga (-),
deviasi trachea (-), SpO2 99%
Nadi 84x/menit
Akral hangat
Secondary survey
Status generalis
Keadaan umum : tampak kesakitan
RR 20 x/menit
3
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/),
pupil isokor (3mm/3mm)
Jantung
Pulmo
Dextra Sinistra
Simetris Simetris
4
Abdomen
Inspeksi : permukaan datar, distensi (-), massa (-), luka
bekas operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : Supel, hepar dan lien tak teraba
Ekstremitas
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Dsn Pakisan Rt 02 Rw 02 Ds Pakisrejo Srengat,
Blitar
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Masuk RS : Minggu, 10 Agustus 2019
Tgl Periksa : Senin, 10 Agustus 2019
ANAMNESIS
Keluhan Utama: Nyeri disamping kiri perut dan pinggang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri di samping kiri perut dan pinggang setelah pasien
kejatuhan tembok pada jam 12.00 WIB. Saat kejadian pasien sadar, sebelumnya
pasien sedang duduk di tanah, lalu kejatuhan tembok. Temboh mengenai dada kiri
pasien. Runtuhan tidak mengenai kepala. Mual dan muntah tidak ada, pusing
tidak ada, sesak tidak ada.ada luka di lengan kiri. Bengkak tidak ada, badan sakit
bila digerakkan. Setelah kejadian pasien belum makan dan minum.BAB terakhir
kemarin. BAK normal. Tempat kejadian dirumah pasien jam 12.00
5
Riwayat Penyakit Dahulu:
HT tidak ada , DM tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada
Riwayat alergi :
Disangkal
Riwayat Sosial:
Pasien bekerja sebagai Karyawan Swasta.
R Pengobatan :
Tidak ada
R Operasi : (-)
ASSESSMENT
Trauma Thorax ec Hematothorax S
INISIAL PLAN
1. Ip. Tx :
a. O2 nasal kanul 4 Liter per menit
b. Infus RL 20 tpm
c. Inj . Ketolorac 2 x 30 mg
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
Inj, Kalnex 3 x 500 mg
2. Ip. Mx :
a. KU/TV
b. Tanda distress pernafasan
3. Ip. Edukasi
a. Menjelaskan jenis penyakit dan penyebab penyakit
6
FOLLOW UP
11/08/ Nyeri Pinggang Keadaan umum : cukup Trauma Thorax - USG Abd Total
Kiri (+) - Foto Thorax AP Erect
2019 Kesadaran : Compos ec - IVFD RL 20 tpm
Sesak (-) mentis Hematothorax S - Inj. Kalnex 3 x 500 mg
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Mobilisasi Tirah Tanda Vital :
- Inj. Santagesic 3 x 1 gr
baring (+)
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5 C
Thorax :
Ves + +
++
++
Rh -/- Whz -/-
S1 S2 single m (-) G (-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris,
distended (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas : CRT < 2 dtk,
Akral Hangat
12/08/ Nyeri Pinggang Keadaan umum : cukup Post WSD S - Pasang Chest Tube S
Kiri (+) ec - Cek DL/FH/Hbsag/ HIV
2019 Kesadaran : Compos Hematothorax - IVFD RL 20 tpm
Nyeri Perut Kiri mentis S + Fr. Coste - Inj. Kalnex 3 x 500 mg
(+) 4-6 - Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Tanda Vital :
- Inj. Santagesic 3 x 1 gr
Sesak (-)
TD : 120/80 mmHg
Mobilisasi Tirah
7
baring (+) N : 82 x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,4 C
Thorax :
Ves + +
+↓
+↓
Rh -/- Whz -/-
S1 S2 single m (-) G (-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris,
distended (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
LUQ
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas : CRT < 2 dtk,
Akral Hangat
Thorax AP Erect :
Hematothorax S + Fr.
Coste 4-6
USG : Cairan Bebas (-)
12/08/ Nyeri Pinggang Keadaan umum : cukup Post WSD S - IVFD RL 20 tpm
Kiri (+) Post OP ec - Extra Ketorolac 30 mg
2019 Kesadaran : Compos Hematothorax - Duragesic Pacth 12,5 mg
Nyeri Perut Kiri mentis S + Fr. Coste - Inj. Kalnex 3 x 500 mg
(-) 4-6 - Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Tanda Vital :
- Latihan Meniup Balon
Sesak (-)
TD : 120/80 mmHg - Foto Thorax AP Erect
Mobilisasi Tirah - Obs TTV tanda Distres
baring (+) N : 82 x/menit Nafas
RR : 20x/menit
T : 36,4 C
8
Thorax :
Ves + +
+↓
+↓
Rh -/- Whz -/-
S1 S2 single m (-) G (-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris,
distended (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas : CRT < 2 dtk,
Akral Hangat
WSD : 1200 cc
hemorraghic
13/08/ Nyeri Pinggang Keadaan umum : cukup Post WSD S - IVFD RL 20 tpm
Kiri (+) Post OP H+1 ec - O2 NC 4 lpm
2019 Kesadaran : Compos Hematothorax - Inj. Kalnex 3 x 500 mg
Nyeri Perut Kiri mentis S + Fr. Coste - Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
(-) 4-6 - Latihan Meniup Balon
Tanda Vital :
- Latihan Duduk
Sesak (-)
TD : 120/80 mmHg - Nebul Ventolin/ 8 jam
- PO : Ambroxol 3 x 30
N : 82 x/menit mg
RR : 20x/menit
T : 36,4 C
Thorax :
Ves + ↓
+↓
+↓
Rh -/- Whz -/-
9
S1 S2 single m (-) G (-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris,
distended (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas : CRT < 2 dtk,
Akral Hangat
WSD : 200 cc
Serohemorraghic
14/08/ Nyeri Pinggang Keadaan umum : cukup Post WSD S - IVFD RL 20 tpm
Kiri (↓) Post OP H+2 ec - O2 NC 4 lpm
2019 Kesadaran : Compos Hematothorax - Inj. Kalnex 3 x 500 mg
Nyeri Perut Kiri mentis S + Fr. Coste - Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
(-) 4-6 - Latihan Meniup Balon
Tanda Vital :
- Latihan Duduk
Sesak (-)
TD : 120/80 mmHg - Nebul Ventolin/ 8 jam
- PO : Ambroxol 3 x 30
N : 80 x/menit mg
- Lepas WSD bila Jumlah
RR : 20x/menit Cairan < 50 cc/24 jam
T : 36,4 C
Thorax :
Ves + +
++
++
Rh -/- Whz -/-
S1 S2 single m (-) G (-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris,
distended (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
10
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas : CRT < 2 dtk,
Akral Hangat
WSD : 0 cc
Serohemorraghic
15/08/ Nyeri Pinggang Keadaan umum : cukup Post WSD - IVFD RL 20 tpm
Kiri (↓) Post OP H+3 S ec PO :
2019 Kesadaran : Compos Hematothorax - Ambroxol 3 x 30 mg
Nyeri Perut Kiri mentis S + Fr. Coste - Analtram 3 x 1 tab
(-) 4-6 - Levofloxacin 1 x 500 mg
Tanda Vital :
Sesak (-)
TD : 120/80 mmHg Besok KRS
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,4 C
Thorax :
Ves + +
++
++
Rh -/- Whz -/-
S1 S2 single m (-) G (-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris,
distended (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas : CRT < 2 dtk,
Akral Hangat
WSD : Terlepas
16/08/ Nyeri Pinggang Keadaan umum : cukup Post WSD - IVFD RL 20 tpm
Kiri (↓) Post OP H+4 S ec PO :
2019 Kesadaran : Compos Hematothorax - Ambroxol 3 x 30 mg
Nyeri Perut Kiri
11
(-) mentis S + Fr. Coste - Analtram 3 x 1 tab
4-6 - Levofloxacin 1 x 500 mg
Sesak (-) Tanda Vital :
ACC KRS
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,4 C
Thorax :
Ves + +
++
++
Rh -/- Whz -/-
S1 S2 single m (-) G (-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris,
distended (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas : CRT < 2 dtk,
Akral Hangat
12
LED : 36
- Faal Hemostasis tgl 11/08/209
BUN : 19.8
Creat : 0.92
SGOT : 81
SGPT : 77
CT : 9 mnt 0 dtk
BT : 2 mnt 20 dtk
- Hbsag dan HIV tgl 11/08/2019
Hbsag Non reaktif
HIV Non reaktif
- Foto Thorax :
Tgl 11/08/2019
13
Tgl 12/08/2019
14
BAB III
PEMBAHASAN
I. HEMATOTHORAX
1. Definisi
Hematothorax adalah akumulasi darah di rongga pleura. Sumber darah mungkin dari
dinding dada, parenkim paru–paru, jantung atau pembuluh darah besar. Kondisi
biasanya merupakan akibat dari trauma tumpul atau tajam.
2. Etiologi
Penyebab utama hematothoraks adalah trauma, seperti luka penetrasi pada
paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada. Trauma tumpul pada
dada juga dapat menyebabkan hematothoraks karena laserasi pembuluh darah
internal. Secara umum, penyebab terjadinya Hematotoraks adalah sebagai
berikut :
a. Traumatis
Trauma tumpul.
Penetrasi trauma (Trauma tembus, termasuk iatrogenik).
b. Non traumatic atau spontan
Neoplasia (primer atau metastasis).
Diskrasia darah, termasuk komplikasi antikoagulasi.
Emboli paru dengan infark.
Robek adhesi pleura berkaitan dengan pneumotorax spontan.
Bullous emfisema.
Tuberkulosis.
Paru atriovenosa fistula.
Nekrosis akibat infeksi.
Telangiektasia hemoragik herediter.
Kelainan vaskular intratoraks non pulmoner
Sekuestrasi inralobar dan ekstralobar.
15
Hemothoraks massif lebih sering disebabkan oleh luka tembus yang
merusak pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru
3. Patofisiologi
Hemothoraks adalah adanya darah yang masuk ke areal pleura (antara
pleura viseralis dan pleura parietalis). Biasanya disebabkan oleh trauma
tumpul atau trauma tajam pada dada, yang mengakibatkan robeknya
membran serosa pada dinding dada bagian dalam atau selaput pembungkus
paru. Robekan ini akan mengakibatkan darah mengalir ke dalam rongga
pleura, yang akan menyebabkan penekanan pada paru.
Darah pada hemathorax dapat berasal dari :
Robeknya paru
Pecahnya pembuluh darah interkosta
Pecahnya a. mamaria interna
Pecahnya pembuluh darah dalam mediastinum
Dari jantung
Organ abdomen seperti lien, hepar, melalui diafragma
Perdarahan di dalam rongga pleura dapat terjadi dengan hampir semua
gangguan dari jaringan dada di dinding dan pleura atau struktur intrathoracic.
Respon fisiologis terhadap perkembangan hemothorax diwujudkan dalam 2 area
utama: hemodinamik dan pernafasan. Tingkat respon hemodinamik ditentukan oleh
jumlah dan kecepatan kehilangan darah.
16
liter darah, perdarahan dapat terjadi tanpa bukti eksternal dari kehilangan
darah.
Efek pendesakan dari akumulasi besar darah dalam rongga pleura dapat
menghambat gerakan pernapasan normal. Dalam kasus trauma, kelainan ventilasi
dan oksigenasi bisa terjadi, terutama jika berhubungan dengan luka pada dinding
dada. Sebuah kumpulan yang cukup besar darah menyebabkan pasien mengalami
dyspnea dan dapat menghasilkan temuan klinis takipnea. Volume darah yang
diperlukan untuk memproduksi gejala pada individu tertentu bervariasi tergantung
pada sejumlah faktor, termasuk organ cedera, tingkat keparahan cedera, dan
cadangan paru dan jantung yang mendasari.
17
4. Diagnosis
Klasifikasi hematotorak
Besarnya
Bayangan foto Pemeriksaan Penanganan
Ukuran
rontgen fisik
Kecil 0-15% Perkusi pekak Gerakan aktif
sampai iga IX (fisioterapi)
Sedang 15-35% Perkusi pekak Aspirasi dan
sampai iga VI tranfusi
Berat >35% Perkusi pekak Penyalir sekat air
sampai cranial di ruang antar
iga IV iga, tranfusi
a. Klinis
Jika cairan pada cavum pleura kurang dari 300 cc, tidak memberikan tanda-
tanda yang nyata. Bila lebih dari 500 cc akan memberikan kelainan pada
pemeriksaan fisik seperti penurunan pergerakan hemitoraks yang saki, fremitus
suara dan suara nafas melemah. Cairan pleura yang lebih dari 1000 cc dapat
menyebabkan dada cembung dan egofoni (dengan syarat cairan tidak memenuhi
seluruh rongga pleura). Cairan yang lebih dari 2000 cc, akan memberikan tanda
18
suara nafas melemah atau menurun, mungkin menghilang sama sekali dan
mediastinum terdorong ke paru yang sehat.
b. Radiologis
Cairan yang kurang dari 300 cc, pada fluoroskopi maupun foto torak PA tidak
tampak. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpulan sinus
kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura lebih dari
300 cc, sinus kostofrenikus tidak tampak tumpul tetapi diafragma terlihat
meninggi. Untuk memastikan dapat dilakukan foto lateral sisi yang sakit.2,4
5. Diagnosis banding4
Etiologi Kunci diagnosis
Cedera/tindak bedah A : cedera tumpul atau tajam, tindak
bedah
Aneurisma aorta yang pecah G/T : nyeri dada atau punggung
D: mediastinum melebar, angiogram
Hemotoraks spontan G/T: nyeri dada, syok
P: adhesi robek, bula paru pecah
D: torakoskopi
Keganasan D: sel maligna di cairan aspirasi,
biopsy (torkoskopi)
Infark paru A: nyeri dada pada pernafasan
TBC paru D: batang tahan asam di cairan atau
sputum
Periarteritis nodosa P: penyakit sistemik
D: biopsy pleura, torakoskopi
A=anamnesis, G/T=gejala/tanda, D=diagnosis, P=patologi
6. Penatalaksanaan
Hemotoraks kecil, yaitu yang tampak sebagai bayangan kurang dari 15% pada foto
rontgen, cukup diobservasi dan tidak memerlukan tindakan khusus. Hemotoraks
sedang, artinya tampak bayangan menutup 15-30% pada foto rontgen dipungsi dan
penderita diberi tranfusi. Pada pungsi sedapat mungkin dikeluarkan semua cairan.
Jika ternyata terjadi kekambuhan, dipasang penyalir sekat air
water seal drainage
19
Indikasi :
Pneumothorax
Surgery
b. Bagian basal
Jenis-jenis WSD
20
– Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks
– Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu
1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol
– Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk
mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru
– Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara
dari rongga pleura keluar
· Ekpirasi menurun
– Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol
water seal
– Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa
udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang
berisi water seal
– Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga
pleura masuk ke water seal botol 2
– Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari
rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk
ke WSD
21
– Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan
yang digunakan
– Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah
hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol
WSD
· Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
· Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer
22
b. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan
pada slang
23
Thoracotomy
merupakan prosedur pilihan untuk operasi eksplorasi rongga dada ketika
hemothoraks massif atau terjadi perdarahan persisten. Thoracotomy juga
dilakukan ketika hemothoraks parah dan chest tube sendiri tidak dapat
mengontrol perdarahan sehingga operasi (thoracotomy) diperlukan untuk
menghentikan perdarahan. Perdarahan persisten atau berkelanjutan yang
segera memerlukan tindakan operasi untuk menghentikan sumber
perdarahan di antaranya seperti ruptur aorta pada trauma berat.
diindikasikan apabila :
Trombolitik agent
trombolitik agent digunakan untuk memecahkan bekuan darah pada chest
tube atau ketika bekuan telah membentuk massa di rongga pleura, tetapi
hal ini sangat berisiko karena dapat memicu terjadinya perdarahan dan
perlu tindakan operasi segera.4
24
7. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :
Kegagalan pernafasan (Paru-paru kolaps sehingga terjadi gagal napas dan
meninggal).
Pneumothorax.
Pneumonia.
Septisemia.
Syok.
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma (otot besar
di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan kontak. Jika
tekanan dalam rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan
yang mengumpul di rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi dan
mengurangi fungsi paru-paru, atau bahkan kematian4
25
BAB IV
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27