Anda di halaman 1dari 27

PENURUNAN TEKANAN DALAM PIPA ALIRAN FLUIDA II

I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat mempelajari kehilangan tekanan dalam singularitas akibat
belokan pipa secara praktek dan teori.

II. Peralatan yang Digunakan


Seperangkat alat dynamic of fluids

III. Teori Singkat

Tinjauan Umum Sistem Perpipaan


Kamus mendefinisikan pipa sebagai cubing panjang dari tanah liat, konkret,
metal, kayu, dan seterusnya, untuk mengalirkan air, gas, minyak dan cairan-cairan lain.
Pipa yang dimaksud bukan berarti hanya pipa, tetapi fitting- fitting, katup-katup dan
komponen-komponen lainnya yang merupakan system perpipaan. Pipa dan
komponen yang dimaksudkan disini adalah meliputi (Raswari, 1986) :
1. Pipa-pipa (pipes)
2. Jenis-jenis flens (flanges)
3. Jenis-jenis katup (valves)
4. Jenis-jenis alat penyambung (fittings)
5. Jenis-jenis alat-alat sambungan cubing
6. Jenis-jenis alat sambungan cabang o’let
7. Bagian khusus (special item)
8. Jenis-jenis gasket
9. Jenis-jenis baut (boltings)
Material-material pipa dibagi dua kelas dasar, metal dan nonmetal. Nonmetal
pipa seperti kaca, keramik, plastik dan seterusnya. Pipa metal pun dibagi menjadi
dua kelas, besi dan bukan besi. Material besi terdiri dari besi yang umum digunakan
pada pipa proses. Besi metal adalah baja karbon, besi tahan karat, baja krome, besi
tuang dan seterusnya. Sedang pipa metal bukan besi termasuk aluminium

1. Sambungan Pada Pipa


Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi hilangnya energi di dalam
pipa Jenis-jenis sambungan ikut mempengaruhi hilangnya energi pada pipa. Dengan
adanya sambungan dapat menghambat aliran normal dan menyebabkan gesekan
tambahan. Pada pipa yang pendek dan mempunyai banyak sambungan, fluida yang
mengalir di dalamnya akan mengalami banyak kehilangan energi.
Dalam sistem pipa salah satu konstruksinya adalah menggunakan sambungan yang
berfungsi untuk membelokan arah aliran fluida ke suatu tempat tertentu. Salah satu
efek yang muncul pada aliran ketika melewati suatu sambungan yang
berkaitan dengan pola aliran adalah adanya ketidakstabilan aliran atau fluktuasi
aliran. Fluktuasi aliran yang terjadi terus menerus pada belokan pipa akan
memberikan beban impak secara acak pada sambungan tersebut. Akibat
pembeban impak secara acak yang berlangsung terus menerus bisa menyebakan
getaran pada pipa.
Pada sambungan pipa bekerja gaya yang disebabkan oleh aliran zat cair yang
berbelok, disamping berat pipa dan isinya.

2. Cara Penyambungan Pipa


Penyambungan tersebut dapat dilakukan dengan :
a. Pengelasan
Jenis pengelasan yang dilakukan adalah tergantung pada jenis pipa dan
penggunaannya, misalnya pengelasan untuk bahan stainless steel menggunakan las
busur gas wolfram, dan untuk pipa baja karbon digunakan las metal.
b. Ulir (threaded)
Penyambungan ini digunakan pada pipa yang bertekanan tidak terlalu tinggi.
Kebocoran pada sambungan ini dapat dicegah dengan menggunakan gasket tape pipe.
Umumnya pipa dengan sambungan ulir digunakan pada pipa dua inci ke bawah.
c. Menggunakan Flens (flange)
Kedua ujung pipa yang akan disambung dipasang flens kemudian diikat dengan
baut.
3. Kehilangan-kehilangan Energi pada Sistem Perpipaan
Pada mekanika fluida telah diperlihatkan bahwa ada 2 macam bentuk
kehilangan energi, yaitu :

1. Kehilangan Longitudinal (Longitudinal Losses)


Kehilangan longitudinal, yang disebabkan oleh gesekan sepanjang lingkaran
pipa. Ada beberapa persamaan yang dapat digunakan dalam menentukan kehilangan
longitudinal hf apabila panjang pipa L meter dan diameter d mengalirkan
kecepatan rata-rata V. Menurut White (1986), salah satu persamaan yang dapat
digunakan adalah Persamaan Darcy-Weisbach yaitu :
h f =f xLd
x V2
2g
xm
Dimana :
f = faktor gesekan (Darcy friction factor), nilainya dapat diperoleh dari diagram
Moody.
L = panjang pipa (m)
d = diameter pipa (m)

2. Kehilangan Lokal (Local Losses)

Kerugian lokal adalah kerugian head yang disebabkan karena sambungan,


belokan, katup, pembesaran/pengecilan penampang, sehingga oleh Messina (1986)
dirumuskan dengan :
h1 = ho + hb + hc (m)
a. Kerugian pada bagian pemasukan
Untuk menghitung kerugian head pada bagian pemasukan digunakan rumus dari
(Messina, 1986) :
ho=ko x V2
2g
b. Kerugian karena perubahan penampang
Kerugian menghitung kerugian head karena perubahan penampang digunakan rumus
dari ( saleh, 2003 )

IV. Prosedur Percobaan

1. Menghubungkan kabel ke stop kontak


2. Memutar main supply pada posisi on ( horizontal )
3. Menghubungkan konektor pada pipa, dimana konektor (+) pada up stream dan
konektor (-) pada don stream
4. Menekan tombol start hingga berwarna hijau
5. Membuka valve hingga air mengalir
6. Menghilangkan gelembung pada selang koenktor dengan membuka kedua katup
pada selang lalu menutup kembali jika telah hilang.
7. Mengatur besarnya laju alir sesuai dengan instruksi
8. Elakukan pengukuran untuk laju alir sebesar 500,1500, dan 2500
9. Melakukan pengukuran pada pipa lurus, singularitas pipa, dan venturi diafragma
dan valve
10. Menutup valve jika elah selesai pengukuran
11. Menekan tombol off hingga berwarna merah
12. Mencabut konektor dari pipa
13. Memutar main supply pada posisi off
14. Mencabut kabel dari stop kontak
V. DATA PENGAMATAN

 Tabel Data Pengamatan :

DEBIT (LITER/HOUR)
POSISI PIPA
500 1500 2500
∆P1 (mbar)
P1 – P2 1 7 16
P18 – P19 19 51 118
P20 – P21 21 58 135
∆P2 (mbar)
P2 – P3 3 8 16
P13 – P14 8 40 102
P14 – P15 1 -4 -11
∆P3 (mbar)
P11 – P12 10 53 135
P8 – P9 7 42 110

 Perhitungan Data Pengamatan :

1. Posis Pipa P1 – P2 : Debit 500 (L/h)

a. Kehilangan Tekanan
100 𝑃𝑎 𝑘𝑔
∆𝑃 = 1 𝑚𝑏𝑎𝑟 × | | = 100 𝑃𝑎 = 100 ⁄
1 𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑚. 𝑠2

b. Volume Aliran / Debit


𝑙 1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 500 ⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 1,39 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

c. Kecepatan
𝑄 1,39 𝑥 10−4 𝑚3 /𝑠
𝑣= = −4 2
= 0,25 𝑚⁄𝑠
𝐴 5,64 𝑥 10 𝑚

d. Bilangan Reynold
𝑣 × 𝑑 0,25 𝑚⁄𝑠 𝑥 0,0268 𝑚
𝑅𝑒 = = = 670
v 10−6 𝑚2 /𝑠

e. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝜋 2 𝑑5
λ = 𝛥𝑃
8𝜌𝑄 2 𝐿
2 5
𝑘𝑔⁄ (3,14) × (0,0268 𝑚)
λ = 100 × = 0,0588
𝑚. 𝑠2 2
8 𝑥 1000 𝑘𝑔⁄ 3 × (1,39 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠) × 1,5 𝑚
3
𝑚

f. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ 𝐿
2 𝑑
1 𝑘𝑔 (0,25 𝑚⁄𝑠)2
∆𝑃 = × (0,0588) × 1000 ⁄𝑚3 × × 1,5 𝑚 = 102.85 𝑘𝑔⁄𝑚. 𝑠2
2 0,0268 𝑚

g. Kehilangan Tekanan Langsung (J)


𝑘𝑔
𝛥𝑃 102.85 ⁄𝑚. 𝑠 2 𝑘𝑔
𝐽= = = 68,56 ⁄𝑚2 . 𝑠 2
𝐿 1,5 𝑚

h. Kesalahan
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
102,85 − 100 𝑃𝑎
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100 % = 2,77 %
102,85 𝑃𝑎

2. Posis Pipa P18 – P19 : Debit 500 (L/h)

a. Kehilangan Tekanan
100 𝑃𝑎 𝑘𝑔
∆𝑃 = 19 𝑚𝑏𝑎𝑟 × | | = 1900 𝑃𝑎 = 1900 ⁄
1 𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑚. 𝑠2

b. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 1,39 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

c. Kecepatan
𝑄 1,39 𝑥 10−4 𝑚3 /𝑠
𝑣= = = 0,60 𝑚⁄𝑠
𝐴 2,3 𝑥 10−4 𝑚2

d. Bilangan Reynold
𝑣 × 𝑑 0,60 𝑚⁄𝑠 𝑥 0,0173 𝑚
𝑅𝑒 = = = 1045,52
v 10−6 𝑚2 /𝑠

e. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝜋 2 𝑑5
λ = 𝛥𝑃
8𝜌𝑄 2 𝐿
2 5
𝑘𝑔⁄ (3,14) × (0,0173 𝑚)
λ = 1900 × = 0,1252
𝑚. 𝑠2 2
8 𝑥 1000 𝑘𝑔⁄ 3 × (1,39 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠) × 1,5 𝑚
3
𝑚

f. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ 𝐿
2 𝑑
1 𝑘𝑔 (0,60 𝑚⁄𝑠)2
∆𝑃 = × (0,1252) × 1000 ⁄𝑚3 × × 1,5 𝑚 = 1953,99 𝑘𝑔⁄𝑚. 𝑠2
2 0,0173 𝑚

g. Kehilangan Tekanan Langsung (J)


𝑘𝑔
𝛥𝑃 1953,99 ⁄𝑚. 𝑠 2 𝑘𝑔
𝐽= = = 1302,66 ⁄𝑚2 . 𝑠 2
𝐿 1,5 𝑚

h. Kesalahan
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
1953,99 − 1900 𝑃𝑎
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100 % = 2,76 %
1953,99 𝑃𝑎

3. Posis Pipa P20 – P21

a. Kehilangan Tekanan
100 𝑃𝑎 𝑘𝑔
∆𝑃 = 21 𝑚𝑏𝑎𝑟 × | | = 2100 𝑃𝑎 = 2100 ⁄
1 𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑚. 𝑠2

b. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 1,39 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

c. Kecepatan
𝑄 1,39 𝑥 10−4 𝑚3 /𝑠
𝑣= = = 0,60 𝑚⁄𝑠
𝐴 2,3 𝑥 10−4 𝑚2

d. Bilangan Reynold
𝑣 × 𝑑 0,60 𝑚⁄𝑠 𝑥 0,0173 𝑚
𝑅𝑒 = = = 1045,52
v 10−6 𝑚2 /𝑠

e. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝜋 2 𝑑5
λ = 𝛥𝑃
8𝜌𝑄 2 𝐿
2 5
𝑘𝑔⁄ (3,14) × (0,0173 𝑚)
λ = 2100 × = 0,1384
𝑚. 𝑠2 2
8 𝑥 1000 𝑘𝑔⁄ 3 × (1,39 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠) × 1,5 𝑚
3
𝑚

f. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ 𝐿
2 𝑑
1 𝑘𝑔 (0,60 𝑚⁄𝑠)2
∆𝑃 = × (0,1384) × 1000 ⁄𝑚3 × × 1,5 𝑚 = 2159,81 𝑘𝑔⁄𝑚. 𝑠2
2 0,0173 𝑚

g. Kehilangan Tekanan Langsung (J)


𝑘𝑔
𝛥𝑃 2159,81 ⁄𝑚. 𝑠 2 𝑘𝑔
𝐽= = = 1439,87 ⁄𝑚2 . 𝑠 2
𝐿 1,5 𝑚

h. Kesalahan
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
2159,81 − 2100 𝑃𝑎
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100 % = 2,77 %
2159,81 𝑃𝑎

4. Posis Pipa P1 – P2 : Debit 1500 (L/h)

i. Kehilangan Tekanan
100 𝑃𝑎 𝑘𝑔
∆𝑃 = 7 𝑚𝑏𝑎𝑟 × | | = 700 𝑃𝑎 = 700 ⁄
1 𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑚. 𝑠2

j. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 1500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 4,16 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

k. Kecepatan
𝑄 4,16 𝑥 10−4 𝑚3 /𝑠
𝑣= = = 0,73 𝑚⁄𝑠
𝐴 5,64 𝑥 10−4 𝑚2

l. Bilangan Reynold
𝑣 × 𝑑 0,73 𝑚⁄𝑠 𝑥 0,0268 𝑚
𝑅𝑒 = = = 19.564
v 10−6 𝑚2 /𝑠

m. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝜋 2 𝑑5
λ = 𝛥𝑃
8𝜌𝑄 2 𝐿
2 5
𝑘𝑔⁄ (3,14) × (0,0268 𝑚)
λ = 700 × = 0,0459
𝑚. 𝑠2 2
8 𝑥 1000 𝑘𝑔⁄ 3 × (4,16 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠) × 1,5 𝑚
3
𝑚

n. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ 𝐿
2 𝑑
1 𝑘𝑔 (0,73 𝑚⁄𝑠)2
∆𝑃 = × 0,0459 × 1000 ⁄𝑚3 × × 1,5 𝑚 = 684,52 𝑘𝑔⁄𝑚. 𝑠2
2 0,0268 𝑚

o. Kehilangan Tekanan Langsung (J)


𝑘𝑔
𝛥𝑃 684,52 ⁄𝑚. 𝑠 2 𝑘𝑔
𝐽= = = 456,35 ⁄𝑚2 . 𝑠 2
𝐿 1,5 𝑚

p. Kesalahan
𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 − 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
684,52 − 700 𝑃𝑎
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100 % = 2,26%
684,52 𝑃𝑎

5. Posis Pipa P18 – P19 : Debit 2500 (L/h)

i. Kehilangan Tekanan
100 𝑃𝑎 𝑘𝑔
∆𝑃 = 51 𝑚𝑏𝑎𝑟 × | | = 5100 𝑃𝑎 = 5100 ⁄
1 𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑚. 𝑠2

j. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 1500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 4,16 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

k. Kecepatan
𝑄 4,16 𝑥 10−4 𝑚3 /𝑠
𝑣= = = 1,81 𝑚⁄𝑠
𝐴 2,3 𝑥 10−4 𝑚2

l. Bilangan Reynold
𝑣 × 𝑑 1,81 𝑚⁄𝑠 𝑥 0,0173 𝑚
𝑅𝑒 = = = 31.290,43
v 10−6 𝑚2 /𝑠

m. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝜋 2 𝑑5
λ = 𝛥𝑃
8𝜌𝑄 2 𝐿
2 5
𝑘𝑔⁄ (3,14) × (0,0173 𝑚)
λ = 5100 × = 0,03752
𝑚. 𝑠2 2
8 𝑥 1000 𝑘𝑔⁄ 3 × (6,95 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠) × 1,5 𝑚
3
𝑚

n. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ 𝐿
2 𝑑
1 𝑘𝑔 (1,81 𝑚⁄𝑠)2
∆𝑃 = × (0,03752) × 1000 ⁄𝑚3 × × 1,5 𝑚 = 5329,22 𝑘𝑔⁄𝑚. 𝑠2
2 0,0173 𝑚

o. Kehilangan Tekanan Langsung (J)


𝑘𝑔
𝛥𝑃 5329,22 ⁄𝑚. 𝑠 2 𝑘𝑔
𝐽= = = 3552,81 ⁄𝑚2 . 𝑠 2
𝐿 1,5 𝑚

p. Kesalahan
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
5329,22 − 5100 𝑃𝑎
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100 % = 4,3 %
5329,22 𝑃𝑎

6. Posis Pipa P20 – P21

i. Kehilangan Tekanan
100 𝑃𝑎 𝑘𝑔
∆𝑃 = 58 𝑚𝑏𝑎𝑟 × | | = 5800 𝑃𝑎 = 5800 ⁄
1 𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑚. 𝑠2

j. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 1500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 4,16 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

k. Kecepatan
𝑄 4,16 𝑥 10−4 𝑚3 /𝑠
𝑣= = = 1,81 𝑚⁄𝑠
𝐴 2,3 𝑥 10−4 𝑚2

l. Bilangan Reynold
𝑣 × 𝑑 1,81 𝑚⁄𝑠 𝑥 0,0173 𝑚
𝑅𝑒 = = = 31.290,43
v 10−6 𝑚2 /𝑠

m. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝜋 2 𝑑5
λ = 𝛥𝑃
8𝜌𝑄 2 𝐿
2 5
𝑘𝑔⁄ (3,14) × (0,0173 𝑚)
λ = 5800 × = 0,04267
𝑚. 𝑠2 2
8 𝑥 1000 𝑘𝑔⁄ 3 × (4,16 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠) × 1,5 𝑚
3
𝑚

n. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ 𝐿
2 𝑑
1 𝑘𝑔 (1,81 𝑚⁄𝑠)2
∆𝑃 = × (0,04267) × 1000 ⁄𝑚3 × × 1,5 𝑚 = 6060,70 𝑘𝑔⁄𝑚. 𝑠2
2 0,0173 𝑚

o. Kehilangan Tekanan Langsung (J)


𝑘𝑔
𝛥𝑃 6060,70 ⁄𝑚. 𝑠 2 𝑘𝑔
𝐽= = = 4040,46 ⁄𝑚2 . 𝑠 2
𝐿 1,5 𝑚

p. Kesalahan
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
6060,70 − 5800 𝑃𝑎
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100 % = 4,3 %
6060,70 𝑃𝑎
7. Posis Pipa P1 – P2 : Debit 2500 (L/h)

q. Kehilangan Tekanan
100 𝑃𝑎 𝑘𝑔
∆𝑃 = 16 𝑚𝑏𝑎𝑟 × | | = 1600 𝑃𝑎 = 1600 ⁄
1 𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑚. 𝑠2

r. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 2500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 6,95 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

s. Kecepatan
𝑄 6,95 𝑥 10−4 𝑚3 /𝑠
𝑣= = = 1,23 𝑚⁄𝑠
𝐴 5,64 𝑥 10−4 𝑚2

t. Bilangan Reynold
𝑣 × 𝑑 1,23 𝑚⁄𝑠 𝑥 0,0268 𝑚
𝑅𝑒 = = = 32.964
v 10−6 𝑚2 /𝑠

u. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝜋 2 𝑑5
λ = 𝛥𝑃
8𝜌𝑄 2 𝐿
2 5
𝑘𝑔⁄ (3,14) × (0,0268 𝑚)
λ = 1600 × = 0,03762
𝑚. 𝑠2 2
8 𝑥 1000 𝑘𝑔⁄ 3 × (6,95 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠) × 1,5 𝑚
3
𝑚

v. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ 𝐿
2 𝑑
1 𝑘𝑔 (1,23 𝑚⁄𝑠)2
∆𝑃 = × 0,03762 × 1000 ⁄𝑚3 × × 1,5 𝑚 = 1590,28 𝑘𝑔⁄𝑚. 𝑠2
2 0,0268 𝑚

w. Kehilangan Tekanan Langsung (J)


𝑘𝑔
𝛥𝑃 1590,28 ⁄𝑚. 𝑠 2 𝑘𝑔
𝐽= = = 1060,18 ⁄𝑚2 . 𝑠 2
𝐿 1,5 𝑚

x. Kesalahan
𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 − 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
1600 − 1590,28 𝑃𝑎
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100 % = 0,45%
1600 𝑃𝑎

8. Posis Pipa P18 – P19 : Debit 2500 (L/h)

q. Kehilangan Tekanan
100 𝑃𝑎 𝑘𝑔
∆𝑃 = 118 𝑚𝑏𝑎𝑟 × | | = 11800 𝑃𝑎 = 11800 ⁄
1 𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑚. 𝑠2

r. Volume Aliran / Debit


𝑙 1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 2500 ⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 6,95 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

s. Kecepatan
𝑄 6,95 𝑥 10−4 𝑚3 /𝑠
𝑣= = −4 2
= 3,021 𝑚⁄𝑠
𝐴 2,3 𝑥 10 𝑚

t. Bilangan Reynold
𝑣 × 𝑑 3,021 𝑚⁄𝑠 𝑥 0,0173 𝑚
𝑅𝑒 = = = 52.263,3
v 10−6 𝑚2 /𝑠

u. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝜋 2 𝑑5
λ = 𝛥𝑃
8𝜌𝑄 2 𝐿
2 5
𝑘𝑔⁄ (3,14) × (0,0173 𝑚)
λ = 11800 × = 0,031104
𝑚. 𝑠2 2
8 𝑥 1000 𝑘𝑔⁄ 3 × (6,95 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠) × 1,5 𝑚
3
𝑚

v. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ 𝐿
2 𝑑
1 𝑘𝑔 (3,021 𝑚⁄𝑠)2
∆𝑃 = × (0,031104) × 1000 ⁄𝑚3 × × 1,5 𝑚 = 12.306 𝑘𝑔⁄𝑚. 𝑠2
2 0,0173 𝑚

w. Kehilangan Tekanan Langsung (J)


𝑘𝑔
𝛥𝑃 12.306 ⁄𝑚. 𝑠 2 𝑘𝑔
𝐽= = = 8204 ⁄𝑚2 . 𝑠 2
𝐿 1,5 𝑚

x. Kesalahan
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
12.306 − 11.800 𝑃𝑎
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100 % = 4,11 %
12.306 𝑃𝑎

9. Posis Pipa P20 – P21

q. Kehilangan Tekanan
100 𝑃𝑎 𝑘𝑔
∆𝑃 = 135 𝑚𝑏𝑎𝑟 × | | = 13500 𝑃𝑎 = 13500 ⁄
1 𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑚. 𝑠2

r. Volume Aliran / Debit


𝑙 1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 2500 ⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 6,95 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

s. Kecepatan
𝑄 6,95 𝑥 10−4 𝑚3 /𝑠
𝑣= = −4 2
= 3,021 𝑚⁄𝑠
𝐴 2,3 𝑥 10 𝑚

t. Bilangan Reynold
𝑣 × 𝑑 3.021 𝑚⁄𝑠 𝑥 0,0173 𝑚
𝑅𝑒 = = = 52.263,3
v 10−6 𝑚2 /𝑠

u. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝜋 2 𝑑5
λ = 𝛥𝑃
8𝜌𝑄 2 𝐿
2 5
𝑘𝑔⁄ (3,14) × (0,0173 𝑚)
λ = 13500 × = 0,03558
𝑚. 𝑠2 2
8 𝑥 1000 𝑘𝑔⁄ 3 × (6,95 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠) × 1,5 𝑚
3
𝑚

v. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ 𝐿
2 𝑑
1 𝑘𝑔 (3,021 𝑚⁄𝑠)2
∆𝑃 = × (0,03558) × 1000 ⁄𝑚3 × × 1,5 𝑚 = 14.077,40 𝑘𝑔⁄𝑚. 𝑠2
2 0,0173 𝑚

w. Kehilangan Tekanan Langsung (J)


𝑘𝑔
𝛥𝑃 14.077,40 ⁄𝑚. 𝑠 2 𝑘𝑔
𝐽= = = 9.384,93 ⁄𝑚2 . 𝑠 2
𝐿 1,5 𝑚

x. Kesalahan
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
14.077,40 − 13.500 𝑃𝑎
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100 % = 4,10 %
14.077,40 𝑃𝑎
10. Posisi Pipa P2 – P3 : Debit 500 (L/h)

y. Kehilangan Tekanan
1 𝑏𝑎𝑟 1,0𝑥105
∆𝑃 = 3 𝑚𝑏𝑎𝑟 × 𝑥 = 300 𝑝𝑎
1000 1 𝑏𝑎𝑟

z. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 1,38 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

aa. Kecepatan
𝑄 1,38 𝑥 10−4 𝑚3 /𝑠
𝑣= = = 0,2446 𝑚⁄𝑠
𝐴 5,64 𝑥 10−4 𝑚2

bb. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


∝ 𝐷
( ) [0,131 + 1,847 ( )
𝜋 2𝑅𝑜
1 𝑑𝑚 1𝑚
3,14 26,8 𝑚𝑚 𝑥 100𝑚𝑚 𝑥
=( ) [0,131 + 1,847 ( 10𝑑𝑚 )] = 1,078
3,14 1 𝑑𝑚 1𝑚
2 𝑥 13,4 𝑚𝑚 𝑥 100𝑚𝑚 𝑥
10𝑑𝑚
cc. Kehilangan Tekanan Teoritis
1 𝑣2
∆𝑃 = λρ
2 𝑑

1 𝑘𝑔 ( 0,2446)
∆𝑃 = × 1,978 𝑥 999 ⁄𝑚3 × = 29,55 𝑝𝑎
2 2

11. Posis Pipa P13 – P14 : Debit 500 (L/h)

a. Kehilangan Tekanan
1 𝑏𝑎𝑟 1,0𝑥105
∆𝑃 = 3 𝑚𝑏𝑎𝑟 × 𝑥 = 800 𝑝𝑎
1000𝑚𝑏𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑟

b. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 1,38 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

c. Kecepatan
𝑄 500 𝑑𝑚3 1𝑚 1ℎ
𝑣= = −2 2
𝑥 𝑥 = 0,1738 𝑚⁄𝑠
𝐴 7,99𝑥10 𝑑𝑚 10𝑑𝑚 3600𝑠

d. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝑠1
𝐶 = (0,63 + 0,36( )2 )
𝑠2
2,35 𝑥 104 𝑚𝑚 2
= 0,63 + 0,36 ( ) = −,6966
5,64 𝑥10−4 𝑚𝑚
1
𝑠 = ( − 1)2
𝑐
1
=( − 1)2 = 0,1896
0,6966

e. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ
2 𝑑

1 𝑘𝑔 ( 0,1738𝑚/𝑠2)
∆𝑃 = × 0,1896 𝑥 999 ⁄𝑚3 × = 1,43 𝑝𝑎
2 2

f. Kehilangan tekanan total


P praktek + P teori

1 𝑏𝑎𝑟 1000 𝑏𝑎𝑟


4001,43 𝑝𝑎 𝑥 = 4-,0143
105 𝑝𝑎 1 𝑏𝑎𝑟

12. Posis Pipa P20 – P21 : Debit 500 L/h

a. Kehilangan Tekanan
1 𝑏𝑎𝑟 1,0𝑥105
∆𝑃 = 1 𝑚𝑏𝑎𝑟 × 𝑥 = 100 𝑝𝑎
1000𝑚𝑏𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑟

b. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 1,38 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

c. Kecepatan
3
𝑄 1,38 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
𝑣= = = 0,2446 𝑚/𝑠
𝐴 5,64𝑥104 𝑚2

d. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝑠1
𝐶 = (0,63 + 0,36( )2 )
𝑠2
2,35 𝑥 104 𝑚𝑚 2
= 0,63 + 0,36 ( ) = 0,6966
5,64 𝑥10−4 𝑚𝑚
1
𝑠 = ( − 1)2
𝑐
1
=( − 1)2 = 0,1896
0,6966

e. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ
2 𝑑

1 𝑘𝑔 ( 0,2466𝑚/𝑠2)
∆𝑃 = × 0,1896 𝑥 999 ⁄𝑚3 × = 29,55 𝑝𝑎
2 2
f. Kehilangan tekanan total

P praktek + P teori
4000 + 29,55 𝑝𝑎
1 𝑏𝑎𝑟 1000 𝑏𝑎𝑟
4029,55 105
𝑥 1 𝑏𝑎𝑟 = 40,2955 mbar

13. Posisi Pipa P2 – P3 : Debit 1500 (L/h)

dd. Kehilangan Tekanan


1 𝑏𝑎𝑟 1,0𝑥105
∆𝑃 = 8 𝑚𝑏𝑎𝑟 × 𝑥 = 800 𝑝𝑎
1000 1 𝑏𝑎𝑟

ee. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 1500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 4,16 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

ff. Kecepatan
𝑄 4,16 𝑥 10−4 𝑚3 /𝑠
𝑣= = = 0,7375 𝑚⁄𝑠
𝐴 5,64 𝑥 10−4 𝑚2

gg. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


∝ 𝐷
( ) [0,131 + 1,847 ( )
𝜋 2𝑅𝑜
1 𝑑𝑚 1𝑚
3,14 26,8 𝑚𝑚 𝑥 𝑥
=( ) [0,131 + 1,847 ( 100𝑚𝑚 10𝑑𝑚 )] = 1,978
3,14 1 𝑑𝑚 1𝑚
2 𝑥 13,4 𝑚𝑚 𝑥 𝑥
100𝑚𝑚 10𝑑𝑚

hh. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ
2 𝑑

1 𝑘𝑔 ( 0,7375)
∆𝑃 = × 1,978 𝑥 999 ⁄𝑚3 × = 268,69 𝑝𝑎
2 2

14. Posis Pipa P13 – P14 : Debit 500 (L/h)

f. Kehilangan Tekanan
1 𝑏𝑎𝑟 1,0𝑥105
∆𝑃 = 40 𝑚𝑏𝑎𝑟 × 𝑥 = 4000 𝑝𝑎
1000𝑚𝑏𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑟

g. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 1500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 4,16 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

h. Kecepatan
𝑄 1500 𝑑𝑚3 1𝑚 1ℎ
𝑣= = −2 2
𝑥 𝑥 = 0,5214 𝑚⁄𝑠
𝐴 7,99𝑥10 𝑑𝑚 10𝑑𝑚 3600𝑠

i. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝑠1
𝐶 = (0,63 + 0,36( )2 )
𝑠2
2,35 𝑥 104 𝑚𝑚 2
= 0,63 + 0,36 ( ) = −,6966
5,64 𝑥10−4 𝑚𝑚
1
𝑠 = ( − 1)2
𝑐
1
=( − 1)2 = 0,1896
0,6966

j. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ
2 𝑑

1 𝑘𝑔 ( 0,5214 𝑚/𝑠2)
∆𝑃 = × 0,1896 𝑥 999 ⁄𝑚3 × = 12,87 𝑝𝑎
2 2

f. Kehilangan tekanan total

P praktek + P teori

ΔP praktek + ΔP teori

4000 + 12,87 𝑝𝑎
1 𝑏𝑎𝑟 1000 𝑏𝑎𝑟
4012,87 105
𝑥 1 𝑏𝑎𝑟 = 40,1287 mbar

15. Posis Pipa P20 – P21 : Debit 500 L/h


a. Kehilangan Tekanan
1 𝑏𝑎𝑟 1,0𝑥105
∆𝑃 = 4 𝑚𝑏𝑎𝑟 × 𝑥 = 400 𝑝𝑎
1000𝑚𝑏𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑟

b. Volume Aliran / Debit


1 𝑑𝑚3 1𝑚3 1ℎ 3
𝑄 = 1500 𝑙⁄ℎ × | | | 3 3| | | = 4,16 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
1𝐿 10 𝑑𝑚 3600𝑠

c. Kecepatan
3
𝑄 4,16 × 10−4 𝑚 ⁄𝑠
𝑣= = = 0,7375 𝑚/𝑠
𝐴 5,64𝑥104 𝑚2

d. Koefisien Kehilangan Tekanan (λ)


𝑠1
𝐶 = (0,63 + 0,36( )2 )
𝑠2
2,35 𝑥 104 𝑚𝑚 2
= 0,63 + 0,36 ( ) = 0,6966
5,64 𝑥10−4 𝑚𝑚
1
𝑠 = ( − 1)2
𝑐
1
=( − 1)2 = 0,1896
0,6966

e. Kehilangan Tekanan Teoritis


1 𝑣2
∆𝑃 = λρ
2 𝑑

1 𝑘𝑔 ( 0,7375 𝑚/𝑠2)
∆𝑃 = × 0,1896 𝑥 999 ⁄𝑚3 × = 25,755 𝑝𝑎
2 2

f. Kehilangan tekanan total

ΔP praktek + ΔP teori

4000 + 25,755 𝑝𝑎
1 𝑏𝑎𝑟 1000 𝑏𝑎𝑟
425,755 105
𝑥 1 𝑏𝑎𝑟 = 4,25755 mbar

 Pipa Venturi
A. Laju Alir Volume 500 L/jam
 Kehilangan Tekanan
∆P = 10 mbar
1 bar 1,0 x 105 Pa
= 10 mbar |1000 mbar| | = 1000 Pa = 1000 kg/ms 2
1 bar

 Laju Alir/Debit
∆P . π2
Q=√ 1 1
8 . ρ ( 4 − 4)
d D

22 2
1.000 kg/ms2 . ( )
7
=√
1 1
8 . 999 kg/m3 { 4− 4}
(13,9 x 10−3 𝑚) (26,7 x 10−3 𝑚)

9.877 kg/ms2
=√
7.992 kg/m3 (24.820.349,19 m−4 )

9.877,55102 kg m3 /s2
=√
1,9836 x 1011 kg/m3

2
= √4,97960 x 10−8 m6 /s
= 2,23150 x 10−4 m3 /s

 Koefisien Gesekan
Q = K √∆P
Q 2,23150 x 10−4 m3 /s 2,23150 x 10−4
K= = = = 7,056 x 10−6
√∆P √1000 kg/ms2 31,6227766

 Kehilangan Tekanan Secara Teori


Q 2,23150 x 10−4 m3 /s
V1 = = = 0,3956 m/s
A1 5,64 x 10−4 m2
m3
Q 2,23150 x 10−4 s
V2 = = = 0,94957 m/s
A2 2,35 x 10−4 m2
1
∆P = . ρ (V2 2 − V1 2 )
2
1
=2 . 999 kg/m3 {(0,94957 m/s)2 − (0,3956 m/s)2 }
= 499,5 kg/m3 (0,74518 m2 /s2 )
= 372,21932 kg/ms2
= 372,21932 Pa

 Pipa Orifice (P8-P9)


A. Laju Alir Volume 500 L/jam
 Kehilangan Tekanan
∆P = 7 mbar
1 bar 1,0 x 105 Pa
= 7 mbar |1000 mbar| | = 700 Pa
1 bar

= 700 kg/ms 2

 Laju Alir/Debit
∆P . π2
Q=√ 1 1
8 . ρ ( 4 − 4)
d D

22 2
700 kg/ms2 . ( )
7
=√
1 1
8 . 999 kg/m3 { 4− 4}
−3
(17,24 x 10 ) (26,7 x 10−3 )

6914,2857 kg/ms2
=√
7.992 kg/m3 (9.352.435,814 m−4 )

6914,2857 kg m3 /s2
=√
7,474 x 1010 kg/m3
= √9.251118 x 10−8
= 3,04156 x 10−4 m3 /s

 Koefisien Gesekan
Q = K √∆P
Q 3,04156 x 10−4 m3 /s 3,04156 x 10−4
K= = = = 1,1496 x 10−5
√∆P √700 kg/ms2 26,4575

 Kehilangan Tekanan Secara Teori


Q 3,04156 x 10−4 m3 /s
V1 = = = 0,5392 m/s
A1 5,64 x 10−4 m2
Q 3,04156 x 10−4 m3 /s
V2 = = = 1,2942 m/s
A2 2,35 x 10−4 m2
1
∆P = . ρ (V2 2 − V1 2 )
2
1
= 2 . 999 kg/m3 {(1,2942 m/s)2 − (0,5392 m/s)2 }
= 499,5 kg/m3 (1,38422 m2 /s2 )
= 691,41789 kg/ms2
= 691,41789 Pa
 Pipa Venturi
B. Laju Alir Volume 1500 L/jam
 Kehilangan Tekanan
∆P = 53 mbar
1 bar 1,0 x 105 Pa
= 53 mbar |1000 mbar| | = 5300 Pa = 5300 kg/ms 2
1 bar
 Laju Alir/Debit
∆P . π2
Q=√ 1 1
8 . ρ ( 4 − 4)
d D

22 2
5.300 kg/ms2 . ( )
7
=√
1 1
8 . 999 kg/m3 { 4− 4}
(13,9 x 10−3 𝑚) (26,7 x 10−3 𝑚)

52351.02041 kg/ms2
=√
7.992 kg/m3 (24.820.349,19 m−4 )

52351.02041 kg m3 /s2
=√
1,9836 x 1011 kg/m3

2
= √26,391924 x 10−8 m6 /s
= 5,13730 x 10−4 m3 /s

 Koefisien Gesekan
Q = K √∆P
Q 5,13730 x 10−4 m3 /s 5,13730 x 10−4
K= = = = 1.624557 x 10−5
√∆P √1000 kg/ms2 31,6227766

 Kehilangan Tekanan Secara Teori


Q 5,13730 x 10−4 m3 /s
V1 = = = 0,91086 m/s
A1 5,64 x 10−4 m2
Q 5,13730 x 10−4 m3 /s
V2 = = = 2,1860 m/s
A2 2,35 x 10−4 m2
1
∆P = . ρ (V2 2 − V1 2 )
2
1
= 2 . 999 kg/m3 {(2,1860 m/s)2 − (0,91086 m/s)2 }
= 499,5 kg/m3 (3,94893006m2 /s2 )
= 1972,490565 kg/ms2
= 1972,490565 Pa

 Pipa Orifice (P8-P9)


B. Laju Alir Volume 1500 L/jam
 Kehilangan Tekanan
∆P = 42 mbar
1 bar 1,0 x 105 Pa
= 42 mbar |1000 mbar| | = 4200 Pa
1 bar

= 4200 kg/ms2
 Laju Alir/Debit
∆P . π2
Q=√ 1 1
8 . ρ ( 4 − 4)
d D

22 2
4200 kg/ms2 . ( )
7
=√
1 1
8 . 999 kg/m3 { 4− 4}
−3
(17,24 x 10 ) (26,7 x 10−3 )

41485.71429 kg/ms2
=√
7.992 kg/m3 (9.352.435,814 m−4 )

41485.71429 kg/ms2
=√
7,474 x 1010 kg/m3

= √55,5067 x 10−8
= 7,450282x 10−4 m3 /s

 Koefisien Gesekan
Q = K √∆P
Q 7,450282x 10−4 m3 /s 7,450282x 10−4
K= = = = 2,8159 x 10−5
√∆P √700 kg/ms2 26,4575

 Kehilangan Tekanan Secara Teori


Q 7,450282x 10−4 m3 /s
V1 = = = 1,32097 m/s
A1 5,64 x 10−4 m2
Q 7,450282x 10−4 m3 /s
V2 = = = 3,17033 m/s
A2 2,35 x 10−4 m2
1
∆P = . ρ (V2 2 − V1 2 )
2
1
= 2 . 999 kg/m3 {(3,17033 m/s)2 − (1,32097 m/s)2 }
= 499,5 kg/m3 (8,306030568 m2 /s 2 )
= 4148,862269 kg/ms2
= 4148,862269 Pa

 Pipa Venturi (P11 – P12)


C. Laju Alir Volume 2500 L/jam
 Kehilangan Tekanan
∆P = 135 mbar
1 bar 1,0 x 105 Pa
= 135 mbar | | | = 13.500 Pa = 13.500 kg/ms2
1000 mbar 1 bar

 Laju Alir/Debit
∆P . π2
Q=√ 1 1
8 . ρ ( 4 − 4)
d D

13.500 kg/ms2 . (3,14)2


=
√8 . 999 kg/m3 {
1

1
4 4}
(13,9 x 10−3 𝑚) (26,7 x 10−3 𝑚)

133.104,6 kg/ms2
=√
7.992 kg/m3 (24.820.349,19 m−4 )

133.104,6 kg m3 /s2
=√
1,9836 x 1011 kg/m3

2
= √6,710110967 x 10−7 m6 /s
= 8,191526699 x 10−4 m3 /s
 Koefisien Gesekan
Q = K √∆P
Q 8,191526699 x 10−4 m3 /s 8,191526699 x 10−4
K= = =
√∆P √13.500 kg/ms2 116,1895004
−6
= 7,050143663 x 10

 Kehilangan Tekanan Secara Teori


3
−4 𝑚
Q 8,191526699 x 10
V1 = = 𝑠 = 1,452398351 m/s
A1 5,64 x 10−4 m2
m3
Q 8,191526699 x 10−4 s
V2 = = = 3,485756042 m/s
A2 2,35 x 10−4 m2
1
∆P = . ρ (V2 2 − V1 2 )
2
1
= 2 . 999 kg/m3 {(3,485756042 m/s)2 − (1,452398351 m/s)2 }
𝑚2 𝑚2
= 499,5 kg/m3 {(12,15049518 ) − (2,10946097 )}
𝑠2 𝑠2
= 5.015,496588 kg/ms2
= 5.015,496588 Pa

 Pipa Orifice (P8-P9)


C. Laju Alir Volume 2500 L/jam
 Kehilangan Tekanan
∆P = 110 mbar
1 bar 1,0 x 105 Pa
= 110 mbar | | | = 11000 Pa = 11000 kg/ms2
1000 mbar 1 bar

 Laju Alir/Debit
∆P . π2
Q=√ 1 1
8 . ρ ( 4 − 4)
d D

11000 kg/ms2 . (3,14)2


=
√8 . 999 kg/m3 {
1 1
4− 4}
(17,24 x 10−3 𝑚) (26,7 x 10−3 𝑚)

108455,6 kg/ms2
=√
7.992 kg/m3 (9.352.435,814 m−4 )

108455,6 kg m3 /s2
=√
7,474466703 x 1010 kg/m3

= √1,451014558 x 10−6
= 1,204580657 x 10−3 m3 /s

 Koefisien Gesekan
Q = K √∆P
Q 1,204580657 x 10−3 m3 /s 1,204580657 x 10−3
K= = =
√∆P √11000 kg/ms2 104,8808848
= 1,148522592 x 10−5

 Kehilangan Tekanan Secara Teori


Q 1,204580657 x 10−3 m3 /s
V1 = = = 2,135781307 m/s
A1 5,64 x 10−4 m2
Q 1,204580657 x 10−3 m3 /s
V2 = = = 5,125875136 m/s
A2 2,35 x 10−4 m2
1
∆P = . ρ (V2 2 − V1 2 )
2
1
=2 . 999 kg/m3 {(5,125875136 m/s)2 − (2,135781307 m/s)2 }
= 499,5 kg/m3 (21,71303412 m2 /s 2 )
= 10845,66054 kg/ms2
= 10845,66054 Pa
ANALISA DATA
Pada percobaan kali ini tentang “penurunan tekanan dalam pipa “ yang
lurus,singularitas,venturi,orifice, dan valve yang dapat di analisa dan diibandingkan
tekanan baik secara praktek maupun teoritis. Penurunan tekanan ini disebabkan dari gaya
gesek pada fluida pada sambungan pipa , dan perubahan luas penampang atau ukuran
pipa.pada praktikum ini digunakan debit aliran dengan beberapa varian yaitu
500,1500,2500 liter per hour dapat dianalisa secara langsung bahwa semakin besar
volume alir atau debit yang diberikan maka semakin besar pula kecepatan aliran fluida
yang mengalir baik diamati secara praktikum dan teoritis.

Pada percobaan kedua atau singularitas pipa yaitu pengecilan pipa dimana pipa kedua
lebih kecil diameternya dari pipa pertama. Pada saat pengecilan kerugian kehilangan
tekanan akan membesar dikarenakan apabila diameter pipa berukuran kecil akan
menyebabkan gesekan antara fluida denan pipa semakin besar dan menyebabkan
penurunan tekanan yang lebih kecil dbandingkan dengan pipa yang cenderung lebih
besar.contohnya pada pembesaran pipa (14-15) untuk debit ke 500 liter per hour di
dapatkan 1 Mbar nilai yang didapatkan lebih kecil dibandingkan dengan pengecilan pipa
(13-14) penurunan 8 Mbar.

Kemudian pada percobaan ketiga yaitu pengukuran beda tekanan terhadap


pemasangan venturimeter,orificemeter, dan valve. Pada P11-P12 kehilangan tekanan
yang didapat yaitu 1000 pascal dengan laju aliran volumenya sebesar
2,23150 x 10−4 m3 /s secara teoritis kehilangan tekanan yaitu 372,21932 kg/ms 2

Pada praktikum ini diilakukan dengan manometer digital , yang dimana pada pipa
akan diukur, dikoneksikan dengan konverter (+) dan konverter (-). hal yang perlu
diperhatikan yaitu pada saat laju alir bagian depan, karena jika salah atau terbalik dalam
pemasangan konektor nilai yang didapat akan bernilai negatif.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa :
1. Apabila laju alir fluida / debit semakin besar maka kehilngan tekananya juga semakin
besar karena semakin besar laju alir fluida maka gerakanya akan semakin besar

2. Kehilangan tekanan dalam suatu aliran fluida dalam pipa dapat disebabkan oleh adanya
sambungan pipa yang menyebabkan adanya gesekan fluida terhadap pipa.

Anda mungkin juga menyukai