Disusun oleh :
Nama :
Kelas : 5 EGD
PALEMBANG 2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah S.W.T karena berkat
taufik dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Eksergi dimana
selama pembuatan makalah ini penyusun mendapatkan bimbingan dan arahan serta
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat berjalan dengan baik.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
ii
3.3 Tabel Perhitungan Teori .................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Energi panas bumi telah diidentifikasi sebagai sumber daya energi yang berkelanjutan
dan penghasil emisi rendah.
melaporkan bahwa sumber daya ini memiliki CO2 rendah, karakteristik emisi. Energi panas
bumi juga merupakan sumber daya non-intermiten untuk menyediakan listrik beban dasar.
Penggunaan energi panas bumi untuk pembangkit listrik pada awalnya direalisasikan di
Lardrello, Italia pada tahun 1904, di mana uap panas bumi digunakan untuk menggerakkan
turbin kecil yang digunakan untuk menyalakan bola lampu. Program ini diperpanjang dan
pada tahun 1913, sebuah pabrik dengan kapasitas 250kW terhubung ke sistem grid Italia.
Pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi terus berlanjut hingga hari ini,
menggunakan berbagai teknologi termasuk uap kering, dan siklus flash dan biner. Bertani
melaporkan bahwa pembangkit listrik tenaga panas bumi di seluruh dunia menghasilkan
10.898 MW daya dan menghasilkan
67.246 GW jam listrik hingga 2010. Meskipun jumlah listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit panas bumi kecil, pengembangan teknologi ini di masa depan menjadi menarik
karena meningkatnya fosil. - Biaya bahan bakar karena sumber bahan bakar ini semakin
menipis.
Dengan potensi besar untuk penggunaan energi panas bumi, Indonesia berencana untuk
meningkatkan produksi listrik panas bumi dari 1196 menjadi 9500 MW pada tahun 2025.
Untuk mencapai target itu, diperlukan kebijakan yang tepat untuk mendorong industri panas
bumi. Saat ini, total kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi yang terpasang di
Indonesia adalah 1196MW dari tujuh lokasi pembangkit listrik: Darajat (260 MW), Dieng
(60 MW), Kamojang (200 MW), Gunung Salak (377 MW), Sibayak (12 MW), Lahendong
(60 MW), dan Wayang Windu (227).
Perkembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi memiliki dua cara: pembangunan
pembangkit listrik baru dengan bidang baru dan peningkatan efisiensi termal dari
pembangkit listrik yang ada. Peningkatan efisiensi termal ini dapat diwujudkan dengan
menggunakan analisis exergi dan energi. Analisis ini telah digunakan oleh beberapa peneliti
sebagai alat yang kuat untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi proses penurunan
energi, karena memungkinkan jenis, lokasi dan jumlah energi yang hilang dievaluasi.
1
Evaluasi termodinamika dilakukan di pembangkit listrik tenaga panas bumi Kizildere di
(Denizli, Turki pada. Ozgner et al). melakukan analisis energi dan exergi
komprehensif dari sistem pemanas distrik panas bumi Salihli dan komponen-
komponen penting.
2. Berapa besar eksergi loss setiap komponen pada sistem PLTPB Dieng
Single-Flash ?
1.3. Tujuan
2
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1. Eksergi
Dasar dari analisis eksergi pertama kali dikenalkan oleh Carnot pada
tahun 1824 dan Clausius pada tahun 1865. Penelitian menggunakan analisis
eksergi itu sendiri telah dilakukan pada akhir abad ke-18. Pada tahun 1889 Gouy
meneliti tentang konsep eksergi dari useable energi (energi yang berguna) untuk
sistem tertutup. Dalam konsep ini juga dinyatakan bahwa energi yang hilang selama
proses sama dengan perubahan entropi proses itu. Kemudian konsep ini terus
dikembangkan melalui penelitian-penelitian selanjutnya. Baru pada tahun 1939
Bosjankovic mulai mengembangkannya dengan mempublikasikan dua paper yang
mengembangkan konsep Hukum Kedua Termodinamika. Paper ini menjadi begitu
penting bagi perkembangan konsep eksergi. Penggunaan kata exergy itu sendiri
dikenalkan pertama kali oleh Bosjankovic pada tahun 1960, Trepp pada tahun
1961, dan Baehr tahun 1962, dan sejak itu exergy mulai dikenalkan sebagai work
capacity atau available work (Basri, 2011).
3
2.1.2. Dead State
d. Eksergi dilihat sebagai kerja teoritis maksimum yang diperoleh dari suatu
sistem kombinasi ditambah lingkungan sebagai suatu sistem yang bergerak dari
4
keadaan menuju ke keadaan mati (kesetimbangan). Atau, eksergi dapat
dianggap sebagai kerja teoritis minimum yang diperlukan untuk membawa
sistem dari keadaan mati (kesetimbangan) menuju ke keadaan lain.
5
panasbumi dilakukan dengan cara mengebor tanah di daerah yang berpotensi untuk
membuat lubang gas panas yang akan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap
(boiler) sehingga uapnya bisa menggerakkan turbin uap yang tersambung ke
Generator.
6
menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu
dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator untuk
menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger
inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle Power Plants
ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer
2. Flasher
3. Separator adalah tempat untuk memisahkan uap dari air atau tempat untuk
memisahkan uap dari partikel padat dan mist. Bentuk fisik dari separator dan gaya
gravitasi yang bekerja memungkinkan uap bergerak ke atas dan air beserta
partikel padat jatuh ke bawah. Dengan cara ini, maka uap akan terpisahkan dari air
dan partikel padat. Uap selanjutnya masuk ke pipa alir uap dan air beserta partikel
padat selanjutnya masuk ke pipa alir brine.
5. Canal (Saluran)
Saluran yang berfungsi menyalurkan dari Kolam penampungan (Pond) ke Flasher
7
6. Turbin adalah suatu mesin penggerak dimana energi fluida kerja, dalam hal ini
adalah uap, dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin. Bagian turbin
yang berputar dinamakan roda turbin. Roda turbin ini terletak didalam rumah
turbin. Roda turbin memutar poros yang menggerakan atau memutar bebannya,
yang dalam hal ini adalah generator listrik. Secara umum, terdapat dua jenis turbin
yaitu turbin tanpa kondenser ( Atmospheric Exhaust/Back Pressure Turbine)
dimana yang keluar dari turbin langsung dibuang ke udara dan turbin dengan
kondenser dimana fluida yang keluar dari turbin dialirkan ke kondenser untuk
dikondensasikan. Turbin kondensor dilengkapi dengan kondensor (condensing
unit). Uap (baik yang berupa uap kering ataupun uap hasil separasi) yang keluar
dari turbin dimasukkan ke dalam kondensor dengan tekanan vakum sehingga
output power yang dihasilkan menjadi lebih tinggi dan menjadi lebih efisien. Uap
keluaran dari turbin diubah menjadi kondensat di dalam kondensor. Kondensat
dapat dikembalikan atau direinjeksikan ke dalam reservoar.
7. Generator
Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah energi
mekanik putaran poros turbin menjadi energi listrik.
8. Purifier
Air purifier adalah alat penjernih udara yang berfungsi untuk menjaga agar udara dalam
ruangan tetap bersih. Penjernih udara atau air purifier bekerja dengan cara menghisap
udara yang ada di sekitar lalu menyalurkan kembali udara tersebut melalui filter yang
berfungsi untuk menangkap virus dan bakteri di udara. Sehingga udara yang keluar dari air
purifier akan menjadi lebih bersih dan juga sehat.
9. Cooling Tower
Menara pendingin merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menurunkan
suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke
atmosfir. Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air
diuapkan ke aliran udara yang bergerakdan kemudian dibuang ke atmosfir
8
10. Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin
dengan kondisi tekanan yang hampa.. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas
kondensor, kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh
air pendingin yang diinjeksikan melalui spray nozzle. Uap bekas yang tidak
terkondensasi dikeluarkan dari kondensor oleh ejector. Ejector ini juga berfungsi
untuk mempertahankan hampa kondensor pada saat operasi normal dan membuat
hampa kondensor sewaktu start awal. Air kondensat ( Main Condenser ) dialirkan
ke menara pendingin ( Cooling Tower ) untuk didinginkan ulang sebelum
disirkulasikan kembali ke kondensor. Pada saat sedang operasi normal, tekanan
dalam kondensor adalah 0,133 bar, dan kebutuhan air pendingin adalah 11.800
m3/jam. PLTP Kamojang menggunakan kondensor kontak langsung yang dipasang
dibawah turbin, karena kondensor kontak langsung memiliki efisiensi perpindahan
panas yang jauh lebih besar daripada kondensor permukaan, sehingga ukuran dan
biaya investasinya juga lebih kecil. Pemakaian kondensor ini sangat cocok karena
pembangkit listrik tenaga panas bumi memiliki siklus terbuka sehingga tidak
diperlukan system pengambilan kembali kondensat seperti yang dilakukan oleh
PLTU konvesional.
11. Aftercooler
Proses Pendinginan setelah keluar dari Intercooler
9
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan PLTPB
a. Keuntungan PLTPB
1) Bersih, pembangkit listrik ini tidak menggunakan bahan bakar fosil sebagai
sumber energinya. Jadi tidak melepas emisi gas juga tidak merusak atmosfer dan
ini terletak di sekitar sumber energi sehingga sumber energi tersebut terus menerus
terpenuhi.
4) Geothermal merupakan jenis energi terbarukan yang relatif tidak akan habis.
(pencemaran udara, pencemaran suara, serta tidak menghasilkan emisi karbon dan
tidak menghasilkan gas, cairan, maupun material beracun lainnya). Panas bumi
surya dan angin, bersifat konstan sepanjang musim juga dapat dihasilkan sepanjang
waktu.
minimal, tidak seperti, misalnya pada energi surya yang membutuhkan area yang
luas dan banyak air untuk pendinginan. Pembangkit panas bumi hanya memerlukan
lahan seluas 3,5 km2 per gigawatt untuk produksi listrik. Air yang dibutuhkan hanya
10
b. Kekurangan PLTPB
2. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng
tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat
permukaan.
daerah itu terdapat banyak sumber air panas yang mengeluarkan gas yang bersifat
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 merangkum nilai eksergi yang dihitung dan nilai efisiensi hukum kedua di
berbagai komponen instalasi. Aliran eksergi dalam sistem tersebut terdiri dari energi input dan
output yang sesuai dengan aliran massa yang masuk dan keluar dari sistem.
Untuk komponen pertama dalam tabel, separator memiliki input eksergi dari campuran
uap-air melalui sumur 59,52 MW. Eksergi ini dihitung berdasarkan laju aliran massa yang
memasuki pabrik, entalpi dan entropi. Properti ini ditentukan dengan mengansumsikan nilai
suhu reservoir di bawah kondisi jenuh cair. Keluaran eksergi yang meninggalkan separator
terdiri dari uap yang diangkut ke turbin dan air garam yang mengalir ke sumur penginjeksian
kembali. Efisiensi hokum keuda dari komponen ini adalah 86,5%, sebagaimana ditentukan
dengan membagi output eksergi dengan input exergy. Proses yang terjadi dalam system tidak
dapat dibalikkan karena gesekan dan perpindahan panas di beberapa bagian komponen
peralatan. Generator turbin memiliki peran penting dslam mengubah energi panas menjadi
listrik. Data actual pembangkit listrik digunalan untuk menghitung eksergi pada komponen
ini.
Perhitungan analaisis hokum kedua dilakukan dengan membagi output exergy dengan
input exergy. Efisiensi hokum keuda dari separator diperkirakan 86,50%. Efisiensi hokum
kedua ini dipengaruhi oleh entalpi cairan dari reservoir dan suhu sekitar di Dieng. Nilai
efisiensi hukum kedua lainnya diseparator dihitung 68% di pembangkit listrik Olkaria.
Efisiensi yang rendah ini adalah entalpi fluida yang tinggi, mencapai lebih dari 2000 kJ/kg dan
suhu sekitar 20◦C di pabrik itu. Untuk keseluruhan pabrik, efisiensi hukum kedua dihitung
menjadi 36,48%. Ini berasal dari daya keluaran yang dihasilkan dibagi dengan input eksergi
yang diperoleh dari fluida panas bumi.
12
Jumlah input dan output energi dan efisiensi hukum kedua untuk komponen pabrik,
seperti pemisah scrubber, generator, turbin, condenser, intercondensor, aftercooler, dan
Menara pendingin disajikan pada Tabel 2. Ditemukan bahwa efisiensi hukum tertinggi kedua
terjadi pada scrubber.
Pada Separator, uap dan air garam dipisahkan dalam kondisi isobaric pada tekanan 10
bar. Uap yang dipisahkan akan mengalir ke turbin melalui unit scrubber, dan mengalir terus
menerus ke turbin. Kondisi uap pada saluran masuk turbin, seperti suhu, tekanan, dan laju
aliran massa, diperoleh dari data actual dari instalasi. Data suhu dan tekanan Turbin dari
pembangkit yang digunakan. Panah putus-putus pada Gambar.3 menunjukkan ekspansi
isentropic dari uap di turbin. Karena keluaran turbin dan sifat-sifat uap dalam saluran masuk
turbin diketahui, efisiensi isentropic kemudian dapat dihitung menjadi 0,729.
Air garam yang dikeluarkan dari separator terlebih dahulu mengalir ke flasher, dan
kemudian mengalir melalui Saluran air di dalam wellpad dan keluar ke kolam. Air garam di
kolam di pompa ke sumur pemasukan. Uap yang keluar dari turbin kemudian mengalir ke
condenser untuk pendinginan dan ekstraksi gas yang tidak dapat dikondensasi (NGG) dengan
menggunakan gas ejector.
13
Skematik insatalasi PLTPB Dieng Single-flash
Yang mana X adalah exergi di sungai i, mi adalah laju aliran massa pada aliran , hi adalah entalpi
spesifik pada aliran, h0 adalah entalpi spesifik pada keadaan lingkungan, T0 adalah suhu pada keadaan
lingkungan, si adalah energi spesifik pada aliran i, s0 adalah entropi khusus pada kondisi lingkungan.
Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah eksergi di bagian mana pun dari
pembangkit listrik. Dari jumlah energi yang dihitung, penghancuran eksergi kemudian dapat dihitung.
Hasilnya dapat digunakan untuk meningkatkan sistem termal untuk mencapai kondisi optimal.
14
3.3 Tabel perhitungan Exergy ( KW )
Hasil Data Jurnal
15
Hasil Perhitungan Manual :
Separator
E1 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 138,9 kg/s ( 1401- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 3,349- 0,2676 ) kj/kg.k
= 138,9 kg/s ( 1325,46 ) kj/kg – ( 896,6874 ) kj/kg
= 138,9 kg/s . 428,7726 kj/kg
= 59556,51414 kj/s
= 59,55651414 MW
E2 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 44,01 kg/s ( 2778- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 6,586- 0,2676 ) kj/kg.k
= 44,01 kg/s ( 2702,46 ) kj/kg – ( 1838,6544 ) kj/kg
= 44,01 kg/s . 863,8056 kj/kg
= 38016,08446 kj/s
= 38,01608446 MW
E22 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 94,89 kg/s ( 762,9- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 2,139- 0,2676 ) kj/kg.k
= 94,89 kg/s ( 687,36 ) kj/kg – ( 544,5774 ) kj/kg
= 94,89 kg/s . 142,7826 kj/kg
= 13548,64091 kj/s
= 13,54864091 MW
Ein = E1
= 59,55651414 MW
Eout = E2+E22
= 38,01608446 MW + 13,54864091 MW
= 51,56472537 MW
𝐸𝑜𝑢𝑡
η = 𝑥 100%
𝐸𝑖𝑛
16
51,56472537 MW
= X 100%
7,99178877 MW
= 86,58116768 %
Scrabber
E2 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 44,01 kg/s ( 2778- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 6,586- 0,2676 ) kj/kg.k
= 44,01 kg/s ( 2702,46 ) kj/kg – ( 1838,6544 ) kj/kg
= 44,01 kg/s . 863,8056 kj/kg
= 38016,08446 kj/s
= 38,01608446 MW
E3 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 43,99 kg/s ( 2777- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 6,593- 0,2676 ) kj/kg.k
= 43,99 kg/s ( 2701,46 ) kj/kg – ( 1840,6914 ) kj/kg
= 43,99 kg/s . 860,7686 kj/kg
= 37865,21071 kj/s
= 37,86521071 MW
E4 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 0,01762 kg/s ( 758,8- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 2,13- 0,2676 ) kj/kg.k
= 0,01762 kg/s ( 683,26 ) kj/kg – ( 541,9584 ) kj/kg
= 0,01762 kg/s . 141,3016 kj/kg
= 2,489734192 kj/s
Ein = E2
= 38,01608446 MW
Eout = E2+E22
= 37865,21071 kj/s + 2,489734192 kj/s
= 37867,70044 kj/s = 37,86770044 MW
17
Eloss = Ein – Eout
= 38,01608446 MW - 37,86770044 MW
= 0,14838402
𝐸𝑜𝑢𝑡
η = 𝑥 100%
𝐸𝑖𝑛
37,86770044 MW
= X 100%
38,01608446 MW
= 99,60968095 %
Inter Condenser
E12 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 2,37 kg/s (2202- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 5,761- 0,2676 ) kj/kg.k
= 2,37 kg/s ( 2126,46 ) kj/kg – ( 1598,5794 ) kj/kg
= 2,37 kg/s . 527,8806 kj/kg
= 1251,07702 kj/s
= 1,25107702 MW
E13 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 89,34 kg/s ( 167,5- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 0,5723- 0,2676 ) kj/kg.k
= 89,34 kg/s ( 91,96 ) kj/kg – (88,6677) kj/kg
= 89,34 kg/s . 3,2923 kj/kg
= 294,134082 kj/s
= 0,294134082 MW
E15 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 1,333 kg/s ( 1710- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 5,465- 0,2676 ) kj/kg.k
= 1,333 kg/s ( 1634,46 ) kj/kg – ( 1512,4434 ) kj/kg
= 1,333 kg/s . 122,0166 kj/kg
= 162,6481 kj/s
= 0.1626481 MW
Ein = E12
= 1,25107702 MW
18
Eout = E13+E15
= 0,294134082 MW + 0.1626481 MW
= 0,456782182 MW
𝐸𝑜𝑢𝑡
η = 𝑥 100%
𝐸𝑖𝑛
0,456782182 MW
= X 100%
1,25107702 MW
= 36,511116 %
Flasher
E22 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 94,89 kg/s (762,9- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 2,139- 0,2676 ) kj/kg.k
= 94,89 kg/s ( 687,36 ) kj/kg – ( 544,5774 ) kj/kg
= 94, 89 kg/s . 142,78726 kj/kg
= 13548,64091 kj/s
= 13,54864091 MW
E23 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 15,6 kg/s ( 2664- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 7,442- 0,2676 ) kj/kg.k
= 15,6 kg/s ( 2588,46 ) kj/kg – (2087,7504) kj/kg
= 15.6 kg/s . 500,7096 kj/kg
= 7811,06976 kj/s
= 78,1106976 MW
E24 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 79,3kg/s ( 388,9- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 1,225- 0,2676 ) kj/kg.k
= 79,3kg/s ( 313,36 ) kj/kg – ( 278,6034 ) kj/kg
= 79,3kg/s . 34,7566 kj/kg
= 2756,19838 kj/s
= 2,75619838 MW
19
Ein = E22
= 13,54864091 MW
Eout = E23+E24
= 7811,06976 kj/s + 2756,19838 kj/s
= 10567,26814 kj/s = 10,56726814 MW
𝐸𝑜𝑢𝑡
η = 𝑥 100%
𝐸𝑖𝑛
10,56726814 MW
= X 100%
13,54864091 MW
= 77,99 %
Aftercooler
E16 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 3,188 kg/s (2331- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 6,121- 0,2676 ) kj/kg.k
= 3,188 kg/s ( 2255 ) kj/kg – ( 1703,3394 ) kj/kg
= 3,188 kg/s . 552,1206 kj/kg
= 1760,160473 kj/s
= 1,760160473MW
E18 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 126,3 kg/s ( 135,5- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 0,4681- 0,2676 ) kj/kg.k
= 126,3 kg/s ( 59,96 ) kj/kg – (58,3455) kj/kg
= 126,3 kg/s . 1,6145 kj/kg
= 203,91135 kj/s
E19 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 0,4486 kg/s ( 1473- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 4,747- 0,2676 ) kj/kg.k
= 0,4486 kg/s (1397,46) kj/kg – ( 1303,5054 ) kj/kg
20
= 0,4486 kg/s . 93,9546 kj/kg
= 42,14803356 kj/s
E17 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 129,1 kg/s ( 167,5- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 0,5723- 0,2676 ) kj/kg.k
= 129,1 kg/s (91,96) kj/kg – ( 88,6677) kj/kg
= 129,1 kg/s . 3,2923kj/kg
= 425,03593 kj/s
Ein = E16+E18
= 1760,160473 kj/s + 203,91135 kj/s
= 1964,071823 kj/s = 1,964071823 MW
Eout = E19+E17
= 42,14803356 kj/s + 425,03593 kj/s
= 467,1839636 kj/s = 0,4671839636 MW
𝐸𝑜𝑢𝑡
η = 𝑥 100%
𝐸𝑖𝑛
0,4671839636 MW
= X 100%
1,964071823 MW
= 23,78650099 %
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Analisis eksergi dan analisis sensitivitas untuk optimalisasi pembangkit listrik tenaga
panas bumi Dieng dilakukan dengan mengembangkan model matematika dari pembangkit
tersebut. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak EES menggunakan
metode berdasarkan hukum termodinamika. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa total eksergi
yang tersedia dalam cairan yang dihasilkan dari sumur produksi dihitung menjadi 59,52 MW.
Dari jumlah ini, 21,71 MW dikonversi menjadi listrik dan 10,70 MW hilang di kanal air asin
dan komlam sebelum air garam disuntikkan kembali ke reservoir. DiagramGrassman
menunjukkan kerugian eksergi pada setiap komponen pada pembangkit listrik. Limbah air asin
menyumbang 17,98% dari total eksergi yang tersedia. Kerugian turbin dan pemisah masing-
masing adalah 7.51 MW (12,94%) dan 8,04 MW (13,50%), sedangkan Menara pendingin
memiliki kehilangan eksergi 2,62 MW (4,40%). Kerugian total condenser, terdiri dari kerugian
3 komponen (kondensor utama, intercondenser, aftercooler), adalah 9,75 MW (9,75%).
Scrubber memiliki kerugian eksergi terendah jika dibandingkan dengan komponen lainnya
hanya 0,34 MW (0,24%).
Hasil dari Proses optimasi menunjukkan bahwa pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi
Dieng beroperasi di bawah kondisi optimal. Proses pengoptimalan ini telah memberikan sedikit
peningkatan pada daya keluaran, yang kW lebih tinggi ketika kami menurunkan tekanan
separator menjadi 9 bar. Optimalisasi ini juga meningkatkan kualitas uap pada outlet turbin.
Untuk memanfaatan 10,70 MW air limbah yang dibuang ke lingkungan, Sistem lampu padat
ganda dapat diusulkan untuk mengoptimalkan output daya pabrik.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_panas_bumi
www.academicjournals.com
www.elsevier .com/locate/enconman
23