Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS DAN OPTIMISASI EKSERGI PEMBANGKIT

LISTRIK PANAS BUMI DIENG SINGLE-FLASH

Disusun oleh :

Nama :

Aldi Try Kusuma ( 0617 4041 1841 )

Ricky Samuel Situmeang ( 0616 4041 1847 )

Kelas : 5 EGD

Dosen Pembimbing : Imaniah Sriwijayasih, S.ST.,M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG 2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah S.W.T karena berkat
taufik dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Eksergi dimana
selama pembuatan makalah ini penyusun mendapatkan bimbingan dan arahan serta
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat berjalan dengan baik.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Imaniah Sriwijayasih,


S.ST.,M.T selaku dosen pembimbing mata kuliah Eksergi. Tidak lupa penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, baik yang langsung maupun tidak
langsung telah membantu penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih kurang sempurna.

Penyusun berharap agar makalah ini dapat memberikan pelajaran untuk


meningkatkan kwalitas di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT selalu
memberikan Rahmat-Nya. Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin

Palembang, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman Judul

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3

1.3 Tujuan ................................................................................................ 3

BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 4

2.1 EXERGI ............................................................................................ 4

2.1.1 Definisi Exergi ............................................................................ 4

2.1.2 Dead State ................................................................................... 5

2.1.3 Aspek Exergi ............................................................................... 5

2.1.4 Analisis Exergi ............................................................................ 6

2.2 PLTPB ............................................................................................... 7

2.2.1 Prinsip Kerja PLTPB ................................................................... 8

2.2.2 Proses Produksi Listrik Pada PLTPB .......................................... 9

2.2.3 Komponen Sistem PLTPB .......................................................... 10

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan PLTPB ............................................ 13

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 15

3.1 Diagram Alir ..................................................................................... 15

3.2 Spesifikasi plant ................................................................................. 15

ii
3.3 Tabel Perhitungan Teori .................................................................... 16

BAB IV. PENUTUP ....................................................................................... 19

4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi panas bumi telah diidentifikasi sebagai sumber daya energi yang berkelanjutan
dan penghasil emisi rendah.

melaporkan bahwa sumber daya ini memiliki CO2 rendah, karakteristik emisi. Energi panas
bumi juga merupakan sumber daya non-intermiten untuk menyediakan listrik beban dasar.
Penggunaan energi panas bumi untuk pembangkit listrik pada awalnya direalisasikan di
Lardrello, Italia pada tahun 1904, di mana uap panas bumi digunakan untuk menggerakkan
turbin kecil yang digunakan untuk menyalakan bola lampu. Program ini diperpanjang dan
pada tahun 1913, sebuah pabrik dengan kapasitas 250kW terhubung ke sistem grid Italia.
Pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi terus berlanjut hingga hari ini,
menggunakan berbagai teknologi termasuk uap kering, dan siklus flash dan biner. Bertani
melaporkan bahwa pembangkit listrik tenaga panas bumi di seluruh dunia menghasilkan
10.898 MW daya dan menghasilkan

67.246 GW jam listrik hingga 2010. Meskipun jumlah listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit panas bumi kecil, pengembangan teknologi ini di masa depan menjadi menarik
karena meningkatnya fosil. - Biaya bahan bakar karena sumber bahan bakar ini semakin
menipis.

Dengan potensi besar untuk penggunaan energi panas bumi, Indonesia berencana untuk
meningkatkan produksi listrik panas bumi dari 1196 menjadi 9500 MW pada tahun 2025.
Untuk mencapai target itu, diperlukan kebijakan yang tepat untuk mendorong industri panas
bumi. Saat ini, total kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi yang terpasang di
Indonesia adalah 1196MW dari tujuh lokasi pembangkit listrik: Darajat (260 MW), Dieng
(60 MW), Kamojang (200 MW), Gunung Salak (377 MW), Sibayak (12 MW), Lahendong
(60 MW), dan Wayang Windu (227).

Perkembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi memiliki dua cara: pembangunan
pembangkit listrik baru dengan bidang baru dan peningkatan efisiensi termal dari
pembangkit listrik yang ada. Peningkatan efisiensi termal ini dapat diwujudkan dengan
menggunakan analisis exergi dan energi. Analisis ini telah digunakan oleh beberapa peneliti
sebagai alat yang kuat untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi proses penurunan
energi, karena memungkinkan jenis, lokasi dan jumlah energi yang hilang dievaluasi.

1
Evaluasi termodinamika dilakukan di pembangkit listrik tenaga panas bumi Kizildere di
(Denizli, Turki pada. Ozgner et al). melakukan analisis energi dan exergi
komprehensif dari sistem pemanas distrik panas bumi Salihli dan komponen-
komponen penting.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa saja data-data yang diperlukan dalam analisis eksergi ?

2. Berapa besar eksergi loss setiap komponen pada sistem PLTPB Dieng
Single-Flash ?

3. Bagaimana efisiensi eksergi pada komponen sistem PLTPB Dieng Single-


Flash ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui data-data yang diperlukan untuk analisis eksergi.

2. Menghitung besar eksergi loss setiap komponen pada sistem PLTPB


Dieng Single-Flash

3. Menghitung efisiensi eksegi pada komponen sistem PLTPB Dieng Single-


Flash

2
BAB II
LANDASAN TEORI

1.1. Eksergi

2.1.1. Definisi eksergi

Dasar dari analisis eksergi pertama kali dikenalkan oleh Carnot pada
tahun 1824 dan Clausius pada tahun 1865. Penelitian menggunakan analisis
eksergi itu sendiri telah dilakukan pada akhir abad ke-18. Pada tahun 1889 Gouy
meneliti tentang konsep eksergi dari useable energi (energi yang berguna) untuk
sistem tertutup. Dalam konsep ini juga dinyatakan bahwa energi yang hilang selama
proses sama dengan perubahan entropi proses itu. Kemudian konsep ini terus
dikembangkan melalui penelitian-penelitian selanjutnya. Baru pada tahun 1939
Bosjankovic mulai mengembangkannya dengan mempublikasikan dua paper yang
mengembangkan konsep Hukum Kedua Termodinamika. Paper ini menjadi begitu
penting bagi perkembangan konsep eksergi. Penggunaan kata exergy itu sendiri
dikenalkan pertama kali oleh Bosjankovic pada tahun 1960, Trepp pada tahun
1961, dan Baehr tahun 1962, dan sejak itu exergy mulai dikenalkan sebagai work
capacity atau available work (Basri, 2011).

Metode analisis eksergi (analisis kemanfaatan) sangat tepat digunakan untuk


mendorong tercapainya penggunaan sumber daya energi dengan lebih efektif,
karena eksergi memungkinkan untuk menentukan lokasi, penyebab, dan besar
sebenarnya dari kerugian dan pemborosan suatu sistem termal. Dengan demikian
eksergi dapat digunakan dalam sistem baru yang lebih efeisien dan dapat
meningkatkan efisiensi dari sistem yang sudah ada.

Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa selain memiliki kuantitas,


energi juga memiliki kualitas, dan suatu proses yang riil akan berlangsung pada
arah kualitas energi yang semakin menurun. Jadi walaupun tidak ada kuantitas
energi yang hilang, kualitas energi selalu berkurang selama proses. Besaran dari
kualitas energi ini disebut eksergi.

3
2.1.2. Dead State

Ketika tekanan, temperatur, komposisi, kecepatan, atau elevasi dari


sebuah sistem berbeda dari lingkungan, maka ada kesempatan untuk melakukan
kerja. Bila kemudian sistem berubah kondisi menuju kondisi lingkungan, maka
kesempatan kerja tersebut berkurang. Dan kesempatan itu akan hilang sama sekali
ketika satu sama lain relatif berada pada kondisi kestimbangan (equilibrium).
Kondisi dari sistem ini disebut dead state. Pada dead state, kondisi kesetimbangan
mekanik, termal, dan kimia anatara sistem dan lingkungan terpenuhi (Bejan, 1996).

2.1.3. Aspek Eksergi

Beberapa aspek penting dari konsep eksergi adalah sebagai berikut


(Moran, 2006) :
a. Eksergi adalah ukuran tingkat menjauhnya keadaan sistem dari keadaan
lingkungan. Oleh karena itu eksergi merupakan atribut dari sistem dan
lingkungan bersama. Namun, setelah lingkungan ditentukan, suatu nilai dapat
ditentukan untuk eksergi dalam hal nilai properti untuk sistem saja, jadi
eksergi dapat dianggap sebagai properti dari sistem.
b. Nilai eksergi tidak bisa bernilai negatif. Karena jika sistem berada pada
keadaan lain selain keadaan mati, sistem akan dapat mengubah kondisi secara
spontan menuju ke keadaan mati. Kecenderungan ini terjadi jika keadaan mati
tercapai dan tidak diperlukan kerja untuk melakukan perubahan spontan. Oleh
karena itu, setiap perubahan keadaan sistem ke keadaan mati dapat dicapai
dengan sedikitnya zero work, dan dengan demikian kerja maksimal (eksergi)
tidak dapat bernilai negatif.
c. Eksergi tidak dapat dikekalkan tetapi dihancurkan oleh irreversibilitas. Sebuah
batas adalah jika seluruh eksergi dimusnahkan, seperti yang akan terjadi jika
sistem yang diizinkan untuk mengalami perubahan spontan ke keadaan mati
dengan tidak ada kemampuan untuk memperoleh kerja. Potensi untuk
mengembangkan kerja yang ada awalnya akan benar-benar terbuang dalam
proses spontan tersebut.

d. Eksergi dilihat sebagai kerja teoritis maksimum yang diperoleh dari suatu
sistem kombinasi ditambah lingkungan sebagai suatu sistem yang bergerak dari
4
keadaan menuju ke keadaan mati (kesetimbangan). Atau, eksergi dapat
dianggap sebagai kerja teoritis minimum yang diperlukan untuk membawa
sistem dari keadaan mati (kesetimbangan) menuju ke keadaan lain.

2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi(PLTPB)


Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit listrik yang
menggunakan panas bumi sebagai sumber energinya. Listrik dari tenaga panas
bumi saat ini digunakan di 24 negara. Untuk membangkitkan listrik dengan panas
Bumi dilakukan dengan mengebor tanah di daerah yang memiliki potensi panas
Bumi untuk membuat lubang gas panas yang akan dimanfaatkan untuk
memanaskan ketel uap(boiler) sehingga uapnya bisa menggerakkan turbin uap yang
tersambung ke generator. Untuk panas bumi yang mempunyai tekanan tinggi, dapat
langsung memutar turbin generator, setelah uap yang keluar dibersihkan terlebih
dahulu.

2.2.1 Prinsip Kerja PLTPB


Prinsip kerja PLTPB sama saja dengan PLTU. Hanya saja yang digunakan
pada PLTPB adalah uap panas bumi yang telah dipisahkan dari air, yang berasal
langsung dari perut bumi. Karena itu PLTPB biasanya dibangun di daerah
pegunungan dekat gunung berapi. Biaya operasional PLTPB juga lebih murah
dibandingkan dengan PLTU, karena tidak perlu membeli bahan bakar, namun
membutuhkan biaya investasi yang cukup besar untuk biaya eksplorasi dan
pengeboran perut bumi. Pengeboran dilakukan di atas permukaan kantong uap di
perut bumi, tepatnya, di atas lapisan batuan yang keras di atas penggerak generator,
hingga uap dari dalam akan menyembur keluar. Namun ada dampak yang tidak
menguntungkan dari uap yang menyembur keluar ini. Uap yang keluar dari sumur
sering mengandung berbagai unsur kimia yang terlarut dalam bahan-bahan padat
sehingga uap itu tidak begitu murni. Zat-zat pengotor antara lain Fe, Cl, SiO2, CO2,
H2S dan NH4. Pengotor ini akan mengurangi efisiensi PLTPB, merusak sudu-sudu
turbin dan mencemari lingkungan. Setelah menggerakan turbin, uap akan
diembunkan dalam kondensor menjadi air dan disuntikan kembali ke dalam perut
bumi menuju kantong uap. Jumlah kandungan uap dalam kantong uap ini terbatas,
karenanya daya PLTP yang sudah maupun akan dibangun harus disesuaikan dengan
perkiraan jumlah kandungan tersebut. Untuk membangkitkan listrik dengan

5
panasbumi dilakukan dengan cara mengebor tanah di daerah yang berpotensi untuk
membuat lubang gas panas yang akan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap
(boiler) sehingga uapnya bisa menggerakkan turbin uap yang tersambung ke
Generator.

2.2.2 Proses Produksi Listrik Pada PLTPB


Secara umum sistem produksi tenaga listrik pada PLTPB dibagi menjadi tiga,
yaitu sebagai berikut :
1. Dry Steam Power Plants
Pembangkit tipe ini adalah yang pertama kali ada. Pada tipe ini uap panas
(steam) langsung diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator untuk bekerja
menghasilkan listrik. Sisa panas yang datang dari production well dialirkan kembali
ke dalam reservoir melalui injection well. Pembangkit tipe tertua ini pertama kali
digunakan di Lardarello, Italia, pada 1904 dimana saat ini masih berfungsi dengan
baik. Di Amerika Serikat pun dry steam power masih digunakan seperti yang ada
di Geysers, California Utara.
2. Flash Steam Power Plants
Panas bumi yang berupa fluida misalnya air panas alam (hot spring) di atas
suhu 1750 C dapat digunakan sebagai sumber pembangkit Flash Steam Power
Plants. Fluida panas tersebut dialirkan kedalam tangki flash yang tekanannya lebih
rendah sehingga terjadi uap panas secara cepat. Uap panas yang disebut dengan
flash inilah yang menggerakkan turbin untuk mengaktifkan generator yang
kemudian menghasilkan listrik. Sisa panas yang tidak terpakai masuk kembali ke
reservoir melalui injection well. Contoh dari Flash Steam Power Plants adalah
CalEnergy Navy I flash geothermal power plants di Coso Geothermal field,
California, USA.
3. Binary Cycle Power Plants (BCPP)
BCPP menggunakan teknologi yang berbeda dengan kedua teknologi
sebelumnya yaitu dry steam dan flash steam. Pada BCPP air panas atau uap panas
yang berasal dari sumur produksi (production well) tidak pernah menyentuh turbin.
Air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang disebut dengan working
fluid pada heat exchanger. Working fluid kemudian menjadi panas dan

6
menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu
dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator untuk
menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger
inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle Power Plants
ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer

2.2.3 Komponen Sistem PLTPB (Dieng Single-Flash)

1. Sumur Produksi (Production Wells) Sumur produksi merupakan fasilitas utama


yang bertugas mengalirkan uap dari reservoir menuju ke permukaan tanah. Sumur
produksi geothermal biasanya memiliki kedalaman sekitar 2000 hingga 2500 meter
di bawah permukaan tanah. Sumur ini ada yang dibor dengan arah vertikal dan ada
pula yang dibor dengan arah dan belokan tertentu (directional well). Sepanjang
lubang sumur diselubungi oleh semacam pipa baja khusus yang disebut casing.
Casing ini direkatkan ke formasi batuan di sampingnya dengan menggunakan
semen khusus. Untuk sumur berukuran besar (big hole), diameter dari production
casing biasanya 133/8 inch (baca: tiga belas tiga per depalan inch).

2. Flasher

3. Separator adalah tempat untuk memisahkan uap dari air atau tempat untuk
memisahkan uap dari partikel padat dan mist. Bentuk fisik dari separator dan gaya
gravitasi yang bekerja memungkinkan uap bergerak ke atas dan air beserta
partikel padat jatuh ke bawah. Dengan cara ini, maka uap akan terpisahkan dari air
dan partikel padat. Uap selanjutnya masuk ke pipa alir uap dan air beserta partikel
padat selanjutnya masuk ke pipa alir brine.

4. Pond (Kolam Penampungan)

5. Canal (Saluran)
Saluran yang berfungsi menyalurkan dari Kolam penampungan (Pond) ke Flasher

7
6. Turbin adalah suatu mesin penggerak dimana energi fluida kerja, dalam hal ini
adalah uap, dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin. Bagian turbin
yang berputar dinamakan roda turbin. Roda turbin ini terletak didalam rumah
turbin. Roda turbin memutar poros yang menggerakan atau memutar bebannya,
yang dalam hal ini adalah generator listrik. Secara umum, terdapat dua jenis turbin
yaitu turbin tanpa kondenser ( Atmospheric Exhaust/Back Pressure Turbine)
dimana yang keluar dari turbin langsung dibuang ke udara dan turbin dengan
kondenser dimana fluida yang keluar dari turbin dialirkan ke kondenser untuk
dikondensasikan. Turbin kondensor dilengkapi dengan kondensor (condensing
unit). Uap (baik yang berupa uap kering ataupun uap hasil separasi) yang keluar
dari turbin dimasukkan ke dalam kondensor dengan tekanan vakum sehingga
output power yang dihasilkan menjadi lebih tinggi dan menjadi lebih efisien. Uap
keluaran dari turbin diubah menjadi kondensat di dalam kondensor. Kondensat
dapat dikembalikan atau direinjeksikan ke dalam reservoar.

7. Generator
Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah energi
mekanik putaran poros turbin menjadi energi listrik.

8. Purifier
Air purifier adalah alat penjernih udara yang berfungsi untuk menjaga agar udara dalam
ruangan tetap bersih. Penjernih udara atau air purifier bekerja dengan cara menghisap
udara yang ada di sekitar lalu menyalurkan kembali udara tersebut melalui filter yang
berfungsi untuk menangkap virus dan bakteri di udara. Sehingga udara yang keluar dari air
purifier akan menjadi lebih bersih dan juga sehat.

9. Cooling Tower
Menara pendingin merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menurunkan
suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke
atmosfir. Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air
diuapkan ke aliran udara yang bergerakdan kemudian dibuang ke atmosfir

8
10. Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin
dengan kondisi tekanan yang hampa.. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas
kondensor, kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh
air pendingin yang diinjeksikan melalui spray nozzle. Uap bekas yang tidak
terkondensasi dikeluarkan dari kondensor oleh ejector. Ejector ini juga berfungsi
untuk mempertahankan hampa kondensor pada saat operasi normal dan membuat
hampa kondensor sewaktu start awal. Air kondensat ( Main Condenser ) dialirkan
ke menara pendingin ( Cooling Tower ) untuk didinginkan ulang sebelum
disirkulasikan kembali ke kondensor. Pada saat sedang operasi normal, tekanan
dalam kondensor adalah 0,133 bar, dan kebutuhan air pendingin adalah 11.800
m3/jam. PLTP Kamojang menggunakan kondensor kontak langsung yang dipasang
dibawah turbin, karena kondensor kontak langsung memiliki efisiensi perpindahan
panas yang jauh lebih besar daripada kondensor permukaan, sehingga ukuran dan
biaya investasinya juga lebih kecil. Pemakaian kondensor ini sangat cocok karena
pembangkit listrik tenaga panas bumi memiliki siklus terbuka sehingga tidak
diperlukan system pengambilan kembali kondensat seperti yang dilakukan oleh
PLTU konvesional.

11. Aftercooler
Proses Pendinginan setelah keluar dari Intercooler

12. Sumur Injeksi (Injection Wells)


Sumur injeksi adalah sumur yang digunakan untuk mengalirkan air
hasil pemisahan dan air kondensat kembali ke dalam perut bumi. Sumur ini
biasanya diletakkan pada topografi yang relatif lebih rendah sehingga tidak
diperlukan pompa untuk mengalirkan fluida tersebut menuju ke wellpad sumur
injeksi.

9
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan PLTPB
a. Keuntungan PLTPB
1) Bersih, pembangkit listrik ini tidak menggunakan bahan bakar fosil sebagai

sumber energinya. Jadi tidak melepas emisi gas juga tidak merusak atmosfer dan

menimbulkan polusi atau emisi gas rumah kaca.

2) Pembangkit listrik ini dapat beroperasi 24 jam. Dikarenakan pembangkit listrik

ini terletak di sekitar sumber energi sehingga sumber energi tersebut terus menerus

terpenuhi untuk memutar turbin.

3) Lokasi pembangkit listrik ini biasanya terletak di lokasi terpencil. Dengan

dibangunnya pembangkit ini kebutuhan listrik di daerah sekitar pembangkit akan

terpenuhi.

4) Geothermal merupakan jenis energi terbarukan yang relatif tidak akan habis.

Sumber energi ini terus-menerus aktif akibat peluruhan radioaktif mineral.

5) Energi Geothermal ramah lingkungan yang tidak menyebabkan pencemaran

(pencemaran udara, pencemaran suara, serta tidak menghasilkan emisi karbon dan

tidak menghasilkan gas, cairan, maupun material beracun lainnya). Panas bumi

(geothermal energy), dibandingkan dengan energi alternatif lainnya seperti tenaga

surya dan angin, bersifat konstan sepanjang musim juga dapat dihasilkan sepanjang

waktu.

6) Untuk memproduksi energi geothermal membutuhkan lahan dan air yang

minimal, tidak seperti, misalnya pada energi surya yang membutuhkan area yang

luas dan banyak air untuk pendinginan. Pembangkit panas bumi hanya memerlukan

lahan seluas 3,5 km2 per gigawatt untuk produksi listrik. Air yang dibutuhkan hanya

sebesar 20 liter air tawar per MW / jam.

10
b. Kekurangan PLTPB

1. Biaya modal yang tinggi. Pembangunan pembangkit listrik geothermal

memerlukan biaya yang besar terutama pada eksploitasi dan pengeboran.

2. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng

tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat

permukaan.

3. Pembangkit listrik ini dibangun disekitar sumber energi geothermal. Disekitar

daerah itu terdapat banyak sumber air panas yang mengeluarkan gas yang bersifat

korosif. Sehingga menyebabkan peralatan mesin maupun listrik mudah berkarat.

11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Diagram Alir PLTPB Dieng Single-Flash


Tabel 1 menyajikan parameter penting dari status pembangkit listrik: entalpi, tekanan,
entropi, laju aliran massa, energi, dan eksergi. Kualitas uap pada keadaan 1 dihitung menjadi
0,317. Kondisi referensi yang digunakan untuk analisis eksergi adalah keadaan 0, dengan 18
° C dan 0,78 bar untuk suhu dan tekanan atmosfer, masing-masing. Menara pendingin
menggunakan udara dalam aliran 20 untuk menurunkan suhunya. Tabel ini digunakan untuk
membuat diagram Grassman dari aliran exergy keseluruhan. Laju aliran massa cairan yang
dikeluarkan dari reservoir pada titik 1 dihitung berdasarkan laju aliran massa uap yang
memasuki turbin. Laju aliran massa uap ini diperoleh dari data pembangkit yang tersedia.

Tabel 2 merangkum nilai eksergi yang dihitung dan nilai efisiensi hukum kedua di
berbagai komponen instalasi. Aliran eksergi dalam sistem tersebut terdiri dari energi input dan
output yang sesuai dengan aliran massa yang masuk dan keluar dari sistem.

Untuk komponen pertama dalam tabel, separator memiliki input eksergi dari campuran
uap-air melalui sumur 59,52 MW. Eksergi ini dihitung berdasarkan laju aliran massa yang
memasuki pabrik, entalpi dan entropi. Properti ini ditentukan dengan mengansumsikan nilai
suhu reservoir di bawah kondisi jenuh cair. Keluaran eksergi yang meninggalkan separator
terdiri dari uap yang diangkut ke turbin dan air garam yang mengalir ke sumur penginjeksian
kembali. Efisiensi hokum keuda dari komponen ini adalah 86,5%, sebagaimana ditentukan
dengan membagi output eksergi dengan input exergy. Proses yang terjadi dalam system tidak
dapat dibalikkan karena gesekan dan perpindahan panas di beberapa bagian komponen
peralatan. Generator turbin memiliki peran penting dslam mengubah energi panas menjadi
listrik. Data actual pembangkit listrik digunalan untuk menghitung eksergi pada komponen
ini.

Perhitungan analaisis hokum kedua dilakukan dengan membagi output exergy dengan
input exergy. Efisiensi hokum keuda dari separator diperkirakan 86,50%. Efisiensi hokum
kedua ini dipengaruhi oleh entalpi cairan dari reservoir dan suhu sekitar di Dieng. Nilai
efisiensi hukum kedua lainnya diseparator dihitung 68% di pembangkit listrik Olkaria.
Efisiensi yang rendah ini adalah entalpi fluida yang tinggi, mencapai lebih dari 2000 kJ/kg dan
suhu sekitar 20◦C di pabrik itu. Untuk keseluruhan pabrik, efisiensi hukum kedua dihitung
menjadi 36,48%. Ini berasal dari daya keluaran yang dihasilkan dibagi dengan input eksergi
yang diperoleh dari fluida panas bumi.

12
Jumlah input dan output energi dan efisiensi hukum kedua untuk komponen pabrik,
seperti pemisah scrubber, generator, turbin, condenser, intercondensor, aftercooler, dan
Menara pendingin disajikan pada Tabel 2. Ditemukan bahwa efisiensi hukum tertinggi kedua
terjadi pada scrubber.

Diagram suhu-entropi (T-s) ditunjukkan pada Gambar.3 yang mewakili proses


termodinamika fluida panas bumi dikeluarkan dari reservoir dalam bentuk fase tunggal cair
dalam kondisi jenuh. Cairan kemudian mengalir ke kepala sumur dan berkedip di pemisah.
Cairan panas bumi yang dihasilkan dari reservoir melalui sumur awalnya pada fase cair
tunggal dari air terkompresi di reservoir. Diasumsikan bahwa fluida gerthermal mengalir
secara isenthalpic dari reservoir ke wellhead melalui wellbore. Selama proses ini, fluida mulai
berkedip di dalam sumur, dan suhu serta tekanan berkurang saat fluida mencapai kepala sumur
dalam kondisi dua fase.

Pada Separator, uap dan air garam dipisahkan dalam kondisi isobaric pada tekanan 10
bar. Uap yang dipisahkan akan mengalir ke turbin melalui unit scrubber, dan mengalir terus
menerus ke turbin. Kondisi uap pada saluran masuk turbin, seperti suhu, tekanan, dan laju
aliran massa, diperoleh dari data actual dari instalasi. Data suhu dan tekanan Turbin dari
pembangkit yang digunakan. Panah putus-putus pada Gambar.3 menunjukkan ekspansi
isentropic dari uap di turbin. Karena keluaran turbin dan sifat-sifat uap dalam saluran masuk
turbin diketahui, efisiensi isentropic kemudian dapat dihitung menjadi 0,729.

Air garam yang dikeluarkan dari separator terlebih dahulu mengalir ke flasher, dan
kemudian mengalir melalui Saluran air di dalam wellpad dan keluar ke kolam. Air garam di
kolam di pompa ke sumur pemasukan. Uap yang keluar dari turbin kemudian mengalir ke
condenser untuk pendinginan dan ekstraksi gas yang tidak dapat dikondensasi (NGG) dengan
menggunakan gas ejector.

13
Skematik insatalasi PLTPB Dieng Single-flash

Gambar 1 diagram alir skematik pembangkit listrik tenaga panas bumi

3.2 Metode Analisis


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis desain sistem flash tunggal untuk mencapai penggunaan
energi optimal menggunakan analisis energi dan eksergi berdasarkan hukum termodinamika pertama
dan kedua. Persamaan exergy dapat dinyatakan dalam Persamaan sebagai berikut :

Yang mana X adalah exergi di sungai i, mi adalah laju aliran massa pada aliran , hi adalah entalpi
spesifik pada aliran, h0 adalah entalpi spesifik pada keadaan lingkungan, T0 adalah suhu pada keadaan

lingkungan, si adalah energi spesifik pada aliran i, s0 adalah entropi khusus pada kondisi lingkungan.

Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah eksergi di bagian mana pun dari
pembangkit listrik. Dari jumlah energi yang dihitung, penghancuran eksergi kemudian dapat dihitung.
Hasilnya dapat digunakan untuk meningkatkan sistem termal untuk mencapai kondisi optimal.

14
3.3 Tabel perhitungan Exergy ( KW )
 Hasil Data Jurnal

15
Hasil Perhitungan Manual :
Separator
E1 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 138,9 kg/s ( 1401- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 3,349- 0,2676 ) kj/kg.k
= 138,9 kg/s ( 1325,46 ) kj/kg – ( 896,6874 ) kj/kg
= 138,9 kg/s . 428,7726 kj/kg
= 59556,51414 kj/s
= 59,55651414 MW

E2 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 44,01 kg/s ( 2778- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 6,586- 0,2676 ) kj/kg.k
= 44,01 kg/s ( 2702,46 ) kj/kg – ( 1838,6544 ) kj/kg
= 44,01 kg/s . 863,8056 kj/kg
= 38016,08446 kj/s
= 38,01608446 MW

E22 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 94,89 kg/s ( 762,9- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 2,139- 0,2676 ) kj/kg.k
= 94,89 kg/s ( 687,36 ) kj/kg – ( 544,5774 ) kj/kg
= 94,89 kg/s . 142,7826 kj/kg
= 13548,64091 kj/s
= 13,54864091 MW

Ein = E1
= 59,55651414 MW

Eout = E2+E22
= 38,01608446 MW + 13,54864091 MW
= 51,56472537 MW

Eloss = Ein – Eout


= 59,55651414 MW - 51,56472537 MW
= 7,99178877 MW

𝐸𝑜𝑢𝑡
η = 𝑥 100%
𝐸𝑖𝑛

16
51,56472537 MW
= X 100%
7,99178877 MW

= 86,58116768 %

Scrabber

E2 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 44,01 kg/s ( 2778- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 6,586- 0,2676 ) kj/kg.k
= 44,01 kg/s ( 2702,46 ) kj/kg – ( 1838,6544 ) kj/kg
= 44,01 kg/s . 863,8056 kj/kg
= 38016,08446 kj/s
= 38,01608446 MW

E3 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 43,99 kg/s ( 2777- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 6,593- 0,2676 ) kj/kg.k
= 43,99 kg/s ( 2701,46 ) kj/kg – ( 1840,6914 ) kj/kg
= 43,99 kg/s . 860,7686 kj/kg
= 37865,21071 kj/s
= 37,86521071 MW

E4 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 0,01762 kg/s ( 758,8- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 2,13- 0,2676 ) kj/kg.k
= 0,01762 kg/s ( 683,26 ) kj/kg – ( 541,9584 ) kj/kg
= 0,01762 kg/s . 141,3016 kj/kg
= 2,489734192 kj/s

Ein = E2
= 38,01608446 MW

Eout = E2+E22
= 37865,21071 kj/s + 2,489734192 kj/s
= 37867,70044 kj/s = 37,86770044 MW

17
Eloss = Ein – Eout
= 38,01608446 MW - 37,86770044 MW
= 0,14838402

𝐸𝑜𝑢𝑡
η = 𝑥 100%
𝐸𝑖𝑛

37,86770044 MW
= X 100%
38,01608446 MW

= 99,60968095 %

Inter Condenser

E12 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 2,37 kg/s (2202- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 5,761- 0,2676 ) kj/kg.k
= 2,37 kg/s ( 2126,46 ) kj/kg – ( 1598,5794 ) kj/kg
= 2,37 kg/s . 527,8806 kj/kg
= 1251,07702 kj/s
= 1,25107702 MW

E13 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 89,34 kg/s ( 167,5- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 0,5723- 0,2676 ) kj/kg.k
= 89,34 kg/s ( 91,96 ) kj/kg – (88,6677) kj/kg
= 89,34 kg/s . 3,2923 kj/kg
= 294,134082 kj/s
= 0,294134082 MW

E15 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 1,333 kg/s ( 1710- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 5,465- 0,2676 ) kj/kg.k
= 1,333 kg/s ( 1634,46 ) kj/kg – ( 1512,4434 ) kj/kg
= 1,333 kg/s . 122,0166 kj/kg
= 162,6481 kj/s
= 0.1626481 MW

Ein = E12
= 1,25107702 MW

18
Eout = E13+E15
= 0,294134082 MW + 0.1626481 MW
= 0,456782182 MW

Eloss = Ein – Eout


= 1,25107702 MW - 0,456782182 MW
= 0.794294838 MW

𝐸𝑜𝑢𝑡
η = 𝑥 100%
𝐸𝑖𝑛

0,456782182 MW
= X 100%
1,25107702 MW

= 36,511116 %

Flasher

E22 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 94,89 kg/s (762,9- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 2,139- 0,2676 ) kj/kg.k
= 94,89 kg/s ( 687,36 ) kj/kg – ( 544,5774 ) kj/kg
= 94, 89 kg/s . 142,78726 kj/kg
= 13548,64091 kj/s
= 13,54864091 MW

E23 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 15,6 kg/s ( 2664- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 7,442- 0,2676 ) kj/kg.k
= 15,6 kg/s ( 2588,46 ) kj/kg – (2087,7504) kj/kg
= 15.6 kg/s . 500,7096 kj/kg
= 7811,06976 kj/s
= 78,1106976 MW

E24 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 79,3kg/s ( 388,9- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 1,225- 0,2676 ) kj/kg.k
= 79,3kg/s ( 313,36 ) kj/kg – ( 278,6034 ) kj/kg
= 79,3kg/s . 34,7566 kj/kg
= 2756,19838 kj/s
= 2,75619838 MW

19
Ein = E22
= 13,54864091 MW

Eout = E23+E24
= 7811,06976 kj/s + 2756,19838 kj/s
= 10567,26814 kj/s = 10,56726814 MW

Eloss = Ein – Eout


= 13,54864091 MW - 10,56726814 MW
= 2,98137277

𝐸𝑜𝑢𝑡
η = 𝑥 100%
𝐸𝑖𝑛

10,56726814 MW
= X 100%
13,54864091 MW

= 77,99 %

Aftercooler

E16 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 3,188 kg/s (2331- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 6,121- 0,2676 ) kj/kg.k
= 3,188 kg/s ( 2255 ) kj/kg – ( 1703,3394 ) kj/kg
= 3,188 kg/s . 552,1206 kj/kg
= 1760,160473 kj/s
= 1,760160473MW

E18 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 126,3 kg/s ( 135,5- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 0,4681- 0,2676 ) kj/kg.k
= 126,3 kg/s ( 59,96 ) kj/kg – (58,3455) kj/kg
= 126,3 kg/s . 1,6145 kj/kg
= 203,91135 kj/s

E19 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 0,4486 kg/s ( 1473- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 4,747- 0,2676 ) kj/kg.k
= 0,4486 kg/s (1397,46) kj/kg – ( 1303,5054 ) kj/kg

20
= 0,4486 kg/s . 93,9546 kj/kg
= 42,14803356 kj/s

E17 = m( h – h0 ) – T0 ( s – s0 )
= 129,1 kg/s ( 167,5- 75,54 ) kj/kg – 291K ( 0,5723- 0,2676 ) kj/kg.k
= 129,1 kg/s (91,96) kj/kg – ( 88,6677) kj/kg
= 129,1 kg/s . 3,2923kj/kg
= 425,03593 kj/s

Ein = E16+E18
= 1760,160473 kj/s + 203,91135 kj/s
= 1964,071823 kj/s = 1,964071823 MW

Eout = E19+E17
= 42,14803356 kj/s + 425,03593 kj/s
= 467,1839636 kj/s = 0,4671839636 MW

Eloss = Ein – Eout


= 1,964071823 MW - 0,4671839636 MW
= 1,496887859

𝐸𝑜𝑢𝑡
η = 𝑥 100%
𝐸𝑖𝑛

0,4671839636 MW
= X 100%
1,964071823 MW

= 23,78650099 %

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Analisis eksergi dan analisis sensitivitas untuk optimalisasi pembangkit listrik tenaga
panas bumi Dieng dilakukan dengan mengembangkan model matematika dari pembangkit
tersebut. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak EES menggunakan
metode berdasarkan hukum termodinamika. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa total eksergi
yang tersedia dalam cairan yang dihasilkan dari sumur produksi dihitung menjadi 59,52 MW.
Dari jumlah ini, 21,71 MW dikonversi menjadi listrik dan 10,70 MW hilang di kanal air asin
dan komlam sebelum air garam disuntikkan kembali ke reservoir. DiagramGrassman
menunjukkan kerugian eksergi pada setiap komponen pada pembangkit listrik. Limbah air asin
menyumbang 17,98% dari total eksergi yang tersedia. Kerugian turbin dan pemisah masing-
masing adalah 7.51 MW (12,94%) dan 8,04 MW (13,50%), sedangkan Menara pendingin
memiliki kehilangan eksergi 2,62 MW (4,40%). Kerugian total condenser, terdiri dari kerugian
3 komponen (kondensor utama, intercondenser, aftercooler), adalah 9,75 MW (9,75%).
Scrubber memiliki kerugian eksergi terendah jika dibandingkan dengan komponen lainnya
hanya 0,34 MW (0,24%).

Hasil dari Proses optimasi menunjukkan bahwa pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi
Dieng beroperasi di bawah kondisi optimal. Proses pengoptimalan ini telah memberikan sedikit
peningkatan pada daya keluaran, yang kW lebih tinggi ketika kami menurunkan tekanan
separator menjadi 9 bar. Optimalisasi ini juga meningkatkan kualitas uap pada outlet turbin.
Untuk memanfaatan 10,70 MW air limbah yang dibuang ke lingkungan, Sistem lampu padat
ganda dapat diusulkan untuk mengoptimalkan output daya pabrik.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_panas_bumi

www.academicjournals.com

www.elsevier .com/locate/enconman

23

Anda mungkin juga menyukai