Anda di halaman 1dari 16

← Software Unik

Makalah Terstruktur Calon


Anggota KPU
Posted on Mei 12, 2014 by samaawatt68

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, saya panjatkan ke hadlirat Alloh SWT. yang telah


memberikan rahmat dan hidayah sehingga penyusunan Makalah Terstruktur ini
dapat berjalan dengan baik dan lancar. Makalah yang dibuat untuk memenuhi salah
satu persyaratan pada Seleksi Calon Anggota Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Mojokerto Periode 2014 – 2019. Makalah terstruktur ini saya beri judul “Idealitas
Penyelenggara Pemilihan Umum”.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Tim Seleksi Calon Anggota Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten Mojokerto beserta segenap jajarannya, yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk mendaftarkan diri dan mengikuti
tahapan seleksi. Semoga kebaikan tersebut dibalas dengan pahala yang setimpal oleh
Alloh SWT. Amin.

Mojokerto, 23 April 2014

MUSLIM BAKRI
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar

Daftar Isi

Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Tinjauan Pustaka

1. Kepemimpinan .......................................... 2
2. Integritas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
3. Independensi .......................................... 4
4. Kompetensi .......................................... 4
Deskripsi Tema

1. Tema Kepemimpinan .................................... 6


2. Tema Integritas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
3. Tema Independensi .................................... 10
4. Tema Kompetensi Kepemiluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 16

Daftar Pustaka

PENDAHULUAN

Sebagai penyelenggara pemilihan umum, Komisi Pemilihan Umum memiliki


tanggung jawab yang cukup berat dalam mengemban amanat Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
Hal ini mengingat penyelenggaraan pemilihan umum harus berkualitas, yaitu dapat
menjamin terlaksananya hak politik masyarakat, sehingga dibutuhkan
penyelenggara pemilihan umum yang profesional serta mempunyaiintegritas,
kapabilitas dan akuntabilitas.

Penyelenggara pemilihan umum dituntut memiliki pengetahuan dan keahlian yang


cukup, kompetensi serta integritas. Karena dengan kualitas penyelenggara pemilihan
umum yang unggul akan menghasilkan pola kerja dan kinerja yang baik. Kinerja
yang baik itulah nantinya akan menciptakan pemilihan umum yang berkualitas.
Mulai dari perencanaan yang terstruktur, tahapan pelaksanaan yang
mengakomodasi dinamika di lapangan dan hasil akhir dari penyelenggaraan
pemilihan umum dapat berjalan dengan lancar, aman, terkendali, obyektif dan
akuntabel.

Untuk mendapatkan penyelenggara pemilihan umum yang berkualtas, dibutuhkan


adanya 4 (empat) karakter yang harus dibangun, diasah dan dikembangkan.
Karakter tersebut yaitu : kepemimpinan, integritas, independensi dan kompetensi.
Penilaian terhadap keempat karakter tersebut haruslah benar-benar dilakukan
secara seksama, obyektif dan proporsional. Meskipun dalam banyak hal dalam
proses suatu penilaian seringkali mengalami beberapa gesekan bahkan benturan
kepentingan (conflic of interest), namun diharapkan sedapat mungkin esensi dari
penilaian masih tetap dikedepankan.
Kepemimpinan, integritas, independensi dan kompetensi yang melekat pada diri
seseorang tidaklah hanya dapat dilihat dan diukur dari gambaran fisik lahiriyah,
namun lebih daripada itu keempat karakter tersebut harus benar-benar digali
dengan baik. Setidaknya harus ada suatu upaya untuk menguraiindikator-indikator
yang ditunjukkan, atau yang biasa dikenal dengan pendekatan indikator (indicators
approach). Sejauh mana penilaian itu dapat menangkap indikator-indikator yang
ditunjukkan pada sikap dan pengungkapan.
Mengacu pada Pedoman Penyusunan Makalah Terstruktur sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 02 Tahun 2013 tentang
Seleksi Anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota, penulis mencoba memberikan gambaran karakter penulis
mengenai kepemimpinan, integritas, independensi dan kompetensi kepemiluan
dalam makalah terstruktur ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk memudahkan pemahaman terhadap pengertian dari 4 (empat) karakter yang


harus dimiliki calon penyelenggara pemilihan umum, sehingga makalah lebih
terarah dan sesuai yang diinginkan, maka perlu diuraikan pengertian dari masing-
masing karakter.

1. Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership merupakan sikap, gaya dan cara bertindak dari
seseorang dalam memimpin dan mengarahkan serta mempengaruhi terhadap
kegiatan sekelompok orang yang saling berhubungan. Kepemimpinan menyangkut
diri pemimpin dan orang lain, pembagian kekuasaan atau tugas, dan mengarahkan
orang yang dipimpinnya.
Sebagaimana dikutip dari T. Hani Handoko, Manajemen Edisi 2 (294 : 1998),
menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu
proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules dalam buku edisi alih bahasa
Indonesia berjudul Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan
Kinerja…….. (276 : 2001), “Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya kerja
(operating style) atau cara bekerja sama dengan orang lain yang konsisten. Melalui
apa yang dikatakannya (bahasa) dan apa yang diperbuatnya (tindakan), seseorang
membantu orang-orang lainnya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Cara
seseorang berbicara kepada yang lainnya dan cara seseorang bersikap di depan orang
lain merupakan suatu gaya kerja.”
Seorang pemimpin dianggap mampu atau sukses dalam kepemimpinannya, ditandai
dengan beberapa ciri atau sifat tertentu yang ditunjukkan. Dengan tanda-tanda
tersebut dapat menciptakan kepemimpinan yang efektif maupun tidak efektif,
tergantung bagaimana pemimpin tersebut dapat memerankan sifat-sifat yang
dimiliki tersebut.

Menurut Edwin Ghiselli (1971) dalam penelitian ilmiahnya, menunjukkan sifat-


sifat tertentu yang penting untuk kepemimpinan yang efektif, yaitu :
1. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability)
atau pelaksanaan fungsi-fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan dan
pengawasan pekerjaan orang lain.
2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung
jawab dan keinginan sukses.
3. Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.
4. Ketegasan (decisiveness), atau kemampuan untuk membuat keputusan-
keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
5. Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk
menghadapi masalah.
6. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan
serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.
Sedangkan menurut Keith Davis (1972), mengikhtisarkan 4 (empat) ciri atau sifat
utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan organisasi,
yaitu : kecerdasan; kedewasaan dan keluasan hubungan sosial; motivasi diri dan
dorongan berprestasi; dan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Calder (1977) berpendapat bahwa : “Kepemimpinan tidak dapat diajarkan sebagai
keahlian. Keahlian tentu dapat membantu manusia untuk bertindak efektif, tetapi
kepemimpinan bergantung pada bagaimana kinerja ini dan pengaruhnya dipahami
oleh orang lain. Mengajarkan kepemimpinan adalah mengajari manusia agar peka
terhadap persepsi orang lain yaitu mengajari mereka agar peka terhadap cara
berpikir sehari-hari sekelompok orang. Dengan demikian, pemindahan
kepemimpinan dari satu kelompok pelaku kepada yang lainnya menjadi persoalan
yang cukup berat. Calon pemimpin harus tanggap terhadap kepemimpinan yang
didasari oleh makna bagi setiap kelompok tempat ia beriteraksi.”
2. Integritas
Kata integritas berasal dari bahasa Inggris yakni integrity, yang berarti menyeluruh,
lengkap atau segalanya. Kamus Oxford menghubungkan arti integritas dengan
kepribadian seseorang yaitu jujur dan utuh. Ada juga yang mengartikan integritas
sebagai keunggulan moral dan menyamakan integritas sebagai “jati diri”. Integritas
juga diartikan sebagai bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik.
Dengan kata lain integritas diartikan sebagai “satunya kata dengan perbuatan”. Paul
J. Meyer menyatakan bahwa “integritas itu nyata dan terjangkau dan mencakup
sifat seperti: bertanggung jawab, jujur, menepati kata-kata, dan setia. Jadi, saat
berbicara tentang integritas tidak pernah lepas dari kepribadian dan karakter
seseorang, yaitu sifat-sifat seperti: dapat dipercaya, komitmen, tanggung jawab,
kejujuran, kebenaran, dan kesetiaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integritas adalah mutu,
sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki
potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan; kejujuran.
Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Definisi laindari integritas
adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan nilai dan
prinsip. Dalam etika,integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari
tindakan seseorang.
Integritas merupakan kesadaran terpadu yang diperoleh dari penghayatan
mendalam akan suatu proses yang pernah dialami, melampaui kreatifitas, nilai,
intuisi, emosi dan daya analisis-rasional. Integritas bisa memunculkan gema, medan
gaya-energi, kreatifitas, kebanggaan dan dapat diinteraksikan kepada orang lain
dalam hubungan individual, kelompok, dan organisasional. Integritas merupakan
ciri watak manusia yang patuh pada prinsip-prinsip moral dan etika, dalam
keadaannya yang menyeluruh, penuh dan utuh. Seorang pemimpin berintegritas
adalah pemimpin yang membuat komitmen dan setia kepada komitmen itu sendiri,
kendati Ia harus menanggung resiko.

3. Independenasi
Independensi berasal dari kata independen. Dari Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia Bebas,Independen (sering disingkatkan menjadi indie), dapat
berarti ‘bebas’, ‘merdeka’ atau ‘berdiri sendiri’.Independensi berarti sikap mental
yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada
orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran diri dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak
dalam merumuskan dan menyatakan pendapat.
Independensi adalah suatu keadaan atau posisi dimana kita tidak terikat dengan
pihak manapun. Artinya keberadaan kita adalah mandiri, tidak mengusung
kepentingan pihak tertentu atau organisasi tertentu.

4. Kompetensi
Menurut Purwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia“Kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu hal.
Kompetensi berasal dari katacompetency atau competence merupakan kata benda,
menurut William D. Powell dalam Aplikasi Linguist Version 1.0 (1997)
diartikan: 1) kecakapan, kemampuan, kompetensi 2) wewenang. Kata sifat
dari competence adalah competent yang berarti cakap, mampu, dan tangkas.
Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan: Pasal 1 (10)
“Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan”.
Selanjutnya dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan NasionalNomor
045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan
“Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”.
Drs. Budiman Sanusi Mpsi. Direktur Psikologi dan Pengembangan Sumberdaya
Manusia (PPSDM), mengatakan Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan,
keterampilan, perilaku, dan sikap yang ditampilkan oleh orang-orang yang
sukses/berhasil dalam mengerjakan suatu tugas dengan prestasi kerja yang optimal.
Definisi kompetensi yang dipahami selama ini adalah mencakup penguasaan
terhadap 3 jenis kemampuan, yaitu: pengetahuan (knowledge, science),
keterampilan teknis (skill, teknologi) dan sikap perilaku (attitude). Kompetensi
haruslah dimaknai kembali sebagai pengembangan integritas pribadi yang dilandasi
iman yang kuat sebagai fondasinya(SQ), baru kemudian dapat membangun
hubungan yang tulus/ikhlas dengan sesama (EQ), dan akhirnya barulah penguasaan
IPTEK melalui IQ bisa bermanfaat untuk membangun bisnis yang etis dalam rangka
mencapai tujuan kemakmuran bersama bagi para stakeholders, tidak hanya untuk
kepentingan ego pribadi.
DESKRIPSI TEMA

1. Tema Kepemimpinan
2. Saya memberikan nilai kemampuan kepemimpinan saya 90. Mengapa? Saya
sudah merasakan pengalaman memimpin dan mengkoordinir banyak orang
baik dalam bekerja maupun di kehidupan sosial kemasyarakatan. Saya dalam
bekerja pernah menjabat sebagai kepala bagian dan kepala cabang. Dalam
kehidupan bermasyarakat, saya pernah secara aklamasi dipercaya warga
menjadi ketua RT yaitu di RT 01 RW 01 Desa Pacing Kecamatan Bangsal
selama 2 (dua) kali periode (2006 – 2009 & 2009 – 2012). Saya seringkali
ditunjuk menjadi anggota KPPS dan ketua KPPS pada pemilu legislatif, pemilu
presiden & wakil presiden, dan pemilu gubernur & wakil gubernur. Saya aktif
di program PNPM Mandiri Perkotaan sebagai relawan, tergabung di
Sekretariat Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Pacing Sejahtera Desa
Pacing (2009 – 2013) dan menjadi Ketua pada beberapa Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM). Pernah menjadi ketua panitia pemilihan kepala desa
Pacing tahun 2010.
Dalam memimpin tidak hanya mampu mengelola, mengkoordinir, mengarahkan,
memotivasi dan bekerjasama serta mengontrol, namun harus mampu memberikan
teladan yang baik bagi setiap orang yang dipimpin.

1. Selama menjadi kepala bagian di PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Mojokerto,
saya membiasakan dalam bagian dibangun kekompakan kerja diantara
petugas. Membiasakan meeting untuk membahas permasalahan dan kendala
yang terjadi dalam bagian. Mengarahkan petugas untuk mengedepankan
pelayanan terbaik kepada customer siapapun mereka. Kepada petugas yang
saya tugaskan ke luar kantor, saya hubungi (telpon/SMS) sekedar ingin
mengetahui kondisi barangkali ada kendala di jalan maupun di lokasi yang
dituju, dan saya minta agar tidak segan-segan menginformasikan hal-hal yang
tidak dapat diputuskan sendiri.
Selama menjabat sebagai Kepala PT. BPR Sahabat Sedati Kantor Cabang Gresik,
saya biasakan minimal seminggu 2 (dua) kali dilakukan meeting pagi dengan seluruh
karyawan, setiap pagi berdoa bersama, dan setiap sore briefing dengan petugas AO.
Tidak jarang saya sampaikan agar sekecil apapun kendala yang tidak dapat
diselesaikan oleh setiap karyawan, disampaikan kepada saya untuk dicarikan solusi
penyelesaiannya.
Tahun 2006 tepatnya bulan juni secara voting saya mendapat suara terbanyak
menjadi kandidat ketua RT. Dari beberapa kandidat secara aklamasi menunjuk saya
sebagai ketua RT dan yang lain menjadi pengurus RT. Sambutan perdana saya salah
satunya adalah meminta warga menyepakati bahwa masa bakti ketua RT 01 selama 3
(tiga) tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa bakti. Seluruh kepala
keluarga yang hadir menyetujui kesepakatan tersebut. Pada bulan Juni 2009 pada
saat pertemuan rutin, saya sampaikan bahwa saya telah habis masa bakti saya dan
perlu dilakukan pemilihan kembali. Seluruh yang hadir secara aklamasi menunjuk
saya untuk kembali menjadi ketua RT. Bulan April 2012 pada saat pertemuan, saya
sampaikan bahwa masa bakti saya akan habis dan saya menyatakan mengundurkan
diri karena bersamaan saya akan pindah kerja di luar Kabupaten Mojokerto.

Pada pertemuan rutin bulan Juni 2012, ternyata tanpa sepengetahuan saya warga
mengundang Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Kepala Dusun. Pada saat itu terjadi
saling tidak mau ditunjuk untuk dicalonkan menjadi ketua RT. Satu per-satu yang
hadir ditanya oleh Kepala Dusun perihal kesanggupan untuk dicalonkan, namun
tidak ada yang bersedia. Pertanyaan diulangi sekali lagi dan alhamdulillah ada satu
orang warga yang bersedia dan secara aklamasi ditunjuk menjadi ketua RT 01.

Selama menjadi ketua RT 01 RW 01 Desa Pacing Kecamatan Bangsal, telah tertata


sedemikian rupa, diadakan pertemuan rutin warga RT yang dihadiri kepala keluarga,
dengan ditambah kegiatan pembacaan tahlil. Pengarahan yang saya sampaikan pada
saat pertemuan rutin antara lain: informasi penting dari pemerintah desa,
kebersihan lingkungan, keakraban dan kerukunan antar warga RT, termasuk tidak
putus-putusnya pesan untuk menjaga keamanan di lingkungan rumah masing-
masing, dan tidak terkecuali pada saat penyelenggaraan pemilu menyampaikan
informasi kepemiluan. Setiap peringatan HUT Kemerdekaan RI saya selalu
mengajak warga untuk mengadakan malam tasyakuran dan perlombaan anak-anak
dengan biaya secara swadaya. Saya berhasil mengusulkan kegiatan lingkungan,
sosial dan ekonomi pada program PNPM Mandiri Perkotaan yang ada di Desa Pacing
antara lain: pavingisasi, normalisasi saluran, pembangunan MCK & WC pribadi,
bedah rumah, santunan anak yatim dan pinjaman bergulir.

Selama menjadi relawan program PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Pacing, saya
berusaha secara tulus ikhlas mencurahkan kemampuan saya demi kemajuan desa
dan suksesnya program nasional ini, karena sifatnya kerelawanan. Terhadap
penataan administrasi dan keuangan dalam kesekretariatan BKM Pacing Sejahtera,
saya telah berusaha memperbaikinya termasuk penataan arsip kegiatan KSM baik
kegiatan lingkungan, sosial dan ekonomi.

Pada saat menjadi ketua panitian pemilihan kepala desa tahun 2010, saya berusaha
sekuat tenaga untuk menjadi pemimpin yang mampu mengkoordinir,
merencanakan, mengelola, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan. Pada saat
menetapkan anggaran biaya pemilihan, nuansa arogansi saya minimalisir dengan
cara mengundang calon untuk membahas dan menyepakati anggaran dari item ke
item. Dengan demikian, permasalahan serius yang mungkin terjadi terkait anggaran
biaya dapat diatasi. Tahapan pemilihan kepala desa dapat dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan dan tetap terjaga kondisi yang kondusif, aman
dan terkendali.

2. Tema Integritas
3. Saya menilai sendiri tingkat integritas saya 95. Mengapa? Bagi saya sesuatu hal
yang prinsip harus diperjuangkan dan dipertahankan. Apalagi hal yang prinsip
tersebut menyangkut nilai-nilai luhur dan keyakinan. Disiplin dan selalu
menepati janji-janji yang telah diucapkan merupakan hal yang prinsip. Apa
yang terpikir menjadikan ungkapan dan ungkapan itu implementasinya pada
perbuatan. Komitmen yang telah dibuat dan disepakati harus dipenuhi, karena
setia pada komitmen merupakan keluhuran nilai.
4. Sebagai profesional yang pernah bekerja di bidang perbankan, saya senantiasa
memperjuangkan dan mempertahankan komitmen yang telah dibuat dengan
customer. Hal ini saya lakukan ketika bekerja di PD. BPR Bank Pasar
Kabupaten Mojokerto sebagai kepala bagian yang membidangi perkreditan,
maupun pada saat bekerja di PT. BPR Sahabat Sedati Sidoarjo selaku Kepala
Cabang Kantor Gresik. Sepanjang komitmen tersebut tidak melanggar nilai-
nilai luhur, norma dan etika, memenuhi komitmen harus saya lakukan.
Memenuhi komitmen dengan customer yang telah memenuhi seluruh persyaratan
baik secara administratif maupun teknis, tidaklah menjadi kendala yang berarti
untuk memperjuangkannya. Sekalipun komitmen itu harus melayani customer
dengan segera, karena argumen yang harus saya ajukan kepada pimpinan dapat
diterima dengan logika dan perhitungan teknis.

Ujian berat seringkali datang ketika calon nasabah mengajukan permohonan kredit
yang tidak sesuai dengan kondisi dan persyaratannya kedodoran. Petugas account
officer (AO) yang melakukan pengumpulan data administrasi dan teknis calon
nasabah, adakalanya mencoba mengusik integritas saya. Apabila berkas yang dibawa
petugas AO menurut penilaian saya kurang memenuhi syarat, saya minta untuk
ditinggal di meja untuk saya pelajari. Saya perlu melakukan klarifikasi langsung
kepada calon nasabah untuk penyempurnaan perasyaratan yang kurang. Tidak
jarang calon nasabah kurang memahami persyaratan dan petugas AO tidak
menjelaskan secara gamblang persyaratannya dan terkesan memudahkan
kelengkapan persyaratan. Jika ada petugas AO melaporkan suatu hasil kunjungan
(on the spot) dengan penyampaian yang plintat-plintut, indikasi sesuatu yang tidak
beres pasti terjadi. Klarifikasi langsung yang saya lakukan menunjukkan bahwa
petugas AO sudah bermain mata dengan calon nasabah. Jika hal yang demikian
terjadi, saya segera panggil petugas AO untuk membawa berkas tersebut dan
mengembalikannya kepada calon nasabah. Selanjutnya calon nasabah saya hubungi
atau saya menugaskan petugas lain untuk memberitahu bahwa untuk sementara
pengajuannya belum dapat diproses lebih lanjut.
Kejadian lain pernah terjadi ketika saya menjadi Kepala Cabang Kantor Gresik,
terkait dengan kelengkapan persyaratan dari calon nasabah yang berupa fotokopi
KTP dan fotokopi STNK & pajak kendaraan. Secara teknis pengajuan sudah
memenuhi persyaratan dan ketentuan, namun secara administratif masalah tersebut
belum dapat dipertanggung-jawabkan. Petugas AO mencoba mengganggu integritas
saya tentang komitmen terhadap pengajuan yang memenuhi syarat. Dalam fotokopi
KTP tercantum masa berlakunya telah habis seminggu sebelum permohonan
diajukan namun masih dalam bulan yang sama. Sedangkan dalam fotokopi pajak
kendaraan terdapat tanggal penerbitan dan masa berlaku yang dirubah. Pada saat
saya panggil, petugas AO mempertahankan kebenaran data fotokopi pajak
kendaraan dan mengakui fotokopi KTP sudah kadaluwarsa. Petugas menunjukkan
sejumlah uang yang diterima dari calon nasabah untuk pengurusan KTP baru.

Saya sampaikan kepada petugas AO agar sejumlah uang tersebut dikembalikan


kepada calon nasabah agar KTP yang baru segera diurusi. Mengenai fotokopi pajak
kendaraan, saya meminta petugas AO mengecek kembali aslinya. Alhasil, petugas
AO mengakui kekhilafannya, bahwa dia juga telah memberikan janji kepada calon
nasabah untuk mengurus pajak kendaraan setelah permohonan kreditnya disetujui
dan dicairkan. Saya sampaikan kepada petugas AO bahwa secara teknis sudah
memenuhi syarat, namun kelengkapan administasinya diselesaikan sebagaimana
mestinya. Saya juga meminta agar kejadian ini tidak sampai diulangi lagi. Dan, saya
sangat yakin calon nasabah tidak akan memenuhi persyaratan administrasinya
karena pajak kendaraan tidak dibayar selama 3 (tiga) tahun sehingga biaya
pengurusannya cukup besar. Padahal apabila saya mau, petugas AO menyampaikan
telah menarget biaya pengurusan pajak kendaraan melebihi ketentuannya, sehingga
sisanya akan dibagi dengan saya. Kejadian ini saya catat tersendiri sebagai bahan
pertimbangan dalam penilaian kerja petugas AO tersebut.

3. Tema Independensi
4. Saya menilai tingkat independensi saya adalah 90. Mengapa? Sebagai pribadi
yang berpendidikan dan mengedepankan intelektualitas yang saya miliki, saya
memiliki keteguhan dan dapat menjaga netralitas. Salah satu ciri orang
berpendidikan adalah mengesampingkan kepentingan sesaat dan memandang
permasalahan jauh ke depan. Saya harus tetap merdeka bebas dari tekanan dan
tidak mau didikte oleh siapapun.
5. Pengalaman menarik yang pernah saya alami pada saat mendapat amanat
menjadi Ketua KPPS pada TPS 02 di Desa Pacing Kecamatan Bangsal
Kabupaten Mojokerto, pada penyelenggaraan pemilu legislatif Tahun 2009.
Sehari setelah saya dilantik dan diambil sumpah/janji sebagai Ketua KPPS,
sekitar pukul 11.00 WIB. saya dihubungi seseorang melalui telepon selular
saya. Orang tersebut semula bermaksud ingin bersilaturrahmi ke rumah saya.
Spontan saya sampaikan rumah saya cukup jauh dari jalan raya, setelah
sebelumnya saya sapa niat persahabatan tersebut dengan tangan terbuka
“monggo” mampir ke gubug saya.
Pada malam hari menjelang pukul 21.00 WIB. orang tadi datang ke rumah saya
sendirian dengan mengendarai sepeda motor. Setelah berbicara panjang lebar
mengenai latar belakang keluarganya, sampailah pada cerita pengalamannya
bergabung dalam salah satu partai dan menjadi tim sukses maupun tim sukses
bayangan setiap pemilihan kepala desa. Pada saat itu, “oknum” tersebut menjadi
koordinator tim sukses salah satu calon legislatif (DPRD) dari salah satu partai
politik.

Disampaikan kepada saya bahwa dia telah mendatangi rumah dari beberapa ketua
KPPS yang ada di Desa Pacing Kecamatan Bangsal. Dari semua ketua KPPS yang
didatangi ada yang langsung meng-iya-kan tawarannya, ada yang masih
mempertimbangkan dan ada juga yang masih menunggu situasi yang berkembang di
TPS. Tawarannya adalah bahwa tingkat kehadiran pemilih berdasarkan survey masih
rendah, sehingga surat suara nantinya akan banyak yang tersisa. Apabila sisa surat
suara tersebut dapat dimanfaatkan menjadi suara sah kenapa tidak? Dia berharap
sisa surat suara tersebut dicontreng sendiri oleh ketua KPPS dibantu beberapa
anggota KPPS lainnya, untuk salah satu calon legislatif yang meminta “oknum”
tersebut. Apabila ketua KPPS bersedia, maka akan ada imbalan sebesar Rp. 50.000,-
untuk setiap surat suara. Cukup menggiurkan apabila keinginan “oknum” tersebut
dapat disetujui oleh seluruh ketua KPPS.

Saya mencoba menggali sampai sejauh mana sepak terjang orang ini. Saya
sampaikan bahwa sangat tidak mungkin saya melakukan hal yang dimaksudkan dan
hal itu menjadi suatu tindakan pelanggaran seorang ketua dan anggota KPPS. Dia
mengarahkan agar saya menggunakan kesempatan waktu sepi atau lengang
menjelang akhir batas waktu pemungutan suara. Ternyata licin benar taktik orang
ini, pantas sekali dia banyak dipakai oleh banyak calon kepala desa.

Saya jawab dengan halus tawarannya dengan menyampaikan bahwa selama menjadi
petugas di TPS sejak pemilu 1999 tidak pernah diarahkan oleh partai politik peserta
pemilu ataupun berusaha mengarahkan pemilih untuk memilih partai politik atau
calon anggota legislatif tertentu. Saya bekerja sesuai tugas yang dibebankan kepada
saya dan melaksanakan tugas sesuai petunjuk yang ada di Buku Panduan KPU.
Merasa tidak puas dengan jawaban halus saya, “oknum” tadi berusaha mengelabui
saya dengan menambah imbalan menjadi Rp. 60.000,- untuk setiap surat suara.
Karena waktu sudah larut malam, saya harus menyudahi dagelan politik yang
dibawanya. Saya sampaikan permohonan maaf bahwa saya tidak dapat membantu
dan menyetujui tawarannya. “Maaf mas, kita bisa berteman dan bisa bersahabat di
lain waktu dan lain suasana pada bisnis yang lumrah-lumrah saja”, seingat saya
inilah ungkapan akhir yang saya sampaikan.
Ternyata tidak berakhir di malam itu saja, tawaran terus berlanjut pada saat
pemungutan suara. Dengan nomor lain, orang tersebut mendesak saya untuk
menerima tawarannya. Jawaban saya singkat, “maaf saya lagi repot mas, jangan
diganggu”. Telepon selular saya matikan sampai pukul 13.00 WIB. tepat pada saat
waktu pemberian suara berakhir. Setelah saya buka ternyata ada sekitar belasan
SMS masuk dengan berbagai nomor tapi satu nada. Selama di TPS tidak ada kendala
yang berarti sampai penghitungan suara. Memang pada saat itu cukup lumayan
pemilih yang tidak hadir, namun apapun keadaannya itulah pilihan masyarakat pada
pemilu legislatif Tahun 2009.

Apakah memang benar ada ketua KPPS yang telah dikunjungi orang tersebut?, saya
tidak melakukan klarifikasi. Hanya kabar burung yang sampai ke telinga saya, bahwa
ada beberapa ketua KPPS yang melakukan pencontrengan sendiri terhadap surat
suara yang tersisa. Saya tidak dapat menyimpulkan berita yang tidak jelas dan tidak
memiliki bukti yang cukup.

1. Penyelenggaraan pemilu adalah sebuah pesta demokrasi yang konstitusional


dan menjadi hajat bersama masyarakat, saya yakin sangatlah tidak mungkin
terjadi kegoncangan politik yang besar kecuali intimidasi dari oknum-oknum
tertentu dari partai politik jika kepentingannya tidak diakomodasi. Aparat
keamanan TNI/Polri sampai petugas Linmas turut serta menjaga dan
mengamankan pelaksanaan pemilu. Ketikaterdapat kepentingan partai politik
tertentu meminta kepentingannya diakomodasi, saya akan tetap pada
pendirian tugas dan tanggung jawab saya. Karena kewenangan yang saya miliki
tidak mungkin dapat diperjual-belikan untuk kepentingan partai politik
tertentu, dan kewenangan itu harus dipertanggung-jawabkan meskipun
mengandung resiko pribadi bagi saya.

4. Tema Kompetensi Kepemiluan


5. Mengapa pemilu itu penting dalam negara demokrasi?
Ciri mendasar dalam negara demokrasi adalah kedaulatan berada di tangan rakyat,
karena berdirinya suatu negara merupakan kehendak seluruh rakyatnya. Agar
penyelenggaraan negara dapat berjalan dengan efektif dan efisien, diperlukan para
pemimpin penyelenggara negara dan keterwakilan rakyat dalam penyelenggaraan
negara. Rakyat harus memberikan peran dalam menentukan para pemimpin dan
para wakilnya yang berkualitas dan dapat mengakomodasi aspirasi rakyatnya
melalui suatu mekanisme yang telah disepakati bersama dalam konstitusi yang telah
dibentuk pada saat pendirian suatu negara.
Bentuk paling riil dalam berdemokrasi serta wujud paling konkret keikutsertaan
(partisipasi) rakyat dalam penyelenggaraan negara adalah melakukan pemilihan
atau yang biasa dikenal dengan pemilihan umum atau pemilu. Dalam setiap kurun
waktu tertentu, pemilu diharapkan benar-benar dapat mewujudkan pemerintahan
yang demokratis melalui penataan, sistem dan kualitas penyelenggaraan pemilu.

Oleh karena itu, pemilu sangatlah penting dalam negara demokrasi. Karena pemilu
merupakan satu-satunya sarana perwujudan kedaulatan rakyat, sarana bagi rakyat
untuk berpartisipasi dalam proses politik, sarana bagi pemimpin politik untuk
memperoleh legitimasi, sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara
konstitusional.

1. Hubungan antara sistem pemilu, sistem kepartaian dan sistem pemerintahan


Sistem pemilu, sistem kepartaian dan sistem pemerintahan sangatlah erat
hubungannya. Dalam negara demokrasi, sistem pemerintahan haruslah ditentukan
seperti apa pemerintahan itu dijalankan. Sistem pemerintahan akan berjalan
manakala pemimpin dan para wakil rakyat sebagai penyelenggaraan negara dapat
terbentuk melalui suatu sistem pemilu. Sedangkan sistem pemilu tidak akan
terwujud apabila sistem kepartaian tidak ditetapkan secara jelas sesuai amanat
konstitusi dari negara demokrasi.

Untuk menjalankan pemerintahannya, suatu negara membutuhkan adanya sistem


pemerintahan. Sistem ini mengatur bekerjanya komponen-komponen utama dalam
negara, terutama lembaga eksekutif dan lembaga legislatif. Oleh karena itu, sistem
pemerintahan merupakan tatanan aturan yang disusun secara sistematis dalam
penyelenggaraan suatu negara. Negara Indonesia sampai saat ini menganut sistem
pemerintahan presidensial, meskipun dalam sejarah berbangsa pernah menerapkan
pemerintahan parlementer dan turunan dari kedua sistem pemerintahan tersebut
yaitu pemerintahan terpimpin dan pemerintahan parlementer tidak sepenuhnya
atau quasy parlementer. Dalam trias politika, dikenal adanya pemisahan antara
kekuasaan eksekutif (presiden, wakil presiden, para menteri dan pemerintah
daerah), legislatif (DPR, DPD dan DPRD) dan yudikatif (pelaksanaan undang-
undang), dan kegiatan administrasi negara sangat berturmpu pada dua lembaga,
yaitu eksekutif dan legislatif.
Sistem kepartaian merupakan sebuah pengaturan mengenai hubungan partai politik
yang berkaitan dengan pembentukan pemerintahan, dan secara lebih specifik
apakah kekuatan mereka memberikan prospek untuk memenangkan atau berbagi
(sharing) kekuasaan pemerintah (Sartori, 1976). Andrew Heywood (2002)
berpendapat bahwa sistem partai politik adalah sebuah jaringan dari hubungan dan
interakasi antara partai politik di dalam sebuah sistem politik yang berjalan.
Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 (Pasal 1, UU No 2/2008). Tujuan partai politik adalah untuk meraih
dan mempertahankan tahta kekuasaan untuk mewujudkan rencana program yang
telah disusun oleh mereka sesuai ideologi yang dianut.
Sistem kepartaian merupakan pola interaksi partai politik dalam satu sistem politik
yang menentukan format dan mekanisme kerja satu sistem pemerintahan. Negara
Indonesia menganut sistem multi partai. Dalam perkembangannya terjadi
dinamisasi partai politik dan sistem kepartaian, sehingga perlu diberlakukan adanya
ambang batas (Electroral Threshold). Pada pemilu tahun 2014 terdapat 12 (dua
belas) partai politik yang berkompetisi merebut simpati kehendak rakyat. Meliputi :
Partai Nasdem, PKB, PKS, PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat,
PAN, PPP, Partai Hanura, PBB dan PKPI.
1. Siklus atau tahapan penyelenggaraan pemilu
Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 1, UU
No. 8/2012). Penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia secara nasional di era
reformasi dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali, meliputi pemilu legislatif dan
pemilu presiden dan wakil presiden.
Tahapan pemilu legislatif berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor
07 Tahun 2012 tentang Tahapan, program, dan jadual Penyelenggaraan
Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014, meliputi : tahapan persiapan,
tahapan penyelenggaraan, dan tahapan penyelesaian.
Pada tahapan persiapan yang dilakukan adalah: penataan organisasi (KPU, KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota); pendaftaran pemantau dan pemantauan;
pembentukan badan penyelenggaran (PPK & PPS/PPSLN, KPPS/KPPSLN dan
Pantarlih/Pantarlih LN); Seleksi anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota;
rapat kerja, rapat koordinasi, dan bimbingan teknis di setiap tingkatan; sosialisasi,
publikasi, dan pendidikan pemilih; pengelolaan data dan informasi; dan penyiapan
logistik.
Tahapan penyelenggaraan meliputi: perencanaan program dan anggaran;
penyusunan peraturan KPU; pendaftaran dan verifikasi peserta pemilu;
pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih; penyusunan daftar
pemilih di luar negeri; penataan dan penetapan daerah pemilihan; pencalonan
anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota; masa kampanye;
masa tenang; pemungutan dan penghitungan suara; rekapitulasi hasil penghitungan
suara; penetapan hasil pemilu secara nasional; penetapan partai politik memenuhi
ambang batas; penetapan perolehan kursi dan calon terpilih; peresmian keanggota
DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, DPR dan DPD; dan pengucapan
sumpah/janji anggota DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, DPR dan DPD.
Tahapan penyelesaian terdiri dari: penyelesaian perselisihan hasil pemilu;
penyusunan laporan penyelenggaraan pemilu; penyusunan dokumentasi;
pengelolaan arsip; pembubaran badan-badan penyelenggara ad hoc; dan
penyusunan laporan keuangan.
1. Menciptakan pemilu yang berkualitas
Pemilu dikatakan berkualitas apabila penyelenggaraan pemilu tersebut dapat
menjamin terlaksananya hak politik masyarakat dalam berdemokrasi. Untuk
menciptakan itu, setiap warganegara yang memiliki hak pilih termasuk saya
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakannya. Karena saat ini kualitas pemilu
sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu.

Sebagai warganegara yang memiliki hak pilih, secara pribadi saya bersedia untuk
dicatat sebagai pemilih oleh petugas pantarlih. Secara aktif melihat daftar pemilih
sementara maupun daftar pemilih tetap yang diumumkan penyelenggara pemilu.
Tidak berharap atau bersedia menerima pemberian sesuatu dari partai politik
maupun calon anggota legislatif, baik sebelum kampanye, pada saat kampanye
maupun pada hari tenang. Pada saat pemungutan suara bersedia hadir dan
memberikan hak suara dengan memilih atau mencoblos calon legislatif yang sesuai.

Sebagai kepala keluarga, saya mengajak seluruh anggota keluarga yang telah
memiliki hak pilih untuk turut serta menyukseskan pelaksanaan pemilu termasuk
memberikan hak suara pada saat pemungutan suara, sehingga hak politik mereka
dapat terjamin dan terlaksana dengan baik.

Sebagai anggota masyarakat dan tokoh masyarakat di lingkungan masyarakat sekitar


maupun dalam pergaulan dengan teman atau relasi, dengan pengetahuan
kepemiluan yang saya miliki, saya sampaikan bahwa pemilu adalah hajat nasional
dan harus diselenggarakan dengan sukses, tertib dan aman. Bahwa pemberian dan
menerima pemberian sesuatu dari partai politik atau calon legislatif merupakan
pelanggaran dan tindak pidana. Bagaimanapun juga, hak politik perlu disalurkan
dan dilaksanakan dengan cara mengetahui partai politik peserta pemilu, melihat
televisi yang menyiarkan tentang pemilu, bersedia didaftar sebagai pemilih, dan
yang tidak kalah pentingnya bersedia hadir memberikan hak suara di TPS dengan
mencoblos calon legislatif sesuai pilihannya.

Apabila nantinya saya ditetapkan sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum


Kabupaten Mojokerto periode 2014 – 2019, akan bekerja sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi yang menjadi kewajiban saya. Namun kebiasaan yang saya lakukan
sebagai pribadi, kepala keluarga, anggota masyarakat dan tokoh masyarakat akan
tetap saya lakukan.

Sosialisasi kepemiluan dan pendidikan kepada pemilih merupakan tanggung jawab


penyelenggara pemilu, sehingga perlu dilakukan secara sistematis kepada
masyarakat luas. Tidak sekedar memasang pamflet, baliho dan selebaran, serta
melalui media massa, namun sosialisasi diarahkan lebih banyak dengan cara tatap
muka dengan pemilih pemula dan pemilih lansia. Sosialisasi tatap muka
dilaksanakan secara menyeluruh di wilayah Kabupaten Mojokerto, antara lain : di
balai desa/kelurahan, sekolah lanjutan tingkat atas, purnawirawan/pensiunan
TNI/Polri dan komunitas-komunitas masyarakat tertentu.

Saya akan mengusulkan adanya jargon “Malu Memberi dan Malu Menerima” yang
didengungkan secara lebih keras dan terbuka. Pada saat deklarasi siap menang dan
siap kalah, para pimpinan partai politik atasnama para calon legislatif bersama
pimpinan seluruh komponen melakukan ikrar ketulusan mengenai jargon tersebut.
PENUTUP

Bahwa untuk mendapatkan penyelenggara pemilihan umum yang berkualitas, maka


penilaian terhadap karakter kepemimpinan, integritas, independensi dan
kompetensi kepemiluan perlu digali secara lebih mendalam melalui pendekatan
indikator (indicators approach).
Ciri negara demokrasi adalah kedaulatan berada di tangan rakyat dan sarana yang
paling tepat untuk mewujudkan kedaulatan rakyat adalah pemilihan umum. Ada
hubungan yang saling terkait antara sistem pemilu, sistem kepartaian dan sistem
pemerintahan. Pemilu dikatakan berkualitas apabila penyelenggaraan pemilu
tersebut dapat menjamin terlaksananya hak politik masyarakat dalam berdemokrasi.

Saya berharap, dengan penulisan Makalah Terstruktur ini dapat menjadi bahan
pertimbangan yang positif bagi Tim Seleksi Calon Anggota Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mojokerto dalam rangka memberikan penilaian terhadap kepemimpinan,
integritas, independensi dan kompetensi kepemiluan yang saya miliki. Setidaknya
dapat menambah khasanah bagi siapa saja yang membacanya.

Anda mungkin juga menyukai