SKRINING PASIEN
TAHUN 2016
DEFINISI
Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat
dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi.
(Kamus Dorland ed. 25 : 974). Menurut Rochjati (2008), skrining merupakan pengenalan diri
secara pro - aktif pada ibu hamil untuk menentukan adanya masalah atau resiko.
Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau
kelainan pasien sehingga si dapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat kontak
pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan unuk menerima
pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk pelayanan kesehatan lainnya dengan
dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Skrining di
lakukan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium, klinik atau diagnostic imaging sebelumnya.
Skrining dilakukan apabila pasien tiba - tiba di rumah sakit, pada saat pasien di transportasi
emergency atau di sumber rujukan.
BAB II
RUANG LINGKUP
Skrining dapat dilakukan di luar rumah sakit dan pada saat pasien dating ke lingkungan Rumah
Sakit H. Abdul Aziz Marabahan. Petugas Rumah Sakit yang dapat melakukan skrining pasien
antara lain security, petugas admisi, petugas IGD, petugas rawat jalan dan petugas di instalasi
penunjang medis.
A. Kriteria triage
B. Evaluasi visual atau pengamatan
C. Evaluasi melalui telepon
D. Evaluasi Hasil Pemerikasaan Penunjang Sebelumnya.
iii
BAB III
TATA LAKSANA
A. Triage
Triage adalah seleksi sesuai tingkat kegawatdaruratan sehingga pasien terseleksi dalam
mendapatkan pertolongan sesuai tingkat kegawatannya.Triage dilakukan baik di luar rumah sakit
(pra hospital) maupun didalam rumah sakit. Triage di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan
menggunakan sistem labeling warna, pasien ditentukan apakah gawat darurat, gawat tidak
darurat atau darurat tidak gawat atau tidak gawat tidak darurat. Pasien yang telah di seleksi diberi
label warna pada list nya, sesuai dengan tingkat kegawatannya.
Adapun pemberian labeling warna sesuai dengan tingkat kegawatan, sebagai berikut :
Untuk di triase IGD petugas melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan kriteria
AVPU :
A : Alert
iv
V : Respon to verbal
P : Respon to pain
U : Unrespon
Penilaian awal ini intinya adalah :
1. Primary survey yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicari keadaan yang
mengancam nyawa dan apabila menemukan harus dilakukan resusitasi. Penanganan
ABCDE yang dimaksud adalah:
A. Airway dengan control cervical
B. Breathing dan ventilasi
C. Circulation dengan control perdarahan
D. Disability, status neurologis dan nilai GCS
E. Exposure buka baju penderita tapi cegah hipotermi
Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter urin (folley catheter),
kateter lambung (NGT), pemasangan heart monitor dan pemeriksaan laboratorium atau
rontgen
2. Secondary survey
Pemeriksaan teliti dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki, dari depan belakang
dan setiap lubang dimasukkan jari (tube finger in every orificium).
a. Anamnesa melalui pasien, keluarga atau petugas pra hospital yang meliputi :
A : Alergi
b. Pemeriksan fisik meliputi : inspeksi, palpasi, dan perkusi. Periksa dengan teliti
apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit (BTLS). Pemeriksaan
punggung dilakukan dengan log roll (memiringkan penderita dengan tetap menjaga
kesegarisan tubuh). Cek tanda - tanda vital.
1. Lakukan skrining secara visual oleh petugas security atau petugas lainnya kepada setiap
pasien yang dating ke Rumah Sakit H. Abdul Aziz Marabahan
v
a. Apabila petugas melihat adanya kegawatan (seperti sesak, nyeri perut hebat,
lemas, pucat, muntah, dsb) arahkan atau antarkan pasien ke IGD
b. Apabila pasien tidak ditemukan tanda kegawatan, arahkan pasien kebagian
admisi
2. Saat di admisi, lakukan skrining visual oleh petugas admisi.
a. Apabila petugas melihat adanya kegawatan arahkan pasien ke IGD. Apabila
pasien dalam keadaan hamil dan mempunyai keluhan dalam kehamilannya missal
pecah ketuban, perdarahan, kontraksi, arahkan pasien ke IGD (PONEK).
b. Apabila pasien tidak ditemukan tanda kegawatan, tanyakan tujuan kedatangan
pasien atau nama dokter yang dituju serta jelaskan jenis pelayanan dan waktu
pelayanan yang disiapkan oleh Rumah Sakit kemudian arahkan ke Instalasi yang
dituju.
3. Saat pasien berada di Instalasi penunjang medis (Instalasi Farmasi, laboratorium,
Radiologi, Rehabilitasi medic), lakukan skrining visual oleh petugas di Instalasi terkait:
a. Apabila petugas melihat adanya kegawatan arahkan pasien ke IGD. Apabila
pasien dalam keadaan hamil dan mempunyai keluhan dalam kehamilannya missal
pecah ketuban, perdarahan, kontraksi, arahkan pasien ke IGD (PONEK).
b. Apabila pasien tidak ditemukan tanda kegawatan, layani pasien sesuai
kebutuhannya.
Skrining Medis :
1. Lakukan Skrining medis oleh dokter atau perawat yang kontak pertama kali dengan
pasien dengan menanyakan keluhan pasien serta mengamati adanya tanda – tanda
kegawatan pada pasien.
a. Apabila dokter atau perawat menemukan adanya kegawatan, arahkan pasien ke
IGD. Apabila pasien dalam keadaan hamil dan mempunyai keluhan dalam
kehamilannya missal pecah ketuban, perdarahan, kontraksi, arahkan pasien ke
IGD (PONEK).
b. Apabila pasien tidak ditemukan tanda kegawatan, arahkan pasien kebagian
admisi.
2. LakukanTriaseolehpetugas IGD yang berkompeten melakukan Triase (mengikuti
pelatihan Triase)
1. Terima telepon dari pasien atau keluarga pasien, dan tanyakan jenis pelayanan yang
vi
dibutuhkan pasien.
2. Apabila pasien/ keluarga belum tahu mengenai jenis pelayanan yang dibutuhkan,
tanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien.
3. Arahkan pasien kepada jenis pelayanan yang ada sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Apabila pasien membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai keluhan / penyakitnya,
hubungi petugas IGD / Triage.
5. Apabila pelayanan yang dibutuhkan pasien tersedia, maka daftarkan pasien sebagai
pasien rawat jalan.
6. Apabila pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien tidak tersedia, maka arahkan pasien
untuk berobat ke Rumah Sakit lain yang menyediakan fasilitas tersebut.
Skriningpasienrujukanolehpetugas IGD
1. Terima telepon dari petugas Rumah Sakit atau Fasilitas kesehatan perujuk dan tanyakan
jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien, missal ruang perawatan yang dibutuhkan,
alat medis khusus yang dibutuhkan (ventilator, dsb). Tanyakan oleh dokter IGD
mengenai data klinis (Keadaan umum, kesadaran, tanda vital, hasil pemeriksaan fisik
dan penunjang yang abnormal) serta diagnosis pasien kepada dokter jaga rumah sakit
atau fasilitas kesehatan perujuk.
2. Informasikan kepada pihak Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan yang merujuk untuk
menunggu beberapa waktu karena pihak rumah sakit akan mengkoordinasikan terlebih
dahulu dengan unit terkait.
3. Hubungi instalasi terkait untuk menanyakan ketersedian jenis pelayanan yang
dibutuhkan pasien.
vii
b) Gula darah sewaktu
c) ECG (jika usia >40 tahun)
Pada kasus yang sudah pasti tidak dapat dilayani di Rumah Sakit H. Abdul Aziz Marabahan
maka pemeriksaan penunjang diagnostik dapat tidak dilakukan
viii
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua hasil skrining di catat dalam rekam medis IGD dan poliklinik.
ix
BAB V
PENUTUP
Demikianlah panduan Skrining ini agar dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan
pelayanan perumahsakitan yang bermutu, aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan
keselamatan pasien.
Ditetapkan di : Marabahan
Pada tanggal :
Direktur
x
11