Buku Gerontik (Issbn)
Buku Gerontik (Issbn)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerontologi
Ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (KOZIER, 2010)
Cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin
terjadi pada lanjut usia
Gerontologi Nursing
ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia (KOZIER, 2009)
Geriartri berasal dari kata Geros = lanjut usia dan Eatrie = kesehatan/medikal
Geriartri
Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lanjut usia
Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif
maupun terapeutik bagi klien lanjut usia.
Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat-
akibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek dari
geriartri adalah manusia lanjut usia.
1
Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit
dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia.
Geriartri Nursing
Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua
(KOZIER, 2010).
Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada
tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara
komprehensif.oleh karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit
(Geriartric Nursing) dan dirawat di Rumah Sakit merupakan bagian dari
Gerontic Nursing.
2
Lanjut usia tua (old), yaitu antara 75 sampai 90 tahun
Usia sangat tua (very old), yaitu di atas 90 tahun
Sebenarnya Lanjut Usia Merupakan suatu proses alami yang telah ditentukan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa. Umur manusia sebagai mahluk hidup terbatas oleh suatu
3
peraturan alam. Umur manusia maksimal sekitar 6 X umur masa bayi sampai (6 X
20 tahun = 120 tahun). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi sehingga bagi kebanyakan orang, masa
tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan.
Birren Anda Jenner (1997) mengusulkan untuk membedakan antara : usia biologis,
usia psikologis dan usia sosial.
Usia biologis : yang menunjukkan kepada jangka waktu seseorang
sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup, tidak
Mati.
Usia psikologis : yang menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk
Mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada
situasi yang dihadapinya.
Usia sosial : yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan
atau diberikan masyarakat kepada seseorang
sehubungan dengan usianya.
4
Lanjut usia tidak hanya ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat pula
berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan
sosialnya akan semakin berkurang, sehingga mengakibatkan berkurangnnya
integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada
kebahagiaan seseorang.
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian dari para lanjut usia tersebut
masih mempunyai kemampuan untuk bekerja. Permasalahan yang muncul
adalah bagaimana memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka tersebut di
dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.
Di samping itu, masih ada sebagian dari lanjut usia dalam keadaan terlantar,
selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan/penghasilan, mereka juga
tidak mempunyai keluarga/sebatang kara.
Dalam masyarakat tradisional, biasanya lanjut usia dihargai dan dihormati
sehingga mereka masih dapat berperan yang berguna bagi masyarakat. Akan
tetapi, dalam masyarakat industri ada kecenderungan mereka kurang dihargai
sehingga mereka terisolir dari kehidupan masyarakat.
Didasarkan pada sistem kultural yang berlaku maka mengharuskan generasi
tua/lanjut usia masih dibutuhkan sebagai pembina agar jati diri budaya dan ciri-
ciri khas Indonesia tetap terpelihara kelestariannya
Karena kondisinya, lanjut usia memerlukan tempat tinggal atau fasilitas
perumahan yang khusus.
5
Konflik lahir batin menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status,
teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut,
sulit dilayani dan pengkritik
Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang
terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, acuh tak acuh.
Sebagai perawat perlu mengenal tipe-tipe lanjut usia sehingga perawat akan dapat
menghindarkan kesalahan atau kekeliruan dalam melaksanakan pendekatan
keperawatan. Tentu saja tipe-tipe tersebut hanya suatu pedoman kasar. Dalam
prakteknya berbagai variasi dapat ditemui.
Menurut kemampuannya dalam berdiri sendiri, para usia lanjut dapat
diigolongkan dalam kelompok-kelompok sebagai berikut :
Lanjut usia mandiri sepenuhnya
Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya
Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung
Lanjut usia dibantu oleh badan sosial
Lanjut usia Panti Sosial Tresna Werdha
Lanjut usia yang dirawat di Rumah Sakit
Lanjut usia yang menderita gangguan mental.
6
Tugas :
Amatilah lanjut usia ( 5 orang) di sekitar lingkungan rumah Anda, jika perlu ajaklah
berbincang-bincang untuk dapat menentukan tipe lansia mereka dan jelaskan
mengapa Anda mengkategorikannya dalam tipe tersebut !
Tulislah juga permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi sebagai orang yang
telah lanjut usia ! (Sesuaikan dengan teori yang dibahas di atas)
Lansia I
Nama : …………………………………….
Umur : ……………………………………
Alamat : …………………………………….
Tipe : …………………………………….
Permasalahan : …………………………………….
Lansia II
Nama : …………………………………….
Umur : ……………………………………
Alamat : …………………………………….
Tipe : …………………………………….
Permasalahan : …………………………………….
7
Lansia III
Nama : …………………………………….
Umur : …………………………………….
Alamat : …………………………………….
Tipe : …………………………………….
Permasalahan : …………………………………….
Lansia IV
Nama : …………………………………….
Umur : …………………………………….
Alamat : …………………………………….
Tipe : …………………………………….
Permasalahan : …………………………………….
Lansia V
Nama : …………………………………….
Umur : ……………………………………
Alamat : …………………………………….
Tipe : …………………………………….
Permasalahan : …………………………………….
8
Keterangan :
9
BAB II
PROSES MENUA (AGEING PROCESS)
Lanjut usia adalah bagian terakhir dari siklus hidup normal. Konsep usia di
tentukan secara sosial dan mempunyai bermacam-macam variasi menurut generasi
dan budaya (Noorkasiani & Tamher, 2009).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup.
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya.
Adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-
kekurangan yang mencolok.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan otot, susunan syaraf dan
jaringan lain sehingga tubuh ”mati” sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat
berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Hal ini juga
sangat individu. Namun umumnya, fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada
umur antara 20 dan 30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan
10
berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi
sedikit sesuai bertambahnya umur.
Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan ”proses menua”
mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya cadangan vital, teori
terjadinya atrofi, yaitu teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses
evolusi, dan teori imunologik, yaitu teori adanya produk sampah/waste product dari
tubuh sendiri yang makin bertumpuk. Tetapi seperti diketahui, lanjut usia akan selalu
bergandengan dengan perubahan fisiologik maupun psikologik. Yang penting untuk
diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat atau memperlambat kemunduran
fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.
11
Teori Psikososial
Adapun mengenai kelompok teori psikososial dalam, berturut-turut dikemukakan
beberapa diantara adalah sebagai berikut (Mubarak, 2009):
1) Diseangagement theory
Teori ini menyatakan bahwa individu dan masyarakat mengalami disengagement
dalam suatu mutual withdrawl (menarik diri). Memasuki usia tua individu mulai
menarik diri dari masyarakat, sehingga memungkinkan individu untuk menyimpan
lebih banyak aktivitas yang berfokus pada dirinya dalam memenuhi kestabilan
pada stadium ini.
2) Teori aktivitas
Menekankan pentingnya kegiatan social bagi kehidupan seorang lansia. Dasar
teori ini adalah bahwa konsep diri seseorang bergantung pada aktivitasnya dalam
berbagai peran
3) Teori kontinuitas
Pada teori ini ditekankan pentingnya hubungan antara kepribadian dengan
kesuksesan hidup lansia. Menurut teori ini, cirri-ciri kepribadian individu berikut
strategi kopingnya telah terbentuk lama sebelum seseorang memasuki usia lanjut.
4) Teori subkultur
Pada teori ini dikatakan bahwa lansia sebagai kelompok yang memiliki norma,
haprapan, rasa percaya dan adat kebiasaan tersendiri sehingga dapat
digolongkan sebagai suatu subkultur. Akan tetapi mereka kurang berinteraksi
dengan masyarakat luas dan lebih banyak berinteraksi antarsesama mereka
sendiri.
5) Teori Stratifikasi Usia
Teori ini menjelaskan adanya saling ketergantungan antara usia dan struktur
sosial. Lansia dan mayoritas masyarakat senantiasa saling mempengaruhi dan
terjadi perubahan kohor maupun perubahan dalam masyarakat.
6) Teori penyesuan individu dengan lingkungan
Menurut teori ini, bahwa ada hubungan antara kompetisi individu dengan
lingkungannya. Kompetisi disini berupa segenap proses yang merupakan cirri
fungsional individu, antara lain: kekuatan ego, keeterampilan motorik, kesehatan
biologis, kapasitas kognitif, dan fungsi sensorik.
12
Status kesehatan
Pengalaman hidup
Lingkungan
Stres
13
atau pendengaran membuat lansia merasa terisolasi dan frustasi dalam
kemampuannya berkomunikasi.
Perubahan kardiovaskuler
Penyempitan pembuluh darah
Peningkatan tekanan darah dan menurunnya aliran darah melalui tubuh.
Sistem Pencernaan
Meskipun adekuat, menghasilkan sedikit nutrisi karena hilangnya sensitifitas
rasa, menurunnya enzim pencernaan, buruknya kondisi gigi.
14
Sistem Integumen
Hilangnya lemak dan air,menyebabkan kulit berkerut dan berkantong.
Warna kulit memudar karena kapiler berkerut
Kuku jari-jari yang tebal
Pigmentasi, menyebabkan peningkatan noda kekuningan atau
kecoklatan.
Perkembangan lesi kasar, bersisik dan seperti kutil
Rambut menipis, dengan warna yang lebih muda.
Apa pendapat Anda tentang proses menua ?
Menurunnya produksi minyak, membuat rambut dan kulit kering.
Setujukah Anda tentang teori-teori proses menua yang dikemukakan di atas?
Jelaskan!
Sistem
Menurut Anda, bagaimana seharusnya seseorang mempersiapkan diri agar
reproduksi
nantinya di masa tuanya tidak begitu banyak permasalahan dialaminya, baik
Perubahan berhubungan
masalah kesehatan eratmasalah
maupun dengansosial
perubahan tingkat
? Jelaskan ! hormonal.
Kemampuan lansia untuk mempertahankan hubungan seksual yang
Jawab :
sukses dan memuaskan menurun, tetapi masih tetap ada.
Dibutuhkan beberapa penyesuaian untuk respon ereksi yang lebih lambat
Penipisan jaringan dan berkurangnya lubrikasi vagina
Respon seksual dapat terus berlangsung dengan perawatan yang
adekuat.
Protesa (Alat buatan) umum dibutuhkan sejalan dengan usia dan munculnya
penyakit. Setiap protesa berharga mahal dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan
klien khusus. Beberapa protesa antara lain :
Kacamata
Alat bantu dengar
Kaki atau mata palsu
Gigi palsu
Tugas :
15
Lanjutan ………
16
BAB III
BAB III
PENYESUAIAN EMOSIONAL TERHADAP PENUAAN
17
stress dikembangkan lebih awal dalam kehidupan dan cenderung konstan dalam
kepribadian individu. Kenyataannya dengan bertambahnya usia seseorang, kualitas
kepribadian menjadi lebih menonjol. Stres yang dihasilkan oleh keadaan dan
penyakit yang menyertai proses penuaan tidak secara drastis merubah kepribadian
individu, namun cenderung meningkat dan pada beberapa kasus, menyimpang dari
karakteristik dasar.
Orang-orang lanjut usia mempunyai kebutuhan emosional dan dukungan
yang sama untuk kesehatan mental seperti halnya pada orang muda. Mereka butuh
untuk :
Dicintai
Mempunyai harga diri
Merasakan adanya rasa pencapaian dan pengakuan
Memiliki derajat keamanan ekonomi
Meskipun kebutuhan ini bersifat umum bagi semua orang, di semua usia,
keberhasilan mencapai kepuasan dari kebutuhan ini menyempit dengan drastis pada
usia lanjut. Kesempatan untuk pertukaran sosial dan ekspresi seksual, dua alat
kepuasan utama, lebih menurun sejalan dengan bertambahnya usia.
Penyakit fisik, yang lebih umum terjadi pada lanjut usia karena lambatnya
proses tubuh, bersifat superimposed (memperberat) perubahan-perubahan yang
terjadi akibat proses penuaan yang alami. Perubahan citra diri dan hilangnya tenaga
dan vitalitas (ciri kehidupan) yang terbentuk bertahun-tahun adalah kehilangan
utama yang harus diterima oleh orang-orang usia lanjut – kehilangan yang akan
mempengaruhi lebih jauh citra diri dan harga diri. Pemberi asuhan keperawatan
dapat memberi kontribusi yang cukup penting dengan meningkatkan harga diri
orang-orang yang dirawatnya.
Pada usia lanjut, beberapa akomodasi harus dibentuk dalam sikap atau
penampilan psikologis dari semua orang.
Respon emosional yang paling sehat berdasar pada :
Filosofi yang menerima proses penuaan sebagai tahap kemajuan yang
alamiah.
Sikap hidup yang mengenal kekuatan dan keterbatasan tubuh
Suatu bentuk perilaku yang menunjukkan minat untuk hidup di sini dan saat
ini.
18
Penyesuaian psikologis yang sehat berarti penilaian realistik dari keadaan
yang ada dan membangun nilai-nilai positif sementara aspek-aspek negatif terus
berdatangan.
19
Berespon terhadap sikap negatif klien dengan bersikap mau mendengarkan
dan berinteraksi dengannya dan menekankan pada hal-hal yang positif
Jawab :
Tugas :
20
BAB IV
MASALAH FISIK YANG DIHADAPI LANSIA
21
Menurut Reuben, 1996 mengatakan bahwa jatuh adalah suatu kejadian
yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang
mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka. Dalam penelitian (Kane et al, 1994) di Amerika Serikat, lanjut usia yang
mengalami patah tulang pangkal paha (fractura culumna femoris) dan 5%
akan mengalami perlukaan jaringan lunak. Perlukaan jaringan lunak yang
sering, yaitu subdural haematoma, memar dan keseleo otot. Dinyatakan pula
5 % lanjut usia yang jatuh akan mengalami patah tulang iga (sterm), humerus
(tulang lengan) dan pelvis.
Untuk dapat lebih memahami faktor resiko jatuh, harus dimengerti betul
bahwa stabilitas badan itu ditentukan atau dibentuk oleh :
a. Sistem Sensorik
Pada sistem ini yang berperan didalamnya adalah penglihatan (visus)
dan pendengaran. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan
menimbulkan gangguan penglihatan. Begitu pula semua penyakit
telinga akan menimbulkan gangguan pedengaran.
b. Sistem Saraf Pusat (SSP)
Penyakit SSP seperti stroke dan parkinson, sering diderita oleh lanjut
usia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak
baik terhadap input sensorik.
c. Kognitif
Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan
meningkatnya resiko jatuh.
d. Muskuloskeletal
Faktor ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lanjut
usia (faktor murni milik lanjut usia). Gangguan muskuloskeletal
menyebabkan gangguan gaya berjalan dan ini dihubungkan dengan
proses menua yang fisiologis, misalnya :
Hal-hal tersebut menyebabakan :
Penurunan range of motion (ROM) sendi
Penurunan kekuatan otot, terutama ekstremitas
Perpanjangan waktu reaksi
22
Goyangan badan
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan bergerak,
langkah yang pendek-pendek, penurunan irama, kaki tidak dapat
menapak dengan kuat dan cenderung gampang goyah,
susah/terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan, seperti
terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga mudah jatuh.
23
Mudah Lelah
Disebabkan oleh :
Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi)
Gangguan organis, misalnya :
Anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang (osteomalasia),
gangguan pencernaan, kelainan metabolisme (diabetes melitus,
hipertiroid), gangguan ginjal dengan uremia/gangguan faal hati dan
gangguan sistem peredaran darah dan jantung.
Pengaruh obat-obatan, misalnya :
Obat penenang, obat jantung dan obat yang melelahkan daya kerja
otot.
24
Gangguan pada ketajaman penglihatan
Disebabkan oleh :
Presbiop
Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)
Kekeruhan pada lensa (katarak)
Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)
Radang saraf mata.
25
Disebabkan oleh :
Faktor ekstrinsik (luar), miaslnya : lingkungan yang kurang tenang
Faktor intrinsik, ini bisa organik atau psikogenik
Organik, misalnya nyeri, gatal-gatal dan penyakit tertentu
yang membuat gelisah
Psikogenik, misalnya : depresi, kecemasan, iritabilitas.
Keluhan Pusing-pusing
Disebabkan oleh :
Gangguan lokal, misalnya : vaskuler, migrain (sakit kepala sebelah),
mata, glaukoma (tekanan dalam bola mata yang meninggi), sakit
kepala, sinusitis, dan sakit gigi.
Penyakit sistematis yang menimbulkan hipoglikemia (kadar gula
dalam darah yang tinggi)
Psikologik : perasaan cemas, depresi, kurang tidur dan kekacauan
pikiran.
Mudah gatal-gatal
Disebabkan oleh :
Kelainan kulit : kering, degeneratif (eksema kulit)
Penyakit sistemik : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit hati
(hepatitis kronis) dan keadaan alergi.
Pada orang-orang sakit dengan lanjut usia seringkali harus dipertimbangkan
kemungkinan adanya penyakit keganasan tumor pada organ tertentu, yang
mudah menyebar pada organ tubuh lainnya.
26
Bagaimana Anda memberikan penyuluhan kesehatan bagi keluarga yang
memiliki anggota keluarga yang sudah lanjut usia agar terhindar dari masalah-
masalah fisik lansia yang banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka ?
berikan contohnya !
Jawab :
Tugas :
27
BAB V
PENYAKIT-PENYAKIT YANG SERING DIJUMPAI PADA LANJUT USIA
28
2. Penyakit-penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah
3. Penyakit pencernaan makanan
4. Penyakit sistem urogenital
5. Penyakit gangguan metabolik/endokrin
6. Penyakit pada persendian dan tulang
7. Penyakit-penyakit yang disebabkan proses keganasan.
29
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah
oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru. Dengan demikian mudah
dimengerti bahwa konsumsi oksigen akan menurun pada orang lanjut usia.
Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi
sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Debu, hawa udara, asap industri dan kebiasaan merokok dapat
mempengaruhi sistem pernapasan orang lanjut usia dan karena daya tahan
tubuhnya menurun dapat mudah terkena infeksi. Infeksi yang sering diderita
para lanjut usia adalah pneumonia. Bahkan mempunyai angka kematian
cukup tinggi sampai 40% dan biasanya diikuti penyakit penyerta, misalnya
diabetes melitus, payah jantung kronik dan penyakit-penyakit vaskuler
(menurut Mangunnegoro, 1992).
Tuberkulosis pada lanjut usia diperkirakan masih cukup tinggi. Secara
patofisiologi, lanjut usia itu tanpa penyakit saja sudah mengalami
penurunan fungsi paru, apalagi menderita Tuberculosis/TBC paru. Maka
jelas menambah dan akan memperburuk keadaan. Di sini banyak dijumpai
penyakit TBC Paru yang ditemukan sudah dalam keadaan parah, banyak
pula dijumpai bronkhitis menahun dan tidak sedikit kematian terjadi akibat
radang paru. Kanker paru sering dijumai terutama pada perokok berat.
Menurut Mangunnegoro, 1992 menyatakan terdapat kecenderungan
peningkatan frekuensi CA Paru.
2. Jantung dan Pembuluh darah (Kardiovaskuler)
Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil.
Yang paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat
semakin berkurangnya aktivitas. Yang juga mengalami penurunan adalah
besarnya sel-sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan
otot jantung.
Setelah berumur 20 tahun, kekuatan otot jantung berkurang sesuai dengan
bertambahnya usia. Dengan bertambahnya umur, denyut jantung
maksimum dan fungsi lain dari jantung juga berangsur-angsur menurun.
Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap. Elastisitas
jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% dibanding orang
berusia 20 tahun. Oleh karena itu, tekanan darah pada wanita tua yang
30
mencapai 170/90 mmHg dan pada pria tua yang mencapai 160/100 mmHg
masih dianggap normal.
Derajat kerja jantung dapat dinilai dari besarnya curah jantung (cardiac
output), yaitu jumlah darah yang dikeluarkan oleh bilik jantung/ventrikel per
menit. Pada usia 90 tahun, curah jantung ternyata menurun dan sudah
tentu menimbulkan efek pada fungsi alat-alat lain, seperti : otot, paru dan
ginjal karena berkurangnya arus darah ke organ tubuh itu.
Sebaliknya, tekanan darah saat istirahat akan meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia walaupun tidak begitu besar. Dengan adanya aktivitas
fisik, tekanan darah seseorang akan meningkat, terutama tekanan
sistoliknya. Pada lanjut usia peningkatan tekanan darah saat melakukan
pekerjaan fisik ini meningkat lebih cepat dibanding orang muda.
Denyut nadi juga meningkat sewaktu seseorang melakukan pekerjaan fisik
dan pada saat bekerja maksimal, denyut nadi mencapai angka maksimal.
Namun denyut nadi maksimal pada lanjut usia ternyata menurun karena
jantung tidak dapat mencapai frekuensi seperti saat masih muda. Rumus
untuk meramalkan denyut nadi maksimal seseorang adalah : (200-usia).
Perubahan yang jauh lebih bermakna dalam kehidupan lanjut usia adalah
yang terjadi pada pembuluh darah. Proses yang disebut sebagai
Arteriosklerosis atau pengapuran dinding pembuluh darah dapat terjadi
dimana-mana. Proses pengapuran ini akan berlanjut menjadi proses yang
menghambat aliran darah yang pada suatu saat dapat menutup pembuluh
darah tadi.
Pada tahap awal, gangguan dari dinding pembuluh darah yang
menyebabkan elastisitasnya berkurang akan memacu jantung bekerja lebih
keras, karena terjadi hipertensi. Selanjutnya bila terjadi sumbatan, maka
jaringan yang dialiri oleh pembuluh darah ini akan rusak/mati, hal inilah
yang disebut infark. Bila kejadian ini di otak, akan terjadi stroke, sedangkan
bila terjadi di jantung, dapat saja menyebabkan infark jantung atau infark
miokard, atau bila masih lebih ringan dapat terjadi angina pektoris (sakit
pada daerah dada, khususnya bila orang tadi melakukan kegiatan fisik) atau
gangguan koroner lainnya.
31
Pada lanjut usia banyak dijumpai penyakit jantung koroner yang disebut
jantung iskemik. Di Indonesia, saat ini penyakit jantung koroner sudah
menjadi pembunuh ketiga di antara penyakit-penyakit lainnya. Penderita
kebanyakan berusia di atas 45 tahun sampai lanjut usia.
Perubahan-perubahan yang dapat dijumpai pada penderita jantung koroner
adalah pada pembuluh darah jantung akibat arteriosklerosis itu belum
diketahui dengan pasti, tetapi faktor-faktor yang mempercepat timbulnya,
antara lain ; banyak merokok, kadar kolesterol tinggi, penderita diabetes
melitus dan berat badan berlebihan serta kurang olahraga.
Faktor-faktor tersebut sebenarnya dapat dicegah atau dihindari, kecuali
faktor umum, seperti : jenis kelamin, keturunan dan kepribadian penderita
sendiri sulit untuk dihindari.
3. Hipertensi
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan menigkatnya
umur dan tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut
usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah
jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian di atas
usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler.
Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan/atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi ; tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dai 90 mmHg.
Pada hipertensi sistolik ini masih kontroversial. Mengenai target tekanan
darah yang dianjurkan penurunan yang bertahap sampai sekitar sistolik
140-160 mmHg (R.P Sidabutar, 1974).
32
Keluhan-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan
sebagainya, seringkali disebabkan makanan yang kurang bisa dicernakan akibat
menurunnya fungsi kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan berkurangnya
toleransi terhadap makanan terutama yang mengandung lemak. Keluhan lain
yang sering dijumpai adalah sembelit (konstipasi), yang disebabkan kurangnya
kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan banyaknya gigi yang
sudah lepas (ompong). Dengan proses menua bisa terjadi gangguan motilitas
otot polos esofagus, bisa juga terjadi Refluks disease (terjadi akibat refluks isi
lambung ke esofagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60-70 tahun.
Penyakit dan gangguan lambung :
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung.
Insiden gastritis meningkat dengan lanjutnya proses menua. Namun
seringkali asimtomatik atau hanya dianggap sebagai akibat normal proses
menua.
Ulkus peptikum yang bisa terjadi di esofagus, lambung dan duodenum
walaupun kadar asam lambung pada lanjut usia sudah menurun, insiden
ulkus di lambung masih lebih banyak dibanding ulkus duodenum.
Gejalanya :
Biasanya tidak spesifik
Penurunan berat badan
Mual-mual
Perut rasa tidak enak
33
prostat ialah adanya gangguan waktu buang air kecil bahkan kadang-kadang
terjadi secara mendadak air seni tidak dapat dikeluarkan sehingga untuk
mengeluarkannya harus dipasang kateter. Pada pria lanjut usia banyak dijumpai
kanker pada kelenjar prostat.
34
E. PENYAKIT PADA PERSENDIAN DAN TULANG
Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada
permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada lanjut usia, terutama
yang gemuk.
Hampir 8% orang-orang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada
sendi-sendinya, misalnya : linu-linu, pegal dan kadang-kadang terasa seperti
nyeri. Biasanya yang terkena ialah persendian pada jari-jari, tulang punggung,
sendi-sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul). Biasanya nyeri akut pada
persendian itu disebabkan oleh gout (pirai atau jicht). Hal ini disebabkan
gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh.
Terjadinya osteoporosis ini menyebabakan tulang-tulang lanjut usia mudah
patah sehingga akan sulit sembuhnya. Biasanya patah tulang terjadi karena
lanjut usia tersebut jatuh. Jatuhnya dapat terjadi karena sudah berkurangnya
kekuatan otot-otot, berkurangnya koordinasi kekuatan anggota badan secara
keseluruhan, mendadak pusing, penglihatan yang kurang baik, adanya penyakit
jantung yang diiringi gangguan pada irama jantung, dan bisa karena cahaya
ruangan kurang terang, lantai licin. Karena adanya patah tulang tersebut dapat
terjadi komplikasi-komplikasi sehingga harus istirahat total (bedrest) dalam waktu
yang lama, misalnya karena harus operasi menyambung patah tulang tersebut.
Bedrest yang lama dapat mempercepat terjadinya osteoporosis dan radang
paru-paru.
35
Bahan-bahan karsinogen, misalnya tembakau (rokok), sinar ultraviolet, sinar
radio aktif, sinar – X yang berlebihan dapat juga menimbulkan keganasan.
Karena proses keganasan ini dapat menjalar ke lain organ (metastasis) maka
harus diusahakan dicari sumber primer keganasan tersebut.
Jawab :
Tugas :
36
BAB VI
PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA
37
A. Pendekatan Fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan,
dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progrevitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua
bagian :
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-
hari masih mampu melakukan sendiri.
Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui
dasar perawatan klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang
berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya. Kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat penting
dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber
infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.
Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan
mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan
rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan,
cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.
Hal ini penting karena meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang
dikemukakan atau gejala-gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak
jarang para klien lanjut usia dihadapkan pada dokter dalam keadaan gawat
yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan
serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejang, untuk itu
perlu pengamatan secermat mungkin.
Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah
memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan
lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum,
melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk,
38
merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar
pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan kecelakaan.
Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada pasien lanjut usia,
untuk itu kekurangan O2 mendadak harus dicegah dengan posisi bersandar
pada beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak dan jangan melakukan
gerak badan yang berlebihan.
Seorang perawat harus dapat memotivasi para klien lanjut usia agar mau
dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah
sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi
palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang
serasi serta suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila
ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan
diet yang dianjurkan.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya
peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang
mendapat perhatian. Oleh karena itu, kebersihan badan, tempat tidur,
kebersihan rambut, kuku dan mulut, atau gigi perlu mendapat perhatian,
perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan
kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara
berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya batuk-batuk, pilek (terutama
bagi para klien lanjut usia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werda).
Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada
keluhan insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan
dengan mereka tentang cara pemecahannya.
Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia, membimbing
dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan,
bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah diminum, apakah mereka
bisa melaksanakan ibadah, dan sebagainya. Sentuhan (misalnya genggaman
tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.
B. Pendekatan Psikis
39
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung
rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya
memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu
yang cukup banyak untuk menerima berbagai keluhan agar para lanjut usia
merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip ”Tripple S” yaitu Sabar,
Simpatik, dan Service.
Pada dasanya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
dari lingkungan, termasuk perawat yan memberikan perawatan. Untuk itu
perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh,
membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi
yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia
dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa
keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang
dideritanya.
Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama dengan
semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala seperti
menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya
kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur
dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran
libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang
membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa
atau melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai
tingkah laku mereka dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk
tujuan-tujuan tertentu.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap,
perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila
40
perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan
bahagia.
C. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran dan bercerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan
sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan suatu pegangan bagi
perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan
hubungan sosial antara lanjut usia dengan lanjut usia maupun lanjut usia
dengan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut
usia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan
pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti
menonton televisi, mendengarkan radio atau membaca surat kabar dan
majalah. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak
kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses
penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
Tidak sedikit klien tidak dapat tidur karena stres, stres memikirkan
penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang di rumah sehingga menimbulkan
kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran dan rasa kecemasan. Untuk
menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya
perlu diberi kesempatan kepada lanjut usia untuk menikmati keadaan di luar,
agar merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara lanjut usia
(terutama yang tinggal di panti werda), hal ini dapat diatasi dengan berbagai
usaha, antara lain selalu mengadakan kontak dengan mereka, senasib dan
sepenanggungan, dan punya hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian
perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun
terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.
41
D. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama bila klien
lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang
menghadapi kematian, DR. Tony Setyabudi mengemukakan bahwa maut
seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh
berbagai macam faktor, seperti ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya,
adanya rasa sakit/penderitaan yang seringkali menyertainya, dan kegelisahan
untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga/lingkungan sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberikan
reaksi-reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara mereka
menghadapi hidup ini. Sebab itu, perawat harus meneliti dengan cermat,
dimanakah letak kelemahan dan dimana pula letak kekuatan klien, agar
perawat selanjutnya akan lebih terarah lagi. Bila kelemahan terletak pada segi
spiritual, sudah selayaknya perawat dengan tim berkewajiban mencari agar
upaya agar klien lanjut usia ini dapat diringankan penderitaannya. Perawat bisa
memberikan kesempatan kepada klien lanjut usia untuk melaksanakan
ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan
menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau
membantu lanjut usia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang
dianutnya.
Apabila kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga,
perawat atau petugas harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun
keluarga tadi ditinggalkan, masih ada orang lain yang mengurus mereka.
Sedangkan bila ada rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia,
sebaiknya perawat segera menghubungi seorang rohaniawan untuk dapat
mendampingi lanjut usia dan mendengarkan keluhan-keluhannya maupun
pengakuan-pengakuannya.
Umumnya pada waktu kematian akan datang, agama atau kepercayaan
seseorang merupakan faktor yang penting sekali. Pada waktu inilah kehadiran
42
seorang imam/pemimpin agama sangat perlu untuk melapangkan dada klien
lanjut usia.
Dengan demikian, pendekatan perawat kepada klien lanjut usia bukan
hanya terhadap fisik, yakni membantu mereka dalam keterbatasan fisik saja,
melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui
agama mereka.
Jawab :
Tugas :
43
Lanjutan :
44
BAB VII
ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
45
A. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
dengan :
Peningkatan kesehatan (Health Promotion)
Pencegahan penyakit
Pemeliharaan kesehatan
Sehingga memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hidup
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya
lebih lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangat hidup klien lanjut usia (Life Support)
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau atau
mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut)
5. Merangsang para petugas kesehatan/perawat untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu
kelainan tertentu.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lenjut usia yang
menderita suatu penyakit/gangguan, masih dapat mempertahakan
kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara
kemandirian secara maksimal).
C. PENGKAJIAN
Meliputi aspek :
1. Pemeriksaan Fisik
Wawancara :
46
Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
Kekuatan fisik lanjut usia : sendi, otot, penglihatan dan pendengaran
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil
Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
Kebiasaan lanjut usia dalam meelihara kesehatan dan kebiasaan
dalam minum obat
Masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pengkajian Dasar :
Tanda-tanda Vital
Berat Badan
Berat badan perlahan-halan hilang pada tahun-tahun terakhir
Tingkat orientasi
Memory (ingatan)
Sistem persarafan :
Kesimetrisan raut wajah
Tingkat kesadaran :
Komposmentis : sadar sempurna
Apathis : kesadaran menurun/masa bodoh/acuh tak acuh
Somnolent : kelelahan/ngantuk berat
Soporeus : tidur lelap pathologis (tidur pulas)
Subkoma : keadaan tidak sadar/hampir koma
Komatus : keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan
daya reaksi (keadaan tidak sadar walaupun
dirangsang dengan apapun tidak dapat disadarkan
Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak.
Pupil : kesamaan, dilatasi
Ketajaman penglihatan : pergunakan tangan atau gambar, cek
kondisi kacamata
47
Ketajaman pendengaran : apakah menggunakan alat bantu
dengar, adanya serumen telinga luar
Adanya rasa sakit atau nyeri
Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
Auskultasi denyut nadi apikal
Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
Pusing
Sakit
Edema
Sistem Gastrointestinal
Status Gizi
Pemasukan diet
Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah
Mengunyah dan menelan
Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
Auskultasi bising usus
Palpasi apakah perut kembung ada pelabaran kolon
Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi
Sistem Genitourinarius
Warna dan bau urine
Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan
untuk buang air kecil)
Frekuensi, tekanan, atau desakan
Pemasukan dan pengeluaran cairan
Disuria
Seksualitas
» Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
» Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas
seksual
Sistem Kulit
48
Kulit
» Temperatur, tingkat kelembaban
» Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
» Turgor (kekenyalan kulit)
» Perubahan pigmen
Adanya jaringan parut
Keadaan kuku
Keadaan rambut
Adanya gangguan-gangguan umum
Sistem Muskuloskeletal
Kontraktur
» Atrofi otot
» Mengecilkan tendo
» Ketidakadakuatannya gerakan sendi
Tingkat mobilisasi
» Ambulasi dengan/atau tanpa bantuan/peralatan
» Keterbatasan gerak
» Kekuatan otot
» Kemampuan melangkah atau berjalan
Gerakan sendi
Paralisis
Kifosis
Psikososial
Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
Fokus-fokus pada diri bertambah
Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang
berlebihan.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Fisik/Biologis
49
Gangguan nutrisi :kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan
berhubungan dengan hambatan penerimaan dan pengiriman
rangsangan.
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat
dalam merawat diri.
Potensial cedera fisik berhubungan dengan penurunann fungsi tubuh.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan
kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan akibatnya
banyaknya gigi yang sudah lepas.
Perubahan pola eliminasi : inkontinensia urine berhubungan dengan
berkurangnya tonus kandung kemih, adanya tumor yang menyumbat
saluran kemih, peradangan kandung kemih.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan menurunnya kekuatan
sendi.
2. Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak
mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan perasaan secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
3. Spiritual
Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan.
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan
ketidaksiapan menghadapi kematian.
Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami
50
Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat.
E. RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan dasar, antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif
Upaya-upaya yang dapat dilakukan perawat untuk melakukan pencegahan
atau perawatan pada pada lanjut usia secara umum :
51
Tempatkan klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah
diobservasi bila lanjut usia tersebut dirawat.
Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya.
Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lanjut usia menempatkan alat-
alat yang selalu digunakannya.
Upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah.
Kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lanjut usia yang
menggunakannya.
Pasang pegangan di kamar mandi.
Hindari lampu yang redup dan menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-
100 watt.
Jika pindah dari ruang terang ke gelap ajarkan klien untuk memejamkan
mata sesaat.
Gunakan sandal/sepatu yang beralas karet.
Gunakan perabotan yang penting-penting saja di ruang lanjut usia.
52
5. Meningkatkan Hubungan Interpersonal Melalui Komunikasi
Berkomunikasi dengan lanjut usia dengan kontak mata.
Memberikan stimulus/mengingatkan lanjut usia terhadap kegiatan yang
akan dilakukan.
Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lanjut usia.
Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk mengekspresikan atau
tanggap terhadap respon non verbal lanjut usia.
Melibatkan lanjut usia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lanjut usia.
Menghargai pendapat lanjut usia.
F. TINDAKAN KEPERAWATAN
Meliputi :
1. Tumbuhkan dan bina hubungan saling percaya.
2. Sediakan cukup penerangan :
Penerangan alam lebih baik.
Hindarkan cahaya yang menyilaukan.
Penerangan malam sepanjang waktu di kamar mandi dan ruangan.
3. Tingkatkan rangsangan panca indera melalui :
Buku-buku dan dicetak besar.
Perubahan lingkungan.
Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien.
4. Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan :
Kalender atau penanggalan
Jam
Saling mengunjungi
5. Berikan perawatan sirkulasi :
Hindarkan pakaian yang menekan, mengikat atau sempit.
Ubah posisi.
Berikan kehangatan dengan selimut dan pakaian.
Berikan dorongan dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan
sirkulasi.
53
Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman
selama perpindahan.
Lakukan penggosokan perlahan-lahan pada waktu mandi.
6. Berikan perawatan pernapasan :
Bersihkan nostril atau kotoran hidung.
Lindungi dari angin.
Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan-latihan seperti :
napas dalam, latihan batuk, latihan menghembuskan napas
menggunakan mainan.
7. Berikan perawatan pada alat pencernaan :
Berikan makanan dengan porsi sedikit-sedikit tetapi sering dan
kualitasnya bergizi.
Berikan makanan yang menarik.
Sediakan makanan yang hangat-hangat.
Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya.
Berikan sikap fowler waktu makan.
Berikan makanan yang tidak membentuk gas.
Jamin kecukupan cairan dalam diet.
Berikan laksatif atau supositorial, jika terjadi konstipasi.
8. Berikan perawatan genitourinaria :
Berikan cairan 2000-3000 ml/hari
Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk buang air kecil
(BAK) tiap 2 jam.
Pertahankan penerangan di kamar mandi untuk mencegah jatuh.
Observasi jumlah urine.
Batasi cairan terutama mendekati waktu tidur.
9. Berikan perawatan kulit :
Jelaskan dan beri dorongan pada klien untuk mandi bersih hanya 2
kali seminggu untuk mencegah kekeringan kulit.
Gunakan sabun atau losion yang mengandung lemak untuk
menambah kesehatan kulit.
54
Potong kuku kaki jika tidak ada kontraindikasi, misal : ada jamur di
kuku atau adanya gangguan medik atau bedah.
10. Berikan perawatan muskloskeletal :
Ganti posisi tiap 2 jam.
Lakukan latihan aktif dan pasif.
Berikan arah dan latihan gerak pada semua sendi 3 kali.
11. Berikan perawatan psikososial :
Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial
agar tercipta suasana normal.
Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas.
Fasilitasi pembicaraan.
Pertahankan sentuhan yang merupakan satu alat yang sangat
berguna dalam menetapkan atau memelihara kepercayaan.
Berikan penghargaan dan rasa empati
12. Pelihara keselamatan :
Usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap terpasang.
Tempat tidur dalam posisi rendah bila klien sedang tidak
mendapatkan perawatan langsung.
Klien diberikan pegangan di kamar mandi dan ruangan.
Kamar dan lantai tidak berantakan.
Cukup mendapatkan penerangan.
Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan.
Berikan dorongan untuk berjalan.
55
KUNCI MENUJU LANJUT USIA YANG BAHAGIA, BERGUNA DAN
BERKUALITAS
56
Susu skim juga sangat bermanfaat bagi kesehatan para werda. Juga
disarankan memakan makanan yang sederhana tetapi cukup gizi dan makan tiga
kali pada waktu yang teratur.
Jadi, prinsip makanan werda adalah tetap seperti anjuran 4 sehat 5 sempurna.
H : Hindari faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik/koroner
Diduga faktor-faktor di bawah ini menyebabkan gangguan-gangguan
peredaran darah otot jantung.
Merokok
Tekanan darah tinggi
Kolesterol tinggi
Penyakit gula
Kegemukan
Kurang gerak fisik
Tekanan batin
Hindari merokok karena mengakibatkan cedera pada lapisan dalam pembuluh
darah.
Guna mencegah timbulnya penyakit-penyakit tersebut maka :
1. Hentikan merokok
2. Berobat teratur bila ada penyakit tekanan darah tinggi
57
G : Gairah hidup anda akan tetap semarak, jika kegiatan yang dipilih, dilakukan
bersama
Gerak badan teratur wajib terus dilakukan
Kurang gerak dapat menimbulkan kelesuan dan menurunkan kualitas fisik dan
sebagai dampaknya datangnya berbagai penyakit. Oleh karena itu, lakukan gerak
badan secara teratur.
Orang tua tetap dapat berolah raga hingga terjadi perbaikan atau kemajuan
pada kapasitas kerja fisiknya. Bahkan kadang-kadang ada pula kemajuannya
menyamai orang muda. Jadi, tubuh orang lanjut usia dapat menyesuaikan dengan
olah raga yang dilakukannya, asal dijalankan secara teratur, bertahap, dan tidak lupa
menjalankan pemanasan (warm up) sebelum latihan serta pendinginan (cool down)
setelah latihan.
Sebaliknya, olahraga yang tepat dapat memperbaiki kekuatan otot,
menurunkan prosentase lemak badan, memperbaiki kelenturan sendi, dan
menurunkan kadar kolesterol serta triglyceride darah. Untuk mencegah terjadinya
penyakit jantung koroner, sangat dianjurkan untuk berolahraga.
Kapan waktu yang tepat untuk melakukan olahraga bagi werda?
Sebaiknya pada pagi hari, yaitu saat menjelang matahari terbit karena udara
masih bersih dan segar. Bila aerobik yang digemari maka pada saat lalu lintas belum
ramai. Olahraga pada sore hari juga boleh asal di tempat/lapangan yang aman.
Olahraga yang baik dapat mempengaruhi hal-hal sebagai berikut :
1. Memperlambat proses degenerasi karena
perubahan usia
2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan
jasmani dalam kehidupan (adaptasi)
3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga
cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalnya
sakit.
Prinsip-prinsip olahraga pada lanjut usia :
58
1. Komponen kesegaran jasmani yang paling
mendasar untuk dilatih adalah:
Ketahanan kardio-pulmonal
Kelenturan (fleksibilitas)
Kekuatan otot
Komposisi tubuh (lemak tubuh jangan berlebihan)
2. Selalu memperhatikan keselamatan
3. Latihan teratur dan tidak terlalu berat
4. Permainan dalam bentuk ringan sangat
dianjurkan
5. Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang (naik
perlahan-lahan)
6. Hindari pertandingan
7. Perhatikan kontradiksi latihan seperti :
Adanya penyakit infeksi
Hipertensi lebih dari 180 mmHg sistolik dab 120 mmHg diatolik
Berpenyakit berat dan dilarang dokter
59
A : Awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodik
Menurut Stiglitz (1954) ; Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi
kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan
werda. Dengan pemeriksaan berkala, ditemukan penyakit-penyakit dalam waktu
yang sedini mungkin, seperti: penyakit gula, tekanan darah tinggi, dan kelainan
jantung.
Carilah satu orang klien lansia yang ada dalam keluarga atau di sekitar
lingkunga rumah Anda, lakukanlah pengkajian dan buatlah Rencana Asuhan
Keperawatan ! (Format terlampir )
Tugas :
Jawab :
60
FORMAT PENGKAJIAN KLIEN LANJUT USIA
2. Riwayat Keluarga
Pasangan Anak-anak :
Hidup Hidup :
Status kesehatan : Nama & Alamat :
Umur :
Pekerjaan : Kematian :
Kematian Tahun meninggal :
Tahun meninggal : Penyebab kematian :
Penyebab Kematian :
3. Riwayat Pekerjaan
61
Derajar privasi :
Alamat/telepon :
5. Riwayat Rekreasi
Hobby / minat :
Keanggotaan organisasi :
Liburan/perjalanan :
Dokter/perawat :
Rumah Sakit / Puskesmas :
Klinik :
Pelayanan kesehatan di rumah/wisma :
Makanan yang dihantarkan :
Lain-lain :
Tidur siang :
Tidur malam :
Obat-obatan
Nama :
Dosis :
Bagaiman/kapan menggunakannya :
Dokter yang menginstruksikan :
Tanggal resep :
62
Efek samping tak menyenangkan :
Persepsi keefektifan :
Kesulitan memperoleh :
Alergi
Obat-obatan :
Makanan :
Kontak Substansi :
Faktor-faktor lingkungan :
Nutrisi
Kebiasaan :
Genogram :
63
Survey hal-hal berikut :
Kanker :
Diabetes :
Penyakit jantung :
Hipertensi :
Gangguan kejang :
Penyakit ginjal :
Artritis :
Alkoholisme :
Masalah kesehatan mental :
Anemia :
Beri tanda cek Ya atau Tidak untuk setiap gejala dan termasuk analisa gejala penuh
pada respon positif pada akhir setiap sistem.
UMUM YA TIDAK
Kelelahan
Perubahan berat badan setahun lalu
Perubahan nafsu makan
Demam
Keringat malam
Kesulitan tidur
Sering pilek atau infeksi
Penilaian diri terhadap seluruh status kesehatan
Kemampuan untuk melakukan AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari)
Lesi/luka
Perubahan pigmentasi
Sering memar
Perubahan rambut
Perubahan kuku
Pemajanan lama terhadap matahari
Pola penyembuhan luka/lesi
64
HEMOPTIK YA TIDAK
Perdarahan / memar
Pembengkakan kelenjar limfe
Anemia
Riwayat transfusi darah
KEPALA YA TIDAK
Sakit kepala
Trauma berarti pada masa lalu
Pusing
Gatal kulit kepala
MATA YA TIDAK
Perubahan penglihatan
Kacamata / lensa kontak
Nyeri
Air mata berlebihan
Bengkak sekitar mata
Floater
Diplopia
Kabur
Fotofobia
Riwayat infeksi
Tanggal pemeriksaan paling akhir
Dampak pada penampilan AKS
TELINGA YA TIDAK
Perubahan pendengaran
Rabas
Tinitus
Vertigo
Sensitivitas pendengaran
Alat-alat prostesa
Riwayat infeksi
Tanggal pemeriksaan paling akhir
Kebiasaan perawatan telinga
Dampak pada penampilan AKS
65
Alergi
Riwayat infeksi
Penilaian daripada kemampuan olfaktori
LEHER YA TIDAK
Kekakuan
Nyeri/nyeri tekan
Benjolan / massa
Keterbatasan gerak
PAYUDARA YA TIDAK
Benjolan / massa
Nyeri / nyeri tekan
Bengkak
Keluar cairan dari puting susu
Perubahan pada puting susu
Pola pemeriksaan payudara sendiri
Tanggal dan hasil mammogram paling akhir
PERNAPASAN YA TIDAK
Batuk
Sesak napas
Hemoptisis
Sputum
Mengi
Asma / alergi pernapasan
Tanggal dan hasil pemeriksaan sinar X dada terakhir
66
KARDIOVASKULER YA TIDAK
Nyeri / ketidaknyamanan dada
Palpitasi
Sesak napas
Dispnea pada aktivitas
Edema
Perubahan warna kaki
GASTROINTESTINAL YA TIDAK
Disfagia
Tak dapat mencerna
Nyeri ulu hati
Mual muntah
Hematemesis
Perubahan nafsu makan
Intoleran makanan
Nyeri
Ulkus
Benjolan / massa
Ikterus
Perubahan kebiasaan defekasi
Diare
Konstipasi
Melena
Hemoroid
Perdarahan rektum
Pola defekasi biasanya
PERKEMIHAN YA TIDAK
Disuria
Frekuensi
Menetes
Hematuria
Poliuria
Oliguria
Nokturia
Inkontinensia
Nyeri saat berkemih
Batu
Infeksi
67
MUSKULOSKELETAL YA TIDAK
Nyeri persendian
Kekakuan
Pembengkakan sendi
Deformitas
Spasme
Kram
Kelemahan otot
Masalah cara berjalan
Nyeri punggung
Protesa
Pola kebiasaan latihan
Dampak pada penampilan AKS
PSIKOSOSIAL YA TIDAK
Cemas
Depresi
Insomnia
Menangis
Gugup
Takut
Masalah dalam mengambil keputusan
Kesulitan dalam berkonsentrasi
Pernyataan perasaan umum :
68
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
69
SKALA DEPRESI GERIATRIK
Skala Depresi Geriartrik adalah instrument yang disusun secara khusus untuk
digunakan pada lansia untuk menilai adanya depresi. Jawaban pertanyaan sesuai
indikasi dinilai poin 1. nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi.
Nilai 1 untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban di dalam kurung.
70
BAB VIII
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ALZHEMER
Alzhemer diambil dari nama penemu penyakit ini yaitu Alois Alzhemer
tahun 1907 dari Jerman. Penyakit ini menyerang pada usia 65 tahun ke atas dan
angka kejadiannya pada wanita lebih banyak dari pria, hal ini mungkin berhubungan
dengan usia wanita yang lebih panjang dan ada kaitannya dengan faktor genetik
kromosom X. Perkiraan terakhir menyatakan penyakit ini lebih dari 20% penderita
terjadi pada usia di atas 80 tahun.
1. Virus
Virus ini mempunyai masa inkubasi 2-30 tahun yang mengakibatkan
perubahan patologik. Virus herpes zoster dan herpes simpleks juga diduga
mengakibatkan alzhemer.
2. Proses autoimun
Adanya peningkatan reaksi antigen-antibodi reaktif terhadap otak.
3. Keracunan aluminium
Adanya deposit aluminium pada pasien alzhemer menyebabkan perubahan
patologik, dimana aluminium bersifar neurotoksik. Aluminium terdapat pada
obat antasida.
4. Faktor genetik.
Diduga berkaitan dengan kelainan kromosom 21 (sindrom down)
5. Faktor resiko usia
Kecenderungan makin bertambah usia makin beresiko terjadinya alzhemer
6. Trauma kepala
7. Penyakit kardiovakuler
8. Ketidakseimbangan kima otak
71
Patofisiologi
Terjadinya penyakit Alzhemer ini disebabkan karena adanya proses degeneratif dan
hilangnya kemampuan selektif sel-sel dalam korteks serebral. Hilangnya sel-sel otak
baik di kortikal maupun struktur subkortikal misalnya sel cholinergic mengakibatkan
menurunnya produksi neurotranmitter acetilkolin sampai dengan 75%.
Di samping itu kemungkinan degeneratif sel otak juga terjadi akibat proses
metabolisme. Dimana pada pasien dengan alzhemer umumnya usia lanjut dan
terjadi penurunan metabolisme sekita 25%.
Manifestasi klinik
Menurut beberapa sumber dibagi menjadi tiga tingkatan :
Tingkatan I (masa 1-3 tahun)
Gangguan memori jangka pendek, tetapi kemungkinan memori jangka
panjang masih baik. Memori sesaat (mengingat setelah beberapa detik),
memori jangka pendek (beberapa menit sampai beberapa jam), memori
jangka panjang (mengingat beberapa tahun).
Ketidaksabaran
Kurang spontan
Ketidakmampuan dalam mempertimbangkan sesuatu
Perubahan kepribadian dan perilaku
Gangguan penerimaan informasi baru
Tingkatan II (masa 2-10 tahun)
Kebingungan
Kehilangan memori
Kerusakan kognitif
Kesulitan dalam mengambil keputusan
Kesulitan berbahasa
72
Tingkatan III (masa 8-12 tahun)
Kerusakan beberapa fungsi kognitif (kerusakan intelektual, komplit
disorientasi waktu, tampat dan kejadian)
Kerusakan fisik karena gangguan neurologik seperti kejang, tremor, ataxia
Ketidakmampuan melakukan perawatan diri
Ketidakmampua dalam berkomunikasi.
Pemeriksaan Penunjang :
CT –Scan
MRI
Biopsi Otak
Komplikasi :
Pneumonia
Inkontinensia bowel
Kontraktur
Dekubitus
73
Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan keluarga dengan gejala yang sama dengan pasien
Riwayat penggunaan obat-obatan dan terpapar lingkungan polusi
Riwayat trauma kepala
Riwayat penyakit karena virus
Riwayat kejadian, lamanya, tanda dan gejala.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Perubahan kognitif, kemampuan dalam :
Perhatian dan konsentrasi
Pengambilan keputusan dan persepsi
Belajar dan mengingat
Komunikasi dan bahasa
Kecepatan menerima informasi
b. Perubahan kepribadian dan perilaku
Tingkah laku agresif
Perubahan koping, cepat marah dan takut.
Depresi
c. Perubahan dalam merawat diri
Menurunnya kemampuan merawat diri
Kurang perhatian dalam menjaga penampilan
Ketidakmampuan mengontrol bowel dan bladder
Menurunnya nafsu makan
d. Kemampuan pergerakan
Menurunnya aktivitas dan pergerakan
Perubahan cara berjalan.
74
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan defisit kognitif,
gangguan sensori.
Data pendukung :
Kehilangan memori
Menurunnya konsentrasi
Kebingungan
Disorientasi
Menurunnya kemampuan memecahkan masalah
Gelisah
Kriteria hasil :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan meningkatkan memori, orientasi dan
berkurangnya gelisah.
Intervensi/Rencana Tindakan Rasional
Memori :
Perkenalkan namanya Membantu mengingat hal yang
penting/mendasar
Buat jadwal kegiatan Pasien dapat mengingat kegiatan
dan waktu
Pasang foto keluarga, teman, rumah Mengingat diri dan keluarga
Pengunjung dibuatkan papan nama Membantu mengidentifikasi orang
Catat rencana kunjungan keluarga Mencoba mengingatkan kembali
dan nama dalam kalender rencana kunjungan keluarga
Lakukan latihan memori yang Membantu meningkatkan memori
sederhana pasien
Dokumentasikan kemampuan memori Mengetahui perkembangan memori
pasien
Orientasi :
Kaji orientasi pasien Mengidentifikasi kemampuan
orientasi pasien
Panggil pasien dengan namanya Mengingat namanya sendiri
Perkenalkan diri sebelum interaksi Pasien mungkin tidak ingat kembali
Pemberi perawatan sebaiknya orang Mudah mengingat dan lebih
yang sama kooperatif
Lakukan pekerjaan yang mudah Melatih orientasi pasien
75
secara rutin
Buatkan kalender dengan ukuran Mengorientasikan waktu
besar agar dapat dilihat
76
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan kognitif, sensori
persepsi, kehilangan memori, gangguan keseimbangan dan koordinasi,
menurunnya tonus otot.
Data pendukung :
Ketidakmampuan melakukan ADL
Ketidakmampuan mandi, makan, keramas, sikat gigi.
Kerusakan memori
Gangguan pergerakan
Kerusakan kognitif
Gangguan keseimbangan
Kriteria hasil :
Kebutuhan ADL terpenuhi
Keadaan pasien bersih, rapi
Intervensi/Rencana Tindakan Rasional
Beri kesempatan pasien untuk Melatih bersikap mandiri dalam
melakukan perawatan dirinya jika perawatan dirinya
mungkin
Bekerjasama dengan fisioterapi untuk Bekerja tim untuk melatih
menentukan metode terbaik dalam kemampuan pasien dan teknik
melakukan aktivitas adaptasi
Latih pasien untuk melakukan ADL Melatih secara bertahap kemampuan
dari yang paling ringan sampai tahap ADL
komplek
Bantu pasien seminimal mungkin Terpenuhinya kebutuhan sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan sehari- pasien
hari
Catat perkembangan kemampuan Mengetahui kemajuan pasien.
pasien dalam melakukan ADL
77
DAFTAR PUSTAKA
WHO ( 2010). The WHO Report 1998. Life in The 21st Century, Retrieved. From
www, Sciencedirect. Com : http: //www. Sciencedirect. Com / science.
Maryam, S. R., & dkk. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Lansia . Yogyakarta:
EGC.
78
Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi yulianti,
yuyun yuningsih. Dan Ana lusyana ). Jakarta :EGC
79