Anda di halaman 1dari 364

PEMERIKSAAN FISIK PADA DEWASA

JENIS
NO. CARA PENGKAJIAN
KETERAMPILAN

1 Pengkajian GCS Mengetahui respon dalam GCS (Glass Gow Coma scale)
Penilaian secara Yaitu
kuantitatif - Respon eye (Buka mata)
- Respon Verbal (Bicara)
- Respon Motorik (Gerakan)
Menjelaskan setiap respon dalam GCS
Yaitu
A. Respon eye (Buka mata) : Rentang nilai : 1 - 4
- Tidak membuka mata
- Buka mata dengan stimulus nyeri
- Buka mata dengan stimulus suara
- Buka mata spontan
B. Respon Verbal (Bicara) : rentang nilai 1 – 5
- Tidak ada respon
- Hanya mengeluarkan suara erangan, hem, meringis
- Diberikan pertanyaan respon tidak sesuai
- Pertanyaan sederhana pasien bingung, respon benar
- Pertanyaan komprehensip dijawab benar
C. Respon Motorik (Gerakan) : rentang niali 1- 6
- Tidak ada respon
- Reaksi deceberasi (ekstensi abnormal)
- Reaksi docortikasi (fleksi abnormal)
- Reaksi mengenal nyeri
- Reaksi melokalisir nyeri
- Mengikuti perintah
Penilaian secara Menilai GCS pasien
kualitatif Yaitu
Rentang nilai 3 – 15
- Composmentis (sadar penuh) : 14 – 15
- Acuh tak acuh (Cuek) : 10 -13
- Somnolen (sering mengantuk, respon tepat) : 8 – 9
- Soporocoma (semikoma) : 6 – 7
- Coma (tidak sadar) : 3 – 5
2 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf
cranial I, II Yaitu
I : Olfactorius
II : Ofticus
Menjelaskan persiapan pemeriksaan
I : Olfactorius (mengkaji fungsi penciuman
Persiapan :
- Menyiapkan bau – bauan (alcohol, betadin, kopi dll)
- Mempersiapkan pasien
II : Ofticus (mengkaji fungsi pengelihatan)

1 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Menyiapkan alat (snellen card, pulpen)
- Persiapan pasien
Melakukan pengkajian saraf cranial I dan II
I : Olfactorius
- Meminta pasien duduk (jika mampu)
- Meminta pasien menutup mata
- Meminta pasien menutup salah satu hidungnya
- Mendekatkan bau – bauan ke hidung yang tidak ditutup
- Tanyakan ke pasien tentang bau yang dirasakan
- Lakukan ke bau yang lain minimal 3
- Lakukan ke hidung yang satu (Normalnya pasien mampu
membedakan bau)
II : Ofticus
A. Pengkajian ketajaman pengelihatan (visus)
- Posisikan pasien (berdiri/duduk) dengan snellen card
pada jarak 5 m atau 6 m dan atau 20 kaki
- Untuk memeriksa mata kanan pasien, tutup mata kiri
- Mulai menunjuk hurup terbesar pada snellen card, minta
pasien membaca hurupnya
- Lakukan sampai hurup terkecil
- Lakukan prosedur yang sama pada mata kiri
Normal : pasien mampu membaca snellen card mulai yang
terbesar sampai terkecil
VOD (visus orbital dekstra) : 5/5, 6/6, 20/20
VOS (visus orbital sinistra) : 5/5, 6/6, 20/20
B. Pengkajian lapang pandang
- Pasien dan pemeriksa berhadapan (berdiri atau duduk)
pada jarak 60 cm
- Meletakkan benda yang bisa dilihat missal pulpen
ditengah
- Untuk memeriksa mata kanan pasien, minta pasien
menutup mata kiri
- Pemeriksa menutup mata yang berlawanan
- Menggerakkan benda tersebut ke arah kanan
- Pada saat digerakkan tanyakan apakah pasien masih
melihat sampai batas maksimal
- Lakukan prosedur tersebut pada mata kiri
Normal : sejauh pemeriksa melihat benda tersebut juga
dilihat oleh pasien
Lapang pandang normal membentuk sudut 180 derajat
3 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf
cranial III, IV dan VI Yaitu
III : Occulomotorius
IV : Troclearis
VI : Abdusen
Menjelaskan persiapan pemeriksaan
III : Occulomotorius
- Persiapan pasien
- Persiapan alat (pen light)
- Persiapan ruangan (agak gelap)

2 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


IV : Troclearis
- Persiapan alat (pilinan kapas steril)
VI : Abdusen
- Persiapan alat (pen light/benda yang dapat dilihat)
Melakukan pengkajian
III : Occulomotorius (pengkajian pupil)
A. Refleks cahaya langsung
- Mengarahkan cahaya langsung pada pupil melalui suduk
kiri/kanan mata pasien
- Melihat reaksi pupil
Normal : mengecil (miosis)
Tidak normal : membesar (midriasis), titik (pin point)
B. Reflex cahaya tidak langsung
- Mengarahkan cahaya antara mata kiri dan kanan
- Melihat perbandingan ukuran pupil
Normal : ukuran sama (isokor)
Tidak normal : ukuran tidak sama (anisoko)
Ukuran pupil normal 2 – 3 mm
IV : Troclearis (pengkajian reflex kornea)
- Pasien mengadap ke depan
- Menggerakkan bola mata kea rah lateral
- Meletakkan kasa steril arah kontra lateral mata
- Perhatikan reaksinya
- Lakukan pada kedua mata
Normal : terjadi reaksi kedipan
VI : Abdusen (pengkajian gerakan bola mata)
- Pasien menghadap ke depan dengan melihat benda/cahaya
- Kepala tidak boleh bergerak
- Mengikuti arah gerakan benda/cahaya
- Ke atas (superior), ke bawah (inferior), ke kiri (lateral sinistra)
dan ke kanan (lateral dekstra)
- Antara superior dan lateral, antara inferior dan lateral
Normal : pasien dapat mengikuti benda atau cahaya ke 8
sudut

3 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


4 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf
cranial V Yaitu
Trigeminus
- Menjelaskan persiapan pemeriksaan
- Persiapan pasien
- Persiapan bahan (pilinan kapas)
Melakukan pengkajian
A. Sensorik (merasakan pilinan kapas)
- Minta pasien menutup mata
- Letakkan pilinan kapas pada daerah optalmicus
- Minta pasien, apakah merasakan dan posisinya
- Lakukan juga pada daerah maksilaris dan daerah
mandibularis
Normal : pasien dapat merasakan dan mengetahui
posisinya
B. Motorik (gerakan otot masseter dan temporalis)
- Meletakkan tangan pemeriksa pada otot masseter
- Minta pasien menggerakkan otot masseter
- Normalnya Pemeriksa merasakan gerakan
- Meletakkan tangan pemeriksa pada otot temporalis
- Minta pasien menggerakkan otot temporalis
- Normalnya Pemeriksa merasakan gerakan

5 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf


cranila VII Yaitu
Fasialis
- Menjelaskan persiapan pemeriksaan
- Persiapan alat dan bahan (pipet dan larutan dalam tempatnya
(kopi,gula dan garam))
Melakukan pengkajian
A. Sensorik (merasakan larutan)
- Minta pasien menutup mata
- Minta pasien menjulurkan lidah (1/3 anterior)
- Teteskan ke 3 larutan pada lidah
- Minta pasien merasakan dan membedakan rasa larutan
Normal : pasien merasakan dan membedakan rasa
B. Motorik (gerakan otot wajah)
- Minta pasien tersenyum, mengerutkan dahi, menutup mata
- Perhatikan simetrisnya
Normal : simetris
C. Otonom
- Perhatikan adanya lacrimasi (keluarnya air mata secara
berlebihan tanpa respon internal)
- Perhatikan adanya salvias (keluarnya air liur secara berlebihan
tanpa respon eksternal)
Normal : tidak ada lacrimasi dan salvias

4 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


6 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf
cranial VIII Yaitu
Acusticovestibulatis
- Menjelaskan persiapan pemeriksaan
- Persiapan alat (garpu tala)
Melakukan pengkajian
A. Acusticus (pengkajian fungsi pendengaran)
a. Test berbisik
- Jarak pemeriksa dengan pasien 6 meter
- Telinga yang diperiksa menghadap ke pemeriksa
- Telinga yang tidak diperiksa ditutup
- Sebutkan dua suku kata pada akhir ekspirasi
- Bila tidak mendengar, pemeriksa maju satu langkah
sampai penderita mendengar
b. Test garpu tala
- Test rinne (hantaran udara dan tulang)
 Getarkan garpu tala
 Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien
 Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa
sewaktu tidak merasakan getaran
 Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan
didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan
posisi parallel dengan daun telinga.
 Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengar
atau tidak.
 Mencatat hasil pemeriksaan
 Lakukan pada kedua telinga
Normalnya : pasien merasakan getaran dan bunyi
- Test weber (laterisasi)
 Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada
telapak tangan atau jari
 Letakkan tangkai GT di tengah puncak kepala/os.
Frontalis atas.
 Tanayakan pada klien apakah bunyi terdengar saama
jelas antara telinga kanan dan kiri atau hanya jelas
pada satu sisi saja.
 Mencatat hasil pemeriksaan
Normal : pasien merasakan hantaran getaran dan
bunyi sama di kedua telinga
- Swabatch (Untuk mengetahui membandingkan
pendengaran pasien dengan pemeriksa)
 Getarkan garfu tala
 Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan
cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.
Normanya : pemeriksa dan pasien mendengarkan
bunyi dan getaran
B. Vestibular (keseimbangan)
- Minta pasien berdiri
- Minta pasien memegang tongkat sambil tunduk selama 5
menit

5 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Menegakkan kembali kepala (Normal : tidak ada perasaan
pusing dan seakan jatuh)
- Minta pasien berjalan pada garis lurus dengan menggunakan
ujung jari kaki

6 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


7 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf
cranial XI XI : Accesoris
Dan XII XII : Hipoglosus
- Menjelaskan persiapan pemeriksaan
- Persiapan pasien
Melakukan pengkajian
XI : Assesoris (pengkajian tahanan otot)
A. Musculus Sternocleidomastoideus
- Pegang pipi pasien dan tahan
- Minta pasien menggerakkan pipinya berlawanan dengan
tangan pemeriksa (ke kiri atau ke kanan)
- Lakukan pada kedua pipi
- Normal : ada tahanan
B. Musculus travesius
- Pegang bahu pasien dan tahan
- Minta pasien menggerakkan bahu berlawanan dengan
tangan pemeriksa (ke atas)
- Lakukan pada kedua bahu
- Normal : ada tahanan
XII : Hipoglosus
Gerakan lidah
- Minta pasien menjulurkan lidahnya
- Perhatikan simetrisnya (normal : simetris)
- Minta pasien menggerakkan lidahnya ke kiri, ke kanan, ke atas
dan ke bawah
- Normal : mampu dilakukan
8 Pengkajian fungsi Melakukan pengkajian massa otot
motorik - Membandingkan antara tangan kanan dan tangan kiri
- Membandingkan kaki (betis) kiri dan kanan
Normal : simetris (ukuran dan bentuk sama)
Membesar : Hipertropi
Mengecil : Atropi
- Melakukan pengkajian tonus
- Melakukan fleksi secara tiba – tiba pada lengan
Normalnya : ada tahanan kecil
Melakukan pengkajian kekuatan otot
Mengkaji ekstremitas atas dan bawah untuk mengetahuai kekuatan
otot dengan menggunakan skala (0 – 5)
0. : tidak ada gerakan (paralisis : kelumpuhan)
1. : gerakan kecil (plegia : Kelemahan)
2. : Mampu menggerakkan tapi tidak tahan gravitasi
3. : Mampu menggerakan tapi tidak cukup kuat melawan
gravitasi
4. : Normal tapi belum maksimal
5. : Maksimal
9 Pengkajian fungsi Melakukan pengkajian fungsi sensorik : suhu
sensorik - Persiapan pasien (minta pasien menutup mata) dan alat dan
bahan (buli berisi air panas dan dingin)
- Pemeriksa mengetest air panas dan dingin pada dirinya
- Meletakkan buli berisi air panas pada tubuh pasien

7 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Tanya pasien apakah merasakan (normal : merasakan panas
dan letaknya)
- Meletakkan buli berisi air dingin pada tubuh pasien
- Tanya pasien apakah merasakan (normal : merasakan dingin
dan letaknya)
Melakukan pengkajian fungsi sensorik nyeri
- Persiapan pasien (menutup mata) dan alat (pentul)
- Menekan kulit pasien dengan ujung tajam pentul
- Tanya apakah merasakan sakit tajam (normal merasakan
nyeri tajam dan letaknya)
- Menekan kulit pasien dengan ujung tumpul pentul
- Tanya apakah merasakan sakit tajam (normal : tidak
merasakan nyeri dan mengetahui letaknya)
Melakukan pengkajian fungsi sensorik posisi dan getaran
- Pasien menutup mata
- Meminta mempertemukan jari kelingking dan ibu jari atau jari
apa saja
Normal : mampu dilakukan
- Pasien menutup mata
- Menggetarkan garpu tala
- Meletakkan pada tulang
Normal : pasien merasakan getaran dan posisinya
Melakukan pengkajian fungsi sensorik diskriminasi
- Pasien menutup mata
- Menuliskan hurup pada tangan dan punggung
- Normal : pasien mampu mengenal hurup
- Meletakkan benda yang familier pada tangan
- Normal : pasien mampu mengenal benda
10 Pengkajian refleks Mengetahui nama dan letak serta cara melakukan pengkajian
fisiologis A. Refleks Biseps (N. Muskulokutaneus, C 5-6 )
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Meminta penderita untuk duduk dengan santai/jika tidak
dibaringkan
- Meletakkan lengan penderita di atas paha penderita dalam
posisi pronasi
- Jika posisi penderita dalam posisi baring, lengan ditaruh di
atas bantal, lengan bawah dan tangan di atas abdomen
- Taruh ibu jari pemeriksa di atas tendon biseps, tekan jika
perlu untuk meyakinkan tegangan otot optimal, sebelum
mengetok
- Memukul biseps
- Terjadi gerakan menyentak dari kontraksi biseps
B. Refleks Triseps
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Meminta penderita untuk duduk dengan santai/jika tidak
dibaringkan
- Meletakkan lengan penderita di atas paha penderita dalam
posisi pronasi
- Menempatkan lengan bawah penderita dalam posisi
antara fleksi dan ekstensi

8 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Meminta penderita untuk merilekskan lengan bawah
- Meraba triseps untuk memastikan bahwa otot tidak tegang
- Memukul tendo triseps yang lewat di fossa olecrani
- Terjadi gerakan menyentak dari kontraksi biseps
C. Refleks Brakhioradialis
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Meminta penderita untuk duduk dengan santai/jika tidak
dibaringkan
- Meletakkan lengan penderita di atas paha penderita
dalam posisi pronasi
- Jika posisi penderita dalam posisi baring, lengan ditaruh
di atas bantal, lengan bawah dan tangan di atas abdomen
- Ketok perlahan bagian distal radius kira-kira 5 cm di atas
pergelangan tangan sambil mengamati dan merasakan
adanya kontraksi
D. Refleks Lutut, kuadriseps femoris
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Meminta penderita untuk duduk dengan santai/jika tidak
dibaringkan
- Kaki tergantung rileks di tempat tidur
- Jika posisi penderita dalam posisi baring, tangan atau
lengan bawah ditaruh di bawah lutut penderita
- Fleksikan sendi lutut tersebut kira-kira 20 derajat, pasien
harus tetap berada di atas tempat tidur, jika perlu tangan
penderita dapat diganti bantal agar kontraksi otot di
samping dapat terlihat dapat diraba pula
- Ketok di atas tendon lutut bergantian kanan dan kiri
E. Reflex Achiles
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Meminta penderita untuk duduk dengan santai/jika tidak
dibaringkan
- Kaki tergantung rileks di tempat tidur
- Fleksikan sendi tumit dengan menggunakan tangan
pemeriksa
- Ketok di atas tendon tumit bergantian kanan dan kiri
- Terjadi gerakan ekstensi

9 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


11 Pengkajian refleks Mengetahui nama dan letak serta melakukan pengkajian
patologis A. Chaddock
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Menggoreskan bagian bawahdari maleolus lateral kaki kea
rah depan
- Tanda positif jika terjadi dorsofleksi dari ibu jari kaki dan
biasa disertai dengan pemekaran jari-jari kaki
B. Oppenheim
A. Menerangkan tujuan pemeriksaan
B. Urutkan tulang tibia dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari
tengah mulai dari lutut menyusur ke bawah
C. Tanda positif jika terjadi dorsofleksi dari ibu jari kaki dan
biasa disertai dengan pemekaran jari-jari kaki
C. Hoffman
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Petikkan kuku jari telunjuk atau jari tengah (pada jari
tangan)
- Tanda positif jika timbul gerakan mencengkram pada
tangan
D. Babinsky
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Dengan sebuah benda yang berujung agak tajam seperti
kunci, digoreskan pada telapak kaki dari arah tumit
menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari kaki
- Tanda positif jika terjadi dorsofleksi dari ibu jari kaki dan
biasa disertai dengan pemekaran jari-jari kaki

10 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


12 Pengkajian refleks Mengetahui nama dan letak serta Melakukan pengkajian
koordinasi A. Test Hidung jari
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Pasien menunjuk hidungnya sendiri
- Kemudian menunjuk jari pemeriksa secara bergantian, jari
telunjuk pemeriksa berpindah-pindah posisi selama test
berlangsung
- Klien diminta untuk melakukan gerakan ini secara
berlahan kemudian makin cepat dan sebaliknya
- Test dilakuakn untuk tangan kanan dan kiri
B. Test hidung jari sambil tutup mata
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Pasien disuruh menunjuk hidungnya sendiri sambil
matanya ditutup
- Kemudian menunjuk jari sendiri secara bergantian, jari
telunjuk klien berpindah-pindah posisi selama test
berlangsung
- Klien diminta untuk melakukan gerakan ini secara
berlahan kemudian makin cepat dan sebaliknya
- Test dilakuakn untuk tangan kanan dan kiri
C. Test pronasi dan supinasi 5 kali
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Dalam sikap duduk pasien disuruh meletakkan tangan di
bagian atas bagian distal paha
- Mula-mula secara pronasi (telapak tangan ke bawah), lalu
supinasi (telapak tangan ke atas)
- Klien diminta untuk melakukan gerakan ini secara
berlahan kemudian makin cepat dan sebaliknya
- Test dilakukan untuk tangan kanan dan kiri
D. Test tumit lutut
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Dalam sikap berbaring klien disuruh meletakkan tumit kiri
di atas lutut kanannya
- Kemudian menggerakkan tumit tersebut meyusuri tulang
tibia kea rah distal sampai dorsum kaki dan ibu jari kaki
- Klien diminta untuk melakukan gerakan ini secara
berlahan kemudian makin cepat dan sebaliknya
- Dapat pula gerakan ini dilakukan berlawanan arah dari
bawah ke atas
- Test dilakukan untuk tangan kanan dan kiri
13 Tanda-tanda iritasi Mengetahui nama dan letak serta Melakukan pengkajian
Meninges A. Kaku kuduk
(peradangan selaput - Menerangkan tujuan pemeriksaan
otak) - Baringkan klien secara terlentang
- Lakukan pergerakan pasif secara tiba-tiba, berupa
fleksikan leher
- Lakukan gerakan untuk ekstensi kepala
- Lakukan juga untuk rotasi kepala
- Positif jika terdapat kekakuan danj tahan pada pergerakan
fleksi kepala disertai rasa nyeri dan juga didapatkan

11 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala
B. Kernig sign
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Baringkan klien secara terlentang
- Fleksikan sendi panggul lalu ekstensikan sendi lutut
sejauh mungkin
- Jangan dipaksakan jika klien terlihat wajah meringis
- Positif jika ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135
derajat, disertai spasme otot paha dan biasanya diikuti
rasa nyeri
- Lakukan penilaian dikedua sisi
C. Laseque sign
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Baringkan klien secara terlentang
- Fleksikan sendi panggul saat tungkai dalam keadaan
ekstensi
- Selama dalam keadaan fleksi sendi panggul, tanyakan
pada klien apakah ia merasa nyeri dan dimana nyeri itu
terjadi
- Positif jika timbul nyeri lekuk isciadicus/adanya tahanan
pada waktu difleksikan kurang dari 60 derajat
- Lakukan penilaian dikedua sisi
D. Brudisky I (leher)
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Baringkan klien secara terlentang
- Pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah kepala dan
trangan kanannya di atas dada klien
- Lakukan fleksi kepala dengan cepat kea rah dada sejauh
mungkin
- Tanda positif jika terjadi involunter di kedua tungkai
- Jika terjadi hemiplegia maka fleksi hanya tampak pada
tungkai yang tidak fleksi
E. Brudisky II (kontralateral)
- Menerangkan tujuan pemeriksaan
- Baringkan klien secara terlentang
- Fleksikan sendi panggul lalu ekstensikan sendi lutut
sejauh mungkin
- Jangan paksakan klien jika terlihat wajah meringis
- Tanda positif jika fleksi envolunter pada sendi panggul dan
lutut kontra lateral (lebih jelas terlihat pada sendi lutut
sesisi dalam posisi ekstensi)
- Lakukan penilaian di kedua sisi

12 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


14 Pengkajian hidung Melakukan pengkajian (bentuk, simetris, warna, mobilitas)
Hidung bagian luar
- Amati bentuk dan posisi septum
- Rongga hidung, selaput lendir : warna, bengkak, sekret
Pengkajian patensi hidung
(dilakukan bila dicurigai ada sumbatan atau deformitas rongga hidung)
- Tutup salah satu lubang hidung
- Letakkan cermin di bawah hidung
- Anjurkan menghembuskan udara melalui hidung
- Amati kondensasi udara pada cermin normal seimbang kanan
dan kiri
- Amati meatus, adakah perdarahan (epistaksis), kotoran,
pembengkakan, mukosa hidung, adakah pembesaran ( polip)
15 Pengkajian leher Inspeksi
Kelenjar Tiroid
- Anjurkan pasien menelan
- Normal : gerakan kelenjar tiroid tidak nampak, kecuali orang kurus
Leher : Amati bentuk, warna kulit, pembengkakan, dan massa
Vena jugularis : Amati adanya distensi
Palpasi
Kelenjar limfe : adanya pembesaran (adenopati limfe)
Kelenjar tiroid : Pembesaran (gondok)
Cara :
- Pemeriksa berdiri di belakang pasien
- Palpasi dengan jari kedua dan ketiga dengan menganjurkan
pasien menelan
- Determinasikan : bentuk, ukuran dan konsistensi
Mobilisasi leher
- Antefleksi : normal 45 0
- Dorsofleksi : normal 60 0
- Rotasi kanan/kiri : normal 70 0
- Lateral fleksi : normal 40 0
Lakukan secara aktif dan pasif
16 Pengkajian dada Mengetahui bentuk dada normal dan tidak normal
Inspeksi
Bentuk dada
- Normal (Normo chest) : diameter proximodistal lebih panjang dari
anterodistal
- Pigeon chest (dada burung) ; diameter anteroposterior lebih
panjang dari proximodistal
- Barrel chest (dada tong) : diameter anteroposteriol sama denga
proximodistal
- Funnel chest (model sepatu) : diameter anteroposterior lebih
pendek dari proximodistal
Ekspansi dada ; cara : anjurkan penderita inspirasi dan ekspirasi dan
perhatikan pengembangan dadanya
Sifat pernapasan : perut dan dada
Frekuensi pernapasan ( 16 – 24 X per-menit ),
- Normal
- Takipnea : Peningkatan kecepatan pernafasan
13 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
- Bradipnea : Lambat tapi merupakan pernafasan normal
- Apnea : Tidak terdapatnya pernafasan
Ritme pernapasan
- Eupnea : Irama dan kecepatan pernafasan normal
- Kusmaul : Pernafasan cepat dan dalam tanpa berhenti
- Hiperventilasi : pernapasan dalam
- Biot’s : Pernafasan cepat dan dalam dengan berhenti tiba-tiba
- Cheyne stoke : Pernafasan secara bertahap lebih cepat dan
dalam, dan melambat diseligi pereode apnea
Retraksi intercostals : tarikan dinding dada yang merupakan upaya
untuk menambah pernapasan misal sesak
Orthopnea : sesak napas akibat perubahan posisi
Suara batuk
Palpasi
Nyeri tekan dada
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus ;membandingkan getaran dinding
torak antara kanan dan kiri, dengan cara menepelkan kedua telapak
tangan pemeriksa pada punggung klien dank lien diminta
mengucapkan kata tujuh puluh tujuh, telapak tangan digeser ke
bawah dan bandingkan getarannya, normalnya getaran antara
kanan da kiri teraba sama.
Mengetahui ekspansi dada, taktil premitus, retraksi dan otot
pernapasan
Kesimetrisan ekspansi dada dengan cara :
- Letakkan telapak tangan pemeriksa dibagian dada/punggung/sisi
dada penderita
- Anjurkan klien menarik napas
- Perhatikan ekspansi dadanya
Taktil fremitus dengan cara :
- Letakkan telapak tangan pemeriksa dibagian dada/punggung/sisi
dada penderita
- Anjurkan klien menarik napas
- Rasakan getaran pada dada dengan membandingkan bagian
bawah, kiri dan kanan
Perkusi : Identifikasi bunyi perkusi paru dan Lokasi paru-paru
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan
mengetuk dengan jari tangan yang satunya, normalnya suara dinding
torak saat diperkusi adalah sonor. Hipersonor menandakan adanya
pemadatan jaringan paru atau prnimbunan cairan dalam dinding torak
( pnemotorak)

14 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


17 Pengkajian suara Mengetahui suara napas normal dan tidak normal
napas Auskultasi
Suara/bunyi napas
- Vesikuler
Terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara
rendah,lembut dan bersih.
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
- Bronchovesikuler
Terdengar di Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas
sedang dan bersih
Inspirasi dan ekspirasi sama
- Bronchial
Di atas manubrium sterni, suara tinggi, keras dan bersih
Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi
- Trakeal
Di atas trakea pada leher, intensitas sangat tinggi, keras dan
bersih
Inspirasi dan ekspirasi sama
Suara tambahan
- Mengi sonor (Ronchi)
Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus besar,
terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi, hilang bila klien batuk
- Rales
Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi
Rales halus , terdengar merintik halus pada akhir inspirasi
Rales kasar , terdengar merintik sepanjang inspirasi
Rales tidak hilang dengan batuk
- Mengi sibilant (Wheezing)
Terdengar ngiik-ngiik saat inspirasi akibat penyempitan bronkus
- Pleural fricion rab :
Terdengar kasar seperti gosokan amplas akibat peradangan
pleura terdengar sepanjang pernafasan lebih jelas pada antero
lateral bawah dinding torak
Melakukan pengkajian suara napas dengan stetoskop
18 Pengkajian bunyi Mengetahui bunyi jantung normal dan tidak normal
jantung Bunyi jantung normal
1. Sound 1 (S1)
2. Sound II (S2)
3. Sound III (S3) pada anak muda
4. Sound IV (S4) patologis
a. Inspeksi
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel
kiri pada dinding torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula
kiriselebar 1 Cm, sulit ditemukan pada klien yang gemuk.
b. Palpasi
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada
sebelah kiri )
ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )

15 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


c. Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk
jantung secara kasar, batas atas jantung normal adalah :
- Batas atas : ICS II Mid sternalis
- Batas bawah : ICS V
- Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
- Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
Mengetahui letak-letak mendengarkan bunyi jantung
- Intercostal 5 mid klavicularis (Mitralis)
- Intercostal 4,5 para sternali (tricuspidalis)
- Intercostal 2 dekstra (pulmonal)
- Intercostal 2 sinistra (aorta)
Melakukan auskultasi bunyi jantung
 Bunyi jantung I dan II di IC 5 midclavicularis (area katup mitralis)
dan IC 4,5 para sternalis (area katup tricuspidalis) terdengan LUB -
DUB (lebih keras bunyi SI)
 Bunyi jantung I dan II di IC 2 dekstra (area katup pulmonal) dan IC
2 (area katup aorta) terdengan LUB-DUB (lebih keras S2)
 Dengarkan BJ III ( kalau ada ) terdengar di daerah mitral, pada
awal diastolic terdengar LUB-DUB-EE, BJ III terdengar normal
pada anak-anak,dewasa muda dan orang hamil. Bila ada BJ III
pada orang dewasa yang disertai dengan oedema/dipsneu berarti
abnormal. BJ III pada klien decompensasi cordis disebut Gallop
Rhythm, yang terjadi akibat getaran karena derasnya pengisian
ventrikel kiri dari atrium kiri dari ruang sempit ke ruang yang lebih
lebar.
 Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase
sistolik, diastolic akibat dari getaran jantung atau pembuluh darah
karena arus turbulensi darah.
Derajat Murmur : 1 : Hampir tidak terdengar
2 : Terdengar lemah
3 : Agak keras
4 : Keras
5 : Sangat keras
6 : Sampai stetoskop di angkat sedikit
suara masih terdengar
19 Pengkajian CRT dan Mengetahui letak dan makna klinis
CF CRT : capillary refilling Time : waktu pengisian kapiler
Dikaji pada kuku dengan cara menekan kuku kemudian melepas dan
melihat berapa lama kembali merah
Normal kurang 2 detik
CF : Clubbing finger : benjolan pada dasar kuku
Dikaji dengan merasakan adanya benjolan pada dasar kuku atau
mempertemukan kuku ibu jari dan memperhatikan adanya celah
Normal : ada celah (khusus ibu jari)
20 Pengkajian bentuk Mengetahui bentuk kepala normal dan tidak normal
dan ROM kepala Inspeksi :
bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ),
kesimetrisan, dan pergerakan. Adakah hirochepalus/ pembesaran
kepala.

16 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Palpasi :
Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak ( pada bayi ).
ROM Kepala
- Antefleksi : normal 45 0
- Dorsofleksi : normal 60 0
- Rotasi kanan/kiri : normal 70 0
- Lateral fleksi : normal 40 0
- Sirkumfeleksi
Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata
- Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau Enofthalmus ( mata
tenggelam )
- Kelopak mata / palpebra : adakah oedem, ptosis, peradangan,
luka, atau benjolan
- Bulu mata : rontok atau tidak
- Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan
,kuning atau pucat.
- Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil,
midriasis/ melebar, pin point / kecil sekali, nomalnya isokor /
pupil sama besar.
- Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih
atau abu-abu di tepi kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau
pengaruh ras. Amati kedudukan kornea,
Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata
Strabismus konvergent : kornea lebih dekat ke sudut mata medial
Strabismus devergent : Klien mengeluh melihat doble, karena
kelumpuhan otat.
21 Pengkajian ROM Menjelaskan susunan vertebra
vertebra Dan pervis - Cervicalis
- Thoracalis
- Lumbalis
- Tulang ekor
Menjelaskan kelainan-kelainan vertebra dan pelvis
- Kyposis : tulang belakang bengkok ke depan
- Scoliosis : Tulang belakang bengkok ke samping
- Lordosis : tulang belakang bengkok ke belakang
Melakukan ROM vertebra dan pelvis
- Fleksi
- Ekstensi
- Hiperekstensi
- Fleksi lateral
- Rotasi

17 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


22 Pengkajian ROM kaki Menjelaskan dan melakukan ROM kaki
dan tangan - Fleksi
- Ekstensi
- Inverse
- Eversi
Menjelaskan dan melakukan ROM tangan
- Fleksi
- Ekstensi
- Adduksi
- Abduksi
- Supinasi
- Pronasi

23 Pengkajian kulit 1. Keadaan kulit


a. Inspeksi :
- Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.
- Warna Kulit :
 Coklat, deposit melanin
 Biru, Hipoxia jaringan perifer
 Merah, peningkatan oksihaemoglobin
 Pucat, Anoxia jaringan kulit
 Kuning, peningkatan bilirubin indirek dalam darah
b. Palpasi :
- Suhu kulit, tekstur halus/ kasar, torgor / kelenturan keriput
/tegang, oedema derajat berapa?
 Derajat 0 : Kembali spontan
 Derajat 1 : Kembali dalam 1 detik
 Derajat 2 : Kembali dalam 2 detk
 Derajat 3 : Kembali dalam waktu lebih dari 2 detik
2. Identifikasi luka pada kulit
A. Tipe Primer
- Makula : Perubahan warna kulit, tidak teraba, batas jelas,
bentuk melingkar kurang dari 1 Cm, Patch : bentuk melingkar
lebih dari 1 Cm
- Papula : Menonjol, batas jelas, elevasi kulit padat, kurang dari
1 Cm, Plaque lebih dari 1 Cm
- Nodule : Tonjolan padat berbatas jelas, lebih dalam dan lebih
jelas dari pada papula ukuran 1-2 Cm, Tumor lebih dari 2 Cm
- Vesikula : Penonjolan pada kulit, bentuk bundar, berisi cairan
serosa, diameter kurang dari 1 Cm, Bulla diameter lebih dari
1 Cm
B. Tipe Sekunder
- Pustula : Vesical / Bulla yang berisi nanah
- Ulkus : Luka terbuka yang diakibatkan oleh vesikula/bulla
yang pecah
- Crusta : Cairan tubuh yang mongering ( serum, darah / nanah
)
- Exsoriasi : Pengelupasan epidermis
- Scar : Pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah
retakan
- Lichenifikasi : Penebalan kulit karena garukan atau tertekan
18 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
terus
C. Kelainan- kelainan pada kulit :
- Naevus Pigmentosus : Hiperpigmentasi pada kulit dengan
batas jelas ( tahi lalat )
- Hiperpigmentasi : Daerah kulit yang warnanya lebih gelap
dari yang lain ( Cloasma Gravidarum )
- Vitiligo / Hipopigmentasi : Daerah kulit yang kurang
berpigment
- Tatto : Hiperpigmentasi buatan
- Haemangioma : Bercak kemerahan pad pembuluh darah,
dapat merupakan tumor jinak atau tahi lalat
- Angioma : Pembengkakan yang terbentuk oleh proliferasi
yang berlebihan dari pembuluh darah
- Spider Naevi : Pelebaran pembuluh darah arteriola dengan
bentuk aliran yang khas seperti kalajengking dan bila ditekan
hlang
- Striae : Garis putih pada kulit yang terjadi akibat pelebaran
kulit, dapat ditemui pada ibu hamil
23 Pengkajian Rambut Inspeksi dan Palpasi :
penyebaran, bau, rontok ,warna.
Distribusi, merata atau tidak, adakah alopesia, daerah penyebaran
Quality, Hirsutisme ( pertumbuhan rambut melebihi normal ) pada
sindrom chasing, polycistik ovari’i, dan akromrgali, penurunan jumlah
dan pertumbuhan rambut seperti pada penderita hipotiroitisme (
alopesia ). Warna, putih sebelum waktunya terjadi pada penderita
anemia perniciosa, merah dan mudah rontok pada malnutrisi.
24 Pengkajian kuku Inspeksi dan palpasi
Warna ,bentuk, kebersihan
Bagian –bagian kuku :
- Matrik/ akar kuku : tempat lempeng kuku tumbuh
- Lempeng kuku
- Dasar kuku : berdekatan dengan lempeng kuku
- Jaringan peringeal : terdiri dari ephonicium, perionycium
25 Pemeriksaan kepala Inspeksi :
dan mata bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ),
kesimetrisan, dan pergerakan. Adakah hidrochepalus/ pembesaran
kepala.
Palpasi :
Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak ( pada bayi ).
Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata
- Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau Enofthalmus ( mata
tenggelam )
- Kelopak mata / palpebra : adakah oedem, ptosis, peradangan,
luka, atau benjolan
- Bulu mata : rontok atau tidak
- Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan
,kuning atau pucat.
- Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil,

19 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


midriasis/ melebar, pin point / kecil sekali, nomalnya isokor / pupil
sama besar.
- Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih
atau abu-abu di tepi kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau
pengaruh ras. Amati kedudukan kornea,
Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata
Strabismus konvergent : kornea lebih dekat ke sudut mata
medial
Strabismus devergent : Klien mengeluh melihat doble, karena
kelumpuhan otat.
- Pemeriksaan Visus
Dengan jarak 5-6 M dengan snellen card periksa visus OD / OS
5/5 atau 6/6 = normal
1/ 60 = Mampu melihat dengan hitung jari
1/300 = Mampu melihat dengan lambaian tangan
1/ = Mampu melihat gelap dan terang
0 = Tidak mampu melihat
- Pemeriksaan lapang pandang
Haemi anoxia : klien tidak dapat separoh dari medan
penglihatan
Haemoxia : Klien tidak dapat melihat seperempat dari lapang
penglihatan
- Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan mengunakan tonometri atau palpasi bola mata untuk
mengetahui adanya nyeri tekan atau konsistensi bola mata.
- Pem eriksaan Dengan Oftalm osk op
Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik untuk
melihat anatomi interna dari mata. Ada dua cakram pada of-
talmoskop: satu untuk mengatur lubang cahaya (dan filter),
dan satu lagi untuk merubah lensa untuk mengoreksi
kesalahan refraktif baik dari pemeriksa maupun pasien.
26 Pemeriksaan Telinga Inspeksi dan palpasi
Amati bagian teliga luar: bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan,
adakah peradangan, penumpukan serumen.
Dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk, transparansi,
perdarahan, dan perforasi.
Uji kemampuan kepekaan telinga :
- Dengan bisikan pada jarak 4,5 – 6 M untuk menguji
kemampuan pendengaran telinga kiri dan kanan
- Dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan kemapuan
mendengar telinga kanan dan kiri
- Dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui
keseimbangan konduksi suara yang didengar klien, normalnya
klien mendengar seimbang antara kanan dan kiri
- Dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk membandingkan
kemampuan pendengaran antara konduksi tulang dan konduksi
udara, normalnya klien mampu mendengarkan suara garpu tala
dari kondusi udara setelah suara dari kondusi tulang
- Dengan garpu tala lakukan uji swabach: untuk membandingkan
kemampuan hantaran konduksi udara antara pemeriksa dank

20 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


lien, dengan syarat pendengaran pemeriksa normal.
27 Pemeriksaan Mulut Inspeksi dan Palpasi
dan Faring - Amati bibir, untuk mengetahui kelainan konginetal ( labioseisis,
palatoseisis, atau labiopalatoseisis ), warna bibir pucat, atau
merah ,adakah lesi dan massa.
- Amati gigi ,gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran, kelengkapan,
gigi palsu, gingivitis,warna lidah, perdarahan dan abses.
- Amati orofaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula simetris atau
tidak
- Adakah pembesaran tonsil, T : 0, Sudah dioperasi, T : 1, Ukuran
normal, T : 2, Pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah, T : 3,
Pembesaran sampai garis tengah, T : 4 , Pembesaran melewati
garis tengah
- Perhatikan suara klien ada perubahan atau tidak
- Perhatikan adakah lendir dan benda asing atau tidak
28 Pemeriksaan Wajah Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi wajah
dan leher klien, struktur wajah klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-
otot fasialis atau tidak.
Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
- Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf / kurus ditemukan pada
orang dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf
ditemukan pada klen obesitas, adakah peradangan ,jaringan
parut, perubahan warna, dan massa
- Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada
suprasternal pada saat klien menelan, normalnya tidak teraba
kecuali pada aorang kurus
- Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan
pembendungan pada supraclavikula kemudian tekan pada ujung
proximal vena jugularis sambil melepaskan bendungan pada
supraclavikula, ukurlah jarak vertical permukaan atas kolom darah
terhadap bidang horizontal, katakanlah jaraknya a Cm di atas
atau di bawah bidang horisontal. Maka nilai tekanan vena
jugularisnya adalah : JVP = 5 – a Cm,( bila di bawah bidang
horizontal ) JVP = 5 – a CmHg ( bila di atas bidang horizontal),
normalnya JVP = 5 – 2 CmHg
Pengukuran langsung tekanan vena melalui pemasangan CVP
dengan memasukan cateter pada vena ,tekanan normal CVP = 5 –
15 CmHg
Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe,
kelenjar tiroid dan posisi trakea
Pembesarn kelenjar limfe leher ( Adenopati limfe )menandakan
adanya peradangan pada daerah kepala, orofaring, infeksi TBC,
atau syphilis.
Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi yodium
Perhatikan posisi trakea, bila bergeser atau tidak simetris dapat
terjadi karena proses desak ruang atau fibrosis pada paru atau
mediastinum
29 Pemeriksaan Inspeksi
payudara dan ketiak Ukuran payudara, bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah

21 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


pembengkakan. Normalnya melingkar dan simetris dengan ukuran
kecil, sedang atau besar.
Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
Areola : Adakah perubahan warna, pada wanita hamil lebih gelap.
Putting : Adakah cairan yang keluar, ulkus, pembengkakan
Adakah pembesaran pada kelenjar limfe axillar dan clavikula
Palpasi
Adakah secret dari putting, adakah nyri tekan, dan kekenyalan.
Adakah benjolan massa atau tidak
30 Pengkajian perut Khusus untuk pemeriksaan abdomen urutannya dalah inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi ,karena palpasi dan perkusi dapat
meningkatkan peristaltik usus.
Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran dan 9 Regio :
Inspeksi
Bentuk abdomen : Membusung, atau datar
Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana bentuknya
Kesimetrisan bentuk abdomen
Amati adnya bayangan pembuluh darah vena, kalau terlihat pada
bagian atas abdomen dan mengalir ke bagian yang lebih atas berarti
ada obstruksi vena porta hepatica, kalau tampak pada bagian bawah
abdomen menuju ke atas berarti ada obstruksi pada vena cava
inferior, normalnya bila terlihat pembuluh darah pada abdomen
berasal dari bagian tengah menuju ke atas atau ke bawah, dan tidak
terlihat terlalu menonjol.
a. Gambaran normal
b. Gambaran Hipertensi portal
c. Gambaran pbstruksi vena cava inferior
Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat
frekuensinya dalam satu menit, normalnya 5 – 35 kali per menit, bunyi
peristaltic yang panjang dan keras disebut Borborygmi biasanya
terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat lambat
(meteorismus) pada klien ileus paralitik.
a. Palpasi
Menenyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
Palpasi Hepar :
Atur posisi pasien telentang dan kaki ditekuk
Perawat berdiri di sebelah kanan klien, dan meletakan tangan di
bawah arcus costai 12, pada saat isnpirasi lakukan palpasi dan
diskripsikan :
Ada atau tidak nyeri tekan, ada atau tidak pembesaran berapa jari
dari arcus costae, perabaan keras atau lunak, permukaan halus atau
berbenjol-benjol, tepi hepar tumpul atau tajam. Normalnya hepar tidak
teraba.
Palpasi Lien :
Posis pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner ari
midclavikula kiri ke arcus costae- melalui umbilicus – berakhir pada
SIAS kemudian garis dari arcus costae ke SIAS di bagi delapan.
Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan terletak
pada garis Scuffner ke berapa ? ( menunjukan pembesaran lien )

22 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Palpasi Appendik :
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk
menentukan titik Mc. Burney yaitu dengan cara menarik garis
bayangan dari umbilicus ke SIAS dan bagi menjadi 3 bagian. Tekan
pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila ada nyeri tekan ,nyeri lepas
dan nyeri menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada
appendik.
Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak :
Perkusi dari bagian lateral ke medial, perubahan suara dari timoani ke
dullnes merupakan batas cairan acites
Shiffing Dullnes, dengan perubahan posisi miring kanan / miring ke
kiri, adanya cairan acites akan mengalir sesuai dengan gravitasi,
dengan hasil perkusi sisi lateral lebih pekak/ dullness
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Palpasi Ginjal :
Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada
area lumbal posterior, tangan kanan diletakan pada bawah arcus
costae, kemudian lakukan palpasi dan diskripsikan adakah nyeri
tekan, bentuk dan ukuran.
Normalnya ginjal tidak teraba.
29 Genetalia Pria Inspeksi :
Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis
Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau benjolan
Lubang uretra adkah penyumbatan, lubang uretra pada bagian bawah
( Hipospadia ) lubang uretra pada batang penis ( Epispadia )
Palpasi
Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
Scrotum dan testis : Adakah beniolan, nyeri tekan, ukuran penis, testis
normalnya teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan.
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
- Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput visceral dan
parietal pada tunika vaginalis.
- Scrotal Hernia : Hernia dalam scrotum
- Spermatocele : Cysta epididimis, terbentuk karena, adanya
obstruksi pada tubulus/ saluran sperma.
- Epididmal Mass / Nodularyti : Disebabkan adanya neoplasma
benaign atau maligna, syphilis ,atau tuberculosis.
- Epididmitis : Inflamasi atau infeksi oleh Escherichia coli,
Gonorrhoe, atau Mycobacterium tuberculosis.
- Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus pada saluran
sperma diakibatkan infarktion pada testis.
- Tumor testiscular : tumor pada testis penyebabnya multiple
sifatnya biasanya tidak nyeri.
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Amati daerah inguinal dan femoral, adakah pembengkakan. Sebelum
palpasi, Anjurkan klien berdiri dengan sebalah kaki, dengan sisi yang
akan diperiksa agak ditekuk.Masukan jari telunjuk ke dalam kulit
scrotum dan dorong ke atas cincin inguina eksternal. Bila cincin
membesar suruh klien mengejan atau batuk, dengan cara ini hernia
inguinalis akan teraba.

23 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


30 Genetalia wanita Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + / - ),eritema ( + / - ),
keputihan ( + / - ), peradangan ( + / - ). Lubang uretra : stenosis
/sumbatan ( + / - )
31 Pengkajian anus Inspeksi
Atresia ani ( + / - ), tumor ( + / - ), haemorroid ( + / - ), perdarahan ( + /
-)
Perineum : jahitan ( + / - ), benjolan ( + / - )
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( + / - ) pemeriksaan Rectal Toucher
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Anus :

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

24 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

1. Alat dan Bahan:


- Lembar Apgar Skor atau lembar pengkajian bayi
- Stetoskop
- Jam tangan atau Apgar timers
- Sarung tangan
2. Prosedur :
- Catat waktu kelahiran. Gunakan sarung tangan untuk melindungi diri dari darah dan cairan tubuh.
Keringkan bayi untuk mencegah kehilangan panas
- Letakkan bayi pada posisi Trendelenburg (15º) untuk meningkatkan drainase mukus. Lalu
posisikan kepala dengan lubang hidung menengadah ke atas, untuk mempertahankan jalan
napas.
- Kaji usaha bayi untuk bernapas. Jika diperlukan, berikan stimulus dengan menggaruk
punggungnya atau menjentikkan jari pada kakinya.
- Jika bayi menunjukkan pernapasan yang abnormal, lakukan resusitasi sesuai standar. Gunakan
Apgars skor untuk menilai kemajuan dan keberhasilan dari resusitasi. Jika resusitasi gagal, anda
perlu menilai kemungkinan kelahiran mati.
- Jika bayi berespon normal, Lakukan Apgar Skor pada menit pertama setelah kelahiran.
- Ulangi evaluasi pada menit kelima, dan catat hasilnya
APGAR SCORE
NILAI

TANDA 0 1 2

Denyut jantung Tidak ada < 100 >100

Pernapasan Tidak ada Lambat, menangis Menangis dengan


lemah baik

Tonus otot Lemah Ekstremitas sedikit Fleksi dengan


fleksi baik

Refleks Tidak ada respon Menyeringai Menangis

Warna Biru,pucat Tubuh merah Merah muda


muda,ekstremitas seluruhnya
biru

Interpretasi : 7 – 10 (Normal)

4 - 6 (Asfiksia ringan)

25 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


0- 3 (Asfiksia berat)

a. Menilai Denyut Jantung

Gunakan stetoskop, dengarkan denyut jantung selama 30 detik dan catat hasilnya. Untuk
mengetahui denyut per menit, kalikan dua. Alternatif lain, palpasi area tali pusat yang
berhubungan dengan abdomen, hitung pulsasi selama 6 detik, dan kalikan 10 untuk memperoleh
denyut permenit. Berikan nilai 0 jika tidak ada denyut jantung, 1 untuk nilai di bawah 100 denyut
per menit, dan 2 untuk denyut di atas 100.

b. Menilai Usaha Bernapas

Hitung pernapasan selama 60 detik, catat kualitas dan regularitas (Nilai Normal : 30-50
pernapasan/menit). Berikan nilai 0 jika tidak bernapas, 1 jika pernapasan lambat, tidak teratur,
lemah atau sesak napas, dan 2 untuk pernapasan yang regular dan menangis kuat.

c. Menilai Kekuatan Otot

Observasi fleksi pada ekstremitas dan resistensi untuk ekstensi. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengekstensikan lengan/tungkai dan mengobservasi kecepatan kembalinya ke posisi fleksi
(rekoil). Berikan niai 0 jika tonus ototnya flaksid, 1 jika beberapa fleksi dan yang lain ekstensi, dan
2 untuk fleksi normal untuk siku, lutut dan tumit, dengan resistensi yang baik untuk ekstensi

d. Menilai Kepekaan Terhadap Rangsangan

Observasi respon bayi terhadap pengisapan hidung atau sentilan pada telapak kaki. Berikan nilai
0 jika tidak berespon, 1 untuk menyeringai atau menangis lemah, dan 2 untuk menangis kuat.

e. Menilai Warna

Observasi warna kulit, terutama ekstremitas. Berikan nilai 0 jika pucat dan sianosis pada
keseluruhan, 1 untuk jika tubuh merah muda sedangkan ekstremitas sianosis (akrosianosis), dan
2 jika seluruh tubuh merah muda. Untuk mengkaji warna pada bayi yang berkulit gelap, inspeksi
membran mukosa oral dan konjungtiva, bibir, telapak tangan, telapak kaki.

f. Pertimbangan Khusus

- Jika bayi tidak bernapas atau denyut jantung kurang dari 100 dpm setelah kelahiran,
lakukan resusitasi (cari bantuan). Jangan menunggu sampai 1 menit untuk menilai Apgar
skor.
- Jika pasien dan orang terdekat tidak mengetahui tentang Apgar Skor, diskusikan bersama
mereka selama awal kelahiran, ketika mereka lebih siap menerima pengetahuan baru.
Untuk mencegah kesalahpahaman, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa.
26 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
- Jika bayi membutuhkan perawatan/tindakan emergensi (darurat/segera), pastikan tim
menyediakan alat yang dibutuhkan.
- Observasi bayi yang ibunya mendapatkan sedasi sebelum melahirkan. Meskipun jika ia
memiliki nilai Apgar yang tinggi saat lahir, ia mungkin menunjukkan efek lanjut ketika telah
berada di perawatan. Waspada terhadap depresi pernapasan atau tidak responsif.

AREA YANG DIKAJI TEMUAN RATA-RATA

POSTUR - Puncak kepala (verteks); lengan, tungkai bawah dalam


Inspeksi keadaan fleksi ringan, tangan menggenggam
- Bayi baru lahir tidak suka jika ekstremitasnya
diluruskan untuk dikaji atau untuk diukur dan bisa
menangis jika hal itu dipaksakan
- Apabila dibiarkan kembali pada posisi melingkar
semula, ia akan berhenti menangis
- Gerakan spontan normal biasanya tidak sinkron
bilateral (kaki bergerak seperti gerakan mengayuh
sepeda), tetapi keduanya ekstensi

TANDA-TANDA VITAL - Pulsasi terlihat di sebelah kiri garis midklavikular;sela


- Denyut jantung iga kelima
Inspeksi - Denyut di apeks ; di sela iga ke empat (120-160 dpm)
- Kualitas S1 dan S2 harus terdengar tajam dan jelas
Palpasi
- Pulsasi femoral harus sama dan kuat
Auskultasi
K. Pulmo (ICS 2, kiri - 30 – 60x/menit
sternum) - Saat tidur, cenderung dangkal
K. aorta (ICS 2, - Saat terjaga, kecepatan dan kedalaman napas tidak
kanan sternum) teratur
K. Mitral (ICS 4) - Seharusnya tdk ada bunyi yang terdengar saat inspirasi
K. trikuspid (PX dan atau ekspirasi
sternum)
- Denyut femoral - 36,5˚ - 37˚C
Letakkan jari-jari tangan - Pada waktu lahir : Sistolik : 60 – 80 mmHg ;Diastolik : 40
pada ligamen inguinal – 50 mmHg
di sekitar pertengahan - Setelah 10 hari : Sistolik : 95 – 100 mmHg ; Diastolik;
antara simfisis pubis sedikit meningkat

27 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


dan krista iliaka, teraba
denyut secara
bergantian pada kedua
sisi.
- Pernapasan
Frekuensi napas
(hitung satu menit)
Pantau apnea
Pantau suara napas yg
bisa didengar tanpa
stetoskop
Observasi usaha napas
- Suhu (aksila)
- TD (biasanya dikaji
hanya jika diduga ada
masalah)
Manset :
P: 4 – 9 cm
L: 2,5 – 4 cm
BERAT BADAN
Letakkan kain pelindung - 2,5 – 4 Kg
dan atur skala ke titik nol - Berat dalam 2 minggu pertama sama dengan berat
Timbang pada waktu yang lahir
sama setiap hari
Lindungi supaya tidak
kehilangan panas
PANJANG BADAN - 50 cm
Ukur panjang badan dari
ujung kepala sampai ke
tumit; sulit diukur pada
bayi cukup bulan karena
adanya molase, ekstensi
lutut tidak sempurna
LINGKAR KEPALA - 33 – 35 cm
Ukur kepala pada diameter - Lingkar kepala dan lingkar dada hampir sama selama
terbesar:Oksipitofrontalis. satu sampai dua hari
Dilakukan pada hari kedua
atau ketiga setelah molase

28 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


dan kaput suksedanum
mereda
LINGKAR DADA - 30 – 33cm
Ukur pada garis buah
dada
LINGKAR ABDOMEN - Ukuran sama dengan lingkar dada
Ukur di bawah umbilikus
INTEGUMEN - Pada saat lahir merah terang, menggembung dan halus,
Warna pada hari kedua dan ketiga merah muda, mengelupas
dan kering. mengelupas, kering
- Akrosianosis :sianosis tangan dan kaki
Perubahan warna normal - Kutis marmorata : motting sementara ketika bayi
terpapar suhu rendah
- Tidak ada saat bayi lahir, ikterik neonetus nampak
Periksa adanya ikterik setelah 48 jam
Verniks kaseosa - Keputihan, seperti keju, tidak berbau
Obsevasi jumlah,warna
dan baunya sebelum
dimandikan atau dilap
Jika tidak terlihat di
permukaan tubuh, periksa
di aksila dan lipatan paha

Lanugo - Di daerah bahu, pinna telinga, dahi


Inspeksi rambut yg halus,
jumlah & distribusi
Tanda lahir
- Hiperpigmentasi sementara pada areola, genitalia, linea
nigra
KEPALA
Inspeksi bentuk & ukuran - Besarnya seperempat panjang tubuh
Palpasi, inspeksi dan ukur - Molase
fontanel - Fontanel harus datar, lunak dan padat
(dari tulang ke tulang, - Fontanel anterior : seperti berlian, 5 cm. Meningkat
bukan dari sutura ke setelah molase berkurang
sutura) - Fontanel posterior : segitiga, lebih kecil dari anterior
Palpasi sutura - Teraba dan tidak menyatu
Inspeksi pola, distribusi, - Keperakan, helai rambut satu-satu, menempel datar

29 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


jumlah rambut, raba pada kulit kepala, pola pertumbuhan menuju muka dan
tekstur leher
MATA - Agak abu-abu, biru gelap, coklat
Warna - Kelopak biasanya edema
Kelopak mata - Lipatan epikantus
- Refleks mengedip
- Ukuran, bentuk simetris
Bentuk & ukuran - Tidak ada
Rabas - Tidak ada air mata
Bola mata - Bola mata bulat, ukuran sama dan padat
Gerakan bola mata - Acak, menyentak, tidak sama, dapat fokus sebentar,
Pupil dapat melihat ke arah garis tengah
- Ada, ukuran sama, bereaksi terhadap cahaya
TELINGA
Observasi ukuran, letak, - Puncak pinna berada pada garis horizontal bersama
jumlah kartilago, kanal bagian luar kantus mata
auditori terbuka - Pinna lentur, adanya kartilago

HIDUNG
Observasi bentuk, letak, - Garis tengah
kepatenan, konfigurasi - Tampak tidak ada tulang hidung, datar, lebar
tulang hidung - Terdapat sedikit mukus (putih encer)
Pendengaran - Bersin
- Berespon terhadap suara tau bunyi lain
MULUT - Gerakan bibir simetris
- Gusi merah muda
- Lidah tidak menonjol, bergerak bebas, bentuk dan
gerakan simetris
- Palatum lunak, keras, utuh
- Uvula di garis tengah
- Saliva minimal atau tidak ada
- Celah di dagu
- Refleks mengisap
- Refleks Rooting
- Refleks ekstrusi
LEHER - Pendek, gemuk, dikelilingi lipatan kulit, tidak ada
selaput
- Kepala bebas bergerak dari satu sisi ke sisi lain dan

30 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


bebas melakukan ekstensi dan fleksi, tidak dapat
menggerakkan dagu sampai melampaui bahu
DADA - Bentuk hampir bulat, bentuk tong
- Diameter anteroposterior dan lateral sama
- Gerakan dada simetris, gerakan daada dan perut
secara sinkron dengan pernapasan
- Retraksi sternal sedikit terlihat saat inspirasi
- Puting susu menonjol, sudah terbentuk dengan baik,
letak simetris
- Nodul payudara : kira-kira 6 mm pada bayi cukup bulan
ABDOMEN - putih keabuan
Tali pusat - dua arteri, satu vena
- Batas antara tali pusat dan kulit jelas
- Tidak berbau
- Kering di dasar
- Klem tali pusat tetap di tempatnya selama 24 jam
- Bulat, menonjol, berbentuk seperti kubah karena otot-
Inspeksi ukuran abdomen otot abdomen belum berkembang sempurna
dan palpasi kontur - Hepar dapat diraba 2 – 3 cm di bawah batas iga kanan
abdomen - Ginjal dapat diraba 1 – 2 cm di atas umbilikus
- Tidak teraba massa
- Tidak distensi
Auskultasi bising usus - Bising usus terdengar satu sampai dua jam setelah
lahir
- Mekonium keluar 24 – 48 jam setelah lahir
GENITALIA WANITA - Biasanya edema
Klitoris - Biasanya edema, menutupi labia minora
Labia mayora - Keluar dari labia mayora
Labia minora - Orifisium terbuka
Vagina - Rabas mukoid
- Terdapat himen
- Di bawah klitoris, sulit dilihat, perhatikan saat berkemih
Meatus urinarius - Verniks kaseosa di antara labia
GENITALIA PRIA - Di ujung penis
Meatus urinarius - Prepusium menutupi glan penis dan tidak dapat ditarik
Prepusium ke belakang
- Besar, edema, tertutup rugae, pendulosa
Skrotum - Teraba pada setiap sisi

31 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Testis - Berkemih dalam 24 jam
Berkemih - Ereksi bisa terjadi spontan dan ketika alat kelamin
Ereksi disentuh
- Testis retraksi, terutama bila bayi baru lahir
kedinginan
EKSTREMITAS - Fleksi ekstremitas atas dan bawah
- Sepuluh jari tangan dan kaki
- Rentang gerak penuh
- Femur utuh
- Punggung kuku merah muda, sianosis sementara
segera setelah lahir
- Telapak kaki bergaris normal
- Telapak kaki tampak datar
PUNGGUNG - Tulang punggung lurus dan mudah fleksi
- Spinal utuh, tidak ada lubang, massa atau kurva
menonjol
- Bayi dapat mengangkat dan menahan kepala
sebentar saat tengkurap
- Bahu, skapula, dan krista iliaka harus berada pada
bidang yang sama
ANUS - Satu anus dengan tonus sfingter yang baik
- Pengeluaran mekonium dalam 24 jam
- Refleks “berkedut” sfingter ani yang baik
- Mekonium diikuti tinja berwarna kuning dan lunak

PEMERIKSAAN REFLEKS

REFLEKS MENIMBULKAN REFLEKS RESPON YG DIHARAPKAN


MATA
Berkedip atau refleks Pemunculan sinar terang yang Berkedip
kornea tiba-tiba atau pendekatan objek ke
Menetap arah kornea Kedua pupil konstriksi
Pupil Arahkan sinar terang pada mata
Menetap bayi Kedua mata normalnya tidak
Doll Eye bergerak
Hilang sesuai Gerakkan kepala perlahan ke kiri
perkembangan dan ke kanan

32 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


HIDUNG

Bersin Adanya iritasi atau obstruksi Respon spontan saluran hidung


(bersin)
Menetap
Bayi akan mengejapkan mata
Glabellar (Myerson’s) Ketuk dahi, batang hidung atau
pada 4 – 5 ketukan pertama
maksila pada saat mata bayi
terbuka

MULUT/TENGGOROK
Rooting Sentuh bibir, pipi atau susdut mulut Bayi menoleh ke arah stimulus,
Hilang pada 3-4 bln, kdng bayi dengan puting membuka mulut dan mengisap
menetap sampai 12 bln
Menelan Menelan biasanya diatur oleh
menetap Beri bayi minum, menelan mengisap dan terjadi tanpa
biasanya menyertai mengisap dan tersedak, batuk atau muntah
mendapat cairan
Muntah Refleks muntah
Menetap Stimulasi terhadap faring posterior
oleh makanan, hisapan, atau
Menguap masuknya selang Menguap
Menetap Respon terhadap penurunan
Ekstrusi oksigen dengan meningkatkan Menjulurkan lidah keluar
Hilang pada 4 bln jumlah inspirasi
Batuk Sentuh atau tekan lidah Batuk
Menetap Iritasi membran mukosa atau
trakeobronkial
EKSTREMITAS
Menggenggam Tempatkan jari pada telapak Jari-jari bayi menggenggam jari
Telapak tangan tangan pemeriksa
Hilang pada 3 bulan Tempatkan jari pada pangkal jari
Telapak kaki
Hilang pada 8 bln Gores sisi lateral telapak kaki dari Jari-jari kaki menekuk ke
tumit ke arah atas kemudian bawah
Babinski gerakkan jari sepanjang telapak
Hilang pada 1 tahun kaki
Bayi dalam posisi supine, luruskan Ibu jari dorsofleksi dan keempat
satu tungkai, tekan lutut ke dalam, jari lainnya hiperekstensi
rangsang bagian bawah kaki,

33 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


perhatikan tungkai yang lain
Tungkai yang lain akan fleksi,
Ekstensi menyilang Bayi dalam posisi supine, agak adduksi kemudian ekstensi
fleksikan kedua tungkai bawah dan
beri tekanan apada kedua telapak Kedua tungkai bawah akan
kaki ekstensi melawan tekanan
pemeriksa
MASSA (TUBUH)
Moro Tempatkan bayi pada permukaan Abduksi dan ekstensi simetris
Hilang pada 3-4 bln yang rata, hentakkan permukaan lengan, jari-jari mengembang
untuk mengejutkan bayi seperti kipas dan membentuk
huruf C dengan ibu jari dan jari
telunjuk, mungkin terlihat
adanya sedikit tremor, lengan
teradduksi dalam gerakan
memeluk dan kembali dalam
posisi fleksi (rileks)
Pegang bayi secara vertikal,
biarkan salah satu kaki menyentuh Bayi akan melakukan gerakan
permukaan seperti berjalan, bayi aterm
akan berjalan dengan telapak
Melangkah atau berjalan kakinya, bayi prematur akan
Hilang pada 3-4 minggu berjalan dengan ujung jari-
Bayi dalam keadaan tengkurap, jarinya
ibu jari ditekan sepanjang medula
spinalis dari sakrum ke leher Bayi akan menangis,
memfleksikan ekstremitas,
meninggikan kepala dan pelvis,
lordosis tulang belakang, dapat
Baringkan bayi dalam posisi terjadi defekasi dan urinasi
Perez tengkurap
Hilang pada 4-6 bulan Bayi akan melakukan gerakan
merangkak dengan
menggunakan lengan dan
Bayi tengkurap pada permukaan tungkainya
datar, goreskan jari ke arah bawah
sekitar 4-5 cm lateral terhadap Bayi memfleksikan tubuh dan
tulang belakang, mula-mula pada menganyunkan pelvis ke arah

34 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Merangkak satu sisi dan kemudian pada sisi rangsangan
Hilang pada 6 minggu yang lain

Pada waktu bayi tertidur, dengan


Inkurvasi tubuh (Gallant) cepat putar kepala ke arah satu
Hilang pada 4 minggu sisi
Leher tonik (Fencing)
Hilang pada 3 – 4 bln Bayi terlentang, palingkan kepala Lengan dan kaki akan
Neck-righting pada salah satu sisi berekstensi pada sisi tersebut,
Hilang pada 10 bln dan lengan yang berlawanan
Otolith-righting dan kaki fleksi.
Tengadahkan bayi yang tegak
Bahu dan tubuh membalik ke
arah tersebut, diikuti dengan
pelvis
Kepala kembali tegak, posisi
tegak
Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK


1. Alat dan Bahan:
- Timbangan untuk BB
- Pengukur TB
- Thermometer
- Opthalmoskop
- Arloji berdetik
- Hammer
- Manset

35 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Stesoskop
- Peniti, lidi kapas
- Speculum telinga dan hidung
- Spatel lidah
- Garpu tala
- Senter
- Gambar warna (Ishihara)
2. Pendekatan:
Untuk mengurangi ketegangan, hal pertama yang perlu dilakukan:
- < 4 bulan: Pendekatan mudah
- > 4 bulan:
 Pendekatan mulai saat dalam gendongan
 Dekati bayi dengan tenang dan lemah lembut
 Biarkan bayi digendong orangtuanya selama pemeriksaan masih mungkin dilakukan
 Alihkan perhatian bayi dengan mainan yang mencolok, permainan ciluk-ba, dan
berbicara
- Anak yang agak besar:
 Dekati anak secara bertahap. Terus lakukan hubungan fisik minimal sampai anak
tersebut mengenal anda
 Beri salam, Tanya nama, umr, sekolah dll
 Biarkan anak memegang alat
 Gunakan permainan untuk mendekati anak
 Beri pujian pada anak
3. Prosedur:
- Bayi/anak dibaringkan pada meja pemeriksaan dengan posisi kepala sebelah kiri pemeriksa
(pemeriksa di kanan pasien)
- Beri posisi yang nyaman
- Cuci tangan sebelum pemeriksaan (sesudah selesai cuci tangan lagi)
- Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tidak berulang pada bagian tubuh yang sama
- Bila pasien tidak mau berbaring, periksa dalam gendongan/pangkuan dulu, atau dalam posisi
duduk/berdiri  kemudian dibaringkan

Inspeksi
- Inspeksi umum: dilihat anak secara umum apa ada perubahan
- Kesan: keadaan umum pasien
- Inspeksi lokal: pemeriksaan setempat
- Dilihat perubahan sampai sekecil-kecilnya
- Inspeksi yang saksama membutuhkan pencahayaan yang baik

36 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Palpasi
- Palpasi dilakukan dengan jari dan telapak tangan untuk menentukan suhu, hidrasi, tekstur,
bentuk, gerakan, dan area nyeri tekan
- Jaga kuku jari tetap pendek
- Lakukan palpasi dengan ujung jari untuk pulsasi, ukuran, bentuk, tekstur, dan hidrasi
- Palpasi abdomen dilakukan dengan:

Perkusi
- Dilakukan dengan ketukan untuk menghasilkan gelombang bunyi, yang ditandai dengan
intensitas, nada, durasi, dan kualitas
- Perkusi langsung dilakukan dengan mengetok bagian tubuh secara langsung dengan satu atau
dua jari
- Perkusi tidak langsung dilakukan dengan pleksimeter dan pleksor
 Letakkan jari tengah (pleksimeter) tangan nondominan perlahan ke kulit anak
 Ketuk sendi distal dari pleksimeter dengan ujung jari tengah tangan yang dominan
- Suara perkusi:
 Sonor (suara paru normal)
 Pekak (pada perkusi otot)
 Timpani (perkusi abdomen bagian lambung)
 Redup (di antara sonor dan pekak)
 Hiper sonor (antara sonor dan timpani)

Auskultasi
- Merupakan prises mendengarkan bunyi tubuh
- Bel stetoskop digunakan untuk bunyi dengan nada rendah dan diafragma untuk bunyi dengan
nada tinggi
KEADAAN UMUM
Pemeriksaan fisik dimulai dengan penilaian keadaan umum, adalah:
- Keadaan sakitnya (Ringan, sedang, berat)
- Kesadaran
 Komposmentis (Sadar penuh dan Respons adequat tehadap semua stimulus)
 Apatik (Sadar tapi tak acuh dan Masih ada respons terhadap stimulus)
 Somnolen (Tampak mengantuk dan Responsif terhadap stimulus kuat tapi tidur lagi)
 Sopor (Sedikit responsif terhadap stimulus kuat dan Refleks pupil terhadap cahaya
masih positif)
 Koma (Tidak responsif sama sekali terhadap stimulus dan Refleks pupil terhadap
cahaya negatif (kesadaran yang paling rendah)
 Delirium (Kesadaran menurun, kacau, disorientasi, iritatif dan Sering ada halusinasi
(salah persepsi terhadap rangsang itu)

37 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Berat badan
- Tinggi badan/panjang badan
- Lingkar kepala dan dada
A. Integument
- Amati kulit terhadap bau
- Amati warna dan pigmentasi kulit
- Amati kelembapan area kulit yang terbuka dan membrane mukosa
- Lakukan palpasi kulit dengan punggung tangan untuk menentukan suhu. Bandingkan
masing-masing sisi tubuh dengan sisi yang lain, dan ekstremitas atas dengan ekstremitas
bawah
- Lakukan inspeksi dan palpasi terhadap tekstur kulit. Catat adanya jaringan parut dan
jaringan parut yang berlebihan
- Lakukan palpasi pada kulit untuk menentukan turgor kulit dengan mencubit lipatan lengan
atas atau abdomen dan melepaskannya dengan cepat. Perhatikan kemudahan kulit
bergerak dan kembali seperti semula tanpa meninggalkan tanda
- Lakukan palpasi pada kulit untuk menentukan edema dengan menekan bagian kulit yang
kelihatan membengkak dengan telunjuk
- Lakukan inspeksi dan palpasi pada kulit untuk menentukan lesi. Perhatikan distribusi,
bentuk, warna, ukuran, dan konsistensi lesi dan tanda lahir
- Tanyakan mengenai pruritus
- Lakukan inspeksi terhadap warna, bentuk, dan keadaan kuku
- Kaji distribusi, warna, tekstur, jumlah, dan kualitas rambut
- Kaji rambut terhadap adanya ketombe dan kutu
B. Kepala dan leher
- Amati bentuk dan kesimetrisan kepala bayi dari sudut yang berbeda
- Lakukan palpasi pada garis sutura bayi
- Amati dan lakukan palpasi pada fontanel
- Ukur lebar dan panjang fontanel anteroir yang terbuka
- Dalam posisi duduk gerakkan kepala dan leher anaj dengan ROM. Anak yang lebih besar
diminta untuk melihat ke atas, ke bawah dan ke samping
- Periksa leher terhadap pembengkakan, massa, kista, selaput, lipatan kulit tambahan, dan
distensi vena
- Lakukan palpasi trakea dengan menenmpatkan ibu jari di salah satu sisi trakea dan jari
telunjuk di sisi lainnya
- Lakukan palpasi kelenjar tyroid dengan berdiri di belakang anak dan letakkan jari-jari atau
tangan anda dengan lembut di atas area kelenjar. Kelenjar naik ketika anak menelan.
Palpasi kelenjar tyroid pada bayi dan anak kecil sulit karena leher yang pendek
C. Telinga
- Periksa penempatan dan posisi telinga
38 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
- Amati penonjolan atau pendataran telinga
- Periksa struktur telinga luar dan ciri-ciri yang tidak normal
- Periksa saluran telinga luar terhadap hygiene, rabas, dan pengelupasan
- Tarik aurikel, Normal tidak nyeri
- Lakukan palpasi di tulang yang menonjol di belakang telinga (mastoid) untuk mengetahui
adanya nyeri tekan
- Berdiri di belakang anak dan bunyikan bel kecil, bunyikan jari-jari atau tepuk tangan (Bayi)
- Berdiri 1 meter di depan anak dan beri perintah, seperti “Tolong ambilkan boneka itu” (Pra
school)
- Berdiri kira – kira 0,3 meter di belakang anak. Minta anak untuk menutup satu telinganya.
Suruh anak untuk mengulangi apa yang didengar ketika anda membisikkan angka – angka
dengan perintah yang acak. Ulangi proses tersebut untuk telinga lainnya
- Uji Rinne (untuk membandingkan hantaran udara dan tulang): pukulkan garputala ke talapak
tangan, kemudian letakkan batang garputala ke procesus mastoideus anak. Ketika anak
menunjukkan bahwa suara tidak terdengar lagi, dekatkan gigi garputala ke meatus
eksternus dan tanya anak apakah suara dapat didengar. Ulangi pada telinga lainnya. Uji
tidak berguna pada toddler karena uji ini memerlukan kerjasama dan kemampuan anak
untuk memberitahu ketika suara tidak lagi terdengar
- Uji Weber (untuk membedakan tuli kunduktif dari tuli sensorineural): pukulkan garputala ke
telapak tangan dan letakkan batang garputala di garis tengah kepala anak. Tanya anak
dimana suara terdengar paling jelas
- Pilih speculum yang pas masuk ke dalam liang telinga. Pegang otoskop dalam posisi
terbalik
- Periksa lubang liang telinga apakah ada benda asing
- Luruskan liang telinga. Pada anak usia < 3 tahun, tarik lobules telinga pelan – pelan ke
bawah dan ke arah luar. Pada anak usia > 3 tahun, tarik pinna ke atas dan ke belakang.
Masukkan speculum ke liang telinga. Pada anak usia < 3 tahun speculum diarahkan ke
bawah dan ke dapan
- Periksa liang telinga terhadap lesi, rabas, serumen, dan benda asing
- Periksa membrane tympani untuk warna, cairan, jaringan parut, lubang, dan vesicel
D. Mata
- Perhatikan apakah jarak mata lebar (hipertelorisme) atau dekat (hipotelorisme)
- Amati kemiringan pandangan mata dengan menggambar garis khayal melewati kantus
dalam
- Amati kelopak mata terhadap penempatan yang tepat
- Periksa alis mata terhadap kesimetrisan dan pertumbuhan rambutnya
- Amati distribusi dan kondisi bulu mata. Periksa kelopak mata terhadap warna,
pembengkakan, rabas, dan lesi

39 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Periksa kelopak mata bawah dengan menarik kelopak mata kearah bawah ketika anak
melihat ke atas
- Periksa warna sclera
- Periksa warna, bentuk, dan ukuran iris dan apakah ada peradangan
- Periksa ukuran, kesamaan, dan respon pupil terhadap cahaya. Perhatikan dan catat ukuran
pupil dengan cahaya ruangan yang normal
- Uji reflex cahaya kornea: kaji adanya strabismus dengan menyorotkan cahaya secara
langsung ke mata dari jarak sekitar 40,5 cm. Amati tempat refleksi pada masing-masing
pupil
- Cover test: minta anak untuk melihat ke arah anda, kemudian tutup salah satu mata anak.
Amati apakah mata yang tidak ditutup bergerak. Periksa juga adanya gerakan pada mata
yang ditutup
- Minta anak untuk mengikuti jari atau objek yang bercahaya melelui 6 lapang pandang utama
- Amati apakah bayi berkedip dan memperlihatkan dorsifleksi dalam berespons terhadap
cahaya
- Amati apakah bayi yang berusia 4 minggu atau lebih mampu untuk melihat objek yang
berwarna mencolok dan mengikutinya
- Uji snellen: gantungkan kartu snellen di dinding yang berwarna terang dengan posisi yang
tepat. Sebaiknya tidak ada warna yang menyilaukan pada kartu
- Kartu allen: perhatikan kepada anak kartu tersebut dengan jarak dekat dan suruh anak
memberi nama gambar-gambar tersebut
- Atur piringan oftalmoskop pada angka +8 sampai +2. Dekati dari jarak 30,5 cm, pusatkan
cahaya pada mata. Secara bertahap gerakan lebih mendekat dan ubah piringan
oftalmoskop ke diopter positif atau negative untuk memfokuskan
E. Wajah, hidung, dan rongga mulut
- Amati dengan seksama ekspresi wajah
- Amati nares eksternal terhadap pelebaran, rabas, pengelupasan, dan bau
- Miringkan kepala kea rah belakang dan dorong ujung daun hidung ke atas untuk melihat
rongga hidung internal. Gunakan penlight atau senter untuk pencahayaan yang lebih jelas.
Amati integritas, warna, dan konsistensi mukosa, posisi septum, dan perforasi septum
- Tanyakan pada anak yang lebih besar mengenai indra penciuman mereka. Uji indra
penciuman dengan menyuruh anak menutup mata. Tutup salah satu lubang hidung dan
minta anak untuk mengidentifikasi bau
- Lakukan palpasi di atas alis mata dan setiap sisi hidung untuk menentukan apakah ada
nyeri dan nyeri tekan
- Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembapan, pembengkakan, lesi, dan fisura
- Periksa bukal, gusi, lidah, dan palatum terhadap kelelmbapan, keutuhan, dan perdarahan.
Gunakan senter dan sarung tangan untuk penglihatan yang lebih jelas
- Amati adanya bau atau halitosis
40 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
- Periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk
- Periksa gigi terhadap jumlah, jenis, keadaan, dan oklusi (minta anak untuk mengatupkan
gigi dengan rapat)
- Tonsil dapat diperiksa pada anak yang lebih besar dengan meminta anak untuk mengatakan
“ahh”. Minta anak untuk sedikit menengadahkan kepala ke belakang. Jika anak mengalami
kesulitan menahan lidah ke bawah, lidah dapat ditekan dengan spatel
F. Toraks dan paru-paru
- Kaji dada terhdap stridor, serak, dengkur, mengi, dan batuk
- Amati pengembangan daun hidung
- Amati bantalan kuku terhadap warna dan tanda jari tabuh (melebar dan memanjang) falang
distal
- Periksa toraks terhadap konfigurasi, kesimetrisan, dan abnormalitas
- Perhatikan ukuran payudara dalam hubungannya dengan usia anak
- Amati dada terhadap retraksi atau tertarik ke dalam, di area supraklavikula (diatas klavikula),
substernal (di bawah sternum) dan interkostal ( di antara tulang iga). Pembengkakan dan
penonjolan di area ini mungkin juga dijumpai
- Amati kedalaman dan regularitas pernafasan serta lama inspirasi dan ekspirasi
- Untuk mengkaji ekskursi pernafasan, letakkan tangan bersama-sama sepanjang batas iga
dada atau punggung anak ketika anak sedang duduk
- Palpasi terhadap fremitus taktil dengan menggunakan jari telunjuk atau permukaan telapak
tangan. Gerakan simetris ketika anak mengatakan “77”. Pada bayi, fremitus dapat dirasakan
saat bayi menangis
- Perkusi lebih bermanfaat pada anak yang lebih besar. Dengan menggunakan metode tidak
langsung, lakukan perkusi pada dada anterior dan posterior. Lakukan perkusi di atas ruang
sela iga, gerakan secara simetris dan sistematik.
- Lakukan auskultasi lapang paru secara sistematis dan simetris dari apeks ke dasar paru.
Lakukan auskultasi disekitar aksila untuk anak penderita pneumonia, rales dan crackles
dengan mudah terdengar di area ini
G. Kardiovaskuler
- Amati anak terhadap sianosis, bercak, dan edema
- Amati anak terhadap tanda kesulitan bernafas (merintih, retraksi iga, hidung mengembang,
bunyi nafas tambahan), dan batuk pendek, sering, dangkal, dan lemah
- Periksa bantalan kuku anak terhadap jari tabuh
- Periksa dada anterior dari satu sudut. Amati kesimetrisan gerakan dada, pulsasi yang
terlihat, gerakan naik dan turun yang difus
- Dengan menggunakan ujung jari tangan, lakukan palpasi dada anterior terhadap denyut
apical atau titik impuls maksimal (TIM). Lokasi TIM biasanya dirasakan pada apeks jantung
dan ditemukan pada sela iga ke empat. TIM berada di garis midklavikula

41 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Perkusi biasanya digunakan untuk memperkirakan ukuran jantung dengan menentukan
batas jantung. Lokasi TIM merupakan indicator yang lebih membantu untuk memperkirakan
ukuran jantung
- Gunakan bel (untuk S3 dan S4), diafragma untuk frekuensi tinggi. Dimulai dari sela iga
kanan kedua (area aorta), secara sistematis menggerakkan stetoskop dari area aorta ke
area pulmonal. S2 paling baik terdengar di dasar jantung (area aorta dan area pulmonal).
Bergerak ke bawah ke area tricuspid dan mitral. S1 terdengar pada awal nadi apical yang
mempermudah membedakan s1 dengan s2
- Lakukan palpasi nadi femoralis atau poplitea atau dorsalis pedis

H. Abdomen
- Periksa kontur abdomen ketika anak berbaring dan sedang berdiri
- Periksa warna dan keadaan kulit abdomen. Perhatikan adanya jaringan parut, ekimosis, dan
stoma
- Periksa abdomen terhadap gerakan pada posisi berdiri
- Periksa umbilicus terhadap warna, bau, rabas, inflamasi, dan herniasi
- Lakukan auskultasi bising usus dengan menekan bel atau diafragma stetoskop rapat di atas
abdomen. Dengarkan di keempat kuadran dan hitung bising usus di setiap kuadran selama
1 menit penuh. Bising usus dapat distumulasi dengan mengusap abdomen dengan ujung jari
- Dengan menggunakan perkusi secara tidak langsung, lakukan perkusi secara sistemik di
semua area abdomen. Bunyi pekak atau datar normalnya ditemukan di sepanjang batas iga
kanan dan 1-3 cm di bawah batas iga dari hepar. Bunyi pekak diatas simpisis pubis
menunjukkan kandung kemih yang penuh pada anak kecil dan merupakan keadaan yang
normal. Bunyi tympani normalnya terdengar di seluruh abdoment
- Jika anak mengeluh nyeri di area abdomen, lakukan palpasi area tersebut belakangan. Kaji
abdomen terhadap nyeri tekan, lesi superficial, tonus otot, turgor kulit dan hiperestesia
kutaneus (mengangkat lipatan kulit, tetapi bukan mencubit)
- Kaji lebih jauh terhadap iritasi peritoneal dengan melakukan uji otot psoas. Uji ini dapat
dilakukan pada anak yang kooperatif. Minta anak memfleksikan kaki kanan pada pinggul
dan lutut ketika anda melakukan tekanan kearah bawah. Normalnya tidak ada nyeri yang
dirasakan
- Lakukan palpasi terhadap inguinalis dengan menyelipkan jari yang kecil ke dalam saluran
inguinal di dasar skrotum dan minta anak untuk batuk. Lakukan palpasi terhadap hernia
femoralis dengan menemukan nadi femoralis. Letakkan jari telunjuk di atas nadi dan jari
manis bagian tengah medial terhadap kulit
- Dengan posisi anak tengkurap, periksa bokong dan paha. Periksa kulit sekitar daerah anus
terhadap kemerahan dan ruam
- Periksa anus terhadap tanda fisura, haemoroid, dan polip
42 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
I. Limfatik
- Dengan menggunakan bagian distal jari dan gerakan melingkar yang lembut, lakukan
palpasi pada kepala, leher, aksila, dan lipatan paha (Nodus kecil < 1 cm, dapat bergerak,
tidak nyeri tekan adalah normsl pada anak kecil)
- Perhatikan warna, ukuran, lokasi, suhu, konsistensi, dan nyeri tekan dari nodus yang
membesar
- Dengan posisi anak telentang, letakkan satu tangan di bawah punggung anak dan tangan
yang lain di kuadran kiri atas abdomen anak. Minta anak menarik napas. Tepi limpa akan
dapat dirasakan selama inspirasi dengan palpasi dalam
J. Reproduksi
- Wanita : periksa payudara, perhatikan kontur, kesimetrisan, ukuran, dan warna payudara
pada anak dengan posisi duduk dan kedua lengan disamping
- Periksa putting susu dan aerola. Pperhatikan warna, ukuran, bentuk, dan adanya rabas
- Minta anak untuk mengangkat tangannya di atas kepala, dan kemudian ke pinggulnya.
Maneuver ini membantu untuk menguatkan atau retraksi yang mungkin menghilang.
Perhatikan rambut aksila
- Lakukan palpasi pada jaringan payudara dengan posisi pasien telentang dan tangan pasien
di belakang lehernya. Selama palpasi perhatikan konsistensi jaringan dan area dengan nyeri
tekan
- Lakukan palpasi massa abnormal dan perhatikan lokasinya, ukuran (cm), bentuk,
konsistensi, dan nyeri tekan
- Inspeksi rambut mons pubis. Perhatikan warna, kualitas, jumlah, dan distribusi rambut jika
ada
- Periksa labia mayora dan labia minora terhadap ukuran, warna, integritas kulit, massa, dan
lesi
- Perhatikan ukuran klitoris
- Inspeksi uretra dan lubang vagina terhadap edema, kemerahan, dan rabas
- Pria: periksa penis untuk ukuran, warna, intensitas kulit, massa, dan lesi. Perhatikan anak
apakah sudah disirkumsisi. Jika belum dan anak berusia > 3 tahun, tarik prepusium kea rah
dalam. Jangan berusaha menarik dengan paksa
- Periksa meatus urinarius untuk bentuk, letak, rabas, dan ulserasi
- Periksa kualitas, jumlah, dan distribusi rambut pubis. Inspeksi bagian dasar penis terhadap
adanya luka garukan atau inflamasi. Periksa skrotum untuk warna, ukuran, kesimetrisan,
edema, massa, dan lesi. Lakukan palpasi pada testis dengan menahan jari di atas kanalis
inguinalis ketika melakukan palpasi di kantung skrotum
K. Musculoskeletal
- Jika anak dapat berjalan, amati cara berjalan

43 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Amati lengkung tulang belakang anak dan perhatikan kesimetrisan panggul dan bahu.
Lakukan pemeriksaan skoliosis dengan menyuruh anak membungkuk dan mengamati anak
dari depan, belakang, dan samping
- Perhatikan mobilitas tulang belakang, khususnya tulang servikal
- Periksa dan lakukan palpasi ekstremitas bagian atas. Perhatikan ukuran, warna, suhu,
mobilitas sendi dan abnormalitas ekstremitas atas
- Kaji kekuatan ekstremitas atas dengan meminta anak untuk meremas jari anda
- Periksa dan lakukan palpasi ekstremitas bawah. Kaji terhadap abnormalitas mobilitas,
panjang, dan bentuk
- Kaji terhadap genu varum (kaki pengkar ke dalam) atau genu valgum (kaki pengkar keluar)
dengan menyuruh anak untuk berdirindengan merapatkan pergelangan kaki
- Kaji anak terhadap iritasi meningeal dengan fleksi pinggul dan kemudian meluruskan
masing-masing lutut (tanda kernig)
- Kaji kekuatan ekstremitas bawah dengan meminta anak mendorong tangan anda dengan
telapak kaki
L. Persarafan
- Pengkajian status mental
 Dikaji dengan menggunakan skala koma Glasgow (GCS)
- Pengkajian fungsi motorik
 Amati anak terhadap abnormalitas nyata yang mempengaruhi fungsi motorik.
Khususnya ukuran dan bentuk kepala dan periksa tulang belakang terhadap
kantung
 Gerakkan semua sendi dengan rentang gerakan (ROM)
 Fungsi serebral dapat diuji dengan meminta anak melompat atau berjalan dengan
tumit
 Uji Romberg dapat dilakukan dengan meminta anak tetap berdiri, mata tertutup dan
tangan rapat disamping. Berdiri dekat anak untuk menahan anak jika jatuh

- Pengkajian fungsi sensorik


 Olfaktorius, minta anak menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung
bersamaan, mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda
 Optikus, periksa ketajaman penglihatan anak, persepsi terhadap cahaya dan warna
 Okulomotoris, periksa ukuran dan reaksi pupil. Periksa kelopak mata terhadap posisi
jika terbuka. Suruh anak mengikuti cahaya atau mainan yang terang melalui enam
posisi lapang pandang
 Trokhlearis, minta anak menggerakkan mata ke arah bawah dan ke arah dalam
 Trigeminus, lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika anak merapatkan
giginya dengan kuat. Dekati dari samping, sentuh bagian mata secara lembut
dengan sepotong kapas untuk menguji reflex berkedip dan reflex kornea
44 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
 Abdusent, minta anak untuk melihat ke samping. Kaji kemampuan menggerakkan
mata ke arah lateral
 Fasialis, kaji kemampuan anak mengidentifikasi rasa manis, asam atau hambar di
anterior lidah. Kaji fungsi motorik dengan meminta anak untuk senyum,
menggembungkan pipi atau memperlihatkan gigi
 Akustikus, uji pendengaran
 Glosofaringeus, uji kemampuan anak mengidentifikasi rasa di posterior lidah
 Vagus, kaji anak terhadap suara parau dan kemampuan menelan. Sentuhkan spatel
lidah ke posterior faring untuk menentukan apakah ada reflex muntah
 Aksesorius, minta anak memutar kepala ke samping dengan melawan tahanan.
Minta anak untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan ke bawah
 Hipoglossus, minta anak untuk mengeluarkan lidahnya. Dengarkan kemampuan
anak mengucapkan huruf “R”. letakkan spatel lidah di sisi lidah anak dan minta anak
menjauhkan lidah, kaji kekuatannya
- Pengkajian reflex tendon
 Profunda, Biseps: fleksikan lengan bawah anak. Letakkan ibu jari anda di atas ruang
antekubiti dan ketuk dengan palu reflex (lengan bawah sedikit fleksi). Triseps: tekuk
siku anak sambil menopang lengan bawah. Ketuk tendon triseps di atas siku (lengan
bawah sedikit ekstensi). Brakioradialis: letakkan lengan dan tangan anak pada
posisi relaks dengan telapak tangan dibawah, ketuk di atas pergelangan tangan
(lengan bawah fleksi dan telapak tangan mengangkat ke atas). Patella atau knee
jerk: minta anak duduk dengan tungkai fleksi dan tergantung. Ketuk tendon patella
tepat di bawah tempurung lutut (tungkai bawah ekstensi). Achiles: minta anak duduk
dengan tungkai fleksi dan beri sedikit topangan pada kaki. Ketok tendon achiles
(plantar fleksi kaki)
 Superficial, dengan menggores kulit abdomen dengan 4 goresan

Umbilicalis bergerak kea rah stimulus


Bayi < 1tahun : (-)

- Pengkajian reflex patologis


 Refleks Babinski : menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit
runcing, hasilnya positif apabila terjadi reaksi ekstensi ibu jari
- Pengkajian Rangsang Meningeal
 Kaku Kuduk (Muchal rigidity)
Anak diberi posisi terlentang kemudian leher ditekuk apabila terdapat tahanan dagu
dan tidak menempel atau mengenai bagian dada maka terjadi kaku kuduk positif
 Brudzinski I (Brudzinski’s Neck Sign)

45 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Anak diberi posisi terlentang, letakkan satu tangan di bawah kepala anak kemudian
tangan lain di letakkan di dada untuk mencegah badan terangkat, kemudian kepala
difleksikan ke dada, adanya rangsangan meningeal apabila kedua tungkai bawah
fleksi pada sendi panggul dan lutut
 Brudzinski II (Brudzinski’s Contralateral Leg Sign)
Anak diberi posisi terlentang kemudian fleksikan secara pasif tungkai atas pada
sendi panggul, ikutifleksi tungkai lainnya apabila sendi lutut lainnya dalam keadaan
ekstensi maka adanya tanda meningeal dan tanda kernig

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

LUMBAL PUNGSI DAN PEMBERIAN ANASTESI


1. Tujuan
- Pemeriksaan cairan serebrospinal

46 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Mengukur & mengurangi tekanan cairan serebrospinal
- Menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal
- Mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal
- Memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinal terutama kasus infeksi.
2. Indikasi
- Kejang
- Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI
- Pasien koma
- Ubun – ubun besar menonjol
- Kaku kuduk dengan kesadaran menurun
- Tuberkolosis milier
3. Kontra Indikasi
- Syock/renjatan
- Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
- Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying lesion,hedrosefalus)
- Gangguan pembekuan darah yang belum diobati
4. Komplikasi
- Sakit kepala
- Infeksi
- Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
- Jarum pungsi patah
- Herniasi
- Tertusuknya saraf oleh jarum pungsi
5. Alat dan Bahan
- Sarung tangan steril
- Duk lubang
- Kassa steril, kapas dan plester
- Jarum pungsi lumbal no. 20 dan 22 beserta stylet
- Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70%
- Tabung reskasi untuk menampung cairan serebrospinal
6. Anestesi local
- Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
- Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin
- Tempat sampah.
7. Persiapan Pasien
Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen. Catatan
: bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan
kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
8. Prosedur Pelaksanaan
- Lakukan cuci tangan steril
- Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
- Jamin privacy pasien
- Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi
tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah fleksi
maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis)
sejajar dengan tempat tidur.
- Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan
garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina
iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4
dan L5 atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi

47 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan
larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup dengan duk steril di
mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka
Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai
sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1
menit.
- Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal pada
tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan – lahan menyusur tulang vertebra
sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus durameter.
Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan
keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-
5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.
- Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang
lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan untuk
pemeriksaan.
- Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
- Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
- Cuci tangan

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMASANGAN INFUS
48 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
1. Pengertian
Memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam vena dalm jumlah banyak dan dalam waktu yang
lama, dengan menggunakan infuse set.
Dilakukan pada :
- Pasien dengan dehidrasi
- Pasien sebelum tranfuse darah
- Pasien pra dan pasca, sesuai dengan program pengobatan
- Pasien yang tidak bisa makan dan minum melalui mulut
- Pasien yang memerlukan pengobatan yang pemberiaannya harus dengan cara infus.
2. Tujuan
- Sebagai tindakan pengobatan
- Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
Prosedur : Pemasangan Infus
Nama Peserta :
Hari / Tanggal :

DILAKUKAN
No TINDAKAN Ya Tidak
Baik Kurang
2 1 0
3. 4. Persiapan alat
- Seperangkat infus set steril dan abbocath
- Cairan yang dibutuhkan
- Kain kasa steril dalam tempatnya
- Kapas alcohol dalam tempatnya
- Plaster
- Gunting verband
- Bengkok (nierbekken)
- Standar infuse lengkap dengan gantungan botol (kolf)
- Perlak kecil
- Spalk dalam keadaan siap pakai bila diperlukan
- Karet pembendung (stuing)
5. Persiapan Pasien
- Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan jika keadaan memungkinkan
- Pakaian pasien pada daerah yang akan dipasang infuse
harus dibuka
6. Prosedur / pelaksanaan
- Menjelaskan kepada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
- Bawa alat-alat ke dekat pasien
- Pasang sampiran bila diperlukan
- Atur posisi klien, lepaskan pakaian pada daerah yang akan
diinfus
- Cuci tangan
- Pasang pengalas dibawah anggota badan yang akan
diinfus
- Gantungkan botol cairan pada tiang infuse
- Desinfeksi tutup botol
- Buka infuse set dari pembungkusnya, tusukkan jarum

49 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


udara ke botol infuse bila perlu
- Tusukkan pangkal infuse ke dalam tutup botol isi drip /
tabung pengontrol tetesan
- Buka pengatur tetesan, aliran cairan kedalam nierbekken /
bengkok untuk mengeluarkan udara dan mengisi selang
infuse kemudian selang diklem kembali
- Tutup kembali jarum infuse set dengan penutupnya,
letakkan pada tiang infuse
- Ikat anggota badan yang akan diinfus dengan karet
pembendung / torniket
- Kenakan / pasang sarung tangan
- Desinfeksi area kulit yang akan ditusuk, buang kapas
dalam bengkok
- Tusukkan jarum infuse (abbocath) pada vena sudut 300
dengan hati-hati, pastikan jarum sudah masuk vena dan
terlihat darah, kemudian lepaskan torniket
- Setelah abbocath masuk, tarik mandarin / stilet keluar,
ujung abocath ditekan, kemudian lepaskan jarum dari
selang infuse
- Hubungkan pangkal abocath dengan selang, buka klem
perlahan-lahan dan pastikan tidak ada pembengkakan
pada daerah tusukan
- Olesi dengan kasa bethadine diatas penusukan dan
daerah sekitarnya, fiksasi dengan plester lalu tutup dengan
kasa steril, plester
- Letakkan selang infuse dengan baik agar tidak berubah
posisinya
- Hitung tetesan infuse dengan baik agar tidak berubah
posisinya
- Pasang splak bila perlu, kemudian balut dengan verband
- Klien dirapikan kembali, atur posisi klien dengan baik
- Alat-alat dibereskan dan cuci tangan
- Tulis tanggal pemasangan infuse pada lokasi yang mudah
terlihat dan catat tindakan secara singkat dan benar
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
- Kelancaran cairan dan jumlah tetesan harus tetap, sesuai
dengan program pengobatan
- Bila terjadi haematoma, bengkak dan lain-lain pada tempat
pemasangan jarum, maka infuse dihentikan dan
dipindahkan pemasangan ketempat lain
- Perhatikan reaksi pasien selama 15 menit bila timbul reaksi
alergi (misalnya menggigil atau shock) maka infuse harus
segera diperlambat tetesannya jika perlu dihentikan,
kemudian segera dilaporkan kepada penanggung jawab
ruangan atau dokter yang bersangkutan
- Buatlah catatan pemberian infuse terinci meliputi
 Tanggal, hari dan jam dimulainya pemasangan infuse
 Macam dan jumlah cairan atau obat, serta jumlah
tetesan permenit
 Keadaan umum pasien (tensi, nadi dll) selama

50 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


pemberian infuse
 Reaksi pasien yang timbul akibat pemberian cairan atau
obat
 Nama dokter dan petugas pelaksana atau yang
bertanggung jawab
- Siapkan cairan atau obat untuk pemberian selanjutnya
- Perhatikan tehnik septic dan aseptic
- Cara pemasangan infuse harus disesuaikan dengan
perangkat infuse yang digunakan

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

POSTURAL DRAINASE
1. Pengertian
Drainase postural adalah pembersihan secret dari jalan nafas segmen bronkus dengan pengaruh
gravitasi, pembersihan dengan cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 10 posisi
tubuh yang berbeda.
2. Tujuan
Untuk mengeluarkan secret dari batang trakheobronkiale
TIDAK
DILAKUKA
URAIAN KEGIATAN DILAKUKA
N
N
3. Persiapan
a. Alat
- Bantal 2 atau 3 buah
- Papan pemiring
- Tissue wajah
- Segelas air
- Wadah dari kasa
b. Pasien
- Pasien diberi penjelasan tentang hal – hal yang akan
dilakukan
- Atur posisi pasien sesuai indikasi ( posisi drainase postural )
4. Lokasi
- Bronkus Apikal Lobus Anterior Kanan dan Kiri atas
51 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
Minta klien duduk dikursi, bersandar pada bantal
- Bronkus Apikal Lobus Posterior Kanan dan Kiri atas
Minta klien duduk di kursi, menyandar ke depan pada bantal atau
meja
- Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Kiri atas
Minta klien berbaring dengan bantal kecul di bawah lutut
- Bronkus Lobus Lingual Kiri atas
Minta klien berbaring miring ke kanan dengan lengan diatas
kepala pada posisi trendelemburg dengan kaki ketempat tidur
ditinggikan 30 cm ( 12 inci ). Letakkan bantal dibelakang
punggung dan gulingkan klien seperempat putaran keatas bantal
- Bronkus Lobus Kanan Tengah
Minta klien berbaring miring kiri dan tinggikan kaki tempat tidur 30
cm ( 12 inci ). Letakkan bantal dibelakang punggung dan
gulingkan klien seperempat putaran keatas bantal
- Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Kiri Bawah
Minta klien berbaring miring kekiri pada posisi trendeleburg kaki
tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm ( 18 sampai 20 inci ).
Biarkan lutut menekuk diatas bantal
- Bronkus Lobus Lateral Kanan Bawah
Minta klien berbaring miring kekiri pada posisi trendelemburg
dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm ( 18 sampai
20 inci )
- Bronkus Lobus Lateral Kiri Bawah
Minta klien berbaring miring ke kanan pada posisi trendelemburg
dengan kaki tempa tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm ( 18 sampai
20 inci )
- Bronkus Lobus Superior Kanan dan Kiri Bawah
Minta klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah lambung
- Bronkus Basalis Posterior Kanan dan Kiri
Minta klien berbaring tengkurap dalam posisi trendelemburg
dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm ( 18 sampai
20 inci )
5. Prosedur
- Cuci tangan
- Pilih area yang tersumbat yang akan di drainase berdasarkan
pengkajian semua bidang paru, data klinis dan gambaran foto
dada.
- Baringkan klien pada posisi untuk mendrainase area yang
tersumbat ( area pertama yang dipilih dapat bervariasi dari satu
klien ke klien yang lain). Bantu klien memilih posisi sesuai
kebutuhan. Ajarkan klien memposisikan postur dan lengan pada
posisi kaki yang tepat. Letakkan bantal untuk menyangga dan
kenyamanan.
- Minta klien mempertahankan posisi selama 10 sampai 15 menit
- Selama 10 sampai 15 menit drainase pada posisi ini lakukan
perkusi dada, vibrasi dan atau gerakan iga diatas area yang di
drainase
- Setelah drainase pada postur pertama, minta klien duduk dan
batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam wadah yang

52 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


bersih. Bila klien tidak dapat batuk, harus dilakukan pengisapan
- Minta klien istirahat sebentar bila perlu
- Minta klien mengisap air
- Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area tersumbat yang
dipilih telah terdrainase. Setiap tindakan harus tidak lebih dari 30
sampai 60 menit
- Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
6. Hal – hal yang harus diperhatikan
- Spasme bronkus dapat dicetuskan pada beberapa klien yang
menerima drainase postural. Spasme bronkus ini disebabkan oleh
imobilisasi secret kedalam jalan nafas pusat yang besar, yang
meningkatkan kerja nafas.
- Untuk menghadapi resiko spasme bronkus, perawat dapat
meminta dokter untuk mulai memberikan terapi bronkodilator pada
klien selama 20 menit sebelum drainase postural.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMASANGAN OKSIGEN

1. Pengertian
Memasukkan zat asam kedalam paru – paru pasien melalui saluran pernafasan dengan
menggunakan alat khusus.
2. Tujuan
- Memenuhi kekurangan zat asam
- Membantu kelancaran metabolisme
- Sebagai tindakan pengobatan
- Mencegah hypoksia ( misalnya pada penyelam, penerbang, pendaki gunung, pekerja tambang dll
)

53 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


TIDAK
URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN DILAKUKA
N
3. Persiapan Alat
a. Pasien
Pasien diberi tahu tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Alat – alat
- Tabung oksigen silinder atau oksigen sentral – sentral ( pusat
)
- Flow meter ( pengukuran aliran )
- Botol pelembab yang sudah diisi dengan air matang atau
aquades pada batas untuk melembabkan udara
- Selang zat asam
- Kedok zat asam atau kanula hidung ganda ( Binal kanula dan
pipa endotrakeal atau tanda oksigen )
- Alat resusitasi lengkap bila mungkin disediakan
- Regulator, yang terdiri dari :
 Konektor, fungsinya menghubungkan regulator
dengan sumber tabung oksigen
 Manometer, fungsinya untuk mengetahui jumlah
oksigen di dalam tabung oksigen
 Flowmeter, fungsinya sebagai pemberian dosis
oksigen yang dinyatakan dalam liter / menit
 Humidifayer, fungsinya untuk melembabkan oksigen
untuk masuk kedalam
 Sun open (buka tutup) yaitu keluar masuknya
oksigen
 Ulir ( bola – bola ) yaitu menentukan beberapa dosis
yang kita inginkan dan dinyatakan dalam liter / menit
 Selang terdiri dari :
- Nasal Prom
- Sungkup transparan / plastic atau masker
4. Prosedur Kerja
- Cuci tangan
- Pemberian Oksigen ( O2) yang sederhana dengan
mempergunakan kedok zat asam, kedok dipasangkan atau
ditutupkan pada mulut dan hidung tali kedok diikatkan dibelakang
kepala.

54 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Bila mempergunakan kanula hidung ganda, ujung kanula
dimasukkan kedalam kedua lubang dan tali diikatkan dan dicoba
- Isi tabung diperiksa dan dicoba
- Selang oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam atau
kanula hidung ganda
- Flow meter dibuka dengan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan ( biasanya 2 liter sampai 3 liter permenit)
- Pasien ditanya apakah sesaknya berkurang
- Pemberian oksigen dapat dilaksanakan terus menerus selang
seling ( inttermitten ) atau dihentikan sesuai dengan program
pengobatan
- Apabila pemberian oksigen tidak diperlukan lagi, kedok atau
kanula hidung ganda diangkat dan selang oksigen ditutup
- Pasien dirapikan kembali
- Peralatan dibersihkan dibereskan dan dikembalikan ketempat
semula
5. Hal – hal yang harus diperhatikan
- Perhatikan reaksi pasien sebelum dan sesudah pemberian
oksigen
- Hindari tindakan yang menyebabkan pasien merasa sakit
- Jauhkan hal – hal yang dapat menyebabkan, misalnya api yang
dapat menimbulkan kebakaran
- Pada pasien anak – anak digunakan nasal kateter dan bila
pemakaian lebih dari 24 jam, kateter dibersihkan dan
dipindahkan kelubang hidung yang lain.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMBERIAN NEBULIZER
1. Pengertian

55 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Nebulaizer adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mengencerkan dahak dan
melonggarkan jalan nafas
2. Persiapan
a. Alat
- Normal Salin
- Air biasa
- Obat untuk bronchodilator antara lain : ventolin, dexamethasone
- Tabung oksigen lengkap dengan : sungkup nebulizer, slang O2,
- Manometer
b. Pasien
- Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
- Pasien diatur sesuai kebutuhan
3. Prosedur
- Perawat cuci tangan
- Mengisi air pada humidifaier sampai batas lever
- Mengisi pada tempat manometer sungkup nebulizer dengan normal salin dan
bronchodilator : seperti ventolin atau (sabutamol) atau kadang diberi dexamethasone
pada status asmatikus.
- Memasang masker pada pasien flowmeter dibuka (identifikasi adanya asap)
- Observasi pasien (sesuai kebutuhan)
- Selesai dilakukan tindakan pasien dirapikan
- Alat-alat dibereskan dan dikembalikan
- Perawat cuci tangan

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMBERIAN INJEKSI

56 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


INJEKSI INTRAKUTAN
1. Pengertian :
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan membantu
proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra dermis, dan biasa digunakan
untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang disuntikkan .
2. Tujuan :
- Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
- Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
- Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
- Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test).
3. Persiapan
a. Pasien :
- Cek perencanaan keperawatan kien ( dosis, nama klien, obat, waktu pelaksanaan, tempat
injeksi)
- Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
- Pasien diberitahu tentang posisi dan sikap yang harus dilakukan selama pemberian tindakan
b. Alat :
- Spuit 1cc atau 0,5 cc disposable (sesuai kebutuhan), dengan obat injeksi pada tempatnya
yang telah disiapkan
- Kapas alcohol
- Alat tulis
- Sarung tangan/handscon
- Perlak dan pengalas
- Bengkok / Nierbekken
- Kartu obat dan etiketnya
4. Prosedur
URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK
DILAKUKAN
- Siapkan peralatan ke dekat pasien
- Mengidentifikasi pasien dengan prinsip enam B (Benar obat,
dosis, pasien, cara pemberian, waktu dan dokumentasi)
- Pasang sampiran atau tutup tirai untuk menjaga privasi pasien
- Perawat Mencuci tangan
- Memakai handscoen bila diperlukan
- Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari
pakaian pasien
- Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice dokter
dengan teknik septik dan aseptic
- Menentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 atas lengan bawah bagian

57 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


dalam.
- Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
- Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol pada
daerah yang akan disuntik, kulit diregangkan tunggu sampai
kering.
- Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang jarum
menghadap keatas, jarum dan kulit membentuk sudut 5-15 ̊

- Memasukan obat perlahan-lahan sampai berbentuk gelembung


kecil, dosis yang diberikan 0,1 cc atau sesuai jenis obat.

- Mencabut jarum dan lingkari batas pinggir gelembung dengan


pena, tunggu hasil/reaksi dari obat selama ±10-15 menit
- Rapikan pasien dan bereskan alat
- Lepaskan sarung tangan
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan
handuk atau tissue
- Beri penjelasan pada pasien atau keluarga untuk tentang
penilaian pada daerah penyuntikan dan anjurkan untuk tidak
menggaruk, memasage atau memberi apapun pada daerah
penyutikan. Tanyakan pada klien tentang bagaimana
perasaannya setelah dilakukan injeksi.
- Dokumentasikan
5. Hal yang Perlu Diperhatikan :
- Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi
pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar
obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan
tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat
alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila
diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
- Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat
penyuntikan obat.
- Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
- Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada
suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap
menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang
bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan therapi.
- Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan
cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan
menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
- Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam spuit, untuk
langsung disuntikan pada pasien.
58 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
INJEKSI INTRA MUSKULER
1. Pengertian
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada daerah
paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau
lengan atas (deltoid).
2. Tujuan
- Agar absorpsi obat lebih cepat.
- Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang diberikan obat secara Intra
Muskuler.
3. Persiapan
a. Pasien
- Cek perencanaan keperawatan kien ( dosis, nama klien, obat, waktu pelaksanaan, tempat
injeksi)
- Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
- Pasien diberitahu tentang posisi dan sikap yang harus dilakukan selama pemberian tindakan
b. Alat
- Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan.
- Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1-1,5 inci untuk dewasa; 25-27 G dan panjang 1 inci
untuk anak-anak)
- Obat injeksi sesuai terapi.
- Kapas alcohol
- Buku injeksi dan daftar obat
- Sarung tangan/handscoen
- Perlak dan pengalas
- Bengkok / Nierbekken
URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK
DILAKUKAN
- Siapkan peralatan ke dekat pasien
- Mengidentifikasi pasien dengan prinsip enam B (Benar obat,
dosis, pasien, cara pemberian, waktu dan dokumentasi)
- Pasang sampiran atau tutup tirai untuk menjaga privasi pasien

59 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Perawat Mencuci tangan
- Memakai handscoen bila diperlukan
- Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari
pakaian pasien
- Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice dokter
dengan teknik septik dan aseptic
- Menentukan tempat peenyuntikan dengan benar (palpasi area
injeksi terhadap adanya edema, massa, nyeri tekan. Hindari
area jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi)
- Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
- Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol pada
daerah yang akan disuntik (melingkar dari arah dalam keluar
diameter ±5cm).
- Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang jarum
menghadap keatas, jarum dan kulit membentuk sudut 90 ̊,
jarum masuk 2/3
- Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit

- Memasukan obat perlahan-lahan dengan kecepatan 0,1


cc/detik atau sesuai jenis obat.
- Mencabut jarum dari tempat penusukan, menekan daerah
tusukan dengan kapas desinfektan lalu membuang spuit
kedalam bengkok.
- Rapikan pasien dan bereskan alat
- Lepaskan sarung tangan
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan
handuk atau tissue.
- Tanyakan pada klien tentang bagaimana perasaannya setelah
dilakukan injeksi.
- Dokumentasikan

INJEKSI INTRAVENA
1. Pengertian
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat langsung masuk
kedalam system sirkulasi darah.
2. Tujuan
- Memasukkan obat secara cepat
- Mempercepat penyerapan obat
3. Lokasi Injeksi :
- Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica )
- Pada tungkai (vena saphenosus)
- Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
- Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
4. Persiapan

60 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


a. Pasien
- Pasien baring diatas tempat tidur
- Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan
- Pasien diberitahu tentang posisi dan sikap yang harus dilakukan selama pemberian tindakan
b. Alat
- Handscoen 1 pasang
- Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau sesuai kebutuhan dalam tempatnya
- Bak instrument
- Kapas alcohol
- Perlak dan pengalas
- Bengkok / Nierbekken
- Obat injeksi dalam vial atau ampul
- Daftar pemberian obat
- Torniquet
- Gunting
- Plester
URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK
DILAKUKAN
- Siapkan peralatan ke dekat pasien
- Mengidentifikasi pasien dengan prinsip enam B (Benar obat,
dosis, pasien, cara pemberian, waktu dan dokumentasi)
- Pasang sampiran atau tutup tirai untuk menjaga privasi pasien
- Perawat Mencuci tangan
- Memakai handscoon
- Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari
pakaian pasien
- Mematahkan ampul
- Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice dokter
dengan teknik septik dan aseptic
- Menentukan daerah yang akan disuntik
- Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
- Memasang tourniquet 10-12 cm diatas vena yang akan disuntik
sampai vena terlihat jelas
- Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol pada daerah
yang akan disuntik dan biarkan kering sendiri
- Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang jarum
menghadap keatas, jarum dan kulit membentuk sudut 20 ̊

61 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Lakukan aspirasi yaitu tarik penghisap sedikit untuk memeriksa
apakah jarum sudah masuk kedalam vena yang ditandai dengan
darah masuk kedalam tabung spuit ( saat aspirasi jika ada darah
berarti jarum telah masuk kedalam vena, jika tidak ada darah
masukkan sedikit lagi jarum sampai terasa masuk di vena)

- Buka tourniquet dan anjurkan pasien membuka kepalan


tangannya, masukkan obat secara perlahan jangan terlalu cepat
- Tarik jarum keluar setelah obat masuk
- Rapikan pasien dan bereskan alat
- Lepaskan sarung tangan

- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan


handuk atau tissu
- Tanyakan pada klien tentang bagaimana perasaannya setelah
dilakukan injeksi

INJEKSI SUB KUTAN


1. Pengertian
Injeksi Subkutan atau sering disingkat SC (subcutaneus) adalah memberikan obat melalui injeksi di
bawah kulit yang dilakukan pada lengan atas daerah luar, kaki bagian atas, dan daerah sekitar pusat.
2. Tujuan
Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan (contoh: Vaksin, uji tuberculin)
3. Persiapan
a. Pasien :
- Pasien baring diatas tempat tidur
- Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan
- Pasien diberitahu tentang posisi dan sikap yang harus dilakukan selama pemberian tindakan
b. Alat
- Spuit 1 cc dalam tempatnya
- Kapas alkohol 70%
- Catatan pemberian obat injeksi
- Handscoen 1 pasang kalau perlu
- Bak instrument
- Perlak dan pengalas
- Bengkok / Nierbekken
- Obat injeksi
- Daftar pemberian obat

URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK

62 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


DILAKUKAN
- Siapkan peralatan ke dekat pasien
- Mengidentifikasi pasien dengan prinsip enam B (Benar obat,
dosis, pasien, cara pemberian, waktu dan dokumentasi)
- Pasang sampiran atau tutup tirai untuk menjaga privasi pasien
- Perawat Mencuci tangan
- Memakai handscoon jika perlu
- Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari
pakaian pasien
- Bersihkan / desinfeksi lokasi injeksi dengan alcohol dengan
tehnik sirkuler (dari atas kebawah sekali hapus)
- Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice dokter
dengan teknik septik dan aseptic
- Menentukan daerah yang akan disuntik
- Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol pada
daerah yang akan disuntik dan biarkan kering sendiri
- Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang jarum
menghadap keatas, jarum dan kulit membentuk sudut 20 ̊
- Lakukan aspirasi dan pastikan jarum tidak masuk ke pembuluh
darah.
- Masukkan obat dengan perlahan-lahan.
- Cabut jarum dan desinfeksi kulit dengan alkohol.Observasi
kondisi/reaksi pasien
- Rapikan pasien dan bereskan alat
- Lepaskan sarung tangan

- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan


handuk atau tissue
- Tanyakan pada klien tentang bagaimana perasaannya setelah
dilakukan injeksi
- Perawat Mencuci tangan

4. Hal yang Perlu Diperhatikan :


- Jangan menginjeksi pada tempat dimana ada bekas jaringan yang terluka atau tempat dimana
terjadi edema.
- Sebelum memberi obat,tanyakan riwayat pemberian obat sebelumnya, apakah pernah alergi
dengan obat tertentu.
- Bila pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat tertentu, tulis nama obat pada catatan
alergi obat.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator
63 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
(………………………………
…)

IRIGASI MATA
1. Pengertian
Irigasi mata adalah suatu cara untuk membersihkan dan atau mengeluarkan benda asing dari
mata. Irigasi mata diberikan untuk mengaluarkan sekret atau kotoran dan benda asing dan zat kimia
dari mata. Larutan garam fisiologis atau RL biasa dipergunakan karena merupakan larutan isotonik
yang tidak merubah komposisi elektrolit yang diperlukan mata. Bila hanya memerlukan sedikit
cairan, kapas steril dapat dipergunakan untuk meneteskan cairan kedalam mata.
2. Tujuan
- Irigasi mata diberikan untuk mengaluarkan sekret atau kotoran dan benda asing dan zat kimia
dari mata
TIDAK
URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN DILAKUKA
N
3. Persiapan
a. Alat
-Botol irigasi berisi larutan oftalmik steril (Blinx, Dacrios)
-Mangkuk lengkung kecil
-Sarung tangan
-Kapas untuk menyerap cairan dan eksresi
-Dispenser plastik dengan penutup dan label untuk tempat
larutan
b. Pasien
- Beri tahu informasi tentang rencana tindakan dengan
komunoikasi teurapetik
- Atur posisi pasien sesuai kebutuhan dengan memperhatikan
kenyamanan dan privacy klien
4. Prosedur
- Menjaga privacy
- Posisikan pasien telentang (supinasi) atau duduk dengan
kepala dicondongkan ke belakang dan sedikit miring ke

64 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


samping
- Bila pasien diduduk, mangkuk dapat dipegang oleh pasien.
Bila pasien berbaring, letakkan mangkuk di dekat pasien
sehingga dapat menampung cairan dan sekret.
- Perawat berdiri di depan pasien.
- Bersihkan kelopak mata dengan teliti untuk mengangkat
debu, sekresi, dan keropeng (memegang kelopak dengan
ibu jari dan satu jari tangan).
- Bilas mata dengan lembut, mengarahkan cairan menjauhi
hidung dan kornea.
- Keringkan pipi dan mata dengan kapas.
Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMBERIAN OBAT TETES MATA


1. Pengertian
Tindakan pemberian obat ( meneteskan obat ) guna untuk menyembuhkan infeksi pada mata.
2. Tujuan
- Untuk mendilatasikan pupil untuk pemeriksaan struktur interna mata
- Untuk melemahkan obat lensa mata
- Untuk menghilangkan iritasi local
- Untuk mengobati gangguan mata
TIDAK
URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN DILAKUKA
N
3. Persiapan Alat
- Obat tetes yang telah ditentukan
- Pipet bila perlu
- Bak instrument berisi pinset anatomis, kain kasa steril
- Kom kecil berisi bulatan kapas steril dalam larutan borwater atau
larutan garam 0,9 %
- Tissue, korentang, plaster, gunting verband, balutan
4. Prosedur
- Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

65 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Mengatur posisi pasien, terlentang dengan kepala menengadah
- Mencuci tangan
- Membersihkan kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari
sudut mata kearah hidung
- Tangan kiri membuka kelopak mata bawah dengan memakai
kapas lembab, kemudian meneteskan obat sejumlah tetesan
sesuai instruksi dokter
- Melepaskan tangan yang membuka kelopak mata bawah, pasien
dianjurkan untuk menutup dan mengedip – ngedipkan matanya
- Membersihkan sekitar mata dari sisa obat dengan menggunakan
kasa steril
- Bila perlu dibalut atau ditutupi dengan kain kasa steril dan
diplaster
- Merapikan pasien dan bereskan alat – alat

5. Hal– hal yang perlu diperhatikan


- Obat yang tersedia tidak mempunyai pengatur tetes, maka harus menggunakan pipet untuk
meneteskan obat mata
- Meneteskan obat tidak boleh langsung ke kornea, karena dapat merusak kornea.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

66 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


IRIGASI TELINGA

TIDAK
URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN DILAKUKA
N
1. Persiapan alat:
- Spuit balon/khusus
- Kom isi cairan mengandung obat sesuai kebutuhan
- Pinset dan mangkok
- Kapas dalam tempatnta
- Handuk
- Kain pengalas
- Bengkok
2. Pelaksanaan prosedur
- Perlak dan alas dipasang diatas bahu, dibawah telinga yang akan
dibersihkan
- Spuit balon diisi cairan yang mengandung obat dengan

67 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


menggunakan tangan kiri perawat, daun telinga ditarik ke atas
dan sedikit ke belakang
- Klien dianjurkan memegang bengkok diatas bahu
- Ujung spuit balon diletakkan di muka liang telinga dan dilakukan
penyemprotan dengan hati-hati pada sisi atas liang telinga
- Penyemprotan dilakukan beberapa kali sampai bersih
- Keringkan lubang telinga dengan kapas kemudian letakkan pada
bengkok, dan keringkan dengan handuk
- Rapikan klien
- Alat diberskan
- Cuci tangan

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA KULIT

1. Pengertian
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit.
2. Tujuan
Untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut
3. Peralatan
- Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol, bubuk, spray)
- Buku obat
- Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
- Sarung tangan
- Lidi kapas atau tongue spatel
- Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun
- Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan)
4. Prosedur kerja
68 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
- Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian
- Cuci tangan
- Atur peralatan disamping tempat tidur klien
- Tutup gorden atau pintu ruangan
- Identifikasi klien secara tepat
- Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan iberi
obat
- Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
- Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
- Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topical
- Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
- Oleskan agen topical :
 Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
 Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian
lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan
 Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah
pertumbuhan bulu
 Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian
 Lotion mengandung suspense
 Kocok wadah dengan kuat
 Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil
 Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
 Bubuk
 Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
 Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian
bawah lengan
 Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
 Spray aerosol
 Kocok wadah dengan keras
 Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area
(biasanya 15-30cm)
 Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan
wajah dari arah spray
 Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit
- Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah tidak
digunakan pada tempat yang sesuai
- Cuci tangan

69 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMBERIAN OBAT MATA

1. Pengertian
Pemberian obat melalui mata adalah memberi obat kedalam mata berupa cairan dan salep.
2. Tujuan
- Untuk mengobati gangguan pada mata
- Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
- Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
- Untuk mencegah kekeringan pada mata
3. Persiapan alat
- Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (tergantung jenis sediaan obat)
- Buku obat
- Bola kapas kering steril (stuppers)

70 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Bola kapas basah (normal salin) steril
- Baskom cuci dengan air hangat
- Penutup mata (bila perlu)
- Sarung tangan
4. Prosedur kerja
- Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian
- Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
- Identifikasi klien secara tepat
- Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat
- Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk dengan hiperektensi leher
- Pakai sarung tangan
- Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopk mata dari dalam keluar
- Minta klien untuk melihat ke langit – langit
- Teteskan obat tetes mata :
 Dengan tangan dominan anda di dahi klien, pegang penetes mata yang terisi obat
kurang lebih 1-2 cm (0,5 – 0,75 inci) diatas sacus konjungtiva. Sementara jari tangan non
dominan menarik kelopak mata kebawah
 Teteskan sejumlah obat yang diresepkan kedalam sacus konjungtiva. Sacus konjungtiva
normal menahan 1-2 tetes. Meneteskan obat tetes ke dalam sacus memberikan
penyebaran obat yang merata di seluruh mata.
 Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggir luar kelopak
mata, ulangi prosedur
 Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata dengan perlahan
Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien selama 30-60 detik
- Memasukkan salep mata :
 Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata, pencet tube sehingga
memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada
konjungtiva.
 Minta klien untuk melihat kebawah
 Membuka kelopak mata atas
 Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva bagian dalam
 Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak mata secara perlahan
dengan gerakan sirkuler menggunakan bola kapas.
- Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari bagian dalam ke luar
kantus
- Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih diatas pada mata yang
sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan penekanan
pada mata.
- Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah dipakai
71 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
- Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan mata (kiri, kanan atau kedua
duanya) yang menerima obat.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA

1. Pengertian
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair
2. Tujuan
- Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme
penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
- Menghilangkan nyeri
- Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil
3. Persiapan alat

72 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Botol obat dengan penetes steril
- Buku obat
- Cotton bud
- Normal salin
- Sarung tangan
4. Prosedur kerja
- Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat
harus diberikan
- Siapkan klien
- Bersihkan daun telinga dan lubang telinga:
 Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
 Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan, bersihkan daun telinga dan
meatus auditory
- Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air hangat dalam waktu
yang singkat
- Tarik daun telinga keatas dan kebelakang (untuk dewasa dan anak-anak diatas 3 tahun),
tarik daun telinga kebawah dan kebelakang (bayi)
- Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga
- Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga
- Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit.
- Kaji respon klien
- Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya.
Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja
- Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
- Dokumentasikan semua tindakan
Bulukumba,
September 2015
Fasilitator

(…………………………………)
PEMBERIAN OBAT TETES HIDUNG

1. Pengertian
Memberikan obat tetes melalui hidung
2. Tujuan
- Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
- Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
3. Persiapan alat
- Botol obat dengan penetes steril
- Buku obat

73 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Sarung tangan
4. Prosedur kerja
- Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat
harus diberikan.
- Siapkan klien, atur posisi klien berbaring supinasi dengankepala hiperekstensi diatas bantal
(untuk pengobatan sinus ethmoid dan sphenoid) atau posisi supinasi dengan kepala
hiperektensi dan miring kesamping (untuk pengobatan sinus maksilaris dan frontal)
- Bersihkan lubang hidung
- Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior tulang
etmoidalis
- Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit
- Kaji respon klien
- Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya.
Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja
- Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
- Dokumentasikan semua tindakan
Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA

1. Pengertian
Memberikan sejumlah obat ke dalam vagina
2. Tujuan
- Untuk mengobati infeksi pada vagina
- Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
- Untuk mengurangi peradangan

74 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


3. Persiapan alat
- Obat sesuai yang diperlukan (cream, jelly, foam, atau suppositoria
- Aplikator untuk krim vagina
- Pelumas untuk suppositoria
- Sarung tangan
- Pembalut
- Handuk bersih
- Korden/pembatas/sketsel
4. Prosedur kerja
- Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
- Siapkan klien
- Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
- Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
- Pakai sarung tangan
- Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau atau rasa yang tidak nyaman
- Lakukan tindakan perawatan perineum
 Suppositoria
 Buka bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan sejumlah pelumas yang
larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus
 Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan dominan
 Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, regangkan
lipatan labia
 Masukkan suppositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina posterior
 Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa sekitar orifisium dan labia
 Kream vagina, jelly atau foam
 Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
 Regangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan non dominan yang
memakai sarung tangan
 Dengan tangan dominan yang telah memakai sarung tangan, masukkan aplikatot
ke dalam vagina sekitar 5 cm. Dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat
hingga aplikator kosong
 Tarik aplikator dan letakkan diatas handuk. Bersihkan sisa kream pada labia dan
orifisium vagina.
- Instruksikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5-10 menit
- Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
- Cuci tangan
- Kaji respon klien
- Dokumentasikan semua tindakan

75 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMBERIAN OBAT SUPOSITORIA MELALUI REKTUM

1. Persiapan Alat
- Obat supositoria dalam tempatnya
- Pelumas larut air
- Pengalas
- Sarung tangan
- Tissue

76 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Bengkok
2. Persiapan Pasien
- Berikan salam dan memperkenalkan diri
- Identifikasi dan panggil nama pasien
- Menjelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat kepada pasien dan keluarga pasien
- Meminta keluarga dan penunjang meninggalkan ruangan
- Memeriksa daftar pemberian obat
3. Tahap Pelaksanaan
- Mencuci tangan dan pakai sarung tangan
- Bebaskan pakaian bawah pasien
- Mengatur posisi pasien miring kesalah satu sisi, kaki sebelah atas ditekuk
- Membentangkan pengalas dibawah bokong pasien
- Pakai sarung tangan
- Buka supositoria dari kemasannya, lumasi ujungnya dan jari telunjuk tangan dominan
- Regangkan bokong pasien dengan tangan nondominan , sehingga anus terlihat
- Masukan obat supositoria perlahan-lahan ke dalam anus, sphincter anal interna serta
mengenai dinding rectal ±10 cm pada orang dewasa, ±5 cm pada bayi atau anak dorong
hingga masuk , sambil meminta pasien untuk menarik napas dalam melalui mulut
- Minta pasien agar tidak mengejan dan pastikan obat sudah masuk
- Tarik jari anda dan bersihkan area kanal dengan tissue
- Anjurkan pasien untuk berbaring terlentang atau miring selama ± 5 menit
- Lepaskan sarung tangan dan letakkan pada bengkok
- Rapikan pakaian pasien dan lingkungan
- Bereskan alat
- Mencuci tangan
- Catat nama obat, dosis, dan waktu pemberian obat pada catatan obat
- Observasi adanya efek supositoria ±30 menit setelah obat diberikan

4. Tahap Akhir
- Evaluasi perasaan pasien
- Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
- Dokumentasi hasil

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

77 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


(………………………………
…)

PEMASANGAN KATETERISASI URINE


1. Pengertian
Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan kedalam kandung kemih
2. Tujuan
- Menghilangkan distensi kandung kemih
- Mendapatkan spesimen urine steril
- Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan
3. Dilakukan pada
- Pasien retensi urine
- Persiapan tindakan operasi secaseria, kandung kemih dan lain-lain
- Pasien yang akan partus
- Persiapan sebelum eystroscopy
BOBOT
URAIAN KEG IATAN
1 2 3

78 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


4. Persiapan Alat
- Baki instrument steril berisi:
 Pinset anatomis steril
 Sarung tangan steril
 Kain kasa steril
- Kateter steril ukurannya sesuai dengan kebutuhan
- Bengkok (nierbekken) sekurang-kurangnya dua buah (satu untuk kapas kotor
dan satu untuk menampung urine)
- Cairan pelicin (cylocaijelly,minyak steril dan lain-lain)
- Kapas sublimate steril dalam tempatnya
5. Prosedur pelaksanaan
- Pasien diberitahukan tentang tindakan yang akan dilakukan
- Pasang sampiran (sehern) dan pintu ditutup
- Letakkan dua bengkok diatara tungkai pasien
- Pada pasien wanita :
 Labia mayora dibuka dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri petugas
yang sebelumnya dibungkus dengan kapas sublimate
 Vulva dibersihkan dengan kapas sublimate sekurang-kurangnya tiga kali.
Kapas kotor diletakkan dalam bengkok sedangkan kapas pembersih
terakhir dibiarkan diantara labia minora
 Dengan memakai sarung tangan atau dengan pinset, kateter diambil dan
diberi pelicin pada ujungnya (jika perlu dibantu oleh petugas lain)
 Petugas membuka labia minora dibuka dengan tangan kiri dan kapas
pembersih dibuang
 Kateter dimasukkan kedalam ureter secara perlahan-lahan dan pasien
dianjurkan agar menarik napas panjang.
 Urien yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol steril untuk
bahan pemeriksaan, jangan diambil urine pertama kali keluar tetapi
ambillah urine yang keluar selanjutnya.
 Bila penyadapan selesai dan kateter tidak pasang menetap, kateter
dicabut perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan menarik napas panjang
 Setelah selesai pasien dirapikan kembali
 Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula

- Pada pasien pria :


 Tangan kiri petugas mencegah penis pasien dengan kain pengalas atau
kasa
 Preputium ditarik sedikit kepangkalnya dan dibersihkan dengan kapas
suplimate sekurang-kurangnya tiga kali
 Cara memasukkan kateter sama pada pasien wanita, hanya penis agak
ditarik supaya lurus
 Setelah selesai, pasien dirapikan kembali
 Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ditempat semula
6. Perhatian
- Perhatikan teknik septic dan aseptic
- Pada wanita kateter jangan salah masuk ke vagina
- Bentuk dan ukuran kateter harus sesuai dengan kebutuhan pasien
- Hasil penyadapan urine diukur bila perlu
- Perhatikan keadaan urine antara lain warnanya
- Jika waktu memasukkan kateter pada pasien pria terasa ada

79 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


hambatan,hentikan dulu beberapa saat dan kemudian dilanjutkan.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PERAWATAN WATER SEAL DRAINAGE (WSD)


1. Pengertian
Suatu tindakan yang dilakukan di ruang operasi, ruang kedaruratan atau pada tempat tidur
pasien yang dilakukan oleh dokter pada pasien yang mengalami hematothoraks atau efusi fleura.
2. Tujuan
- Mencegah infeksi sekunder
- Memantau perkembangan / respon pasien
- Menentukan tindakan selanjutnya
BOBOT
URAIAN KEGIATAN
1 2 3
3. Persiapan Alat
- Botol WSD yang steril sesuai system yang digunakan ( 1-2-3 botol )
- Cairan aquades steril
- Alat ganti verband / perawatan luka yang terdiri dari :

80 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Baki steril : 1 buah
 Laken penutup kaki steril : 1 buah
 Kom kecil : 2 buah
 Pinset anatomi : 1 buah
 Pinset cirurgis : 1 buah
 Gunting benang : 1 buah
 Arteri klem : 1 buah
 Larutan desinfektan yang dibutuhkan
 Kasa steril secukupnya : 1 buah
 Kapas steril secukupnya : 1 buah
 Sarung tangan steril secukupnya : 1 buah
- Plester
- Gunting verband
- Tempat sampah
- Kapas lidi
- Bensin
- Nierbekken yang berisi larutan desinfektan
4. Persiapan Pasien
- Beri penjelasan tujuan dan prosedur perawatan WSD
- Atur posisi pasien (semi fowler)
5. Prosedur Kerja
- Cuci tangan secara aseptik
- Pasang sarung tangan steril
- Jepit selang WSD menggunakan arteri klem
- Olesi plester yang melekat pada kulit dengan lidi kapas + bensin
- Angkat balutan menggunakan pinset cirurgis
- Bekas balutan dibuang di tempat sampah
- Rawat luka WSD dari pusat ke perifer menggunakan kapas steril +
larutan desinfektan (bethadine atau alcohol 70%) menggunakan pinset
anatomi dan balut dengan kasa steril yang paling dalam gunting kasa
membentuk huruf V dan lapisi diatasnya dengan kasa steril kemudian
diplester.
- Alat yang sudah digunakan merawat luka dimasukkan ke dalam
nierbekken yang berisi larutan desinfektan
- Ganti bototl WSD menggunakan botol steril yang baru yang berisi
aquades sebanyak 50 – 100 ml, dengan cara :
 Lepaskan slang WSD pada tutup WSD
 Ganti botol WSD dengan menghubungkan slang yang terlebih
dahulu ujung slang didesinfeksi dengan kapas alcohol
 Setelah ujung slang dihubungkan dengan botol WSD difiksasi
menggunakan plaster
 Setelah slang WSD terfiksasi dengan baik cabut arteri klem, dan
atur posisi pasien yang menyenangkan
6. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
- Perhatikan warna, konsistensi dan jumlah drainase, gunakan pulpen atau
spidol untuk menandai tingkat system drainase pada akhir jaga dan
jadwalkan interval. Waspadai terhadap parubahan tiba – tiba pada jumlah
drainase
- Untuk mengembalikan potensi selang dada, tindakan keperawatan
berikut ini dianjurkan :
 Upayakan untuk mengurangi obstruksi dengan pengubahan

81 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


posisi pasien
 Bila bekuan dapat terlihat, regangkan slang antara dada dan unit
drainase dan tinggikan slang untuk meningkatkan efek gravitasi
 Pijat dan lepaskan slang secara bergantian untuk melepaskan
secara perlahan bekuan kearah wadah drainase
 Bila selang dada terus tetap tersumbat pembongkaran selang
dada rutin tanpa mengevaluasi situasi pasien adalah
controversial dan beresiko
- Bila selang dada keluar atau tertarik keluar, tutup sisi pemasangan
dengan cepat untuk mencegah masuknya udara ke rongga pleural
- Memantau water seal dengan cara :
 Pemeriksaan secara visual untuk meyakinkan ruang water seal
terisi sampai garis 2 cm.
 Bila penghisap diberikan, yakinkan garis air pada tabung atau
botol pengisap sesuai dengan jumlah yang diindikasikan. Bila
pompa pengisap pleural digunakan, periksa ukuran penghisap,
jangan menutup lubang ventilasi udara.
 Observasi segel dibawah air terhadap fluktuasi pernafasan. Tak
adanya fluktuasi dapat menunjukkan bahwa paru ke ekspansi
ada obstruksi.
 Gelembung yang terus menerus pada water seal tanpa pengisap
dapat menunjukkan bahwa selang telah berubah tempat atau
terlepas. Periksa seluruh system terhadap lepasnya alat dan lihat
selang dada untuk melihat penempatan di luar dada.
 Gelembung yang terjadi 24 jam setelah pemasangan selang
dada sehubungan dengan perbaikan pneumothoraks
menunjukkan adanya fistula bronkopleural. Ini biasa terjadi pada
pengesetan ventilasi mekanis pada volume tidal dan tekanan
tinggi.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PERAWATAN TRACHEAL TUBE (TRAKHEOSTOMI)


1. Pengertian
Perawatan tracheal tube adalah tindakan perawatan yang dilakukan pada pasien yang telah
dilakukan tindakan tracheostomi pada daerah jakung ( trachea ) karena terjadi kegagalan fungsi
pernafasan lewat mulut dan hidung. Tindakan tracheostomi dilakukan oleh dokter pada ruang
operasi atau ruang darurat.
2. Tujuan
- Untuk mencegah obstruksi jalan nafas

82 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Pernafasan tetap adekuat
- Mencegah infeksi sekunder
- Memberikan rasa nyaman pada pasien
BOBOT
URAIAN KEGIATAN
1 2 3
3. Persiapan
a. Alat :
- Alat ganti balutan / luka (lihat perawatan WSD)
- Oksigen
- Suction pump lengkap dengan kanula pengisap
- Stetoskop
b. Pasien
- Beri penjelasan tujuandan prosedur perawatan tracheal canule
- Atur posisi pasien yang menyenangkan
4. Prosedur Kerja
- Hubungkan suction pump dengan arus listrik
- Cuci tangan secara aseptic
- Pasang sarung tangan steril
- Kasa yang menutup tracheal tube diambil lalu dibuang ketempat
sampah
- Lepaskan pengikat tracheal tube dengan cara menggunting dan
menarik pengikat menggunakan pinset anatomi atau cirurgi dan buang
dalam tempat sampah.
- Udara yang ada pada cuff tracheal tube dikeluarkan
- Membersihkan lender yang ada pada tracheal tube dengan cara :
 Canula suction dimasukkan dengan tehnik menekuk bagian tangan
canule suction atau mematikan arus listrik untuk menghindari
pengeluaran FRC yang berlebihan
 Canula suction diluruskan atau menghidupkan suction
 Canula suction ditarik perlahan / lihat protap penggunaan suction
pump
 Canula yang kotor dibersihkan menggunakan kasa steril + alcohol
 Lakukan pengisapan secara berulang sampai bersih.
- Cara mengetahui tracheal tube sudah bersih.
 Inspeksi : dengan melihat pengembangan dinding dada dan
dengan melihat ada secret atau tidak ada pada tracheal tube
 Auskultasi : dengan mendengarkan bunyi nafas
 Palpasi : dengan mendekatkan punggung tangan perawat
didepan tracheal tube kemudian rasakan hawa ekhalasi
- Setelah secret tidak ada lagi pada tracheal tube maka tracheal tube
dibersihkan menggunakan kasa steril + aquades dengan pinset
anatomi atau cirurgi
- Setelah bersih balut dengan kasa steril yang telah digunting tengahnya
berbentuk huruf V dan tracheal tube ikat kembali menggunakan kasa
steril yang agak panjang atau tali khusus tracheal tube
- Tutup tracheal tube dengan kasa steril diatasnya untuk mencegah
masuknya serangga dengan debu
- Pasien dirapikan kembali dan alat – alat dibersihkan dan perawat cuci
tangan

83 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE(NGT)

1. Pengertian
Memasukkan selang melalui hidung sampai ke lambung untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan
kepada klien yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan,cairan dan obat-obatan secara oral.
2. Tujuan

84 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Memasukkan makanan dan obat pasien yang tidak bias makan melalui mulit
- Mencegah distensi gaster
- Melakukan bilas lambung
- Mengambil specimen asam lambung
BOBOT
URAIAN KEGIATAN
1 2 3
3. Persiapan
c. Pasien
- Apabila penderita sadar, jelaskan terlebih dahulu tujuan
pemasangan NGT
- Apabila klien tidak sadar , kita jelaskan pada keluarga klien.
d. Alat – alat
- NGT ( Naso Gastric Tube) No.18 sesuai kebutuhan
- Disposisi spuit 50 cc/blas spuit
- Bengkok
- Klem dan Jelly
- Plaster dan gunting
- Pengalas untuk tutup dada penderita
- Stetoskop
- Baskom berisi air
i. Prosedur Kerja
- Cuci tangan dan atur peralatan
- Jelaskan prosedur pada pasien
- Bantu pasien untuk posisi Fowler
- Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan dominan
kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
- Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas
melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada
lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung
dengan tissue lembab atau lidi kapas. Periksa adakah infeksi dll
- Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.
- Persiapkan tissue dalam jangkauan.
- Gunakan sarung tangan
- Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan
plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan
ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari
daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi di tonjolan sternum
dengan plester kecil.
- Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam
lubang hidung yang paling bersih
- Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien
menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
- Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam faring,
instruksikan pasien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.
- Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan
lembut tanpa memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau
slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi
langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien untuk
bernafas dalam

85 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang
hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta
pasien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan
pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml
masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung
dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
- Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2
inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang
hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester
lilitan mengitari slang.
- Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien. Pita
karet dapat Digunakan untuk memfiksasi selang.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

PEMASANGAN GIPS

86 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


1. Pengertian
Gips merupakan fikasi eksternal yang sering dipakai. Gips terbuat dari plester of fiberglas, dan
plastik yang disediakan dalam bentuk golongan verband.
2. Tujuan
- Imobilisasi fraktur tulang
BOBOT
URAIAN KEGIATAN
1 2 3
3. Persiapan
a. Alat
- Gipsone 4-6 inci sebanyak 6-8 buah
- Softband 4-6 inci sebanyak 1-2 buah
- Waskom berisi air
- Pinsil merah biru
- Waslap
- Obat desinfektan atau tincture bensoid
- Laken
b. Pasien
- Informed Concent
- Atur posisi pasien
4. Prosedur
- Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan
- Kulit dibersihkan, cek apakah ada luka yang bisa menyebabkan infeksi
- Cedera kulit diobati dengan desinfektan, sebelum dipasang gips kulit yang
sehat diberi tincture bensoid
- Lokasi fraktur dibungkus dengan softband secara sirkuler, tulang-tulang
yang menonjol ditutup dengan pelunak atau kain laken yang agak tebal
untuk mencegah tekanan.
- Gipsona dibuka dari bungkusnya dan dicelupkan pada air dan diberikan
pada dokter untuk pemasangan pada daerah fraktur
- Setelah pemasangan gips lapis demi laois oleh dokter kemudian ratakan
dan keringkan.
- Setelah kering daerah sekitar pemasangan gips dibersihkan dengan
menggunakan waslap
5. Hal-hal yang harus diperhatikan
- Perhatikan keluhan pasien mengenai rasa nyeri didalam gips terutama pada
tonjolan tulang karena mungkin terjadi tekanan pada kulit
- Lakukan permantauan neurosirkulasi tiap jam selama 24 jam pertama
setelah pemasangan gips.
- Ekstremitas yang cedera ditinggikan mamakai bantal sampai bahaya
bengkak hilang.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

87 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


(………………………………
…)
PEMASANGAN TRAKSI

1. Pengertian
Traksi adalah suatu mekanisme dimana terjadi penarikan yang teratur dan terus menerus dipasang
pada anggota badan. Traksi dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
- Traksi skeletal adalah traksi yang langsung pada tulang
- Traksi kulit adalah traksi yang dilaksanakan dengan menggunaka pembalut flanel, plaster atau
alat yang sudah siap dari apotik langsung dipasang pada kulit dan kemudian dipakai pemberat
2. Tujuan
- Mengurangi patah tulang
- Mempertahankan fragmen pada tulang pada posisi yang sebenatnya selama penyembuhan
- Mengiboliasasi bagian tubuh pada jaringan lunak yang sedang dalam penyembuhan
- Mengatasi spasme otot
- Melepaskan adhesi
- Memperbaiki deformitas
BOBOT
URAIAN KEGIATAN
1 2 3
3. Persiapan Alat
- Skin traction 1 set
- Tali neulor 2 meter
- Beban secukupnya
- Katrol 1 buah
- Elastis verband 4 – 6 inci 1 – 2 buah
4. Persiapan pasien
- Informed concent
- Atur posisi pasien sesuai indikasi
5. Prosedur
- Beritahukan pasien tindakan yang akan dilakukan
- Reposisi lokasi patah tulang yang dilakukan oleh dokter
- Lokasi patah tulang difikasi
- Skintraction dipasang pada lokasi fraktur (ekstremitas bawah)
- Elastis verband dipasang dengan cara pembalutan dengan tehnik sirkuler
- Katrol dipasang pada tempat tidur pasien dengan posisi tempat tidur bagian
kaki ditinggikan 450
- Skintraction dihubungkan dengan beban menggunakan tali dengan
perhitungan 1/17 perkilogram berat badan
- Atur posisi tidur pasien dan control posisi traksi tiap jam pada 24 jam pertama

88 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


6. Hal-hal yang harus diperhatikan
- Untuk skeletal traksi dilakukan tindakan operasi, pemasangan pen sebelum
pemasangan traksi dan beban
- Perawatan luka pada pen yang terpasang minimal sekali 24 jam
- Lama pemasangan traksi sesuai dengan proses penyembuhan atau tindakan
selanjutnya (instruksi dokter)

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

89 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PEMASANGAN BALUTAN DAN MEMBALUT
1. Pengertian
Balutan dan membalut merupakan tindakan dalam perawatan luka atau menjadi dislokasi pada sendi
yang digunakan pada perawatan luka terbuka atau luka bakar
2. Tujuan
- Untuk meningkatkan penyembuhan luka
- Untuk menyerap sekresi dari luka
- Untuk melindungi daerah luka dari bakteri, trauma
- Untuk imobilisasi atau menyokong daerah luka
- Untuk menambah estetika
- Untuk mencegah pembentukan hematom
- Untuk mengurangi rasa nyeri terhadapt paparan terhadap udara
BOBOT
URAIANKEGIATAN
1 2 3
3. Persiapan
a. Alat :
- Pembalut steril sesuai luka
- Benda-benda pembalut yang diperlukan
- Sarung tangan teril dan tak steril
- Larutan pembersih
- Plester
- Kantong plastic untuk balutan yang kotor atau tempat sampah.
b. Pasien
- Beri penjelasan pada pasien tujuan balutan pada luka
- Atur posisi yang menyenangkan
4. Prosedur Kerja
- Cuci tangan
- Lepaskan balutan lama dengan menggunakan sarung tangan tak steril bila
tersedia, letakkan dalam kantong plastic
- Gunakan sarung tangan steril
- Bersihkan luka dengan larutan steril seperti yang dipogramkan dokter
- Bersihkan dari pusat luka kedaerah perifer
- Pasang pembalut dan kuatkan dengan plester atau dengan pembalut
- Buang benda-benda yang telah dan tidak digunakan sebagaimana yang
diperlukan
- Lakukan dokumentasi tindakan keperawatan mengenai
 Tanggal dan waktu prosedur
 Penampilan dan ukuran luka
 Perkiraan jumlah dan sifat cairan yang keluar dari luka (catat warna,
tipe dan bau)
 Tipe balutan dan tempatnya
 Toleransi pasien dan atau keluarga mengenai balutan atau pembalut
5. Perhatian
- Balutan kering (bila terdapat epitel baru pada permukaan luka jangan sampai
dirusak ketika melepas balutan)
- Kaji sirkulasi yang adekuat pada daerah luka
- Dengan lembut bersihkan darah yang kering pada sekitar balutan

90 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Kaji balutan apakah sudah menutupi luka dengan baik
- Kaji rasa nyaman pasien dan mobilitas yang tepat pada daerah luka

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

MENJAHIT LUKA (HECTING)


91 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
1. Pengertian
Tindakan menjahit luka ( hecting ) dengan alat yang telah disterilkan dan membersihkanluka sesuai
dengan keadaan luka ( luka bersih dengan Betadin dan luka kotor denganH2O2, cairan steril serta
Betadin ).
2. Persiapan Alat
- Sarung tangan steril
- Duk lubang
- Set alat bedah minor
- Benang jahit
- Jarum jahit
- Kassa steril
- Cairan normal saline (Nacl 0.9%)
- Cairan antiseptik
- Korentang steril dan tempatnya
- Perlak dan pengalasnya
- Obat anastesi
- Plester
- Gunting plester
- Kom steril
- Tempat sampah medis
- Disposible syringe
- Larutan H2O2/perhidrol
- Celemek
- Masker
- Trolly
3. Prosedur Kerja
- Cuci tangan
- Keringkan,kemudian pakai sarung tangan steril
- Menyiapkan alat
- Bersihkan luka menggunakan cairan antiseptik
- Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril yang lain
- Jaringan disekitar luka dianastesi
- Bila perlu bersihkan luka dengan cairan normal saline(Nacl 0.9%)
- Bila luka kotor dan dalam gunakan larutan H2 O2/perl hidrol 10%
- Pasang duk lobang
- Gunakan jarum untuk menjahit kulit,masukan benang ke lubang jarum,pada penggunaan
jarum melengkung(curved needle) dari arah dalam keluar.
- Pegang jarum dengan menggunakan klem,kemudian mulai menjahit luka.

92 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- jika luka dalam sampai jaringan otot,maka jahit lapis demi lapis (jenis benang disesuaikan
dengan jaringan yang robek,contoh:catgut,chromic,side,dll)
- Ikat benang dengan membentuk simpul.
- Potong benang,sisakan sepanjang 1mm(untuk jahitan dalam),0.65cm (jahitan luar)
- Lanjutkan menjahit luka sampai luka tertutup.
- Oleskan normal salin/desinfectan pada jahitan.
- Tutup dengan kassa steril.
- Pasang plester/hipafix
- Dokumentasikan

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

93 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


94 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
1. Pengertian
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan jantung
guna kelangsungan hidup pasien
2. Tujuan
Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru
3. Indikasi
- Henti nafas
- Henti jantung
4. Persiapan
a. Alat
- Alat pelindung diri (masker, handscoen)
- Trolly emergency yang berisi :
 Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)
 Magil force
 Pipa trakhea berbagai ukuran
 Trakhea tube berbagai ukuran
 Gudel berbagai ukuran
 CVP set
 Infus set/blood set
 Papan resusitasi
 Gunting verband
 Bag resuscitator lengkap
 Semprit 10 cc – jarum no. 18
- Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai
- Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai
- EKG record
- EKG monitor bila memungkinkan
- C shock lengkap
b. Pasien
- Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
- Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras
- Baju bagian atas pasien dibuka

e. Prosedur
- Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)
- Mengecek kesadaran pasien dengan cara :

95 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Memanggil nama
 Menanyakan keadaannya
 Menggoyangkan bahu pasien/mencubit pasien
- Jika pasien tidak sadar/tidak ada respon, aktifkan SPGDT
- Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan
- Menilai pernafasan dengan cara :
 Melihat pergerakan dada/perut
 Mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung
 Merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau punggung tangan
- Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buata dengan resuscitator sebanyak 2 kali secara
perlahan
- Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika arteri carotis teraba
cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali
- Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi jantung luar
dengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan 3 : 1 untuk neonatus.
Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek pernafasan
- Jika nafas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasi dimulai dengan kompresi jantung
luar.
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan
- Evaluasi pernafasan pasien tiap 1 menit saat dilakukan RJP BC kombinasi
- Lakukan RJP BC sampai :
 Timbul nafas spontan
 Diambil alih alat/petugas lain
 Dinyatakan meninggal
 Penolong tidak mampu atau sudah 30 menit tidak ada respon
- Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara :
Dewasa:
- Penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangan dengan kejutan bahu
- Penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atas proses xyphoideus
- Kedalaman tekanan 3-5 cm
- Frekuensi penekanan 80-100 kali per menit
Anak
- Penekanan menggunakan satu pangkal telapak tangan
- Kedalaman tekanan 2 – 3 cm
- Frekuensi penekanan 80 – 100 kali per menit
Neonatus
- Punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri penolong sedangkan tangan kiri
memegang lengan atas bayi sambil meraba arteri brakhialis sebelah kiri

96 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Jari tangan dan telunjuk tangan penolong menekan dada bayi pada posisi sejajar putting
susu 1 cm ke bawah
- Kedalaman tekanan 1-2 cm
- Perbandingan kompresi jantung dengan begging adalah 3 : 1
Bebaskan jalan napas (airway), dengan cara :
Bayi Anak (1-8 tahun)
- Tepuk atau guncangkan bahu perlahan - Tepuk atau guncangkan bahu dengan
atau berbicara dengan suara keras perlahan
- Berteriak untuk meminta bantuan, jika ada - Tanyakan korban apakah dia baik-baik
penolong kedua minta orang untuk saja
menghubungi ambulan 118 - Berteriak untuk meminta bantua, jika ada
- Telentangkan korban, topang kepala dan penolong kedua minta orang lain untuk
leher jika perlu selama 4-10 detik menghubungi ambulan 118
- Tengadahkan / ektensikan kepala atau - Telentangkan korban, topang kepala dan
dorong dagu leher selama 4 – 10 detik
- Tengadahkan / ekstensikan kepala atau
dorong dagu

Beri bantuan pernapasan (breathing), dengan cara :


Bayi Anak (1-8 tahun)
- Tempatkan telinga penolong di atas - Tempatkan telinga penolong di atas mulut
mulut, amati dada, lihat, dengar, dan korban, amati dada, lihat, dengar dan
rasakan adanya napas (3-5) detik rasakan adanya napas (3-5) detik
- Jaga agar jalan napas terbuka - Jaga agarjalan napas terbuka
- Rapatkan mulut penolong ke hidung dan - Rapatkan mulut penolong ke mulut
mulut korban korban
- Beri napas dua kali secara perlahan, - Beri 2 kali napas secara perlahan, amati
amati meningginya dada naiknya tinggi dada
- Masing-masing napas, 1 sampai 1,5 detik - Masing-masing napas selama 1 sampai
- Reposisi penderita dan coba beri napas 1,5 detik
bantuan - Reposisi penderita dan coba beri napas
- Minta bantuan 118 bantuan
- Lakukan 5 tepukan di bagian punggung - Minta bantu 118
- Angkat rahang, jika ada benda asing - Lakukan lima dorongan / sentakan
ambil dengan jari abdominal subdiafragmatik (maneuver
- Jika tidak berhasil ulangi empat langkah di Heimlich)
atas sampai berhasil - Angkat rahang, jika ada benda asing
- Raba nadi brakalis dan pertahankan ambil dengan jari

97 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


kepala tetap mengadah - Jika tidak berhasil ulangi empat langkah
- Jika nadi tidakteraba, lakukan kompresi diatas sampai berhasil
dada, dengan cara: - Raba nadi karotis dengan satu tangan
 Letakkan 2-3 jari di atas sternum, 1 dan pertahankan kepala tengadah
jari dibawah garis dan tekan dengan tangan kurang lebih 5-10 detik
sedalam 1,85 – 2,5 cm, kompresi - Jika nadi tidak teraba, lakukan kompresi
sedikitnya 100 kali per menit dada, dengan cara :
 Dalam satu siklus, 1 kali napas  Letakkan jari telunjuk di sebelah
setiap 5 kompresi jari yang berada diatasnya
 Jumlah siklus 20 (kira-kira 1 menit)  Miringkan satu tangan di sebelah
 Raba denyut nadi brakalis jari telunjuk
 Jika nadi tidak teraba, ulangi RJP  Tekan sedalam 2,5 – 3,75 cm 100
dimulai dengan kompresi, panggil kali permenit
118  Dalam satu siklus, 1 kali napas
 Jika nadi ada tetapi napas tidak setiap 5 kompresi
ada, ulangi pemberian napas  Jumlah siklus 20 (kira-kira 1 menit)
bantuan dengan 1 kali napas  Raba denyut nadi karotis
setiap 3 detik (20 kali per menit)  Jika nadi tidak teraba, ulang RJP
dimulai dengan kompresi, panggil
118
 Jika nadi ada tetapi napas tidak
ada, ulangi pemberian napas
buatan dengan1 kali napas setiap
3 detik (20 per menit)

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

98 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PEMASANGAN ELEKTRO KARDIO GRAM (EKG)
1. Pengertian
Alat rekam jantung adalah suatu alat untuk mengetahui ada / tidak adanya kelainan jantung pada
pasien dengan menggunakan alat (EKG).
2. Tujuan
Sebagai acuan pemasangan Alat Rekam Jantung dengan menggunakan alat EKG.
3. Indikasi
- EKG digunakan pada pasien yang dicurigai adanya kelainan jantung.
- Pasien dengan keluhan nyeri epigastrium (umur > 45 tahun)
BOBOT
URAIAN KEGIATAN
1 2 3
4. Persiapan
a. Alat
- Mesin EKG
- Jelly/Kapas alcohol
- Kertas EKG
- Kain Kasa
b. Pasien
- Pasien diberi penjelasan tentang hal – hal yang akan dilakukan
- Atur posisi pasien sesuai indikasi ( posisi drainase postural
5. Prosedur
- Petugas menjelaskan tentang tindakan, kemudian dekatkan alat ke samping
pasien.
- Minta pasien membuka baju, dan melepaskan benda-benda logam yang
melekat di badan pasien.
- Beri gosokkan kapas alkohol (secukupnya) pada daerah yang akan dipasang
sondopan.

99 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Pasang sondopan extremitas : lengan kanan (kabel merah), lengan kiri (kabel
kuning), pergelangan kaki kiri (kabel hijau), pergelangan kaki kanan (kabel
hitam).
- Pasang sondopan prekordial pada lokasi-lokasi berikut :
 V1 : Ruang / celah interkostal IV garis sternal.
 V2 : Ruang / celah interkostal IV garis sternal kiri
 V3 : Antara / pertengahan V2 dan V4
 V4 : Ruang / interkostal V, garis midclavicula
 V5 : Sejajar V4 garis aksila depan
 V6 : Sejajar V5 garis aksila media
- Pasang stop kontak pad aliran listrik, beritahu pasien agar tenang, dan
sementara jangan menggerakkan badan dulu.
- Nyalakan EKG, start, tunggu alat EKG bekerja.
- Setelah 12 lead selesai dan add pasien tercatat, matikan EKG.
- Potong kertas EKG yang sudah terbaca, tulis identitas, jam EKG pada kertas
yang sudah tersedia.
- Bereskan alat sondopan yang melekat pada badan pasien.
- . Catat tindakan pada status.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

100 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK
A. Tujuan

Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pelayanan penanganan
Syok Anafilaktik.

B. Penatalaksanaan :
- Penyuntikan Adrenalin 0,3 – 0,5 ml IM bila pasien mengalami reaksi / syok setelah penyuntikan
dengan tanda-tanda : sesak, pingsan, kelainan kulit ).
- Penanganan Utama dan segera :
 Hentikan pemberian obat / antigen penyebab.
 Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari kepala.
 Berikan Adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg/ml ). Segera secara IM pada otot deltoideus, dengan
dosis 0,3 – 0,5 ml (anak : 0,01 ml/kgbb) dapat diulang tiap lima menit, pada tempat
suntikan atau sengatan dapat diberikan 0,1 – 0,3 ml. Pemberian adrenalin IV apabila
terjadi tidak ada respon pada pemberian secara IM, atau terjadi kegagalan sirkulasi dan
syok, dengan dosis ( dewasa) : 0,5 ml adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg / ml ) diencerkan dalam
10 ml larutan garam faali dan diberikan selama 10 menit.
 Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi ) sampai syok
teratasi.
 pasang infus dengan larutan Glukosa faali bila tekanan darah systole kurang dari 100
mmHg.
 Pemberian oksigen 5-10 L/menit
 Bila diperlukan rujuk pasien ke RSU terdekat dengan pengawasan tenaga medis.
- Penanganan Tambahan :
 Pemberian Antihistamin :

101 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Difenhidramin injeksi 50 mg, dapat diberikan bila timbul urtikaria.
 Pemberian Kortikosteroid :
Hydrokortison inj 7 – 10 mg / kg BB, dilanjutkan 5 mg / kg BB setiap 6 jam atau
deksametason 2-6 mg/kgbb. untuk mencegah reaksi berulang.
 Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk mengatasi syok anafilaktik.
 Pemberian Aminofilin IV, 4-7 mg/kgbb selama 10-20 menit bila terjadi tanda – tanda
bronkospasme, dapat diikuti dengan infuse 0,6 mg /kgbb/jam, atau brokodilatator
aerosol (terbutalin, salbutamo ).
- Penanganan penunjang :
 Tenangkan penderita, istirahat dan hindarkan pemanasan.
 Pantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada jam pertama.
Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)
PENANGANAN SYOK HAEMORAGIK

1. Defenisi
Suatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang disebabkan karena adanya perdarahan
2. Tujuan
- Memulihkan perfusi pada jaringan
- Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh
- Mencegah kematian
3. Indikasi
- Syok haemoragik
4. Persiapan
a. Alat
- Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
- Neck collar
- Balut cepat
- Infus set
- Plester
- Ringer lactat yang hangat
- Monitor EKG
- Pulse oksimeter

102 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Oksigen set
- Kateter
- Urin bag
b. Pasien
- Pasien disiapkan sesuai dengan kebutuhan tindakan di atas brankard.
- Lingkungan Tenang dan aman
5. Pelaksanaan
- Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
- Airway dan C spine dijamin aman
- Breathing dijamin aman, berikan oksigen
- Circulation
- Infus 2 line dengan jarum no. 14/16 RL 1.000-2.000 ml sesuai dengan kebutuhan atau
kelasnya syok.
- Periksa laboratorium darah : golongan darah, Hb/Ht, AGD
- Transfusi spesifik type atau golongan O
- Stop sumber perdarahan
- Tidak ada rekasi dilakukan bedah resusitasi untuk menghentikan perdarahan
- Pasang monitor EKG
- Pasang gastric tube
- Pasang kateter dan nilai produksi urin

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

103 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PERAWATAN LUKA BAKAR
1. Pengertian
Suatu tindakan perawatan yang dilakukan pada pasien yang mengalami injuri yang disebabkan oleh
iraman air panas, sengatan listrik, kebakaran dll.
2. Tujuan
- Sebagai tindakan pengobatan
- Mencegah infeksi
BOBOT
URAIAN KEGIATAN
1 2 3
3. Persiapan
a. Alat
- Alat tenun
- Spoit 10 cc
- Kain kasa
- Verban sesuai dengan ukuran kebutuhan
- Bengkok
- Obat penenang bila diperlukan
- Obat-obatan tidak steril
- Salep kulit sesuai program
- Cairan desinfektan
b. Pasien

104 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
4. Pelaksanaan
Memandikan pasien diruang khusus dengan fasilitas khusus :
a. Sebelum tindakan
- Bak mandi dibersihkan dan didesinfeksi
- Bak mandi diisi air dengan suhu 37 – 430 C
- Memasukkan desinfektan kedalam bak mandi dengan konsentrasi
sesuai aturan
b. Selama tindakan
- Pasien diantar keruang khusus
- Pasien dipersiapkan dengan menanggalkan baju
- Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien :
 Merendam pasien kedalam bak mandi
 Mengambil cairan …. Sebelum dan sesudah pasien
dimandikan
 Membuang jaringan nekrotik
 Memecahkan bulla
- Memindahkan pasien keatas brankard yang sudah dialas dengan
perlak dan alat tenun steril
- Mengeringkan badan pasien dengan handuk steril kemudian pasien
diberi salep sesuai program dokter
- Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar
ketempat perawatan khusus
- Melakukan observasi terhadap :
 Tensi, nadi, suhu dan pernafasan
 Posisi jarum infuse, kelancaran tetesan infuse
 Reaksi pemberian cairan infuse dan reaksi pasien setelah
dimandikan
- Mencatat segala perkembangan dan hasil observasi
c. Memandikan pasien diruang tindakan :
- Pasien dipersiapkan, baju ditanggalkan
- Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien
 Mencuci daerah luka baker dengan cairan NaCL 0,9 % yang
sudah dicampur dengan desinfektan
 Membersihkan luka baker dari segala kotoran yang
menempel
 Mebuang jaringan nekrotik

105 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Memecahkan bulla dengan memakai spoit
 Mebilas luka baker dengan cairan steril tanpa desinfektan
- Mengeringkan daerah luka bakar / bagian yang dicuci dengan kasa
steril kemudian diberi salep sesuai program pengobatan
- Memindahkan pasien ke brankard yang sudah diberi alas / alat yang
steril
- Menutup pasien dengan alat yang steril kemudian pasien diantar
keruang perawatan
- Mengobservasi terhadap :
 Tensi, nadi, suhu dan pernafasan
 Posisi jarum infuse, kelancaran tetesan infuse
 Reaksi pasien setelah dimandikan
- Memberikan suntikan analgetik sesuai program bila diperlukan
- Melapor segera pada dokter bila terdapat perubahan keadaan umum.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)
PENANGANAN KEJANG DEMAM
1. Pengertian
Kejang deman merupakan bangkitan kejang yang terjadi oleh karena kenaikan suhu tubuh ≥ 38°C
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
2. Sarana Non Medis (alat bahan) :
- Ruangan 3 x 4 m, dengan ventilasi dan penerangan yang cukup : 1 buah
- Bed pemeriksaan sesuai standar ( tinggi 70 cm, lebar 70 cm, panjang 2 m ) : 1 buah
- Bantal, sprei, perlak, selimut : masing-masing 1 buah
- Meja Kursi : 1 set , meja alat : 1 buah
- Lampu bohlam 18 w : 1 buah
- Kantong obat emergency
- Bolpoint, pensil, penghapus, penggaris : masing-masing 2 buah
- Buku resep : 1 buah
- Rekam medik : 10 set
- Lembar rujukan : 10 lembar
- Inform concent : 10 lembar
- Standar infus : 1 buah

106 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Timbangan injak : 1 buah
- Timbangan badan bayi : 1 buah
- Jam dinding dengan jarum detik : 1 buah
- Senter : 1 buah
- Wastafel dengan air mengalir : 1 buah
- Sabun (batang atau cair, yang antiseptik maupun non antiseptik)
- Wadah sabun yang berlubang supaya air bisa terbuang keluar
- Handuk / lap sekali pakai (tisu, atau kain yang dicuci setelah sekali pakai) untuk mengeringkan
tangan
- Tempat sampah medik beralas plastik dan tertutup, tutup dapat di buka dengan menginjak
pembuka tutup di bagian bawah tempat sampah : 1 buah
- Tempat sampah non medik beralas plastik :1 buah
3. Sarana medis
- Diazepam injeksi 2 ml : 5 ampul
- Diazepam supp 5 mg dan 10 mg : 5 buah
- Phenobarbital injeksi : 5 ampul
- Phenitoin injeksi : 5 ampul
- Diazepam 2 mg tablet : 1 botol
- Parasetamol tablet : 1 botol
- Parasetamol sirup : 3 botol
- Ibuprofen 200 mg tablet : 1 botol
- Ibuprofen sirup : 3 botol
- Termometer oral : 1 buah
- Termometer rectal : 1 buah
- Infus set : 5 buah
- Abbocath no.22 dan 24 : 5 buah
- Wing needle : 5 buah
- Cairan NaCl : 5 kolf
- Cairan D 5% : 5 kolf
- Cairan RL : 5 kolf
- Spuit injeksi disposable 1 cc, 2.5 cc, 3 cc dan 5 cc : masing-masing 2 buah
- Kapas : 1 toples
- Alkohol 70 % : 250 cc
- Bengkok : 2 buah
- Handscoon : 1 box
- Reflex hammer : 1 buah
- Stetoskop : 2 buah
- Tabung O2 dengan face mask : 1 buah
- Tounge spatle dengan balutan kassa steril : 3 buah
107 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
- Kassa steril : 3 pak
4. Prosedur
- Meminta ibu membaringkan klien ke atas tempat tidur pemeriksaan
- Memberitahu keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi kejang dan
membuat inform concent
- Memperbaiki sirkulasi udara ruangan dengan mempersilakan selain petugas untuk keluar
ruangan dan membaringkan anak terlentang di tempat tidur membuka baju anak dan meletakkan
posisi leher sedikitekstensi (mendongak ke atas) dengan cara meminta bantuan petugas lain /
pengantar untuk memegang dagu anak
- Memakai handscoon pada kedua tangan petugas
- Menjelaskan kepada pengantar bahwa akan dimasukan spatel ke dalam mulut anak untuk
mencegah gigitan pada lidah dan membaringkan anak terlentang di atas tempat tidur sambil
mengambil spatel lidah dan membungkusnya dengan kasa steril, lalu membuka mulut anak
dengan cara menekan kedua belah pipi dan meletakan spatel di atas lidah
- Membaringkan anak di tempat tidur yang datar dengan posisi miring, kaki bagian atas ditekuk
untuk mencegah bahaya tersedak ludah atau muntahan
- Membebaskan jalan nafas dengan cara melonggarkan pakaian
- Menjelaskan kepada pengantar / keluarga bahwa akan dilakukan tindakan pemberian obat
melalui dubur untuk mengobati kejangnya, dengan mengucapkan, “Bu / pak, kami akan
memasukkan obat melalui dubur anak bapak / ibu untuk mengobati kejangnya “
- Memberikan diazepam melalui dubur untuk mengatasi kejangnya dengan cara sebagai berikut :
 Mengambil diazepam suppositoria ( dosis sebanyak 5 mg untuk BB < 10 kg atau 10 mg
untuk BB > 10 kg atau 5 mg untuk anak di bawah 3 tahun dan 7,5 mg untuk anak di atas
3 tahun
 Petugas membuka celana dalam anak dengan posisi bokong anak menghadap ke
petugas
 Memposisikan anak di tempat tidur yang datar dibantu oleh seorang paramedis dengan
posisi miring, kaki bagian atas dibengkokkan pada bagian pangkal paha anak dan kaki
bagian bawah lurus
 Membuka dubur penderita dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri sampai tampak
lubang dubur
 Membersihkan dubur anak dengan betadin yang dilarutkan dengan air dengan sekali
usap dari atas ke bawah
 Membuka tutup kemasandiazepam suppositoria dengan memutar tutup berlawanan arah
jarum jam
 Memasukkan ujung kemasandiazepam suppositoria ke dalam dubur anak dengan arah
sejajar tulang belakang anak sampai seluruh leher kemasan masuk ke dalam dubur anak
 Menekan tube kemasandiazepam suppositoria bagian luar sampai seluruh isi kemasan
masuk ke dalam dubur anak
108 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
 Dan dalam keadaan tube kemasan bagian luar masih tertekan mencabut tube kemasan
dengan tangan kanan, sementara tangan kiri merapatkan lipatan bokong anak selama
beberapa saat sampai diazepam tidak mengalir keluar
 Setelah diazepam tidak mengalir keluar, melepaskan tangan kiri yang merapatkan lipatan
bokong anak
 Apabila tidak tersedia diazepam suppositoria maka bisa diberikandiazepam
injeksi secara intravena dengan dosis 0,3 – 0,5 mg per kg BB, dengan cara sebagai
berikut :
 Menjelaskan kepada pengantar / keluarga bahwa akan dilakukan tindakan
pemberian obat melalui pembuluh darah anaknya untuk mengobati kejangnya : “Bu /
pak, kami akan memasukkan obat melalui pembuluh darah anak bapak / ibu untuk
mengobati kejangnya “
 Menyiapkan diazepam injeksi, spuit 3 cc, kapas alkohol, tourniquet, wing needle
ukuran 20 atau 24 atau 26 ( sesuai dengan besar kecilnya vena )
 Mengambil diazepam injeksikemudian mematahkan leher ampulnya lalu dihisap
dengan spuit 3 cc, mengeluarkan gelembung udara dari dalam spuit dengan cara
menghadapkan jarum spuit ke atas lalu piston di tarik ke bawah kemudian didorong
ke atas sehingga semua udara keluar dari spuit
 Mencari vena anak yang paling tampak jelas pada tangan atau kaki
 Setelah menemukan pembuluh darah vena dipasang tourniquet di atas lokasi
vena ± 5–10 cm (tergantung usia anak)
 Melakukan desinfeksi lokasi yang akan di pasang wing needledengan cara
mengusapkan kapas alkohol, melingkar dari dalam ke luar
 Membuka penutup wing needlelalu menusukkannya ke pembuluh darah vena yang
telah dipilih dengan lubang jarum menghadap ke atas
 Mengamati apakah tampak darah mengalir keluar dari wing needle, apabila tidak
keluar darah dariwing needle maka dilakukan pemasangan wing needle di bagian
pembuluh darah vena yang lain, apabila sudah keluar darahnya maka wing needle di
tutup kembali.
 Segera membuka kembalitourniquet
 Memfiksasi wing needle ke tangan anak dengan plesterdengan cara melekatkan
plester di batas wing needle yang masuk ke dalam vena
- Menunggu selama 5 menit sambil memastikan jalan napas tidak tersumbat
- Memberikan oksigen melalui face mask 2 ml/menit
- Menurunkan suhu tubuh dengan melepaskan pakaian anak lalu mengompres memakai
air biasa atau hangat, dengan cara :
 Mengisi air dalam waskom kemudian mencelupkan handuk ke dalam waskom lalu di
peras

109 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Mengompreskan handuk basah di seluruh tubuh terutama pelipatan ketiak kanan-kiri,
pelipatan paha dan dahi
 Memberikan antipiretik parasetamol sirup dosis 10 – 15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
sehari atau obat antipiretik lain seperti ibuprofen dosis 5 – 20 mg/kgBB/kali, 3 – 4 kali
sehari, bila anak sudah tidak kejang .
- Mengawasi tanda-tanda gangguan pernafasan dengan menghitung jumlah pernafasan dalam
satu menit, melihat ada tidaknya tarikan dinding dada, melihat ada tidaknya pernafasan
cuping hidung
- Apabila kejang teratasi maka dilanjutkan pemberian fenobarbital secara IV langsung setelah
kejang berhenti dengan dosis awal :
 bayi 1 bln - 1 thn : 50 mg
 > 1 tahun : 75 mg
Dilanjutkan dengan dosis rumatan diberikan 4 jam kemudian :
 2 hari pertama 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
 Hari berikutnya 4-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
- Apabila kejang belum teratasi maka ulangi pemberian diazepam perektalatau IV seperti
prosedur sebelumnya
- Menunggu selama 5 menit sambil diulangi observasi pada point 3 di atas
- Apabila kejang belum teratasi juga maka diberikan phenitoin dosis awal 10 – 20 mg/kgBB IV
secara pelan-pelan 1 mg/kgBB/menit
- Apabila kejang berhenti dengan phenitoin maka dilanjutkan pemberian phenitoin dengan
dosis 4 – 8 mg/kgBB/hari, 12 – 24 jam setelah dosis awal
- Apabila kejang tidak teratasi dengan pemberian phenitoin, merujuk rumah sakit dengan cara
:
 Membuatkan surat rujukan ke RS sambil memberitahukan kepada keluarga penderita
bahwa anak akan di rujuk ke rumah sakit oleh karena pertolongan pertama yang
dilakukan di puskesmas belum berhasil : “ Bu / pak, anak bapak / ibu harus dirujuk ke
RS..............., karena keadaannya semakin memburuk dan untuk menanganinya
dibutuhkan peralatan serta obat-obatan yang belum tersedia disini, apakah bapak / ibu
setuju?” Bila setuju, kami akan membuatkan surat rujukan ke RS yang dituju.”Anak
bapak / ibu akan kami antarkan ke RS dengan menggunakan pusling”
 Memasang infus NaCl dengan cara :
 Menyiapkan cairan NaCl dan infus set kemudian robek pembungkus infus set dan
buka penutup NaCl lalu tusukkan infus set ke ujung botol cairan dalam posisi tegak
lurus lalu kaitkan cairan ke tiang infus
 Membuka klem infus dengan memutar rel klem ke arah bawah secara perlahan agar
cairan masuk ke dalam slang infus sementara ujung slang infus di pegang dengan
tangan yang lain sehingga cairan infus keluar kemudian memutar rel klem ke atas
agar cairan tidak lagi keluar
110 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
 Memasang ujung slang infus pada ujung wing needle
 Mengatur tetesan cairan :
 BB 10 kg pertama 4ml/kgBB/jam
 BB 10 kg kedua 2ml/kgBB/jam
 BB 10 kg selanjutnya 1ml/kgBB/jam
Misalnya berat badan 15 kg maka kebutuhan cairan rumatan adalah (10x4) + (5x2) =
40+10 = 50 ml/jam

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)

MELEPAS KATETER

111 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


1. Pengertian
Melepaskan drainase urine pada klien yang dipasang kateter
2. Tujuan
Melatih klien untuk berkemih secara normal tanpa menggunakan kateter
3. Peralatan
- Sarung tangan
- Spoit
- Bengkok
- Kapas alcohol
- Kapas lidi
- Betadine
4. Prosedur
- Memberi tahu klien mengenai prosedur tinadakan yang akan dilakukan
- Dekatkan alat-alat yang diperlukan ke klien
- Jaga privacy klien dengan menutup jendela, memasang sampiran
- Cuci tangan
- Dekatkan alat-alat ke klien
- Buka plaster dengan kapas alcohol
- Kenakan sarung tangan
- Keluarkan isi balon kateter dengan spoit. Banyaknya air yang dikeluarkan harus sama dengan air
waktu dimasukkan ke balon kateter
- Menarik kateter secara perlahan dan anjurkan klien untuk napas panjang
- Buang kateter pada bengkok
- Olesi area meatus uretra dengan betadine
- Mencuci tangan
- Dokumentasikan tindakan keperawatan ini
5. Hal yang perlu diperhatikan:
- Sebelum kateter dilepas, sebaiknya klien diajarkan terlebih dahulu bladder training
- Kosongkan urine bag dulu sebelum kateter dilepas
Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………
…)
IRIGASI KANDUNG KEMIH

1. Peralatan:

112 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Kateter foley (3 saluran)
- Slang irigasi dengan klem
- Sarung tangan
- Tiang infuse
- Larutan irigasi steril
- Kapas antiseptic
- Selimut mandi
- Konektor Y
2. Prosedur:
- Memberi tahu klien mengenai prosedur tinadakan yang akan dilakukan
- Dekatkan alat-alat yang diperlukan ke klien
- Jaga privacy klien dengan menutup jendela, memasang sampiran
- Cuci tangan
- Dekatkan alat-alat ke klien
- Kaji abdomen bawah untuk tanda distensi kandung kemih
- Dengan menggunakan teknik aseptic, masukkan ujung selang irigasi steril ke dalam kantung
yang berisi larutan irigasi
- Tutup klem selang dan gantung kantung larutan pada tiang infuse
- Buka klem dan alirkan larutan melalui selang agar udara dari selang keluar, pertahankan agar
ujung selang steril, kemudian tutup klem
- Putar off bagian irigasi kateter lumen tripel atau hubungkan konektor Y steril ke kateter lumen
ganda, kemudian hubungkan ke selang irigasi
- Yakinkan kantung drainase dan selang dengan aman dihubungkan ke bagian drainase konektor
Y tripel ke kateter lumen ganda
- Klem selang pada system drainase untuk aliran intermitten, buka klem pada selang irigasi, dan
alirkan sejumlah cairan yang diprogramkan masuk ke kandung kemih. Tutup klem selang irigasi,
kemudian buka klem selang drainase
- Untuk irigasi kontinu, hitung kecepatan tetesan dan atur klem pada selang irigasi secara tepat.
Yakinkan klem pada selang drainase terbuka dan periksa volume drainase pada kantung
drainase
- Bereskan alat, lapas sarung tangan, dan cuci tangan
- Dokumentasikan prosedur ini beserta hasilnya
Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

113 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PERAWATAN BALUTAN KERING DAN BASAH KERING

1. Peralatan:

- Sarung tangan steril


- Gunting verban
- Pinset
- Perlak
- Nierbekken
- Kasa steril
- Kom
- Larutan antiseptik atau larutan pembersih
- Salep anti septik (jika diperlukan)
- Larutan garam fisiologis atau H2O steril
- Plaster
- Kantung plastik untuk sampah
3. Prosedur
- Jelaskan prosedur kepada klien
- Ambil kantung plastik dan buat lipatan di atasnya. Letakkan kantung plastik agar mudah
terjangkau oleh anda
- Tutup ruangan dengan tirai, tutup semua jendela yang terbuka
- Bantu klien pada posisi nyaman
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester
- Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar pada
kulit dan mengarah pada balutan
- Angkat balutan secara perlahan dengan menggunakan forsep atau pinset
- Jika balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan garam faal atau air steril
- Observasi karakteristik dan jumlah drainase pada balutan
- Buang balutan kotor pada nierbekken atau kantung plastik, hindari kontaminasi permukaan luar
kantung
- Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan karakteristik drainase.
- Bersihkan luka dengan larutan antiseptik atau larutan garam fisiologis. Pegang kasa yang
dibasahi dalam larutan dengan forsep. Gunakan kasa terpisah untuk setiap usapan
membersihkan. Bersihkan dari daerah yang kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi
- Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka atau insisi
- Beri salep antiseptik, bila dipesankan, gunakan tehnik seperti pada pembersihan. Jangan
dioleskan di atas tempat drainase
- Pasang balutan steril kering pada insisi atau letak luka

114 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan
- Pasang plaster diatas balutan
- Rapikan pasien dan kembalikan ke posisi yang nyaman.
- Bersihkan alat-alat
- Cuci tangan
- Dokumentasikan
Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

115 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


IRIGASI LUKA

1. Pengertian
Merupakan cara khusus untuk membersihkan luka, dengan menggunakan spoit irigasi untuk
menyemprot cairan ke area luka dengan tekanan rendah yang konstan.
2. Tujuan:
- Menghilangkan benda asing dari dalam luka
- Mengurangi bau, cairan busuk dan kuman dari dalam luka
- Mempercepat proses penyembuhan.
- Memberikan panas ke area luka dan memberikan obat dalam bentuk larutan steril yang bekerja
secara local.
3. Persiapan Alat:
- Sarung tangan steril
- Kom steril
- Larutan irigasi (200 - 500 ml sesuai pesanan) dihangatkan
- Spuit irigasi steril
- Nierbeckken
- Kain kasa steril
- Plaster
- Gunting verban
- Pinset anatomi
- Perlak
- Bantalan tahan air
- Kantung Plastik
4. Prosedur Kerja
- Jelaskan prosedur kepada klien
- Siapkan peralatan dan dekatkan ke samping kanan pasien
- Pasang perlak dibawah luka
- Posisikan klien sehingga larutan irigasi akan mengalir dari bagian atas tepi luka ke dalam
nierbeckken yang diletakkan di bawah luka
- Letakkan bantalan tahan air dibawah klien
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan dan lepaskan plaster
- Angkat balutan secara perlahan dengan menggunakan pinset
- Jika balutan lengket pada luka, lepaskan dengan meneteskan normal salin steril
- Observasi karakteristik dan jumlah drainase pada balutan
- Buang balutan kotor pada kantung plastik, hindari kontaminasi

116 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Hisap larutan kedalam spuit, irigasi dengan peralatan tapi secara kontinu dengan tekanan yang
cukup untuk mendorong drainase dan debris.
- Hindari menyemburkan atau menyemprotkan larutan tepat diatas luka.
- Lanjutkan irigasi sampai larutan yang mengalir ke dalam nierbeckken jernih
- Dengan kasa steril, keringkan tepi luka. Bersihkan dari yang kurang terkontaminasi sampai ke
area yang terkontaminasi
- Tutup dengan kasa steril
- Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan
- Pasang plaster diatas balutan
- Rapikan pasien dan kembalikan ke posisi yang nyaman.
- Bersihkan alat-alat
- Cuci tangan
- Dokumentasikan

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

117 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PEMBERIAN POSISI ROM DAN AMBULASI
1. Pengertian
Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana
klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun
pasif
2. Tujuan
Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot. Mempertrahankan fungsi
jantung dan pernapasan Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi
3. Jenis ROM
- ROM pasif : Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang
normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %
- ROM aktif : Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan
otot 75 % D. Jenis gerakan Fleksi Ekstensi Hiper ekstensi Rotasi Sirkumduksi Supinasi Pronasi
Abduksi Aduksi Oposisi
4. Sendi yang digerakan
- ROM Aktif Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
- ROM Pasif Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien
tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
5. Indikasi
- Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
- Kelemahan otot
- Fase rehabilitasi fisik
- Klien dengan tirah baring lama
6. Kontra Indikasi
- Trombus/emboli pada pembuluh darah
- Kelainan sendi atau tulang
- Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit jantung
7. Perhatikan
a. Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan setelah latihan
b. Tanggap terhadap respon ketidak nyamanan klien

LATIHAN RENTANG GERAK ROM AKTIF


1. Pengertian

118 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


ROM aktif adalah merupakan latihan gerak isotonic (terjadi kontraksi dan pergerakan otot) yang
dilakukan dengan menggerakkan masing – masing persendian sesuai dengan rentang geraknya
yang normal.
2. Tujuan
- Latihan ini dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot
- Mempertahankan fungsi kardiorespiratori
- Mencegah kontraktur dan kekuatan pada persendian
3. Prosedur
Perawat memberikan bimbingan dan instruksi atau motivasi pada klien untuk menggerakkan
persendian – persendian tubuh sesuai dengan rentang geraknya masing – masing

LATIHAN RENTANG GERAK (ROM) PASIF


1. Pengertian
ROM pasif adalah latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan persendian –
persendian tubuh sesuai dengan rentang geraknya masing – masing.
2. Tujuan
Menjaga fleksibilitas dari masing – masing persendian.

TIDAK
URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN
DILAKUKAN

3. Prosedur pelaksanaan
a. Prosedur umum
- Cuci tangan untuk mencegah transfer organism
- Jaga privacy klien dengan menutup pintu atau memasang
sketsel
- Beri penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
- Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan
perawat dalam bekerja
- Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan
perawat dan buka bagian tubuh yang akan digerakkan
- Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada
masing – masing sisi tubuh
- Kembalikan pada posisi awal setelah masing – masing
gerakan. Ulangi masing – masing gerakan 3 kali.
- Selama latihan pergerakan, kaji :

119 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Kemampuan untuk menoleransi gerakan
 Rentang gerak (ROM) dari masing – masing
persendian yang bersangkutan
- Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan
tubuh terhadap latihan
- Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak di harapkan.
b. Prosedur khusus
Gerakan bahu
- Mulai masing – masing gerakan dari lengan disisi klien
pegang lengan dibawah siku dengan tangan kiri dan pegang
pergelangan tangan klien dengan tangan kanan perawat
- Fleksi dan ekstensikan bahu
Gerakan lengan keatas menuju kepala tempat tidur.
Kembalikan keposisi sebelumnya
- Abduksikan bahu
Gerakan lengan menjauhi tubuh dan menuju kepala klien
sampai tangan diatas kepala
- Abduksikan bahu
Gerakan lengan klien keatas tubuhnya sampai tangan yang
bersangkutan menyentuh tangan pada sisi disebelahnya.
- Rotasikan bahu internal dan eksternal
 Letakkan lengan disamping tubuh klien sejajar dengan
bahu
 Siku membentuk sudut 90º dengan kasur
 Gerakan lengan kebawah hingga telapak tangan
menyentuh kasur kemudian gerakkan keatas hingga
punggung tangan menyentuh tempat tidur
Gerakan Siku
- Fleksi dan ekstensikan siku
 Bengkokkan siku hingga jari – jari tangan
menyentuh dagu
 Luruskan kembali ketempat semula
- Ronasi dan supinasikan siku
 Genggam tangan klien seperti orang yang sedang
berjabat tangan
 Putar telapak tangan klien kebawah dan keatas,
pastikan hanya terjadi pergerakan siku bukan bahu
Gerakan pergelangan tangan

120 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Fleksi pergerakan tangan
 Genggam telapak tangan dengan satu tangan,
tangan yang lainnya menyanggal lengan bawah
 Bengkokkan pergelangan tangan kedepan
- Ekstensi pergelangan tangan
Dari posisi fleksi, tegankkan kembali pergelangan tangan
keposisi semula
- Fleksi radial atau abduksi
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu
jari
- Fleksi ulnar atau adduksi
- Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral kearah jari
kelima
- Gerakan jari – jari tangan
Fleksi
- Bengkokkan jari – jari tangan dan ibu jari kearah telapak
tangan (tangan menggenggam)
Ekstensi
- Dari posisi fleksi, kembalikan keposisi semula (bukan
genggaman tangan)
Hiperekstensi
- Bengkokkan jari – jari tangan kebelakang sejauh mungkin
Abduksi
- Buka dan pisahkan jari – jari tangan
Adduksi
- Dari posisi abduksi, kembalikan keposisi semula
Oposisi
- Sentuhkan masing – masing jari tangan dengan ibu jari
- Gerakan pinggul dan lutut
- Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul
 Angkat kaki dan bengkokkan lutut
 Gerakan lutut keatas menuju dada sejauh mungkin
 Kembalikan lutut kebawah, tegakkan lutut, redahkan
kaki sampai pada kasur
- Abduksi dan adduksi kaki
 Gerakan kaki kesamping menjauhi klien
 Kembalikan melintas diatas kaki yang lainnya
- Rotasikan pinggul internal dan eksternal

121 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Putar kaki kedalam, kemudian keluar
Gerakan telapak kaki dan pergelangan kaki
- Dorso fleksi telapak kaki
 Letakkan satu tangan dibawah tumit
 Tekan kaki klien dengan lengan anda untuk
menggerakkannya kearah kaki
- Fleksi plantar telapak kaki
 Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan
yang lainnya berada pada tumit
 Dorong telapak kaki menjauh dari kaki
- Fleksi dan ekstensi jari – jari kaki
 Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien,
letakkan tangan yang lainnya pada pergelangan
kaki
 Bengkokkan jari – jari kebawah
 Kembalikan lagi pada posisi semula
- Inversi dan eversi telapak kaki
 Letakkan satu tangan dibawah tumit, dan tangan
yang lainnya diatas punggung kaki
 Putar telapak kaki kedalam, kemudian keluar
Gerakan leher
Ambil bantal dibawah kepala klien
- Fleksi dan ekstensi leher
 Letakkan satu tangan dibawah kepala klien dan tangan
yang lainnya diatas dagu klien
 Gerakan kepala kedepan sampai menyentuh dada,
kemudian kembalikan keposisi semula tanpa disangga
oleh bantal
- Fleksi lateral leher
 Letakkan kedua tangan pada pipi klien
 Gerakan kepala klien kearah kanan dan kiri
Gerakan Hiperekstensi
Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat
tidur dekat dengan perawat
Hiperekstensi leher
 Letakkan satu tangan diatas dahi, tangan yang lainnya
pada kepala bagian belakang
Gerakan kepala kebelakang

122 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Hiperekstensi bahu
 Letakkan satu tangan diatas bahu klien dan tangan yang
lainnya dibawah sisi klien
 Tarik lengan atas keatas dan kebelakang
Hiperekstensi pinggul
 Letakkan satu tangan diatas pinggul. Tangan yang
lainnya menyanggah kaki bagian bawah
 Gerakan kaki kebelakang dari persendian pinggul

MEMINDAHKAN PASIEN KE KURSI RODA


1. Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakuan pada klien dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk berpindah
dari tempat tidur ke kursi
2. Tujuan
- Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindro disuse
- Memberikan kenyamanan
- Mempertahankan kontrol diri pasien
- Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi
- Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang toleransi dengan kegiatan
ini)
- Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah baring
- Memindahkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik.

URAIAN KEGIATAN TIDAK


DILAKUKAN
DILAKUKAN
4. Persiapan alat
- Sarung tangan jika perlu
- Kursi roda
5. Prosedur kerja
a. Atur peralatan dengan tepat
 Rendahkan posisi tempat tidur sampai posisi yang
terendah sehingga kaki klien dapat menyentuh lantai.
Kunci semua roda tempat tidur
 Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat mungkin dengan

123 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


tempat tidur. Kunci semua roda dari kursi roda.
b. Siapkan dan kaji pasien
 Bantu klien pada posisi duduk ditepi tempat tidur
 Kaji klien, apakah mengalami hipotensi postural sebelum
memindahkannya dari tempat tidur
c. Berikan instruksi yang jelas pada klien. Minta klien untuk :
 Bergerak kedepan dan duduk ditepi tempat tidur
 Condongkan tubuh kedepan mulai dari pinggul
 Letakkan kaki yang kuat dibawah tepi tempat tidur,
sedangkan kaki yang lemah berada didepannya
 Letakkan tangan klien diatas permukaan tempat tidur
atau diatas kedua bahu perawat sehingga klien dapat
mendorong tubuhnya sambil berdiri.
d. Siapkan posisi perawat dengan tepat
 Berdiri tepat didepan klien. Condongkan tubuh kedepan,
fleksikan pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Lebarkan
kaki anda dengan satu kaki didepan dan yang lainnya
dibelakang.
 Lingkari punggung klien dengan kedua tangan perawat
 Tegangkan otot gluteal, abdominal, kaki, dan lengan
anda. Siap untuk melakukan pergerakan
e. Bantu klien untuk berdiri, kemudian bergerak bersama –
sama menuju kursi roda
 Dalam tiga hitungan :
a. Minta klien untuk menghentak dengan bagian kaki
belakang, kemudian menuju kaki yang depan,
ekstensikan persendian pada ekstremitas bawah,
dan dorong atau tarik dengan kedua tangan secara
bersamaan
b. Perawat menarik dengan kaki bagian depan, menuju
kaki bagian belakang, ekstensikan persendian pada
ekstremitas bawah dan tarik klien tepat menuju pusat
gravitasi perawat pada posisi berdiri.
 Bantu klien pada posisi tegak beberapa saat
 Bersama – sama memutar atau mengambil beberapa
langkah menuju kursi roda.
f. Bantu klien untuk duduk
 Minta klien untuk :

124 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


a. Membelakangi kursi roda
b. Meletakkan bagian kaki yang kuat dibagian kaki yang
lemah
c. Menjaga kaki yang lainnya tetap berada didepan
d. Meletakkan kedua tangan diatas lengan kursi roda
atau tetap pada bahu perawat
 Berdiri tepat didepan klien. Letakkan satu kaki didepan
dan kaki yang lainnya dibelakang.
 Tegangkan otot gluteal, abdominal dan lengan
 Dalam tiga hitungan :
a. Minta klien untuk menggeser berat tubuhnya dengan
jalan memindahkannya kekaki bagian belakang,
b. Perawat menggeser berat tubuhnya dengan
melangkah kebelakang dengan menggunakan kaki
depan dan dan merendahkan klien sampai diatas
kursi roda
g. Pastikan keselamatan klien.
 Minta klien untuk menggeser duduknya sampai pada
posisi yang paling aman dan nyaman
 Turunkan tatakan kaki, dan letakkan kedua kaki klien
diatasnya.

MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE BRANCART


1. Pengertian
Memindahkan klien dari atas tempat tidur kebrancart atau kereta dorong dengan maksud tertentu
2. Tujuan
- Melaksanakan tindakan perawatan tertentu yang tidak dapat dikerjakan diatas tempat tidur
- Memindahkan klien pada tempat yang baru

URAIAN KEGIATAN TIDAK


DILAKUKAN
DILAKUKAN
3. Persiapan alat
- Brancart atau kereta dorong
- Sarung tangan jika perlu
4. Prosedur kerja
1. Atur tempat tidur untuk persiapan pemindahan klien
 Atur posisi tempat tidur hingga pada posisi yang datar

125 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


dari bagian kepala sampai dengan bagian kaki
 Naikkan ketinggian tempat tidur sehingga posisinya
menjadi lebih tinggi dibandingkan permukaan brancart
 Pastikan bahwa semua roda tempat tidur sudah terkunci
dengan aman
2. Atur posisi klien ditepi tempat tidur dan atur posisi brancart
 Posisikan klien ditepi tempat tidur, tutup dengan selimut
untuk memberikan kenyamanan dan menjaga privasi
 Tempatkan brancart secara parallel disamping tempat
tidur dan kunci semua rodanya.
3. Pindahkan dengan aman ke brancart
 Minta klien untuk memfleksikan leher jika memungkinkan
dan meletakkan kedua tangan menyilang diatas dada
 Dengan bantuan perawat lain, lakukan persiapan untuk
mengangkat klien. Perawat pertama meletakkan kedua
tangan dibagian bawah dada dan leher, perawat kedua
meletakkan kedua tangan dibawah pinggul, dan perawat
ketiga meletakkan kedua tangan dibawah kaki klien.
 Condongkan tubuh kedepan, fleksikan pinggul, lutut dan
pergelangan kaki. Perawat pertama memberikan
instruksi, kemudian angkat klien bersama – sama dari
tempat tidur dan pindahkan ke brancart.
4. Pastikan keamanan dan kenyamanan klien.
 Buat klien merasa nyaman segera naikkan pagar
brancart
 Buka kunci roda klien dan dorong brancart menjauhi
klien.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

126 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PETUNJUK : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom yang tersedia.

NO URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK


DILAKUKAN
a. Fase orientasi
1. Memberikan salam
2. Melakukan evaluasi/validasi
3. Melakukan kontrak waktu
4. Melakukan kontrak tempat
5. Melakukan kontrak topic
b. Fase kerja
1. Melakukan kegaiatn sesuai dengan kontrak topic
pada fase orientasi.

127 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


2. Membina hubungan saling percaya dengan klien
3. Memberikan penjelasan /demonstrasi.
4. Non verbal perawat(kontak mata perawat
bersahabat,sentuhan,posisi tubuh)terapeutik.
c. Fase terminasi
1. Melakukan evaluasi subjektif
2. Melakukan evaluasi objektif
3. Memberikan reinforcement
4. Memberikan tindak lanjut
5. Melakukan kontrak waktu untuk pertemuan yang
akan datang
6. Melakukan kontrak tempat untuk pertemuan yang
akan datang
7. Melakukan kontrak topik untuk pertemuan yang
akan datang
Total score

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

TINDAKAN PENGIKATAN (RESTRAINT)


(Pada 2 ekstremitas)
Petunjuk : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom yang tersedia.

NO URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK


DILAKUKAN
1. Siapkan alat pengekang yang sesuai dan ciptakan
suasana lingkungan yang terapeutik dan tidak

128 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


memprovokasi kemarahan klien.
2 Dekati pasien dengan tenang ;langsung,tidak ragu-ragu
dengan sikap yang tidak menantang.
3 Memberikan salam terapeutik
4 Pegang ekstremitas klien yang terlepas dengan benar
dan kuat secara bersamaan (bila tidak mampu jangan
lakukan sendiri.
5 Menjelaskan secara singkat,sederhana dan berulang-
ulang kepada klien alas an dilakukannya
restraint(bersamaan memegang ekstremitas)
6 Pasang restraint pada ekstremitas dengan tekhnik
yang benar (jenis simpul,tidak terjangkau tangan
klien,tidak mudah terlepas)
7 Longgar tali pengikat 1 jari telunjuk
8 Pastikan sirkulasi darah pada keempat ekstremitas
tetap baik.
9 Sikap dan ucapan perawat tidak menimbulkan
ketidaknyamanan fisik/maupun
emosional(cont:memukul,membentak,mengancam)
10 Informasikan kepada klien perawat akan selalu
mengawasi dan siap membantu segala kebutuhan ADL
klien selama diikat
Total score

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

129 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Petunjuk : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom yang tersedia.

NO URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN


a. Fase orientasi
1 Memberikan salam
2 Melakukan evaluasi/validasi
3 Melakukan kontrak waktu
4 Menjelaskan tujuan kegiatan
5 Menjelaskan aturan permainan.
b. Fase kerja
1 Memberikan contoh sesuai dengan jenis TAK
yang akan dilakukan
2 Melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan
pada fase orientasi.
3 Memberikan kesempatan giliran yang sama
pada pasien.
4 Memberikan reinforcement
5 Memberikan motivasi untuk aktif terlibat dalam
kegiatan.
6 Non verbal perawat(kontak mata perawat
bersahabat ,sentuhan,,posisi tubuh)terapeutik
C Fase terminasi
1 Melakukan evaluasi subjektif
2 Melakukan evaluasi objektif
3 Memberikan reinforcement
4 Memberikan tindak lanjut
5 Melakuakn kontrak kegiatan (TAK) yang akan
dating
6 Salam penutup
Total score

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

130 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


(………………………………

…)

PENYULUHAN KESEHATAN JIWA


Petunjuk : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom yang tersedia.

NO URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK


DILAKUKAN
TAHAP PERSIAPAN
1 Menyusun rencana penyuluhan secara
tertulis
2 Mempersiapkan sasaran/peserta
penyuluhan
3 Mempersiapkan lingkungan
4 Mempersiapkan media
TAHAP PELAKSANAAN
1 Menyampaikan salam
2 Melakukan evaluasi /validasi pada klien
sebelum pelaksanaan penyuluhan.
3 Menyampaikan topic/tujuan/kontrak waktu
4 Melakukan apersepsi
5 Menyampaikan materi penyuluhan dengan
jelas dan menarik.
6 Mengarahkan perhatian pada topic
(focusing).
7 Menggunakan bahasa yang dipahami.
8 Melakukan kontak mata.
10 Memberi kesempatan peserta untuk
bertanya /berkomentar.
11 Memberikan reinforcement.
TAHAP TERMINASI
1 Menyimpulkan isi materi penyuluhan
2 Melaksanakan evaluasi pada akhir

131 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


penyuluhan.
3 Menutup acara penyuluhan /salam penutup.
TOTAL NILAI

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

IMAJINASI TERPIMPIN
Petunjuk : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom yang tersedia.

NO URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK


DILAKUKAN
TAHAP PERSIAPAN
1 Atur lingkungan dengan nyaman,bebas dari
distraksi selama sekitar 20 menit.
2 Persiapan alat:
Music atau alat lain untuk kenyamanan
klien rekaman naskah jika tidak
disampaikan sendiri,bantal,kursi sandaran.
3 Pastikan klien dalam posisi nyaman dan
rileks dan putar audiotape recorder dengan
pelan.
TAHAP PELAKSANAAN
1 Cuci tangan
2 Jelaskan prosedur dan manfaatnya pada
klien.
3 Mulai sesi dengan nafas rileks,pelan,dan
berirama.

132 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


4 Selanjutnya bombing klien menuju situasi
istrahat penuh.
Contoh :
“tutup mata pelan-pelan”
“napas pelan dan berirama”
“silahkan membayangkan ketempat yang
nyaman dan aman”seperti dikaki
gunung,hutan,kebun,pantai atau tempat
khusus.
“tempat ini adalah tempat yang aman dan
special bagimu,setiap saat stress kamu
dapat pergi ketempat ini”.
“bayangkan kamu sedang duduk
didekatnya,mencelupkan kaki ke air
dingin,selanjutnta rasakan kesegarannya
dan dinginnya kakimu.
“relaks ,dan dengarkan suara kicauan
burung,rasakan kesegarannya dan
dinginnya kakimu.”
“relaks,dengarkan suara kicauan
burung,rasakan kehangatan matahari
pandang birunya langit”
“kamu dapat pergi setiap saat”
5 Lihat tanda-tanda relaksasi
,ketegangan,dan emosi.lihat perubahan
bahasa tubuh,ekspresi wajah dan tanda-
tanda kesedihan
6 Bawa kembali klien ke realita.perlahan-
lahan mulai gerakkan tangan,lengan,dan
kaki dan lakukan beberapa kali nafas
dalam,buka mata perlahan-lahan.Yakinkan
bahwa dia aman dan dapat membayangkan
pergi ketempat tersebut kapan saja
diperlukan.
TAHAP TERMINASI
1. Identifikasi perasaan klien untuk
mengetahui efektifitas imajinasi
TOTAL NILAI

133 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

MANAJEMEN STRESS;RELAKSASI PROGRESSIVE


Petunjuk : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom yang tersedia.

NO URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK


DILAKUKAN
TAHAP PERSIAPAN
1 Music atau rekaman suara bantal

134 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


2 Cek adanya masalah medis atau emosional
Area injury akan dirasa tidak aktif.mengetahui
masalah akan membantu efektifitas
intervensi.
TAHAP PELAKSANAAN
1 Cuci tangan
2 Jaga untuk tidak terputus selama 15-30 menit
3 Kurangi cahaya lampu dan putar music pelan-
pelan.
4 Atur posisi klien pada tempat duduk yang
nyaman atau ditempat tidur.gunakan bantal
untuk menopang lengan,buat klien kondisi
hangat.
5 Tutup mata pelan-pelan,anjurkan klien tarik
nafas 3-6 kali,dalam dan rileks.
6 Saat menginstruksikan klien pertahankan
suara lemah lembut.betulkan posisi dan
ketegangan,kemudian lanjutkan secara
perlahan pada segmen berikutnya.
7 Mulai proses penegangan dan relaksasi
sesuai petunjuk,atur tarik nafas dan
hembuskan secara perlahan dengan relaks:
 Wajah,rahang,mulut(kedipkan
mata,dan kerutkan wajah)
 Leher (tarik dagu keleher)
 Tangan kanan(tegangkan siku lalu
relaks)
Tangan kiri genggam lalu relaks.
8 Penghitungan memberikan validitas terhadap
intervensi.
 Lengan kiri (tegangkan siku lalu
relaks)
 Punggung,bahu,chest (angkat bahu
lalu relaks)
 Abdomen(angkat abdomen lalu
relaks)
 Tungkai bawah kanan (cengkramkan
jari-jari atau relaks).

135 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Tungkai atas kiri (tekan kebawah
dengan kuat lalu relaks)
 Tungkai bawah kiri(cengkramkan jari-
jari atau lalu relaks)
9 Dengan ditambah 3-6 x nafas relaks gerakkan
kaki ,tangan,lengan,tungkai,buka mata
kembali dan orientasi diri
TAHAP TERMINASI
1 Tentukan kuantitas masalah misalkan
menggunakan skala nyeri 1-10.penghitungan
memberikan validitas terhadap intervensi
TOTAL NILAI

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

136 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PEMBUATAN SAP PENYULUHAN
A. Health Education (HE)
1. Pengertian
Health Education (HE) merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan.
2. Tujuan :
Memberikan informasi/ latihan kepada masyarakat agar mampu memahami situasi kesehatan
yang dihadapi dan mampu mengambil keputusan dalam memilih cara yag terbaik untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi dan meningkatkan kesehatannya.
a. Peningkatan kesehatan
b. Preventif
c. Kuratif
d. Rehabilitasi
3. Prinsip penyuluh yang efektif
a. Memilih strategi belajar yang tepat
Penyusunan program pengajaran (SAP + Materi) secara tertulis untuk diimplementasikan
b. Penetapan lingkungan belajar yang tepat
1) Persiapan kondisi fisik
 Posisi presenter – klien/ peserta
 Penerangan dan suhu ruangan
 Alat pengeras suara
2) Persiapan kondisi interpersonal
Hubungan antara manusia merupakan hubungan yang terapeutik suportif dan kondusif
menghasilkan interaksi pembelajaran yang berkualitas.
3) Kondisi Organisasi
Aspek administrasi
 Panitia
 Penyusunan jadwal
 Membuat pengumuman
 Persiapan-persiapan : AVA, Poster
4. Pengorganisasian pengalaman belajar

137 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


a. Pengorganisasian materi : Inti proses pembelajaran dan konsep sederhana ke ide / uraian
yang lebih kompleks.
b. Rancangan penyajian sesuai kemampuan peserta dan interval waktu yang cukup untuk
memberi kesempatan peserta menyerap materi.
5. Motivasi partisipasi peserta akan pembelajaran
a. Memberi kesempatan bertanya
b. Meminta pendapat tentang materi.
6. Melakukan evaluasi dan feed back.
Kuis, test, tugas kelompok, mood meter dan check list.
B. Satuan Acara Pengajaran dan Penyuluhan (SAP)
1. Pengertian :
SAP adalah program pengajaran yang merupakan rencana/ rancangan atau kerangka
pengajaran penyuluhan yang akan disampaikan kepada peserta (masyarakat) dalam situasi
interaksi belajar mengajar.
2. Format SAP
SAP Penyuluhan
1. Cabang Ilmu :
2. Topik :
3. Hari/Tanggal :
4. Waktu :
5. Tempat :
6. Sasaran :
7. Metode :
8. Media :
9. Materi :
10. Pemateri :
Tujuan umum :
Tujuan Khusus :
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu

Membuka pengajaran …………………… ………………… (5–10 % ).


Penyajian materi …………………… ………………… (80–90 % ).
Menutup pelajaran …………………… ………………… (10-15 %)

11. Evaluasi
 Objektif test
 Check list
 Mood meter, perfomance test dll.
12. Rujukan/ Kepustakaan
138 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
C. Aktivitas mahasiswa
Setelah mahasiswa membaca dan memahami cara pembuatan SAP penyuluhan kesehatan, maka
diharapkan mahasiswa mampu :
1. Membuat SAP penyuluhan tentang masalah tertentu yang terjadi di masyarakat
Mengaplikasikan / mendemonstrasikan penyuluhan kesehatan di masyarakat sesuai dalam SAP yang
sudah dibuat

PEMBUATAN LEAF LET


A. Dasar Pemahaman :
Defenisi :
Selembar kertas yang berisi tulisan cetak rentang sesuatu masalah khususnya untuk suatu sasaran
dengan tujuan tertentu.
B. Pemanfaatan :
1. Dapat ditempel di papan pengumuman puskesmas, rumah sakit, kantor atau sekolah atau
tempat-tempat lainnya yang mudah untuk dilihat oleh masyarakat umum.
2. Dapat diberikan kepada sasaran setelah penyuluhan
C. Bentuk Leaflet :
1. Tulisan terdiri dari 200-400 huruf dengan tulisan cetak biasanya diselingi dengan gambar-gambar
2. Harus dapat dibaca sekali pandang
3. Usuran biasanya 20 x 30 cm
4. Dapat berupa leaflet tentang imunisasi, penatalaksanaan diare, demam berdarah, pemberian
vitamin A dan lain-lain.
D. Keuntungan :
1. Dapat disimpan lama, bila lupa dapat dibuka kembali
2. Dapat dipakai sebagai bahan rujukan
3. Isi dapat dipercaya karena dicetak dan dikeluarkan oleh instansi resmi
4. Jangkauannya jauh dan dapat membantu jangkauan media lain
5. Jika perlu dapat dicetak ulang
6. Dapat dipakai sebagai bahan diskusi untuk kesempatan yang berbeda.
E. Kerugian :
1. Bila cetakannya kurang menarik, orang akan enggan untuk menyimpannya.
2. Kebanyakan orang malas membacanya, apabila hurufnya terlalu kecil dan susunannya kurang
menarik
3. Tidak dapat digunakan oleh orang yang tidak bisa membaca.
F. Aktifitas Mahasiswa
Setelah mahasiswa membaca dan memahami dasar pemahaman tentang pembuatan leaflet, maka
diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan dalam bentuk nyata tentang pembuatan leaflet
dalam kegiatan ini. Kegiatan selanjutnya :

139 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


1. Mahasiswa membentuk kelompok Kecil yang terdiri dari 4-5 orang sehingga terbentuk 4
kelompok Kecil.
2. Masing-masing kelompok menyiapkan alat tulis menulis yang diperlukan seperti pulpen, pensil,
spidol, kertas ukuran leaflet, penggaris, pewarna kalau ada, dan lainnya yang dianggap perlu.
3. Masing-masing kelompok mendiskusikan tentang topik yang akan disampaikan dalam leaflet
yang akan dibuat seperti tentang Manfaat ASI dan Cara Menyusui yang benar, Penanggulangan
Diare, manfaat Jamban Keluarga, Imunisasi dan Posyandu, dan beberapa topik lainnya.
4. Topik yang telah dipilih selanjutnya didesain oleh masing-masing kelompok secara manual untuk
dibuat sebagai leaflet.
5. Leaflet yang telah jadi selanjutnya dikonsultasikan kepada pembimbing kemudian didesain
secara komputerisasi (dilanjutkan di rumah untuk disempurnakan)
Setelah selesai dikonsultasikan, dikumpulkan kepada pembimbing.
PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA KESEHATAN
A. DASAR PEMAHAMAN :
Pengertian
Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia pada umumnya disebabkan karena faktor
ketidaktahuan dan ketidakmampuan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan sebagai akibat
dari rendahnya status social ekonomi masyarakat terutama pada masyarakat kalangan menengah ke
bawah. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya status kesehatan keluarga dan masyarakat yang
akan mempengaruhinproduktifitas individu, keluarga dan masyarakat sehingga daya beli dan tingkat
pemenuhan kebutuhan hidupnya akan menurun, yang akan berdampak pula pada kemampuan
memperoleh bahan makanan yang memiliki nilai Gizi tinggi, obat-obatan dan pelayanan kesehatan
yang profesional dan nantinya akan mempengaruhi lagi produktifitasnya. Siklus ini akan menjadi
sebuah lingkaran setan. Olehnya itu perlu dipikirkan upaya-upaya yang diharapkan mampu
membantu masyarakat melalui upaya pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Salah satu
upaya yang dapat dipikirkan antar lain melalui pembentukan kelompok kerja kesehatan.
Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES) merupakan statu kelompok kerja yang ada dibentuk
oleh masyarakat yang anggota-anggotanya berasal dari componen yang ada di masyarakat dan
berusaha untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan-permasalahan dalam bidang
kesehatan yang terjadi di masyarakat. Pembentukan kelompok kerja ini beranjak dari pemahaman
bahwa masyarakat bukan hanya sebagai obyek atau sasaran akan tetapi juga sebagai subyek dari
pembangunan termasuk pembangunan di sector kesehatan, di camping itu juga dipahami bahwa
kerjasama melalui kelompok kerja ini mutlak diperlukan untuk memudahkan terlaksananya program-
program kesehatan. Kelompok kerja ini diharapkan menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan
di masyarakat dan menjadi perpanjangan tangan pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dalam melaksanakan program kesehatan.
1. Beri kesempatan agar masyarakat sendiri yang menentukan masalah kesehatan/ keperawatan,
baik yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

140 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


2. Beri kesempatan agar masyarakat sendiri yang membuat analisa dan menyusun perencanaan
penanggulangan masalah.
3. Beri kesempatan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk melaksanakan
perbaikan dalam bidang kesehatan.
4. Dalam prosesnya, sedapat mungkin digali sumber-sumber daya yang ada di dalam masyarakat
sendiri dan kalau betul-betul diperlukan dapat dimintakan dari luar.
B. Prinsip-prinsip Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat
1. Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat
2. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat
3. Dalam melaksanakan kegiatan harus selalu diberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan
agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya.
4. Selama proses, petugas harus bersedia mendampingi masyarakat dengan mengambil fungís
sebagai katalisator untuk mempercepat proses.
C. Operasional Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES)
Pembentukan kelompok kerja kesehatan juga merupakan salah satu komponen yang semestinya
terealisasi pada fase pengorganisasian (tahap II) dari fase-fase pengorganisasian masyarakat yang
sebenarnya telah harus dipikirkan sewaktu tahap persiapan. Adapun kerangka pembentukan
POKJAKES sebagai berikut :
1. Pengenalan dengan masyarakat setempat baik melalui jalar tokoh-tokoh formal maupun tokoh-
tokoh informal
2. Interaksi dan interelasi dengan masyarakat untuk mengenal masalah kesehatan misalnya melalui
survey masalah kesehatan.
3. Musyawarah masyarakat dusun/ rembuk dusun dengan melibatkan elemen-elemen yang ada di
dusun termasuk puskesmas. Pada pertemuan ini yang dibahas antara lain :
a. Permasalahan kesehatan di dusun
b. Penyusunan program penanggulangan dan bentuk kerja sama yang akan dilakukan
c. Pembentukan POKJAKES tingkat dusun dan struktur organisasinya
d. Hal lain yang dianggap penting.
4. Musyawarah Masyarakat Desa/ Kelurahan atau lokakarya mini kesehatan atau rembuk desa/
kelurahan dengan melibatkan elemen-elemen yang ada di desa termasuk puskesmas. Pada
pertemuan ini yang dibahas antara lain :
a. Permasalahan kesehatan masing-masing dusun
b. Penyusunan program penanggulangan dan bentuk kerjasama yang akan dilakukan.
c. Pembentukan POKJAKES tingkat desa/ kelurahan.
5. Pengesahan Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES) oleh Lurah atau pemerintah daerah.
6. Pembinaan POKJAKES.

D. Kegiatan Mahasiswa :

141 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Setelah memahami tentang pembentukan POKJAKES, maka diharapkan mahasiswa mampu
mengaplikasikan dalam bentuk kegiatan simulasi pembentukan POKJAKES. Dalam kegiatan ini
Sangat diharapkan partisipasi aktif mahasiswa dalam memainkan peran untuk menghidupkan
kegiatan simulasi ini. Kegiatan selanjutnya adalah :
1. Mahasiswa membentuk 2 kelompok kecil, satu kelompok sebagai provider/mahasiswa dan
selanjutnya disebut kelompok provider dan kelompok lainnya sebagai elemen masyarakat
(Kadus, kader kesehatan, Kepala Puskesmas, PKK/Ketua Dasawisma, kelompok
pemuda/pemudi dan elemen lainnya) dan disebut sebagai kelompok masyarakat.
2. Kelompok provider melakukan peran sebagai provider / mahasiswa untuk mengorganisir
kelompok masyarakat untuk membentuk POKJAKES tingkat dusun.
3. Setelah kegiatan tersebut terlaksana, kedua kelompok bertukar posisi. Kelompok provider /
mahasiswa berubah menjadi kelompok masyarakat demikian pula sebaliknya.
4. Kelompok provider / mahasiswa akan mengorganisir pembentukan POKJAKES tingkat desa/
lurah.
Masing-masing kelompok membuat laporan pelaksanaan kegiatan.

POSYANDU BALITA

A. Tujuan
Tujuan mempelajari posyandu balita :
1. Untuk mengetahui program yang ada di Posyandu
2. Melaksanakan kegiatan bulanan Upaya Pelayanan Gizi Keluarga (UPGK) di dalam Posyandu
3. Memahami dan dapat mempraktekkan cara pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
4. Mengerti alur tindakan berdasarkan hasil timbangan.
Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, anak dan balita dan anega kelahiran dalam
Pelita IV telah dikembangkan pendekatan pendekatan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
keberhasilan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam Pelita IV dengan cara membina
masyarakat utnuk berusaha menolong mereka sendiri dalam melaksanakan 5 program prioritas yang

142 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


mempunyai dampak besar dalam menurunkan angka kematian bayi balita dan menurunkan angka
kelahiran.
5 (lima) program yang dimaksud adalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana
(KB), gizi, Imunisasi dan penanggulangan Diare. Dalam melaksanakan posyandu balita untuk
mengetahui dan memantau pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dapat dilihat pada kartu
Menuju Sehat (KMS). KMS untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah hinggá dapat
digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan
oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi Posyandu atau fasilias
pelayanan kesehatan termasuk bidan dan dokter.
B. Manfaat
Manfaat KMS balita adalah :
1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi
: pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan immunisasi, penanggulangan diare, pemberian
kapsul vitamin A, Kondisi kesehatan, pemberaian ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI.
2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
3. Sebagai sarana comunitas yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan
dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
C. Hal-hal yang perlu diperhatikan
KMS balita dapat berguna, apabila memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita di lakukan setiap bulan
2. Semua kolom isian diisi dengan benar
3. Semua keadaan kesehatan dan gizi anak dicatat.
4. Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS balita
5. Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil penimbangan
6. Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya dan dilakukan tindakan yang
sesuai.
7. Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang dan hasil
penimbangan di catat dalam KMS.
8. KMS balita disimpan oleh Ibu dan dibawa setiap kali mengunjungi Posyandu atau fasilitas
pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.

Bagaimana cara memantau pertumbuhan Balita ? Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap
bulan ditimbang hasil penimbangan di catat di KMS, dan antara titik berat KMS dari hasil
penimbangan bulan lau dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis.
1. Balita naik berat badannya, bila :
a. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna
b. Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna di atasnya.
2. Balita tidak naik berat badannya, bila :
a. Garis pertumbuhannya turun atau
143 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
b. Garis pertumbuhannya mendatar
c. Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah-pindah ke pita warna dibawahnya.
3. Berat badan balita di bawah garis merah, artinya :
Balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus sehingga harus langsung
dirujuk ke Puskesmas/ rumah sakit.
4. Berat badan Balita 3 (tiga bulan) berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami
gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ rumah sakit.
5. Balita tumbuh baik : bila garis berat badan naik setiap bulannya.
Balita sehat : bila berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna
di atasnya.
Contoh Format
Pre Planning Pertemuan
Desa………………………………………………..
Stikes Panrita Husada Bulukumba
Kabupaten Bulukumba

A. Latar Belakang
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………
B. Tujuan Umum
1. …………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………..dst
C. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan pertemuan,diharapkan ;
1. …………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………..dst
D. Sasaran & Target
1. Sasaran
…………………………………………………………………………………………
2. Target
144 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
…………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………..dst
E. Strategi Pelaksanaan
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
F. Waktu & Tempat
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
G. Alat & Media
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
H. Setting Tempat
(Protokol,moderator, fasilitator,penanggung Jawab,peserta……………….dst)
I. Susunan Acara
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………
J. Uraian Tugas
………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………

NOTULEN PERTEMUAN
HARI/TANGGAL :
PUKUL :
TEMPAT :
ACARA :……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
A. PERSIAPAN

145 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


1. …………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
4. …………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
5. …………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
B. PELAKSANAAN
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Mengetahui
Ketua Notulen

………… ………………………….

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


I. Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS)
A. Pengertian
Adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial

146 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mampu meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Klen mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
e. Klien mampu memyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain
f. Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah
dilakukan.
C. Aktivitas kemampuan sosialisasi klien.
Aktivitas TAKS dilakukan sebanyak tujuh (7) sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien
D. Indikasi
Klien dengan gangguan hubungan sosial ;
1. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
2. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus.
E. Pelaksanaan TAKS ; Sesi I
Dilaksanakan
NO Aspek yang dinilai Ya Tidak Ket
1 Menjelaskan Tujuan ;
Klien memperkenalkan diri dengan menyebutkan ;
Nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
2 Setting
 Klien dan terapisduduk bersama dalam
lingkaran
 Ruangan nyaman dan tenang
3 Persiapan Alat
 Tape Recorder
 Kaset ; “Marilah Kemari” (Titiek Puspa)
 Bola Tenis
 Buku catatan dan pulpen
 Jadwal kegiatan Klien
 Name tage
 Kertas karton manila
 Spidol
4 Menjelaskan Metode

147 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Dinamika kelompok
 Diskusi dan tanya jawab
 Bermain peran /stimulasi
5 Persiapan
a. Memilih pasien sesuai indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Fase Orientasi
6 Memberi salam terapeutik ; salam dari terapi
7 Evaluasi / validasi ; menanyakan perasaan klien saat
8 Kontrak ; Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
memperkenalkan diri
9 Menjelaskan aturan main, yaitu
 Jika ada klien yang akan meninggalkan
kelompok harus meminta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
Fase Kerja
10 Menjelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape
recorder akan dihidupkan serta bola diedarkan
berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu ke arah
kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota
kelompok yang memegang bola memperkenalkan
dirinya dengan menyebutkan ;salam, nama
lengkap,nama panggilan, asal dan hobby, dimulai
oleh terapis sebagai contoh.
11 Menghidupkan kembali kaset pada tape recorder dan
edarkan bola tenis berlawanan dengan arah arum
jam
12 Menulis nama panggilan pada name tag dan
tempelkan
13 Mengulangi kegiatan diatas sampai semua anggota
kelompok mendapat giliran
14 Memberi pujian untuk tiap keberhasilan anggota klp
dg memberi tepuk tangan
Fase terminasi
15 Melakukan evaluasi ; menanyakan perasaan setelah

148 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


TAKS dan memberi pujian atas keberhasilan klp
16 Membuat rencana tindak lanjut
 Menganjurkan tiap anggota klp melatih
memperkenalkan diri pd orang lain di dalam
kehidupan sehari-hari
 Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri
pada jadwal kegiatan harian klien
17 Membuat kontrak yg akan datang
 Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu
berkenalan dg anggota klp.
 Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi
18 Kemampuan klien memperkenalkan diri secara
verbal (menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi) dan kemampuan non
verbal (kontak mata, duduk tegak, menggunakan
bahasa tubuh yang sesuai, mengikuti kegiatan dari
wala sampai akhir)
Dokumentasi
19 Mendokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien
ketika TAKS pd catatan proses keperawatan klien

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

149 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ; STIMULASI PERSEPSI
A. Pengertian
Adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dan pengalaman dan /
atau kehidupan untuk di diskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mampu untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus
kepadanya.
2. Tujuan khusus
a. Klien mampu mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat.
b. Klien mampu menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.
C. Aktivitas
Aktivitas dibagi dalam empat bagian ;
1. TAK Stimulasi Persepsi Umum ; yaitu memepersepsikan stimulus nyata sehari-hari berupa
aktivitas menonton TV, membaca majalah / koran / artikel dan melihat gambar.
2. TAK Stimulasi Persepsi ; Perilaku kekerasan (PK) ; yaitu mempersepsikan stimulus nyata
dan respons yang dialami dalam kehidupan sehari-hari berupa aktivitas mengenal PK yang
biasa dilakukan (penyebab, tanda & gejala, PK, akibat PK), mencegah PK melalui kegiatan
fisik, mencegah PK melalui interaksi sosial asertif, mencegah PK melalui kepatuhan minum
obat, mencegah PK melalui kegiatan ibadah.
3. TAK Stimulasi Persepsi ; Halusinasi ; yaitu mempersepsikan stimulus yang tidak nyata dan
respons yang dialami dalam kehidupan berupa aktivitas mengenal halusinasi, menghardik
halusinasi, mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap, mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
4. TAK Stimulasi Persepsi ; Harga Diri Rendah (HDR) ; yaitu mempersepsikan stimulus nyata
yang mengakibatkan harga diri rendah berupa aktivitas mengidentifikasi aspek penyebab
HDR dan aspek positif yang dimiliki, melatih kemampuan yang dapat digunakan di Rs dan di
rumah.
D. Indukasi
1. TAK Stimulasi Persepsi Umum ; yaitu klien gangguan sensori persepsi dan klien menarik diri
yang telah mengikuti TAKS.
2. TAK Stumulasi Persepsi ; Perilaku Kekerasan ; yaitu klien perilaku kekerasan yang telah
kooperatif.

150 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


3. TAK Stimulus Persepsi ; Halusinasi ; yaitu klien halusinasi
4. TAK Stimulus Persepsi ; Harga Diri rendah ; yaitu klien gangguan konsep diri ; harga diri
rendah.

E. Pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi ; Halusinasi ; Sesi I

NO Aspek yang Dinilai Dilaksanakan


Ket.
Ya Tidak

1. Menjelaskan Tujuan ;
Klien mampu mengenal halusinasi, waktu
terjadinya, mengenal perasannya pada saat
2. terjadi halusinasi.
Setting
 Klien dapat terapis duduk bersama
3. dalam lingkaran
 Ruangan nyaman dan tenang
Persiapan Alat
 Spidol
4.  Papan nana / Name Tag
 Papan Tulis / Whiteboard / flipchart
Menjelaskan Metode
5.  Diskusi dan Tanya jawab
 Bermain peran / simulasi
Persiapan
 Memilih pasien sesuai indikasi
 Membuat kontrak dengan klien
6.  Mempersiapkan alat dan tempat
7. pertemuan

151 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Fase Orientasi
Memberi salam terapeutik ; salam dan
8. terapis
Memperkenalkan nama dan panggilan
terapis (pakai papan nama)
9. Menanyakan nama dan panggilan semua
klien (beri papan nama)

10. Evaluasi / validasi ; menanyakan perasaan


klien saat ini

11. Kontrak ; Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu


mengenal suara-suara yang didengar

Menjelaskan aturan main, yaitu :


 Jika ada klien yang akan
meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada anak
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.
12.
Fase Kerja

Menjelaskan kegiatan, yaitu mengenal suara-


suara yang didengar (halusinasi) tentang
13. isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya
dan perasaan klien pada saat terjadi.

Meminta klien untuk menceritakan isi


halusinasi, kapan terjadinya, situasi
pencetusnya, dan perasaan klien saat terjadi
halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah
kanan, secara berurutan sampai semua klien
14. mendapat giliran. Hasilnya ditulis di
whiteboard.

15. Memberi pujian pada klien yang melakukan

152 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


dengan baik

Menyimpulkan isi, waktu terjadi, situasi


pencetus dan perasaan klien dari
halusinasinya
16.
Fase Terminasi

Melakukan evaluasi ; menanyakan perasaan


17. setelah TAK dan memberi Pujian atas
keberhasilan kelompok

Membuat rencana Tindak lanjut ;


 Meminta klien untuk melaporkan isi,
. waktu, situasi, dan perasaannya jika
terjadi halusinasi
Membuat kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK berikutnya, yaitu
cara mengontrol halusinasi
 Menyepakati waktu dan tempat
pelaksanaan
Evaluasi
Kemampuan klien mengenal isi halusinasi,
situasi terjadinya halusinasi dan perasaan
saat terjadinya halusinasi
Dokumentasi
Mendokumentasikan kemampuan yang
dimiliki

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

153 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


TERAPI BERMAIN

TERAPI BERMAIN

1. Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dirinya yang tidak disadari (Wong:
1991)
2. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya
PENGERTIAN tanpa mempertimbangkan hasil akhirnya (Hurlock: 1978)
3. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan dalam mengatasi konflik dari dalam
dirinya yang tidak disadari serta dengan keinginan sendiri ubtuk memperoleh kesenangan
(Roster: 1987)
TUJUAN 1. Meminimalisir tindakan perawatan yang traumatis

154 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


2. Mengurangi kecemasan
3. Membantu mempercepat penyembuhan
4. Sebagai fasilitas komunikasi
5. Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery
6. Sarana untuk mengekspresikan perasaan
Dilakukan di Ruang rawat inap, Poli tumbuh kembang, Poli rawat jalan dan Tempat
KEBIJAKAN
penitipan anak
PETUGAS Perawat
1. Pasien dan keluarga diberitahu tujuan bermain
2. Melakukan kontrak waktu
PERSIAPAN
3. Tidak ngantuk
PASIEN 4. Tidak rewel
5. Keadaan umum mulai membaik
6. Pasien bias dengan tiduran atau duduk, sesuai kondisi klien
1. Rancangan program bermain yang lengkap dan sistematis
PERALATAN
2. Alat bermain sesuai dengan umur/jenis kelamin dan tujuan
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan kontrak waktu
2. Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan umum membaik/kondisi
yang memungkinkan)
3. Menyaiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
PROSEDUR 1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain
PELAKSANAAN2. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri atau dibantu
3. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
4. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
5. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak saat bermain
6. Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan/dibuatnya
7. Menanyakan perasaan anak setelah bermain
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan
D. Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
1. Berpamitan dengan pasien
2. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula

155 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


3. Mencuci tangan
4. Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta keluarga kegiatan dalam lembar
catatan keperawatan dan kesimpulan hasil bermain meliputi emosional, hubungan inter-
personal, psikomotor dan anjuran untuk anak dan keluarga

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

SAP TERAPI BERMAIN

156 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Usia Prasekolah

Tujuan : Mengoptimalkan tingkat perkembangan anak

Tempat : Ruang Anggrek RSUD Kota Yogyakarta.

Waktu : Jumat, 27 Agustus 2008 selama 35 menit (jam 09.30 s.d 10.05).

Sasaran :1. Klien”An. F” umur 3 tahun

2. Klien “An.R” umur 5 tahun

Metode : 1. Ceramah

2. Bermain bersama

Media : 1. Lembar gambar

2. Pasel, Bola

Pembagian tugas kelompok :

Pemandu : Rosidah, S.Kep

Notulis : Dwi Rusdiyatmi, S.Kep

Fasilitator : Adang, S.Kep

PENDAHULUAN:

Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode
bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan emosinya.

Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya
karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam
bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih
mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang
mendapat kesempatan bermain.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 35 menit, anak diharapkan bisa merasa tenang selama
perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman
selama dirawat dirumah sakit.

157 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :

1. Bisa merasa tenang selama dirawat.

2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat

3. mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat

Rencana Pelaksanaan :

No Terapis Waktu Subjek terapi

1 Persiapan 10 menit Ruangan,alat,anak dan keluarga


siap
a. Menyiapkan ruangan.
b. Menyiapkan alat-alat.
c. Menyiapkan anak dan keluarga
2 Proses :

a. Membuka proses terapi bermain 2 menit


dengan mengucap kan salam,
memperkenalkan diri.
b. Menjelaskan pada anak dan
keluarga tentang tujuan dan manfaat 5 menit Menjawab salam, Memperkenalkan
bermain, menjelaskan cara diri, Memperhatikan
permainan.
c. Mengajak anak bermain .
10 menit
d. Mengevaluasi respon anak dan
keluarga. 3 menit

Bermain bersama dengan antusias


dan mengungkapkan perasaannya

3 Penutup (1 menit). 5 menit Memperhatikan dan menawab salam

Menyimpulkan, mengucapkan salam

158 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


MATERI TERAPI BERMAIN

KEUNTUNGAN BERMAIN
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

MACAM BERMAIN

1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat
oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan
kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan
ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya.
Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.

159 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila
terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
1. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain.
2. Tidak ada variasi dari alat permainan.
3. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4. Tidak mempunyai teman bermain.
ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna
untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang
pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh
alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll.
Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak,
keluarga dan masyarakat
Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali,
dll.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang
lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

BENTUK- BENTUK PERMAINAN


1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
160 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang
menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah
pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar,
buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan
warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f. Bola.
161 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai
terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar &
tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
6. Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat olah raga.
b. Alat masak
c. Alat menghitung
d. Sepeda roda tiga
e. Benda berbagai macam ukuran.
f. Boneka tangan.
g. Mobil.
h. Kapal terbang.
i. Kapal laut dsb
7. Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
a. Pada anak laki-laki : mekanik.
b. Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
8. Usia Praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok)
Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni, mengarang, hobi, video
games, permainan pemecahan masalah.
9. Usia remaja
162 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.
KETIKA ANAK MASUK RAWAT INAP
Tujuan kegiatan :
1. Memberi informasi.
2. Memicu normalisasi.
3. Menggunakan sistem pendukung yang dikenal.
4. Mengidentifikasi teknik koping.
Contoh kegiatan :
1. Mendesain tanda selamat datang.
2. Memicu orang tua mengisi angket mengenai ritual anak.
3. Memicu orang tua membawa foto dan mainan.
4. Memberi daftar kegiatan rumah sakit.
5. Proaktif melakukan permainan.
Kegiatan untuk kesadaran dan citra diri
Tujuan kegiatan : meningkatkan pengetahuan tentang bagian tubuh internal dan eksternal, fungsi
tubuh dan penerimaan akan tubuhnya.
Kegiatan :
1. Belajar tentang bagian tubuh luar.
2. Belajar tentang bagian tubuh dalam.
3. Belajar tentang fungsi tubuh.
4. Belajar menerima tubuh.
EVALUASI
Peserta terapi bermain mampu:
1. Menyebutkan nama permainan
2. Menata pasel dalam bentuk rumah
3. Membedakan warna dan bentuk pasel
4. Bermain bola pasel
5. Menulis dan mengambar
6. Merasa senang,tenang terkait hospitalisasi.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

163 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

A. Ambulasi,

adalah kemampuan pasien untuk tetap aktiv secara fisik dan bergerakdalam mempertahankan

kesehatan dan kesejahteraannya.

B. Prinsip ambulasi untuk pasien.

Mekanik tubuh penting bagi perawatan dan klien. Hal ini mempengaruhi kondisi

kesehatan mereka. Mekanik tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan

mencegah kecacatan.Gaya berat dan friksi dapat

mempengaruhigerak tubuh. Jika digunakan dengan benar kekuatan ini dapat meningkatkan

Efisiensi kerja perawat .

Prinsip prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat dalam membantu pasien dalam ambulasi

adalah sebagai berikut :

1. Ketika merencanakan untuk memindahakan pasien, atur untuk bantuan yangadekuat

2. Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi.

3. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan-Jaga punggung,

leher, pelvis dan kaki lurus. Cegah terpelintir.

4. Fleksikan lutut, buat kaki tetap lebar.-Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek diangkat)

5. Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung)

6. Tarik klien kearah penarikannya menggunakan sprei.

164 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


7. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan

bergerak.Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengandipimpin

seseorang dengan menghitung sampai tiga.

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

MEMBANTU KLIEN MENGGUNAKAN WALKER

A. PENGERTIAN WALKER
Walker adalah alat bantu ambulasi yang sangat ringan, dan dapat dibawa kemana-mana,
tingginya kira-kira setinggi pinggang, terbuat dari metal disertai adanya pegangan, punya empat kaki
dan terdapat satu bagian sisi yang terbuka.
B. TUJUAN
Menyokong tubuh klien dengan stabilitas & keamanan lebih besar dibandingkan alat bantu
lainnya.Dipilih untuk orang-orang yang memiliki kelemahan pada ekstremitas atas & bawah,
biasanya digunakan pada orang tua yang memiliki arthritis, atau penyakit neuromuscular.
URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK
DILAKUKAN
C. PERSIAPAN ALAT
1. Alat bantu berjalan (walker)
2. Lingkungan untuk tempat latihan
D. PERSIAPAN PASIEN
1. Kesiapan mental dan fisik pasien
2. Dukungan keluarga pasien
E. PROSEDUR

165 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Bantu klien berdiri ditengah walker
4. Minta pasien untuk meletakkan tangannya pada pegangan
walker & instruksikan untuk memegang handgrip
denganpegangan yang kuat.
5. Angkat walker, pindahkan 15-20 cm kedepan, pasti keempat
kaki walker telah bertumpu pada lantai
6. Kaki klien juga melangkah kedepan dengan kaki secara
bergantian, pertahankan langkah yang seimbang, yakinkah
keseimbangan& ulangi langkah tersebut dengan mengangkat
walker kembaliJika klien mengalami kelemahan unilateral (
kaki), setelah walker digerakkan maju, instruksikan klien
untuk melangkah maju dengan kaki yang lemah, didukung
dengan kedua lengan,dan diikuti dengan kaki yang sehat.
7. Jika pasien mengalami hemiplegia/hemiparese, berdiri
disamping sisi tubuh yang sehat. Kemudian dukung pada
bagian panggul & bahu klien 6. Lakukan beberapa langkah
kedepan bersama klien. Lalu kaji kekuatan & keseimbangan.
Memberikan dasar sokongan antara walker dan klien.
Mempertahankan kontak yang konstan, mengurangi resiko
jatuh. Memastikan klien memiliki kekuatan & keseimbangan
yang baik untuk melanjutkan latihani
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
9. Catat tindakan dan respons pasien.
F. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Observasi klien saat menggunakan alat bantu walker
2. Rasa ketidaknyamanan yang dirasakan klien setelah
melakukan latihan
3. peningkatan HR,TD,RR atau sesak setelah ambulasi

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)
166 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
PROTAP PENGATURAN POSISI
A. Pengertian
Adalah cara berbaring dengan berbagai posisi tertentu ditempat tidur, meja pemeriksaan atau
meja operasi dengan maksud tertentu.
B. Tujuan
1. Memberikan rasa nyaman
2. Membantu pasien untuk memudahkan tindakan perawatan, tindakan pemeriksaan dan
pengobatan
C. Macam – macam posisi berbaring
1. Duduk / setengah duduk ( flower / setengah flower)
2. Sim
3. Trendelemburg

167 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


4. Dorsal Recumbent
5. Lithotomi
6. Genu Pectoral atau knee chest
POSISI SEMI FLOWER
A. Pengertian
Posisi semi flower adalah cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk.
B. Tujuan
1. Mengurangi sesak nafas
2. Memberikan rasa nyaman
3. Membantu memperlancar keluarnya cairan misalnya pada Water Seal Drainage ( WSD )
4. Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
C. Dilakukan Pada :
1. Pasien sesak nafas, asma, jantung dan sejenisnya
2. Pada pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik atau bila pasien sudah benar – benar sadar

DILAKUKA TIDAK
URAIAN KEGIATAN DILAKUKA
N
N
D. Persiapan
1. Alat :
a. Sandaran punggung atau bantal
b. Bantalan atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu
c. Tempat tidur khusus ( fungsional bed ) bila ada
2. Pasien :
Pasien diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
E. Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
2. Pasien didudukkan, sandaran punggung atau bantal diletakkan
dibelakang punggung klien atur sampai posisi duduk / setengah
duduk dan bantal disusun sesuai kebutuhan
3. Pada tempat khusus (functional bed) pasien dan tempat tidurnya
langsung diatur setengah duduk, dibawah lutut ditinggikan sesuai
kebutuhan, kedua lengan ditopan bantal.
4. Pasien dirapikan

F. Hal – hal yang harus diperhatikan


1. Perhatikan keadaan pasien
2. Bila posisi pasien berubah, harus segera dibetulkan
3. Khusus untuk pasien pasca bedah dilarang meletakkan bantal dibawah lutut.

168 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


POSISI SIM
A. Pengertian
Membaringkan pasien dalam posisi miring dan setengah telungkup untuk maksud tertentu.
B. Tujuan
Membantu pasien untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau pemberian hukna
atau obat – obatan lain melalui anua.
TIDAK
DILAKUKA
URAIAN TUGAS DILAKUKA
N
N
C. Persiapan
1. Alat : sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan (mis:
pemberian huknah)
2. Pasien : diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
D. Prosedur kerja
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Pasien berbaring kemudian dimiringkan kekiri dengan posisi
badan setengah telungkup sedangkan kaki kiri lurus, lutut dan
paha kanan ditekuk serta ditarik kearah dada sementara tangan
kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan
diatas tempat tidur.

POSISI TRENDELEMBURG
A. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari paha kaki.
B. Tujuan
Melancarkan peredaran darah ke otak.
C. Dilakukan Pada :
1. Pasien shock
2. Pasien yang dipasang skin traksi pada kakinya
TIDAK
URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN DILAKUKA
N
D. Persiapan
Alat
1. Balok penopang kaki tempat tidur
2. Bantal
3. Tempat tidur khusus, bila ada

169 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Pasien :
Pasien diberi penjelasan tentang hal – hal yang akan dilakukan
E. Prosedur kerja
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
2. Tempat tidur dibagian kaki ditinggikan dengan baik
3. Pasien dibaringkan terlentang tanpa bantal dan dibawah lipatan
lutut diberi bantal.
4. Diantara kepala pasien dan ujung tempat tidur

POSISI DORSAL RECUMBENT


A. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi terlentang dengan lutut ditekuk dan telapak kaki menapuk
diatas tempat tidur sedangkan kedua belah kaki direnggangkan.
B. Tujuan
1. Mempermudah tindakan pemeriksaan dan perawatan pada daerah genetalia
2. Mempermudah proses persalinan pada pasien yang akan bersalin
TIDAK
DILAKUKA
URAIAN KEGIATAN DILAKUKA
N
N
C. Persiapan
Alat
1. Tempat tidur atau meja operasi, atau meja pemeriksaan
2. Selimut
Pasien :
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
D. Prosedur kerja
1. Pasien berbaring terlentang dan pakaian bawah dibuka
2. Lutut ditekuk paha direnggangkan dan telapak kaki menapak pada
tempat tidur

E. Perhatian
1. Perhatikan keadaan pasien
2. Hindarkan terjadinya bahaya jatuh
3. Hindarkan tindakan yang menimbulkan rasa malu dan lelah pada pasien serta tetap menjaga
kesopanan

POSISI LHITOTOMI

170 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


A. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi terlentang dengan kedua paha diangkat dan ditarik kearah perut
sedangkan tungkai bawah membuat sudut 90º terhadap paha.
B. Tujuan
1. Memudahkan tindakan pemeriksaan daerah genetalia
2. Memudahkan proses persalinan
3. Memudahkan pemasangan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
TIDAK
DILAKUKA
URAIAN KEGIATAN DILAKUKA
N
N
C. Persiapan
Alat
 Tempat tidur khusus pemeriksaan kebidanan (Gynaecology bed)
 Selimut dan kain penutup
Klien :
Klien diberi penjelasan tentang hal - hal yang akan dilakukan

D. Hal – hal yang harus diperhatikan


 Perhatikan keadaan umum pasien
 Hindarkan tindakan yang menimbulkan rasa malu dan lelah pada pasien, serta menjaga
kesopanan.

POSISI GENU PECTORAL (Knee-Chest)


A. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi menungging, kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada
kasur.
B. Tujuan
1. Mempermudah tindakan pemeriksaan daerah rectum dan sigmoid
2. Membantu merubah letak kepala janin, pada pasien dengan kemahilan sungsang
TIDAK
DILAKUKA
URAIAN TUGAS DILAKUKA
N
N
C. Persiapan
Klien diberi penjelasan tentang hal - hal yang akan dilakukan
D. Prosedur Kerja
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
2. Bantal disingkirkan dari tempat tidur
3. Pasien harus menungging

171 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


4. Pakaian bagian bawah dibuka bila perlu

E. Hal – hal yang harus diperhatikan


Hindarkan tindakan yang menimbulkan rasa malu dan lelah pada pasien serta tetap menjaga
kesopanan.

POSISI LATERAL (SIDE LYING )


A. PENGERTIAN
Posisi lateral adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi bagain tubuh dengan kepala.menoleh
ke samping
B. TUJUAN
 Mengurangi lordosis dan meningkatkan kelurusan punggung yang baik.
 Baik untuk posisi tidur dan istirahat.
 Membantu menghilangan tekanan pada sakrum dan tumit
TIDAK
DILAKUKA
URAIAN KEGIATAN DILAKUKA
N
N
C. PERSIAPAN
 Mengidentifikasi pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Menyiapkan lingkungan pasien
D. PERSIAPAN ALAT
 Tepat tidur
 Bantal kecil
 Gulungan handuk
 Sarumg tangan (jika di perlukan)
E. PROSEDUR KERJA
 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan,jika di perlukan
 Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
 Gulingkan klien hingga posisinya miring
 Letakkan bantal di bawah kepala dan leher klien
 Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh
tidak menopang pada bahu tersebut
 Letakkan bantal di bawah lengan atas
 Letakkan bantaldi bawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas
bertumpu secara parareldengan permukaan tempat tidur
 Letakkan bantal guling di belakang punggung klien untuk

172 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


menstabilkan posisi
 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
 Dokumentasikan tindakan
F. HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN
 Perawat harus mengetahui tehnik mobilisasi yang benar
 anyakan pada dokter tentang indikasi dan kebiasaan di lakukan
mobilisasi

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

(………………………………

…)

173 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL

1. Pengertian
Adalah melakukan pengumpulan data, pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan simetris dan
menggunakan metode infeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dengan menggunakan alat – alat
pemeriksaan dengan tepat yang mencakup :
1. Tanda – tanda vital
2. BB/TB
3. Ukur system pernafasan, kardiovaskuler dan pencernaan
4. TFU, bagian bawah samping dan masuknya kepala (Leopold I - IV)
5. Letak kepala
6. Denyut jantung janin
7. Kondisi abdomen, vulva dan vagina
8. Kondisi mammae
9. Kondisi ekstremitas
2. Tujuan
a. Persiapan pasien
 Identifikasi klien
 Pendekatan dan pemberitahuan tujuan palpasi
 Menganjurkan klien untuk BAK bila kandung kemih penuh
 Klien berbaring dengan 1 bantal pada ruangan tersedia, pasang sampiran cahaya cukup
b. Persiapan alat
 Stetoskop monoaural (Lenek) jam dan detik
 Pita cm
 Jangka pengukur panggul luar
 Alat untuk mencatat
DILAKUKA TIDAK
URAIAN KEGIATAN PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL
N DILAKUKAN
3. Pelaksanaan
Sebelum dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu, ukur tanda –
tanda vital, BB dan TB ibu
1. Inspeksi

174 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


a. Daerah kepala : kebersihan, kerontokan dan kutu
b. Daerah muka : chloasma gravidarium, sclera dan
conjunctiva mata, udem pada muka, bibir, lidah
c. Leher : bendungan vena jugularis, kelenjar tiroid
d. Dada : bentuk simetris, pigmentasi, putting susu,
colostrums
e. Perut : membesar kedepan kesamping, keadaan pusat,
pigmentasi, gerakan janin, kontraksi, rahim, striae, bekas
operasi
f. Vulva : varises, tanda – tanda chdwick, condylomata,
flouralbus, kebersihan dan keadaan perineum
g. Tungkai bawah : varices, udem muka.
2. Palpasi
 Ibu disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit
lebih tinggi dengan memakai bantal, tungkai sedikit
ditekuk
 Perawat berdiri di sebelah kanan ibu hamil
 Lakukan palpasi bimanual Leopold
Leopold I
Tujuan : untuk menentukan beberapa tinggi fundus uteri.
 Perawat mencuci tangan
 Berdiri disebelah kanan dan menghadap klien
 Membuka pakaian didaerah perut dan
memperhatikan keadaan dinding perut, bentuk,
striae gravidarium, linea alba, bentuk pusat,
kontraksi uterus dan gerakan anak.
 Dengan kedua tangan uterus ditengahkan sambil
memberi tahu agar melemaskan diri dengan
bernafas panjang
 Ukur dengan pita cm atau dengan jari tangan dan
tentukan bagian yang terdapat pada fundus uteri.
 Bandingkan hasil pengukuran TFU dan HPHT
 Pada kehamilan 16 – 20 minggu, cara : menentukan
kedua tangan pada kedua sisi uterus, tangan yang
lain menekan kembali
 Rasakan apakah kantung janin menyentuh tangan
yang lain dan memantul kembali pada tangan yang
pertama.

175 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Catat hasil pemeriksaan
Leopold II
Tujuan : untuk menetukan letak punggung bayi
Sikap perawat sama dengan Leopold I
 Menempatkan kedua tangan pada sebelah kanan
dan kiri uerus
 Mencari dimana tahanan yang lebih besar dan rata
dalam punggung anak dan membandingkan dengan
tahanan. Pada tangan yang sebelah lagi akan
teraba mudah ditekan atau tidak rata dan
merupakan bagian – bagian yang kecil.
 Memperhatikan apakah punggung terletak disebelah
kiri, kanan depan belakang atau gemeli jika tidak
ada bagian kecil yang teraba, kemungkinan
punggung bagian depan.
 Perhatikan :
- Pergerakan anak
- Kontraksi uterus
- Respon klien sakit, tegang atau takut selama
palpasi
 Bila palpasi tidak jelas tanyakan pada klien bagian
ia merasakan pergerakan anak
 Mencatat hasil pemeriksaan
Leopold III
Tujuan :
- Untuk menentukan bagian yang terendah
- Menentukan bagian terendah sudah masuk
PAP atau belum
 Sikap perawat sama dengan pada Leopold
 Tangan kiri merasakan fundus uteri, tangan
memegang bagian anak yang berada diatas simfisis
dengan ibu jari tangan dan yang lain dalam bentuk
mangkok dan perlahan digerakkan terhadap
panggul
 Membuat diagnose tentang letak anak
Leopold IV
 Sikap klien sama dengan pada Leopold I, dengan
sedikit ditekuk

176 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Sikap perawat membelakangi muka klien
 Menempatkan jari – jari tangan dengan tertutup di
sebelah kiri dan kanan pada segmen bawah rahim
 Menekan perlahan arah tegak lurus pada bidang
pinti atas panggul (PAP)
 Bila kedua tangan konvergen, maka bagian kecil
dari kepala turun ke PAP
 Bila kedua tangan sejajar, maka separuh dari
kepala masuk kerongga panggul
 Perasat ini tidak dilakukan bila kepala belum masuk
PAP
 Mencatat hasil pemeriksaan dan membuat diagnose
3. Auskultasi
Tujuan : mendengar bunyi jantung anak
a. Menempatkan stetoskop pada tempat yang terpilih, tegak
lurus pada dinding perut kea rah telinga perawat, hati –
hati jangan sampai stetoskop ditekan oleh kepala
b. Menahan perut dengan satu tangan pada pihak yang lain
c. Memeriksa nadi itu dengan tangan yang lain (DJA lebih
cepat dari nadi ibu)
d. Memperhatikan dari anak :
 DJA
 Bunyi gerakan anak
e. Menetukan frekuensi DJA dengan menghitung dengan
jam : 5 detik dihitung dan 5 detik istirahat. Dihitung
selama 3 kali dengan 4 untuk DJA/menit
f. Memperhatikan frekuensi teratur dan irama
g. Mencatat hasil auskultasi
4. Mengukur panggul luar
Tujuan : mengetahui ukuran panggul normal dan dapat dilalui
bayi pada saat lahir
Sikap klien : berbaring datar dengan satu bantal
Pelaksanaan :
a. Lakukan inspeksi dan palpasi
b. Mengukur distansia spinarum dengan cara meletakkan
kedua ujung jangka pada SIAS kiri dan kanan, lalu baca
skala. Normal 23 – 26 cm
c. Mengukur distansia kristarum dengan meletakkan kedua

177 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


ujung jangka pada SIAS lalu menyusur crista digerakkan
kebelakang sampai mencapai jarak yang terbesar pada
crista iliaka. Normal 26 – 29 cm
d. Memperhatikan perbandingan yang relative antara
distansia spinarium dan cristarum
e. Memgukur distansia trochanterica dengan cara
meletakkan ujung jangka pada trochantor mayor kiri dan
kanan dengan skala normal 29 – 32 cm
f. Mengukur conjungata eksterna / boudeloque klien
berbaring miring (sim) membelakangi perawat. Ujung
jangka diletakkan pada px L5 dan ujung lainnya diatas
simpisis
g. Mengukur lingkar panggul luar dengan pita cm mulai dari
px L5 menuju atas simpisis melalui pertengahan crista
iliaka dan trochantor mayor kiri dan kanan. Normal 80 –
90 cm
h. Hasil pengukuran dicatat, klien dirapikan kembali.

Bulukumba, September 2015


Fasilitator

(………………………….)

PERAWATAN PAYUDARA IBU HAMIL

1. Tujuan :
Untuk persiapan menyusui dan memperlancar peredaran darah serta menjaga kebersihan payudara
dan putting susu.
DILAKUKAN TIDAK
URAIAN KEGIATAN
DILAKUKAN
2. Persiapan Alat
1. Minyak bersih secukupnya
2. Beberapa kapas yang bersih
3. 2 handuk
4. Bengkok
3. Persiapan Pasien

178 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


1. Menjelaskan tujuan tindakan kepada pasien
2. Pasien mencuci tangan
3. Melepaskan pakaian atas dan BH (kutang) kemudian
ditutupi oleh handuk
4. Meletakkan handuk posisi melintang di bawah payudara
5. Pasien duduk tegak dikursi
6. Lingkungan ruang khusus tertutup
3. Langkah-langkah
1. Mengucapkan salam
2. Bidan mencuci tangan
3. Kompres putting susu dan area sekitar (areola mammae)
dengan menempelkan kapas yang dibasahi minyak ± 5
menit
4. Bersihkan daerah putting dan sekitarnya dengan kapas
minyak tadi
5. Pegang kedua putting susu lalu tarik keluar bersama dan
diputar kearah dalam 20 x, kearah luar 20 x
6. Pangkal payudara dipegang kedua tangan lalu payudara
diurut dari pangkal menuju putting susu sebanyak 30x untuk
setiap buah dada
7. Pijat daerah areola sehingga keluar cairan 1-2 tetes
8. Bersihkan putting susu dan sekitarnya dengan handuk
9. Pakailah BH yang menopang payudara
10. Membereskan semua alat dan dikembalikan pada
tempatnya
11. Mencuci tangan
12. Menjawab setiap pertanyaan
4. Sikap
1. Tanggap terhadap reaksi pasien
2. Teliti
3. Sabar
4. Ramah

Bulukumba, September
2015
Fasilitator

179 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


(………………………….)

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

URAIAN KEGIATAN DILAKUKANAN TIDAK


DILAKUKAN
1. PERSIAPAN ALAT
 Perlindungan Diri
 Handuk besar 2 buah
 Set partus

180 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Alat pengukur tanda vital
 Oksitocyn 20 unit
 Spoit 3cc 2 buah
 Vitamin K 0,5 cc
 Vaksin hepatitis B Unijet
 Salep mata
 Doppler atau monoaural
 Bengkok
 Ember tempat alat tenun kotor
 Tempat sampah
 Kantong plastic
 Duk steril
 Kapas DTT
 Ergometrin
 Lidocaine
 Set hecting
 Benang catgut
 Kasa steril
 Betadine dalam kom
 Baskom berisi larutan clorin 0,5 %
 Perlengkapan baju ibu dan bayi
 Alat tulis
 Timbangan bayi
 Pengukur panjang bayi
 Status ibu dan bayi
 Stempel kaki bayi
 Minuman manis untuk hidrasi ibu

2. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA


1.Mendengar dan melihat adanya tanda gejala Kala Dua
 Ibu merasa ada dorongan yang kuat untuk meneran
 Ibu merasakan ada tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
3. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2.Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi tempat datar, rata, bersih,

181 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


kering, dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lender, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi.
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekai pakai dalam partus set
3.Pakai celemek plastik.
4.Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering.
5.Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6.Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT
dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
D. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama
dari arah depan ke belakang.
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam
larutan korin 0,5% ).
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan.
10.Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/ menit).
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf.
E. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN
11.Beritahukan bahwa pembukaan suah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a.Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu
dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif).
b.Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan
member semangat pada ibu untuk meneran secara benar.

182 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


12.Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkannya dan
pastikan ibu merasa nyaman).
13.Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya
tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristrahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika ayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14.Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
F. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15.Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5-6 cm.
16.Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17.Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18.Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
G. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19.Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20.Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
dan segera lanjutkan kelahiran bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara
dua klem
21.Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
22.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara bipretal. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu

183 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas distal untuk melahirkan
bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23.Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24.Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong tungkai
dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing
mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
H.PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25.Lakukan penilaian (selintas):
 Apakah bayi cukup bulan?
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru
lahir
Bila semua jawabannya adalah “YA”, lanjut ke langkah 26.
26.Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di
atas perut ibu.
27.Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi lagi dalam uterus (hamil tunggal).
28.Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuscular) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30.Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31.Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi tetap
melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

184 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60
menit. Menyusu pertama biasanya sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
I.PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga bejarak 5-10 cm dari vulva.
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan
lain menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus kearah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu.
J. Mengeluarkan plasenta
36.Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan doso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari
vulva dan lahirkan plasenta.
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh
3. Minta kelurga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan,
segera lakukan plasenta manual
37.Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan
putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada
wadah yang telah disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi
sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan
bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38.Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.

185 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


K. MENILAI PERDARAHAN
39.Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bagian bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
40.Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
L. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
41.Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42.Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% dan
membilasnya dengan air DTT kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering.
Evaluasi
43.Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih kosong.
44.Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
45.Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46.Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47.Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit). Jika bayi
sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk ke rumah sakit.
Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit-ke-kulit dengan ibunya
dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
Kebersihan dan Keamanan
48.Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
49.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
50.Bersihkan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
51.Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu
minuman dan makanan yang diinginkannya.
52.Dekontaminasi tempat bersalin dan apron yang dipakai dengan larutan klorin 0,5%.
53.Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan dalam keadaan terbalik
kemudian rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
55.Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk penatalaksanaan bayi baru lahir.
56.Dalam waktu satu jam, beri antibiotika salep mata pencegahan, dan vitamin K 1 1 mg
intramuscular di paha kiri anterolateral.
Setelah itu lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pantau setiap 15 menit untuk pastikan
bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5oC).
186 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
57.Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan
anterolateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
58.Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik di dalam larutan klorin 0,5%.
59.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
M. Dokumentasi
60.Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV.

Bulukumba, September 2015


Fasilitator

(………………………….)

KETERAMPILAN VULVA HYGIENE

A. Pengertian
Tindakan untuk membersihkan vulva dan sekitar dari kotoran yang berasal dari dalam maupun
luar
B. Tujuan
a. Menjaga kebersihan vulva
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi
c. Sebagai tindakan pengobatan
d. Member rasa nyaman
TIDAK
URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN
DILAKUKAN
C. Persiapan Alat
a. Pengalas (perlak + handuk)
b. Kapas sublimate dalam tempatnya
c. Handscoen 1 pasang
d. Pinset anatomis 1 buah
e. Bad pan 1 buah
f. Selimut ekstra
g. Bengkok 1 buah
h. Kertas kloset 1 buah
i. Bototl berisi larutan PK/betadine/salvon
j. Kasa steril (jika perlu)
k. Betadine
l. Duk pembalut (jika perlu)

187 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


m. Celana dalam bersih
D. Pelaksanaan
a. Mengkaji kebutuhan klien
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
c. Menyiapkan alat sesuai dengan kebutuhan
d. Membawa alat – alat kedekat tempat tidur pasien dan
memindahkan peralatan yang tidak diperlukan
e. Pastikan pintu dan jendela dalam keadaan tertutup, pasang
sampiran.
f. Perawat mencuci tangan
g. Memasang selimut ekstra dengan cara memanjang ke
samping
h. Memasang pengalas di bawah bokong pasien
i. Melepaskan pakaian bawah pasien dan mengatur posisi
litotomy
j. Bungkus kaki pasien dengan sudut selimut dan daerah tengah
menutup daerah public
k. Letakkan bengkok dan kapas sublimate didekat bokong
pasien, kemudian pasang handscoen
l. Buka labia mayora dengan tangan kiri dan tangan kanan
memegang kapas sublimate untuk membersihkan labia
mayora dengan satu usap dari atas kebawah, masing –
masing pada labia mayora kiri dan kanan selanjutnya pada
daerah perineum dari bawah keatas kebawah satu kali usap
m. Memasang bad pan pada bokong pasien
n. Daerah genetalia disiran dengan larutan PK/air hangat
o. Keringkan dengan menggunakan kertas kloset, lalu angkat
badpan
p. Jika ada luka episiotomy beri betadine dengan menggunakan
kasa steril selanjutnya pasang pembalut pada celana
q. Atur posisi seperti semula, lalu angkat pengalas
r. Mengganti selimut ekstra dengan selimut biasa
s. Alat – alat dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya,
rapikan ruangan senyaman mungkin
t. Perawat mencuci tangan
u. Sampiran / pintu / jendela dibuka
v. Observasi keadaan pasien
w. Mencatat tindakan yang dilakukan dan respon pasien

188 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


terhadap tindakan

E. Hal – hal yang perlu diperhatikan


 Tetap perhatikan privacy pasien selama pelaksanaan tindakan
 Tetap pertahankan teknik aseptic utamnya bagi pasien yang mengalami episiotomi

Bulukumba, September 2015


Fasilitator

(………………………….)

PERAWATAN PAYUDARA POST PARTUM

A. Pengertian
Perawatan payudara adalah merawat payudara ibu dengan menggunakan alat/bahan tertentu pada
masa nifas
B. Tujuan
a. Memelihara payudara ibu agar tetap bersih
b. Melancarkan sirkulasi darah pada daerah payudara
c. Melancarkan produksi ASI
TIDAK
URAIAN TUGAS DILAKUKAN
DILAKUKAN
C. Persiapan Alat
a. Persiapan alat
Baki dengan alatnya yang berisi :
 Handuk 2 buah
 Waslap 2 buah
 Waskom 2 buah berisi air dingin dan setengahnya
 Termos yang berisi air panas
 Minyak kelapa pada tempatnya (Baby oil)

189 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Nierbekken
 Kapas pada tempatnya
 Pompa susu (Breast pump)
 Gelas/botol susu
 Nipple shells (untuk putting susu yang rata)
b. Persiapan Pasien
 Mempersiapkan payudara untuk proses menyusui
 Membersihkan putting dan meningkatkan kenyamanan
pada payudara
D. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan
b. Pakaian atas klien dibuka, handuk dipasang dibawah buah
dada dan handuk yang lain dipasang dipunggung klien
c. Bersihkan putting susu dengan kapas dan air hangat dari arah
putting keluar
d. Keringkan putting dengan handuk yang lembut
e. Untuk putting susu yang datar atau masuk kedalam, lakukan
tehnik memutar putting pasa trimester III, yaitu dengan cara :
 Pegang putting dengan ibu jari dan telunjuk, kemudian
tarik keluar
 Klien hanya boleh merasa putting itu tertarik tetapi tidak
boleh merasa sakit
 Lakukan putaran selama beberapa menit, setelah itu
lepaskan putting, tekan areola untuk memeras
colostrums dan usapkan kearah putting
 Gunakan alat bantu (Niple shells) agar putting menonjol
f. Kedua telapak tangan perawat diberi minyak kelapa
g. Pengurutan I
 Perawat berdiri dibelakang pasien. Tempatkan kedua
telapak tangan diantara kedua buah dada, arah
pengururtan mulai dari tengah atas kesamping kanan
dan kiri, selanjutnya menuju kearah bawah, lalu keatas
buah dada diangkat kemudian perlahan – lahan
dilepaskan lalu sebanyak 15 – 20 kali.
h. Pengurutan II
 Telapak tangan kiri menyokong buah dada kiri, tangan
kanan yang di genggam mengurut dari pangkal buah
dada kearah putting susu, lakukan sebanyak 15 – 20 kali

190 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


tiap buah dada
i. Pengurutan III
 Sama dengan pengurutan kedua tetapi dengan tangan
kanan dengan sisi kelingking mengurut dari pangkal buah
dada kearah putting susu, lakukan sebanyak 15 – 20 kali.
j. Selesai pengurutan buah dada dicuci dengan menggunakan
waslap kering. Lakukan secara berganti – ganti tiap buah
dada.
k. Jika ASI penuh, bisa dipompa atau langsung ditekan
l. Alat – alat dibereskan
m. Perawat mencuci tangan

E. Hal – hal yang harus diperhatikan


a. Perhatikan respon pasien
b. Bimbing klien untuk melakukan sendiri 2 kali sehari sebelum mandi
c. Perhatikan privacy klien pada saat perawatan berlangsung
Pengurutan tidak boleh dilakukan terlalu keras atau lemah.

Bulukumba, September 2015


Fasilitator

(………………………….)

PEMASANGAN TRANSFUSI DARAH

A. Pengertian
Pemberian darah dari kantong darah ke dalam tubuh melalui pembuluh vena
2. Tujuan
Memenuhi Kebutuhan Dasar Dan Mencegah Terjadinya Anemia

URAIAN KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK


DILAKUKAN
3. Persiapan alat
a. Alat
1. Transfusi set
2. Cairan NaCI 0,9%
3. Darah yang akan diberikan sesuai dengan
kebutuhan

191 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


4. Kapas
5. Alkholol 70%
6. Kasa steril
7. Gunting
8. Plester
9. Pengalas
10. Bengkok
b. Pasien
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan jika keadaan memungkinkan
2. Pakaian pasien pada daerah yang akan dipasang
tranfusi harus dibuka
4. Prosedur / pelaksanaan
1. Perawat mencuci tangan
2. Kenakan sarung tangan sekali pakai
3. Memberikan penjelasan kepada pasien Tentukan
apakah klien pernah mendapatkan transfusi
sebelumnya dan catatan reaksi, jika ada.
4. Menentukan area yang akan ditusuk
5. Pastikan nama pasien, golongan darah dan nomor
tempat tidur
6. Memasang infus dengan cairan NaCI 0,9% sesuai
dengan prosedur pemasangan infus
7. Cek ulang dengan teman sejawat sebelum darah
dipasang
8. Menghitung jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan
9. Perhatikan reaksi pasien
10. Mencatat waktu pemberian, golongan darah, dan
jumlah tetesan
11. Alat-alat dibersihkan
Bulukumba, September 2015
Fasilitator

(………………………….)

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS


A. Ambulasi,
adalah kemampuan pasien untuk tetap aktiv secara fisik dan bergerakdalam mempertahankan
kesehatan dan kesejahteraannya.
B. Prinsip ambulasi untuk pasien.
Mekanik tubuh penting bagi perawatan dan klien. Hal ini mempengaruhi kondisi
kesehatan mereka. Mekanik tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan
mencegah kecacatan.Gaya berat dan friksi dapat
mempengaruhigerak tubuh. Jika digunakan dengan benar kekuatan ini dapat meningkatkan
192 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
Efisiensi kerja perawat .
Prinsip prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat dalam membantu pasien dalam ambulasi
adalah sebagai berikut :
1. Ketika merencanakan untuk memindahakan pasien, atur untuk bantuan yangadekuat
2. Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi.
3. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan-Jaga punggung,
leher, pelvis dan kaki lurus. Cegah terpelintir.
4. Fleksikan lutut, buat kaki tetap lebar.-Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek diangkat)
5. Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung)
6. Tarik klien kearah penarikannya menggunakan sprei.
7. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan
bergerak.Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengandipimpin
seseorang dengan menghitung sampai tiga.

PROTAP MEMBANTU KLIEN MENGGUNAKAN WALKER

G. PENGERTIAN WALKER
Walker adalah alat bantu ambulasi yang sangat ringan, dan dapat dibawa kemana-mana,
tingginya kira-kira setinggi pinggang, terbuat dari metal disertai adanya pegangan, punya empat kaki
dan terdapat satu bagian sisi yang terbuka.
193 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
H. TUJUAN
Menyokong tubuh klien dengan stabilitas & keamanan lebih besar dibandingkan alat bantu
lainnya.Dipilih untuk orang-orang yang memiliki kelemahan pada ekstremitas atas & bawah,
biasanya digunakan pada orang tua yang memiliki arthritis, atau penyakit neuromuscular.
URAIAN KEGIATAN PEMAKAIAN WALKER Bobot
1 2 3

C. PERSIAPAN ALAT
3. Alat bantu berjalan (walker)
4. Lingkungan untuk tempat latihan

D. PERSIAPAN PASIEN
3. Kesiapan mental dan fisik pasien
4. Dukungan keluarga pasien

6. PROSEDUR
10. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
11. Cuci tangan
12. Bantu klien berdiri ditengah walker
13. Minta pasien untuk meletakkan tangannya pada pegangan walker &
instruksikan untuk memegang handgrip denganpegangan yang kuat.
14. Angkat walker, pindahkan 15-20 cm kedepan, pasti keempat kaki walker
telah bertumpu pada lantai
15. Kaki klien juga melangkah kedepan dengan kaki secara bergantian,
pertahankan langkah yang seimbang, yakinkah keseimbangan& ulangi
langkah tersebut dengan mengangkat walker kembaliJika klien
mengalami kelemahan unilateral ( kaki), setelah walker digerakkan
maju, instruksikan klien untuk melangkah maju dengan kaki yang lemah,
didukung dengan kedua lengan,dan diikuti dengan kaki yang sehat.
16. Jika pasien mengalami hemiplegia/hemiparese, berdiri disamping sisi
tubuh yang sehat. Kemudian dukung pada bagian panggul & bahu klien
6. Lakukan beberapa langkah kedepan bersama klien. Lalu kaji kekuatan
& keseimbangan. Memberikan dasar sokongan antara walker dan klien.
Mempertahankan kontak yang konstan, mengurangi resiko jatuh.
Memastikan klien memiliki kekuatan & keseimbangan yang baik untuk
melanjutkan latihani
17. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
18. Catat tindakan dan respons pasien.

194 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
4. Observasi klien saat menggunakan alat bantu walker
5. Rasa ketidaknyamanan yang dirasakan klien setelah melakukan latihan
6. peningkatan HR,TD,RR atau sesak setelah ambulasi

PROTAP PENGATURAN POSISI


A. Pengertian
Adalah cara berbaring dengan berbagai posisi tertentu ditempat tidur, meja pemeriksaan atau
meja operasi dengan maksud tertentu.
B. Tujuan
3. Memberikan rasa nyaman
4. Membantu pasien untuk memudahkan tindakan perawatan, tindakan pemeriksaan dan
pengobatan
C. Macam – macam posisi berbaring
7. Duduk / setengah duduk ( flower / setengah flower)
8. Sim
9. Trendelemburg
10. Dorsal Recumbent
11. Lithotomi
12. Genu Pectoral atau knee chest
POSISI SEMI FLOWER
A. Pengertian
Posisi semi flower adalah cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk.
B. Tujuan
1. Mengurangi sesak nafas
2. Memberikan rasa nyaman
3. Membantu memperlancar keluarnya cairan misalnya pada Water Seal Drainage ( WSD )
4. Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
C. Dilakukan Pada :
1. Pasien sesak nafas, asma, jantung dan sejenisnya
2. Pada pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik atau bila pasien sudah benar – benar sadar

PENUNTUN BELAJAR POSISI SEMI FLOWER PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
D. Persiapan
3. Alat :

195 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


d. Sandaran punggung atau bantal
e. Bantalan atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu
f. Tempat tidur khusus ( fungsional bed ) bila ada
4. Pasien :
Pasien diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
E. Prosedur pelaksanaan
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
6. Pasien didudukkan, sandaran punggung atau bantal diletakkan
dibelakang punggung klien atur sampai posisi duduk / setengah duduk
dan bantal disusun sesuai kebutuhan
7. Pada tempat khusus (functional bed) pasien dan tempat tidurnya
langsung diatur setengah duduk, dibawah lutut ditinggikan sesuai
kebutuhan, kedua lengan ditopan bantal.
8. Pasien dirapikan

F. Hal – hal yang harus diperhatikan


4. Perhatikan keadaan pasien
5. Bila posisi pasien berubah, harus segera dibetulkan
6. Khusus untuk pasien pasca bedah dilarang meletakkan bantal dibawah lutut.

POSISI SIM
A. Pengertian
Membaringkan pasien dalam posisi miring dan setengah telungkup untuk maksud tertentu.
B. Tujuan
Membantu pasien untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau pemberian hukna
atau obat – obatan lain melalui anua.

PENUNTUN BELAJAR POSISI SIM PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan
3. Alat : sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan (mis: pemberian
huknah)
4. Pasien : diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
D. Prosedur kerja
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
4. Pasien berbaring kemudian dimiringkan kekiri dengan posisi badan
setengah telungkup sedangkan kaki kiri lurus, lutut dan paha kanan
ditekuk serta ditarik kearah dada sementara tangan kiri diatas kepala

196 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.

POSISI TRENDELEMBURG
A. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari paha kaki.
B. Tujuan
Melancarkan peredaran darah ke otak.
C. Dilakukan Pada :
3. Pasien shock
4. Pasien yang dipasang skin traksi pada kakinya

PENUNTUN BELAJAR POSISI TRENDELEMBURG PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
A. Persiapan
Alat
4. Balok penopang kaki tempat tidur
5. Bantal
6. Tempat tidur khusus, bila ada
Pasien :
Pasien diberi penjelasan tentang hal – hal yang akan dilakukan
B. Prosedur kerja
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
6. Tempat tidur dibagian kaki ditinggikan dengan baik
7. Pasien dibaringkan terlentang tanpa bantal dan dibawah lipatan lutut
diberi bantal.
8. Diantara kepala pasien dan ujung tempat tidur

POSISI DORSAL RECUMBENT


A. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi terlentang dengan lutut ditekuk dan telapak kaki menapuk
diatas tempat tidur sedangkan kedua belah kaki direnggangkan.
B. Tujuan
1. Mempermudah tindakan pemeriksaan dan perawatan pada daerah genetalia
2. Mempermudah proses persalinan pada pasien yang akan bersalin

PENUNTUN BELAJAR POSISI DORSAL RECUMBENT PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3

197 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


C. Persiapan
Alat
1. Tempat tidur atau meja operasi, atau meja pemeriksaan
2. Selimut
Pasien :
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
D. Prosedur kerja
1. Pasien berbaring terlentang dan pakaian bawah dibuka
2. Lutut ditekuk paha direnggangkan dan telapak kaki menapak pada
tempat tidur

E. Perhatian
1. Perhatikan keadaan pasien
2. Hindarkan terjadinya bahaya jatuh
3. Hindarkan tindakan yang menimbulkan rasa malu dan lelah pada pasien serta tetap menjaga
kesopanan

POSISI LHITOTOMI
A. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi terlentang dengan kedua paha diangkat dan ditarik kearah perut
sedangkan tungkai bawah membuat sudut 90º terhadap paha.
B. Tujuan
1. Memudahkan tindakan pemeriksaan daerah genetalia
2. Memudahkan proses persalinan
3. Memudahkan pemasangan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

PENUNTUN BELAJAR POSISI LHITOTOMI PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
A. Persiapan
Alat
 Tempat tidur khusus pemeriksaan kebidanan (Gynaecology bed)
 Selimut dan kain penutup
Klien :
Klien diberi penjelasan tentang hal - hal yang akan dilakukan

B. Hal – hal yang harus diperhatikan


 Perhatikan keadaan umum pasien

198 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Hindarkan tindakan yang menimbulkan rasa malu dan lelah pada pasien, serta menjaga
kesopanan.

POSISI GENU PECTORAL (Knee-Chest)


A. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi menungging, kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada
kasur.

B. Tujuan
1. Mempermudah tindakan pemeriksaan daerah rectum dan sigmoid
2. Membantu merubah letak kepala janin, pada pasien dengan kemahilan sungsang

PENUNTUN BELAJAR POSISI LHITOTOMI PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan
Klien diberi penjelasan tentang hal - hal yang akan dilakukan
D. Prosedur Kerja
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
2. Bantal disingkirkan dari tempat tidur
3. Pasien harus menungging
4. Pakaian bagian bawah dibuka bila perlu

E. Hal – hal yang harus diperhatikan


Hindarkan tindakan yang menimbulkan rasa malu dan lelah pada pasien serta tetap menjaga
kesopanan.

PROTAP MENGATUR POSISI LATERAL (SIDE LYING )


A. PENGERTIAN
Posisi lateral adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi bagain tubuh dengan kepala.menoleh
ke samping
B. TUJUAN
 Mengurangi lordosis dan meningkatkan kelurusan punggung yang baik.
 Baik untuk posisi tidur dan istirahat.
 Membantu menghilangan tekanan pada sakrum dan tumit
PENUNTUN BELAJAR POSISI LHITOTOMI PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS 1 2 3

199 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


C. PERSIAPAN
 Mengidentifikasi pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Menyiapkan lingkungan pasien
D. PERSIAPAN ALAT
 Tepat tidur
 Bantal kecil
 Gulungan handuk
 Sarumg tangan (jika di perlukan)
E. PROSEDUR KERJA
 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan,jika di perlukan
 Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
 Gulingkan klien hingga posisinya miring
 Letakkan bantal di bawah kepala dan leher klien
 Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak
menopang pada bahu tersebut
 Letakkan bantal di bawah lengan atas
 Letakkan bantaldi bawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas
bertumpu secara parareldengan permukaan tempat tidur
 Letakkan bantal guling di belakang punggung klien untuk menstabilkan
posisi
 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
 Dokumentasikan tindakan

F. HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN


 Perawat harus mengetahui tehnik mobilisasi yang benar
 anyakan pada dokter tentang indikasi dan kebiasaan di lakukan
mobilisasi

Tool evaluasi
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PETUNJUK : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom
yang tersedia.
NO PROSEDUR TINDAKAN BOBOT DILAKUKAN TIDAK
DILAKUKAN
a. Fase orientasi
1. Memberikan salam 5
2. Melakukan evaluasi/validasi 5

200 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


3. Melakukan kontrak waktu 5
4. Melakukan kontrak tempat 5
5. Melakukan kontrak topic 10
b. Fase kerja
1. Melakukan kegaiatn sesuai dengan 10
kontrak topic pada fase orientasi.
2. Membina hubungan saling percaya 5
dengan klien
3. Memberikan penjelasan /demonstrasi. 10
4. Non verbal perawat(kontak mata 5
perawat bersahabat,sentuhan,posisi
tubuh)terapeutik.
c. Fase terminasi
1. Melakukan evaluasi subjektif 5
2. Melakukan evaluasi objektif 5
3. Memberikan reinforcement 5
4. Memberikan tindak lanjut 5
5. Melakukan kontrak waktu untuk 5
pertemuan yang akan datang
6. Melakukan kontrak tempat untuk 5
pertemuan yang akan datang
7. Melakukan kontrak topik untuk 10
pertemuan yang akan datang
Total score 100

Bulukumba,……………………………….
Observer

_______________________
LAMPIRAN 2 :
Tool Evaluasi
TINDAKAN PENGIKATAN (RESTRAINT)
(Pada 2 ekstremitas)
Petunjuk : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom yang
tersedia.
No Prosedur tindakan bobot dilakuka Tidak
n dilakuka
n
1. Siapkan alat pengekang yang sesuai dan ciptakan 10
suasana lingkungan yang terapeutik dan tidak

201 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


memprovokasi kemarahan klien.
2 Dekati pasien dengan tenang ;langsung,tidak ragu- 10
ragu dengan sikap yang tidak menantang.
3 Memberikan salam terapeutik 5
4 Pegang ekstremitas klien yang terlepas dengan 10
benar dan kuat secara bersamaan (bila tidak
mampu jangan lakukan sendiri.
5 Menjelaskan secara singkat,sederhana dan 10
berulang-ulang kepada klien alas an dilakukannya
restraint(bersamaan memegang ekstremitas)
6 Pasang restraint pada ekstremitas dengan tekhnik 15
yang benar (jenis simpul,tidak terjangkau tangan
klien,tidak mudah terlepas)
7 Longgar tali pengikat 1 jari telunjuk 15
8 Pastikan sirkulasi darah pada keempat ekstremitas 10
tetap baik.
9 Sikap dan ucapan perawat tidak menimbulkan 10
ketidaknyamanan fisik/maupun
emosional(cont:memukul,membentak,mengancam
)
10 Informasikan kepada klien perawat akan selalu 5
mengawasi dan siap membantu segala kebutuhan
ADL klien selama diikat
Total score 100

Bulukumba,………………………………
Observer

_______________________
LAMPIRAN 3:
Tool evaluasi
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Petunjuk : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom yang
tersedia.
NO Prosedur Tindakan Bobot dilakukan Tidak
dilakukan
a. Fase orientasi
1 Memberikan salam 5
2 Melakukan evaluasi/validasi 5
3 Melakukan kontrak waktu 5
4 Menjelaskan tujuan kegiatan 10

202 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


5 Menjelaskan aturan permainan. 5
b. Fase kerja
1 Memberikan contoh sesuai dengan 5
jenis TAK yang akan dilakukan
2 Melakukan kegiatan sesuai dengan 10
tujuan pada fase orientasi.
3 Memberikan kesempatan giliran yang 5
sama pada pasien.
4 Memberikan reinforcement 5
5 Memberikan motivasi untuk aktif 5
terlibat dalam kegiatan.
6 Non verbal perawat(kontak mata
perawat bersahabat ,sentuhan,,posisi
tubuh)terapeutik
C Fase terminasi
1 Melakukan evaluasi subjektif
2 Melakukan evaluasi objektif
3 Memberikan reinforcement
4 Memberikan tindak lanjut
5 Melakuakn kontrak kegiatan (TAK)
yang akan dating
6 Salam penutup
Total score 100

Bulukumba,………………………………
Observer

_______________________

LAMPIRAN 4:
Tool evaluasi
PENYULUHAN KESEHATAN JIWA
Petunjuk : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom yang
tersedia.
N ASPEK BOBOT DILAKUKAN TIDAK
O DILAKUKAN
TAHAP PERSIAPAN
1 Menyusun rencana penyuluhan 15
secara tertulis
2 Mempersiapkan sasaran/peserta 5
penyuluhan

203 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


3 Mempersiapkan lingkungan 5
4 Mempersiapkan media 5
TAHAP PELAKSANAAN
1 Menyampaikan salam 2
2 Melakukan evaluasi /validasi pada 5
klien sebelum pelaksanaan
penyuluhan.
3 Menyampaikan topic/tujuan/kontrak 5
waktu
4 Melakukan apersepsi 3
5 Menyampaikan materi penyuluhan 15
dengan jelas dan menarik.
6 Mengarahkan perhatian pada topic 5
(focusing).
7 Menggunakan bahasa yang dipahami. 3
8 Melakukan kontak mata. 5
10 Memberi kesempatan peserta untuk 2
bertanya /berkomentar.
11 Memberikan reinforcement. 5
TAHAP TERMINASI
1 Menyimpulkan isi materi penyuluhan 5
2 Melaksanakan evaluasi pada akhir 5
penyuluhan.
3 Menutup acara penyuluhan /salam 5
penutup.
TOTAL NILAI 100

Bulukumba,………………………………
Observer

_______________________

LAMPIRAN 5:
Tool evaluasi
IMAJINASI TERPIMPIN
Petunjuk : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom yang
tersedia.
NO ASPEK BOBOT DILAKUKAN TIDAK
DILAKUKAN
TAHAP PERSIAPAN
1 Atur lingkungan dengan 5

204 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


nyaman,bebas dari distraksi selama
sekitar 20 menit.
2 Persiapan alat: 10
Music atau alat lain untuk
kenyamanan klien rekaman naskah
jika tidak disampaikan
sendiri,bantal,kursi sandaran.
3 Pastikan klien dalam posisi nyaman 5
dan rileks dan putar audiotape
recorder dengan pelan.
TAHAP PELAKSANAAN
1 Cuci tangan 5
2 Jelaskan prosedur dan manfaatnya 5
pada klien.
3 Mulai sesi dengan nafas 20
rileks,pelan,dan berirama.
4 Selanjutnya bombing klien menuju 35
situasi istrahat penuh.
Contoh :
“tutup mata pelan-pelan”
“napas pelan dan berirama”
“silahkan membayangkan ketempat
yang nyaman dan aman”seperti
dikaki gunung,hutan,kebun,pantai
atau tempat khusus.
“tempat ini adalah tempat yang
aman dan special bagimu,setiap
saat stress kamu dapat pergi
ketempat ini”.
“bayangkan kamu sedang duduk
didekatnya,mencelupkan kaki ke air
dingin,selanjutnta rasakan
kesegarannya dan dinginnya
kakimu.
“relaks ,dan dengarkan suara
kicauan burung,rasakan
kesegarannya dan dinginnya
kakimu.”
“relaks,dengarkan suara kicauan
burung,rasakan kehangatan
matahari pandang birunya langit”

205 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


“kamu dapat pergi setiap saat”
5 Lihat tanda-tanda relaksasi 5
,ketegangan,dan emosi.lihat
perubahan bahasa tubuh,ekspresi
wajah dan tanda-tanda kesedihan
6 Bawa kembali klien ke 5
realita.perlahan-lahan mulai
gerakkan tangan,lengan,dan kaki
dan lakukan beberapa kali nafas
dalam,buka mata perlahan-
lahan.Yakinkan bahwa dia aman
dan dapat membayangkan pergi
ketempat tersebut kapan saja
diperlukan.
TAHAP TERMINASI
1. Identifikasi perasaan klien untuk 5
mengetahui efektifitas imajinasi
TOTAL NILAI 100

Bulukumba,……………………………….
Observer

_______________________

LAMPIRAN 6
Tool evaluasi
MANAJEMEN STRESS;RELAKSASI PROGRESSIVE
206 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
Petunjuk : Berikan tanda (V) sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada kolom yang
tersedia.
N ASPEK BOBO DILAKUKAN TIDAK
O T DILAKUKAN
TAHAP PERSIAPAN
1 Music atau rekaman suara bantal 5
2 Cek adanya masalah medis atau 5
emosional
Area injury akan dirasa tidak
aktif.mengetahui masalah akan
membantu efektifitas intervensi.
TAHAP PELAKSANAAN
1 Cuci tangan 10
2 Jaga untuk tidak terputus selama 15- 10
30 menit
3 Kurangi cahaya lampu dan putar 10
music pelan-pelan.
4 Atur posisi klien pada tempat duduk 10
yang nyaman atau ditempat
tidur.gunakan bantal untuk menopang
lengan,buat klien kondisi hangat.
5 Tutup mata pelan-pelan,anjurkan 10
klien tarik nafas 3-6 kali,dalam dan
rileks.
6 Saat menginstruksikan klien 10
pertahankan suara lemah
lembut.betulkan posisi dan
ketegangan,kemudian lanjutkan
secara perlahan pada segmen
berikutnya.
7 Mulai proses penegangan dan 10
relaksasi sesuai petunjuk,atur tarik
nafas dan hembuskan secara
perlahan dengan relaks:
 Wajah,rahang,mulut(kedipkan
mata,dan kerutkan wajah)
 Leher (tarik dagu keleher)
 Tangan kanan(tegangkan siku
lalu relaks)
Tangan kiri genggam lalu relaks.
8 Penghitungan memberikan validitas 10

207 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


terhadap intervensi.
 Lengan kiri (tegangkan siku
lalu relaks)
 Punggung,bahu,chest (angkat
bahu lalu relaks)
 Abdomen(angkat abdomen lalu
relaks)
 Tungkai bawah kanan
(cengkramkan jari-jari atau
relaks).
 Tungkai atas kiri (tekan
kebawah dengan kuat lalu
relaks)
 Tungkai bawah
kiri(cengkramkan jari-jari atau
lalu relaks)
9 Dengan ditambah 3-6 x nafas relaks 10
gerakkan kaki
,tangan,lengan,tungkai,buka mata
kembali dan orientasi diri
TAHAP TERMINASI
1 Tentukan kuantitas masalah misalkan 5
menggunakan skala nyeri 1-
10.penghitungan memberikan validitas
terhadap intervensi
TOTAL NILAI 100

Bulukumba,………………………………
…….2008
Observer

____________________

208 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN KATETER

A. Pengertian
Membantu klien laki-laki yang hendak buang air
B. Tujuan
a. Membantu klien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi
b. Mengurangi pergerakan klien
c. Mengetahui adanya kelainan urine secara langsung
Bobot
Uraian Kegiatan Eliminasi Urine Dengan Urinal
1 2 3
C. Persiapan Alat
 Sarung tangan steril
 Urinal
 Perlak dan pengalas
 Air dalam botol
D. Persiapan Pasien
 Mengucapkan salam terapeutik
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
 Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
 Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis
serta tidak mengancam.
 Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
 Privasi klien selama komunikasi dihargai.
 Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan
tindakan

209 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan)
E. Pelaksanaan
 Pintu ditutup/pasang sampiran
 Petugas mencuci tangan, pasang sarung tangan bersih
 Pasang perlak dan pengalas
 Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan, jika perlu perawat
membantu
 Dengan tangan kiri petugas memasukkan penis kedalam
mulut urinal dan klien dianjurkan berkemih
 Klien dirapihkan kembali
 Alat dirapikan kembali
 Mencuci tangan

STANDAR OPERSAIONAL PROSEDUR PEMASANGAN KATETERISASI URINE

7. Pengertian
Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan kedalam kandung kemih
8. Tujuan
 Menghilangkan distensi kandung kemih
 Mendapatkan spesimen urine steril
 Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya
dikosongkan
9. Dilakukan pada
1. Pasien retensi urine
2. Persiapan tindakan operasi secaseria, kandung kemih dan lain-lain
3. Pasien yang akan partus
4. Persiapan sebelum eystroscopy
Bobot
Uraian Kegiatan Pemsangan Kateterisasi Urine
1 2 3
10. Persiapan Alat
- Baki instrument steril :
- Pinset anatomis steril
- Sarung tangan steril
- Kain kasa steril
- Kateter steril ukurannya sesuai dengan kebutuhan
- Bengkok (nierbekken) sekurang-kurangnya dua buah (satu
untuk kapas kotor dan satu untuk menampung urine)
- Cairan pelicin (cylocaijelly,minyak steril dan lain-lain)
- Kapas sublimate steril dalam tempatnya

210 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


11. Prosedur pelaksanaan
1. Pasien diberitahukan tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Pasang sampiran (sehern) dan pintu ditutup
3. Letakkan dua bengkok diatara tungkai pasien
4. Pada pasien wanita :
a) Labia mayora dibuka dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
petugas yang sebelumnya dibungkus dengan kapas
sublimate
b) Vulva dibersihkan dengan kapas sublimate sekurang-
kurangnya tiga kali. Kapas kotor diletakkan dalam bengkok
sedangkan kapas pembersih terakhir dibiarkan diantara labia
minora
c) Dengan memakai sarung tangan atau dengan pinset, kateter
diambil dan diberi pelicin pada ujungnya (jika perlu dibantu
oleh petugas lain)
d) Petugas membuka labia minora dibuka dengan tangan kiri
dan kapas pembersih dibuang
e) Kateter dimasukkan kedalam ureter secara perlahan-lahan
dan pasien dianjurkan agar menarik napas panjang.
f) Urien yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol steril
untuk bahan pemeriksaan, jangan diambil urine pertama kali
keluar tetapi ambillah urine yang keluar selanjutnya.
g) Bila penyadapan selesai dan kateter tidak pasang menetap,
kateter dicabut perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan
menarik napas panjang
h) Setelah selesai pasien dirapikan kembali
i) Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan
ketempat semula

5. Pada pasien pria :


a) Tangan kiri petugas mencegah penis pasien dengan kain
pengalas atau kasa
b) Preputium ditarik sedikit kepangkalnya dan dibersihkan
dengan kapas suplimate sekurang-kurangnya tiga kali
c) Cara memasukkan kateter sama pada pasien wanita, hanya
penis agak ditarik supaya lurus
d) Setelah selesai, pasien dirapikan kembali
e) Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan
ditempat semula

12. Perhatian
1. Perhatikan teknik septic dan aseptic
211 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
2. Pada wanita kateter jangan salah masuk ke vagina
3. Bentuk dan ukuran kateter harus sesuai dengan kebutuhan
pasien
4. Hasil penyadapan urine diukur bila perlu
5. Perhatikan keadaan urine antara lain warnanya
6. Jika waktu memasukkan kateter pada pasien pria terasa ada
hambatan,hentikan dulu beberapa saat dan kemudian
dilanjutkan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN KONDOM KATETER

A. Pengertian
Kondom kateter adalah alat drainase urine eksternal yang mudah untuk digunakan
dan aman untuk mengalirkan urine pada klien pria

B. Tujuan
Untuk mengeluarkan urine pada klien inkontinensia atau koma yang masih
mempunyai kemampuan mengosongkan kandung kemih spontan dan komplit

Bobot
Uraian Kegiatan Pemasangan Kondom Kateter
1 2 3
C. Persiapan Alat
1. Baki instrument steril :
2. Pinset anatomis steril
3. Sarung tangan steril
4. Kain kasa steril
5. Kateter steril ukurannya sesuai dengan kebutuhan
6. Bengkok (nierbekken) sekurang-kurangnya dua buah (satu untuk
kapas kotor dan satu untuk menampung urine)
7. Cairan pelicin (cylocaijelly,minyak steril dan lain-lain)
8. Kapas sublimate steril dalam tempatnya

212 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


D. Prosedur
1. Cuci tangan
2. Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur
3. Jelaskan prosedur pada klien
4. Gunakan sarung tangan sekali pakai
5. Bantu klien pada posisi terlentang, letakkan selimut diatas batang
tubuh atas dan tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut
mandi sehingga hanya genetalia yang terpajang
6. Bersihkan genetalia dengan sabun dan air, keringkan secara
menyeluruh
7. Siapkan drainase kantung urine dengan menggantungkannya
kerangka tempat tidur bawa selang drainase kesisi pagar tempat
tidur
8. Dengan tangan non-dominan genggam penis klien dengan kuat
sepanjang batangnya, dengan tangan dominant, pegang kantung
kondom pada ujung penis dan dengan perlahan pasangkan pada
batang penis
9. Sisakan 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci) ruang antara glans
penis dan ujung kondom kateter
10. Lilitkan batang penis dengan strip veloro atau perekat elastic strip
harus menyentuhnya hanya kantung kondom pasang dengan
pas tetapi tidak ketat
11. Hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter
12. Letakkan kelebihan gulungan selang di tempat tidur dan ikatkan
dengan peniti pada dasar linen tempat tidur
13. Posisikan klien pada posisi yang aman
14. Buang peralatan yang basah, lepaskan sarung tangan, dan cuci
tangan
15. Catat kapan kondom kateter dipasang dan adanya urine pada
kantung drainase
E. Perhatian
1. Plaster adesif jangan digunakan untuk memplaster kondom
kateter, ini dapat menyebabkan kontruksi dan reduksi aliran
darah kepenis. Plester velcro atau elastic dapat mengembang
dengan perubahan ukuran penis dan tidak mengurangi aliran
darah
2. Lepaskan kondom kateter selama 30 menit setiap 24 jam untuk
perawatan kulit perincal
3. Lihat glans tiap 4 jam untuk menentukan bahwa sirkulasi pada
penis adekuat

213 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN WSD

1. Pengertian
Water seal drainage adalah suatu tindakan yang dilakukan di ruang operasi,
ruang kedaruratan atau pada tempat tidur pasien yang dilakukan oleh dokter pada
pasien yang mengalami hematothoraks atau efusi fleura.
2. Tujuan
1. Mencegah infeksi sekunder
2. Memantau perkembangan / respon pasien
3. Menentukan tindakan selanjutnya
PENUNTUN BELAJAR PERAWATAN WSD PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
3. PERSIAPAN

214 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


4. Alat
a. Botol WSD yang steril sesuai system yang digunakan ( 1-
2-3 botol )
b. Cairan aquades steril
c. Alat ganti verband / perawatan luka yang terdiri dari :
o Baki steril : 1 buah
o Laken penutup kaki steril : 1 buah
o Kom kecil : 2 buah
o Pinset anatomi : 1 buah
o Pinset cirurgis : 1 buah
o Gunting benang : 1 buah
o Arteri klem : 1 buah
o Larutan desinfektan yang dibutuhkan
o Kasa steril secukupnya : 1 buah
o Kapas steril secukupnya : 1 buah
o Sarung tangan steril secukupnya : 1 buah
d. Plester
e. Gunting verband
f. Tempat sampah
g. Kapas lidi
h. Bensin
i. Nierbekken yang berisi larutan desinfektan
5. Pasien
a. Beri penjelasan tujuan dan prosedur perawatan WSD
b. Atur posisi pasien (semi fowler)
6. PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan secara aseptik
2. Pasang sarung tangan steril
3. Jepit selang WSD menggunakan arteri klem
4. Olesi plester yang melekat pada kulit dengan lidi kapas +
bensin
5. Angkat balutan menggunakan pinset cirurgis
6. Bekas balutan dibuang di tempat sampah
7. Rawat luka WSD dari pusat ke perifer menggunakan kapas
steril + larutan desinfektan (bethadine atau alcohol 70%)
menggunakan pinset anatomi dan balut dengan kasa steril
yang paling dalam gunting kasa membentuk huruf V dan
lapisi diatasnya dengan kasa steril kemudian diplester.
8. Alat yang sudah digunakan merawat luka dimasukkan ke
dalam nierbekken yang berisi larutan desinfektan
9. Ganti bototl WSD menggunakan botol steril yang baru yang
berisi aquades sebanyak 50 – 100 ml, dengan cara :
215 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
o Lepaskan slang WSD pada tutup WSD
o Ganti botol WSD dengan menghubungkan slang yang
terlebih dahulu ujung slang didesinfeksi dengan kapas
alcohol
o Setelah ujung slang dihubungkan dengan botol WSD
difiksasi menggunakan plaster
o Setelah slang WSD terfiksasi dengan baik cabut arteri
klem, dan atur posisi pasien yang menyenangkan

7. HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Perhatikan warna, konsistensi dan jumlah drainase, gunakan pulpen atau spidol
untuk menandai tingkat system drainase pada akhir jaga dan jadwalkan interval.
Waspadai terhadap parubahan tiba – tiba pada jumlah drainase
2. Untuk mengembalikan potensi selang dada, tindakan keperawatan berikut ini
dianjurkan :
 Upayakan untuk mengurangi obstruksi dengan pengubahan posisi pasien
 Bila bekuan dapat terlihat, regangkan slang antara dada dan unit drainase
dan tinggikan slang untuk meningkatkan efek gravitasi
 Pijat dan lepaskan slang secara bergantian untuk melepaskan secara
perlahan bekuan kearah wadah drainase
 Bila selang dada terus tetap tersumbat pembongkaran selang dada rutin
tanpa mengevaluasi situasi pasien adalah controversial dan beresiko
3. Bila selang dada keluar atau tertarik keluar, tutup sisi pemasangan dengan cepat
untuk mencegah masuknya udara ke rongga pleural
4. Memantau water seal dengan cara :
o Pemeriksaan secara visual untuk meyakinkan ruang water seal terisi sampai
garis 2 cm.
o Bila penghisap diberikan, yakinkan garis air pada tabung atau botol pengisap
sesuai dengan jumlah yang diindikasikan. Bila pompa pengisap pleural
digunakan, periksa ukuran penghisap, jangan menutup lubang ventilasi
udara.
o Observasi segel dibawah air terhadap fluktuasi pernafasan. Tak adanya
fluktuasi dapat menunjukkan bahwa paru ke ekspansi ada obstruksi.
o Gelembung yang terus menerus pada water seal tanpa pengisap dapat
menunjukkan bahwa selang telah berubah tempat atau terlepas. Periksa
seluruh system terhadap lepasnya alat dan lihat selang dada untuk melihat
penempatan di luar dada.
o Gelembung yang terjadi 24 jam setelah pemasangan selang dada
sehubungan dengan perbaikan pneumothoraks menunjukkan adanya fistula
bronkopleural. Ini biasa terjadi pada pengesetan ventilasi mekanis pada
volume tidal dan tekanan tinggi.

216 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TRACHEAL TUBE (TRAKHEOSTOMI)

5. PENGERTIAN
Perawatan tracheal tube adalah tindakan perawatan yang dilakukan pada
pasien yang telah dilakukan tindakan tracheostomi pada daerah jakung ( trachea )
karena terjadi kegagalan fungsi pernafasan lewat mulut dan hidung. Tindakan
tracheostomi dilakukan oleh dokter pada ruang operasi atau ruang darurat.
6. TUJUAN
1. Untuk mencegah obstruksi jalan nafas
2. Pernafasan tetap adekuat
3. Mencegah infeksi sekunder
4. Memberikan rasa nyaman pada pasien
PENUNTUN BELAJAR TEHNIK TRACHEAL TUBE PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
7. PERSIAPAN
1. Alat :
c. Alat ganti balutan / luka (lihat perawatan WSD)
d. Oksigen
e. Suction pump lengkap dengan kanula pengisap
f. Stetoskop
2. Pasien
a. Beri penjelasan tujuandan prosedur perawatan tracheal
canule
b. Atur posisi pasien yang menyenangkan
8. PROSEDUR KERJA
- Hubungkan suction pump dengan arus listrik
- Cuci tangan secara aseptic
- Pasang sarung tangan steril
- Kasa yang menutup tracheal tube diambil lalu dibuang
ketempat sampah
- Lepaskan pengikat tracheal tube dengan cara menggunting
dan menarik pengikat menggunakan pinset anatomi atau
cirurgi dan buang dalam tempat sampah.
- Udara yang ada pada cuff tracheal tube dikeluarkan
- Membersihkan lender yang ada pada tracheal tube dengan
cara :
 Canula suction dimasukkan dengan tehnik menekuk bagian
tangan canule suction atau mematikan arus listrik untuk
menghindari pengeluaran FRC yang berlebihan
 Canula suction diluruskan atau menghidupkan suction
 Canula suction ditarik perlahan / lihat protap penggunaan

217 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


suction pump
 Canula yang kotor dibersihkan menggunakan kasa steril +
alcohol
 Lakukan pengisapan secara berulang sampai bersih.
- Cara mengetahui tracheal tube sudah bersih.
 Inspeksi : dengan melihat pengembangan dinding dada
dan dengan melihat ada secret atau tidak ada pada
tracheal tube
 Auskultasi : dengan mendengarkan bunyi nafas
 Palpasi : dengan mendekatkan punggung tangan
perawat didepan tracheal tube kemudian rasakan hawa
ekhalasi
- Setelah secret tidak ada lagi pada tracheal tube maka tracheal
tube dibersihkan menggunakan kasa steril + aquades dengan
pinset anatomi atau cirurgi
- Setelah bersih balut dengan kasa steril yang telah digunting
tengahnya berbentuk huruf V dan tracheal tube ikat kembali
menggunakan kasa steril yang agak panjang atau tali khusus
tracheal tube
- Tutup tracheal tube dengan kasa steril diatasnya untuk
mencegah masuknya serangga dengan debu
- Pasien dirapikan kembali dan alat – alat dibersihkan dan
perawat cuci tangan

9. HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Lendir yang terdapat pada tracheal tube harus dibersihkan apabila menumpuk
atau paling kurang tiap 6 jam
2. Slang suction tidak dimasukkan secara berulang – ulang pada tracheal tube tapi
hanya satu kali masuk kemudian ditarik
3. Catat tanggal / jam tindakan dilakukan, reaksi yang ditimbulkan akibat prosedur
yang dilaksanakan tersebut.

218 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR IMMOBILISASI DAN FIKSASI

A. PEMASANGAN GIPS

1. Pengertian
Gips merupakan fikasi eksternal yang sering dipakai. Gips terbuat dari plester
of fiberglas, dan plastik yang disediakan dalam bentuk golongan verband.
2. Tujuan
Imobilisasi fraktur tulang
Bobot
1 2 3
3. Persiapan Alat
a. Gipsone 4-6 inci sebanyak 6-8 buah
b. Softband 4-6 inci sebanyak 1-2 buah
c. Waskom berisi air
d. Pinsil merah biru
e. Waslap
f. Obat desinfektan atau tincture bensoid
g. Laken
4. Persiapan Pasien
a. Informed Concent
b. Atur posisi pasien
5. Prosedur
a. Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan
b. Kulit dibersihkan, cek apakah ada luka yang bisa menyebabkan
infeksi
c. Cedera kulit diobati dengan desinfektan, sebelum dipasang
gips kulit yang sehat diberi tincture bensoid
d. Lokasi fraktur dibungkus dengan softband secara sirkuler,
tulang-tulang yang menonjol ditutup dengan pelunak atau kain
laken yang agak tebal untuk mencegah tekanan.
e. Gipsona dibuka dari bungkusnya dan dicelupkan pada air dan
diberikan pada dokter untuk pemasangan pada daerah fraktur
f. Setelah pemasangan gips lapis demi laois oleh dokter
kemudian ratakan dan keringkan.
g. Setelah kering daerah sekitar pemasangan gips dibersihkan
dengan menggunakan waslap
6. Hal-hal yang harus diperhatikan

219 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


a. Perhatikan keluhan pasien mengenai rasa nyeri didalam gips
terutama pada tonjolan tulang karena mungkin terjadi tekanan
pada kulit
b. Lakukan permantauan neurosirkulasi tiap jam selama 24 jam
pertama setelah pemasangan gips.
c. Ekstremitas yang cedera ditinggikan mamakai bantal sampai
bahaya bengkak hilang.
B. PROTAP PEMASANGAN TRAKSI

1. Pengertian
Traksi adalah suatu mekanisme dimana terjadi penarikan yang teratur dan
terus menerus dipasang pada anggota badan. Traksi dibagi menjadi 2 macam
a. Traksi skeletal adalah traksi yang langsung pada tulang
b. Traksi kulit adalah traksi yang dilaksanakan dengan menggunaka pembalut
flanel, plaster atau alat yang sudah siap dari apotik langsung dipasang pada kulit
dan kemudian dipakai pemberat

2. Tujuan
a. Mengurangi patah tulang
b. Mempertahankan fragmen pada tulang pada posisi yang sebenatnya selama
penyembuhan
c. Mengiboliasasi bagian tubuh pada jaringan lunak yang sedang dalam
penyembuhan
d. Mengatasi spasme otot
e. Melepaskan adhesi
f. Memperbaiki deformitas
Bobot
1 2 3
3. Persiapan Alat
a. Skin traction 1 set
b. Tali neulor 2 meter
c. Beban secukupnya
d. Katrol 1 buah
e. Elastis verband 4 – 6 inci 1 – 2 buah
4. Persiapan pasien
a. Informed concent
b. Atur posisi pasien sesuai indikasi
5. Prosedur
a. Beritahukan pasien tindakan yang akan dilakukan
b. Reposisi lokasi patah tulang yang dilakukan oleh dokter
c. Lokasi patah tulang difikasi

220 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


d. Skintraction dipasang pada lokasi fraktur (ekstremitas bawah)
e. Elastis verband dipasang dengan cara pembalutan dengan
tehnik sirkuler
f. Katrol dipasang pada tempat tidur pasien dengan posisi tempat
tidur bagian kaki ditinggikan 450
g. Skintraction dihubungkan dengan beban menggunakan tali
dengan perhitungan 1/17 perkilogram berat badan
h. Atur posisi tidur pasien dan control posisi traksi tiap jam pada 24
jam pertama
6. Hal-hal yang harus diperhatikan
a. Untuk skeletal traksi dilakukan tindakan operasi, pemasangan
pen sebelum pemasangan traksi dan beban
b. Perawatan luka pada pen yang terpasang minimal sekali 24 jam
Lama pemasangan traksi sesuai dengan proses penyembuhan atau
tindakan selanjutnya (instruksi dokter)

C. PROTAP BALUTAN DAN MEMBALUT


1. Pengertian
Balutan dan membalut merupakan tindakan dalam perawatan luka atau menjadi
dislokasi pada sendi yang digunakan pada perawatan luka terbuka atau luka bakar
2. Tujuan
a. Untuk meningkatkan penyembuhan luka
b. Untuk menyerap sekresi dari luka
c. Untuk melindungi daerah luka dari bakteri, trauma
d. Untuk imobilisasi atau menyokong daerah luka
e. Untuk menambah estetika
f. Untuk mencegah pembentukan hematom
g. Untuk mengurangi rasa nyeri terhadapt paparan terhadap udara
Bobot
1 2 3
3. Persiapan
Alat :
a. Pembalut steril sesuai luka
b. Benda-benda pembalut yang diperlukan
c. Sarung tangan teril dan tak steril
d. Larutan pembersih
e. Plester
f. Kantong plastic untuk balutan yang kotor atau tempat
sampah.
Pasien
a. Beri penjelasan pada pasien tujuan balutan pada luka

221 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


b. Atur posisi yang menyenangkan
4. Prosedur Kerja
a. Cuci tangan
b. Lepaskan balutan lama dengan menggunakan sarung tangan
tak steril bila tersedia, letakkan dalam kantong plastic
c. Gunakan sarung tangan steril
d. Bersihkan luka dengan larutan steril seperti yang dipogramkan
dokter
e. Bersihkan dari pusat luka kedaerah perifer
f. Pasang pembalut dan kuatkan dengan plester atau dengan
pembalut
g. Buang benda-benda yang telah dan tidak digunakan
sebagaimana yang diperlukan
h. Lakukan dokumentasi tindakan keperawatan mengenai
 Tanggal dan waktu prosedur
 Penampilan dan ukuran luka
 Perkiraan jumlah dan sifat cairan yang keluar dari luka (catat
warna, tipe dan bau)
 Tipe balutan dan tempatnya
 Toleransi pasien dan atau keluarga mengenai balutan atau
pembalut

5. Perhatian
a. Balutan kering (bila terdapat epitel baru pada permukaan luka
jangan sampai dirusak ketika melepas balutan)
b. Kaji sirkulasi yang adekuat pada daerah luka
c. Dengan lembut bersihkan darah yang kering pada sekitar
balutan
d. Kaji balutan apakah sudah menutupi luka dengan baik
e. Kaji rasa nyaman pasien dan mobilitas yang tepat pada daerah
luka

222 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MENJAHIT (HECTING)

1. Pengertian
Tindakan menjahit luka ( hecting ) dengan alat yang telah disterilkan dan
membersihkanluka sesuai dengan keadaan luka ( luka bersih dengan Betadin dan
luka kotor denganH2O2, cairan steril serta Betadin ).

2. PERSIAPAN ALAT:
a. Sarung tangan steril
b. Duk lubang
c. Set alat bedah minor
d. Benang jahit
e. Jarum jahit
f. Kassa steril
g. Cairan normal saline (Nacl 0.9%)
h. Cairan antiseptik
i. Korentang steril dan tempatnya
j. Perlak dan pengalasnya
k. Obat anastesi
l. Plester
m. Gunting plester
n. Kom steril
o. Tempat sampah medis
p. Disposible syringe
q. Larutan H2O2/perhidrol
223 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
r. Celemek
s. Masker
t. Trolly

3. PROSEDUR/CARA KERJA
a. Cuci tangan
b. eringkan,kemudian pakai sarung tangan steril
c. Menyiapkan alat
d. Bersihkan luka menggunakan cairan antiseptik
e. Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril yang lain
f. Jaringan disekitar luka dianastesi
g. Bila perlu bersihkan luka dengan cairan normal saline(Nacl 0.9%)
h. Bila luka kotor dan dalam gunakan larutan H2 O2/perl hidrol 10%
i. Pasang duk lobang
j. Gunakan jarum untuk menjahit kulit,masukan benang ke lubang jarum,pada
penggunaan jarum melengkung(curved needle) dari arah dalam keluar.
k. Pegang jarum dengan menggunakan klem,kemudian mulai menjahit luka.
l. jika luka dalam sampai jaringan otot,maka jahit lapis demi lapis (jenis benang
disesuaikan dengan jaringan yang robek,contoh:catgut,chromic,side,dll)
m. Ikat benang dengan membentuk simpul.
n. Potong benang,sisakan sepanjang 1mm(untuk jahitan dalam),0.65cm (jahitan
luar)
o. Lanjutkan menjahit luka sampai luka tertutup.
p. Oleskan normal salin/desinfectan pada jahitan.
q. Tutup dengan kassa steril.
r. Pasang plester/hipafix
s. Dokumentasikan

224 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN NGT

Petunjuk penggunaan :
Nilailah setiap kinerja/ langkah yang diamati dengan memberi tanda checklist (√)
pada skala dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : Langkah/tugas tidak dikerjakan dengan benar atau ada
yang dihilangkan
2. Kompeten : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi
kurang tepat dan/ atau perlu bantuan preseptor
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar sesuai urutan, tepat
tanpa ragu-ragu atau tidak perlu bantuan

A. PENGERTIAN
NGT adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung
untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada klien yang tidak mampu untuk
mengkonsumsi makanan,cairan dan obat-obatan secara oral.

B. TUJUAN
1. Memasukkan makanan dan obat pasien yang tidak bias makan melalui mulit
2. Mencegah distensi gaster
3. Melakukan bilas lambung
4. Mengambil specimen asam lambung untuk diperiksa di laboratorium

PENUNTUN BELAJAR PEMASANGAN OKSIGEN PENGAMATAN


225 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan Alat
1. Pasien
a. Apabila penderita sadar, jelaskan terlebih dahulu tujuan
pemasangan NGT
b. Apabila klien tidak sadar , kita jelaskan pada keluarga
klien.
2. Alat – alat
a. NGT ( Naso Gastric Tube) No.18 sesuai kebutuhan
b. Disposisi spuit 50 cc/blas spuit
c. Bengkok
d. Klem dan Jelly
e. Plaster dan gunting
f. Pengalas untuk tutup dada penderita
g. Stetoskop
h. Baskom berisi air
D. Prosedur Kerja
a. Cuci tangan dan atur peralatan
b. Jelaskan prosedur pada pasien
c. Bantu pasien untuk posisi Fowler
d. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda
bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan
dominan kiri)
e. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk
bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain
tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan
mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau
lidi kapas. Periksa adakah infeksi dll
f. Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.
g. Persiapkan tissue dalam jangkauan.
h. Gunakan sarung tangan
i. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan
ditandai dengan plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan
menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga;
Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan
sternum; tandai lokasi di tonjolan sternum dengan plester
kecil.
j. Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke
dalam lubang hidung yang paling bersih
k. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung,
minta pasien menahan kepala dan leher lurus dan
226 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
membuka mulut.
l. Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang
dalam faring, instruksikan pasien untuk menekuk kepala ke
depan dan menelan.
m. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan
memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat pasien
menelan (jika pasien batuk atau slang menggulung di
tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-
langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien untuk
bernafas dalam
n. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke
lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa
penempatannya:minta pasien membuka mulut untuk melihat
slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung,
tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke
selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung
dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
o. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester
sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1
inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung,
kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang.
p. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah
pasien. Pita karet dapat Digunakan untuk memfiksasi
selang.
Nilai : Jumlah Nilai X 3 =
18

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)


A. Pengertian
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi
pernafasan dan jantung guna kelangsungan hidup pasien
B. Tujuan
Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru
C. Indikasi
1) Henti nafas
2) Henti jantung
D. Persiapan
E. Alat
a) Alat pelindung diri (masker, handscoen)
227 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
b) Trolly emergency yang berisi :
(1) Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)
(2) Magil force
(3) Pipa trakhea berbagai ukuran
(4) Trakhea tube berbagai ukuran
(5) Gudel berbagai ukuran
(6) CVP set
(7) Infus set/blood set
(8) Papan resusitasi
(9) Gunting verband
(10) Bag resuscitator lengkap
(11) Semprit 10 cc – jarum no. 18
c) Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai
d) Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai
e) EKG record
f) EKG monitor bila memungkinkan
g) C shock lengkap
2) Pasien
a) Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras
c) Baju bagian atas pasien dibuka
e. Pelaksanaan
1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)
2. Mengecek kesadaran pasien dengan cara :
 Memanggil nama
 Menanyakan keadaannya
 Menggoyangkan bahu pasien/mencubit pasien
3. Jika pasien tidak sadar/tidak ada respon, aktifkan SPGDT
4. Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan
5. Menilai pernafasan dengan cara :
 Melihat pergerakan dada/perut
 Mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung
 Merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau punggung tangan
f. Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buata dengan resuscitator sebanyak 2 kali
secara
perlahan
g. Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika arteri carotis
teraba
cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali
h.Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi
jantung luar

228 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


dengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan 3 : 1 untuk
neonatus.
i) Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek pernafasan
j) Jika nafas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasi dimulai dengan kompresi
jantung
luar.
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a) Evaluasi pernafasan pasien tiap 1 menit saat dilakukan RJP BC kombinasi
b) Lakukan RJP BC sampai :
1) Timbul nafas spontan
2) Diambil alih alat/petugas lain
3) Dinyatakan meninggal
4) Penolong tidak mampu atau sudah 30 menit tidak ada respon
c) Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara :
1) Dewasa
(a) Penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangan dengan kejutan bahu
(b) Penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atas proses xyphoideus
(c) Kedalaman tekanan 3-5 cm
(d) Frekuensi penekanan 80-100 kali per menit
2) Anak
(a) Penekanan menggunakan satu pangkal telapak tangan
(b) Kedalaman tekanan 2 – 3 cm
(c) Frekuensi penekanan 80 – 100 kali per menit
3) Neonatus
(a) Punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri penolong
sedangkan tangan kiri memegang lengan atas bayi sambil meraba arteri
brakhialis sebelah kiri
(b) Jari tangan dan telunjuk tangan penolong menekan dada bayi pada posisi
sejajar putting susu 1 cm ke bawah
(c) Kedalaman tekanan 1-2 cm
(d) Perbandingan kompresi jantung dengan begging adalah 3 : 1

“RESUSITASI JANTUNG PARU (RJp)


1. Bebaskan jalan napas (airway), dengan cara :

Bayi Anak (1-8 tahun)


 Tepuk atau guncangkan bahu  Tepuk atau guncangkan bahu
perlahan atau berbicara dengan dengan perlahan
suara keras  Tanyakan korban apakah dia

229 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Berteriak untuk meminta baik-baik saja
bantuan, jika ada penolong kedua  Berteriak untuk meminta
minta orang untuk menghubungi bantua, jika ada penolong kedua
ambulan 118 minta orang lain untuk
 Telentangkan korban, topang menghubungi ambulan 118
kepala dan leher jika perlu selama  Telentangkan korban, topang
4-10 detik kepala dan leher selama 4 – 10
 Tengadahkan / ektensikan detik
kepala atau dorong dagu  Tngadahkan / ekstensikan
 kepala atau dorong dagu

2. Beri bantuan pernapasan (breathing), dengan cara :


Bayi Anak (1-8 tahun)
 Tempatkan telinga penolong di  Tempatkan telinga penolong di
atas mulut, amati dada, lihat, atas mulut korban, amati dada,
dengar, dan rasakan adanya napas lihat, dengar dan rasakan adanya
(3-5) detik napas (3-5) detik
 Jaga agar jalan napas terbuka  Jaga agarjalan napas terbuka
 Rapatkan mulut penolong ke  Rapatkan mulut penolong ke
hidung dan mulut korban mulut korban
 Beri napas dua kali secara  Beri 2 kali napas secara
perlahan, amati meningginya dada perlahan, amati naiknya tinggi dada
 Masing-masing napas, 1 sampai  Masing-masing napas selama 1
1,5 detik sampai 1,5 detik
 Reposisi penderita dan coba  Reposisi penderita dan coba
beri napas bantuan beri napas bantuan
 Minta bantuan 118  Minta bantu 118
 Lakukan 5 tepukan di bagian  Lakukan lima dorongan /
punggung sentakan abdominal
 Angkat rahang, jika ada benda subdiafragmatik (maneuver
asing ambil dengan jari Heimlich)
 Jika tidak berhasil ulangi empat  Angkat rahang, jika ada benda
langkah di atas sampai berhasil asing ambil dengan jari
 Raba nadi brakalis dan  Jika tidak berhasil ulangi empat
pertahankan kepala tetap langkah diatas sampai berhasil
mengadah  Raba nadi karotis dengan satu
 Jika nadi tidakteraba, lakukan tangan dan pertahankan kepala
kompresi dada, dengan cara : tengadah dengan tangan kurang
- Letakkan 2-3 jari di atas lebih 5-10 detik
sternum, 1 jari dibawah garis  Jika nadi tidak teraba, lakukan
dan tekan sedalam 1,85 – 2,5 kompresi dada, dengan cara :
230 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
cm, kompresi sedikitnya 100 kali - Letakkan jari telunjuk di
per menit sebelah jari yang berada
- Dalam satu siklus, 1 kali diatasnya
napas setiap 5 kompresi - Miringkan satu tangan di
- Jumlah siklus 20 (kira- sebelah jari telunjuk
kira 1 menit) - Tekan sedalam 2,5 –
- Raba denyut nadi 3,75 cm 100 kali permenit
brakalis - Dalam satu siklus, 1 kali
- Jika nadi tidak teraba, napas setiap 5 kompresi
ulangi RJP dimulai dengan - Jumlah siklus 20 (kira-
kompresi, panggil 118 kira 1 menit)
- Jika nadi ada tetapi - Raba denyut nadi karotis
napas tidak ada, ulangi - Jika nadi tidak teraba,
pemberian napas bantuan ulang RJP dimulai dengan
dengan 1 kali napas setiap 3 kompresi, panggil 118
detik (20 kali per menit) - Jika nadi ada tetapi
napas tidak ada, ulangi
pemberian napas buatan
dengan1 kali napas setiap 3
detik (20 per menit)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN EKG

A. PENGERTIAN
Alat rekam jantung adalah suatu alat untuk mengetahui ada / tidak adanya
kelainan jantung pada pasien dengan menggunakan alat (EKG).
B. TUJUAN
Sebagai acuan pemasangan Alat Rekam Jantung dengan menggunakan alat
EKG.
C. INDIKASI
1. EKG digunakan pada pasien yang dicurigai adanya kelainan jantung.
2. Pasien dengan keluhan nyeri epigastrium (umur > 45 tahun)

PENGAMATA
PENUNTUN BELAJAR POSTURAL DRAINASE
N

231 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
D. Persiapan
a. Alat
Alat EKG
b. Pasien
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal – hal yang akan dilakukan
2. Atur posisi pasien sesuai indikasi ( posisi drainase postural
E. PROSEDUR
a. Petugas menjelaskan tentang tindakan, kemudian dekatkan alat ke
samping pasien.
b. Minta pasien membuka baju, dan melepaskan benda-benda logam
yang melekat di badan pasien.
c. Beri gosokkan kapas alkohol (secukupnya) pada daerah yang akan
dipasang sondopan.
d. Pasang sondopan extremitas : lengan kanan (kabel merah), lengan
kiri (kabel kuning), pergelangan kaki kiri (kabel hijau), pergelangan
kaki kanan (kabel hitam).
e. Pasang sondopan prekordial pada lokasi-lokasi berikut :
e.1. V1 : Ruang / celah interkostal IV garis sternal.
e.2. V2 : Ruang / celah interkostal IV garis sternal kiri
e.3. V3 : Antara / pertengahan V2 dan V4
e.4. V4 : Ruang / interkostal V, garis midclavicula
e.5. V5 : Sejajar V4 garis aksila depan
e.6. V6 : Sejajar V5 garis aksila media
f. Pasang stop kontak pad aliran listrik, beritahu pasien agar tenang,
dan sementara jangan menggerakkan badan dulu.
g. Nyalakan EKG, start, tunggu alat EKG bekerja.
h. Setelah 12 lead selesai dan add pasien tercatat, matikan EKG.
i. Potong kertas EKG yang sudah terbaca, tulis identitas, jam EKG
pada kertas yang sudah tersedia.
j. Bereskan alat sondopan yang melekat pada badan pasien.
k. . Catat tindakan pada status.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN SYOK


A. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan
pelayanan penanganan Syok Anafilaktik.
B. SASARAN :

232 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pelayanan /
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik di Ruang Pelayanan.
URAIAN UMUM :

A . Penatalaksanaan Syok Anafilaktik :


Penyuntikan Adrenalin 0,3 – 0,5 ml IM bila pasien mengalami reaksi / syok setelah
penyuntikan dengan tanda-tanda : sesak, pingsan, kelainan kulit ).
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Penanganan Utama dan segera :
1. Hentikan pemberian obat / antigen penyebab.
2. Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari kepala.
3. Berikan Adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg/ml )
Segera secara IM pada otot deltoideus, dengan dosis 0,3 – 0,5 ml (anak :
0,01 ml/kgbb) dapat diulang tiap lima menit, pada tempat suntikan atau
sengatan dapat diberikan 0,1 – 0,3 ml
Pemberian adrenalin IV apabila terjadi tidak ada respon pada pemberian secara
IM, atau terjadi kegagalan sirkulasi dan syok, dengan dosis ( dewasa) : 0,5 ml
adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg / ml ) diencerkan dalam 10 ml larutan garam faali dan
diberikan selama 10 menit.
4. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi ) sampai syok
teratasi.
5. pasang infus dengan larutan Glukosa faali bila tekanan darah systole kurang
dari 100 mmHg.
6. Pemberian oksigen 5-10 L/menit
7. Bila diperlukan rujuk pasien ke RSU terdekat dengan pengawasan tenaga medis.
b. Penanganan Tambahan :
1. Pemberian Antihistamin :
Difenhidramin injeksi 50 mg, dapat diberikan bila timbul urtikaria.
2. Pemberian Kortikosteroid :
Hydrokortison inj 7 – 10 mg / kg BB, dilanjutkan 5 mg / kg BB setiap 6 jam atau
deksametason 2-6 mg/kgbb. untuk mencegah reaksi berulang.
Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk mengatasi syok anafilaktik.
3. Pemberian Aminofilin IV, 4-7 mg/kgbb selama 10-20 menit bila terjadi tanda –
tanda bronkospasme, dapat diikuti dengan infuse 0,6 mg /kgbb/jam, atau
brokodilatator aerosol (terbutalin, salbutamo ).
c. Penanganan penunjang :
1. Tenangkan penderita, istirahat dan hindarkan pemanasan.
2. Pantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada jam pertama.
B. Penanganan syok haemoragik
F. Defenisi
Suatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang disebabkan karena
adanya perdarahan
233 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
G. Tujuan
1) Memulihkan perfusi pada jaringan
2) Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh
3) Mencegah kematian
H. Indikasi
1) Syok haemoragik
I. Persiapan
J. Alat
 Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
 Neck collar
 Balut cepat
 Infus set
 Plester
 Ringer lactat yang hangat
 Monitor EKG
 Pulse oksimeter
 Oksigen set
 Kateter
 Urin bag
K. Pasien
Pasien disiapkan sesuai dengan kebutuhan tindakan di atas brankard.
L. Lingkungan
Tenang dan aman
M. Pelaksanaan
1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker,
handscoen, scort)
2) Airway dan C spine dijamin aman
3) Breathing dijamin aman, berikan oksigen
4) Circulation
5) Infus 2 line dengan jarum no. 14/16 RL 1.000-2.000 ml sesuai dengan
kebutuhan atau kelasnya syok.
6) Periksa laboratorium darah : golongan darah, Hb/Ht, AGD
7) Transfusi spesifik type atau golongan O
8) Stop sumber perdarahan
9) Tidak ada rekasi dilakukan bedah resusitasi untuk menghentikan perdarahan
10) Pasang monitor EKG
11) Pasang gastric tube
12) Pasang kateter dan nilai produksi urin
PROTAP PERAWATAN LUKA BAKAR

N. Pengertian

234 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Suatu tindakan perawatan yang dilakukan pada pasien yang mengalami
injuri yang disebabkan oleh iraman air panas, sengatan listrik, kebakaran dll.
O. Tujuan
1. Sebagai tindakan pengobatan
2. Mencegah infeksi
PENUNTUN BELAJAR PERAWATAN LUKA BAKAR PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
P. Persiapan
c. Alat
d. Alat-alat steril
e. Alat tenun
f. Set ganti bantuan
g. Spoit 10 cc
h. Kain kasa
i. Verban sesuai dengan ukuran kebutuhan
j. Alat-alat tidak steril
1) Bengkok
2) Obat penenang bila diperlukan
k. Obat-obatan tidak steril
1) Salep kulit sesuai program
2) Cairan desinfektan
l. Pasien
Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan

Q. Pelaksanaan
Memandikan pasien diruang khusus dengan fasilitas khusus :
d. Sebelum tindakan
1. Bak mandi dibersihkan dan didesinfeksi
2. Bak mandi diisi air dengan suhu 37 – 430 C
3. Memasukkan desinfektan kedalam bak mandi dengan
konsentrasi sesuai aturan
e. Selama tindakan
- Pasien diantar keruang khusus
- Pasien dipersiapkan dengan menanggalkan baju
- Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien
:
 Merendam pasien kedalam bak mandi
 Mengambil cairan …. Sebelum dan sesudah pasien
dimandikan
 Membuang jaringan nekrotik

235 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Memecahkan bulla
- Memindahkan pasien keatas brankard yang sudah dialas
dengan perlak dan alat tenun steril
- Mengeringkan badan pasien dengan handuk steril
kemudian pasien diberi salep sesuai program dokter
- Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien
diantar ketempat perawatan khusus
- Melakukan observasi terhadap :
Tensi, nadi, suhu dan pernafasan
Posisi jarum infuse, kelancaran tetesan infuse
Reaksi pemberian cairan infuse dan reaksi pasien setelah
dimandikan
- Mencatat segala perkembangan dan hasil observasi
f. Memandikan pasien diruang tindakan :
1) Pasien dipersiapkan, baju ditanggalkan
2) Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien
 Mencuci daerah luka baker dengan cairan NaCL 0,9 %
yang sudah dicampur dengan desinfektan
 Membersihkan luka baker dari segala kotoran yang
menempel
 Mebuang jaringan nekrotik
 Memecahkan bulla dengan memakai spoit
 Mebilas luka baker dengan cairan steril tanpa
desinfektan
g. Mengeringkan daerah luka bakar / bagian yang dicuci
dengan kasa steril kemudian diberi salep sesuai program
pengobatan
h. Memindahkan pasien ke brankard yang sudah diberi alas /
alat yang steril
i. Menutup pasien dengan alat yang steril kemudian pasien
diantar keruang perawatan
j. Mengobservasi terhadap :
 Tensi, nadi, suhu dan pernafasan
 Posisi jarum infuse, kelancaran tetesan infuse
 Reaksi pasien setelah dimandikan
k. Memberikan suntikan analgetik sesuai program bila
diperlukan
l. Melapor segera pada dokter bila terdapat perubahan
keadaan umum.

236 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PANDUAN PANUM PROFESI NERS
KOMPETENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS
PROGRAM STUDY S.1 KEPERAWATAN

237 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
PENDAHULUAN

Dalam upaya peningkatan kemampuan pengetahuan, sikap serta keterampilan


peserta didik mahasiswa Stikes Panrita Husada Bulukumba, maka untuk itu disusunlah
satu buku petunjuk teknis penatalaksanaan keterampilan keperawatan komunitas.
Dimana dalam buku panduan ini memberikan gambaran dan petunjuk praktek asuhan
keperawatan komunitas sehingga mempermudah mencapai target kemampuan
kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa profesi Ners sebelum melaksanakan
praktek KKN Profesi nantinya di masyarakat.
Dalam buku ini masih sangat jauh dari kesempurnaan namun untuk
mempermudah mahasiswa dalam kegiatan kepaniteraan umum, sebelum memasuki
Program praktek.

238 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PANDUAN PANUM PROFESI NERS
KOMPETENSI KPERAWATAN KOMUNITAS
STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
STANDAR KOMPETENSI S.1 KEPERAWATAN ;
MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Melakukan pelayanan kesehatan utama
B. Melakukan pengorganisasian masyarakat
C. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
D. Melaksanakan asuhan keperawatan kelompok khusus dikomunitas
KOMPETENSI MATA KULIAH YANG DIHARAPKAN
A. Menerapkan pelayanan kesehatan utama
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dipuskesmas
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan utama di PKM
3. Melakukan kerjasama lintas program & sektoral
B. Menerapkan pengorganisasian masyarakat
1. Melakukan persiapan
- Penentuan area
- Mengenal karakteristik masyarakat
- Partisipasi dalam kegiatan social
- Penyesuaian gaya hidup dimasyarakat
2. Melakukan pengorganisasian
- Pembentukan kelompok kerja kesehatan
- Pengakuan / pengesahan kelompok kerja
3. Melakukan pendidikan kesehatan
- Pembuatan leaflet
- Pembuatan brosur
239 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
- Pembuatan SAP
- Pembuatan Register
4. Membentuk formasi kepemimpinan
- Pengorganisasian masyarakat
- Pendanaan masyarakat
5. Melakukan koordinasi
- Intersektoral
- Lintas sektoral
6. Melakukan terminasi
- Evaluasi
C. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
1. Melakukan pengkajian keperawatan
2. Merumuskan diagnose keparawatan
3. Menentukan intervensi
4. Mengimplementasikan intervensi
- Promotif
- Preventif
- Pelayanan kesehatan langsung
5. Melakukan evaluasi
D. Melaksanakan asuhan keperawatan kelompok khusus dikomunitas
1. Asuhan keperawatan kelompok balita dikomunitas
2. Asuhan keperawatan kelompok anak sekolah dimasyarakat
3. Asuhan keperawatan kelompok remaja dimasyarakat
4. Asuhan keperawatan kelompok usia produktif
5. Asuhan keperawatan kelompok pekerja
6. Asuhan keperawatan kelompok lansia

PEMBUATAN SAP PENYULUHAN


D. Health Education (HE)
7. Pengertian
Health Education (HE) merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak
saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan.
8. Tujuan :
Memberikan informasi/ latihan kepada masyarakat agar mampu memahami
situasi kesehatan yang dihadapi dan mampu mengambil keputusan dalam
memilih cara yag terbaik untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi dan
meningkatkan kesehatannya.
a. Peningkatan kesehatan
b. Preventif
c. Kuratif
240 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
d. Rehabilitasi
9. Prinsip penyuluh yang efektif
c. Memilih strategi belajar yang tepat
Penyusunan program pengajaran (SAP + Materi) secara tertulis untuk
diimplementasikan
d. Penetapan lingkungan belajar yang tepat
4) Persiapan kondisi fisik
 Posisi presenter – klien/ peserta
 Penerangan dan suhu ruangan
 Alat pengeras suara
5) Persiapan kondisi interpersonal
Hubungan antara manusia merupakan hubungan yang terapeutik suportif
dan kondusif menghasilkan interaksi pembelajaran yang berkualitas.
6) Kondisi Organisasi
Aspek administrasi
 Panitia
 Penyusunan jadwal
 Membuat pengumuman
 Persiapan-persiapan : AVA, Poster
10. Pengorganisasian pengalaman belajar
c. Pengorganisasian materi : Inti proses pembelajaran dan konsep sederhana
ke ide / uraian yang lebih kompleks.
d. Rancangan penyajian sesuai kemampuan peserta dan interval waktu yang
cukup untuk memberi kesempatan peserta menyerap materi.
11. Motivasi partisipasi peserta akan pembelajaran
c. Memberi kesempatan bertanya
d. Meminta pendapat tentang materi.
12. Melakukan evaluasi dan feed back.
Kuis, test, tugas kelompok, mood meter dan check list.
E. Satuan Acara Pengajaran dan Penyuluhan (SAP)
3. Pengertian :
SAP adalah program pengajaran yang merupakan rencana/ rancangan atau
kerangka pengajaran penyuluhan yang akan disampaikan kepada peserta
(masyarakat) dalam situasi interaksi belajar mengajar.
4. Format SAP
SAP Penyuluhan

13. Cabang Ilmu :


14. Topik :
15. Hari/Tanggal :
16. Waktu :

241 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


17. Tempat :
18. Sasaran :
19. Metode :
20. Media :
21. Materi :
22. Pemateri :
Tujuan umum :
Tujuan Khusus :
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan Waktu
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Penyuluh
Peserta
Membuka pengajaran …………………… ………………… (5–10 % ).
Penyajian materi …………………… ………………… (80–90 %
Menutup pelajaran …………………… ………………… ).
(10-15 %)
23. Evaluasi
 Objektif test
 Check list
 Mood meter, perfomance test dll.
24. Rujukan/ Kepustakaan
F. Aktivitas mahasiswa
Setelah mahasiswa membaca dan memahami cara pembuatan SAP penyuluhan
kesehatan, maka diharapkan mahasiswa mampu :
2. Membuat SAP penyuluhan tentang masalah tertentu yang terjadi di masyarakat
Mengaplikasikan / mendemonstrasikan penyuluhan kesehatan di masyarakat sesuai
dalam SAP yang sudah dibuat
PEMBUATAN LEAF LET

G. Dasar Pemahaman :
Defenisi :
Selembar kertas yang berisi tulisan cetak rentang sesuatu masalah khususnya
untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu.
H. Pemanfaatan :
3. Dapat ditempel di papan pengumuman puskesmas, rumah sakit, kantor atau
sekolah atau tempat-tempat lainnya yang mudah untuk dilihat oleh masyarakat
umum.
4. Dapat diberikan kepada sasaran setelah penyuluhan
I. Bentuk Leaflet :
5. Tulisan terdiri dari 200-400 huruf dengan tulisan cetak biasanya diselingi dengan
gambar-gambar
6. Harus dapat dibaca sekali pandang

242 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


7. Usuran biasanya 20 x 30 cm
8. Dapat berupa leaflet tentang imunisasi, penatalaksanaan diare, demam
berdarah, pemberian vitamin A dan lain-lain.
J. Keuntungan :
7. Dapat disimpan lama, bila lupa dapat dibuka kembali
8. Dapat dipakai sebagai bahan rujukan
9. Isi dapat dipercaya karena dicetak dan dikeluarkan oleh instansi resmi
10. Jangkauannya jauh dan dapat membantu jangkauan media lain
11. Jika perlu dapat dicetak ulang
12. Dapat dipakai sebagai bahan diskusi untuk kesempatan yang berbeda.
K. Kerugian :
4. Bila cetakannya kurang menarik, orang akan enggan untuk menyimpannya.
5. Kebanyakan orang malas membacanya, apabila hurufnya terlalu kecil dan
susunannya kurang menarik
6. Tidak dapat digunakan oleh orang yang tidak bisa membaca.
L. Aktifitas Mahasiswa
Setelah mahasiswa membaca dan memahami dasar pemahaman tentang
pembuatan leaflet, maka diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan dalam
bentuk nyata tentang pembuatan leaflet dalam kegiatan ini. Kegiatan selanjutnya :
6. Mahasiswa membentuk kelompok Kecil yang terdiri dari 4-5 orang sehingga
terbentuk 4 kelompok Kecil.
7. Masing-masing kelompok menyiapkan alat tulis menulis yang diperlukan seperti
pulpen, pensil, spidol, kertas ukuran leaflet, penggaris, pewarna kalau ada, dan
lainnya yang dianggap perlu.
8. Masing-masing kelompok mendiskusikan tentang topik yang akan disampaikan
dalam leaflet yang akan dibuat seperti tentang Manfaat ASI dan Cara Menyusui
yang benar, Penanggulangan Diare, manfaat Jamban Keluarga, Imunisasi dan
Posyandu, dan beberapa topik lainnya.
9. Topik yang telah dipilih selanjutnya didesain oleh masing-masing kelompok
secara manual untuk dibuat sebagai leaflet.
10. Leaflet yang telah jadi selanjutnya dikonsultasikan kepada pembimbing
kemudian didesain secara komputerisasi (dilanjutkan di rumah untuk
disempurnakan)
Setelah selesai dikonsultasikan, dikumpulkan kepada pembimbing.

PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA KESEHATAN


E. DASAR PEMAHAMAN :
Pengertian
Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia pada umumnya disebabkan
karena faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan masyarakat khususnya dalam
bidang kesehatan sebagai akibat dari rendahnya status social ekonomi masyarakat
terutama pada masyarakat kalangan menengah ke bawah. Hal ini akan
243 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
mengakibatkan menurunnya status kesehatan keluarga dan masyarakat yang akan
mempengaruhinproduktifitas individu, keluarga dan masyarakat sehingga daya beli
dan tingkat pemenuhan kebutuhan hidupnya akan menurun, yang akan berdampak
pula pada kemampuan memperoleh bahan makanan yang memiliki nilai Gizi tinggi,
obat-obatan dan pelayanan kesehatan yang profesional dan nantinya akan
mempengaruhi lagi produktifitasnya. Siklus ini akan menjadi sebuah lingkaran setan.
Olehnya itu perlu dipikirkan upaya-upaya yang diharapkan mampu membantu
masyarakat melalui upaya pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.
Salah satu upaya yang dapat dipikirkan antar lain melalui pembentukan kelompok
kerja kesehatan.
Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES) merupakan statu kelompok kerja yang
ada dibentuk oleh masyarakat yang anggota-anggotanya berasal dari componen
yang ada di masyarakat dan berusaha untuk mengidentifikasi dan mengatasi
permasalahan-permasalahan dalam bidang kesehatan yang terjadi di masyarakat.
Pembentukan kelompok kerja ini beranjak dari pemahaman bahwa masyarakat
bukan hanya sebagai obyek atau sasaran akan tetapi juga sebagai subyek dari
pembangunan termasuk pembangunan di sector kesehatan, di camping itu juga
dipahami bahwa kerjasama melalui kelompok kerja ini mutlak diperlukan untuk
memudahkan terlaksananya program-program kesehatan. Kelompok kerja ini
diharapkan menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan di masyarakat dan
menjadi perpanjangan tangan pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dalam melaksanakan program kesehatan.
5. Beri kesempatan agar masyarakat sendiri yang menentukan masalah kesehatan/
keperawatan, baik yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
6. Beri kesempatan agar masyarakat sendiri yang membuat analisa dan menyusun
perencanaan penanggulangan masalah.
7. Beri kesempatan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk
melaksanakan perbaikan dalam bidang kesehatan.
8. Dalam prosesnya, sedapat mungkin digali sumber-sumber daya yang ada di
dalam masyarakat sendiri dan kalau betul-betul diperlukan dapat dimintakan dari
luar.

F. Prinsip-prinsip Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat


5. Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat
6. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat
7. Dalam melaksanakan kegiatan harus selalu diberikan bimbingan, pengarahan
dan dorongan agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya.
8. Selama proses, petugas harus bersedia mendampingi masyarakat dengan
mengambil fungís sebagai katalisator untuk mempercepat proses.

G. Operasional Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES)

244 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Pembentukan kelompok kerja kesehatan juga merupakan salah satu komponen
yang semestinya terealisasi pada fase pengorganisasian (tahap II) dari fase-fase
pengorganisasian masyarakat yang sebenarnya telah harus dipikirkan sewaktu
tahap persiapan. Adapun kerangka pembentukan POKJAKES sebagai berikut :
7. Pengenalan dengan masyarakat setempat baik melalui jalar tokoh-tokoh formal
maupun tokoh-tokoh informal
8. Interaksi dan interelasi dengan masyarakat untuk mengenal masalah kesehatan
misalnya melalui survey masalah kesehatan.
9. Musyawarah masyarakat dusun/ rembuk dusun dengan melibatkan elemen-
elemen yang ada di dusun termasuk puskesmas. Pada pertemuan ini yang
dibahas antara lain :
e. Permasalahan kesehatan di dusun
f. Penyusunan program penanggulangan dan bentuk kerja sama yang akan
dilakukan
g. Pembentukan POKJAKES tingkat dusun dan struktur organisasinya
h. Hal lain yang dianggap penting.
10. Musyawarah Masyarakat Desa/ Kelurahan atau lokakarya mini kesehatan atau
rembuk desa/ kelurahan dengan melibatkan elemen-elemen yang ada di desa
termasuk puskesmas. Pada pertemuan ini yang dibahas antara lain :
d. Permasalahan kesehatan masing-masing dusun
e. Penyusunan program penanggulangan dan bentuk kerjasama yang akan
dilakukan.
f. Pembentukan POKJAKES tingkat desa/ kelurahan.
11. Pengesahan Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES) oleh Lurah atau
pemerintah daerah.
12. Pembinaan POKJAKES.

H. Kegiatan Mahasiswa :
Setelah memahami tentang pembentukan POKJAKES, maka diharapkan
mahasiswa mampu mengaplikasikan dalam bentuk kegiatan simulasi pembentukan
POKJAKES. Dalam kegiatan ini Sangat diharapkan partisipasi aktif mahasiswa
dalam memainkan peran untuk menghidupkan kegiatan simulasi ini. Kegiatan
selanjutnya adalah :
5. Mahasiswa membentuk 2 kelompok kecil, satu kelompok sebagai
provider/mahasiswa dan selanjutnya disebut kelompok provider dan kelompok
lainnya sebagai elemen masyarakat (Kadus, kader kesehatan, Kepala
Puskesmas, PKK/Ketua Dasawisma, kelompok pemuda/pemudi dan elemen
lainnya) dan disebut sebagai kelompok masyarakat.
6. Kelompok provider melakukan peran sebagai provider / mahasiswa untuk
mengorganisir kelompok masyarakat untuk membentuk POKJAKES tingkat
dusun.

245 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


7. Setelah kegiatan tersebut terlaksana, kedua kelompok bertukar posisi. Kelompok
provider / mahasiswa berubah menjadi kelompok masyarakat demikian pula
sebaliknya.
8. Kelompok provider / mahasiswa akan mengorganisir pembentukan POKJAKES
tingkat desa/ lurah.
Masing-masing kelompok membuat laporan pelaksanaan kegiatan.
POSYANDU BALITA

D. Tujuan
Tujuan mempelajari posyandu balita :
5. Untuk mengetahui program yang ada di Posyandu
6. Melaksanakan kegiatan bulanan Upaya Pelayanan Gizi Keluarga (UPGK) di
dalam Posyandu
7. Memahami dan dapat mempraktekkan cara pengisian Kartu Menuju Sehat
(KMS)
8. Mengerti alur tindakan berdasarkan hasil timbangan.
Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, anak dan balita dan anega
kelahiran dalam Pelita IV telah dikembangkan pendekatan pendekatan partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan keberhasilan dalam mencapai sasaran yang telah
ditetapkan dalam Pelita IV dengan cara membina masyarakat utnuk berusaha
menolong mereka sendiri dalam melaksanakan 5 program prioritas yang
mempunyai dampak besar dalam menurunkan angka kematian bayi balita dan
menurunkan angka kelahiran.
5 (lima) program yang dimaksud adalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berencana (KB), gizi, Imunisasi dan penanggulangan Diare. Dalam melaksanakan
posyandu balita untuk mengetahui dan memantau pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak dapat dilihat pada kartu Menuju Sehat (KMS). KMS untuk balita
adalah alat yang sederhana dan murah hinggá dapat digunakan untuk memantau
kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu
balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi Posyandu atau
fasilias pelayanan kesehatan termasuk bidan dan dokter.
E. Manfaat
Manfaat KMS balita adalah :
4. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara
lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan immunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, Kondisi kesehatan,
pemberaian ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI.
5. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
6. Sebagai sarana comunitas yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
F. Hal-hal yang perlu diperhatikan
KMS balita dapat berguna, apabila memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
246 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
9. Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita di lakukan setiap bulan
10. Semua kolom isian diisi dengan benar
11. Semua keadaan kesehatan dan gizi anak dicatat.
12. Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS balita
13. Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil penimbangan
14. Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya dan dilakukan
tindakan yang sesuai.
15. Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali anak selesai
ditimbang dan hasil penimbangan di catat dalam KMS.
16. KMS balita disimpan oleh Ibu dan dibawa setiap kali mengunjungi Posyandu
atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.

Bagaimana cara memantau pertumbuhan Balita ? Pertumbuhan balita dapat


diketahui apabila setiap bulan ditimbang hasil penimbangan di catat di KMS, dan
antara titik berat KMS dari hasil penimbangan bulan lau dan hasil penimbangan
bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis.
6. Balita naik berat badannya, bila :
c. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna
d. Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna di atasnya.
7. Balita tidak naik berat badannya, bila :
d. Garis pertumbuhannya turun atau
e. Garis pertumbuhannya mendatar
f. Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah-pindah ke pita warna dibawahnya.
8. Berat badan balita di bawah garis merah, artinya :
Balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus sehingga
harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ rumah sakit.
9. Berat badan Balita 3 (tiga bulan) berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita
mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke
Puskesmas/ rumah sakit.
10. Balita tumbuh baik : bila garis berat badan naik setiap bulannya.
Balita sehat : bila berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau
pindah ke pita warna di atasnya.
Contoh Format
Pre Planning Pertemuan
Desa………………………………………………..
Stikes Panrita Husada Bulukumba
Kabupaten Bulukumba

K. Latar Belakang
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

247 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
L. Tujuan Umum
3. ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
4. ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..dst
M. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan pertemuan,diharapkan ;
3. ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
4. ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..dst
N. Sasaran & Target
3. Sasaran
…………………………………………………………………………………………
4. Target
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………..dst
O. Strategi Pelaksanaan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
P. Waktu & Tempat
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Q. Alat & Media
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

R. Setting Tempat
(Protokol,moderator, fasilitator,penanggung Jawab,peserta……………….dst)
S. Susunan Acara
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………
T. Uraian Tugas
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

248 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


NOTULEN PERTEMUAN
HARI/TANGGAL :
PUKUL :
TEMPAT :
ACARA
:……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
C. PERSIAPAN
6. ………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
7. ………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
8. ………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
9. ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
10. ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
D. PELAKSANAAN
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Mengetahui
Ketua Notulen

…………

249 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


………………………….
YAYASAN PANRITA HUSADA BULUKUMBA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TERAKREDITASI BAN-PT
Prodi S1 Keperawatan SK Nomor : 015/BAN-PT/Ak-XV/S1/VI/2012
Prodi D III Kebidanan SK Nomor : 007/BAN-PT/Ak-XII/Dpl-III/V/2012
Jln. Bakti Adiguna Kel.Caile Kab.Bulukumba Tlp (0413) 84244, Email :
www.stikespanritahusadabulukumba.ac.id

Nomor :…………………………..
Bulukumba,…………………………..
Lampiran :………………………….
Prihal : Undangan

Kepada
Yth :…………………….
Di :
Tempat
Dengan Hormat
Sehubungan dengan kegiatan KKN Profesi Stikes Panrita Husada
Bulukumba,Maka kami mengundang bapak/ibu/saudara (i) pada :
Hari/tanggal : ………………………………….
Jam :………………………………….
Tempat :………………………………….
Acara : 1. ……………………………..
2. ……………………………….
Demikian undangan kami,atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan banyak
terima kasih

Ketua Sekertaris

……………………. ………………………..

Mengetahui ,
Kepala……….

…………………………………………..
250 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
YAYASAN PANRITA HUSADA BULUKUMBA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TERAKREDITASI BAN-PT
Prodi S1 Keperawatan SK Nomor : 015/BAN-PT/Ak-XV/S1/VI/2012
Prodi D III Kebidanan SK Nomor : 007/BAN-PT/Ak-XII/Dpl-III/V/2012
Jln. Bakti Adiguna Kel.Caile Kab.Bulukumba Tlp (0413) 84244, Email :
www.stikespanritahusadabulukumba.ac.id

Nomor :…………………………..
Bulukumba,…………………………..
Lampiran :………………………….
Prihal : Permohonan menjadi narasumber

Kepada
Yth :…………………….
Di :
Tempat
Dengan Hormat
Sehubungan dengan akan
diadakannya……………………………………………………kami mengharapkan pihak
puskesmas ………………………….untuk memberikan materi dalam acara tersebut
yang insha Allah akan dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : ………………………………….
Jam :………………………………….
Tempat :………………………………….
Demikian undangan kami,atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan banyak
terima kasih

Ketua Sekertaris

…………………….
………………………..

Mengetahui ,
Kepala……….
251 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
…………………………………………..

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI KADER KESEHATAN


DI DESA ; ………………..
KECAMATAN ; ………………..
KABUPATEN ; ………………..

Saya yang bertanda tangan di bawah ini ;


Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Bersedia menjadi kader/tenaga sukarela untuk membantu masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan, saya dengan sukarela akan melaksanakan kegiatan ini, baik
didalam maupun diluar posyandu
…………….desa,……………..kecamatan…………………kabupaten………………….
Demikian pernyataan ini,saya buat dengan sesungguh-sungguhnya

Mengetahui
Suami/istri/oarng tua Yang menyatakan

……………………………..
………………………………..

252 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK

NO JENIS
CARA PENGKAJIAN
. KETERAMPILAN

1 Pengkajian GCS Mengetahui respon dalam GCS (Glass Gow Coma scale)
Penilaian secara Yaitu
kuantitatif 1. Respon eye (Buka mata)
2. Respon Verbal (Bicara)
3. Respon Motorik (Gerakan)
Menjelaskan setiap respon dalam GCS
Yaitu
D. Respon eye (Buka mata) : Rentang nilai : 1 - 4
1. Tidak membuka mata
2. Buka mata dengan stimulus nyeri
3. Buka mata dengan stimulus suara
4. Buka mata spontan
E. Respon Verbal (Bicara) : rentang nilai 1 – 5
1. Tidak ada respon
2. Hanya mengeluarkan suara erangan, hem,
meringis
3. Diberikan pertanyaan respon tidak sesuai
4. Pertanyaan sederhana pasien bingung, respon
benar
5. Pertanyaan komprehensip dijawab benar
F. Respon Motorik (Gerakan) : rentang niali 1- 6
1. Tidak ada respon
2. Reaksi deceberasi (ekstensi abnormal)
3. Reaksi docortikasi (fleksi abnormal)
4. Reaksi mengenal nyeri

253 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


5. Reaksi melokalisir nyeri
6. Mengikuti perintah
Penilaian secara Menilai GCS pasien
kualitatif Yaitu
Rentang nilai 3 – 15
1. Composmentis (sadar penuh) : 14 – 15
2. Acuh tak acuh (Cuek) : 10 -13
3. Somnolen (sering mengantuk, respon tepat) : 8 – 9
4. Soporocoma (semikoma) : 6 – 7
5. Coma (tidak sadar) : 3 - 5
2 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf
cranial I, II Yaitu
I : Olfactorius
II : Ofticus
Menjelaskan persiapan pemeriksaan
I : Olfactorius (mengkaji fungsi penciuman
Persiapan :
Menyiapkan bau – bauan (alcohol, betadin, kopi dll)
Mempersiapkan pasien

II : Ofticus (mengkaji fungsi pengelihatan)


Menyiapkan alat (snellen card, pulpen)
Persiapan pasien
Melakukan pengkajian saraf cranial I dan II
I : Olfactorius
1. Meminta pasien duduk (jika mampu)
2. Meminta pasien menutup mata
3. Meminta pasien menutup salah satu hidungnya
4. Mendekatkan bau – bauan ke hidung yang tidak
ditutup
5. Tanyakan ke pasien tentang bau yang dirasakan
6. Lakukan ke bau yang lain minimal 3
7. Lakukan ke hidung yang satu
Normalnya pasien mampu membedakan bau
II : Ofticus
C. Pengkajian ketajaman pengelihatan (visus)
1. Posisikan pasien (berdiri/duduk) dengan snellen
card pada jarak 5 m atau 6 m dan atau 20 kaki
2. Untuk memeriksa mata kanan pasien, tutup
mata kiri
3. Mulai menunjuk hurup terbesar pada snellen

254 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


card, minta pasien membaca hurupnya
4. Lakukan sampai hurup terkecil
5. Lakukan prosedur yang sama pada mata kiri
Normal : pasien mampu membaca snellen card
mulai yang terbesar sampai terkecil
VOD (visus orbital dekstra) : 5/5, 6/6, 20/20
VOS (visus orbital sinistra) : 5/5, 6/6, 20/20
D. Pengkajian lapang pandang
1. Pasien dan pemeriksa berhadapan (berdiri atau
duduk) pada jarak 60 cm
2. Meletakkan benda yang bisa dilihat missal
pulpen ditengah
3. Untuk memeriksa mata kanan pasien, minta
pasien menutup mata kiri
4. Pemeriksa menutup mata yang berlawanan
5. Menggerakkan benda tersebut ke arah kanan
6. Pada saat digerakkan tanyakan apakah pasien
masih melihat sampai batas maksimal
7. Lakukan prosedur tersebut pada mata kiri
Normal : sejauh pemeriksa melihat benda
tersebut juga dilihat oleh pasien
Lapang pandang normal membentuk sudut 180
derajat
3 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf
cranial III, IV dan Yaitu
VI III : Occulomotorius
IV : Troclearis
VI : Abdusen
Menjelaskan persiapan pemeriksaan
III : Occulomotorius
1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat (pen light)
3. Persiapan ruangan (agak gelap)
IV : Troclearis
- Persiapan alat (pilinan kapas steril)
VI : Abdusen
- Persiapan alat (pen light/benda yang dapat dilihat)
Melakukan pengkajian
III : Occulomotorius (pengkajian pupil)
C. Refleks cahaya langsung
1. Mengarahkan cahaya langsung pada pupil

255 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


melalui suduk kiri/kanan mata pasien
2. Melihat reaksi pupil
Normal : mengecil (miosis)
Tidak normal : membesar (midriasis), titik (pin
point)
D. Reflex cahaya tidak langsung
1. Mengarahkan cahaya antara mata kiri dan kanan
2. Melihat perbandingan ukuran pupil
Normal : ukuran sama (isokor)
Tidak normal : ukuran tidak sama (anisoko)
Ukuran pupil normal 2 – 3 mm
IV : Troclearis (pengkajian reflex kornea)
1. Pasien mengadap ke depan
2. Menggerakkan bola mata kea rah lateral
3. Meletakkan kasa steril arah kontra lateral mata
4. Perhatikan reaksinya
5. Lakukan pada kedua mata
Normal : terjadi reaksi kedipan
VI : Abdusen (pengkajian gerakan bola mata)
1. Pasien menghadap ke depan dengan melihat
benda/cahaya
2. Kepala tidak boleh bergerak
3. Mengikuti arah gerakan benda/cahaya
4. Ke atas (superior), ke bawah (inferior), ke kiri
(lateral sinistra) dan ke kanan (lateral dekstra)
5. Antara superior dan lateral, antara inferior dan
lateral
Normal : pasien dapat mengikuti benda atau cahaya
ke 8 sudut
4 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf
cranial V Yaitu
Trigeminus
Menjelaskan persiapan pemeriksaan
Persiapan pasien
Persiapan bahan (pilinan kapas)
Melakukan pengkajian
C. Sensorik (merasakan pilinan kapas)
1. Minta pasien menutup mata
2. Letakkan pilinan kapas pada daerah optalmicus
3. Minta pasien, apakah merasakan dan posisinya
4. Lakukan juga pada daerah maksilaris dan

256 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


daerah mandibularis
Normal : pasien dapat merasakan dan
mengetahui posisinya
D. Motorik (gerakan otot masseter dan temporalis)
1. Meletakkan tangan pemeriksa pada otot
masseter
2. Minta pasien menggerakkan otot masseter
3. Normalnya Pemeriksa merasakan gerakan
4. Meletakkan tangan pemeriksa pada otot
temporalis
5. Minta pasien menggerakkan otot temporalis
6. Normalnya Pemeriksa merasakan gerakan

5 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf


cranila VII Yaitu
Fasialis
Menjelaskan persiapan pemeriksaan
Persiapan alat dan bahan (pipet dan larutan dalam
tempatnya (kopi,gula dan garam))

Melakukan pengkajian
D. Sensorik (merasakan larutan)
1. Minta pasien menutup mata
2. Minta pasien menjulurkan lidah (1/3 anterior)
3. Teteskan ke 3 larutan pada lidah
4. Minta pasien merasakan dan membedakan rasa
larutan
Normal : pasien merasakan dan membedakan rasa
E. Motorik (gerakan otot wajah)
1. Minta pasien tersenyum, mengerutkan dahi,
menutup mata
2. Perhatikan simetrisnya
Normal : simetris
F. Otonom
1. Perhatikan adanya lacrimasi (keluarnya air mata
secara berlebihan tanpa respon internal)
2. Perhatikan adanya salvias (keluarnya air liur secara
berlebihan tanpa respon eksternal)
Normal : tidak ada lacrimasi dan salivasi
6 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf
cranial VIII Yaitu

257 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Acusticovestibulatis
Menjelaskan persiapan pemeriksaan
Persiapan alat (garfu tala)
Melakukan pengkajian
C. Acusticus (pengkajian fungsi pendengaran)
5. Test berbisik
b. Jarak pemeriksa dengan pasien 6 meter
c. Telinga yang diperiksa menghadap ke
pemeriksa
d. Telinga yang tidak diperiksa ditutup
e. Sebutkan dua suku kata pada akhir ekspirasi
f. Bila tidak mendengar, pemeriksa maju satu
langkah sampai penderita mendengar

6. Test garpu tala


- Test rinne (hantaran udara dan tulang)
1) Getarkan garpu tala
2) Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien
3) Menganjurkan klien mangatakan pada
pemeriksa sewaktu tidak merasakan getaran
4) Kemudian angkat GT dengan cepat dan
tempatkan didepan lubang telinga luar jarak 1-
2 cm, dengan posisi parallel dengan daun
telinga.
5) Mengistrusikan pada klien apakah masih
mendengar atau tidak.
6) Mencatat hasil pemeriksaan
7) Lakukan pada kedua telinga
8) Normalnya : pasien merasakan getaran dan
bunyi
- Test weber (laterisasi)
1) Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan
pada telapak tangan atau jari
2) Letakkan tangkai GT di tengah puncak
kepala/os. Frontalis atas.
3) Tanayakan pada klien apakah bunyi
terdengar saama jelas antara telinga kanan
dan kiri atau hanya jelas pada satu sisi saja.
4) Mencatat hasil pemeriksaan
5) Normal : pasien merasakan hantaran getaran
dan bunyi sama di kedua telinga

258 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Swabatch (Untuk mengetahui membandingkan
pendengaran pasien dengan pemeriksa)
1) Getarkan garfu tala
2) Dekatkan GT pada telinga klien kemudian
dengan cepat di dekatkan ke telinga
pemeriksa.
3) Normanya : pemeriksa dan pasien
mendengarkan bunyi dan getaran
D. Vestibular (keseimbangan)
1. Minta pasien berdiri
2. Minta pasien memegang tongkat sambil tunduk
selama 5 menit
3. Menegakkan kembali kepala
4. Normal : tidak ada perasaan pusing dan seakan
jatuh
5. Minta pasien berjalan pada garis lurus dengan
menggunakan ujung jari kaki
6. Normal : pasien mampu melakukan
7 Pengkajian saraf Mengetahui nama saraf
cranial XI XI : Accesoris
XII : Hipoglosus
Dan XII Menjelaskan persiapan pemeriksaan
Persiapan pasien
Melakukan pengkajian
XI : Assesoris (pengkajian tahanan otot)
A. Musculus Sternocleidomastoideus
1. Pegang pipi pasien dan tahan
2. Minta pasien menggerakkan pipinya berlawanan
dengan tangan pemeriksa (ke kiri atau ke kanan)
3. Lakukan pada kedua pipi
4. Normal : ada tahanan
B. Musculus travesius
1. Pegang bahu pasien dan tahan
2. Minta pasien menggerakkan bahu berlawanan
dengan tangan pemeriksa (ke atas)
3. Lakukan pada kedua bahu
4. Normal : ada tahanan
XII : Hipoglosus
Gerakan lidah
1. Minta pasien menjulurkan lidahnya
2. Perhatikan simetrisnya (normal : simetris)

259 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


3. Minta pasien menggerakkan lidahnya ke kiri, ke
kanan, ke atas dan ke bawah
4. Normal : mampu dilakukan
8 Pengkajian fungsi Melakukan pengkajian massa otot
motorik 1. Membandingkan antara tangan kanan dan tangan
kiri
2. Membandingkan kaki (betis) kiri dan kanan
Normal : simetris (ukuran dan bentuk sama)
Membesar : Hipertropi
Mengecil : Atropi
Melakukan pengkajian tonus
Melakukan fleksi secara tiba – tiba pada lengan
Normalnya : ada tahanan kecil
Melakukan pengkajian kekuatan otot
Mengkaji ekstremitas atas dan bawah untuk mengetahuai
kekuatan otot dengan menggunakan skala (0 – 5)
6. : tidak ada gerakan (paralisis : kelumpuhan)
7. : gerakan kecil (plegia : Kelemahan)
8. : Mampu menggerakkan tapi tidak tahan gravitasi
9. : Mampu menggerakan tapi tidak cukup kuat
melawan gravitasi
10. : Normal tapi belum maksimal
11. : Maksimal
9 Pengkajian fungsi Melakukan pengkajian fungsi sensorik : suhu
sensorik 1. Persiapan pasien (minta pasien menutup mata) dan
alat dan bahan (buli berisi air panas dan dingin)
2. Pemeriksa mengetest air panas dan dingin pada
dirinya
3. Meletakkan buli berisi air panas pada tubuh pasien
4. Tanya pasien apakah merasakan (normal :
merasakan panas dan letaknya)
5. Meletakkan buli berisi air dingin pada tubuh pasien
6. Tanya pasien apakah merasakan (normal :
merasakan dingin dan letaknya)

Melakukan pengkajian fungsi sensorik nyeri


1. Persiapan pasien (menutup mata) dan alat (pentul)
2. Menekan kulit pasien dengan ujung tajam pentul
3. Tanya apakah merasakan sakit tajam (normal
merasakan nyeri tajam dan letaknya)
4. Menekan kulit pasien dengan ujung tumpul pentul

260 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


5. Tanya apakah merasakan sakit tajam (normal :
tidak merasakan nyeri dan mengetahui letaknya)
Melakukan pengkajian fungsi sensorik posisi dan getaran
1. Pasien menutup mata
2. Meminta mempertemukan jari kelingking dan ibu jari
atau jari apa saja
Normal : mampu dilakukan
1. Pasien menutup mata
2. Menggetarkan garpu tala
3. Meletakkan pada tulang
4. Normal : pasien merasakan getaran dan posisinya
Melakukan pengkajian fungsi sensorik diskriminasi
1. Pasien menutup mata
2. Menuliskan hurup pada tangan dan punggung
3. Normal : pasien mampu mengenal hurup
4. Meletakkan benda yang familier pada tangan
5. Normal : pasien mampu mengenal benda
10 Pengkajian refleks Mengetahui nama dan letak serta cara melakukan
fisiologis pengkajian
F. Refleks Biseps (N. Muskulokutaneus, C 5-6 )
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Meminta penderita untuk duduk dengan
santai/jika tidak dibaringkan
3. Meletakkan lengan penderita di atas paha
penderita dalam posisi pronasi
4. Jika posisi penderita dalam posisi baring, lengan
ditaruh di atas bantal, lengan bawah dan tangan
di atas abdomen
5. Taruh ibu jari pemeriksa di atas tendon biseps,
tekan jika perlu untuk meyakinkan tegangan otot
optimal, sebelum mengetok
6. Memukul biseps
7. Terjadi gerakan menyentak dari kontraksi biseps

G. Refleks Triseps
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Meminta penderita untuk duduk dengan
santai/jika tidak dibaringkan
3. Meletakkan lengan penderita di atas paha
penderita dalam posisi pronasi
4. Menempatkan lengan bawah penderita dalam

261 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


posisi antara fleksi dan ekstensi
5. Meminta penderita untuk merilekskan lengan
bawah
6. Meraba triseps untuk memastikan bahwa otot
tidak tegang
7. Memukul tendo triseps yang lewat di fossa
olecrani
8. Terjadi gerakan menyentak dari kontraksi biseps
H. Refleks Brakhioradialis
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Meminta penderita untuk duduk dengan
santai/jika tidak dibaringkan
3. Meletakkan lengan penderita di atas paha
penderita dalam posisi pronasi
4. Jika posisi penderita dalam posisi baring, lengan
ditaruh di atas bantal, lengan bawah dan tangan
di atas abdomen
5. Ketok perlahan bagian distal radius kira-kira 5 cm
di atas pergelangan tangan sambil mengamati
dan merasakan adanya kontraksi
I. Refleks Lutut, kuadriseps femoris
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Meminta penderita untuk duduk dengan
santai/jika tidak dibaringkan
3. Kaki tergantung rileks di tempat tidur
4. Jika posisi penderita dalam posisi baring, tangan
atau lengan bawah ditaruh di bawah lutut
penderita
5. Fleksikan sendi lutut tersebut kira-kira 20 derajat,
pasien harus tetap berada di atas tempat tidur,
jika perlu tangan penderita dapat diganti bantal
agar kontraksi otot di samping dapat terlihat
dapat diraba pula
6. Ketok di atas tendon lutut bergantian kanan dan
kiri
J. Reflex Achiles
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Meminta penderita untuk duduk dengan
santai/jika tidak dibaringkan
3. Kaki tergantung rileks di tempat tidur
4. Fleksikan sendi tumit dengan menggunakan
tangan pemeriksa
262 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
5. Ketok di atas tendon tumit bergantian kanan dan
kiri
6. Terjadi gerakan ekstensi

11 Pengkajian refleks Mengetahui nama dan letak serta melakukan pengkajian


patologis E. Chaddock
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Menggoreskan bagian bawahdari maleolus
lateral kaki kea rah depan
3. Tanda positif jika terjadi dorsofleksi dari ibu jari
kaki dan biasa disertai dengan pemekaran jari-
jari kaki
F. Oppenheim
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Urutkan tulang tibia dengan ibu jari, jari telunjuk
dan jari tengah mulai dari lutut menyusur ke
bawah
3. Tanda positif jika terjadi dorsofleksi dari ibu jari
kaki dan biasa disertai dengan pemekaran jari-
jari kaki
G. Hoffman
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Petikkan kuku jari telunjuk atau jari tengah (pada
jari tangan)
3. Tanda positif jika timbul gerakan mencengkram
pada tangan

H. Babinsky
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Dengan sebuah benda yang berujung agak tajam
seperti kunci, digoreskan pada telapak kaki dari
arah tumit menyusur bagian lateral menuju
pangkal ibu jari kaki
3. Tanda positif jika terjadi dorsofleksi dari ibu jari
kaki dan biasa disertai dengan pemekaran jari-
jari kaki
Melakukan pengkajian
12 Pengkajian refleks Mengetahui nama dan letak serta Melakukan pengkajian
koordinasi E. Test Hidung jari
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Pasien menunjuk hidungnya sendiri

263 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


3. Kemudian menunjuk jari pemeriksa secara
bergantian, jari telunjuk pemeriksa berpindah-
pindah posisi selama test berlangsung
4. Klien diminta untuk melakukan gerakan ini
secara berlahan kemudian makin cepat dan
sebaliknya
5. Test dilakuakn untuk tangan kanan dan kiri

F. Test hidung jari sambil tutup mata


1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Pasien disuruh menunjuk hidungnya sendiri
sambil matanya ditutup
3. Kemudian menunjuk jari sendiri secara
bergantian, jari telunjuk klien berpindah-pindah
posisi selama test berlangsung
4. Klien diminta untuk melakukan gerakan ini
secara berlahan kemudian makin cepat dan
sebaliknya
5. Test dilakuakn untuk tangan kanan dan kiri

G. Test pronasi dan supinasi 5 kali


1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Dalam sikap duduk pasien disuruh meletakkan
tangan di bagian atas bagian distal paha
3. Mula-mula secara pronasi (telapak tangan ke
bawah), lalu supinasi (telapak tangan ke atas)
4. Klien diminta untuk melakukan gerakan ini
secara berlahan kemudian makin cepat dan
sebaliknya
5. Test dilakukan untuk tangan kanan dan kiri

H. Test tumit lutut


1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Dalam sikap berbaring klien disuruh meletakkan
tumit kiri di atas lutut kanannya
3. Kemudian menggerakkan tumit tersebut
meyusuri tulang tibia kea rah distal sampai
dorsum kaki dan ibu jari kaki
4. Klien diminta untuk melakukan gerakan ini
secara berlahan kemudian makin cepat dan
sebaliknya
5. Dapat pula gerakan ini dilakukan berlawanan
264 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
arah dari bawah ke atas
6. Test dilakukan untuk tangan kanan dan kiri

Melakukan pengkajian
13 Tanda-tanda iritasi Mengetahui nama dan letak serta Melakukan pengkajian
Meninges F. Kaku kuduk
(peradangan 1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
selaput otak) 2. Baringkan klien secara terlentang
3. Lakukan pergerakan pasif secara tiba-tiba,
berupa fleksikan leher
4. Lakukan gerakan untuk ekstensi kepala
5. Lakukan juga untuk rotasi kepala
6. Positif jika terdapat kekakuan danj tahan pada
pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan
juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan
rotasi kepala

G. Kernig sign
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Baringkan klien secara terlentang
3. Fleksikan sendi panggul lalu ekstensikan sendi
lutut sejauh mungkin
4. Jangan dipaksakan jika klien terlihat wajah
meringis
5. Positif jika ekstensi sendi lutut tidak mencapai
sudut 135 derajat, disertai spasme otot paha dan
biasanya diikuti rasa nyeri
6. Lakukan penilaian dikedua sisi

H. Laseque sign
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Baringkan klien secara terlentang
3. Fleksikan sendi panggul saat tungkai dalam
keadaan ekstensi
4. Selama dalam keadaan fleksi sendi panggul,
tanyakan pada klien apakah ia merasa nyeri dan
dimana nyeri itu terjadi
5. Positif jika timbul nyeri lekuk isciadicus/adanya
tahanan pada waktu difleksikan kurang dari 60
derajat
6. Lakukan penilaian dikedua sisi

265 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


I. Brudisky I (leher)
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Baringkan klien secara terlentang
3. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan trangan kanannya di atas dada klien
4. Lakukan fleksi kepala dengan cepat kea rah
dada sejauh mungkin
5. Tanda positif jika terjadi involunter di kedua
tungkai
6. Jika terjadi hemiplegia maka fleksi hanya tampak
pada tungkai yang tidak fleksi

J. Brudisky II (kontralateral)
1. Menerangkan tujuan pemeriksaan
2. Baringkan klien secara terlentang
3. Fleksikan sendi panggul lalu ekstensikan sendi
lutut sejauh mungkin
4. Jangan paksakan klien jika terlihat wajah
meringis
5. Tanda positif jika fleksi envolunter pada sendi
panggul dan lutut kontra lateral (lebih jelas
terlihat pada sendi lutut sesisi dalam posisi
ekstensi)
6. Lakukan penilaian di kedua sisi
14 Pengkajian hidung Melakukan pengkajian (bentuk, simetris, warna, mobilitas)
Hidung bagian luar
1. Amati bentuk dan posisi septum
2. Rongga hidung, selaput lendir : warna, bengkak, sekret
Pengkajian patensi hidung
(dilakukan bila dicurigai ada sumbatan atau deformitas
rongga hidung)
1. Tutup salah satu lubang hidung
2. Letakkan cermin di bawah hidung
3. Anjurkan menghembuskan udara melalui hidung
4. Amati kondensasi udara pada cermin normal seimbang
kanan dan kiri
Menjelaskan masalah pada hidiung
Amati meatus, adakah perdarahan (epistaksis), kotoran,
pembengkakan, mukosa hidung, adakah pembesaran (
polip)

266 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


15 Pengkajian leher Mengetahui apa yang dikaji
Inspeksi
Kelenjar Tiroid
- Anjurkan pasien menelan
- Normal : gerakan kelenjar tiroid tidak nampak, kecuali
orang kurus
Leher : Amati bentuk, warna kulit, pembengkakan, dan
massa
Vena jugularis : Amati adanya distensi
Palpasi
Kelenjar limfe : adanya pembesaran (adenopati limfe)
Kelenjar tiroid : Pembesaran (gondok)
Cara :
- Pemeriksa berdiri di belakang pasien
- Palpasi dengan jari kedua dan ketiga dengan
menganjurkan pasien menelan
- Determinasikan : bentuk, ukuran dan konsistensi
Mobilisasi leher
- Antefleksi : normal 45 0
- Dorsofleksi : normal 60 0
- Rotasi kanan/kiri : normal 70 0
- Lateral fleksi : normal 40 0
Lakukan secara aktif dan pasif
16 Pengkajian dada Mengetahui bentuk dada normal dan tidak normal
Inspeksi
Bentuk dada
- Normal (Normo chest) : diameter proximodistal lebih
panjang dari anterodistal
- Pigeon chest (dada burung) ; diameter anteroposterior
lebih panjang dari proximodistal
- Barrel chest (dada tong) : diameter anteroposteriol
sama denga proximodistal
- Funnel chest (model sepatu) : diameter anteroposterior
lebih pendek dari proximodistal
Ekspansi dada ; cara : anjurkan penderita inspirasi dan
ekspirasi dan perhatikan pengembangan dadanya
Sifat pernapasan : perut dan dada
Frekuensi pernapasan ( 16 – 24 X per-menit ),
- Normal
- Takipnea : Peningkatan kecepatan pernafasan
- Bradipnea : Lambat tapi merupakan pernafasan normal
- Apnea : Tidak terdapatnya pernafasan
267 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
Ritme pernapasan
- Eupnea : Irama dan kecepatan pernafasan normal
- Kusmaul : Pernafasan cepat dan dalam tanpa berhenti
- Hiperventilasi : pernapasan dalam
- Biot’s : Pernafasan cepat dan dalam dengan berhenti
tiba-tiba
- Cheyne stoke : Pernafasan secara bertahap lebih cepat
dan dalam, dan melambat diseligi pereode apnea
Retraksi intercostals : tarikan dinding dada yang
merupakan upaya untuk menambah pernapasan misal
sesak
Orthopnea : sesak napas akibat perubahan posisi
Suara batuk
Palpasi
Nyeri tekan dada
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus ;membandingkan
getaran dinding torak antara kanan dan kiri, dengan cara
menepelkan kedua telapak tangan pemeriksa pada
punggung klien dank lien diminta mengucapkan kata
tujuh puluh tujuh, telapak tangan digeser ke bawah dan
bandingkan getarannya, normalnya getaran antara
kanan da kiri teraba sama.
Mengetahui ekspansi dada, taktil premitus, retraksi dan
otot pernapasan
Kesimetrisan ekspansi dada dengan cara :
- Letakkan telapak tangan pemeriksa dibagian
dada/punggung/sisi dada penderita
- Anjurkan klien menarik napas
- Perhatikan ekspansi dadanya
Taktil fremitus dengan cara :
- Letakkan telapak tangan pemeriksa dibagian
dada/punggung/sisi dada penderita
- Anjurkan klien menarik napas
- Rasakan getaran pada dada dengan membandingkan
bagian bawah, kiri dan kanan
Perkusi : Identifikasi bunyi perkusi paru dan Lokasi paru-
paru
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien
dan mengetuk dengan jari tangan yang satunya,
normalnya suara dinding torak saat diperkusi adalah
sonor. Hipersonor menandakan adanya pemadatan
jaringan paru atau prnimbunan cairan dalam dinding torak
268 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
( pnemotorak)

17 Pengkajian suara Mengetahui suara napas normal dan tidak normal


napas Auskultasi
Suara/bunyi napas
- Vesikuler
Terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas
suara rendah,lembut dan bersih.
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
- Bronchovesikuler
Terdengar di Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula,
intensitas sedang dan bersih
Inspirasi dan ekspirasi sama
- Bronchial
Di atas manubrium sterni, suara tinggi, keras dan
bersih
Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi
- Trakeal
Di atas trakea pada leher, intensitas sangat tinggi,
keras dan bersih
Inspirasi dan ekspirasi sama

Suara tambahan
- Mengi sonor (Ronchi)
Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus
besar, terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi,
hilang bila klien batuk
- Rales
Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat
inspirasi
Rales halus , terdengar merintik halus pada akhir
inspirasi
Rales kasar , terdengar merintik sepanjang inspirasi
Rales tidak hilang dengan batuk
- Mengi sibilant (Wheezing)
Terdengar ngiik-ngiik saat inspirasi akibat penyempitan
bronkus
- Pleural fricion rab :
Terdengar kasar seperti gosokan amplas akibat
peradangan pleura terdengar sepanjang pernafasan
lebih jelas pada antero lateral bawah dinding torak

269 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Melakukan pengkajian suara napas dengan stetoskop
18 Pengkajian bunyi Mengetahui bunyi jantung normal dan tidak normal
jantung Bunyi jantung normal
5. Sound 1 (S1)
6. Sound II (S2)
7. Sound III (S3) pada anak muda
8. Sound IV (S4) patologis
d. Inspeksi
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat
pukulan ventrikel kiri pada dinding torak, normalnya
pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1 Cm, sulit
ditemukan pada klien yang gemuk.
e. Palpasi
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi
tidak ada :
ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal
pada sebelah kiri )
ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau
ventrikel kanan )
ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )
f. Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan
bentuk jantung secara kasar, batas-batas jantung
normal adalah :
Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
Mengetahui letak-letak mendengarkan bunyi jantung
1. Intercostal 5 mid klavicularis (Mitralis)
2. Intercostal 4,5 para sternali (tricuspidalis)
3. Intercostal 2 dekstra (pulmonal)
4. Intercostal 2 sinistra (aorta)
Melakukan auskultasi bunyi jantung
 Bunyi jantung I dan II di IC 5 midclavicularis (area katup
mitralis) dan IC 4,5 para sternalis (area katup
tricuspidalis) terdengan LUB - DUB (lebih keras bunyi
SI)
 Bunyi jantung I dan II di IC 2 dekstra (area katup
pulmonal) dan IC 2 (area katup aorta) terdengan LUB-
DUB (lebih keras S2)

270 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Dengarkan BJ III ( kalau ada ) terdengar di daerah
mitral, pada awal diastolic terdengar LUB-DUB-EE, BJ
III terdengar normal pada anak-anak,dewasa muda dan
orang hamil. Bila ada BJ III pada orang dewasa yang
disertai dengan oedema/dipsneu berarti abnormal. BJ
III pada klien decompensasi cordis disebut Gallop
Rhythm, yang terjadi akibat getaran karena derasnya
pengisian ventrikel kiri dari atrium kiri dari ruang sempit
ke ruang yang lebih lebar.
 Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan
pada fase sistolik, diastolic akibat dari getaran jantung
atau pembuluh darah karena arus turbulensi darah.
Derajat Murmur : 1 : Hampir tidak terdengar
2 : Terdengar lemah
3 : Agak keras
4 : Keras
5 : Sangat keras
6 : Sampai stetoskop di angkat sedikit
suara masih terdengar
19 Pengkajian CRT Mengetahui letak dan makna klinis
dan CF CRT : capillary refilling Time : waktu pengisian kapiler
Dikaji pada kuku dengan cara menekan kuku kemudian
melepas dan melihat berapa lama kembali merah
Normal kurang 2 detik
CF : Clubbing finger : benjolan pada dasar kuku
Dikaji dengan merasakan adanya benjolan pada dasar
kuku atau mempertemukan kuku ibu jari dan
memperhatikan adanya celah
Normal : ada celah (khusus ibu jari)
20 Pengkajian bentuk Mengetahui bentuk kepala normal dan tidak normal
dan ROM kepala Inspeksi :
bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/
bulat ), kesimetrisan, dan pergerakan. Adakah
hirochepalus/ pembesaran kepala.
Palpasi :
Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak ( pada bayi ).
ROM Kepala
- Antefleksi : normal 45 0
- Dorsofleksi : normal 60 0
- Rotasi kanan/kiri : normal 70 0
- Lateral fleksi : normal 40 0

271 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Sirkumfeleksi

Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata
- Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau
Enofthalmus ( mata tenggelam )
- Kelopak mata / palpebra : adakah oedem, ptosis,
peradangan, luka, atau benjolan
- Bulu mata : rontok atau tidak
- Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna,
kemerahan ,kuning atau pucat.
- Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis
/mengecil, midriasis/ melebar, pin point / kecil sekali,
nomalnya isokor / pupil sama besar.
- Kornea, warna merah biasanya karena peradangan,
warna putih atau abu-abu di tepi kornea ( arcus senilis
), warna biru, hijau pengaruh ras. Amati kedudukan
kornea,
Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata
Strabismus konvergent : kornea lebih dekat ke sudut
mata medial
Strabismus devergent : Klien mengeluh melihat doble,
karena kelumpuhan otat.

21 Pengkajian ROM Menjelaskan susunan vertebra


vertebra Dan Cervicalis
pervis Thoracalis
Lumbalis
Tulang ekor
Menjelaskan kelainan-kelainan vertebra dan pelvis
Kyposis : tulang belakang bengkok ke depan
Scoliosis : Tulang belakang bengkok ke samping
Lordosis : tulang belakang bengkok ke belakang

Melakukan ROM vertebra dan pelvis


Fleksi
Ekstensi
Hiperekstensi
Fleksi lateral
Rotasi

272 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


22 Pengkajian ROM Menjelaskan dan melakukan ROM kaki
kaki dan tangan Fleksi
Ekstensi
Inverse
Eversi
Menjelaskan dan melakukan ROM tangan
Fleksi
Ekstensi
Adduksi
Abduksi
Supinasi
Pronasi
23 Pengkajian kulit 2. Keadaan kulit
a. Inspeksi :
- Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.
- Warna Kulit :
Coklat, deposit melanin
Biru, Hipoxia jaringan perifer
Merah, peningkatan oksihaemoglobin
Pucat, Anoxia jaringan kulit
Kuning, peningkatan bilirubin indirek dalam darah
b. Palpasi :
- Suhu kulit, tekstur halus/ kasar, torgor /
kelenturan keriput /tegang, oedema derajat
berapa?
 Derajat 0 : Kembali spontan
 Derajat 1 : Kembali dalam 1 detik
 Derajat 2 : Kembali dalam 2 detk
 Derajat 3 : Kembali dalam waktu lebih dari 2
detik

2. Identifikasi luka pada kulit


A. Tipe Primer
a. Makula : Perubahan warna kulit, tidak teraba,
batas jelas, bentuk melingkar kurang dari 1 Cm,
Patch : bentuk melingkar lebih dari 1 Cm
b. Papula : Menonjol, batas jelas, elevasi kulit
padat, kurang dari 1 Cm, Plaque lebih dari 1 Cm
c. Nodule : Tonjolan padat berbatas jelas, lebih
dalam dan lebih jelas dari pada papula ukuran 1-
2 Cm, Tumor lebih dari 2 Cm

273 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


d. Vesikula : Penonjolan pada kulit, bentuk bundar,
berisi cairan serosa, diameter kurang dari 1 Cm,
Bulla diameter lebih dari 1 Cm
B. Tipe Sekunder
a. Pustula : Vesical / Bulla yang berisi nanah
b. Ulkus : Luka terbuka yang diakibatkan oleh
vesikula/bulla yang pecah
c. Crusta : Cairan tubuh yang mongering ( serum,
darah / nanah )
d. Exsoriasi : Pengelupasan epidermis
e. Scar : Pecahnya jaringan kulit sehingga
terbentuk celah retakan
f. Lichenifikasi : Penebalan kulit karena garukan
atau tertekan terus
C. Kelainan- kelainan pada kulit :
a. Naevus Pigmentosus : Hiperpigmentasi pada
kulit dengan batas jelas ( tahi lalat )
b. Hiperpigmentasi : Daerah kulit yang warnanya
lebih gelap dari yang lain ( Cloasma
Gravidarum )
c. Vitiligo / Hipopigmentasi : Daerah kulit yang
kurang berpigment
d. Tatto : Hiperpigmentasi buatan
e. Haemangioma : Bercak kemerahan pad
pembuluh darah, dapat merupakan tumor jinak
atau tahi lalat
f. Angioma : Pembengkakan yang terbentuk oleh
proliferasi yang berlebihan dari pembuluh darah
g. Spider Naevi : Pelebaran pembuluh darah
arteriola dengan bentuk aliran yang khas seperti
kalajengking dan bila ditekan hlang
h. Striae : Garis putih pada kulit yang terjadi akibat
pelebaran kulit, dapat ditemui pada ibu hamil

23 Pengkajian Inspeksi dan Palpasi :


Rambut penyebaran, bau, rontok ,warna.
Distribusi, merata atau tidak, adakah alopesia, daerah
penyebaran
Quality, Hirsutisme ( pertumbuhan rambut melebihi normal
) pada sindrom chasing, polycistik ovari’i, dan akromrgali,
penurunan jumlah dan pertumbuhan rambut seperti pada
penderita hipotiroitisme ( alopesia ). Warna, putih sebelum
274 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
waktunya terjadi pada penderita anemia perniciosa, merah
dan mudah rontok pada malnutrisi.

24 Pengkajian kuku Inspeksi dan palpasi


Warna ,bentuk, kebersihan
Bagian –bagian kuku :
- Matrik/ akar kuku : tempat lempeng kuku tumbuh
- Lempeng kuku
- Dasar kuku : berdekatan dengan lempeng kuku
- Jaringan peringeal : terdiri dari ephonicium, perionycium

25 Pemeriksaan Inspeksi :
kepala dan mata bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/
bulat ), kesimetrisan, dan pergerakan. Adakah
hidrochepalus/ pembesaran kepala.
Palpasi :
Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak ( pada bayi ).
Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata
- Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau
Enofthalmus ( mata tenggelam )
- Kelopak mata / palpebra : adakah oedem, ptosis,
peradangan, luka, atau benjolan
- Bulu mata : rontok atau tidak
- Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna,
kemerahan ,kuning atau pucat.
- Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis
/mengecil, midriasis/ melebar, pin point / kecil sekali,
nomalnya isokor / pupil sama besar.
- Kornea, warna merah biasanya karena peradangan,
warna putih atau abu-abu di tepi kornea ( arcus senilis
), warna biru, hijau pengaruh ras. Amati kedudukan
kornea,
Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata
Strabismus konvergent : kornea lebih dekat ke sudut
mata medial
Strabismus devergent : Klien mengeluh melihat doble,
karena kelumpuhan otat.
- Pemeriksaan Visus
Dengan jarak 5-6 M dengan snellen card periksa visus

275 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


OD / OS
5/5 atau 6/6 = normal
1/ 60 = Mampu melihat dengan hitung jari
1/300 = Mampu melihat dengan lambaian tangan
1/ = Mampu melihat gelap dan terang
0 = Tidak mampu melihat
- Pemeriksaan lapang pandang
Haemi anoxia : klien tidak dapat separoh dari medan
penglihatan
Haemoxia : Klien tidak dapat melihat seperempat dari
lapang penglihatan
- Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan mengunakan tonometri atau palpasi bola
mata untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau
konsistensi bola mata.
- P e me riksa a n De n ga n Of t a lmo skop
Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik
untuk melihat anatomi interna dari mata. Ada dua
cakram pada oftalmoskop: satu untuk mengatur
lubang cahaya (dan filter), dan satu lagi untuk
merubah lensa untuk mengoreksi kesalahan refraktif
baik dari pemeriksa maupun pasien.
26 Pemeriksaan Inspeksi dan palpasi
Telinga Amati bagian teliga luar: bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri
tekan, adakah peradangan, penumpukan serumen.
Dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk,
transparansi, perdarahan, dan perforasi.
Uji kemampuan kepekaan telinga :
- Dengan bisikan pada jarak 4,5 – 6 M untuk menguji
kemampuan pendengaran telinga kiri dan kanan
- Dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan
kemapuan mendengar telinga kanan dan kiri
- Dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui
keseimbangan konduksi suara yang didengar klien,
normalnya klien mendengar seimbang antara kanan
dan kiri
- Dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk
membandingkan kemampuan pendengaran antara
konduksi tulang dan konduksi udara, normalnya klien
mampu mendengarkan suara garpu tala dari kondusi
udara setelah suara dari kondusi tulang
- Dengan garpu tala lakukan uji swabach: untuk
276 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
membandingkan kemampuan hantaran konduksi
udara antara pemeriksa dank lien, dengan syarat
pendengaran pemeriksa normal.
-
27 Pemeriksaan Inspeksi dan Palpasi
Mulut dan Faring - Amati bibir, untuk mengetahui kelainan konginetal (
labioseisis, palatoseisis, atau labiopalatoseisis ),
warna bibir pucat, atau merah ,adakah lesi dan massa.
- Amati gigi ,gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran,
kelengkapan, gigi palsu, gingivitis,warna lidah,
perdarahan dan abses.
- Amati orofaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula
simetris atau tidak
- Adakah pembesaran tonsil, T : 0, Sudah dioperasi, T :
1, Ukuran normal, T : 2, Pembesaran tonsil tidak
sampai garis tengah, T : 3, Pembesaran sampai garis
tengah, T : 4 , Pembesaran melewati garis tengah
- Perhatikan suara klien ada perubahan atau tidak
- Perhatikan adakah lendir dan benda asing atau tidak
28 Pemeriksaan Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan
Wajah dan leher kondisi wajah klien, struktur wajah klien, sembab atau
tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.
Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
a. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf / kurus
ditemukan pada orang dengan gizi jelek, atau TBC,
sedangkan endomorf ditemukan pada klen obesitas,
adakah peradangan ,jaringan parut, perubahan warna,
dan massa
b. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan
meraba pada suprasternal pada saat klien menelan,
normalnya tidak teraba kecuali pada aorang kurus
c. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan
cara lakukan pembendungan pada supraclavikula
kemudian tekan pada ujung proximal vena jugularis
sambil melepaskan bendungan pada supraclavikula,
ukurlah jarak vertical permukaan atas kolom darah
terhadap bidang horizontal, katakanlah jaraknya a Cm
di atas atau di bawah bidang horisontal. Maka nilai
tekanan vena jugularisnya adalah : JVP = 5 – a Cm,(
bila di bawah bidang horizontal ) JVP = 5 – a CmHg (

277 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


bila di atas bidang horizontal), normalnya JVP = 5 – 2
CmHg
Pengukuran langsung tekanan vena melalui
pemasangan CVP dengan memasukan cateter pada
vena ,tekanan normal CVP = 5 – 15 CmHg
Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran
kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan posisi trakea
Pembesarn kelenjar limfe leher ( Adenopati limfe
)menandakan adanya peradangan pada daerah kepala,
orofaring, infeksi TBC, atau syphilis.
Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi
yodium
Perhatikan posisi trakea, bila bergeser atau tidak
simetris dapat terjadi karena proses desak ruang atau
fibrosis pada paru atau mediastinum

29 Pemeriksaan Inspeksi
payudara dan Ukuran payudara, bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah
ketiak pembengkakan. Normalnya melingkar dan simetris
dengan ukuran kecil, sedang atau besar.
Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
Areola : Adakah perubahan warna, pada wanita hamil
lebih gelap.
Putting : Adakah cairan yang keluar, ulkus,
pembengkakan
Adakah pembesaran pada kelenjar limfe axillar dan
clavikula
Palpasi
Adakah secret dari putting, adakah nyri tekan, dan
kekenyalan.
Adakah benjolan massa atau tidak

30 Pengkajian perut Khusus untuk pemeriksaan abdomen urutannya dalah


inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi ,karena palpasi
dan perkusi dapat meningkatkan peristaltik usus.
Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran dan 9 Regio :

Inspeksi
Bentuk abdomen : Membusung, atau datar
Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana
bentuknya

278 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Kesimetrisan bentuk abdomen
Amati adnya bayangan pembuluh darah vena, kalau
terlihat pada bagian atas abdomen dan mengalir ke bagian
yang lebih atas berarti ada obstruksi vena porta hepatica,
kalau tampak pada bagian bawah abdomen menuju ke
atas berarti ada obstruksi pada vena cava inferior,
normalnya bila terlihat pembuluh darah pada abdomen
berasal dari bagian tengah menuju ke atas atau ke bawah,
dan tidak terlihat terlalu menonjol.
d. Gambaran normal
e. Gambaran Hipertensi portal
f. Gambaran pbstruksi vena cava inferior
g.
Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat
frekuensinya dalam satu menit, normalnya 5 – 35 kali per
menit, bunyi peristaltic yang panjang dan keras disebut
Borborygmi biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan
bila sangat lambat (meteorismus) pada klien ileus paralitik.

b. Palpasi
Menenyakan pada klien bagian mana yang mengalami
nyeri.

Palpasi Hepar :
Atur posisi pasien telentang dan kaki ditekuk
Perawat berdiri di sebelah kanan klien, dan meletakan
tangan di bawah arcus costai 12, pada saat isnpirasi
lakukan palpasi dan diskripsikan :
Ada atau tidak nyeri tekan, ada atau tidak pembesaran
berapa jari dari arcus costae, perabaan keras atau lunak,
permukaan halus atau berbenjol-benjol, tepi hepar tumpul
atau tajam. Normalnya hepar tidak teraba.

Palpasi Lien :
Posis pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan
Schuffner ari midclavikula kiri ke arcus costae- melalui
umbilicus – berakhir pada SIAS kemudian garis dari arcus
costae ke SIAS di bagi delapan. Dengan Bimanual
lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan terletak pada
garis Scuffner ke berapa ? ( menunjukan pembesaran lien
)
279 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
Palpasi Appendik :
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan
untuk menentukan titik Mc. Burney yaitu dengan cara
menarik garis bayangan dari umbilicus ke SIAS dan bagi
menjadi 3 bagian. Tekan pada sepertiga luar titik Mc
Burney : Bila ada nyeri tekan ,nyeri lepas dan nyeri
menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada
appendik.
Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau
tidak :
Perkusi dari bagian lateral ke medial, perubahan suara
dari timoani ke dullnes merupakan batas cairan acites
Shiffing Dullnes, dengan perubahan posisi miring kanan /
miring ke kiri, adanya cairan acites akan mengalir sesuai
dengan gravitasi, dengan hasil perkusi sisi lateral lebih
pekak/ dullness
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.

Palpasi Ginjal :
Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke
anterior pada area lumbal posterior, tangan kanan
diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan
palpasi dan diskripsikan adakah nyeri tekan, bentuk dan
ukuran.
Normalnya ginjal tidak teraba.
29 Genetalia Pria Inspeksi :
Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis
Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau
benjolan
Lubang uretra adkah penyumbatan, lubang uretra pada
bagian bawah ( Hipospadia ) lubang uretra pada batang
penis ( Epispadia )

Palpasi
Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
Scrotum dan testis : Adakah beniolan, nyeri tekan, ukuran
penis, testis normalnya teraba elastis, licin dan tidak ada
benjolan.
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
- Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput
visceral dan parietal pada tunika vaginalis.
280 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
- Scrotal Hernia : Hernia dalam scrotum
- Spermatocele : Cysta epididimis, terbentuk karena,
adanya obstruksi pada tubulus/ saluran sperma.
- Epididmal Mass / Nodularyti : Disebabkan adanya
neoplasma benaign atau maligna, syphilis ,atau
tuberculosis.
- Epididmitis : Inflamasi atau infeksi oleh Escherichia
coli, Gonorrhoe, atau Mycobacterium tuberculosis.
- Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus
pada saluran sperma diakibatkan infarktion pada
testis.
- Tumor testiscular : tumor pada testis penyebabnya
multiple sifatnya biasanya tidak nyeri.

Inspeksi dan palpasi Hernia :


Amati daerah inguinal dan femoral, adakah
pembengkakan. Sebelum palpasi, Anjurkan klien berdiri
dengan sebalah kaki, dengan sisi yang akan diperiksa
agak ditekuk.Masukan jari telunjuk ke dalam kulit scrotum
dan dorong ke atas cincin inguina eksternal. Bila cincin
membesar suruh klien mengejan atau batuk, dengan cara
ini hernia inguinalis akan teraba.

30 Genetalia wanita Inspeksi


Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + / -
),eritema ( + / - ), keputihan ( + / - ), peradangan ( + / - ).
Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( + / - )

31 Pengkajian anus Inspeksi


Atresia ani ( + / - ), tumor ( + / - ), haemorroid ( + / - ),
perdarahan ( + / - )
Perineum : jahitan ( + / - ), benjolan ( + / - )
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( + / - ) pemeriksaan Rectal
Toucher Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px.
Anus :

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

II. Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS)


F. Pengertian

281 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan
masalah hubungan sosial
G. Tujuan
3. Tujuan Umum
Klien mampu meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara
bertahap.
4. Tujuan Khusus
h. Klien mampu memperkenalkan diri
i. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
j. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
k. Klen mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
l. Klien mampu memyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada
orang lain
m. Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok
n. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS
yang telah dilakukan.
H. Aktivitas kemampuan sosialisasi klien.
Aktivitas TAKS dilakukan sebanyak tujuh (7) sesi yang melatih kemampuan
sosialisasi klien
I. Indikasi
Klien dengan gangguan hubungan sosial ;
3. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
4. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan
stimulus.
J. Pelaksanaan TAKS ; Sesi I

NO Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket


Ya Tidak
1 Menjelaskan Tujuan ;
Klien memperkenalkan diri dengan
menyebutkan ;
Nama lengkap, nama panggilan, asal dan
hobi

2 Setting
 Klien dan terapisduduk bersama
dalam lingkaran
 Ruangan nyaman dan tenang

3 Persiapan Alat
 Tape Recorder
 Kaset ; “Marilah Kemari” (Titiek

282 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Puspa)
 Bola Tenis
 Buku catatan dan pulpen
 Jadwal kegiatan Klien
 Name tage
 Kertas karton manila
 Spidol

4 Menjelaskan Metode
 Dinamika kelompok
 Diskusi dan tanya jawab
 Bermain peran /stimulasi

5 Persiapan
d. Memilih pasien sesuai indikasi
e. Membuat kontrak dengan klien
f. Mempersiapkan alat dan tempat
pertemuan

Fase Orientasi

6 Memberi salam terapeutik ; salam dari


terapis

7 Evaluasi / validasi ; menanyakan perasaan


klien saat
8 Kontrak ; Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
memperkenalkan diri

9 Menjelaskan aturan main, yaitu


 Jika ada klien yang akan
meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai

Fase Kerja

10 Menjelaskan kegiatan, yaitu kaset pada

283 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


tape recorder akan dihidupkan serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum
jam (yaitu ke arah kiri) dan pada saat tape
dimatikan maka anggota kelompok yang
memegang bola memperkenalkan dirinya
dengan menyebutkan ;salam, nama
lengkap,nama panggilan, asal dan hobby,
dimulai oleh terapis sebagai contoh.

11 Menghidupkan kembali kaset pada tape


recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah arum jam

12 Menulis nama panggilan pada name tag


dan tempelkan

13 Mengulangi kegiatan diatas sampai semua


anggota kelompok mendapat giliran

14 Memberi pujian untuk tiap keberhasilan


anggota klp dg memberi tepuk tangan
Fase terminasi

15 Melakukan evaluasi ; menanyakan


perasaan setelah TAKS dan memberi pujian
atas keberhasilan klp

16 Membuat rencana tindak lanjut


 Menganjurkan tiap anggota klp
melatih memperkenalkan diri pd
orang lain di dalam kehidupan sehari-
hari
 Memasukkan kegiatan
memperkenalkan diri pada jadwal
kegiatan harian klien

17 Membuat kontrak yg akan datang


 Menyepakati kegiatan berikutnya,
yaitu berkenalan dg anggota klp.
 Menyepakati waktu dan tempat.

284 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Evaluasi

18 Kemampuan klien memperkenalkan diri


secara verbal (menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal dan hobi) dan
kemampuan non verbal (kontak mata,
duduk tegak, menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai, mengikuti kegiatan dari wala
sampai akhir)

Dokumentasi

19 Mendokumentasikan kemampuan yang


dimiliki klien ketika TAKS pd catatan proses
keperawatan klien

Bulukumba...................................
Penguji,

NIDN

III. Terapi Aktivitas Kelompok ; Stimulasi Persepsi


F. Pengertian
Adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dan
pengalaman dan / atau kehidupan untuk di diskusikan dalam kelompok. Hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative
penyelesaian masalah.
285 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
G. Tujuan
3. Tujuan Umum
Klien mampu untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya.
4. Tujuan khusus
c. Klien mampu mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya
dengan tepat.
d. Klien mampu menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang
dialami.
H. Aktivitas
Aktivitas dibagi dalam empat bagian ;
5. TAK Stimulasi Persepsi Umum ; yaitu memepersepsikan stimulus nyata
sehari-hari berupa aktivitas menonton TV, membaca majalah / koran / artikel
dan melihat gambar.
6. TAK Stimulasi Persepsi ; Perilaku kekerasan (PK) ; yaitu mempersepsikan
stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan sehari-hari berupa
aktivitas mengenal PK yang biasa dilakukan (penyebab, tanda & gejala, PK,
akibat PK), mencegah PK melalui kegiatan fisik, mencegah PK melalui
interaksi sosial asertif, mencegah PK melalui kepatuhan minum obat,
mencegah PK melalui kegiatan ibadah.
7. TAK Stimulasi Persepsi ; Halusinasi ; yaitu mempersepsikan stimulus yang
tidak nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan berupa aktivitas
mengenal halusinasi, menghardik halusinasi, mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan, mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap,
mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
8. TAK Stimulasi Persepsi ; Harga Diri Rendah (HDR) ; yaitu mempersepsikan
stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah berupa aktivitas
mengidentifikasi aspek penyebab HDR dan aspek positif yang dimiliki,
melatih kemampuan yang dapat digunakan di Rs dan di rumah.
I. Indukasi
5. TAK Stimulasi Persepsi Umum ; yaitu klien gangguan sensori persepsi dan
klien menarik diri yang telah mengikuti TAKS.
6. TAK Stumulasi Persepsi ; Perilaku Kekerasan ; yaitu klien perilaku
kekerasan yang telah kooperatif.
7. TAK Stimulus Persepsi ; Halusinasi ; yaitu klien halusinasi
8. TAK Stimulus Persepsi ; Harga Diri rendah ; yaitu klien gangguan konsep diri
; harga diri rendah.

286 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


J. Pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi ; Halusinasi ; Sesi I

NO Aspek yang Dinilai Dilaksanakan


Ket.
Ya Tidak

1. Menjelaskan Tujuan ;
Klien mampu mengenal halusinasi,
waktu terjadinya, mengenal
perasannya pada saat terjadi
halusinasi.
2.
Setting
 Klien dapat terapis duduk
bersama dalam lingkaran
 Ruangan nyaman dan tenang
3.
Persiapan Alat
 Spidol
 Papan nana / Name Tag
 Papan Tulis / Whiteboard /
4. flipchart

Menjelaskan Metode
 Diskusi dan Tanya jawab
5.  Bermain peran / simulasi

Persiapan
 Memilih pasien sesuai indikasi
 Membuat kontrak dengan klien
 Mempersiapkan alat dan
tempat pertemuan

6. Fase Orientasi

7. Memberi salam terapeutik ; salam


dan terapis

287 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


8. Memperkenalkan nama dan
panggilan terapis (pakai papan nama)

9. Menanyakan nama dan panggilan


semua klien (beri papan nama)

10. Evaluasi / validasi ; menanyakan


perasaan klien saat ini

11. Kontrak ; Menjelaskan tujuan


kegiatan, yaitu mengenal suara-suara
yang didengar

Menjelaskan aturan main, yaitu :


 Jika ada klien yang akan
meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada anak
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan
12. dari awal sampai selesai.

Fase Kerja

Menjelaskan kegiatan, yaitu


13. mengenal suara-suara yang didengar
(halusinasi) tentang isinya, waktu
terjadinya, situasi terjadinya dan
perasaan klien pada saat terjadi.

Meminta klien untuk menceritakan isi


halusinasi, kapan terjadinya, situasi
pencetusnya, dan perasaan klien
14. saat terjadi halusinasi. Mulai dari
klien yang sebelah kanan, secara
berurutan sampai semua klien
15. mendapat giliran. Hasilnya ditulis di
whiteboard.

Memberi pujian pada klien yang


melakukan dengan baik

16. Menyimpulkan isi, waktu terjadi,


288 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
situasi pencetus dan perasaan klien
dari halusinasinya

17. Fase Terminasi

Melakukan evaluasi ; menanyakan


perasaan setelah TAK dan memberi
18. Pujian atas keberhasilan kelompok

Membuat rencana Tindak lanjut ;


 Meminta klien untuk
melaporkan isi, waktu, situasi,
19. dan perasaannya jika terjadi
halusinasi
Membuat kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK berikutnya,
20. yaitu cara mengontrol
halusinasi
 Menyepakati waktu dan
tempat pelaksanaan
Evaluasi
Kemampuan klien mengenal isi
halusinasi, situasi terjadinya
halusinasi dan perasaan saat
terjadinya halusinasi
Dokumentasi
Mendokumentasikan kemampuan
yang dimiliki

Bulukumba............................

Penguji,

TERAPI BERMAIN

STANDAR
OPERASIONAL
289 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
PROSEDUR
1. Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dirinya yang
tidak disadari (Wong: 1991)
2. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
PENGERTIAN ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhirnya (Hurlock: 1978)
3. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan dalam mengatasi
konflik dari dalam dirinya yang tidak disadari serta dengan keinginan
sendiri ubtuk memperoleh kesenangan (Roster: 1987)
1. Meminimalisir tindakan perawatan yang traumatis
2. Mengurangi kecemasan
3. Membantu mempercepat penyembuhan
TUJUAN
4. Sebagai fasilitas komunikasi
5. Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery
6. Sarana untuk mengekspresikan perasaan
Dilakukan di Ruang rawat inap, Poli tumbuh kembang, Poli rawat jalan
KEBIJAKAN
dan Tempat penitipan anak
PETUGAS Perawat
1. Pasien dan keluarga diberitahu tujuan bermain
2. Melakukan kontrak waktu
PERSIAPAN3. Tidak ngantuk
PASIEN 4. Tidak rewel
5. Keadaan umum mulai membaik
6. Pasien bias dengan tiduran atau duduk, sesuai kondisi klien
1. Rancangan program bermain yang lengkap dan sistematis
PERALATAN
2. Alat bermain sesuai dengan umur/jenis kelamin dan tujuan
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan kontrak waktu
2. Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan umum
membaik/kondisi yang memungkinkan)
3. Menyaiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
PROSEDUR 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
PELAKSANAAN3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain
2. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri atau
dibantu
3. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
4. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan

290 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


5. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak saat
bermain
6. Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan/dibuatnya
7. Menanyakan perasaan anak setelah bermain
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan
D. Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
1. Berpamitan dengan pasien
2. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
3. Mencuci tangan
4. Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta keluarga kegiatan
dalam lembar catatan keperawatan dan kesimpulan hasil bermain
meliputi emosional, hubungan inter-personal, psikomotor dan anjuran
untuk anak dan keluarga

PROTAP PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL


A. Pengertian
Adalah melakukan pengumpulan data, pemeriksaan fisik pada ibu hamil
dengan simetris dan menggunakan metode infeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
dengan menggunakan alat – alat pemeriksaan dengan tepat yang mencakup :
10. Tanda – tanda vital
11. BB/TB
12. Ukur system pernafasan, kardiovaskuler dan pencernaan
13. TFU, bagian bawah samping dan masuknya kepala (Leopold I - IV)
14. Letak kepala
15. Denyut jantung janin
16. Kondisi abdomen, vulva dan vagina
17. Kondisi mammae
18. Kondisi ekstremitas
B. Tujuan
c. Persiapan pasien
 Identifikasi klien
 Pendekatan dan pemberitahuan tujuan palpasi
 Menganjurkan klien untuk BAK bila kandung kemih penuh
 Klien berbaring dengan 1 bantal pada ruangan tersedia, pasang sampiran
cahaya cukup
d. Persiapan alat
 Stetoskop monoaural (Lenek) jam dan detik
 Pita cm
 Jangka pengukur panggul luar
 Alat untuk mencatat
291 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Pelaksanaan
Sebelum dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu, ukur tanda –
tanda vital, BB dan TB ibu
5. Inspeksi
h. Daerah kepala : kebersihan, kerontokan dan kutu
i. Daerah muka : chloasma gravidarium, sclera dan
conjunctiva mata, udem pada muka, bibir, lidah
j. Leher : bendungan vena jugularis, kelenjar tiroid
k. Dada : bentuk simetris, pigmentasi, putting susu,
colostrums
l. Perut : membesar kedepan kesamping, keadaan pusat,
pigmentasi, gerakan janin, kontraksi, rahim, striae, bekas
operasi
m. Vulva : varises, tanda – tanda chdwick, condylomata,
flouralbus, kebersihan dan keadaan perineum
n. Tungkai bawah : varices, udem muka.
6. Palpasi
 Ibu disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit
lebih tinggi dengan memakai bantal, tungkai sedikit
ditekuk
 Perawat berdiri di sebelah kanan ibu hamil
 Lakukan palpasi bimanual Leopold
Leopold I
Tujuan : untuk menentukan beberapa tinggi fundus uteri.
 Perawat mencuci tangan
 Berdiri disebelah kanan dan menghadap klien
 Membuka pakaian didaerah perut dan
memperhatikan keadaan dinding perut, bentuk, striae
gravidarium, linea alba, bentuk pusat, kontraksi
uterus dan gerakan anak.
 Dengan kedua tangan uterus ditengahkan sambil
memberi tahu agar melemaskan diri dengan bernafas
panjang
 Ukur dengan pita cm atau dengan jari tangan dan
tentukan bagian yang terdapat pada fundus uteri.
 Bandingkan hasil pengukuran TFU dan HPHT
 Pada kehamilan 16 – 20 minggu, cara : menentukan
kedua tangan pada kedua sisi uterus, tangan yang
lain menekan kembali

292 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Rasakan apakah kantung janin menyentuh tangan
yang lain dan memantul kembali pada tangan yang
pertama.
 Catat hasil pemeriksaan
Leopold II
Tujuan : untuk menetukan letak punggung bayi
Sikap perawat sama dengan Leopold I
 Menempatkan kedua tangan pada sebelah kanan dan
kiri uerus
 Mencari dimana tahanan yang lebih besar dan rata
dalam punggung anak dan membandingkan dengan
tahanan. Pada tangan yang sebelah lagi akan teraba
mudah ditekan atau tidak rata dan merupakan bagian
– bagian yang kecil.
 Memperhatikan apakah punggung terletak disebelah
kiri, kanan depan belakang atau gemeli jika tidak ada
bagian kecil yang teraba, kemungkinan punggung
bagian depan.
 Perhatikan :
- Pergerakan anak
- Kontraksi uterus
- Respon klien sakit, tegang atau takut selama
palpasi
 Bila palpasi tidak jelas tanyakan pada klien bagian ia
merasakan pergerakan anak
 Mencatat hasil pemeriksaan
Leopold III
Tujuan :
- Untuk menentukan bagian yang terendah
- Menentukan bagian terendah sudah masuk PAP
atau belum
 Sikap perawat sama dengan pada Leopold
 Tangan kiri merasakan fundus uteri, tangan
memegang bagian anak yang berada diatas simfisis
dengan ibu jari tangan dan yang lain dalam bentuk
mangkok dan perlahan digerakkan terhadap panggul
 Membuat diagnose tentang letak anak
Leopold IV
 Sikap klien sama dengan pada Leopold I, dengan
sedikit ditekuk
 Sikap perawat membelakangi muka klien
 Menempatkan jari – jari tangan dengan tertutup di
293 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
sebelah kiri dan kanan pada segmen bawah rahim
 Menekan perlahan arah tegak lurus pada bidang pinti
atas panggul (PAP)
 Bila kedua tangan konvergen, maka bagian kecil dari
kepala turun ke PAP
 Bila kedua tangan sejajar, maka separuh dari kepala
masuk kerongga panggul
 Perasat ini tidak dilakukan bila kepala belum masuk
PAP
 Mencatat hasil pemeriksaan dan membuat diagnose
7. Auskultasi
Tujuan : mendengar bunyi jantung anak
a. Menempatkan stetoskop pada tempat yang terpilih, tegak
lurus pada dinding perut kea rah telinga perawat, hati –
hati jangan sampai stetoskop ditekan oleh kepala
b. Menahan perut dengan satu tangan pada pihak yang lain
c. Memeriksa nadi itu dengan tangan yang lain (DJA lebih
cepat dari nadi ibu)
d. Memperhatikan dari anak :
 DJA
 Bunyi gerakan anak
e. Menetukan frekuensi DJA dengan menghitung dengan
jam : 5 detik dihitung dan 5 detik istirahat. Dihitung
selama 3 kali dengan 4 untuk DJA/menit
f. Memperhatikan frekuensi teratur dan irama
g. Mencatat hasil auskultasi
8. Mengukur panggul luar
Tujuan : mengetahui ukuran panggul normal dan dapat dilalui
bayi pada saat lahir
Sikap klien : berbaring datar dengan satu bantal
Pelaksanaan :
a. Lakukan inspeksi dan palpasi
b. Mengukur distansia spinarum dengan cara meletakkan
kedua ujung jangka pada SIAS kiri dan kanan, lalu baca
skala. Normal 23 – 26 cm
c. Mengukur distansia kristarum dengan meletakkan kedua
ujung jangka pada SIAS lalu menyusur crista digerakkan
kebelakang sampai mencapai jarak yang terbesar pada
crista iliaka. Normal 26 – 29 cm
d. Memperhatikan perbandingan yang relative antara
distansia spinarium dan cristarum

294 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


e. Memgukur distansia trochanterica dengan cara
meletakkan ujung jangka pada trochantor mayor kiri dan
kanan dengan skala normal 29 – 32 cm
f. Mengukur conjungata eksterna / boudeloque klien
berbaring miring (sim) membelakangi perawat. Ujung
jangka diletakkan pada px L5 dan ujung lainnya diatas
simpisis
g. Mengukur lingkar panggul luar dengan pita cm mulai dari
px L5 menuju atas simpisis melalui pertengahan crista
iliaka dan trochantor mayor kiri dan kanan. Normal 80 –
90 cm
h. Hasil pengukuran dicatat, klien dirapikan kembali.
PERAWATAN PAYUDARA IBU HAMIL
Tujuan :
Untuk persiapan menyusui dan memperlancar peredaran darah serta menjaga
kebersihan payudara dan putting susu.
PENUNTUN BELAJAR PERAWATAN PAYUDARA IBU HAMIL PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
Persiapan Alat
1. Minyak bersih secukupnya
2. Beberapa kapas yang bersih
3. 2 handuk
4. Bengkok
Persiapan Pasien
1. Menjelaskan tujuan tindakan kepada pasien
2. Pasien mencuci tangan
3. Melepaskan pakaian atas dan BH (kutang) kemudian
ditutupi oleh handuk
4. Meletakkan handuk posisi melintang di bawah payudara
5. Pasien duduk tegak dikursi
Lingkungan ruang khusus tertutup
Langkah-langkah
1. Mengucapkan salam
2. Bidan mencuci tangan
3. Kompres putting susu dan area sekitar (areola mammae)
dengan menempelkan kapas yang dibasahi minyak ± 5
menit
4. Bersihkan daerah putting dan sekitarnya dengan kapas
minyak tadi
5. Pegang kedua putting susu lalu tarik keluar bersama dan
diputar kearah dalam 20 x, kearah luar 20 x

295 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


6. Pangkal payudara dipegang kedua tangan lalu payudara
diurut dari pangkal menuju putting susu sebanyak 30x untuk
setiap buah dada
7. Pijat daerah areola sehingga keluar cairan 1-2 tetes
8. Bersihkan putting susu dan sekitarnya dengan handuk
9. Pakailah BH yang menopang payudara
10. Membereskan semua alat dan dikembalikan pada
tempatnya
11. Mencuci tangan
12. Menjawab setiap pertanyaan
Sikap
1. Tanggap terhadap reaksi pasien
2. Teliti
3. Sabar
4. Ramah

SENAM HAMIL
Senam hamil bukan merupakan suatu keharusan. Namun dengan melakukan
senam hamil akan banyak memberi manfaatdalam membantu kelancaran proses
persalinan antara lain dapat melatih pernapasandan relaksasi menguatkan otot-otot
panggul dan perut,serta melatih cara mengejan yang benar.Kesiapan ini merupakan
bekal penting bagi calon ibu saat persalinan.
Tujuan senam hamil yaitu memberi dorongan serta melatih jasmani dan rohani
dari ibu secara bertahap agar ibu dapat menghadapi proses persalinan dengan tenang
,sehingga proses persalinan dapat berjalan lancar dan mudah.
Manfaat senam hamil secara teratur dan terukur
1. Memperbaiki sirkulasi darah
2. Mengurangi pembengkakan
3. Memperbaiki keseimbangan otot
4. Mengurangi resiko gangguangastro intestinal ,termasuk sembelit
5. Mengurangi kram/kejang kaki
6. Menguatkan otot perut
7. Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan

Senam hamil pada kehamilan normal atas nasihat dari dokter/bidan.Dapat


dimulai pada kehamilan kurang lebih 16 – 38 mgg.Ibu hamil dapat mengikuti kelas
senam hamil yang disediakandifasilitas kesehatan dengan instruktur yang
bersertifikat.Pelaksanaan senam sedikitnya seminggu sekali dan menggunakan
pakaian yang sesuai dan longgar.Lakukan selalu pemanasandan pendinginan setiapkali
senam.intensitas senam harus disesuaikan dengan kondisi tubuh Bila dilantai gunakan
kasur atau matras saat melakukan senam.Jangan mendadak berdiri saat usai
senam,tetapi lakukan secara perlahan untuk menghindari pusing. Bidan hendaknya
296 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
menyarankan agar ibu melakukan masing –masing latihan 2 kali pada awal dan
berlanjut dengan kecepatan menurut kehendak mereka sendiri hingga sebanyak 5 kali.

Syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan senam hamil :


1. Sebelum melakukan latihan harus dilakukan pemeriksaan kesehatan dan minta
nasehat dokter atau bidan
2. Latihan baru dapat dimulai setelah usia kehamilan 22 minggu
3. Latihan harus dilakukan secara teratur dan disiplin dalam batas-batas
kemampuan fisik ibu
4. Latihan sebaiknya dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin
Kontraindikasi senam Hamil
1. Penyakit miokardinal aktif
2. Kelainan jantung
3. Tromboflebitis
4. Emboli paru
5. Perdarahan pervagina
6. Ada tanda kelainan pada janin

PROTAP SENAM HAMIL


A. Tujuan
memberi dorongan serta melatih jasmani dan rohani dari ibu secara bertahap agar
ibu dapat menghadapi proses persalinan dengan tenang ,sehingga proses persalinan
dapat berjalan lancar dan mudah.
PENUNTUN BELAJAR SENAM HAMIL PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
B. Persiapan Alat
1. Matras
2. Radio
C. Tahapan senam Hamil
1. Latihan pendahuluan
a. Latihan I : Duduk tegak bersandar pada kedua lengan,
kedua tungkai diluruskan dan dibuka sedikit, seluruh
tubuh lemas.
b. Latihan II : Duduk tegak,kedua tungkai kaki lurus, dan
rapat
c. Latihan III, Duduk tegak,kedua tungkai kaki lurus rapat
dan relaks
d. Latihan IV, Duduk bersila dan tegak, kedua tangan
diatas bahu dan kedua lengan di samping buah dada
e. Latihan V, berbaring telentang, kedua lengan di samping
badan, dan kedua lutut ditekuk

297 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


f. Latihan VI,berbaring telentang, kedua lengan disamping
badan kedua tungkai lurus dan enak
g. Latihan VII, Putar panggul kekiri sebanyak 4 kali dan
kekanan 4 kali dengan menggerakkan panggul
kekiri,tekankan punggung ke kanan sambil
mengenpiskan perut dan mengurutkan liang dubur.
Gerakkan panggul kekanan,angkat pinggang,gerakkan
kembali panggul ke kiri dan seterusnya sampai 4 kali
gerakan memutar, kemudian lakukan hal tersebut ke
arah kanan sebanyak 4 kali.
2. Latihan Inti
a. Latihan pembentukan sikap tubuh yang baik. Sikap
tubuh yang baik akan menyebabkan tulang panggul
naik sehingga janin berada pada kedudukan yang
normal. Sebaliknya sikap tubuh yang tidak baik
menyebabkan tulang panggul turun sehingga
kedudukan janin kurang baik.
b. Latihan kontraksi dan latihan relaksasi untuk
memperoleh dan mengatur sikap tubuh yang relaks
pada saat diperlukan
c. Latihan pernafasan untuk menguasai berbagai tehnik
pernafasan.
Bentuk – bentuk latihan inti diberikan menurut usia kehamilan,
yaitu :
1. Latihan untuk kehamilan minggu ke 22-25
 Latihan pembentukan sikap tubuh. Berbaring
telentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan di
samping badan, dan relaks
 Latihan kontraksi dan relaksasi. Berbaring telentang,
kedua lutut ditekuk, kedua lengan disamping badan,
dan relaks
 Latihan pernafasan untuk mengatasi nyeri his
pendahuluan dan nyeri his kala I. Tehnik Tehnik
pernapasan dapat digunakan untuk mempercepat
relaksasi, mengatasi his pendahuluan dan his
permulaan kala I, mengatasi stress yang terjadi baik
dari dalam maupun dari luar.
2. Latihan untuk kehamilan pada minggu ke 28-30
 Latihan pembentukan sikap tubuh. Sikap merangkak,
jarak antara kedua tangan sama dan jarak antara
kedua bahu. Keempat anggota tubuh tegak lurus

298 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


pada lantai dan badan sejajar dengan lantai
 Latihan kontraksi dan relaksasi. Berbaring telentang
kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping badan,
dan relaksasi
 Latihan pernafasan untuk mengatasi nyeri his akhir
kala I
3. Latihan untuk kehamilan pada minggu ke 31-34
 Latihan pembentukan sikap berdiri tegak kedua kaki
sejajar bahu, kedua tangan di samping badan, dan
relaks
 Latihan kontraksi. Berbaring telentang, kedua lutut
ditekuk, tangan kanan di atas perut dan relaks
 Latihan pernapasan untuk mengatasi kegiatan
mengajar yang tidak boleh dilakukan. Berbaring
telentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan di
samping badan dan relaks. Pemakaian tehnik ini
adalah pada saat ingin mengejan, tetapi dilarang
karena pembukaan belum lengkap
4. Latihan untuk kehamilan minggu ke 35 sampai melahirkan
 Latihan pembentukan sikap tubuh. Berbaring
telentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan
disamping badan dan relaks
 Latihan kontraksi dan relaksasi. Berbaring telentang
kedua tungkai terbuka sedikit, kedua lengan
disamping badan lemaskan seluruh tubuh, Lakukan
pernapasan secara teratur dan berirama
 Latihan pernapasan untuk mengejan. Berbaring
telentang kedua lutut dipegang oleh kedua tangan
dan relaks

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA


1.Mendengar dan melihat adanya tanda gejala Kala Dua
 Ibu merasa ada dorongan yang kuat untuk meneran
 Ibu merasakan ada tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan
vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

299 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


2.Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk resusitasi tempat datar, rata, bersih, kering, dan hangat, 3 handuk/kain
bersih dan kering, alat penghisap lender, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
di atas tubuh bayi.
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekai pakai dalam partus
set
3.Pakai celemek plastik.
4.Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5.Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam.
6.Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang.
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia.
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan korin 0,5% ).
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10.Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/ menit).
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan, DJJ dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

IV.MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN


MENERAN

300 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


11.Beritahukan bahwa pembukaan suah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu
ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a.Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif).
b.Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan member semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12.Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkannya dan pastikan ibu merasa nyaman).
13.Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran:
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristrahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika ayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14.Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
V.PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15.Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16.Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17.Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18.Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
VI.PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19.Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernafas cepat dan dangkal.
20.Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan kelahiran bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi

301 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong di antara dua klem
21.Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
22.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara bipretal. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan kearah atas distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23.Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24.Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
VII.PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25.Lakukan penilaian (selintas):
 Apakah bayi cukup bulan?
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi pada
asfiksia bayi baru lahir
Bila semua jawabannya adalah “YA”, lanjut ke langkah 26.
26.Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain
yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
27.Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi lagi dalam uterus
(hamil tunggal).
28.Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30.Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama.
31.Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.

302 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
puting payudara ibu.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam.
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
VIII.PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga bejarak 5-10 cm dari vulva.
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

Mengeluarkan plasenta
36.Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
doso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
6. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
7. Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh
8. Minta kelurga untuk menyiapkan rujukan
9. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
10. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual

303 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


37.Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38.Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik masase.
IX. MENILAI PERDARAHAN
39.Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bagian bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik
atau tempat khusus.
40.Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
41.Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
42.Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5% dan membilasnya dengan air DTT kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Evaluasi
43.Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih kosong.
44.Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
45.Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46.Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47.Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit). Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk ke rumah sakit.
Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit-ke-kulit
dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
Kebersihan dan Keamanan
48.Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
49.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
50.Bersihkan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
304 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
51.Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
52.Dekontaminasi tempat bersalin dan apron yang dipakai dengan larutan klorin
0,5%.
53.Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan dalam
keadaan terbalik kemudian rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
55.Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk penatalaksanaan bayi baru lahir.
56.Dalam waktu satu jam, beri antibiotika salep mata pencegahan, dan vitamin K 1 1
mg intramuscular di paha kiri anterolateral.
Setelah itu lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pantau setiap 15 menit
untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu
tubuh normal (36,5-37,5oC).
57.Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-
waktu bisa disusukan.
58.Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik di dalam larutan klorin 0,5%.
59.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Dokumentasi
60.Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV.
KETERAMPILAN VULVA HYGIENE
A. Pengertian
Tindakan untuk membersihkan vulva dan sekitar dari kotoran yang berasal dari
dalam maupun luar
B. Tujuan
a. Menjaga kebersihan vulva
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi
c. Sebagai tindakan pengobatan
d. Member rasa nyaman
PENGAMATA
PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN VULVA HYGIENE
N
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan Alat
a. Pengalas (perlak + handuk)
b. Kapas sublimate dalam tempatnya
c. Handscoen 1 pasang
d. Pinset anatomis 1 buah
e. Bad pan 1 buah

305 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


f. Selimut ekstra
g. Bengkok 1 buah
h. Kertas kloset 1 buah
i. Bototl berisi larutan PK/betadine/salvon
j. Kasa steril (jika perlu)
k. Betadine
l. Duk pembalut (jika perlu)
m. Celana dalam bersih
D. Pelaksanaan
a. Mengkaji kebutuhan klien
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
c. Menyiapkan alat sesuai dengan kebutuhan
d. Membawa alat – alat kedekat tempat tidur pasien dan
memindahkan peralatan yang tidak diperlukan
e. Pastikan pintu dan jendela dalam keadaan tertutup, pasang
sampiran.
f. Perawat mencuci tangan
g. Memasang selimut ekstra dengan cara memanjang ke samping
h. Memasang pengalas di bawah bokong pasien
i. Melepaskan pakaian bawah pasien dan mengatur posisi litotomy
j. Bungkus kaki pasien dengan sudut selimut dan daerah tengah
menutup daerah public
k. Letakkan bengkok dan kapas sublimate didekat bokong pasien,
kemudian pasang handscoen
l. Buka labia mayora dengan tangan kiri dan tangan kanan
memegang kapas sublimate untuk membersihkan labia mayora
dengan satu usap dari atas kebawah, masing – masing pada labia
mayora kiri dan kanan selanjutnya pada daerah perineum dari
bawah keatas kebawah satu kali usap
m. Memasang bad pan pada bokong pasien
n. Daerah genetalia disiran dengan larutan PK/air hangat
o. Keringkan dengan menggunakan kertas kloset, lalu angkat badpan
p. Jika ada luka episiotomy beri betadine dengan menggunakan kasa
steril selanjutnya pasang pembalut pada celana
q. Atur posisi seperti semula, lalu angkat pengalas
r. Mengganti selimut ekstra dengan selimut biasa
s. Alat – alat dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya, rapikan
ruangan senyaman mungkin
t. Perawat mencuci tangan
u. Sampiran / pintu / jendela dibuka
v. Observasi keadaan pasien
w. Mencatat tindakan yang dilakukan dan respon pasien terhadap
306 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
tindakan

E. Hal – hal yang perlu diperhatikan


 Tetap perhatikan privacy pasien selama pelaksanaan tindakan
 Tetap pertahankan teknik aseptic utamnya bagi pasien yang mengalami
episiotomi

ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)


Pertolongan sesuai APN didasarkan pada pertolongan persalinan dengan
mengusahakan cara paling fisiologis pada ibu hamil normal dan dikondisikan pada
pertolongan bidan secara mandiri. Persalinan kala II dimulai setelah pembukaan serviks
lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh badan janin. Inti dari mekanisme
persalinan normal adalah pergerakan kepala janin dalam rongga dasar panggul untuk
menyesuaikan diri dengan luas panggul sehingga kepala dapat lahir secara spontan.
Ada 3 ukuran diameter kepala janin yang digunakan sebagai patokan dalam
mekanisme persalinan normal antara lain :
1. Jarak biparietal
Merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai didalam
defenisi penguncian (engagement)
2. Jarak suboksipito bregmatika
Jarak antara batas dari leher dan okciput ke anterior fontanel, ini adalah diameter
yang bersangkutan dengan presentasi kepala
3. Jarak oksipitomental
Merupakan diameter terbesar dari kepala janin, ini adalah diameter yang
bersangkutan dengan hal presentase dahi.

PERAWATAN PAYUDARA POST PARTUM


A. Pengertian
Perawatan payudara adalah merawat payudara ibu dengan menggunakan
alat/bahan tertentu pada masa nifas
B. Tujuan
a. Memelihara payudara ibu agar tetap bersih
b. Melancarkan sirkulasi darah pada daerah payudara
c. Melancarkan produksi ASI

307 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PENUNTUN BELAJAR PERAWATAN PAYUDARA POST
PENGAMATAN
PARTUM
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan Alat
a. Persiapan alat
Baki dengan alatnya yang berisi :
 Handuk 2 buah
 Waslap 2 buah
 Waskom 2 buah berisi air dingin dan setengahnya
 Termos yang berisi air panas
 Minyak kelapa pada tempatnya (Baby oil)
 Nierbekken
 Kapas pada tempatnya
 Pompa susu (Breast pump)
 Gelas/botol susu
 Nipple shells (untuk putting susu yang rata)
b. Persiapan Pasien
 Mempersiapkan payudara untuk proses menyusui
 Membersihkan putting dan meningkatkan kenyamanan
pada payudara
D. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan
b. Pakaian atas klien dibuka, handuk dipasang dibawah buah
dada dan handuk yang lain dipasang dipunggung klien
c. Bersihkan putting susu dengan kapas dan air hangat dari
arah putting keluar
d. Keringkan putting dengan handuk yang lembut
e. Untuk putting susu yang datar atau masuk kedalam, lakukan
tehnik memutar putting pasa trimester III, yaitu dengan cara
:
 Pegang putting dengan ibu jari dan telunjuk, kemudian
tarik keluar
 Klien hanya boleh merasa putting itu tertarik tetapi tidak
boleh merasa sakit
 Lakukan putaran selama beberapa menit, setelah itu
lepaskan putting, tekan areola untuk memeras
colostrums dan usapkan kearah putting
 Gunakan alat bantu (Niple shells) agar putting menonjol
f. Kedua telapak tangan perawat diberi minyak kelapa
g. Pengurutan I
 Perawat berdiri dibelakang pasien. Tempatkan kedua

308 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


telapak tangan diantara kedua buah dada, arah
pengururtan mulai dari tengah atas kesamping kanan
dan kiri, selanjutnya menuju kearah bawah, lalu keatas
buah dada diangkat kemudian perlahan – lahan
dilepaskan lalu sebanyak 15 – 20 kali.
h. Pengurutan II
 Telapak tangan kiri menyokong buah dada kiri, tangan
kanan yang di genggam mengurut dari pangkal buah
dada kearah putting susu, lakukan sebanyak 15 – 20
kali tiap buah dada
i. Pengurutan III
 Sama dengan pengurutan kedua tetapi dengan tangan
kanan dengan sisi kelingking mengurut dari pangkal
buah dada kearah putting susu, lakukan sebanyak 15 –
20 kali.
j. Selesai pengurutan buah dada dicuci dengan menggunakan
waslap kering. Lakukan secara berganti – ganti tiap buah
dada.
k. Jika ASI penuh, bisa dipompa atau langsung ditekan
l. Alat – alat dibereskan
m. Perawat mencuci tangan

E. Hal – hal yang harus diperhatikan


a. Perhatikan respon pasien
b. Bimbing klien untuk melakukan sendiri 2 kali sehari sebelum mandi
c. Perhatikan privacy klien pada saat perawatan berlangsung
Pengurutan tidak boleh dilakukan terlalu keras atau lemah.
LATIHAN SENAM NIFAS
A. Pengertian
Senam hamil merupakan latihan pernafasan dan pembentukan tubuh yang
sebaiknya dilakukan oleh ibu hamil guna meningkatkan kenyamanan. Kegiatan
senam hamil umumnya dimulai sejak minggu ke 13 kehamilan.
PENUNTUN BELAJAR LATIHAN SENAM HAMIL PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
A. Persiapan alat
1. Matraks
2. Bantal
B. Prosedur
1. Berbaring diatas tempat tidur/matraks dengan lutut ditekuk.
Lakukan pernafasan perut dengan cara menarik nafas dalam
dari hidung lalu keluarkan dari mulut secara perlahan-lahan

309 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


selama 3-5 detik.
2. Pernafasan Abdomen campuran
Berbaring dengan lutut ditekuk. Sambil menarik nafas dalam,
putar punggung bagian pelviks dengan mendatarkan
punggung bawah dilantai. Keluarkan nafas dengan
perlahan,tahan selama 3-5 detik sambil mengeluarkan nafas
3. Sentuh lutut
Berbaring dengan lutut ditekuk. Sementara menarik nafas
dalam, sentuhkan bagian bawah dagu kedada sambil
mengeluarkan nafas. Angkat kepala dan bahu secara
perlahan dan halus upayakan menyentuh lutut dengan
lengang direnggangkan.
4. Angkat bokong
Berbaring dengan bantuan lengan lutut ditekuk, dan kaki
mendatar. Dengan perlahan naikkan bokong dan
lengkungkan punggung dan kembali perlahan-lahan keposisi
semula.
5. Memutar kedua lutut
Berbaring dengan lutut ditekuk. Pertahankan bahu mendatar
dan kaki diam. Dengan perlahan dan halus putar lutut kekiri
sampai menyentuh lantai
6. Memutar satu lutut
Berbaring diatas punggung dengan tungkai kanan diluruskan
dan tungkai kiri ditekuk pada lutut. Pertahankan bahu datar,
secara perlahan putar lutut kiri kekanan sampai menyentuh
lantai
7. Putar tungkai
Berbaring dengan kedua tungkai lurus. Pertahankan bahu
tetap datar dan kedua tungkai lurus, dengan perlahan dan
halus angkat tungkai kiri dan putar sedemikian rupa sehingga
menyentuh lantai dan tempat tidur disisi kanan dan kembali
keposisi semula.
8. Angkat tangan
Berbaring dengan lengan diangkat sampai membentuk sudut
90 derajat terhadap tubuh. Angkat lengan bersama-sama
sehingga telapak tangan dapat bersentuhan turunkan secara
perlahan.

PROTAP POSTURAL DRAINASE

A. PENGERTIAN
310 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
Drainase postural adalah pembersihan secret dari jalan nafas segmen
bronkus dengan pengaruh gravitasi, pembersihan dengan cara ini dicapai dengan
melakukan salah satu atau lebih dari 10 posisi tubuh yang berbeda.
B. TUJUAN
Untuk mengeluarkan secret dari batang trakheobronkiale

PENUNTUN BELAJAR POSTURAL DRAINASE PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan
1. Alat
a. Bantal 2 atau 3 buah
b. Papan pemiring
c. Tissue wajah
d. Segelas air
e. Wadah dari kasa
2. Pasien
a. Pasien diberi penjelasan tentang hal – hal yang akan
dilakukan
b. Atur posisi pasien sesuai indikasi ( posisi drainase
postural )
D. Prosedur
1. Bronkus Apikal Lobus Anterior Kanan dan Kiri atas
Minta klien duduk dikursi, bersandar pada bantal
2. Bronkus Apikal Lobus Posterior Kanan dan Kiri atas
Minta klien duduk di kursi, menyandar ke depan pada bantal
atau meja
3. Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Kiri atas
Minta klien berbaring dengan bantal kecul di bawah lutut
4. Bronkus Lobus Lingual Kiri atas
Minta klien berbaring miring ke kanan dengan lengan diatas
kepala pada posisi trendelemburg dengan kaki ketempat
tidur ditinggikan 30 cm ( 12 inci ). Letakkan bantal
dibelakang punggung dan gulingkan klien seperempat
putaran keatas bantal
5. Bronkus Lobus Kanan Tengah
Minta klien berbaring miring kiri dan tinggikan kaki tempat
tidur 30 cm ( 12 inci ). Letakkan bantal dibelakang punggung
dan gulingkan klien seperempat putaran keatas bantal
6. Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Kiri Bawah
Minta klien berbaring miring kekiri pada posisi trendeleburg
kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm ( 18 sampai

311 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


20 inci ). Biarkan lutut menekuk diatas bantal
7. Bronkus Lobus Lateral Kanan Bawah
Minta klien berbaring miring kekiri pada posisi
trendelemburg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45
sampai 50 cm ( 18 sampai 20 inci )
8. Bronkus Lobus Lateral Kiri Bawah
Minta klien berbaring miring ke kanan pada posisi
trendelemburg dengan kaki tempa tidur ditinggikan 45
sampai 50 cm ( 18 sampai 20 inci )
9. Bronkus Lobus Superior Kanan dan Kiri Bawah
Minta klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah
lambung

10. Bronkus Basalis Posterior Kanan dan Kiri


Minta klien berbaring tengkurap dalam posisi trendelemburg
dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm ( 18
sampai 20 inci )

E. PROSEDUR
1. Cuci tangan
2. Pilih area yang tersumbat yang akan di drainase berdasarkan
pengkajian semua bidang paru, data klinis dan gambaran
foto dada.
3. Baringkan klien pada posisi untuk mendrainase area yang
tersumbat ( area pertama yang dipilih dapat bervariasi dari
satu klien ke klien yang lain). Bantu klien memilih posisi
sesuai kebutuhan. Ajarkan klien memposisikan postur dan
lengan pada posisi kaki yang tepat. Letakkan bantal untuk
menyangga dan kenyamanan.
4. Minta klien mempertahankan posisi selama 10 sampai 15
menit
5. Selama 10 sampai 15 menit drainase pada posisi ini lakukan
perkusi dada, vibrasi dan atau gerakan iga diatas area yang
di drainase
6. Setelah drainase pada postur pertama, minta klien duduk dan
batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam wadah yang
bersih. Bila klien tidak dapat batuk, harus dilakukan
pengisapan
7. Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8. Minta klien mengisap air
9. Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area tersumbat
yang dipilih telah terdrainase. Setiap tindakan harus tidak
312 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
lebih dari 30 sampai 60 menit
10. Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.

F. HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Spasme bronkus dapat dicetuskan pada beberapa klien yang menerima drainase
postural. Spasme bronkus ini disebabkan oleh imobilisasi secret kedalam jalan
nafas pusat yang besar, yang meningkatkan kerja nafas.
2. Untuk menghadapi resiko spasme bronkus, perawat dapat meminta dokter untuk
mulai memberikan terapi bronkodilator pada klien selama 20 menit sebelum
drainase postural.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NEBULIZER

Petunjuk penggunaan :
Nilailah setiap kinerja/ langkah yang diamati dengan memberi tanda checklist (√)
pada skala dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : Langkah/tugas tidak dikerjakan dengan benar atau ada
yang dihilangkan
2. Kompeten : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi
kurang tepat dan/ atau perlu bantuan preseptor
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar sesuai urutan, tepat
tanpa ragu-ragu atau tidak perlu bantuan

Bobot
Uraian Kegiatan
1 2 3
1. Persiapan alat
d. Alat
1. Nacl 0,9 %
2. Set Nebulizer
3. Obat Brochodilator
4. Sarung tangan steril
2. Prosedur / pelaksanaan
1. Perawat mencuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi anak dengan cara menempatkan anak diatas
pangkuan, posisi semi fowler atau setengah duduk atau

313 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


ditidurkan
5. Lakukan penguapan selama 10-15 menit dimulai dengan
menghidupkan set nebulizer yang diarahkan ke saluran
pernafasan mulai dari mulut atau hidung
6. Lakukan fisioterapi dada agar lendir mudah terlepas dari
dinding brongkus
7. Tenangkan anak dan pastikan tindakan ini benar-benar
diperlukan untuk membuat kondisi anak lebih baik
8. Puji anak atas kerjasamanya
9. Buka sarung tangan
10. Catat status saluran pernafasan dan secret
11. Cuci tangan

Nilai : Jumlah Nilai X 3 =


18

PROTAP PENGKAJIAN FISIK PADA ANAK

Petunjuk penggunaan :
Nilailah setiap kinerja/ langkah yang diamati dengan memberi tanda checklist (√)
pada skala dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : Langkah/tugas tidak dikerjakan dengan benar atau ada
yang dihilangkan
2. Kompeten : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi
kurang tepat dan/ atau perlu bantuan preseptor
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar sesuai urutan, tepat
tanpa ragu-ragu atau tidak perlu bantuan

PENUNTUN BELAJAR PENGKAJIAN FISIK PADA ANAK PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
A. Pengukuran pertumbuhan
1. Tinggi/panjang badan
2. Berat badan
3. Lingkar kepala
 Di ukur dari puncak alis mata, pinna telinga ketonjolan
oksipital
4. Lingkar dada
 Di ukur melingkari dada pada garis putting susu

314 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


5. Ketebalan lipat kulit (Skin fold) dan lingkar lengan
 Skin fold menggunakan calipers dengan cara lengan
kanan anak fleksi 90° C
 Skin fold adalah petunjuk lemak tubuh total
 Lingkar lengan di ukur dengan menggunakan pita ukur
 Lingkar lengan pengukuran tidak langsung terhadap
massa otot total
B. Pengukuran fisiologist
 Suhu
1. Suhu oral : diletakkan dibawah lidah, mulut anak tetap
mengatup tanpa menggigit thermometer (Lamanya 7
menit)
2. Suhu aksilla : Tempatkan dibawah lengan dengan ujung
dibagian tengah aksilla dan dekatkan dengan kulit
kemudian tahan tangan anak untuk menjepitnya.
(Lamanya 5 menit)
3. Suhu rectal : masukkan ujung yang telah diberi pelumas
tidak lebih 2,5 cm kedalam rectum dan pegang, posisi
anak dapat dimiringkan atau ditempatkan pada posisi
telungkup dipangkuan orang tua. (Lamanya 4 menit)
4. N : 36,5 – 37° C
 Nadi
 Hitung nadi selama 1 menit penuh
 N : 120 – 140 X / menit
 Pernafasan
 Hitung selama 1 menit penuh
 N : 30 – 60 X / menit
 Tekanan darah
C. Penampilan umum
 Wajah
 Postur
 Hygiene
 Nutrisi
 Perilaku
 Perkembangan
 Status kesadaran
D. Kulit
 Warna
 Tekstur
 Suhu
 Turgor
E. Struktur aksesori
315 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
 Rambut : warna, tekstur, kualitas, distribusi elastisitas,
hygiene
 Kuku : warna tekstur, kualitas, distribusi elastisitas, hygiene
 Dermatologlifik : observasi lipatan fleksi pada telapak
tangan jika ada lipatan transpalmar satu lipatan horizontal --
------ Karakteristik anak sindrom down
F. Tonus limfe
 Palapasi, tekanan dengan perlahan tapi tegas dengan gerak
melingkar
 Perhatikan ukuran, mobilitas, suhu, kekerasan
 Submaksilaris --- tundukkan kepala sedikit kebawah
 Servikal --- tengadahkan kepala sedikit keatas
 Aksila --- rilekskan lengan disamping tetapi sedikit
terabduksi
 Inguinalis --- Tempatkan anak pada posisi terlentang
 Lokasi kelenjar limfe
Auricular posterior
Preauricular
Oksipital
Servikal superficial
Servikal posterior
Supraklavikular
Tonsilar
Submental atau sublingual
Submaksilaris
Subklavikular
Aksilaris
Epitoklear
Inguinal dalam
Inguinal superficial
G. Kepala
 Bentuk
 Rentang gerak
 Palpasi tengkorak akan adanya fontanel, nodus,
pembengkakan
 Hygiene
H. Leher
o Trakhea
o Tiroid
o Arteri karotis
I. Mata
o Inspeksi penempatan dan kesejajaran
316 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
o Kemiringan palpebra
o Lipatan epikantus
o Kelopak mata
o Konjuntiva palpebra
o Bulu mata alis
o Sclera
o Kornea
o Pupil
o Iris
o Refleks cahaya kornea
o Penglihatan warna
J. Telinga
o Kesejajaran dan penempatan pinna
o Lubang abnormal
o Hygiene
o Fungsi pendengaran
K. Hidung
o Kesimetrisan
o Vestibula
o Fungsi penciuman
L. Mulut dan tenggorokan
o Bibir : Warna, tekstur, lesi
o Struktur internal
M. Dada
o Inspeksi ukuran, bentuk, kesimetrisan, gerakan
perkembangan payudara
N. Paru
o Gerakan pernafasan : Frekuensi, irama, kedalaman,
kuantitas dan karakter
o Fremitus vocal
o Perkusi kedua sisi dada dalam urutan dari apeks ke dasar
o Auskultasi pernafasan dan bunyi suara : Intensitas, nada,
kualitas, durasi, relative dari inspirasi dan ekspirasi, bunyi
nafas normal :
 Vesikuler, terdengar diseluruh lapang paru : inspirasi
lebih keras, panjang dan bernada tinggi dari pada
ekspirasi
 Bronkovesikuler, terdengar pada area intraskapular atas
manubrium : inspirasi dan ekspirasi hamper sama
 Bronkhial, terdengar hanya diatas trachea : ekspirasi
lebih keras, panjang dan bernada tinggi daripada
inspirasi
317 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
o Bunyi hambatan
 Cracles
 Mengi (Weezing)
 Stridor
 Frictin rub pleura
o Pola pernafasan
 Takipnea
 Bradipnea
 Dipsnea
 Apnea
 Hiperpnea
 Hipoventilasi
 Kusmaul
 Cheynestokes
 Biot
 Paradoksik
O. Jantung
o Inspeksi ukuran dengan anak posisi semi powler
o Letak jantung pada anak <7 tahun beradadilateral MCL kiri
dan ICS keempat
o Letak jantung pada anak >7 tahun berada pada garis MCL,
kiri dan ICS kelima
o Palpasi untuk pengisian capiler (Capilary refill), N : 1 – 2
detik
o Area auskultasi :
 Area aortic : Ruang intercostals kanan kedua dekat
sternum, S2 terdengar lebih keras dari S1
 Area pulmonik : Ruang intercostals kiri kedua dekat
sternum, pemecahan dari S2 terdengar paling baik
 Titik Erb : Ruang ICS 3 dan 2 dekat sternum S1
terdengar lebih keras dari pada S2
 Area apical atau mitral : ICS 5 garis MCL kiri (ICS 3-4)
pemecahan dari S1 terdengar paling baik
P. Abdomen
o Anak dengan posisi terlentang dengan kaki fleksi
o Observasi adanya hernia
o Auskultasi bising usus (Bunyi seperti gemerincing logam
setiap 10 – 30 detik)
o Dengan menggunakan garis imajiner bagi abdomen menjadi
4 kuadran
Q. Genetalia
o Pria
318 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
o Wanita
R. Anus
S. Punggung dan ekstremitas
a. Kaji bentuk tulang : ukur jarak antara lutut ketika anak berdiri
--- genu varum – jenu valgum
b. Cara berjalan
c. Refleks flantar
d. Uji kekuatan : lengan, kaki, telapak tangan, telapak kaki
T. Pengkajian neurologist
1. Status mental
o Observasi perilaku, suasana hati, efek, orientasi umum
terhadap sekitar
2. Fungsi motorik
o Uji kekuatan otot, tonus dan perkembangan
o Uji fungsi serebelum
 Uji jari kehidung
 Uji tumit ke tulang kering
 Uji Romberg --- minta anak berdiri tegak dengan kaki
rapat dan mata tertutup
3. Fungsi sensorik
o Uji penglihatan dan pendengaran
o Keutuhan sensori --- Anak menutup mata, sentuh kulit
dengan perlahan dengan peniti dan minta anak untuk
menunjukkan area yang dirangsang
o Diskriminasi sensori :
 Sentuh kulit dengan peniti dan kapas --- minta anak
menggambarkannya tajam atau lembut
 Sentuh tangan dengan objek dingin dan panas ---
minta anak menggambarkan suhu tersebut
 Sentuh kulit dengan satu peniti dan dua peniti secara
bersamaan – minta anak menggambarkannya
4. Refleks (Tendon dalam)
o Bisep (N : fleksi parsial lengan bawah)
Pegang tangan anak dengan menempatkan siku fleksi
sebagian pada tangan anda dengan ibu jari diatas ruang
antekubital, ketuk kuku ibu jari anda dengan palu
o Trisep (N : ekstensi parsial lengan bawah)
Tekuk tangan pada siku dan letakkan telapak tangan
anak pada tangan anda, tekan tendo trisep
Jika anak terlentang letakkan lengan diatas dada
o Refleks patella
o Tingkatan umum refleks ( derajat 0-4 )
319 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
5. Saraf cranial
o I ( Olfaktorius, S ) ------- Penciuman
Mata tertutup minta anak mengindentifikasi bau seperti
kopi, alcohol dan sebagainya
o II ( Optikus, S ) ----- saraf optic
Periksa persepsi sinar, ketajaman penglihatan,
penglihatan warna
o III ( Okulomotorius, M ) ----- otot ekstraokular mata,
kontriksi dan akomodasi pupil, penutupan mata
Minta anak mengikuti objek mainan atau sinar
o IV ( Troklearis, M ) ---- otot oblique superior
menggerakkan mata kebawah dan keluar
o V ( Trigeminalis, N, S) --- Otot Mastikasi --- Sensori
wajah, kulit kepala, nasal. Minta anak membuka dan
menggigit rahangnya, periksa kesimetrisan dan kekuatan
o VI (Abdusen, M) ---- Menggerakkan mata secara
temporal. Minta anak melihat ke arah sisi temporal
o VII (Vasialis, M,S) ----- Otot – otot ekspresi wajah ----
identifikasi rasa. Minta anak tersenyum, membuat wajah
lucu. Minta anak mengidentifikasi larutan rasa manis,
asin pada segmen anterior lidah
o VIII (auditorius, akustik, S) --- Uji pendengaran
o IX (Glosofaringeal, M,S) --- faring --- lidah. Ada refleks
muntah jika stimulasi faring. Tes rasa asam atau pahit
pada segmen posterior lidah
o X (Vagus, S,M) --- otot laring, laring. Suara serak, refleks
muntah dan kemampuan menelan
o XI (Aksesori,M) --- otot sternokleeiomastoideus dan
trapesius dan bahu. Minta anak menahan bahu sambil
memberikan tekanan sedang.
o XII (Hipoglosus,M) --- otot lidah. Minta anak
menggerakkan lidah kesemua arah.

320 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN OBAT

Injeksi Intrakutan
Pengertian :
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra
dermis, dan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat
yang disuntikkan .
Tujuan :
1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian
obat.
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin
tes).
4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test).
Persiapan pasien :
c. Cek perencanaan keperawatan kien ( dosis, nama klien, obat, waktu
pelaksanaan, tempat injeksi)
d. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
e. Pasien diberitahu tentang posisi dan sikap yang harus dilakukan selama
pemberian tindakan
Persiapan Alat :
1. Spuit 1cc atau 0,5 cc disposable (sesuai kebutuhan), dengan obat injeksi pada
tempatnya yang telah disiapkan
2. Kapas alcohol
3. Alat tulis
4. Sarung tangan/handscon
321 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok / Nierbekken
7. Kartu obat dan etiketnya
8. Handscoen kalau perlu
Cara Kerja
N Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
o
Ya Tidak
1 Siapkan peralatan ke dekat pasien
2 Mengidentifikasi pasien dengan prinsip enam B (Benar
obat, dosis, pasien, cara pemberian, waktu dan
dokumentasi)
3 Pasang sampiran atau tutup tirai untuk menjaga privasi
pasien
4 Perawat Mencuci tangan
5 Memakai handscoen bila diperlukan
6 Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan
disuntik dari pakaian pasien
7 Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice
dokter dengan teknik septik dan aseptic
9 Menentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 atas lengan bawah
bagian dalam.
10 Memasang pengalas dibawah daerah yang akan
disuntik
11 Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol
pada daerah yang akan disuntik, kulit diregangkan
tunggu sampai kering.
12 Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang
jarum menghadap keatas, jarum dan kulit membentuk
sudut 5-15 ̊
13
1. Memasukan obat perlahan-lahan sampai berbentuk
gelembung kecil, dosis yang diberikan 0,1 cc atau
sesuai jenis obat.
14 Mencabut jarum dan lingkari batas pinggir gelembung
dengan pena, tunggu hasil/reaksi dari obat selama ±10-
15 menit
15 Rapikan pasien dan bereskan alat
16 Lepaskan sarung tangan
17 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk atau tissue
181. Beri penjelasan pada pasien atau keluarga untuk

322 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


tentang penilaian pada daerah penyuntikan dan
anjurkan untuk tidak menggaruk, memasage atau
memberi apapun pada daerah penyutikan. Tanyakan
pada klien tentang bagaimana perasaannya setelah
dilakukan injeksi.
Sikap Perawat
1 Tidak menunjukkan rasa jijik
2 Terampil dan tidak ragu-ragu
3 Menjalankan komunikasi terapeutik
4 Efektif dan efisien
5 Menjaga privacy klien
6 Dokumentasikan

Hal yang Perlu Diperhatikan :


1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien,
indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu
benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara
pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang
riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada
pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila
diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24
jam dari saat penyuntikan obat.
3. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada
penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab
penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani
pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian
inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab
menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan therapi.
5. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik,
dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu
mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit,
yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
6. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc
dalam spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien.

323 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Kesimpulan : Bulukumba…………….. ……
Lulus / tidak Lulus
Nilai
HAERATI, S.Kep, Ns

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN OBAT

Intra Muskuler
Pengertian :
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat
pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring),
dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid).
Tujuan :
1. Agar absorpsi obat lebih cepat.
2. Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang diberikan
obat secara Intra Muskuler.
Persiapan pasien :
f. Cek perencanaan keperawatan kien ( dosis, nama klien, obat, waktu
pelaksanaan, tempat injeksi)
g. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
h. Pasien diberitahu tentang posisi dan sikap yang harus dilakukan selama
pemberian tindakan
Persiapan Alat :
9. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan.
10. Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1-1,5 inci untuk dewasa; 25-27 G dan
panjang 1 inci untuk anak-anak)
11. Obat injeksi sesuai terapi.
12. Kapas alcohol
13. Buku injeksi dan daftar obat
14. Sarung tangan/handscoen
15. Perlak dan pengalas
16. Bengkok / Nierbekken
Cara Kerja
No Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
Ya Tidak
1 Siapkan peralatan ke dekat pasien
2 Mengidentifikasi pasien dengan prinsip enam B (Benar
obat, dosis, pasien, cara pemberian, waktu dan
dokumentasi)
3 Pasang sampiran atau tutup tirai untuk menjaga privasi

324 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


pasien
4 Perawat Mencuci tangan
5 Memakai handscoen bila diperlukan
6 Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan
disuntik dari pakaian pasien
7 Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice
dokter dengan teknik septik dan aseptic
8 Menentukan tempat peenyuntikan dengan benar
(palpasi area injeksi terhadap adanya edema, massa,
nyeri tekan. Hindari area jaringan parut, memar, abrasi
atau infeksi)
9 Memasang pengalas dibawah daerah yang akan
disuntik
10 Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol
pada daerah yang akan disuntik (melingkar dari arah
dalam keluar diameter ±5cm).
11 Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang
jarum menghadap keatas, jarum dan kulit membentuk
sudut 90 ̊, jarum masuk 2/3
12 Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk
spuit
13
2. Memasukan obat perlahan-lahan dengan kecepatan
0,1 cc/detik atau sesuai jenis obat.

14 Mencabut jarum dari tempat penusukan, menekan


daerah tusukan dengan kapas desinfektan lalu
membuang spuit kedalam bengkok.
15 Rapikan pasien dan bereskan alat
16 Lepaskan sarung tangan
17 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk atau tissue.
18 Tanyakan pada klien tentang bagaimana perasaannya
setelah dilakukan injeksi.
Sikap Perawat
Tidak menunjukkan rasa jijik
1 Terampil dan tidak ragu-ragu
2 Menjalankan komunikasi terapeutik
3 Efektif dan efisien
4 Menjaga privacy klien
5 Dokumentasikan

325 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Hal yang Perlu Diperhatikan :
7. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien,
indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu
benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara
pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang
riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada
pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila
diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
8. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24
jam dari saat penyuntikan obat.
9. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
10. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada
penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab
penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani
pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian
inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab
menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan therapi.
11. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik,
dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu
mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit,
yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
12. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc
dalam spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien.

Kesimpulan : Bulukumba……………..
……
Lulus / tidak Lulus
Nilai
HAERATI, S.Kep,
Ns
A. Injeksi Intravena
Pengertian :
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat
langsung masuk kedalam system sirkulasi darah.
Tujuan :
1. Memasukkan obat secara cepat
2. Mempercepat penyerapan obat
Lokasi Injeksi :
1. Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica )
2. Pada tungkai (vena saphenosus)
3. Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
4. Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
326 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
Persiapan pasien :
a. Pasien baring diatas tempat tidur
b. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan
c. Pasien diberitahu tentang posisi dan sikap yang harus dilakukan selama
pemberian tindakan
Persiapan Alat :
1. Handscoen 1 pasang
2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau sesuai kebutuhan dalam tempatnya
3. Bak instrument
4. Kapas alcohol
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok / Nierbekken
7. Obat injeksi dalam vial atau ampul
8. Daftar pemberian obat
9. Torniquet
10. Gunting
11. Plester
Cara Kerja
No Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
Ya Tidak
1 Siapkan peralatan ke dekat pasien
2 Mengidentifikasi pasien dengan prinsip enam B (Benar
obat, dosis, pasien, cara pemberian, waktu dan
dokumentasi)
3 Pasang sampiran atau tutup tirai untuk menjaga privasi
pasien
4 Perawat Mencuci tangan
5 Memakai handscoon
6 Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan
disuntik dari pakaian pasien
7 Mematahkan ampul
8 Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice
dokter dengan teknik septik dan aseptic
9 Menentukan daerah yang akan disuntik
10 Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
11 Memasang tourniquet 10-12 cm diatas vena yang akan
disuntik sampai vena terlihat jelas

12 Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol pada


daerah yang akan disuntik dan biarkan kering sendiri
13 Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang

327 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


jarum menghadap keatas, jarum dan kulit membentuk
sudut 20 ̊
14 Lakukan aspirasi yaitu tarik penghisap sedikit untuk
memeriksa apakah jarum sudah masuk kedalam vena
yang ditandai dengan darah masuk kedalam tabung
spuit ( saat aspirasi jika ada darah berarti jarum telah
masuk kedalam vena, jika tidak ada darah masukkan
sedikit lagi jarum sampai terasa masuk di vena )

15 Buka tourniquet dan anjurkan pasien membuka kepalan


tangannya, masukkan obat secara perlahan jangan
terlalu cepat
16 Tarik jarum keluar setelah obat masuk
17 Rapikan pasien dan bereskan alat
18 Lepaskan sarung tangan
19 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk atau tissu
20 Tanyakan pada klien tentang bagaimana perasaannya
setelah dilakukan injeksi
Sikap Perawat
1 Tidak menunjukkan rasa jijik
2 Terampil dan tidak ragu-ragu
3 Menjalankan komunikasi terapeutik
4 Efektif dan efisien
5 Menjaga privacy klien
6 Dokumentasikan
Hal yang Perlu Diperhatikan :
o Oleh karena injeksi ini menakutkan klien, maka usahakan agar klien tidak
menjadi takut dengan memberikan penjelasan.
o Perhatikan tekhnik aseptik dan anti septik baik pada alat-alat maupun cara
kerja.
o Jangan salah memberikan obat atau salah memberikan kepada klien lain, ingat
prinsip enam benar dalam pemberian obat.
o Perhatikan reaksi-reaksi klien setelah dapat disuntikan dan dicatat serta
laporkan

Kesimpulan : Bulukumba……………..
……
Lulus / tidak Lulus
Nilai

328 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


HAERATI, S.Kep, Ns

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN OBAT


Injeksi Sub kutan
Pengertian :
Injeksi Subkutan atau sering disingkat SC (subcutaneus) adalah memberikan obat
melalui injeksi di bawah kulit yang dilakukan pada lengan atas daerah luar, kaki bagian
atas, dan daerah sekitar pusat.
Tujuan :
Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan (contoh: Vaksin, uji
tuberculin)
Persiapan pasien :

d. Pasien baring diatas tempat tidur


e. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan
f. Pasien diberitahu tentang posisi dan sikap yang harus dilakukan selama
pemberian tindakan
Persiapan Alat :
12. Spuit 1 cc dalam tempatnya
13. Kapas alkohol 70%
14. Catatan pemberian obat injeksi
15. Handscoen 1 pasang kalau perlu
16. Bak instrument
17. Perlak dan pengalas
18. Bengkok / Nierbekken
19. Obat injeksi
20. Daftar pemberian obat
Cara Kerja
No Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
Ya Tidak
1 Siapkan peralatan ke dekat pasien
2 Mengidentifikasi pasien dengan
prinsip enam B (Benar obat, dosis,
pasien, cara pemberian, waktu dan
dokumentasi)
3 Pasang sampiran atau tutup tirai
untuk menjaga privasi pasien
4 Perawat Mencuci tangan
5 Memakai handscoon jika perlu

329 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


6 Posisikan pasien dan bebaskan
daerah yang akan disuntik dari
pakaian pasien
7 Bersihkan / desinfeksi lokasi injeksi
dengan alcohol dengan tehnik sirkuler
(dari atas kebawah sekali hapus)
8 Memasukkan obat kedalam spuit
sesuai dengan advice dokter dengan
teknik septik dan aseptic
9 Menentukan daerah yang akan
disuntik
10 Masukkan jarum dengan posisi 90°
bila memakai jarum kecil (panjangnya
1 cm), atau dibawah 45° bila
memakai jarum yang lebih panjang
11 Memasang tourniquet 10-12 cm
diatas vena yang akan disuntik
sampai vena terlihat jelas

12 Melakukan desinfeksi menggunakan


kapas alkohol pada daerah yang akan
disuntik dan biarkan kering sendiri
13 Memasukkan jarum dengan posisi
tepat yaitu lubang jarum menghadap
keatas, jarum dan kulit membentuk
sudut 20 ̊
14 Lakukan aspirasi dan pastikan jarum
tidak masuk ke pembuluh darah.
15 Masukkan obat dengan perlahan-
lahan.
16 Cabut jarum dan desinfeksi kulit
dengan alkohol.Observasi
kondisi/reaksi pasien
17 Rapikan pasien dan bereskan alat
18 Lepaskan sarung tangan
19 Cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, keringkan dengan handuk
atau tissue
20 Tanyakan pada klien tentang
bagaimana perasaannya setelah
dilakukan injeksi

330 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Sikap Perawat
1 Tidak menunjukkan rasa jijik
2 Terampil dan tidak ragu-ragu
3 Menjalankan komunikasi terapeutik
4 Efektif dan efisien
5 Menjaga privacy klien
6 Dokumentasikan

Hal yang Perlu Diperhatikan :


o Jangan menginjeksi pada tempat dimana ada bekas jaringan yang terluka
atau tempat dimana terjadi edema.
o Sebelum memberi obat,tanyakan riwayat pemberian obat sebelumnya,
apakah pernah alergi dengan obat tertentu.
o Bila pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat tertentu, tulis nama obat
pada catatan alergi obat.

Kesimpulan : Bulukumba……………..
……
Lulus / tidak Lulus
Nilai
HAERATI, S.Kep, Ns

KETERAMPILAN TERKAIT SISTEM PENGLIHATAN


PROTAP IRIGASI MATA

A. PENGERTIAN
Irigasi mata adalah suatu cara untuk membersihkan dan atau mengeluarkan
benda asing dari mata. Irigasi mata diberikan untuk mengaluarkan sekret atau
kotoran dan benda asing dan zat kimia dari mata. Larutan garam fisiologis atau RL
biasa dipergunakan karena merupakan larutan isotonik yang tidak merubah
komposisi elektrolit yang diperlukan mata. Bila hanya memerlukan sedikit cairan,
kapas steril dapat dipergunakan untuk meneteskan cairan kedalam mata.
B. TUJUAN

331 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Irigasi mata diberikan untuk mengaluarkan sekret atau kotoran dan benda asing
dan zat kimia dari mata
PENUNTUN BELAJAR IRIGASI MATA PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. PERSIAPAN
1. Alat
a. botol irigasi berisi larutan oftalmik steril (Blinx, Dacrios)
b. mangkuk lengkung kecil
c. sarung tangan
d. kapas untuk menyerap cairan dan eksresi
e. dispenser plastik dengan penutup dan label untuk tempat
larutan
2. Pasien
a. beri tahu informasi tentang rencana tindakan dengan
komunoikasi teurapetik
b. atur posisi pasien sesuai kebutuhan dengan
memperhatikan kenyamanan dan privacy klien
D. PROSEDUR
a. menjaga privacy
b. posisikan pasien telentang (supinasi) atau duduk dengan
kepala dicondongkan ke belakang dan sedikit miring ke
samping
c. bila pasien diduduk, mangkuk dapat dipegang oleh pasien.
Bila pasien berbaring, letakkan mangkuk di dekat pasien
sehingga dapat menampung cairan dan sekret.
d. Perawat berdiri di depan pasien.
e. Bersihkan kelopak mata dengan teliti untuk mengangkat
debu, sekresi, dan keropeng (memegang kelopak dengan
ibu jari dan satu jari tangan).
f. Bilas mata dengan lembut, mengarahkan cairan menjauhi
hidung dan kornea.
g. Keringkan pipi dan mata dengan kapas.

PROTAP MEMBERIKAN OBAT TETES MATA


A. Pengertian
Tindakan pemberian obat ( meneteskan obat ) guna untuk menyembuhkan infeksi
pada mata.

B. Tujuan
1. Untuk mendilatasikan pupil untuk pemeriksaan struktur interna mata
2. Untuk melemahkan obat lensa mata

332 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


3. Untuk menghilangkan iritasi local
4. Untuk mengobati gangguan mata

PENGAMATA
PENUNTUN BELAJAR MEMBERIKAN OBAT TETES MATA
N
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan Alat
1. Obat tetes yang telah ditentukan
2. Pipet bila perlu
3. Bak instrument berisi pinset anatomis, kain kasa steril
4. Kom kecil berisi bulatan kapas steril dalam larutan borwater atau
larutan garam 0,9 %
5. Tissue, korentang, plaster, gunting verband, balutan
D. Prosedur kerja
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Mengatur posisi pasien, terlentang dengan kepala menengadah
3. Mencuci tangan
4. Membersihkan kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari
sudut mata kearah hidung
5. Tangan kiri membuka kelopak mata bawah dengan memakai kapas
lembab, kemudian meneteskan obat sejumlah tetesan sesuai
instruksi dokter
6. Melepaskan tangan yang membuka kelopak mata bawah, pasien
dianjurkan untuk menutup dan mengedip – ngedipkan matanya
7. Membersihkan sekitar mata dari sisa obat dengan menggunakan
kasa steril
8. Bila perlu dibalut atau ditutupi dengan kain kasa steril dan diplaster
9. Merapikan pasien dan bereskan alat – alat

E. Hala – hal yang perlu diperhatikan


1. Obat yang tersedia tidak mempunyai pengatur tetes, maka harus menggunakan
pipet untuk meneteskan obat mata
2. Meneteskan obat tidak boleh langsung ke kornea, karena dapat merusak kornea.

IRIGASI TELINGA

333 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Nama peserta Ujian : ........................................................................

Tanggal Ujian : ........................................................................

N ASPEK YANG DINILAI skor NILAI KETERANG


O AN

A. KOGNITIF / PENGETAHUAN (Skor


maksimal 15)

1. Pengetahuan tentang prasat yang 0-5


dilakukan

2. Rasional tindakan 0-5

3. Kemampuan komunikasi kepada klien 0-5

B. PSIKOMOTOR / TINDAKAN(Skor
maksimal 70)

Persiapan alat: 0-5

Spuit balon/khusus
Kom isi cairan mengandung obat sesuai
kebutuhan
Pinset dan mangkok
Kapas dalam tempatnta
Handuk
Kain pengalas
Bengkok

Persiapan perawat dan lingkungan 0-5

1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan


tindakan.
2. Menyiapkan posisi pasien sesuai
kebutuhan: pasien diatur duduk atau
tidur dengan kepala miring ke arah
telinga yang akan dicuci
3. Menyiapkan lingkungan aman dan
nyaman.
334 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
Pelaksanaan prosedur 0 - 60

1. perlak dan alas dipasang diatas


bahu, dibawah telinga yang
akan dibersihkan
2. spuit balon diisi cairan yang
mengandung obat
3. dengan menggunakan tangan
kiri perawat, daun telinga ditarik
ke atas dan sedikit ke belakang
4. klien dianjurkan memegang
bengkok diatas bahu
5. ujung spuit balon diletakkan di
muka liang telinga dan
dilakukan penyemprotan
dengan hati-hati pada sisi atas
liang telinga
6. penyemprotan beberapa kali
sampai bersih
7. lubang telinga keringkan
dengan kapas taruh di
bengkok, daerah telinga
dikeringkan dengan handuk
8. rapikan klien
9. alat diberskan
10. cuci tangan

C. AFEKTIF / SIKAP (Skor maksimal 15)

1. Disiplin 0-5

2. Kemandirian 0-5

3. Penampilan 0-5

NILAI AKHIR (Skor maksimal 100)

Evaluasi kelulusan uji lab ini minimal nilai C. bagi mahasiswa yang
mendapatkan nilai D atau E dinyatakan tidak lulus dan diwajibkan untuk
mengulang pada her uji kompetensi sesuai jadwal terlampir. Standar nilai akhir
yang digunakan adalah sebagai berikut :

335 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


79 – 100 :A
68 – 78 :B
56 – 67 :C
41 – 55 :D
0 – 40 :E
.
BULUKUMBA............................2015

Penguji

SOP PEMBERIAN OBAT SUPOSITORIA MELALUI REKTUM

A. Tahap Persiapan
1. Persiapan Alat
1. Obat supositoria dalam tempatnya
2. Pelumas larut air
3. Pengalas
4. Sarung tangan
5. Tissue
6. Bengkok
2. Persiapan Pasien
1. Berikan salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi dan panggil nama pasien
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat kepada pasien dan
keluarga pasien
4. Meminta keluarga dan penunjang meninggalkan ruangan
5. Memeriksa daftar pemberian obat

3. Persiapan Lingkungan
1. Meminta keluarga dan pengunjung meninggalkan ruangan
2. Menutup pintu, jendela dan memasang sampiran atau tirai

B. Tahap Pelaksanaan
1. Mencuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Bebaskan pakaian bawah pasien
3. Mengatur posisi pasien miring kesalah satu sisi, kaki sebelah atas ditekuk
4. Membentangkan pengalas dibawah bokong pasien
5. Pakai sarung tangan
6. Buka supositoria dari kemasannya, lumasi ujungnya dan jari telunjuk tangan
dominan
7. Regangkan bokong pasien dengan tangan nondominan , sehingga anus
terlihat

336 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


8. Masukan obat supositoria perlahan-lahan ke dalam anus, sphincter anal
interna serta mengenai dinding rectal ±10 cm pada orang dewasa, ±5 cm pada bayi
atau anak dorong hingga masuk , sambil meminta pasien untuk menarik napas
dalam melalui mulut
9. Minta pasien agar tidak mengejan dan pastikan obat sudah masuk
10. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal dengan tissue
11. Anjurkan pasien untuk berbaring terlentang atau miring selama ± 5 menit
12. Lepaskan sarung tangan dan letakkan pada bengkok
13. Rapikan pakaian pasien dan lingkungan
14. Bereskan alat
15. Mencuci tangan
16. Catat nama obat, dosis, dan waktu pemberian obat pada catatan obat
17. Observasi adanya efek supositoria ±30 menit setelah obat diberikan

C. Tahap Akhir
1. Evaluasi perasaan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasi hasil

PEMBERIAN POSIS ROM DAN AMBULASI


1. Pengertian
Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai
gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif (Potter and Perry, 2006).
2. Tujuan
Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan Mencegah kontraktur dan
kekakuan pada sendi (Potter and Perry, 2006).
3. Jenis ROM
a. ROM pasif : Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan
rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %
b. ROM aktif : Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak
sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 % D. Jenis gerakan Fleksi Ekstensi
Hiper ekstensi Rotasi Sirkumduksi Supinasi Pronasi Abduksi Aduksi Oposisi
(Potter and Perry, 2006).
4. Sendi yang digerakan
a. ROM Aktif Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri
secara aktif.

337 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


b. ROM Pasif Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang
terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
5. Indikasi
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama (Potter and Perry, 2006)
6. Kontra Indikasi
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit jantung (Potter and Perry, 2006)
7. Perhatikan
c. Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan setelah latihan
d. Tanggap terhadap respon ketidak nyamanan klien (Potter and Perry, 2006)

LATIHAN RENTANG GERAK (ROM)ROM AKTIF


1. Pengertian
ROM aktif adalah merupakan latihan gerak isotonic (terjadi kontraksi dan
pergerakan otot) yang dilakukan dengan menggerakkan masing – masing
persendian sesuai dengan rentang geraknya yang normal.
2. Tujuan
a. Latihan ini dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan
otot
b. Mempertahankan fungsi kardiorespiratori
c. Mencegah kontraktur dan kekuatan pada persendian

PENUNTUN BELAJAR LATIHAN RENTANG GERAK (ROM)


PENGAMATAN
ROM AKTIF
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
3. Prosedur pelaksanaan
Perawat memberikan bimbingan dan instruksi atau motivasi
pada klien untuk menggerakkan persendian – persendian tubuh
sesuai dengan rentang geraknya masing – masing

338 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


LATIHAN RENTANG GERAK (ROM) ROM PASIF
1. Pengertian
ROM pasif adalah latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang
menggerakkan persendian – persendian tubuh sesuai dengan rentang geraknya
masing – masing.
2. Tujuan
Menjaga fleksibilitas dari masing – masing persendian.

PENUNTUN BELAJAR LATIHAN RENTANG GERAK (ROM)


PENGAMATAN
ROM PASIF
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
3. Prosedur pelaksanaan
c. Prosedur umum
1. Cuci tangan untuk mencegah transfer organism
2. Jaga privacy klien dengan menutup pintu atau memasang
sketsel
3. Beri penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
4. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar
memudahkan perawat dalam bekerja
5. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan
perawat dan buka bagian tubuh yang akan digerakkan
6. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada
masing – masing sisi tubuh
7. Kembalikan pada posisi awal setelah masing – masing

339 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


gerakan. Ulangi masing – masing gerakan 3 kali.
8. Selama latihan pergerakan, kaji :
o Kemampuan untuk menoleransi gerakan
o Rentang gerak (ROM) dari masing – masing
persendian yang bersangkutan
9. Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan
ketahanan tubuh terhadap latihan
10. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak di
harapkan.
d. Prosedur khusus
Gerakan bahu
- Mulai masing – masing gerakan dari lengan disisi klien
pegang lengan dibawah siku dengan tangan kiri dan
pegang pergelangan tangan klien dengan tangan kanan
perawat
- Fleksi dan ekstensikan bahu
Gerakan lengan keatas menuju kepala tempat tidur.
Kembalikan keposisi sebelumnya
- Abduksikan bahu
Gerakan lengan menjauhi tubuh dan menuju kepala klien
sampai tangan diatas kepala
- Abduksikan bahu
Gerakan lengan klien keatas tubuhnya sampai tangan
yang bersangkutan menyentuh tangan pada sisi
disebelahnya.
- Rotasikan bahu internal dan eksternal
o Letakkan lengan disamping tubuh klien sejajar
dengan bahu
o Siku membentuk sudut 90º dengan kasur
o Gerakan lengan kebawah hingga telapak tangan
menyentuh kasur kemudian gerakkan keatas hingga
punggung tangan menyentuh tempat tidur
Gerakan Siku
- Fleksi dan ekstensikan siku
o Bengkokkan siku hingga jari – jari tangan menyentuh
dagu
o Luruskan kembali ketempat semula
- Ronasi dan supinasikan siku
o Genggam tangan klien seperti orang yang sedang
berjabat tangan
o Putar telapak tangan klien kebawah dan keatas,
pastikan hanya terjadi pergerakan siku bukan bahu
340 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
Gerakan pergelangan tangan
- Fleksi pergerakan tangan
 Genggam telapak tangan dengan satu tangan,
tangan yang lainnya menyanggal lengan bawah
 Bengkokkan pergelangan tangan kedepan
- Ekstensi pergelangan tangan
Dari posisi fleksi, tegankkan kembali pergelangan tangan
keposisi semula
- Fleksi radial atau abduksi
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju
ibu jari
- Fleksi ulnar atau adduksi
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral kearah
jari kelima
Gerakan jari – jari tangan
Fleksi
Bengkokkan jari – jari tangan dan ibu jari kearah telapak
tangan (tangan menggenggam)
Ekstensi
Dari posisi fleksi, kembalikan keposisi semula (bukan
genggaman tangan)
Hiperekstensi
Bengkokkan jari – jari tangan kebelakang sejauh mungkin
Abduksi
Buka dan pisahkan jari – jari tangan
Adduksi
Dari posisi abduksi, kembalikan keposisi semula
Oposisi
Sentuhkan masing – masing jari tangan dengan ibu jari
Gerakan pinggul dan lutut
Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul
 Angkat kaki dan bengkokkan lutut
 Gerakan lutut keatas menuju dada sejauh mungkin
 Kembalikan lutut kebawah, tegakkan lutut, redahkan kaki
sampai pada kasur
Abduksi dan adduksi kaki
 Gerakan kaki kesamping menjauhi klien
 Kembalikan melintas diatas kaki yang lainnya
Rotasikan pinggul internal dan eksternal
 Putar kaki kedalam, kemudian keluar
Gerakan telapak kaki dan pergelangan kaki

341 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Dorso fleksi telapak kaki
 Letakkan satu tangan dibawah tumit
 Tekan kaki klien dengan lengan anda untuk
menggerakkannya kearah kaki
- Fleksi plantar telapak kaki
 Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan
yang lainnya berada pada tumit
 Dorong telapak kaki menjauh dari kaki
- Fleksi dan ekstensi jari – jari kaki
 Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien,
letakkan tangan yang lainnya pada pergelangan kaki
 Bengkokkan jari – jari kebawah
 Kembalikan lagi pada posisi semula
- Inversi dan eversi telapak kaki
 Letakkan satu tangan dibawah tumit, dan tangan yang
lainnya diatas punggung kaki
 Putar telapak kaki kedalam, kemudian keluar
Gerakan leher
Ambil bantal dibawah kepala klien
- Fleksi dan ekstensi leher
 Letakkan satu tangan dibawah kepala klien dan
tangan yang lainnya diatas dagu klien
 Gerakan kepala kedepan sampai menyentuh dada,
kemudian kembalikan keposisi semula tanpa disangga
oleh bantal
- Fleksi lateral leher
 Letakkan kedua tangan pada pipi klien
 Gerakan kepala klien kearah kanan dan kiri
Gerakan Hiperekstensi
Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat
tidur dekat dengan perawat
Hiperekstensi leher
 Letakkan satu tangan diatas dahi, tangan yang lainnya
pada kepala bagian belakang
Gerakan kepala kebelakang
Hiperekstensi bahu
 Letakkan satu tangan diatas bahu klien dan tangan
yang lainnya dibawah sisi klien
 Tarik lengan atas keatas dan kebelakang
Hiperekstensi pinggul
 Letakkan satu tangan diatas pinggul. Tangan yang

342 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


lainnya menyanggah kaki bagian bawah
 Gerakan kaki kebelakang dari persendian pinggul

MEMINDAHKAN PASIEN KE KURSI RODA


A. Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakuan pada klien dengan kelemahan kemampuan fungsional
untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi.
B. Tujuan:
1. Melatih ototo skelet untuk mencegah kontraktur atau sindro disuse
2. Memberikan kenyamanan
3. Mempertahankan kontrol diri pasien
4. Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi
5. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang toleransi
dengan kegiatan ini)
6. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah baring
7. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik.

MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE ROSTUR

A. Pengertian
Memindahkan klien dari atas tempat tidur kekursi roda untuk menjalani prosedur
atau tindakan tertentu
B. Tujuan
1. Menjalani prosedur perawatan tertentu
2. Dipindahkan ketempat atau keruang tertentu

PENUNTUN BELAJAR MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT


PENGAMATAN
TIDUR KE ROSTUR
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan alat
 Sarung tangan jika perlu
 Kursi roda
D. Prosedur kerja
E. Atur peralatan dengan tepat
 Rendahkan posisi tempat tidur sampai posisi yang
terendah sehingga kaki klien dapat menyentuh lantai.
Kunci semua roda tempat tidur
 Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat mungkin dengan
tempat tidur. Kunci semua roda dari kursi roda.
F. Siapkan dan kaji pasien

343 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Bantu klien pada posisi duduk ditepi tempat tidur
 Kaji klien, apakah mengalami hipotensi postural sebelum
memindahkannya dari tempat tidur
G. Berikan instruksi yang jelas pada klien. Minta klien untuk :
 Bergerak kedepan dan duduk ditepi tempat tidur
 Condongkan tubuh kedepan mulai dari pinggul
 Letakkan kaki yang kuat dibawah tepi tempat tidur,
sedangkan kaki yang lemah berada didepannya
 Letakkan tangan klien diatas permukaan tempat tidur atau
diatas kedua bahu perawat sehingga klien dapat
mendorong tubuhnya sambil berdiri.
H. Siapkan posisi perawat dengan tepat
 Berdiri tepat didepan klien. Condongkan tubuh kedepan,
fleksikan pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Lebarkan
kaki anda dengan satu kaki didepan dan yang lainnya
dibelakang.
 Lingkari punggung klien dengan kedua tangan perawat
 Tegangkan otot gluteal, abdominal, kaki, dan lengan
anda. Siap untuk melakukan pergerakan
I. Bantu klien untuk berdiri, kemudian bergerak bersama –
sama menuju kursi roda
 Dalam tiga hitungan :
c. Minta klien untuk menghentak dengan bagian kaki
belakang, kemudian menuju kaki yang depan,
ekstensikan persendian pada ekstremitas bawah, dan
dorong atau tarik dengan kedua tangan secara
bersamaan
d. Perawat menarik dengan kaki bagian depan, menuju
kaki bagian belakang, ekstensikan persendian pada
ekstremitas bawah dan tarik klien tepat menuju pusat
gravitasi perawat pada posisi berdiri.
 Bantu klien pada posisi tegak beberapa saat
 Bersama – sama memutar atau mengambil beberapa
langkah menuju kursi roda.
J. Bantu klien untuk duduk
 Minta klien untuk :
e. Membelakangi kursi roda
f. Meletakkan bagian kaki yang kuat dibagian kaki yang
lemah
g. Menjaga kaki yang lainnya tetap berada didepan
h. Meletakkan kedua tangan diatas lengan kursi roda

344 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


atau tetap pada bahu perawat
 Berdiri tepat didepan klien. Letakkan satu kaki didepan
dan kaki yang lainnya dibelakang.
 Tegangkan otot gluteal, abdominal dan lengan
 Dalam tiga hitungan :
c. Minta klien untuk menggeser berat tubuhnya dengan
jalan memindahkannya kekaki bagian belakang,
d. Perawat menggeser berat tubuhnya dengan
melangkah kebelakang dengan menggunakan kaki
depan dan dan merendahkan klien sampai diatas kursi
roda
K. Pastikan keselamatan klien.
 Minta klien untuk menggeser duduknya sampai pada
posisi yang paling aman dan nyaman
 Turunkan tatakan kaki, dan letakkan kedua kaki klien
diatasnya.

PROTAP MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE BRANCART


1. Pengertian
Memindahkan klien dari atas tempat tidur kebrancart atau kereta dorong dengan
maksud tertentu
2. Tujuan
 Melaksanakan tindakan perawatan tertentu yang tidak dapat dikerjakan diatas
tempat tidur
 Memindahkan klien pada tempat yang baru
PENUNTUN BELAJAR MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR PENGAMATA
KE BRANCART N
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
3. Persiapan alat
 Brancart atau kereta dorong
 Sarung tangan jika perlu
4. Prosedur kerja
1. Atur tempat tidur untuk persiapan pemindahan klien
 Atur posisi tempat tidur hingga pada posisi yang datar dari
bagian kepala sampai dengan bagian kaki
 Naikkan ketinggian tempat tidur sehingga posisinya menjadi
lebih tinggi dibandingkan permukaan brancart
 Pastikan bahwa semua roda tempat tidur sudah terkunci
dengan aman
2. Atur posisi klien ditepi tempat tidur dan atur posisi brancart

345 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


Posisikan klien ditepi tempat tidur, tutup dengan selimut untuk
memberikan kenyamanan dan menjaga privasi
 Tempatkan brancart secara parallel disamping tempat tidur dan
kunci semua rodanya.
3. Pindahkan dengan aman ke brancart
 Minta klien untuk memfleksikan leher jika memungkinkan dan
meletakkan kedua tangan menyilang diatas dada
 Dengan bantuan perawat lain, lakukan persiapan untuk
mengangkat klien. Perawat pertama meletakkan kedua tangan
dibagian bawah dada dan leher, perawat kedua meletakkan
kedua tangan dibawah pinggul, dan perawat ketiga meletakkan
kedua tangan dibawah kaki klien.
 Condongkan tubuh kedepan, fleksikan pinggul, lutut dan
pergelangan kaki. Perawat pertama memberikan instruksi,
kemudian angkat klien bersama – sama dari tempat tidur dan
pindahkan ke brancart.
4. Pastikan keamanan dan kenyamanan klien.
 Buat klien merasa nyaman segera naikkan pagar brancart
 Buka kunci roda klien dan dorong brancart menjauhi klien.

PROTAP MENGATUR POSISI DUDUK PADA POSISI DUDUK


DIATAS TEMPAT TIDUR

1. Pengertian
Menempatkan klien pada posisi duduk diatas tempat tidur
2. Tujuan
- Memenuhi kebutuhan pengaturan posisi yang sesuai/tepat

346 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


- Untuk persiapan prosedur perawatan berikutnya (memberikan makan dan
minum, personal hygiene dsb)
PENUNTUN BELAJAR MENGATUR POSISI DUDUK PADA
PENGAMATAN
POSISI DUDUK DIATAS TEMPAT TIDUR
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
3. Persiapan alat
 Sarung tangan bila perlu
4. Prosedur pelaksanaan
1. Atur tempat tidur
 Atur bagian kepala tempat tidur pada posisi datar
 Naikkan posisi tempat tidur setinggi pusat gravitasi anda
 Kunci semua roda tempat tidur dan naikkan pagar
tempat tidur pada posisi yang jauh dari anda
2. Atur posisi anda dan posisi klien secara tepat
 Berdiri disamping tempat tidur, disisi pantat klien
menghadap kearah tempat tidur. Lebarkan kaki anda
dengan salah satu kaki didepan dan jadikan kaki ini
tumpuan berat badan
 Minta klien untuk meletakkan kedua tangan di sisi
tubuhnya dengan telapak tangan menghadap diatas
permukaan tempat tidur
3. Angkat klien pada posisi duduk
 Letakkan salah satu tangan dibawah bahu klien
 Letakkan tangan yang lainnya diatas permukaan tempat
tidur dan gunakan untuk mendorong pada saat
mengangkat
 Minta klien untuk turut mengangkat secara bersamaan
dengan anda, dengan mendorongkan kedua tangannya
diatas permukaan tempat tidur. Angkat dengan menarik
bahu klien menggunakan lengan dan tangan anda,
mendorongkan tangan anda yang satunya diatas tempat
tidur, dan pindahkan berat badan anda dari kaki depan
ke kaki belakang.
4. Pastikan klien merasa nyaman dengan posisi yang anda
berikan
5. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS


A. Ambulasi,

347 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


adalah kemampuan pasien untuk tetap aktiv secara fisik dan bergerakdalam
mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya.
B. Prinsip ambulasi untuk pasien.
Mekanik tubuh penting bagi perawatan dan klien. Hal ini mempengaruhi kondisi
kesehatan mereka. Mekanik tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung
kesehatan dan mencegah kecacatan.Gaya berat dan friksi dapat
mempengaruhigerak tubuh. Jika digunakan dengan benar kekuatan ini dapat menin
gkatkan
Efisiensi kerja perawat .
Prinsip prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat dalam membantu pasien dalam
ambulasi adalah sebagai berikut :
1. Ketika merencanakan untuk memindahakan pasien, atur untuk bantuan
yangadekuat
2. Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi.
3. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan-
Jaga punggung,
leher, pelvis dan kaki lurus. Cegah terpelintir.
4. Fleksikan lutut, buat kaki tetap lebar.-Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek
diangkat)
5. Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung)
6. Tarik klien kearah penarikannya menggunakan sprei.
7. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan
bergerak.Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan
dipimpin seseorang dengan menghitung sampai tiga.

348 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


PROTAP MEMBANTU KLIEN MENGGUNAKAN WALKER

A. PENGERTIAN WALKER
Walker adalah alat bantu ambulasi yang sangat ringan, dan dapat dibawa
kemana-mana, tingginya kira-kira setinggi pinggang, terbuat dari metal disertai
adanya pegangan, punya empat kaki dan terdapat satu bagian sisi yang terbuka.
B. TUJUAN
Menyokong tubuh klien dengan stabilitas & keamanan lebih besar dibandingkan
alat bantu lainnya.Dipilih untuk orang-orang yang memiliki kelemahan pada
ekstremitas atas & bawah, biasanya digunakan pada orang tua yang memiliki
arthritis, atau penyakit neuromuscular.
URAIAN KEGIATAN PEMAKAIAN WALKER Bobot
1 2 3

C. PERSIAPAN ALAT
1. Alat bantu berjalan (walker)
2. Lingkungan untuk tempat latihan

D. PERSIAPAN PASIEN
1. Kesiapan mental dan fisik pasien
2. Dukungan keluarga pasien

5. PROSEDUR
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Bantu klien berdiri ditengah walker
4. Minta pasien untuk meletakkan tangannya pada pegangan
walker & instruksikan untuk memegang handgrip
denganpegangan yang kuat.
5. Angkat walker, pindahkan 15-20 cm kedepan, pasti keempat
kaki walker telah bertumpu pada lantai
6. Kaki klien juga melangkah kedepan dengan kaki secara
bergantian, pertahankan langkah yang seimbang, yakinkah
keseimbangan& ulangi langkah tersebut dengan
mengangkat walker kembaliJika klien mengalami kelemahan
unilateral ( kaki), setelah walker digerakkan maju,
instruksikan klien untuk melangkah maju dengan kaki yang
lemah, didukung dengan kedua lengan,dan diikuti dengan
kaki yang sehat.
7. Jika pasien mengalami hemiplegia/hemiparese, berdiri

349 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


disamping sisi tubuh yang sehat. Kemudian dukung pada
bagian panggul & bahu klien 6. Lakukan beberapa langkah
kedepan bersama klien. Lalu kaji kekuatan & keseimbangan.
Memberikan dasar sokongan antara walker dan klien.
Mempertahankan kontak yang konstan, mengurangi resiko
jatuh. Memastikan klien memiliki kekuatan & keseimbangan
yang baik untuk melanjutkan latihani
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
9. Catat tindakan dan respons pasien.

6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


7. Observasi klien saat menggunakan alat bantu walker
8. Rasa ketidaknyamanan yang dirasakan klien setelah
melakukan latihan
9. peningkatan HR,TD,RR atau sesak setelah ambulasi

PROTAP PENGATURAN POSISI


A. Pengertian
Adalah cara berbaring dengan berbagai posisi tertentu ditempat tidur, meja
pemeriksaan atau meja operasi dengan maksud tertentu.
B. Tujuan
1. Memberikan rasa nyaman
2. Membantu pasien untuk memudahkan tindakan perawatan, tindakan
pemeriksaan dan pengobatan
C. Macam – macam posisi berbaring
1. Duduk / setengah duduk ( flower / setengah flower)
2. Sim
3. Trendelemburg
4. Dorsal Recumbent
5. Lithotomi
6. Genu Pectoral atau knee chest
POSISI SEMI FLOWER
A. Pengertian
Posisi semi flower adalah cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk.
B. Tujuan
1. Mengurangi sesak nafas
2. Memberikan rasa nyaman
3. Membantu memperlancar keluarnya cairan misalnya pada Water Seal Drainage (
WSD )
4. Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
C. Dilakukan Pada :
350 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
1. Pasien sesak nafas, asma, jantung dan sejenisnya
2. Pada pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik atau bila pasien sudah
benar – benar sadar

PENUNTUN BELAJAR POSISI SEMI FLOWER PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
D. Persiapan
1. Alat :
a. Sandaran punggung atau bantal
b. Bantalan atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu
c. Tempat tidur khusus ( fungsional bed ) bila ada
2. Pasien :
Pasien diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
E. Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
2. Pasien didudukkan, sandaran punggung atau bantal
diletakkan dibelakang punggung klien atur sampai posisi
duduk / setengah duduk dan bantal disusun sesuai
kebutuhan
3. Pada tempat khusus (functional bed) pasien dan tempat
tidurnya langsung diatur setengah duduk, dibawah lutut
ditinggikan sesuai kebutuhan, kedua lengan ditopan bantal.
4. Pasien dirapikan

F. Hal – hal yang harus diperhatikan


1. Perhatikan keadaan pasien
2. Bila posisi pasien berubah, harus segera dibetulkan
3. Khusus untuk pasien pasca bedah dilarang meletakkan bantal dibawah lutut.

POSISI SIM
A. Pengertian
Membaringkan pasien dalam posisi miring dan setengah telungkup untuk
maksud tertentu.
B. Tujuan
Membantu pasien untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau
pemberian hukna atau obat – obatan lain melalui anua.

PENUNTUN BELAJAR POSISI SIM PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan
1. Alat : sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan (mis:

351 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


pemberian huknah)
2. Pasien : diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
D. Prosedur kerja
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Pasien berbaring kemudian dimiringkan kekiri dengan posisi
badan setengah telungkup sedangkan kaki kiri lurus, lutut
dan paha kanan ditekuk serta ditarik kearah dada
sementara tangan kiri diatas kepala atau dibelakang
punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.

POSISI TRENDELEMBURG
C. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari paha kaki.
D. Tujuan
Melancarkan peredaran darah ke otak.
E. Dilakukan Pada :
5. Pasien shock
6. Pasien yang dipasang skin traksi pada kakinya

PENUNTUN BELAJAR POSISI TRENDELEMBURG PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
F. Persiapan
Alat
1. Balok penopang kaki tempat tidur
2. Bantal
3. Tempat tidur khusus, bila ada
Pasien :
Pasien diberi penjelasan tentang hal – hal yang akan dilakukan
G. Prosedur kerja
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
2. Tempat tidur dibagian kaki ditinggikan dengan baik
3. Pasien dibaringkan terlentang tanpa bantal dan dibawah
lipatan lutut diberi bantal.
4. Diantara kepala pasien dan ujung tempat tidur

POSISI DORSAL RECUMBENT


A. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi terlentang dengan lutut ditekuk dan telapak
kaki menapuk diatas tempat tidur sedangkan kedua belah kaki direnggangkan.
B. Tujuan
1. Mempermudah tindakan pemeriksaan dan perawatan pada daerah genetalia

352 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


2. Mempermudah proses persalinan pada pasien yang akan bersalin

PENUNTUN BELAJAR POSISI DORSAL RECUMBENT PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan
Alat
1. Tempat tidur atau meja operasi, atau meja pemeriksaan
2. Selimut
Pasien :
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
D. Prosedur kerja
1. Pasien berbaring terlentang dan pakaian bawah dibuka
2. Lutut ditekuk paha direnggangkan dan telapak kaki
menapak pada tempat tidur

E. Perhatian
1. Perhatikan keadaan pasien
2. Hindarkan terjadinya bahaya jatuh
3. Hindarkan tindakan yang menimbulkan rasa malu dan lelah pada pasien serta
tetap menjaga kesopanan

POSISI LHITOTOMI
A. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi terlentang dengan kedua paha diangkat dan
ditarik kearah perut sedangkan tungkai bawah membuat sudut 90º terhadap paha.
B. Tujuan
1. Memudahkan tindakan pemeriksaan daerah genetalia
2. Memudahkan proses persalinan
3. Memudahkan pemasangan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

PENUNTUN BELAJAR POSISI LHITOTOMI PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan
Alat
 Tempat tidur khusus pemeriksaan kebidanan (Gynaecology
bed)
 Selimut dan kain penutup
Klien :
Klien diberi penjelasan tentang hal - hal yang akan dilakukan

D. Hal – hal yang harus diperhatikan

353 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


 Perhatikan keadaan umum pasien
 Hindarkan tindakan yang menimbulkan rasa malu dan lelah pada pasien, serta
menjaga kesopanan.

POSISI GENU PECTORAL (Knee-Chest)


A. Pengertian
Membaringkan pasien dengan posisi menungging, kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada kasur.

B. Tujuan
1. Mempermudah tindakan pemeriksaan daerah rectum dan sigmoid
2. Membantu merubah letak kepala janin, pada pasien dengan kemahilan
sungsang

PENUNTUN BELAJAR POSISI LHITOTOMI PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan
Klien diberi penjelasan tentang hal - hal yang akan dilakukan
D. Prosedur Kerja
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
2. Bantal disingkirkan dari tempat tidur
3. Pasien harus menungging
4. Pakaian bagian bawah dibuka bila perlu

E. Hal – hal yang harus diperhatikan


Hindarkan tindakan yang menimbulkan rasa malu dan lelah pada pasien serta tetap
menjaga kesopanan.

PROTAP MENGATUR POSISI LATERAL (SIDE LYING )


C. PENGERTIAN
Posisi lateral adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi bagain tubuh dengan
kepala.menoleh ke samping
D. TUJUAN
 Mengurangi lordosis dan meningkatkan kelurusan punggung yang baik.
 Baik untuk posisi tidur dan istirahat.
 Membantu menghilangan tekanan pada sakrum dan tumit
PENUNTUN BELAJAR POSISI LHITOTOMI PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS 1 2 3

354 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


G. PERSIAPAN
 Mengidentifikasi pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Menyiapkan lingkungan pasien
H. PERSIAPAN ALAT
 Tepat tidur
 Bantal kecil
 Gulungan handuk
 Sarumg tangan (jika di perlukan)
I. PROSEDUR KERJA
 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan,jika di perlukan
 Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
 Gulingkan klien hingga posisinya miring
 Letakkan bantal di bawah kepala dan leher klien
 Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga
tubuh tidak menopang pada bahu tersebut
 Letakkan bantal di bawah lengan atas
 Letakkan bantaldi bawah paha dan kaki atas sehingga
ekstremitas bertumpu secara parareldengan permukaan
tempat tidur
 Letakkan bantal guling di belakang punggung klien untuk
menstabilkan posisi
 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
 Dokumentasikan tindakan

J. HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN


 Perawat harus mengetahui tehnik mobilisasi yang benar
 anyakan pada dokter tentang indikasi dan kebiasaan di
lakukan mobilisasi

PROTAP PEMBERIAN MAKANAN PER ORAL


A. PENGERTIAN
Pemberian makanan secara oral adalah pemberian makanan dan minuman pada
klien secara langsung melalui mulut.
B. TUJUAN
Adapun tujuan pemberian makanan melalui oral adalah untuk pemenuhan
kebutuhan pasien.

PENUNTUN BELAJAR LATIHAN RENTANG GERAK (ROM) PENGAMATAN

355 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


ROM PASIF
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. PERSIAPAN ALAT
1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Gelas dengan penutupnya
5. Serbek
6. Mangkok cuci tangan
7. Pengalas
8. Tempat cuci tangan
9. Pipet jika perlu
10. Pisau jika perlu
11. Obat jika ada
12. Makanan dengan porsi dan menu sesuai program
13. Meja untuk klien

D. PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan
2. Atur posisi pasien (paien mencoba) dengan posisi semi
fowler setengah duduk sesuai kondisi pasien
3. Tawakan pasien melakukan ritual makan (misalkan berdoa
sebelum makan)
4. Tanyakan lauk dan pauk apa yang boleh dicampur dengan
nasi.
5. Bantu aktivitas dengan cara menyuap makan sedikit demi
sedikit dan berikan minuman setelah makan .
6. Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien
7. Jika ada obat lanjutkan pemberian obat
8. Setelah makan, minum dan pemberian obat anjurkan
pasien untuk duduk sejenak sebelum kembali berbaring
9. Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya
10. Catat tindakan dan hasil atau respon terhadap tindakan
(catat apa jumlah/porsi makanan yang dihabiskan)
11. Cuci tangan setelah setelah prosedur dilakukan

356 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN COLOSTOMI
A. PENGERTIAN
Kolostomi adalah merupakan prosedur yang harus dilakukan pada klien
dengan kanker colon atau rectum yang telah dibuatkan cara dan lokasi evakuasi
kotoran melalui operasi saluran cerna
B. TUJUAN
1. Untuk mengosongkan isi colon
2. Membersihkan saluran cerna dibagian bawah
3. Menetapkan pola evakuasi yang teratur sehingga kegiatan normal tidak
terganggu
PENUNTUN BELAJAR COLOSTOMI PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. PERSIAPAN ALAT
1. Sarung tangan steril
2. Handuk mandi atau selimut mandi
3. Air hangat
4. Sabun mandi
5. Tissue
6. Kantong kolostomi bersih sesuai ukuran stoma
7. Bengkok atau pispot
8. Kasa
9. Vaselin
10. Tempat sampah

357 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


11. Gunting
12. Cetakan ukuran stoma
D. PERSIAPAN PASIEN
1. Menjelaskan prosedur
2. Mengatur posisi semi fowler
3. Pasang sampiran
E. PROSEDUR
1. Mendekatkan alat – alat kedekat pasien
2. Pasang selimut mandi atau handuk mandi
3. Dekatkan bengkok ke dekat klien
4. Pasang sarung tangan bersih
5. Buka kantong lama dan buang ketempat sampah
6. Bersihkan stoma dan kulit sekitar stoma dengan sabun dan
air hangat
7. Lindungi stoma dengan tissue atau kasa agar feces tidak
mengotori kulit yang sudah dibersihkan
8. Keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kasa
9. Persiapkan kantong stoma sesuai ukuran dan jenis stoma
10. Pasang kantong stoma
11. Beri vaselin atau salep sekitar kulit apabila kantong stoma
terlalu besar
12. Buka sarung tangan
13. Rapikan alat

358 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN OKSIGEN

A. PENGERTIAN
Memasukkan zat asam kedalam paru – paru pasien melalui saluran pernafasan
dengan menggunakan alat khusus.

B. TUJUAN
1. Memenuhi kekurangan zat asam
2. Membantu kelancaran metabolisme
3. Sebagai tindakan pengobatan
4. Mencegah hypoksia ( misalnya pada penyelam, penerbang, pendaki gunung,
pekerja tambang dll )

PENUNTUN BELAJAR PEMASANGAN OKSIGEN PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. Persiapan Alat
1. Pasien
Pasien diberi tahu tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Alat – alat
a. Tabung oksigen silinder atau oksigen sentral – sentral (
pusat )

359 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


b. Flow meter ( pengukuran aliran )
c. Botol pelembab yang sudah diisi dengan air matang atau
aquades pada batas untuk melembabkan udara
d. Selang zat asam
e. Kedok zat asam atau kanula hidung ganda ( Binal kanula
dan pipa endotrakeal atau tanda oksigen )
f. Alat resusitasi lengkap bila mungkin disediakan
g. Regulator, yang terdiri dari :
 Konektor, fungsinya menghubungkan regulator
dengan sumber tabung oksigen
 Manometer, fungsinya untuk mengetahui jumlah
oksigen di dalam tabung oksigen
 Flowmeter, fungsinya sebagai pemberian dosis
oksigen yang dinyatakan dalam liter / menit
 Humidifayer, fungsinya untuk melembabkan oksigen
untuk masuk kedalam
 Sun open (buka tutup) yaitu keluar masuknya oksigen
 Ulir ( bola – bola ) yaitu menentukan beberapa dosis
yang kita inginkan dan dinyatakan dalam liter / menit
 Selang terdiri dari :
- Nasal Prom
- Sungkup transparan / plastic atau masker
D. Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Pemberian Oksigen ( O2) yang sederhana dengan
mempergunakan kedok zat asam, kedok dipasangkan atau
ditutupkan pada mulut dan hidung tali kedok diikatkan
dibelakang kepala.
Bila mempergunakan kanula hidung ganda, ujung kanula
dimasukkan kedalam kedua lubang dan tali diikatkan dan
dicoba
3. Isi tabung diperiksa dan dicoba
4. Selang oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam atau
kanula hidung ganda
5. Flow meter dibuka dengan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan ( biasanya 2 liter sampai 3 liter permenit)
6. Pasien ditanya apakah sesaknya berkurang
7. Pemberian oksigen dapat dilaksanakan terus menerus
selang seling ( inttermitten ) atau dihentikan sesuai dengan
program pengobatan
8. Apabila pemberian oksigen tidak diperlukan lagi, kedok atau
kanula hidung ganda diangkat dan selang oksigen ditutup
360 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba
9. Pasien dirapikan kembali
10. Peralatan dibersihkan dibereskan dan dikembalikan
ketempat semula

E. HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Perhatikan reaksi pasien sebelum dan sesudah pemberian oksigen
2. Hindari tindakan yang menyebabkan pasien merasa sakit
3. Jauhkan hal – hal yang dapat menyebabkan, misalnya api yang dapat
menimbulkan kebakaran
4. Pada pasien anak – anak digunakan nasal kateter dan bila pemakaian lebih dari
24 jam, kateter dibersihkan dan dipindahkan kelubang hidung yang lain.

PROTAP PENGAMBILAN DARAH MELALUI VENA


A. Pengertian :
Suatu tahapan dalam pengambilan darah melalui vena pasien untuk keperluan
pemeriksaan
B. Tujuan :
1. Pemeriksaan darah.
2. Membantu menegakkan diagnosa.
C. Prosedur
1. Persiapan Alat :
o Spuit lengkap dengan jarum steril.
o Kapas, alkohol spray 70%.
o Tabung darah.
o Perlak/Pengalas.
o Torniquet.
o Bengkok.
o Sarung tangan bersih.
o Plester/hypapix dan gunting
1. Cuci tangan
o Beri salam, jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien / keluarga.
o Pakai sarung tangan bersih.
o Tentukan lokasi ( vena ).
o Letakkan perlak kecil dibawah tangan / lokasi yang akan ditusuk.
o Pasang tourniquet 3-4 cm di atas tempat yang akan ditusuk
o Lakukan palpasi pada vena, kemudian desinfeksi lokasi yang akan ditusuk,
biarkan kulit untuk mengering.
o Tusukkam jarum, arah tajam ke atas membentuk sudut 30-40 derajat.\
o Torniquet dilepas.
o Tarik plunger untuk mengaspirasi sejumlah darah yang diperlukan.

361 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


o Saat mencabut jarum, berikan tekanan pada tempat tusukan dengan kapas
alkohol sampai perdarahan berhenti dan fiksasi dengan plester.
o Lepas jarum dari spuit (jarum 23 G, 24 G)
o Masukkan darah ke dalam tabung darah.
o Observasi kondisi pasien, kemungkinan perdarahan dari tempat tusukan, dan
o jelaskan prosedur telah selesai.
o Bereskan peralatan dan kembalikan pada tempatnya.
o Jarum dan syring dibuang pada wadah
o limbah medis tajam untuk dihancurkan
o Lepas sarung tangan.
o Mencuci tangan.
o Mencatat dalam buku pemeriksaan dan pada label tabung pemeriksaan yang
akan dikirim.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGGUNAAN SUCTION PUMP

A. PENGERTIAN
Penggunaan suction pump adalah pengisap / mengeluarkan lendir dengan
memasukkan selang melalui hidung dan mulut.

B. TUJUAN
1. Untuk mengeluarkan / mengisap cairan atau darah yang terdapat pada saluran
pernafasan atau pencernaan.
2. Untuk mengisap cairan yang terdapat dalam rongga abdomen atau paru
3. Untuk mencegah aspirasi atau obstruksi jalan nafas

PENUNTUN BELAJAR PENGGUNAAN SUCTION PUMP PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS 1 2 3
C. PERSIAPAN
1. Alat :
a. Mesin suction pump
b. Kateter suction ( slang suction ) dengan ukuran 12 – 18
frent
c. Aquades atau NaCl 0,9 %
d. Sarung tangan dan pinset steril
e. Kasa steril atau kapas alcohol untuk membersihkan
bagian kateter
f. Botol uap berisi cairan desinfektan untuk meredam
slang suction yang telah dipakai
2. Pasien
a. Beri penjelasan prosedur dan tujuan suction

362 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


b. Atur posisi pasien dengan cara :
 Semi fowler untuk pasien sadar
 Kepala miring kekanan bila ingin melakukan suction
pada bronkus kiri atau sebaliknya
 Posisi ekstensi leher untuk suction dari lambung
D. PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan dengan tehnik aseptik
2. Pakai sarung tangan steril
3. Periksa kateter dengan menyelupkan kateter kedalam
baskom yang berisi cairan NaCl 0,9 %
4. Hidupkan mesin dan atur set tekanannya
5. Masukkan kateter dengan hati – hati pada salah satu
lubang hidung / sisi mulut langsung kearah brongkus atau
ETT tracheal yang kira – kira 15 – 30 cm.
6. Sebelum suction pada ETT diberikan oksigen 100 %
7. Pengisapan berlangsung 5 – 10 detik masuk satu kali
tindakan, jika sekresi masih banyak dapat diulangi 6 – 7
kali
8. Bilas kateter sebelum digunakan dengan NaCl 0,9 % steril
dan bagian luarnya kotor di lap dengan alcohol dan
dikeringkan dengan kasa steril.
9. Beritahu pasien untuk nafas dalam sebelum suction kedua
jika pasien pakai ETT beri oksigen

10. Jika sudah bilas kateter dengan NaCl 0,9 % kemudian


rendam dalam cairan desinfektan, bereskan alat – alat agar
selalu siap pakai

E. HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Kaji suara nafas bila sudah melakukan suction
2. Kaji keadaan umum pasien khususnya jalan nafas bila sudah melakukan suction
atau organ yang dilakukan suction.
3. Catat waktu pelaksanaan dan lamanya pelaksanaan

363 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba


364 Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba

Anda mungkin juga menyukai