Anda di halaman 1dari 67

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indikator keberhasilan dari pembangunan di suatu Negara yaitu

meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Usia Lanjut adalah

kejadian pisiologis yang terjadi pada setiap lansia atau individu dan

tidak bias dihindari oleh siapapun. Menurut World Health Organization

( WHO ) menetapkan usia diatas 60 tahun termasuk usia yang akan

memperlihatkan proses menua dan berjalan secara nyata. (WHO, 2010)

Menurut WHO usia lanjut dikelompokkan dari : middle age ( 45-49 Th ),

old (75-79 Th), very old ( diatas 90 Th). Bertaambahnya Usia harapa

hidup manusia berimbas kepada peningkatan jumlah lansia. Pada

Umumnya umur harapan hidup di setiap Negara yang berada di Asia

Tenggara yaitu 70 th, sedangkan umur harapan hidup di Negara

Indonesia termasuk tinggi yakni 71 th. ( Samper, 2017)

Menjadi tua bukan termasuk penyakit akan tetapi suatu mekanisme

menurunnya system imunitas tubuh dalam melawan ransangan baik dari

dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Menua sudah menjadi proses mulai

dari sejar umur dewassa, contohnya terjadinya kelainan pada otot, system
2

saraf, dan struktur organ tubuh lainya samapai manusia berlahan lahan

mati. ( Azizah, 2011).

Seiring bertambahnya umur manusia maka akan terjadinya proses

degenerative mulai dari segi fisik ataupun kondisi mental. Dari proses

tersebut maka seorang individu akan mengalami kemuduran kesehatan

fisik, tidak adanya pekerjaan, dipandang sebagai manusia yang tak

berguna, akibatnya seorang lansia akan sedikit demisedikit membatasi

dirinya untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat. ( Vicky, 2012)

Pertambahan umur seseorang akan mengakibatkan banyak masalah yang

akan terjadi pada dirinya seperti kemunduran fisik, mental, bahkan

kemunduran pungsi sosial yang pada akhirnya menimbulkan

kehilangan peran di masyarakat. Dari pada itu juga akan menimbulkan

penurunan kondisi kesehatan, kehilangan penghasilan lalu dipandang

sebagai manusia yang tak berguna lagi. Kondisi tersebut akan membuat

seorang lansia secara sedikit demi sedikit akan menarik diri dari

interaksi sosial di masyarakat. Sedikitnya interaksi sosial dimasyarakat

maka seorang lansia akan merasa terisolir, secara perlahan-lahan akan

Menyendiri hingga mengalami isolasi sosial dan akan mengalami depresi

lalu akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. (Andreas, 2012).


3

Interaksi Sosial adalah respon timbal balik anatara individu yang satu

dengan lainnya yang saling berkaitan dengan sesama manusia yang

berlangsung seumur hidupnya di masyarakat. Interaksi sosial bisa

berpengaruh positif kepada kualitas hidup sebab dengan adanya interaksi

sosial maka seorang lansia tidak akan kesepian, maka dari itu interaksi

sosial mestinya

Interaksi sosial dapat berdampak positif terhadap kualitas hidup

karena adanya interaksi sosial maka lansia tidak merasa kesepian, oleh

sebab itu interaksi sosial harus tetap dipertahankan dan dikembangkan

kelompok lansia. Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi

sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya

berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. ( Fitriyadewi, 2016)

World Health Organization Quality Of Life atau WHOQL

mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap

kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang

ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian.

Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas

yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian,

serta hubungan individu dengan lingkungan. ( Fitria, 2011)

Dalam konsep teori Imogene M.King interaksi sosial dapat dipengaruhi

dari beberapa factor yaitu bahwa manusia dipandang seutuhnya sebagai


4

system yang terbuka secara konsisten akan berinteraksi dengan

lingkungannya. Imogene M.King juga memadukan dari tiga system

interaksi yang dimana system tersebut adalah dinamis-personal,

interpersonal, dan sosial yang mengarah kepada pengembangan teori

pencapaiann tujuan. Dalam pandangan manusia seutuhnya meliputi

sosial, perasaan, rasional, reaksi, control, tujuan, orientasi kegiatan dan

berorientasi pada waktu. ( Christensen J.P. 2009).

Riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menunjukkan

bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2016 mengalami

peningkatan dibandingkan pada 2014, bahwa mayoritas aktivitas

masyarakat Indonesia di internet adalah menggunakan media sosial.

Penggunaan internet untuk kegiatan media sosial mencapai 97,4 % dan

merupakan jumlah terbanyak dibandingkan aktivitas-aktivitasn lain di

internet. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa penggunaan media

sosial dapat berdampak positif terhadap kehidupan para lansia. (APJII .

2016)

Pada Tahun 2014, pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1 juta

pengguna dan di tahun 2016 jumlah pengguna internet meningkat

menjadi 132,7 juta pengguna. Penetrasi penggunaan media ini tidak

merata di berbagai usia. Penetrasi terbesar pengguna internet didominasi

oleh masyarakat berumur 25-34 tahun (78%). Sementara itu, penetrasi


5

pengguna internet dikalangan lanjut usia atau lansia (di atas 55 tahun)

hanya berjumlah 2%. Salah satu penyebabnya adalah ketimpangan

antargenerasi yang timbul karena kurangnya keahlian untuk mengakses

berbagai macam informasi melalui teknologi digital. Sementara itu,

penggunaan teknologi digital seperti komputer dan Hp (smartphones)

yang terkoneksi internet dapat meningkatkan pengetahuan mengenai

kesehatan, hobi, berita, dan menghubungkan anggota keluarga dan teman

melalui media sosial. (Hope, 2014).

Telepon seluler (HP) lebih banyak digunakan oleh penduduk lansia

dibanding dengan penggunaan telepon rumah, komputer, dan internet.

Berdasarkan data statistik penduduk lanjut usia Th 2015, terlihat bahwa

sebesar 23,92 persen penduduk lansia memiliki telepon seluler (HP).

Sementara itu, penduduk lansia yang memiliki telepon rumah sebesar

6,22 persen, memiliki komputer/laptop sebesar 13,66 persen, dan

memiliki akses internet dirumah sebesar 1,39 persen Penggunaan

teknologi biasanya terkait dengan tingkat pendidikan penduduk lansia.

Semakin tinggi pendidikan maka kecenderungan mengakses teknologi

semakin tinggi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa penduduk

lansia di perkotaan pada umumnya memiliki pendidikan lebih tinggi

daripada penduduk lansia di perdesaan. Dengan demikian,

kecenderungan penduduk lansia perkotaan menggunakan teknologi lebih

tinggi daripada penduduk lansia di perdesaan. (Badan Statistik. 2015 )


6

Selain Hp media sosial Televisi merupakan salah satu media massa yang

paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia untuk mengakses

informasi dan hiburan. Lansia adalah salah satu kelompok yang

mengakses media tersebut. Bagi lansia, kesempatan untuk

mengakses media televisi cukup besar karena memiliki waktu senggang

yang relatif lebih banyak. Persentase lansia laki laki yang menonton

televisi lebih besar dibandingkan dengan lansia perempuan, yaitu sebesar

84,78 persen banding 80,07 persen. Kondisi yang sama terjadi pada

lansia laki-laki dan perempuan yang berada di perkotaan dan perdesaan.

Bila dilihat menurut tipe daerah, persentase lansia yang menonton

televisi di daerah perkotaan (88,43 persen) lebih besar dibandingkan

dengan lansia yang berada di perdesaan (76,89 persen). Minat lansia

untuk menonton televisi pada masing-masing setiap provinsi

persentasinya berbedabeda yakni pada besaran 38 hingga 96 persen.

(Badan Statistik. 2015 )

Pada masa kini, radio sudah semakin berkembang menjadi lebih modern

sehingga perangkat atau alat yang digunakan untuk mendengarkan radio

tidak hanya berupa radio atau mini compo, tetapi dapat pula diakses

melalui handphone, televisi dan internet. Berbagai kalangan usia masih

sering mengakses siaran radio dalam kehidupan sehari-hari termasuk

kelompok lansia. Media ini menjadi salah satu sumber dalam mencari
7

informasi yang ingin didapatkan secara cepat. Ketika ingin mengetahui

keadaan jalan pada saat di perjalanan, dengan mengakses radio di

handphone ataupun di mobil akan diperoleh informasi dengan cepat.

Radio juga dapat menghibur masyarakat sehingga banyak dimanfaatkan

sebagai salah satu pelengkap dalam mengisi waktu luang, seperti

program music, cerita dan sebagainya. (Badan Statistik. 2015 )

Berdasarkan hasil penelitian (Astrid Farmawati Sianipar, 2013) Tentang

Hubungan Interaksi sosial dengan kualitas hidup pada lansia di Panti

Werdha Budhi Dharma menunujukan bahwa dari 86 respoden interaksi

sosial baik dengan jumlah sebanyak 63 (73,3%) responden, sebanyak 12

orang (14%), kualitas hidup cukup dan 51 orang (59,3%) kualitas hidup

baik. Selanjutnya 21 responden interaksi sosial cukup, sebanyak 3 orang

(3,5%) kualitas hidup buruk, 8 orang (9,3%) kualitas hidup cukup dan 10

orang (11,65) kualitas hidup baik. Hanya 2 responden dengan interaksi

sosial buruk, dengan 2 orang (2,3%) kualitas hidup cukup. (Sianipar,

2013).

Pendapat yang dikemukakan oleh Fitria, bahwa interaksi sosial

merupakan suatu proses yang dilakukan setiap orang sesuai dengan

temuan Krause bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh aspek sosial dan

spiritual, kehidupan sosial adalah suatu interaksi yang dilakuan oleh

lansia, dalam kegiatan keagamaan lansia membutuhkan interaksi dengan


8

sesame, karena tanpa interaksi sosial lansia tidak bisa mengikuti kegiatan

keagamaan yang ada di lingkungannya oleh sebab itu interaksi sosial

sangat penting bagi lansia. Kegiatan keagamaan berpengaruh terhadap

kualitas hidup pada lansia, misalnya lansia menyadari sampai ke umur

sekarang ini. Apabila interaksi sosialnya baik maka kualitas hidup juga

meningkat. Hal ini bermakna bahwa semakin besar interaksi sosial maka

semakin besar perasaan tidak kesepian. ( Fitria, 2011)

Berdasarkan data dari puskesmas Bangkala tahun 2018 saat ini jumlah

keseluruhan lansia sebanyak 1106 orang terdiri dari jumlah lansia

berjenis kelamin laki-laki berumur 60 tahun sebanyak 556 lansia dan

berumur 70 tahun sebanyak 468 orang lansia. Sedangkan berjenis

kelamin perempuan yang berumur 60 tahun sebanyak 550 orang dan

berumur 70 tahun sebanyak 480 orang lansia. Dari data yang di peroleh

didapatkan bahwa ada 16 posyandu yang berada diwilayah kerja

puskesmas bangkala, dan RW yang berada di wilayah kerja puskesmas

sebanyak 17 RW. Berdasarkan wawancara dengan petugas puskesmas

dan kader posyandu di wilayah kerja puskesmas bangkala saat ini di

RW 02 sekitar 60 % lansia yang kurang berinterksi dan menarik diri

dengan masyarakat menyebabkan banyak lansia yang kesehatanya

tergangu dan menderita beberapa jenis penyakit khususnya penyakit

hipertensi dan Atritis Rhematoid sehingga kualitas hidupnya tidak baik.


9

Berdasarkan data dari kader posyandu lansia Anyelir VIII di kelurahan

Biring Romang, jumlah lansia di RW 02 yaitu 109 lansia. Dari hasil

wawancara 7 orang lansia mengatakan bahwa rata-rata lansia kurang

melakukan interaksi sosial dangan masyarakat sekitar dan lebih memilih

untuk tinggal dirumah saja sehingga kualitas hidupnya tidak baik.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka saya tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Interaksi Sosial Dan Madia

Sosial dengan Kualitas Hidup Lansia.”

B. Rumusan Masalah

Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun

keatas. Setiap manusia akan mengalamin proses menua yang dimana

akan terjadi proses degenerative seperti terjadi penurunan fungsi tubuh

diantaranya terjadi penurunan fungsi penglihatan, pendengaraan, aktifitas

fisik dan lain lain. Dari penurunan fungsi tersebut maka seorang lansia

akan mengalami penurunnan interaksi sosial dan akan berakibat pada

penurunan kualitas hidup. Menurunnya interaksi sosial pada lansia akan

berdampak buruk pada fungsi seorang langsi di keluarga dan masyarakat.

Di Era globalisasi sekarang ini banyak kemajuan yang bisa dimanfaatkan

seorang lansia untuk mempermudah melakukan interaksi sosial seperti

dangan adanya media sosial. Penggunaan media sosial akan

mempermudah seseorang untuk melakukan interaksi sosial walaupun

tidak bertemu secara langsung sehingga kualitas hidup seseorang dapat


10

meninngkat. Media sosial juga bisa dimanfaatkan sebagai media

informasi, pendidikan dan rekreasi.. Berdasarkan latar belakang

masalah diatas dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

Apakah ada hubungan interaksi sosial dan media sosial dengan kualitas

hidup lansia?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Interaksi Sosial dan Media Sosial

dengan kualitas hidup lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala

RW 02, Kel. Biring Romang, Kec Manggala, Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi interaksi sosial pada lansia

di wilayah kerja puskesas Bangkala, Kec. Manggala, Kota

Makassar.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi media sosial pada lansia di

wilayah kerja puskesas Bangkala, Kec. Manggala, Kota Makassar.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kualitas hidup pada lansia

di wilayah kerja puskesas Bangkala, Kec. Manggala, Kota

Makassar.
11

d. Untuk mengetahui hubungan interaksi sosial dan media sosial

dengan kualitas hidup pada lansia di wilayah kerja puskesas

Bangkala, Kec. Manggala, Kota Makassar.

e. Untuk Mengetahui seberapa besar interaksi sosial dan media sosial

mempengaruhi kualitas hidup lansia di wilayah kerja puskesmas

Bangkala, Kec. Manggala, Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pendidikan

Sebagai tambahan refrensi untuk meningkat ilmu pengetahuan

melalui penelitian yang lain dimasa yang akan datang.

2. Bagi peneliti

Sebagai informasi dasar untuk peneliti berikutnya agar dapat

dikembangkan lebih luas serta dapat digunakan sebagai imformasi

ilmu pengetahuan yang berhubungan interaksi sosial dengan kualitas

hidup pada lansia.

3. Institusi

Dapat digunakan sebagai literature, bahan diskusi, bahan rujukan

bagi peneliti selanjutnya, dan sumber informasi dalam meningkatkan

ilmu keperawatan.
12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum Tentang Lansia

1. Pengertian Lansia

Definisi dari Lanjut usia merupakan sebuah proses pertmbuhan dan

perkembangan, manusia tidak akan mungkin langsung berubah

menjadi tua akan tetapi mengalami perkembangan mulai dari proses

bayi kemudian berkembang menjadi anak, usia dewasa hingga

akhirnya akan menjadi tua atau lansia. Proses sesorang menjadi tua

atau menajdi seorang lansia adalah merupakan proses yang natural

atau alami, semua organisme yang ada di muka bumi ini akan

menjadi tua dengan melalui proses, masa lansia karena masa tau

merupakan proses yang terakhir di kehidupan manusia. Proses ini

dimana lansia akan mengalami berbagai perubahan seperti

perubahan pada kondisi fisik, psikis dan social secara bertahap

(Azizah, 2011).

a. Proses Menua

Menua merupakan suatu kondisi yang pasti akan terjadi dalam

kehidupan semua organismes. Proses tersebut dimulai ketika

kehidupan manusia dimulai dan mengalami beberapa tahap dari

waktu ke waktu. Menjadi lansia merupakan proses natural yang

bermakna bahwa seseorang telah melewati proses dalam


13

kehidupannya yaitu mulai dari tahap embrio, toddler, pra

sekolah uisa remaja dan usia dewasa hingga mencapai usia tua

atau lansia. Proses ini dimulai baik secara biologis maupun

secara psikologis ( Padila, 2013 ).

Menjadi seorang yang tua merupakan proses hilangnya secara

perlahan jaringan atau organ yang ada didalam tubuh untuk

memperbaiki seluruh fungsinya sesuai dengan kemampuannya,

sehingga tidak mampu bertahan terhadap infeksi dan akan

menjadi rentang dan akan mengakibatkan kerusakan pada

jaringan yang ada (contantanides, 1994). Proses ini akan

berlanjut secara terus menerus secara alami dan semua mahluk

hidup akan mengalaminya (Bandiyah, 2009).

b. Tipe Lanjut Usia

Tipe lansia sangat memiliki kaitan yang sangat erat dengan

karakter, pengalaman hidupnya, lingkungan secara fisik,

keadaan fisik, psikologi, sosial, dan ekonomi lansia( Maryam

dkk, 2008).

Tipe pada lanjut usia dapat di deskripsikan sebagai berikut :

1) Tipe kepribadian yang sangat arif, bijaksana, memiliki arti

dan makna serta pengalaman, dapat menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, memiliki kesibukan, memiliki

sikap yang ramah, teduh hati, sangat sederhana, dermawan,


14

memenuhi permintaan dan dapat menjadi role model dalam

masyarakat.

2) Tipe mandiri dengan melakukan kegiatan yang telah lama

hilang dengan menggantinya dengan yang baru, sangat

antusias dalam mencari pekerjaan, sangat efisien dalam

mencari pekerjaan berinteraksi dengan temannya dan

mampu ikut serta jika ada panggilan undangan.

3) Tipe ketidakpuasan yatu ketika terjadi pertikaian baik secara

lahir mapun batin yang menentang proses terjadinya

penuaan yang akan mengakibatkan seseorang menjadi

marah, tidak bersabar, sangat mudah untuk tersinggung

susah untuk kita layani, selalu melakukan banyak kritikan

dan selau menuntut.

4) Tipe siap menerima atau pasrah yaitu pasrah dan menerima

apapun yang terjadi serta menanti akan adanya keajaiban

atau hal yang baik, ikut serta dalam kegiatan agama,

melaukan kegiatan pekerjaan yang ada dan apa saja.

5) Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan

diri, rendah diri, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

c. Tipe kepribadian Lansia

Tipe lansia berdasarkan kepribadiannya menurut Azizah (2011)

adalah sebagai berikut:


15

1) Tipe kepribadian konstruktif (constraction personality)

Orang ini memiliki integritas baik, menikmati hidupnya,

toleransi tinggi dan fleksibel. Biasanya tipe ini tidak banyak

mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua,

bisa menerima fakta proses menua dan menghadapi masa

pensiun dengan bijaksana dan menghadapi kematian

dengan penuh kesiapan fisik dan mental.

2) Tipe kepribadian mandiri (independent personality) Pada

tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome

atau diamana keadaan sesorang yang hidup dalam bayangan

kebesaran dimasa lalunya, apalagi jika pada masa lansia

tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan

otonomi.

3) Tipe kepribadian tergantung (dependent personality) Tipe

ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila

kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia

tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka

pasangan yang ditinggalkan akan menjadi sedih yang

mendalam. Tipe lansia ini senang mengalami pensiun, tidak

punya inisiatif, pasif tetapi mawas diri dan masih dapat

diterima oleh masyarakat.

4) Tipe kepribadian bermusuhan (hostile personality) Lanjut

usia pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak
16

puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang tidak

diperhitungkan sehingga menyebabkan kondisi ekonominya

menurun. Mereka menganggap orang lain yang

menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh dan curiga.

Menjadi tua tidak ada yang dianggap baik, takut mati dan iri

hati dengan yang muda.

5) Tipe kepribadian defensive Tipe ini selalu menolak bantuan,

emosinya tidak terkontrol, bersifat kompulsif aktif. Mereka

takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa pensiun.

6) Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality) Pada

lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena

perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung

membuat susah dirinya. Selalu menyalahkan diri, tidak

memiliki ambisi dan merasa korban dari keadaan.

d. Batasan lanjut usia

1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batasan

lanjut usia meliputi:

a) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45

sampai 59 tahun.

b) Usia lanjut (elderly) usia antara 60 sampai 74 tahun.

c) Usai tua (old) antara 75 sampai 90 tahun.


17

d) Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun

2) Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj, usia

lanjut dapat dikelompokan sebagai berikut:

a) Usia dewasa muda (elderly adulthood), 18 atau 20

sampai 25 tahun.

b) Usia dewasa penuh (middle years), atau maturitas, 25

sampai 60 atau 65 tahun.

c) Lanjut usia (geriatric age), lebih dari 65 atau 70 tahun.

Terbagi untuk umur 70 sampai 75 tahun (young old), 75

sampai 80 tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very

old). (Kushariayadi, 2010)

3) Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas:

a) Pralansia : seseorang yang berusia antara 45 sampai 59

tahun.

b) Lansia : seseoorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c) Lansia resiko tinggi : seseorang yang berusia 70 tahun

atau lebih.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketuaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan menurut (Nugroho,

2014) :

1) Hereditas = keturunan/genetik

2) Nutrisi = makanan

3) Status kesehatan
18

4) Pengalaman hidup

5) Lingkungan

6) stress

f. Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Menurut Maryam Siti,R,dkk (2008), perubahan yang terjadi pada

lanjut usia adalah

a. Perubahan fisik:

1) Sistem persarafan

Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel

saraf otaknya dalam setiap harinya), cepatnya menurun

hubungan persyarafan, lambat dalam responden waktu

unntuk beraksi, khususnya dalam sters, mengecilnya

syaraf panca indra (berkurangnya pengelihatan, hilangnya

pendengarkan, mengecilnya syaraf pencium dan perasa,

lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya

ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif terhadap

sentuhan. (Maryam Siti,R,dkk 2008)

2) Sistem muskuluskeletal

Perubahan pada kolagen merupakan penyebab turunnya

fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak

berupa nyeri, penurunan kemampuan meningkatkan otot

kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok,


19

berjalan dan hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-

hari. (azizah, 2011)

3) Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, kutup jantung menebal

dan menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah

menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal

ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya

kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurungnya

efektifitas pembuluhan darah perifer untuk oksigenasi,

perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)

bisa menyebabkan tekanan darah menurut menjadi 65

mmHg (mengakibatkan pusing mendadak ± 170 mmHg,

diastolis normal ± 90 mmHg). (Maryam Siti,R,dkk, 2008)

4) Sistem reproduksi

Menciutnya ovarium dan uterus, otovi payudara, pada

laki-laki testis masih dapat mmeemproduksi spermatozoa,

meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur,

dorongan seksual menetap smapai usia diatas 70 tahun

(asal kondisi kesehatan baik) yaitu kehidupan seksual

dapat diupayakan sampai mas lanjut usia, hubungan

seksual secara teratur dapat membantu mempertahankan

kemampuan seksual, tidak perlu cemas karena

merupakan perubahan alami, selaput lendir vagina


20

menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi

berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi

perubahan-perubahan warna. (azizah, 2011)

5) Sistem penganturan temperatur tubuh

Pada penganturan suhu hipotalamus dianggap bekrja

sebagai suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu

tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui

temperature tubuh menurun (hipertemia) secara fisilogik

± 35 derajat celcius ini akibat metabolisme yang

menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak

memproduksi panas yang banyak seingga terjadi

rendahnya aktifitas otot. (azizah, 2011)

6) Sistem Integumen

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit

kering dan tidak elastik karena kurangnya cairan dan

kehilangan jaringan adiposa, rambut dalam hidung dan

teligan menebal, kelenjar kering mulai tidak bekerja

dengan baik, rambut memutih, vaskularisasi menurun,

kulit pucat dan terdapat bintik-bintik kehitaman akibat

menurunnya aliran darah dan sel penghasilan pigmen,

kuku kaki dan tangan rapuh dan tebal serta pertumbuhan

rambut mengalami penipisan. (Azisah, 2011)


21

7) Sistem Perkemihan

Ukuran ginjal akan mengecil (atropi), penyaringan di

glomerulus menurun, otot-otot urinaria melemah dimana

terjadi penuurunan kapasitas sampai 200 cc sehingga

frekuensi untuk BAK meningkat. (Azisah, 2011)

8) Sistem Pencernaan

Kehilangan gigi, esophagus melebar, asam lambung

menurun, peristaltik mulai melemah sehingga daya

obsorpsi menurun dan akan menyebabkan kontipasi,

ukuran lambung mulai mengecil serta fungsi organ

aksesori menurun akan mengakibatkan hormone dan

enzim berkurang. ( Azisah, 2011)

b. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu

perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum,

tingkat pendidikaan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.

Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang

(berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup

beberapa perubahan) dan kenangan jangka pendek atau

seketika (0-10 menit, kenangan buruk). I.Q (Intellegention

Quantion) tidak berubah dengan informasi matimatika dan

perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan

keterampilan psikomotor (terjadi perubahan pada daya


22

membayangkan karena tekanan-tekanan dan faktor waktu).

Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan

structrual dan psiologis, begitu juga otak. Perubahan ini

disebabkan karena fungsi neuron di otak secara progresif.

Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya aliran darah ke

otak, lapisan otak terlihat berkabut dan metabolisme di otak

lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang diketahui tentang

pengaruhnya terhadap erubahan fungsi kongnitif pada lanjut

usia. (Maryam Siti,R,dkk 2008)

c. Perubahan Psikologis

Lanjut usia akan mengalami perubahan-perubahan

psikososial seperti: pensiun, nilai seseorang sering diukur

produktifitasnya, identitas dikaitkan dengan peranan dalam

pekerjaan. Lansia yang mengalami pensiun akan mengalami

rangkaian kehilangan yaitu finansial (income berkurang),

status ( dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,

lengkap dengan segala fasilitasnya), teman/kenalan atau

relasi, dan pekerjaan atau kegiatan:

1) Merasa atau sadar akan kematian ( sence of awarness of

mortality ).

2) Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah

peraawatan, bergerak lebih sempit.


23

3) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic

derivation) meningkatnya biaya hidup pada penghasilan

yang sulit, bertambahannya biaya hidup pada penghasilan

yang sulit, bertambahannya biaya pengobatan.

4) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

5) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan.

6) Ganggguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan

ketullian.

7) Gangguan gizi akibat kehilangan penghasilan atau jabatan.

(Fadila, 2013)

d. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam

kehidupannya. Lansia makin teratur dalam keagamaannya.

Hal ini dapat dilihat dalam berfikir bertindak sehari-hari.

Spiritualitas pada lansi bersifat universal intrinsik dan

merupakan proses individual yang berkembang sepanjang

rentang kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terhadap

pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup tersebut

dipertahankan sebagian oleh efek positif harapan dari

kehilangan tersebut. Lansia yang telah mempelajari cara

menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan

akhirnya dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian.

(Azisah ,2011)
24

B. Tinjauan Umum Tentang Interaksi Sosial

1. Pengertian

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok ataupun suatu kelompok dengan

kelompok lain yang dimana hubungan tersebut dapat mengubah,

mempergaruhi, memperbaiki antara satu individu dengan individu

lainnya. Didalam interaksi sosial terdapat kontak secara timbal balik

atau inter stimulus dan respon antara individu dan kelompok. (Siti,

mahmudah, 2011).

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik atau hubungan

yang saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung

sepanjang hidupnya didalam masyarakat. Interaksi sosial dapat

berdampak positif terhadap kualitas hidup karena dengan adanya

interaksi sosial maka lansia tidak merasa kesepian, oleh sebab itu

interaksi sosial harus tetap dipertahankan dan dikembangkan pada

kelompok lansia. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin

interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya

berdasarkan kemampuannya bersosialisasi ( Fitria, 2011).

2. Ciri-ciri interaksi sosial

a. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu


25

b. Ada komunikasi antara pelaku dengan menggunakan simbo-

simbol

c. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa

mendatang) yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung

Ada tujuan-tujuan tertnentu, terlepas dari sama tidaknya tujuan

tersebut dengan yang diperkirkan oleh pengamat semua tindakan

merupakan interaksi. Hakikat interaksi terletak pada kesadaran

mengarahkan tindakan pada orang lain. Harus ada orientas timbal-

balik antara pihak-pihak yang bersangkutan tanpa menghiraukan

isi perbuatannya: cinta atau benci, kesetian ataau pengkhiataan,

maksud melukai atau menolog. ( Sanjaya, 2012).

3. Jenis-jenis interaksi sosial

Menurut sianipar (2013) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam,

yaitu:

a. Interaksi antara individu dan individu

Dalam hubungan ini bisa saja terjadi interaksi positif atau negatif.

Interaksi positif jika hubungan yang terjadi salig menguntungkan.

Interkasi negatif jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak

atau keduannnya (bermusuhan).

b. Interaksi antara individu dan kelompok

Interaksi ini pun dapat berlangsungan secara positif maupun

negativ. Bentuk interaksi sosial individu ddan kelomppok

bermacam-macam sesuai situasi dan kondisinya.


26

c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok

Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu

kesatuan bukan kehendak kepribadian. Misalnya kerja sama antara

dua perusahaan untuk membicara suatu proyek. (Sianipar, 2013)

4. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin tterjadi apabila tidak

memenuhi dua syarat ( Soerjono, 2010) yaitu: adanya kontak sosial,

dan adanya komunikasi.

a. Kontak sosial

Kontak sosial berasal dari bahasa latincon atau cum yang berarti

bersama-sama dan tango yang berarti menyentu. Jadi secara

harfiah kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik,

kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai

gejala sosial itu tidak perlu berarti suatua hubungan badaniah,

karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus

menyentuh, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang

yang bersangkutan. Dengan berkembangan teknologi dewasa ini,

orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui

telepon, telgrafi, radio, dan yang lainnya yang tidak memerlukan

sentuhan badaniah. Kontak sosial dilihat dari bentuknya yang

berupa kontak sosial postif apabila bentuk hubungan tersebut lebih

mengarah pada pola-pola kerjasama. Sedangakan kontak sosial

negatif yaitu apaila hubungan yang terjadi mengarah pada


27

pertentengan yang bisa mengakibatkan pada putusnya suatu

interaksi ( Soerjono, 2010)

Kontak sosial dapat berlangsung dengan tiga bentuk yaitu sebagai

berikut:

1) Antara orang perorangan

Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil memperlajari

kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian

terjadi melakukan komunikasi, yaitu suatu proses dimana

anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan

nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota.

2) Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau

sebaliknya. Kontak sosial ini misalnya adalah apabila

seseorang merasakan bahwa tindak-tindaknya berlawan

dengan norma-norma masyarakat.

3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia

lainnya. Umpunya adalah dua partai politik yang bekerjasama

untuk mengalahkan partai politik lainya.

b. Komunikasi

Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran

kepada orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak

badaniah atau sikap, perasan-perasan apa saja yang inngin

disampaikan oelh orang tersebut. Orang yang bersangkutan

kemudian memberi reaksi terhadap perasan yang innngim


28

disampaikan, dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan

kelompok dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lain. Hal

ini kemudian merupakan bahan untuk menentukkan reaksi apa

yang akan dilakukannya ( Soerjono, 2010).

5. Macam-macam Interaksi Sosial

a. Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam interaksi sosial

yaitu:

1) Interaksi antara orang perorangan

2) Interaksi antara orang dengan sekelompoknya, dan sebaliknya

3) Interaksi antara kelompok.

b. Dilihat dari segi caranya, ada dua macam interaksi sosial, yaitu:

1) Interaksi langsung (direct intection), yaitu interaksi fisik,

seperti berkelahi, hubungan seks, dan sebagainya.

2) Interaksi simbolik (symbolic intecation), yaitu interaksi yang

mempergunakan bahasa (lisan/tulisan) dan simbol-simbol lain

(isyarat), dan sebagainya.

c. Menurut bentuknya, interaksi menjadi empat bagian yaitu:

1) Kerja sama (cooperation)

2) Persaingan (competition)

3) Pertikaian (conflick)

4) Akomodasi (ppenyelesaian dari permasalahan).

6. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


29

Interaksi sosial memiliki beberapa bentuk yang dapat saja terjadi

dalam sebuah situasi sosial ataupun kelompok sosial. Menurut

Santoso (2010) bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi:

a. Kerjasama (cooperation)

kerja sama adalah usaha yang dikoordinasikan yang ditujukan

kepada tujuan yang dapat dipisahkan. Pengertian ini memperkuat

pandangan bahwa kerja sama sebagai akibat kekurangmampuan

individu untuk memenuhi kebutuhan dengan usaha sendiri,

sehingga individu yang bersangkutan memerlukan bantuan

individu lain. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa kerja

sama merupakan bentuk interaksi sosial yang positif, dimana

dibutuhkan rasa saling memahami dan kekompakan dalam

melakukan sebuah kerja sama.

b. Persaingan (competition)

Santoso (2010) mengatakan bahwa “persaingan adalah bentuk

interaksi sosial di mana seseorang mencapai tujuan, sehingga

individu lain akan dipengaruhi untuk mencapai tujuan mereka.

Dalam persaingan, setiap individu dapat mencari keuntungan

sebesar-besarnya dengan cara mereka masing-masing tanpa lepas

dari pengaruh individu lain.” Suatu persaingan pasti terjadi dalam

interaksi sosial, karena setiap individu yang berada dalam suatu

situasi sosial itu pasti memiliki tujuan yang ingin mereka capai,

dimana tujuan individu itu bias saja sama dengan individu lain
30

yang berada dalam kelompok sosial yang sama. Misalnya,

persaingan dalam memperebutkan juara kelas, tentu saja siswa

akan bersaing baik melalui nilai-nilai tugas, ujian dan kegiatan-

kegiatan belajar yang diadakan di kelasnya untuk menjadi yang

terbaik, dan dalam hal itu tentu saja tidak terlepas dari interaksi

siswa itu baik dengan teman maupun gurunya.

c. Pertentangan (conflict)

Santoso (2010) memberi pengertian bahwa, “konflik adalah

proses yang berselang-seling dan terus-menerus serta mungkin

timbul pada beberapa waktu, lebih stabil berlangsung dalam

proses interaksi sosial. Lebih lanjut, konflik dapat mengarah pada

proses penyerangan karena adanya beberapa sebab seperti

kekecewaan dan kemarahan.” Dari uraian diatas dapat diketahui

bahwa sebuah konflik itu bisa saja muncul dalam suatu

hubungan, maka individu diharapkan dapat mengatasi konflik

tersebut agar tidak berkepanjangan dan menyebabkan

pertengkaran sehingga proses interaksi sosial dapat

berjalan dengan baik.

d. Persesuaian (accomodation)

Persesuaian adalah suatu proses peningkatan untuk saling

beradaptasi atau penyesuaian. Tujuan persesuaian menurut

Santoso (2010) antara lain:


31

1. Untuk mengurangi pertentangan antarindividu/kelompok

karena adanya perbedaan.

2. Untuk mencegah meledaknya pertentangan yang bersifat

sementara.

3. Untuk memungkinkan adanya kerja sama antarkelompok.

4. Untuk mengadakan integrasi antar kelompok sosial yang

saling terpisah.

Dari uraian tersebut maka persesuaian itu sangat penting

untuk disadari dan dilakukan dalam sebuah interaksi agar

interaksi dapat berjalan dengan baik dengan adanya rasa

saling pengertian dan memahami serta menimbulkan suatu

kerja sama yang baik antarindividu maupun antar kelompok.

7. Faktor-faktor yang mempergaruhi interaksi sosial

Interaksi sosial akan berlangsung apabila terjadi saling aksi dan

reaksi antara kedua belah pihak. Interaksi sosial tidak akan terjadi

jika manusia mengadakan hubungan yang berlangsnung dengan

sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruhterhdap sistem syarafnya

sebagai akibat hubungannya tersebut. Berlangsungannya suatu proses

interaksi terutama antara individu dan kelompok didasari oleh

beberapa faktor, antara lain faktor :

a. Imitasi

Imitasi sangat kuat perannnya dalam interaksi sosial. Tampak jelas

dalam dunia mode, adat istiadat, dunia usaha, perilaku kejahatan


32

dan lain sebagainya. Faktor ini sangat berperan dalam pergaulan

masyarakat.

b. Sugesti

Faktor sugesti yang dimaksudkan, sugesti dalam psikologi dimana

seorang individu menerima cara penglihatan atau pedoman

tingkah laku dari orang lain tampak kritik. Sugesti ini merupakan

proses pengoperan atau penerimaan sesuatu hal yang dilakukan

seseorang atau masyarakat tampak kritik atau penelitian lebih

cermat.

c. Identifikasi

Factor identifikasi dimaksudnya adalah dorongan untuk yang

berproses tidak saja lahiriah, tetapi juga meliputi batiniah. Pada

tahap proses ini terjadi berlangsung tidak sadar, irasional untuk

melengkapi norma yang berlangsung mulai dari lingkungan

terkecil sampai pada masyarakat umum yang saling mengambil

norma-norma, sikap perilaku, nilai-nilai dan lain sebagainya dari

sekelilingnya yang secara umum dapat merubah masyarakat.

d. Simpati

Faktor yang dimaksudkan adanya perasaan yang terdapat didalam

diri seseorang dimanapun ia berada yang merasa tertarik kepada

orang lain. Prosesnya berdasarkan persaan semata-mata dan tidak

melalui penilaian berdasarkan rasio.


33

e. Empati

Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan

secara efektif dan seseorang atau orang lain dalam kondisi yang

sebenar-benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan

oleh orang lain tersebut seperti rasa senang, sakit, susah, dan

bahagia. Empati hampir mirip dengan sikap simpati.

Perbedaannya sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat

secara emosional. ( Dewi wulandari, 2009)

C. Tinjauan Umum Media Sosial

1. Pengertian media sosial

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para

penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan

menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia

virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk

media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di

seluruh dunia. (Hope, 2014).

Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi

sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web

yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Media

sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis

internet yang membangun diatas dasar ideology dan teknologi


34

Web 2.0 dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-

generated content”. Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap

orang biasa membuat web page

pribadi, kemudian terhubung dengan teman teman untuk berbagi

informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara

lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media

tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka

media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak

siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan

memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, member

komentar, serta

membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.

2. Sejarah Media Sosial

Sosial media mengalami perkembangan yang sangat

signifikan dari tahun ke tahun, Jika pada tahun 2002 Friendster

merajai

sosial media karena hanya Friendster yang mendominasi sosial

media di era tersebut, kini telah banyak bermunculan sosial media

dengan keunikan dan karakteristik masing-masing.

Sejarah sosial media diawali pada era 70-an, yaitu ditemukannya

sistem papan buletin yang memungkinkan untuk dapat

berhubungan dengan orang lain menggunakan surat elektronik

ataupun mengunggah dan mengunduh perangkat lunak, semua ini


35

dilakukan masih dengan menggunakan saluran telepon yang

terhubung dengaan modem. Pada tahun 1995 lahirlah situs

GeoCities, GeoCities melayani web hosting (layanan penyewaan

penyimpanan data-data website agar website dapat diakses dari

manapun). GeoCities merupakan tonggak awal berdirnya

websitewebsite. ( Kaplan Andreas M, 2010 ).

Pada tahun 1997 sampai tahun 1999 munculah sosial media

pertama yaitu Sixdegree.com dan Classmates.com. Tak hanya itu di

tahun tersebut muncul juga situs untuk membuat blog pribadi, yaitu

Blogger. situs ini menawarkan penggunanya untuk bisa membuat

halaman situsnya sendiri. Sehingga pengguna dari Blogger ini bias

memuat hal tentang apapun. Pada tahun 2002 Friendster menjadi

sosial media yang sangat booming dan kehadirannya sempat menjadi

fenomenal. Setelah itu pada tahu 2003 sampai saat inibermunculan

berbagai sosial media dengan berbagai karakter dan kelebihan

masing-masing, seperti LinkedIn, MySpace, Facebook, Twitter,

Wiser, Google+ dan lain sebagainya. Sosial Media juga kini menjadi

sarana atau aktivitas digital marketing, Oleh karena itu, Sosial

Media kini menjadi salah satu servis yang

ditawarkan oleh Digital Agency. ( Kaplan Andreas M, 2010 ).

3.Klasifikasi Media Sosial

Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk


36

termasuk televisi, radio, Hendpon, Sms, dan WhatsApp. Dengan

menerapkan satu set teori-teori dalam bidang media penelitian

(kehadiran sosial, media

kekayaan) dan proses sosial (selfpresentasi, self- disclosure)

Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi untuk

berbagai jenis media sosial.

a. Televisi

Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele yang berarti jauh dan

visie berarti penglihatan. Jadi televisi berarti peglihatan jarak jauh

atau penyiaran gambar gambar melalui gelombang radio. Televisi

sama halnya media massa lainya yang mudah dijumpai dimana

mana dan dimiliki oleh manusia pada umumnya. Televisi sebagai

media sarana penghubung yang dapat memancarkan rekaman dari

stasiun pemancar tv kepada penonton atau pemirsa di rumah.

Rekaman rekaman tersebut dapat berupa berita, pendidikan,

hiburan dan lain lain. Yang dimaksud dengan TV adalah system

elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup

hidup bersama suara melalui kabel. Pada dasarnya Tv merupakan

media elektronik yang digunakan pemiliknya untuk mendapatkan

informasi, pendidikan, hiburan dan sebagainya. Pada dasarnya tv

memberikan hiburan yang sehat kepada pemirsanya karena

manusia adalah mahluk yang membutuhkan hiburan.

( Pramadiyansa, 2014)
37

b. Radio

Radio adalah media elektronik dengan teknologi yang digunakan

untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi

elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Dengan demikian

yang dimaksud dengan istilah radio bukan hanya bentuk fisiknya

saja, tetapi antara bentuk fisik dengan kegiatan radio adalah saling

berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu

apabila pengertian radio tersebut dipisahkan satu persatu ataupun

diperinci secara fisik, maka yang dimaksud dengan radio adalah

keseluruhan daripada pemancar, studio, dan pesawat penerima

sekaligus. Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan

dengan menggunakan bahasa lisan kalaupun ada lambang-

lambang non verbal, yang dipergunakan jumlahnya sangat minim,

umpamanya tanda pada saat akan memulai acara warta berita

dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat musik.

Produksi siaran merupakan keterampilan memadukan wawasan,

kreatifitas, dan kemampuan mengoperasikan peralatan produksi.

Program dapat diperoleh dengan cara membeli atau

memproduksinya sendiri (in-house production). Membeli program

dilakukan apabila stasiun penyiaran tidak memiliki peralatan

produksi memadai namun memiliki ide untuk dikembangkan.

Program siaran di radio sangat banyak dan beragam kemasannya


38

lima diantaranya adalah, produksi siaran berita dan informasi,

iklan, jinggel, talk show, interaktif, info-hiburan (Masduki,

2005).

Memproduksi suatu program siaran membutuhkan unsur-unsur

daya tarik. Radio memiliki tiga unsur daya tarik yang

melekatpadanya, yakni: kata-kata lisan (spoken words), musik

(music), efek suara (sound effect). Dengan dihiasi musik dan

didukung efek suara, seperti suara binatang, hujan atau badai,

mobil atau pesawat terbang, dan lain-lain, suatu acara yang

membuat radio menjadi hidup. ( Effendy,2004 ).

c. Handphone

Hendphone merupakan alat telekomunikasi elektronik dua arah

yang bias dibawa kemana-mana dan memiliki kemampuan untuk

mengirimkan pesan berupa suara. Dalam keseharian kini manusia

hampir tidak bias lepas dari handphone. Apalagi dengan semakin

berkembangnya handphone sehingga memiliki berbagai fungsi

lainnya seperti sebagai media pendidikan, hiburan, media bisnis,

dan lain-lain. Fungsi utama dari hendphone adalah sebagai alat

komunikasi melalui suara dan pesan singkat ( SMS). Slanjutnya

hendphone berfungsi untuk menangkap siaran radio, televisi. Juga

dilengkapi dengan fungsi audio, kamera, video, game, serta

layanan internet. (Pramadiyansa, 2014)


39

d. Short Message Service (SMS)

SMS adalah kemampuan untuk mengirim dan menerima pesaan

dalam bentuk teks dari dan kepada perangkat mobile ponsel. Teks

tersebut bias terdiri dari kata-kata atau nomor kombinasi alpha

numeric. SMS diciptakan sebagai staandar pesan (message) oleh

ETSI ( European Telecommunication Standar Institute) yang juga

membuat standar GSM yang diimplementasikan oleh semua

operator GSM. Panjang setiap dalam SMS maksimal terdiri dari

160 karakter jika menggunkan alphabet latin dan 70 karakter jika

menggunakan alphabet non-latin seperti hurup arab atau china.

(Pramadiyansa, 2014)

e. WhatsApp

whatsApp adalah pesan untuk posel cerdas (smartphone) dengan

basic mirip blackberry Massengger. Whatsaap merupakan aplikasi

pesan lintas platform yang memungkinkan kita bertukar pesan

tanpa biaya SMS, karena whatsapp menggunakan paket data

internet yang sama untuk email, browsing web, dan lain-lain.

Aplikasi whatsapp menggunnakan koneksi internet 3G, 4G atau

Wifi untuk komunikasi data. Dengan menggunakann whatsapp,

kita dapat melakukan obrolan online, berbagi file, bertukar foto,

daan lain-lain. (Pramadiyansa, 2014)


40

D. Tinjauan Umum Tentang Kualitas Hidup

1. Defenisi Kualitas Hidup Manusia

Suatu keadaan secara fungsional manusia yang meliputi kesehatan

secara fisik seperti aktifitas sehari – hari, kemudian meiliki

ketergantungan pada medis, kebutuhan istirahat, tidur yang gelisah,

memiliki penyakit dan ketidakmampuan, bergerak sehari hari ,

memiliki pekerjaan, memiliki perasaan positif, memilki penampilan,

memiliki perasaan negative, berfikir, mampu belajar, mampu

mengingat dan memiliki kepercayaan, dan hubungan sosisal

merupakan defenisi menurut World Health Organization Quality of

Life (WHOQOL).

Hubungan social meiputi dukungan dengan social, hubungan

personal, kegiatan seksual dan memiliki lingkungan baik lingkungan

rumah, bebas, kesejahteraan fisik, memilki kendaraan pribadi,

keamanan, prodktifitas memiliki kesehatan dan peduli secara social.

Kualitas hidup pada lansia banyak di pengaruhi oleh kemandirian

baik secara fisik maupun secara psikologis disamping memiliki

aktifitas social dan berinteraksi dan memiliki fungsi keluarga yang

utuh, akan tetapi lanjut usia pada umumnya mengalami beberapa

keterbatasan, sehingga kualitas hidupnya dapat mengalami

kemunduran. Peranan keluarga memiliki andil yang sangat besar

karena keluarga adalah bagian dari masyarakat dan merupakan unit


41

terkecilnya yang sangat memiliki peranan penting dalam melakukan

perawatan terhadap lanjut usia dalam meningkatkan kualitas

hidupnya (Yuliati dkk, 2014).

Menurut Larazati (20110 yang dikutip dari Cohen & Lazarus

mengatakan bahwa kualitas hidup lansia merupakan tingkat yang

dapat merefleksikan keunggulan atau kelebihan seseorang individu

dengan menilai dari kehidupan sehari - harinya. Kelebihan individu

atau lansia dengan melihat apa tujuan hidupnya, bagaimana mampu

mengontrol dirinya, mampu melakukan hubungan dengan sesame,

memiliki kepribadian yang mampu berkembang, pikiran dan

beberapa kondisi yang ada. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup lansia diantaranya adalah lansia

mampu mengenal dirinya sendiri, mampu melakukan adaptasi,

mampu berempati terhadap orang lain, mengasihi dan menyayangi

orang lain, memiliki pandangan yang optimis dll.

2. Faktor – Faktor mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia

Larazati (2011) dalam Ghozally mengatakan bahwa ada beberapa

faktor yang dapat menjadi pengaruh kulaitas hidup yaitu mampu

mengenal dirinya sendiri, mampu melakukan adaptasi, mampu

berempati, mampu merasakan penderitaan yang dirasakan orang

lain, mampu berbelas kasih, mampu bersikap optimis, serta

berempati.
42

Angriyani (2008) dalam Raeburn dan Rootman mengatakan bahwa

ada 8 faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup manusia antara

lain :

a. Mampu melakukan control yaitu mengontrol perilaku yang

dilakukan seperti membatasi kegiatan yang terlalu berat diman

berfungsi untuk menajaga tubuh agar tetap prima.

b. memilki peluang yang besar yaitu sesorang dapat memilki

kesempatan yang besar terhadap adanya peluang dimasa yang

akan datang.

c. Memilki system pendukung, system pendukung yang berasal dari

lingkungan, baik dari lingkungan keluarga mapun masyarakat,

sarana prasaran, seperti tempat tinggal yang sesuai dan memadai

yang dapat menunjang kegiatan dalam kehidupan.

d. Memiliki keterampilan yang memadai, yaitu kegiatan untuk

pengembangan diri seperti memiliki keterampilan, mengikuti

kegiatan dan kegiatan ilmiah tertentu.

e. Peristiwa yang terjadi, maskudnya adalah dengan kegiatan yang

dilakukan sehari – hari dan dapat menyebabkan terjadinya stress

karena beban pekerjaan. Peristiwa yang terjadi memiliki hubungan

yang sangat erat dengan perkembangan yang harus dilalui dan

akan mengakibatkan tekanan pada diri sendir.


43

f. Kekuatan diri yaitu sangat berkaitan dengan kemampuan yang

dimiliki dan keadaan fisik sesorang, artinya apa yang telah

dimiliki individu sebagai kemampuan dirinya.

g. perubahan pada lingkungan yang terjadi di tempat tinggal

misalnya adanya bencana alam.

h. adanya perubahan pada pelaku politik yaitu berkaitan dengan

Negara seperti krisis, kelaparan, kehilangan pekerjaan, dan mata

pencaharian.

3. Bagian – Bagian Kualitas Hidup

Bagian kualitas hidup seseorang dibagi menjadi empat bagian

meliputi :

a. Bagian pada Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik seseorang dapat berpengaruh terhadap

kemampuan dalam melakukan kegiatan sehari hari. Aktifitas

yang dilakuan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman

hidup ketahap selanjutnya. Sehat fisik artinya mampu

melakukan aktivitas sehari – hari, tidak tergantung pada obat –

obatan dan bantuan tenaga kesehatan, memiliki energy dan tidak

lelah.

b. Bagian pada kondisi psikologi

Bagian psikologi yang sangat erat kaitannya dengan kondisi

mental seseorang. Mental seseorang mengarahkan pada

kemampuan individu meyesuaikan diri terhadap berbagai


44

tuntutan kehidupan tuntutan untuk berkembang sesuai

kemampuan. Baik dari internal maupun eksternal. Psikologi juga

memeiliki kaitan erat dengan fisik. Jika psikologinya terganggu

maka dapat menyebabkan tergangunya juga fisik pada individu.

Sejahtera pada kondisi psikologi meliputi gambaran diri,

penampilan, pikiran positif, negative, agama kepercayaan,

belajar dll.

c. Bagian pada hubungan sosial

Hubungan sosial mansia kepada orang lain baik kepada orang itu

sendiri atau orang lain, yaitu interaksi dengan mahluk sosial

dalam bertingkah laku, saling mempengaruhi, saling

mensupport, dan memperbaikinya.

d. Lingkungan

Lingkungan mencakup tempat tinggal seseorang, termasuk

ketersdiaan sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, aspek ini

sangatlah penting karena dengan lingkungan yang baik dapat

memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan dalam

meningkatkan kualitas hidup ( Sekarwiri, 2008 )

4. Cara Pengukuran Kualitas Hidup

Organisiaisi kesehatan jiwa WHO (WHOQOL) telah membuat

pengukuran kualitas hidup bagi lansia dan telah dilakukan uji

validitas serta reliabiltas dan berlaku secara internasional. Alat ukur


45

kualitas hidup (WHO) ini terdiri dari empat domain yang terdiri dari

26 poin pertanyaan 2 pertanyaan diantaranya terdiri dari pertanyaan

kualitas hidup lansia secara umum dan 24 pertanyaan lainnya terdiri

dari yang disebutkan tadi yaitu 4 domain yaitu :

a. Kesehatan Fisik tertera pada pertanyaan nomor,

3,4,10,15,16,17,18.

b. Kesehatan Psikologis yaitu terdapat pada pertanyaan nomor,

5,6,7,11,19 dan 26.

c. Pertanyaan hubungan sosial yaitu pada pertanyaan nomor

20,21,22.

d. Pertanyaan tentang lingkungan yaitu pada pertanyaan nomor

8,9,12,13,14,23,24 dan 25 ( Nurrohma, 2012).

E. Usia

Variabel umur berperan dalam interaksi sosial yang dialakukan

seseorang sehingga dapat melakukan hubungan yang timbalbalik antara

individu yang satu dengan yang lainnya. Umur atau usia adalah suatu

waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau mahluk ,

baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, Umur manusia dikatakan

lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.

Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh lahir sehingga tarikhn

semasa (masakini). Jenis perhitungan usia adalah usia kronologi, usia

mental, usia biologis.


46

F. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan perbedaan antara perempuan dengan laki laki

secara biologi sejak seseorang lahir. Jenis Kelamin berkaitan dengan

tubuh laki laki dan perempuan.

G. Pendidikan

Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi perilaku positif adalah

tingkat pendidikan. Sedangkan menurut Green (dalam Pertiwi dkk,

2012), menyatakan bahwa factor-faktor yang berpengaruh dalam

menetukan perilaku kesehatan individu dan kelompok adalah factor

pendidikan. Tingkat pendidikan yang relative rendah menyebabkan

keterbatasan informassi yang didapatkan ( Maksalimina, 2013).

H. Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi seseorang dalam masyarakat mempengaruhi

seseorang dalam kedudukannya di masyarakat, keadaan tersebut

menggambarkan bahwa keadaan tersebut mementukan tingkat

pendidikan, pendapatan, dan cara berfikir. Keadaan ekonomi yang

mapan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang dalam melakukan

kegiatan di dalam suatu keluarga. Pendapatan keluarga dar ekonomi

tinggi akan mempegaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya seorang

anak, karena dapat menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan anak

(Soetijiningsih, 2004).
47

I. Konsep Teori Imogene M.King

Imogen M.King lahir pada tanggal 30 januari 1923 di west poin, lowa.

Karir keperawatan imogen dimulai pada tahun 1945 setelah lulus dari

St Johns Hospital Scool Of Nursing, St Louis, Missouri. Pada tahun

1971 Kim memperkenalkan suatu model konseptual yang saling

berinteraksi. Model keperawatan terakhir dari king memadukan tiga

system interaksi yang dinamis –personal, interpersonal, dan sosial yang

mengarah pada perkembangan teori pencapaian tujuan ( King, 1981

dalam Christensen J.P, 2009)

Konsep yang ditempatkan dalam system personal karena mereka

terutama berhubungan dengan individu, sedangkan konsep yang

ditempat dalam system interfersonal karena menekankan pada interaksi

antara dua orang atau lebih. Konsep yang ditempatkan dalam system

sosial karena mereka menyediakan pengetahuan untuk perawat agar

berfungsi didalam system yang lebih besar. Menurut King, intensitas

dari interpersonal system sangat menentukan dalam menetapkan

pencapaian tujuan keperawatan. Adapun beberapa karakteristik teori

Imogene King (Christensen &Kenney,1995):

1. Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai

sistemterbuka, mampu berinteraksi, mengubah energi, dan informasi

denganlingkungannya. Individu merupakan anggota masyarakat,


48

mempunyai perasaan, rasional, dan kemampuan dalam bereaksi,

menerima,mengontrol, mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai

dengan hak danrespon yang dimilikinya serta berorientasi pada

tindakan dan waktu.Sistem personal dapat dipahami dengan

memperhatikan konsep yang berinteraksi yaitu: persepsi, diri,

gambaran diri, pertumbuhan dan perkembangan, waktu dan jarak.

2. Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup yang

berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami dengan melihat lebih jauh

konseptentang peran, interaksi, komunikasi, transaksi, stress, koping.

3. Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga

keselamatan lingkungan. Ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi perilaku masyarakat, interaksi, persepsi, dan

kesehatan. Sistem sosial dapat mengantarkan organisasi kesehatan

dengan memahami konsep organisasi, kekuatan, wewenang, dan

pengambilan keputusan.

King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja

konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya ( Human Being) sebagai

sistem terbuka yang secarakonsisten berinteraksi dengan

lingkungannya. Asumsi dasar King tentangmanusia seutuhnya (

Human Being) meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi,kontrol,

tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu. Dari


49

keyakinannya tentang human being ini, King telah menderivatasumsi

tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat – klien:

1. Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.

2. Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan

klienmempengaruhi interaksi

3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya

sendiri.

4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan.

5. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap

pertukaran informasi.

6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan

kesehatan.

7. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima

pelayanan kesehatan dapat berbeda.

Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan

sebagai sembilan konsep utama, dimana konsep-konsep tersebut

saling berhubungan dalam setiap situasi praktek keperawatan

(Christensen J.P,2009), meliputi:

1. Interaksi, King mendefenisikan interaksi sebagai suatu proses dari

persepsidan komunikasi antara individu dengan individu, individu

dengankelompok, individu dengan lingkungan yang


50

dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam

mencapai tujuan.

2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita,

persepsi berhubungan dengan pengalaman yang lalu, konsep diri,

sosial ekonomi,genetika dan latarbelakang pendidikan.

3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi

dari seseorang kepada orang lain secara langsung maupun tidak

langsung.

4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud

tertentudalam pencapaian tujuan. Yang termasuk dalam transaksi

adalah pengamatan perilaku dari interaksi manusia dengan

lingkungannya.

5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari

posisi pekerjaannya dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah

hak dankewajiban sesuai dengan posisinya.

6. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi

akibatinteraksi manusia dengan lingkungannya. Stress melibatkan

pertukaranenergi dan informasi antara manusia dengan

lingkungannya untuk keseimbangan dan mengontrol stressor.

7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri

individu.Tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan tingkat

aktivitas perilakuyang kondusif untuk membantu individu

mencapai kematangan.
51

8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa

yang akandatang. Waktu adalah perputaran antara satu peristiwa

dengan peristiwayang lain sebagai pengalaman yang unik dari

setiap manusia.

9. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun sama.

Kerangka Konsep Keperawatan Menurut Imogene M.King

J. Kerangka Teori Dalam Model Keperawatan

Karakteristik lansia Interaksi sosial Media Sosial

1. Umur 1.Bentuk 1. Televisi


2. Jenis Kelamin Interaksi Sosial
3. Tingkat Pendidikan 2. Radio
4. Status Pekerjaan 2.
Kerjasama (Compe 3. Handphone
5. Penghasilan
6. Status Gizi ration) 4. SMS
7. Status Penikahan 3. 5. WhatsApp
8. Status Kesehatan Persaingan (Compe
52

Interkasi Sosial
Usia Terganggu
Jenis Kelamin

Pendidikan Isolasi Sosial


Depresi, Kesepian
Status Ekonomi

Kualitas Hidup Lansia

1. Kesehatan Fisik
2. Psikologis
3. Hubungan Sosial
4. Lingkungan

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian


53

Pada proses penelitian Kerangka Konsep umunya adalah Bentuk

Kerangka dari setiap konsep yang akan diamati atau di ukur sesuai jenis

penelitian yang igin dilaksanakan. Kerangka Konsep suatu model

berpikir didalam proses penelitian yang dikembangkan sesuai kerangka

teori yang sudah diuraikan dalam tinjauan pustaka. ( Budiman 2013)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Interaksi sosial
Kualitas hidup

Media Sosial pada lansia

Variabel compounding
Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan
Status Ekonomi

Keterangan :

: variabel independen (variabel bebas)

: variabel dependen (variabel terikat)

: hubungan antara variable

B. Defenisi operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Ska


Operasional Uku
1 Interaksi Interaksi Kuisioner Kurang jika Nom
Sosial sosial adalah 1 : Tidak pernah skore : <
hubungan 2: kadang kadang nilai mien/
timbalbalik 3: Sering median
54

yang saling 4: Selalu


mempengaruhi Baik jika
antara skore
individu atau Kuisioner : ≥ nilai
manusia . 1 : Tidak mien/median
Media 2 : Ya Nom
2 sosial Media sosial
adalah suatu Kurang jika
alat skore : <
komunikasi nilai mien/
yang online
median
menggunakan
teknologi
Baik jika
berbasis
skore
jaringan
internet yang : ≥ nilai
mengubah mien/
pesan dan median
komunikasi
menjadi dialog
interraktif.
3 Kualitas Suatu kondisi Kuisioner Kurang jika Nom
Hidup atau keadaan 1:Sangat buruk skore : <
seseorang 2:Buruk nilai
yang 3:Biasa biasa saja mien/median
kompleks 4:Baik
mencakup 5:Sangat Baik Baik jika
kesehatan skore
fisik, status : ≥nilai
psikologi, mien/median
tingkat
kebebasan,
hubungan
sosial.

4 Usia Usia adalah Kuisioner 1: elderly Nom


keadaan 2: Old
sesorang yang
secara fisik
dan psikologis
sudah
mengalamin
penurunan
punsi atau
bertambahnya
umur sesorang
55

5 Jenis Kuisioner 1= laki laki Nom


Kelamin Pengolongan 2=
responden perempuan
yang terdiri
dari laki laki
dan
perempuan
Pendidikan Kuisioner Nom
6
Pendidikan 1: Pendidikan rendah SD s/d Kurang jika
adalah tingkat SMA skore : 1
jenjang 2: Pendidikan Diploma s/d
pengetahuan Sarjana Baik jika
yang dimiliki skore : 2
seseorang

7 Status Status Kuisioner Kurang jika Nom


Ekonomi Ekonomi 1:<Rp2700.000 : skore 1
adalah 2:>Rp2700.000
pendapatan Baik jika
yang dimiliki skore : 2
sesorang
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidup dari segi
pinasial

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan interaksi social dan Media Sosial dengan kualitas

hidup pada lansia

BAB IV
56

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Metode penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah

deskripstive Analitik dengan pendekatan cross sectional. Yang

bertujuan untuk mengetahui interaksi sosial dan media sosial dengan

kualitas hidup pada lansia di RW 02 Kelurahan Biring Romang,

Kecamatan Manggala.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut Soekadjo Notoatmodjo (2012) populasi adalah

keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Sedangkan

menurut Eko Budiarto (2012) menyatakan bahwa populasi adalah

kumpulan semua inddividu dalam satu kelas tertentu. Populasi

dalaam penelitian ini di Kelurahan Biring Romang RW 2 wilayah

kerja Puskesmas Bangkala yang akan di teliti oleh peneliti yaitu

populasi sebanyak 109 lansia

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini

random sampling dengan cara simple random sampling yaitu teknik

penetapan sampel sesuai dengan cara secra acak tamapa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiono, 2016).


57

peneliti mengambil sampel yang mewakili yaitu lanjut usia yang

tinggal di kelurahan Biring Romang RW 2 wilayah kerja puskesmas

bangkala yaitu 85 lansia.

Sampel ditentukan dengan rumus slovin :

Rumus :

n = N
1+ N ( d )2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat signifikan (0,05) ( dikutip dari Nursalam,2011)
f : Koreksi
n= N
1+ N (0,05)2
n = 109
1+ 109 (0,0025)
109
n =
1,2725
n = 85

untuk menghindari drop out kemudian hasil tersebut dihitung dengan


rumus N : n / (1- f)
Keterangan :
N : Besar sampel koreksi
n : Besar sampel awal
f : Perkiraan proporsi drop out sebesar 10 % sehingga
N = n / ( 1-f )
N = 85 / ( 1- 0,1 )
N = 85/ 0,9
N = 94
58

a. Kriteria inklusi

1. Lansia yang berada di RW 02 Kelurahan Biring Romang

Kecamatan Manggala, dengan usia > 60 Th.

2. Bersedia menjadi responden

3. Lanjut usia yang tidak sedang mengalami sakit berat, tuli,

kelainan psikologis, dan penurunan kesadaran

4. Lanjut Usia yang dapat membaca dan menulis

5. Lanjut Usia yang memiliki media sosial, TV, Radio, Hp, SMS,

dan Wa

b. Kriteria eksklusi

1. Tidak bersedia menjadi respoden

2. Tidak berada ditemapat pada saat dialakukan penelitian

C. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bangkala

RW 02 Kelurahan Biring Romang Kecamatan Manggala Kota

Makassar. Peneiliti tertarik melakukan penelitian diwilayah kerja

Puskesmas bangkala karena di tempat tersebut jumlah lansianya yang

paling banyak dan kurangnya partisipasi lansia dalam suatu kegiatan

program Puskesmas dan dari beberapa wawancara kepada lansia terkait

dengan interaksi sosial sesama lansia dan masyarakat sekitar itu sangat

kurang sehingga banyak lansia yang memiliki kualitas hidup yang

buruk.
59

D. Waktu Penelitian

Pengambilan data awal dan penelitian ini dilakukan pada bulan

Desember 2018 sampai dengan April 2019.

E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak instansi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini

kelurahan Bitoa setelah mendapatkan persetujuan barulah peneliti

dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara penelian

dengan responden penelitian dengan memberikan lembaran

persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan membeikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden.

2. Anonimity ( tanpa nama )

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan

subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama Responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan.
60

3. Confidentiality ( kerahasiaan )

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset

F. Alat Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan

adalah kuesioner pada kuesioner terdapat beberapa pertanyaan.

Instrumen dalam penelitian ini dalam melakukan pengumpulan data,

peneliti menggunakan Kuesioner. Alasan memilih instrumen tersebut

bahwa kuisioner merupakan metode yang tepat untuk mengetahui

hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia. Kuisioner

tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya. ( Sugiono, 2016).

1. Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya,

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan menghitung korelasi

antara masing-masing pertanyaan dengan skor total. Kriteria yang

digunakan untuk validitas dengan membandingkan nilai r hitung

dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka
61

butir pertanyaan tersebut dikatakan valid. Kuesioner sebelum

digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap 30 responden

selain responden yang akan dijadikan subyek penelitian. Uji coba ini

dilakukan terhadap 30 lansia di wilayah kerja Puskesmas Antang

Kec.Manggala Kota Makassar yang mempunyai karakteristik yang

sama dengan subyek penelitian.

Pertanyaan menggunakan kuesioner dan responden diminta untuk

mengisi kuesioner dengan pertanyaan yang sudah tersedia,

Kemudian mengkorelasikan pada masing-masing skor yang

diperoleh pada masing-masing item pertanyaan dengan skor total

menggunakan teknik korelasi product moment. Karena jumlah

responden sebanyak 30 orang maka penentuan nilai r tabelnya

adalah jumlah sampel dikurang 2 dengan taraf signifikan 5%

sehingga didapatkan r tabel yaitu 0,361. Dari hasil pengolahan data

dengan menggunakan program komputerisasi apabila ada soal yang

tidak valid maka akan dikeluarkan dan diganti dengan soal yang

lain. Soal yang valid dilanjutkan pada pengujian reliabilitas.

2. Uji Reliabilitas

Pengukuran Reliabilitas Kuesioner adalah kesamaan hasil

pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan tadi diukur

berkali-kali dengan waktu yang berlainan. Uji reabilitas dilakukan

untuk mengukur seberapa jauh responden memberikan jawaban


62

yang konsisten terhadap kuesioner yang diberikan. Asumsi dasar

metode ini adalah suatu alat tes memiliki reabilitas yang tinggi jika

digunakan pada waktu yang berbeda dan mendapatkan hasil yang

sama dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Kemudian

dianalisis, caranya adalah dengan membandingkan nilai r hasil

dengan nilai r table, dengan ketentuan bila r hasil > r table, maka

pertanyaannya tersebut realibel. Dari hasil uji reliabilitas di dapat

bahwa nilai r hasil > konstanta (0,6), maka semua pertanyaan sudah

reliable.

1. Kuesioner untuk menilai interaksi sosial yaitu sebanyak 20

nomor dan penentuan jawab menurut skala likert, dimana setiap

pernyataan di jawab tidak pernah diberi skore 1, Jarang diberi

skore 2, sering diberi skore 3, selalu diberi skore 4.

Untuk penetapan kategori dilakukan berdasarkan median, yaitu :

a. Skore terendah x jumlah pertanyaan : 1 x 20 = 20

b. Skore tertinggi x jumlah pertanyaan : 4 x 20 = 80

c. Nilai median diperoleh adalah : 80 : 2 = 40

Dengan kategori penilaian kurang (jika score jawaban < dari

nilai median) yaitu : skore < 40 dan baik (jika score jawaban >

dari nilai median) yaitu : skore ≥ 40 .

2. Kuesioner untuk menilai Media sosial yaitu sebanyak 10 nomor

dan penentuan jawab menurut skala likert, dimana setiap

pertayaan dijawab sanagat tidak setuju diberi skor 1, tidak


63

setuju diberi skor 2, setuju diberi skor 3 dan sangat setuju

diberi skor 4

a. Skore terendah x jumlah pertanyaan : 1 x 10 = 10

b. Skore tertinggi x jumlah pertanyaan : 4 x 10 = 40

c. Nilai median diperoleh adalah : ( 40 : 2 ) = 20

Dengan kategori penilaian kurang (jika score jawaban < dari

nilai median) yaitu : skore < 20 dan baik (jika score jawaban >

dari nilai median) yaitu : skore ≥ 20 .

3. Kuesioner untuk menilai kualitas hidup yaitu sebanyak 26

nomor dan penentuan jawab menurut skala likert, dimana setiap

pernyataan di jawab tidak pernah diberi score 1, kadang kadang

diberi score 2,sering diberi score 3,selalu diberi score 4.

a. Skore terendah x jumlah pertanyaan : 1 x 26 = 26

b. Skore tertinggi x jumlah pertanyaan : 4 x 26 =104

c. Nilai median diperoleh adalah : (104 : 2 ) = 52

Dengan kategori penilaian kurang (jika score jawaban < dari

nilai median) yaitu : skore < 52 dan baik (jika score jawaban >

dari nilai median) yaitu : skore ≥ 52.

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Persiapan

a. Prosedur Administratif

Mendapatkan surat keterangan telah lulus uji etik dari FIK UMJ dan
64

mendapatkan perijinan sah untuk melaksanakan penelitian

di Puskesmas Bangkala Kec manggala Kota Makassar Tahun

2019

b. Prosedur Teknis

Pengambilan responden dibantu oleh perawat puskesamas dan

kader Posyandu di RW 02 wilayah kerja Puskesmas

Bangkala Kec Manggala Kota Makassar dengan criteria inklusi

lansia yang tidak sedang mengalami sakit berat, tuli, kelainan

psikologis, dan penurunan kesadaran.

c. Mendapatkan secara tertulis kesediaan responden untuk

menjadi sampel, dengan menjelaskan terlebih dahulu maksud

dan tujuan penelitian yang akan dilakukan dan

menandatangani lembar informed concent. Memilih sesuai

kriteria inklusi dan meminta kesediaan responden untuk mengisi

Kuisioner.

2. Pelaksanaan

a. Memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi. Responden akan dipilih dengan teknik random sampling

dimana jumlah lansia yang berada di RW 02 akan dipilih secara

random di ambil beberapa lansia di setiap RT sejumlah 85 orang

lansia.

b. Meminta kesediaaan responden untuk menjadi sampel

(kelompok intervensi maupun kelompok kontrol), terlebih dahulu


65

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan menandatangani

lembar informed concent. Metode pengumpulan data merupakan

cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam

penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat

alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data dapat melalui tahap-tahap berikut:

1. Editing

Setelah kuesioner diisi kemudian dikumpulkan dalam bentuk data,

data tersebut dilakukan pengecekan data dan keseragaman data

dalam usaha melengkapi data yang masi kurang.

2. Coding

Dilakukan untuk mempermudahkan pengolahan data yaitu dengan

memberikan simbol untuk setiap jawaban responden.

3. Skoring

Adalah untuk pemberian skor penelitian setelah data terkumpul.

Setelah kuesioner dikumpulkan kemudian dilakukan pemberian skor

atau nilai data dengan bobot sesuai dengan yang telah diharapkan.

4. Tabulation

Masukan data kedalam SPSS Windows yang telah buat. Setelah itu

kemudian data ditabulasi sesuai dengan variabel yang diteliti dan

kebutuhan analisis untuk memudahkan proses pengolahan data. Data


66

dikelompokkan ke dalam suatu tabel meniru sifat-sifat yang dimiliki,

kenudian data dianalisa secara statistik.

I. Analisis Data

Analisa data yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian ini

menggunakan aplikasi statistik dalam penyajian data berupa :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan setiap variabel dan hasil penelitian

analisa ini menghasilkan distrubusi frekuesi dan persentase dari tiap

variabel yang diteliti.

2. Variabel biavariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel

bebas dan variabel terikat. Data yang diperoleh melalui kuesioner

selanjutnya dilakukan uji statistik chi squere. Analisa data dilakukan

dengan bantuan komputer dengan nilai batas kemaknaan ɑ = 0,05

yang artinya bila hasil uji statistik menunjukkan p < 0,05 maka Ha

diterimah sehinggah ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen yang diteliti dengan variabel dependen. Sedangkan bila

nilai p > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima sehingga tidak ada

hubungan yang bermakna antara variabel independen yang diteliti

dengan variabel dependen.

3. Analisa Multivariat
67

Analisa multivariate digunakan untuk menganalisis variable dalam

jumlah banyak untuk mencari pengaruhnya terhadap suatu objek

secara simultan.

Variabel Independen Variabel Dependen Uji Statistik

Interaksi Sosial Kualitas Hidup Chi squere

Media Sosial Kualiitas Hidup Chi squere

Interaksi Sosial dan Media Sosial Kualitas Hidup Regresi Logistik

A. Peneliti Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian


dan Tahun Penelitian
1 Nurrohma Kualitas Hidup
Anis Ika,
Lanjut Usia
Purwningsi,
Quality of
Bariyah
Khoridatul, Life Elderly
( 2012 )

Anda mungkin juga menyukai