Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN FRAKTUR ANTERBRACHII

DI RUANG SERUNI RSD dr. SOEBANDI JEMBER

HALIMATUS SAKDIYAH
14.401.16.035

PRODI D III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
GLENMORE – KRIKILAN - BANYUWANGI
2019
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna. Yang
dimaksud dengan antebrachii adalah batang (shaft) tulang radiusdan ulna.
Fraktur antebrachii merupakan suatu perpatahan pada lenganbawah yaitu pada
tulang radius dan ulna dimana kedua tulang tersebut mengalami pepatahan yaitu
bagian proksimal, medial,serta distal dari kedua corpus tulang tersebut.
(Andi, 2012)

2. Etiologi
a. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
paksa (misalnya benturan, pukulan, yang mengakibatkan patah tulang).
b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi
fraktur pada pergelangan tangan.
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri
rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari hal ini disebut dengan
frakturpatologis
d. Kekerasan akibat tarikan otot
pada tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiaran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya
dan penarikan.(Reksoprodo, 2010)

3. Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis fraktur adalahnyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan
secara rinci sebagai berikut:
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur
lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba)
ekstermitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstermitas
normal . ekstermitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot tergantung pada intergritasnya tulang tempatnya otot.
c. Pada fraktur panjang terjadi pemendekaan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm(1 sampai 2 inci)
d. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dimana
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lain. Uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur . tanda ini biasa terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cider.(Ningsih, 2012)

4. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan.tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang,maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembulu darah
serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang
rusak.pendarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbantuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi ,eksudasi plasma dan leukosit.dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan ulang nantinya
Fraktor – fraktor yang mempengaruhi:
a. Fraktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantug terhadap
besar, waktu dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
b. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang. (Sjamsuhidayat, 2010)
Pathway

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran Frakmen tulang Nyeri Akut

Perub jaringan sekitar Kerusakan frakmen tulang

Tek sumsum tulang


Pergeseran fragmen tulang Spame otot lebih tinggi dari kapiler

Deformitas Peningkatan tek kapiler Melepaskan katekolamin

Ggn fungsi ekstremitas Pelepasan histamin Metabolisme asam


lemak
Hambatan mobilitas fisik Protein plasma hilang Bergabung dg trombosit

Edema Emboli
Laserasi kulit

Penekanan pembuluh darah Menyumbat pembuluh


darah

Putus vena/arteri Kerusakan integritas Ketidakefektifan Perfusi


kulit resiko infeksi Jaringan Perifer
Perdarahan

Risiko Hipovolemia

(Sjamsuhidajat, 2010)
5. Klasifikasi Fraktur
a. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna
b. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna
c. Fraktur montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai dengan dislokasi sendi
radioulna proksimal
d. Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius
e. Fraktur galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi
radioulna distal
(Hoppnfield, 2011)

6. Komplikasi
Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Sindrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di
otot.yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan
hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakanpada
otot. Gejala gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka.
Rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen
,rasa sakit dengan perengangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia.
Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang
hasta (radius dan ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini
terjadi ketika gelembung +gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan
mengelilingi jaringan yang rusak.gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi
dan dapat menyebabkan oklusi pada pembulu + pembulu darah pulmonary yang
menyebabkan sukar benafas , gejala dari sindrom emboli lemak mancakup
dypnea, perubahan dalam setatus mental (gaduh,gelisah,marah,bingung,
suport)demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi di mulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya pada kasus fraktur terbuka, tapi juga bisa karena penggunaan bahan lain
dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya
Volkman’s Ischmia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ketulang
kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu
kepala dan lehar)
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur
g. osteomyelitis
osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang cukup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa exogenus (infeksi masuk dari luar tubuh ) atau hematogenous
(infeksi yang berasal dari dalam tubuh) .
komplikasi dalam waktu lama:
1. Delayed union (penyatuan tertunda)
Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan suplai darah ketulang
2. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa, kadang –
kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang
dapat yang menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilitas ,
interposisi jaringan lunak, pemisah lebar dari fragmen contohnya patela
dan bersifat patologis
3. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas,angulasi dan pergeseran
(Ningsih, 2011)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), No MR, umur, pekerjaan,
agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk
RS, penanggung jawab (Muttaqin, 2011).
b) Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama pasien
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
bisa akut bisa kronis : Nyeri, Kelainan bentuk/pembengkokan,
Kekakuan/kelemahan(Ningsih, 2012)
2. Alasan masuk rumah sakit
Mengalami pendarahan fraktur anterbrachii, merasakan nyeri, ada
pembengkakan, terdapat krepitus dan perubahan bentuk tubuh.
(Ningsih, 2012)
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan untuk menentukan penyebab dari fraktur yang
dapat membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap pasien berupa
kronologi terjadinya penyakit (Ningsih, 2013).
c) Riwayat kesehatan terdahulu
1. Riyawat penyakit sebelumnya
Tanyakan pada pasien sebelumnya pernah mengalami
kecelakaan,mempunyai penyakit diabetes yang luka pada tangan sangat
beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik.(Ningsih, 2013)
2. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga berhubungan dengan penyakit tulang adalah salah satu
faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang cenderung diturunkan
secara genetik.(Ningsih, 2013)
d) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah
 Kesadaran : composmentis
 Tanda – tanda vital
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Suhu : 38.8ºC
- Respirsi : 20 x/menit
- Nadi : 80/menit
2. Head to toe
a. Kepala dan leher
1) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, simetris, tidak ada penonjolan,tidak ada
nyeri kepala.(Muttaqin,2011)
2) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva, tidak anemis, ( karena tidak
terjadi pendarahan.(Muttaqin, 2011)
3) Hidung
Tidak ada deformitas,tidak ada pernapasan cuping hidung.(Muttaqin,
2011)
4) Mulut
Tidak ada pembesaran tongsil, gusi tidak ada pendarahan, mukosa
mulut tidak pucat.(Muttaqin, 2011)
5) Telinga
Tes bisik atau wiber dalam keadaan normal, tidak ada lesi atau nyeri
tekan.(Muttaqin, 2011)
6) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.(Muttaqin, 2011)
b. Dada
1) Paru-paru
- Inspeksi : pernapasan regular atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yeng berhubungan dengan paru.
- Palpasi : pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama .
- Perkusi : sonor, tidak ada redup atau suara tambahan lainnya.
- Auskultasi : suara napas normal, tidak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.(Ningsih, 2012)
2) Jantung
- Inspeksi : tidak tampak iktus jantung
- Palpasi : nadi meningkat, iktus teraba di ics 2 dan 3.
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal.(Ningsih, 2012)
c. Payudara dan ketiak
Bersih, tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat luka,
simetris(Ningsih, 2012)
d. Abdomen
- Inspeksi : bentuk datar, simetreis,tidak asites
- Auskultasi : peristaltic usus biasanya normal 5-12 x/menit
- Palpasi : tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan, hepar
tidak teraba.
- Perkusi : suara timpani.(Reksoprodo, 2010)
e. Genetalia
Bersih, tidak ada massa, tidak terdapat luka, tidak ada nyeri tekan, pasien
mngetahui kalau dia laki-laki/perempuan.(Rosyidi, 2013)
f. Ektremitaas, kulit dan kuku
Atas : terdapat luka jejas pada tangan pasien, terdapat pepatahan
tulang antebrachii di area radius dan ulna, adanya nyeri.

Bawah : simetris, tidak teraba massa. Tidak ada luka, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada masalah atau gangguan pada ekstermitas
bawah.(Rosyidi, 2013)
3. Fungsi gordon
a. Pola persepsi
Pada fraktur akan timbul ketakutan akan terjadi kecacatan pada dirinya
harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari
– harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit c, dan lainya untuk
membantu proses penyembuhan tulang.

c. Pola eliminasi
Untuk kasus fraktur antebrachii tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga di kaji frekuensi ,konsistensi,warba serta
bau pada pola eliminasi alvi, sedangkan pada pola eliminasi dikaji pada
frekuensi, warna bau dan jumlah
d. Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan
oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
e. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan/gangguan akibat dari fraktur
anerbrachii sehingga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh
perawat/keluarga.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena terjadi perubahan pada
dirinya, pasien takut cacat seumur hidup/tidak dapat bekerja.
g. Pola sensori kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedang pada pola kognitif
atau cara berfikir pasien tidak mengalami gangguan.
h. Pola hubungan peran
Terjadinya perubahan peran yang dapat menganggu hubungan
interpersonal yaitu pasien meras tidak berguna lagi dan menarki diri.
i. Pola penanggulangan stress
Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stress dan biasanya
masalah dipendam sendiri/dirungdingakan dengan keluarga.
j. Pola reproduksi seksual
Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka akan
mengalami pola seksual dan reproduksi, jika pasien belum berkeluarga
pasien tidak akan mengalami gangguan.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien minta
perlindungan/mendekatkan diri dengan Allah SWT.(Reksoprodo, 2010)

4. Pemeriksaan Penunjang
a. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk pepatahan atau keadaan tulang
yang cedera.
b. Bone scan, tomogram, atau MRI scans
c. Arteriogram:dilakukan apabila ada kerusakan vaskuler
d. CCT kalau banyak kerusakan otot
e. Pemeriksaan darah lengkap: leukosit turun/meningkat,eritrositdan
albumin turun, hb, hematokrit sering randahakibat pendarahan, laju
rndapdarah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas,
pada masa penyembuhan ca meningkat beban kreatinnin untuk ginjal,
profil kongulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
multiple atau cedera.(Rosyidin, 2013)

5. Penatalaksanaan

Ada empat utama penanganan fraktur adalah untuk menghilangkanrasa


nyeri, nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena fraktur sendiri namun
karena terbuka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk
mengurangi nyeri tersebut dapat diberikan obat penghilang nyeri dan juga
dengan teknik imobilitas (tidak mengerakan daerah yang fraktur). Teknik
imobilasi dapat dicapai dengan cara memasang bidai atau gips.
a. Pembidaian:benda keras yang ditempatkan didaerah sekeliling
tulang
b. Pemasangan gips :merupakan bahan kuat yang dibungkus disekitar
tulang pepatahan. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh
sesuai dengan bentuk tubuh.indikasi dilakukan pemasangan gips
adalah:immobilisasidan penyangga fraktur, koreksi
deformitas,membuat cetakantubuh orthotik
c. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu
lama. Untuk itu diperlukan lagi teknik yang lebih mantap seperti
transi kontinyu,fiksasi eksternal,atau fiksasi internaltergantung dari
jenis fraktur sendiri (Muttaqin, 2011)
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Agen inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Mengeluh nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
Kondisi klinis terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedere traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom coroner akut
5) Glaucoma (PPNI, 2017)
b. Kerusakan integritas kulit
Definisi : kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane
mukosa, kornea, facia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi atau
ligamen)
Penyebab :
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status nutrisi
3) Kekurangan/kelebihan volume cairan
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia iritatif
6) Suhu lingkungan yang ekstrim
7) Faktor mekanis
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Kerusakan jaringan atau lapisan kulit
Gejala dan tanda minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Nyeri
2) Perdarahan
3) Kemerahan
4) Hematoma
Kondisi klinis terkait
1) Imobilisasi
2) Gagal jantung kongestiv
3) Gagal ginjal
4) Diabetes mellitus
5) Imunodefiensi (mis. AIDS) (PPNI, 2017)
c. Gangguan mobilitas fisik
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri
Penyebab
1) kerusakan integritas struktur tulang
2) perubahan metabolisme
3) ketidakbugaran fisik
4) penurunan kendali otot
5) penurunan kekuatan otot
6) kekakuan sendi
7) kontraktur
8) gangguan musculoskeletal
9) gangguan neuromuscular
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif
1) Kekuatan otot menurun
2) Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak
Objektif
1) Sendi kaku
2) Gerakan tidak terkoordinasi
3) Gerakan terbatas
4) Fisik lemah
Kondisi klinis terkait
1) Strok
2) Cidera medulla spninalis
3) Trauma
4) Fraktur
5) Osteoarthritis (PPNI, 2017)
3. Intervensi keperawatan
a. Nyeri Akut
1) Tujuan
Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan indikator sebagai berikut
( sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu).
2) Kriteria evaluasi
- Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual secara efektif untuk
mencapai kenyamanan
- Mempertahankan tingkat nyeri pada .... atau kurang (dengan skala 0-10).
- Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
- Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
memodifikasi faktor tersebut
- Melaporkan nyeri kepada penyedia kesehatan
- Menggunkana tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan analgesik
secara tepat
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan utama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
b) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
(0= tidak ada nyeri/ketidaknyamanan, 10=nyeri hebat)
c) Gunakan bagian alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesik
dan kemungkinan efek sampingnya.
d) Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri/
respon pasien
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a) Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien, obat khusus yang harus
diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
intraksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut (
misalnya, pembatasan aktifitas fisik, pembatasan diet), dan nama orang
yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
b) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak tercapai.
c) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
d) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik, narkotik atau apioit (resiko
ketergantungan atau over dosis)
Aktifitas kolaboratif
a) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal
(misalnya, setiap 4 jam selama 36 jam atau PCA).(Wilkinson, 2015, hal.
296-298)

b. Kerusakan integritas kulit


1) Tujuan

a) Menunjukkan integritas jaringan : kulit dan membran mukosa, yang di


buktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak ada gangguan): Suhu, elastesitas, hidrasi dan
sensasi, Perfusi jaringan, Keuuhan kulit
b) Menunjukkan penyembuhan luka : primer, yang di buktikan oleh indikator
berikut (sebutkam 1-5 : tidak ada, sedikit, sedang, banyak, atau sangat
banyak): Penyatuan kulit, Penyatuan ujung luka, Pembentukan jaringan
parut
c) Menunjukkan penyembuhan luka: primer, yang dibuktikan oleh indikator
berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak
ada gangguan): Eritema kulit sekitar, Luka berbau busuk
d) Menunjukkan penyembuhan luka sekunder, yang di buktikan oleh indikator
berikut(sebutkan 1-5 : tidak ada, sedikit, sedang, banyak, atau sangat
banyak): Granulasi, Pembentukan jaringan parut, Penyusutan luka

Kriteria hasil

a) Pasien dan keluarga menunjukkan rutinitas perawatan kulit atau perawatan


luka yang optimal
b) Drainase purulen (atau lainnya) atau bau luka minimal
c) Tidak ada lepuh atau maserasi pada kulit
d) Nekrosis, selumur, lubang, perluasaan luka ke jaringan di bawah kulit, atau
pembentukan saluran sinus berkurang atau tidak/
e) Eritema kulit dan aretema di sekitar luka minimal

Aktivitas kolaboratif

a) Pengkajian
- Kaji fungsi alat alat, seperti alat penurun tekanan, meliputi kasur
udara statis, terapi low-air loss, terapi udara yang di cairkan, dan
kasur air
- Perawatan area imsisi (NIC)
Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan, atau tanda tanda dehisensi
atau efiserasi pada area insisi
- Perawan luka (NIC) :
Inspeksi luka pada seyiap mengganti balutan kaji karakteristik luka,
meliputi drainase, warna, ukuran, dan bau
Kaji luka terhadap karakteristik berikut : Lokasi, luas, dan kedalam
adanya, dan karakter eksudat, termasuk kekentalan, warna, dan bau,
ada atau tidaknya granulasi atau epitelialisasi , ada atau tidaknya
jaringan nekrotik, deskripsikan warna, bau, dan banyaknya, ada atau
tidaknya tanda tanda infeksi luka setempat (misalnya, nyeri saat
palpasi, edema, pruritus, indurasi, hngat, bau busuk, eskar, dan
eksudat)
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

Ajarkan perawatan luka insisi pembedahan termasuk tanda dan gejala


infeksi, cara mempertahankan luka insisi tetap kering saat mandi dan
mengurangi penekanan pada insisi tersebut.
Aktivitas kolaboratif

- Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral,


kalori, dan vitamin.
- Konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian makanan dan
nutrisi enteral atau parenteral untuk meningkatkan potensi penyembuhan
luka.
- Perawatan luka (NIC): gunakan unit TENS (trans-cutaneous electrical
nerve stimulation) untuk peningkatan proses penyembuhan luka jika perlu
Aktivitas lain

- Evaluasi tindakan pengobatan atau pembalutan topikal yang dapat meliputi


balutan hidrokoloid, balutan hidrofilik, balutan absorben dan sebagainya
- Lakukan perawatan luka atau perawatan kulit secara rutin yang dapat
meliputi tindakan berikut: Ubah dan atur posisi pasien secara sering,
pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan kelembapan yang
berlebihanLindungi pasien dari kontaminasi feses atau urine (Wilkinson,
2016 hal 397)

c. Hambatan Mobilitas Fisik

1) Tujuan : Memperlihatkan mobilitas, yang dibuktikan oleh indikator


berikut (sebutkan 1 – 5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau
tidak mengalami gangguan):
a) Keseimbangan
b) Koordiansi
c) Performa posisi tubuh
d) Pergerakan sendi dan otot
e) Berjalan
f) Bergerak dengan mudah
Aktivitas keperawatan
a) Kaji kenutuhan terhadap bantuan pelayan kesehatan dirumah dan
kebutuhan terhadap peraltan pengobatan yang tahan lama
b) Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas (
misalnya, tongkat, walker, kruk, atau kursu roda)
c) Ajarkan dan bantu pasien berpindah ( misalnya dari tempat tidur ke
kursi)
d) Rujuk keahli terapi fisik untuk program latihan
e) Berikan penguatan positif selama aktivitas
Penyuluhan
a) Ajarkan dan dukung pasien dalam latiha ROM aktif atau pasif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahan otot
b) Intruksikan dan dukung pasien untuk mengguanak trapeze atau
pemberat untuk meningkatkan serta mempertahankan kekuatan
ekstermitas atas
c) Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman
d) Intruksikan pasien untuk menyangga berat badannya
e) Intruksikan pasien untuk memperhatikan kesejararan tubuhnya
dengan benar
Aktifitas Kolaboratif
a) Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mepertahankan atau
mengembalikan mobilitas sendi dan otot
b) Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai sumber dalam
perencanaan aktivitas perawatan pasien
c) Dukung pasien dan keluarga untuk memandan keterbatasan dengan
realistis
d) Berikan penguatan positif selama aktivitas
e) Berikan analgesik sebelum memulai latihan fisik
(Wilkinson, 2016, hal. 267-269)
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction


Hoppnfield. (2011). Treatment and Rehabilitation of Fractures. Jakarta: EGC.
Muttaqin. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan persyarafan. jkarta: Salmba Medika.
Ningsih, L. N. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klin dengan Gangguan System
Muskuloskeleta. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Reksoprodo. (2010). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Bagian Ilmu Bedah . Jakarta: Fakultas
Kdoktran UI.
Rosyidi. (2013). Muskuloskeletal. Jakarta: Trans Info Media.
Sjamsuhidajat. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakrta : EGC.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai