HALIMATUS SAKDIYAH
14.401.16.035
2. Etiologi
a. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
paksa (misalnya benturan, pukulan, yang mengakibatkan patah tulang).
b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi
fraktur pada pergelangan tangan.
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri
rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari hal ini disebut dengan
frakturpatologis
d. Kekerasan akibat tarikan otot
pada tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiaran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya
dan penarikan.(Reksoprodo, 2010)
4. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan.tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang,maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembulu darah
serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang
rusak.pendarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbantuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi ,eksudasi plasma dan leukosit.dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan ulang nantinya
Fraktor – fraktor yang mempengaruhi:
a. Fraktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantug terhadap
besar, waktu dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
b. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang. (Sjamsuhidayat, 2010)
Pathway
Fraktur
Edema Emboli
Laserasi kulit
Risiko Hipovolemia
(Sjamsuhidajat, 2010)
5. Klasifikasi Fraktur
a. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna
b. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna
c. Fraktur montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai dengan dislokasi sendi
radioulna proksimal
d. Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius
e. Fraktur galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi
radioulna distal
(Hoppnfield, 2011)
6. Komplikasi
Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Sindrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di
otot.yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan
hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakanpada
otot. Gejala gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka.
Rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen
,rasa sakit dengan perengangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia.
Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang
hasta (radius dan ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini
terjadi ketika gelembung +gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan
mengelilingi jaringan yang rusak.gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi
dan dapat menyebabkan oklusi pada pembulu + pembulu darah pulmonary yang
menyebabkan sukar benafas , gejala dari sindrom emboli lemak mancakup
dypnea, perubahan dalam setatus mental (gaduh,gelisah,marah,bingung,
suport)demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi di mulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya pada kasus fraktur terbuka, tapi juga bisa karena penggunaan bahan lain
dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya
Volkman’s Ischmia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ketulang
kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu
kepala dan lehar)
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur
g. osteomyelitis
osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang cukup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa exogenus (infeksi masuk dari luar tubuh ) atau hematogenous
(infeksi yang berasal dari dalam tubuh) .
komplikasi dalam waktu lama:
1. Delayed union (penyatuan tertunda)
Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan suplai darah ketulang
2. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa, kadang –
kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang
dapat yang menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilitas ,
interposisi jaringan lunak, pemisah lebar dari fragmen contohnya patela
dan bersifat patologis
3. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas,angulasi dan pergeseran
(Ningsih, 2011)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), No MR, umur, pekerjaan,
agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk
RS, penanggung jawab (Muttaqin, 2011).
b) Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama pasien
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
bisa akut bisa kronis : Nyeri, Kelainan bentuk/pembengkokan,
Kekakuan/kelemahan(Ningsih, 2012)
2. Alasan masuk rumah sakit
Mengalami pendarahan fraktur anterbrachii, merasakan nyeri, ada
pembengkakan, terdapat krepitus dan perubahan bentuk tubuh.
(Ningsih, 2012)
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan untuk menentukan penyebab dari fraktur yang
dapat membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap pasien berupa
kronologi terjadinya penyakit (Ningsih, 2013).
c) Riwayat kesehatan terdahulu
1. Riyawat penyakit sebelumnya
Tanyakan pada pasien sebelumnya pernah mengalami
kecelakaan,mempunyai penyakit diabetes yang luka pada tangan sangat
beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik.(Ningsih, 2013)
2. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga berhubungan dengan penyakit tulang adalah salah satu
faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang cenderung diturunkan
secara genetik.(Ningsih, 2013)
d) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : composmentis
Tanda – tanda vital
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Suhu : 38.8ºC
- Respirsi : 20 x/menit
- Nadi : 80/menit
2. Head to toe
a. Kepala dan leher
1) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, simetris, tidak ada penonjolan,tidak ada
nyeri kepala.(Muttaqin,2011)
2) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva, tidak anemis, ( karena tidak
terjadi pendarahan.(Muttaqin, 2011)
3) Hidung
Tidak ada deformitas,tidak ada pernapasan cuping hidung.(Muttaqin,
2011)
4) Mulut
Tidak ada pembesaran tongsil, gusi tidak ada pendarahan, mukosa
mulut tidak pucat.(Muttaqin, 2011)
5) Telinga
Tes bisik atau wiber dalam keadaan normal, tidak ada lesi atau nyeri
tekan.(Muttaqin, 2011)
6) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.(Muttaqin, 2011)
b. Dada
1) Paru-paru
- Inspeksi : pernapasan regular atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yeng berhubungan dengan paru.
- Palpasi : pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama .
- Perkusi : sonor, tidak ada redup atau suara tambahan lainnya.
- Auskultasi : suara napas normal, tidak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.(Ningsih, 2012)
2) Jantung
- Inspeksi : tidak tampak iktus jantung
- Palpasi : nadi meningkat, iktus teraba di ics 2 dan 3.
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal.(Ningsih, 2012)
c. Payudara dan ketiak
Bersih, tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat luka,
simetris(Ningsih, 2012)
d. Abdomen
- Inspeksi : bentuk datar, simetreis,tidak asites
- Auskultasi : peristaltic usus biasanya normal 5-12 x/menit
- Palpasi : tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan, hepar
tidak teraba.
- Perkusi : suara timpani.(Reksoprodo, 2010)
e. Genetalia
Bersih, tidak ada massa, tidak terdapat luka, tidak ada nyeri tekan, pasien
mngetahui kalau dia laki-laki/perempuan.(Rosyidi, 2013)
f. Ektremitaas, kulit dan kuku
Atas : terdapat luka jejas pada tangan pasien, terdapat pepatahan
tulang antebrachii di area radius dan ulna, adanya nyeri.
Bawah : simetris, tidak teraba massa. Tidak ada luka, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada masalah atau gangguan pada ekstermitas
bawah.(Rosyidi, 2013)
3. Fungsi gordon
a. Pola persepsi
Pada fraktur akan timbul ketakutan akan terjadi kecacatan pada dirinya
harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari
– harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit c, dan lainya untuk
membantu proses penyembuhan tulang.
c. Pola eliminasi
Untuk kasus fraktur antebrachii tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga di kaji frekuensi ,konsistensi,warba serta
bau pada pola eliminasi alvi, sedangkan pada pola eliminasi dikaji pada
frekuensi, warna bau dan jumlah
d. Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan
oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
e. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan/gangguan akibat dari fraktur
anerbrachii sehingga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh
perawat/keluarga.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena terjadi perubahan pada
dirinya, pasien takut cacat seumur hidup/tidak dapat bekerja.
g. Pola sensori kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedang pada pola kognitif
atau cara berfikir pasien tidak mengalami gangguan.
h. Pola hubungan peran
Terjadinya perubahan peran yang dapat menganggu hubungan
interpersonal yaitu pasien meras tidak berguna lagi dan menarki diri.
i. Pola penanggulangan stress
Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stress dan biasanya
masalah dipendam sendiri/dirungdingakan dengan keluarga.
j. Pola reproduksi seksual
Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka akan
mengalami pola seksual dan reproduksi, jika pasien belum berkeluarga
pasien tidak akan mengalami gangguan.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien minta
perlindungan/mendekatkan diri dengan Allah SWT.(Reksoprodo, 2010)
4. Pemeriksaan Penunjang
a. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk pepatahan atau keadaan tulang
yang cedera.
b. Bone scan, tomogram, atau MRI scans
c. Arteriogram:dilakukan apabila ada kerusakan vaskuler
d. CCT kalau banyak kerusakan otot
e. Pemeriksaan darah lengkap: leukosit turun/meningkat,eritrositdan
albumin turun, hb, hematokrit sering randahakibat pendarahan, laju
rndapdarah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas,
pada masa penyembuhan ca meningkat beban kreatinnin untuk ginjal,
profil kongulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
multiple atau cedera.(Rosyidin, 2013)
5. Penatalaksanaan
Kriteria hasil
Aktivitas kolaboratif
a) Pengkajian
- Kaji fungsi alat alat, seperti alat penurun tekanan, meliputi kasur
udara statis, terapi low-air loss, terapi udara yang di cairkan, dan
kasur air
- Perawatan area imsisi (NIC)
Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan, atau tanda tanda dehisensi
atau efiserasi pada area insisi
- Perawan luka (NIC) :
Inspeksi luka pada seyiap mengganti balutan kaji karakteristik luka,
meliputi drainase, warna, ukuran, dan bau
Kaji luka terhadap karakteristik berikut : Lokasi, luas, dan kedalam
adanya, dan karakter eksudat, termasuk kekentalan, warna, dan bau,
ada atau tidaknya granulasi atau epitelialisasi , ada atau tidaknya
jaringan nekrotik, deskripsikan warna, bau, dan banyaknya, ada atau
tidaknya tanda tanda infeksi luka setempat (misalnya, nyeri saat
palpasi, edema, pruritus, indurasi, hngat, bau busuk, eskar, dan
eksudat)
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga