ANTIINFLAMASI
Anggota Kelompok 4
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Fitoterapi yang berjudul
“ANTIINFLAMASI”. Makalah tersebut disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah
Fitoterapi di Program Studi Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis
Padang. Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebesar besarnya kepada Ibu
Dr. Eka Fitrianda, M.farm, Aptyang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta
kelemahan dalam menyusun makalah ini. Demikian akhir kata, bukan pujian yang kami
harapkan melainkan kritik dan saran guna memperbaiki makalah ini. Akhirnya kami
ucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Inflamasi.
2. Untuk mengetahui patofisiologi Inflamasi.
3. Untuk mengetahui gejala Inflamasi.
4. Untuk mengetahui pilihan fitoterapi apa saja yang dapat digunakan untuk
Inflamasi. Meliputi etiologi dan kandungan kimia tanaman ,dosis dan
keamanan , mekanisme ,cara penggunaan, dan KIE.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Inflamasi
a. Pengertian
Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh
cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau
mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu.
Inflamasi dibagi dalam 3 fase, yaitu inflamasi akut (respon awal terhadap
cidera jaringan), respon imun (pengaktifan sejumlah sel yang mampu menimbulkan
kekebalan untuk merespon organisme asing), dan inflamasi kronis. Proses inflamasi
akut dan inflamasi kronis ini melibatkan sel leukosit polimorfonuklear sedangkan
sel leukosit mononuklear lebih berperan pada proses inflamasi imunologis.
Terjadinya inflamasi akut dalam tubuh meliputi proses berikut ini:
1. Perubahan vaskularisasi yang didahului vasokonstriksi, sementara
sebagai responsterhadap cedera, diikuti dengan vasodilatasi dan peningkatan
aliran darah ke daerahyang mengalami cedera (mengakibarkan kalor/panas dan
rubor/merah).
2. Pelepasan histamin dari sel mast yang menyebabkan peningkatan
permebilitas kapilermemungkinkan cairan yang kaya protein keluar ke jaringan dan
masuk ke area cedera/eksudasi, sehingga mengakibatkan tumor/bengkak dan
dolor/nyeri.
3. Perubahan fase selular meliputi marginasi leukosit di sepanjang kapiler
karena alirandarah melambat, kemudian leukosit migrasi keluar pembuluh darah
dan tertarik ke areaperadangan (diapedesis).
b. Patofisiologis
Inflamasi adalah salah suatu respon terhadap cedera jaringan ataupun
infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan homeostasis
tubuh akibat adanya agen atau senyawa asing yang masuk. Proses inflamasi
dimediatori oleh histamin, prostaglandin, eicosanoid, leukotrien, sitokin, nitrit
oksida, dan lain-lain. Menurut Roman (2009), proses terjadinya inflamasi dimulai
dengan kerusakan jaringan akibat stimulus yang menyebabkan pecahnya sel mast
diikuti denganpelepasan mediator inflamasi, dilanjutkan dengan terjadinya
vasodilatasi yang kemudian menyebabkan migrasi sel leukosit.
Inflamasi dibagi menjadi dua, yaitu inflamasi akut dan kronis. Pada
inflamasi akut terjadi dalam waktu yang lebih singkat yang melibatkan sistem
vaskular lokal, sistem imun dan beberapa sel. Tanda-tanda paling khas yang
menandakan adanya inflamasi adalah kemerahan (rubor), panas(kalor), nyeri
(dolor), bengkak (tumor) dan disertai dengan perubahan fungsi lokal. Sedangkan
pada inflamasi kronis berlangsung pada waktu yang lebih lama (beberapa bulan
bahkan bertahun).Pada inflamasi kronis melibatkansel darah putih terutama pada
sel mononuklear pada prosesnya.
c. Gejala/Manifestasi Klinik
a. Sambiloto(Andrographispaniculata)
I. Sambiloto(Andrographispaniculata)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhanberpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkanbiji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhanberbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkepingdua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographispaniculata Nees
Sinonim : Justiciapaniculata Burm., Justicialatebrosa Russ.
I. Kandungan
Lakton, flavonoid, andrographolide , 14-deoksi-11,12-
didehydroandrographiside, andrographidine E, andrographidine D,
dandeoxyandrographolide
II. Mekanisme
Senyawa aktif 14-deoksi-11,12-didehydro andrographiside, andrographidine
E, andrographidine D, dan deoxyandrographolide senyawa memiliki COX-2
aktivitas penghambatan untuk waktu pertama. Hasil COX-2 inhibitor assay
menunjukkan bahwa senyawa andrographidine E memiliki IC 50 dari 19 μ M,
COX-2 aktivitas penghambatan untuk di waktu pertama. Dan masing-masing ligan
bias mengikat residu asam amino beberapa COX-2 berdasarkan senyawa 14-
deoksi-11,12-didehydro andrographidine dan deoxyandrographolide memiliki IC
50 dari > 200 μ M. Dan masing-masing ligan bias mengikat resid uasam amino
beberapa COX-2 berdasarkan docking molekular. Akhirnya, dikombinasikan
dengan farmakologi jaringan, ligan ini dapat mengerahkan anti-inflamasi effEcts
melalui tiga jalur yang terkait dengan COX-2, metabolism asam arakidonat, sintesis
prostaglandin, dan reseptor ligan prostanoid.
III. KIE
Indikasi : anti-inflamasi, Anti-oksidan, Anti-bakteri, Anti-virus, Antitumor,
Anti-malaria, Hipoglikemik, Imunostimulan, Hepatoprotektif,
Gastroprotektif, Cardioprotective.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Subdivisi: Angiospermae
Kelas: Monocotyledonae
Ordo: Zingiberales
Famili: Zingiberaceae
Genus: Curcuma
Nama binomial
Curcuma xanthorrhiza
Roxb.
I. Kandungan
Temulawak mengandung senyawa kurkuminoid, yang paling
spesifik flavanoid
II. Mekanisme
Temulawak adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang sudah
dibuktikan dapat mengobati berbagai penyakit salah satunya mengobati
keradangan (inflamasi). Sifat anti inflamasi dari temulawak karena
kandungan flavonoidanya dalam minyak atsiri. Mekanisme kerja flavonoida
adalah penghambatan Cox sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG
tidak terjadi. Diduga Cox yang dihambat adalah Cox-II sehingga temulawak
mengatasi inflamasi (dalam penelitian ini mengurangi jumlah lesi yang
menimbulkan perdarahan lambung) tetapi tidak mengganggu fungsi PG
yang lain terutama yang melindungi mukosa lambung. Sehingga dengan
berkurangnya perdarahan lambung diharapkan dapat mengurangi ulkus
peptikum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dekok temulawak dapat
mengurangi perdarahan lambung.
III. KIE
Dosis : Menurut hasil penelitian terdahulu, dosis dekok temulawak yang
bersifat anti inflamasi adalah 2,6 g/kgBB Hasil penelitian inilah yang
mendasari penggunaan 3 dosis dekok temulawak yaitu 1,3 g/kgBB,
2,6 g/kgBB, dan 5,2 g/kg
IV. Cara PengolahanSecara Tradisional
1. Pilihlah temulawak yang segar kemudian diiris tipis-tipis kemudian jemur
dibawah panas matahari sampai benar-benar kering.
2. Setelah kering, ambillah 5-6 lembar irisan temulawak tersebut, serta
siapkan air bersih untuk rebusan sebanyak 2 gelas dengan ukuran sekitar
200ml, dan panci stainless steel (bukan panci alumunium).
3. Rebuslah irisan temulawak tersebut diatas api besar. Setelah mendidih
kecilkan api dan biarkan hingga air rebusan tersebut tersisa kira-kira 1
gelas.
4. Setelah air tersisa kira-kira 1 gelas, tuangkan air ke dalam gelas, setelah
dingin bisa langsung dikonsumsi.
c. Tanaman Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.)
I. Deskripsi Tanaman Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.)
Nama lain dari rimpang temu putih diantaranya adalah Curcuma zerumbet
Roxb., Costus nigricans Blanco, Amomum zedoaria Berg., Roscoea lutea Hassk.
Nama simplisianya adalah Zedoariae Rhizoma.
I. Kandungan
IV. KIE
Indikasi: kunyit putih dapat memberikan efek aintiinflamasi
Dosis: dosis untuk memberikan efek anti inflamasi adalah 900 mg/kgBB
mg/kg BB.
V. Cara Pengolahan Secara Tradisional
Siapkan 10 gram kunyit putih dan 3 sendok makan madu murni. Parut
kunyit putih dan peras airnya ke dalam gelas. Setelah itu, tuan gkan madu ke air
perasan kunyit tersebut dan minumlah sebanyak 2 kali sehari.
2.4 Produk Herbal Antiinflamasi
1. Temu Lawak
2. Kunyit Putih
3. Sambiloto
Deskripsi Produk :
Sambiloto tumbuh tegak, batangnya berkayu dan rasanya pahit.Bagian yang
dimanfaatkan daunnya yang sangat berkhasiat meningkatkan kekebalan tubuh,
antibiotik, anti inflamasi, menurunkan panas, anti bakteri, anti radang saluran
pernapasan, meridian jantung dan paru-paru.
Kandungan Kimia Tumbuhan: Lakton dan flavonoid
Khasiat :
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Sebagai anti radang saluran pernapasan
- Menurunkan panas dan sebagai antibiotik
Aturan Minum :
Seduh dengan air panas 1 sachet untuk 200 ml (1 gelas)
Untuk pengobatan minum 3 kali sehari setelah makan
Untuk menajaga kesehatan minum 2 kali sehari pagi dan menjelang tidur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh
cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan,
mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun
jaringan yang cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, P.N.L., Minarti, dan L.B.S. Kardono. 2000. Evaluasi bahan bioaktif
berpotensi antioksidan dari ekstrakmetanol beberapa rimpang-rimpangan.
Prosiding Seminar Nasional XVII Tumbuhan Obat Indonesia, Bandung, 23-
30 Maret 2000.
Syamsuhidayat, S.S dan Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia,
edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta