Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FITOTERAPI

ANTIINFLAMASI

Dosen: Dr. Eka Fitrianda, M.farm, Apt

Anggota Kelompok 4

Santi Oktavia 29 05 025

Evi Febriani 29 05 026

Desi Murti 29 05 027

Frizka Khairunnisa 29 05 028

Cynthia Hardyanti 29 05 029

Rahmi Hayati 29 05 030

Deno Faizal 29 05 031

Andika Permana 29 05 032

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Fitoterapi yang berjudul
“ANTIINFLAMASI”. Makalah tersebut disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah
Fitoterapi di Program Studi Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis
Padang. Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebesar besarnya kepada Ibu
Dr. Eka Fitrianda, M.farm, Aptyang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta
kelemahan dalam menyusun makalah ini. Demikian akhir kata, bukan pujian yang kami
harapkan melainkan kritik dan saran guna memperbaiki makalah ini. Akhirnya kami
ucapkan terima kasih.

Padang, Juli 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dikenal memiliki kekayaan tumbuhan obat yang sangat
bervariasijenisnya, mulai dari tanaman perdu atau tanaman keras atau tanaman liar
yangterdapat di hutan belantara atau pegunungan sampai tanaman yang
dibudidayakan diperuntukan sebagai obat. Tumbuhan tersebut tersebar di seluruh
wilayah Indonesia dansetiap propinsi memiliki keanekaragaman hayati yang dapat
digunakan sebagaialternatif pengobatan.
Inflamasi banyak dijumpai di masyarakat sehingga pemakaian obat-obat
antiinflamasi dari hari kehari terus meningkat. Pengobatan antiinflamasi
mempunyai dua tujuan utama. Pertama, meringankan rasa nyeri yang sering
merupakan gejala awal yang terlihat dan kedua, memperlambat atau membatasi
proses perusakan jaringan. Obat-obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) dan
kortikosteroid sama-sama memiliki kemampuan untuk menekan tanda-tanda dan
gejala-gejala inflamasi, namun kedua golongan obat ini yang biasanya digunakan
dalam pengobatan inflamasi seringkali menimbulkan efek yang merugikan dan
berbahaya seperti kerusakan gastrointestinal, nefrotoksik dan hepatotoksik.
Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh
cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi baik
agen pencedera maupun jaringan yang cedera.Inflamasi ditandai dengan kemerahan
(rubor), panas (color), nyeri (dolor), bengkak (tumor), dan fuctio laesa.
Mengingat banyaknya tanaman obat yang ada di Indonesia, sebagian
masyarakat memanfaatkannya untuk mengobati penyakit atau kelainan yang timbul
pada tubuh selama hidupnya, baik ketika masih bayi, kanak-kanak, maupun setelah
dewasa. Untuk mengatasi radang, dapat memanfaatkan berbagai macam tanaman
yang mempunyai efek antiinflamasi, misalnya Daun Kirinyuh (Chromolaena
odorata(L) R.M King & H. Rob), Jahe (Zingiber officinale) dan Daun Sirsak
(Annona muricata Linn.)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Inflamasi ?
2. Bagaimana patofisiologi Inflamasi ?
3. Apa saja gejala Inflamasi ?
4. Apa saja pilihan fitoterapi yang dapat digunakan untuk Inflamasi? Meliputi
etiologi dan kandungan kimia tanaman ,dosis dan keamanan , mekanisme ,cara
penggunaan, dan KIE.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Inflamasi.
2. Untuk mengetahui patofisiologi Inflamasi.
3. Untuk mengetahui gejala Inflamasi.
4. Untuk mengetahui pilihan fitoterapi apa saja yang dapat digunakan untuk
Inflamasi. Meliputi etiologi dan kandungan kimia tanaman ,dosis dan
keamanan , mekanisme ,cara penggunaan, dan KIE.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Inflamasi
a. Pengertian
Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh
cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau
mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu.
Inflamasi dibagi dalam 3 fase, yaitu inflamasi akut (respon awal terhadap
cidera jaringan), respon imun (pengaktifan sejumlah sel yang mampu menimbulkan
kekebalan untuk merespon organisme asing), dan inflamasi kronis. Proses inflamasi
akut dan inflamasi kronis ini melibatkan sel leukosit polimorfonuklear sedangkan
sel leukosit mononuklear lebih berperan pada proses inflamasi imunologis.
Terjadinya inflamasi akut dalam tubuh meliputi proses berikut ini:
1. Perubahan vaskularisasi yang didahului vasokonstriksi, sementara
sebagai responsterhadap cedera, diikuti dengan vasodilatasi dan peningkatan
aliran darah ke daerahyang mengalami cedera (mengakibarkan kalor/panas dan
rubor/merah).
2. Pelepasan histamin dari sel mast yang menyebabkan peningkatan
permebilitas kapilermemungkinkan cairan yang kaya protein keluar ke jaringan dan
masuk ke area cedera/eksudasi, sehingga mengakibatkan tumor/bengkak dan
dolor/nyeri.
3. Perubahan fase selular meliputi marginasi leukosit di sepanjang kapiler
karena alirandarah melambat, kemudian leukosit migrasi keluar pembuluh darah
dan tertarik ke areaperadangan (diapedesis).
b. Patofisiologis
Inflamasi adalah salah suatu respon terhadap cedera jaringan ataupun
infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan homeostasis
tubuh akibat adanya agen atau senyawa asing yang masuk. Proses inflamasi
dimediatori oleh histamin, prostaglandin, eicosanoid, leukotrien, sitokin, nitrit
oksida, dan lain-lain. Menurut Roman (2009), proses terjadinya inflamasi dimulai
dengan kerusakan jaringan akibat stimulus yang menyebabkan pecahnya sel mast
diikuti denganpelepasan mediator inflamasi, dilanjutkan dengan terjadinya
vasodilatasi yang kemudian menyebabkan migrasi sel leukosit.

Inflamasi dibagi menjadi dua, yaitu inflamasi akut dan kronis. Pada
inflamasi akut terjadi dalam waktu yang lebih singkat yang melibatkan sistem
vaskular lokal, sistem imun dan beberapa sel. Tanda-tanda paling khas yang
menandakan adanya inflamasi adalah kemerahan (rubor), panas(kalor), nyeri
(dolor), bengkak (tumor) dan disertai dengan perubahan fungsi lokal. Sedangkan
pada inflamasi kronis berlangsung pada waktu yang lebih lama (beberapa bulan
bahkan bertahun).Pada inflamasi kronis melibatkansel darah putih terutama pada
sel mononuklear pada prosesnya.
c. Gejala/Manifestasi Klinik

Tanda dan Gejala terjadinya suatu inflamasi ialah :

a) Rubor (kemerahan), terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah


berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh
(kimia, prostaglandin, histamin).
b) Tumor (pembengkakan), merupakan tahap kedua dari inflamasi, plasma
merembes ke dalam jaringan intestinal pada tempat cidera. Kinin mendilatasi
asteriol, meningkatna permeabilitas kapiler.
c) Kolor (panas), dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan
darah atau mungkin karena pirogen yaitu substansi yang menimbulkan demam,
yang mengganggu pusat pengaturan panas pada hipotalamus.

d) Dolor (nyeri), disebabkanpembengkakan padapelepasan mediator-mediator


kimia.
e) Functio Laesa (hilangya fungsi), disebabkan oleh penumpukan cairan pada
cidera jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada
daerah yang terkena.

Salah satu faktor penyebab terjadinya inflamasi adalah produk yang


dihasilkan dari metabolisme asam arakhidonat.Asam arakhidonat merupakan
suatu asam lemak tak jenuh ganda dengan 20 atom karbon. Asam arakhidonat
dilepaskan oleh fosfolipid melalui fosfolipase sel yang telah diaktifkan oleh
rangsang mekanik, kimiawi, atau fisik. Proses metabolisme asam arakhidonat
terjadi melalui dua jalur utama, yaitu siklooksigenase dengan menyintesis
prostaglandin juga tromboksan dan lipooksigenase yang menyintesis leukotrien
dan lipoksin.

2.2. Anti Inflamasi


Agen antiinflamasi adalah senyawa atau obat yang digunakan untuk
menangani penyakit yang diakibatkan inflamasi. Beberapa dari obat golongan ini
memiliki mekanisme aksi yang berbeda. Obat antiinflamasi yang paling banyak
dipakai adalah antiinflamasi golongan NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory
drug), obat ini memiliki tiga aksi utama yaitusebagai antiinflamasi, antipiretik,
dan analgesik bekerja dengan cara menghambat pembentukan enzim COX yang
kemudian menghambat terbentuknya prostaglandin.

Gambar 3.Mekanisme tebentuknya asam arakidonat


Prostaglandin merupakan salah satu mediator nyeri dan inflamasi yang
juga memiliki peran sebagai vasodilator.Contoh dari obat golongan ini adalah
ibuprofen, aspirin, diklofenak, dan piroksikam. Obat lain yang biasa digunakan
sebagai antiinflamasi adalah anti histamin yang menghambat pelepasan senyawa
histamin yang merupakan mediator inflamasi dari sel mast dan golongan
kortikosteroid yang bekerja dengan penghambatan fosfolipase dimana enzim ini
akan menghasilkan asam arakidonat yang selanjutnya juga akan menghasilkan
prostaglandin sebagai mediator inflamasi. Contoh obat golongan kortikosteroid
yakni deksametason, prednison, prednisolon, dan betametason.
2.3. Pilihan terapi

a. Sambiloto(Andrographispaniculata)
I. Sambiloto(Andrographispaniculata)

Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhanberpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkanbiji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhanberbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkepingdua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographispaniculata Nees
Sinonim : Justiciapaniculata Burm., Justicialatebrosa Russ.

I. Kandungan
Lakton, flavonoid, andrographolide , 14-deoksi-11,12-
didehydroandrographiside, andrographidine E, andrographidine D,
dandeoxyandrographolide

II. Mekanisme
Senyawa aktif 14-deoksi-11,12-didehydro andrographiside, andrographidine
E, andrographidine D, dan deoxyandrographolide senyawa memiliki COX-2
aktivitas penghambatan untuk waktu pertama. Hasil COX-2 inhibitor assay
menunjukkan bahwa senyawa andrographidine E memiliki IC 50 dari 19 μ M,
COX-2 aktivitas penghambatan untuk di waktu pertama. Dan masing-masing ligan
bias mengikat residu asam amino beberapa COX-2 berdasarkan senyawa 14-
deoksi-11,12-didehydro andrographidine dan deoxyandrographolide memiliki IC
50 dari > 200 μ M. Dan masing-masing ligan bias mengikat resid uasam amino
beberapa COX-2 berdasarkan docking molekular. Akhirnya, dikombinasikan
dengan farmakologi jaringan, ligan ini dapat mengerahkan anti-inflamasi effEcts
melalui tiga jalur yang terkait dengan COX-2, metabolism asam arakidonat, sintesis
prostaglandin, dan reseptor ligan prostanoid.

III. KIE
Indikasi : anti-inflamasi, Anti-oksidan, Anti-bakteri, Anti-virus, Antitumor,
Anti-malaria, Hipoglikemik, Imunostimulan, Hepatoprotektif,
Gastroprotektif, Cardioprotective.

Dosis : ekstrak AH diencerkan dengan PBS ke 135 μ L pada fi Konsentrasi


nal dari 5mg / mL, maka dicampur dengan 15 μ L aktif atau
terdenaturasi rekombinan manusia COX-2 ( ≥ 70% 5mg / mL, ,
ditentukan oleh SDSPAGE) bu ff solusi er, masing-masing
IV. Cara Pengolahan Secara Tradisional
Daun sambiloto segar sebanyak satu genggam (30 gram) ditumbuk rata
kemudian ditambahkan air matang setengah cangkir (110 mL), saring
kemudian minum sekaligus. Atau bias juga menggunakan bahan kering
sebanyak 3 gram direbus dan diminum 2 kali sehari sebelum makan.
b. TEMULAWAK (Curcuma zanthorrhiza)
I. TEMULAWAK (Curcuma zanthorrhiza)

Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Subdivisi: Angiospermae

Kelas: Monocotyledonae

Ordo: Zingiberales

Famili: Zingiberaceae

Genus: Curcuma

Spesies: Curcuma xanthorrhiza

Nama binomial

Curcuma xanthorrhiza
Roxb.

I. Kandungan
Temulawak mengandung senyawa kurkuminoid, yang paling
spesifik flavanoid
II. Mekanisme
Temulawak adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang sudah
dibuktikan dapat mengobati berbagai penyakit salah satunya mengobati
keradangan (inflamasi). Sifat anti inflamasi dari temulawak karena
kandungan flavonoidanya dalam minyak atsiri. Mekanisme kerja flavonoida
adalah penghambatan Cox sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG
tidak terjadi. Diduga Cox yang dihambat adalah Cox-II sehingga temulawak
mengatasi inflamasi (dalam penelitian ini mengurangi jumlah lesi yang
menimbulkan perdarahan lambung) tetapi tidak mengganggu fungsi PG
yang lain terutama yang melindungi mukosa lambung. Sehingga dengan
berkurangnya perdarahan lambung diharapkan dapat mengurangi ulkus
peptikum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dekok temulawak dapat
mengurangi perdarahan lambung.
III. KIE
Dosis : Menurut hasil penelitian terdahulu, dosis dekok temulawak yang
bersifat anti inflamasi adalah 2,6 g/kgBB Hasil penelitian inilah yang
mendasari penggunaan 3 dosis dekok temulawak yaitu 1,3 g/kgBB,
2,6 g/kgBB, dan 5,2 g/kg
IV. Cara PengolahanSecara Tradisional
1. Pilihlah temulawak yang segar kemudian diiris tipis-tipis kemudian jemur
dibawah panas matahari sampai benar-benar kering.
2. Setelah kering, ambillah 5-6 lembar irisan temulawak tersebut, serta
siapkan air bersih untuk rebusan sebanyak 2 gelas dengan ukuran sekitar
200ml, dan panci stainless steel (bukan panci alumunium).
3. Rebuslah irisan temulawak tersebut diatas api besar. Setelah mendidih
kecilkan api dan biarkan hingga air rebusan tersebut tersisa kira-kira 1
gelas.
4. Setelah air tersisa kira-kira 1 gelas, tuangkan air ke dalam gelas, setelah
dingin bisa langsung dikonsumsi.
c. Tanaman Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.)
I. Deskripsi Tanaman Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.)

Nama lain dari rimpang temu putih diantaranya adalah Curcuma zerumbet
Roxb., Costus nigricans Blanco, Amomum zedoaria Berg., Roscoea lutea Hassk.
Nama simplisianya adalah Zedoariae Rhizoma.

Klasifikasi tanaman kunyit putih adalah sebagai berikut :


Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberalis
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe

I. Kandungan

Rimpang temu putih mengandung zat warna kuning kurkumin


(diarilheptanoid), selain itu juga komponen minyak atsiri dari rimpang temu putih
terdiri dari turunan guaian (kurkumol, kurkumenol, isokurkumenol, prokur-
kumenol, kurkumadiol) dan turunan germakran
II. Mekanisme
Kunyit putih merupakan tanaman rimpang yang berasal dari family
Zingiberaceae, umumnya dikenal sebagai keluarga jahe.Kunyit putih (Curcuma
zedoaria) merupakan tumbuhan yang berasal dari Himalaya, India dan tersebar
di negara-negara Asia, tumbuh liar di Sumatera, juga ditemukan di Jawa Timur
dan Jawa Barat.Berdasarkan penelitian, kunyit putih ini memiliki banyak
manfaat. Banisalam (2011) melaporkan bahwa terdapat aktivitas anti bakterial
dari tanaman kunyit putih dalam melawan empat bakteri, dua bakteri gram
negatif (Escherichia coli danPseudomonas aeruginosa) dan dua bakteri gram
positif (Bacillus cereus danStaphylococcus aureus). Kandungan zat aktif yang
berperan sebagai antiinflamasi pada kunyit putih adalah zat curcumin dengan
menurunkan aktivitas cyclooxygenas2(COX-2), lipoxygenase dan menghambat
produksi sitokin seperti TNF-α, interleukin (IL).
III. Cara penggunaan
Digunakan secara per oral ekstrak etanol kunyit putih yang paling efektif untuk
menurunkan respon inflamasi adalah ekstrak etanol kunyit putih dengan dosis 900
mg/kgBB.

IV. KIE
Indikasi: kunyit putih dapat memberikan efek aintiinflamasi
Dosis: dosis untuk memberikan efek anti inflamasi adalah 900 mg/kgBB
mg/kg BB.
V. Cara Pengolahan Secara Tradisional
Siapkan 10 gram kunyit putih dan 3 sendok makan madu murni. Parut
kunyit putih dan peras airnya ke dalam gelas. Setelah itu, tuan gkan madu ke air
perasan kunyit tersebut dan minumlah sebanyak 2 kali sehari.
2.4 Produk Herbal Antiinflamasi

1. Temu Lawak

Temu lawak (Curcuma xanthorhiza L.) adalah tanaman obat-obatan yang


tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae).Yang dimanfaatkan dari tanaman
ini sebagai obat tradisional adalah rimpangnya.Temu lawak banyak digunakan untuk
dibuat jamu godog. Rimpangnya mengandung 48-59,64 %, zat tepung/pati, 1,6-2,2 %
kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri. Untuk kemudahan bagi para pencinta
produk-produk herbal alami, Al Ghuroba’ telah membuat Temu lawak dalam bentuk
instan. Dibuat secara higienis dan sesuai dengan standar Keamanan Pangan
Departemen Kesehatan dan POM RI, hanya menggunakan pemanis gula kristal
murni, tanpa adanya tambahan bahan-bahan kimia apapun, baik pemanis, pewarna,
maupun pengawet buatan, sehingga aman dikonsumsi.

Nama Produk : TEMU LAWAK


Komposisi : Temu lawak dan pemanis gula kristal murni
Kandungan Kimia tumbuhan: kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak,
selulosa, dan mineral.
Kontra Indikasi : Tidak Cocok untuk penderita diabetes
Khasiat Temu lawak :
 Sebagai anti inflamasi (radang) dan anti kolesterol
 Sebagai Hepatoprotektor (melindungi hati, mencegah dan menyembuhkan
Hepatitis)
 Mengatasi sembelit (sulit buang air besar)
 Sebagai anti inflamasi (radang) dan anti kolesterol
 Sebagai antioksidan, penambah nafsu makan, serta mengatasi Anemia.
 Membantu kerja ginjal dan melancarkan pengeluaran air kencing.
Aturan Minum :
 Seduh dengan air panas 1 sachet untuk 200 ml (1 gelas)
 Untuk pengobatan minum 3 kali sehari setelah makan

2. Kunyit Putih

Kemasan Instan DOS


Aturan pakai : 1-3 kali sehari 1-2 kapsul
Komposisi : Curcuma mangga Rhizoma
Kandungan Kimia Tumbuhan : kurkumonoid dan minyak atsiri
Manfaat : Anti kanker, anti inflamasi (anti radang) , obat ambeien, anti radang
tenggorokan, sariawan, analgetika (menghilangkan rasa sakit) , melancarkan dan
menormalkan haid, melancarkan peredaran darah, menghilangkan gumpalan,
menghilangkan kembung, menghilangkan keputihan, melancarkan pencernakan.

3. Sambiloto

Deskripsi Produk :
Sambiloto tumbuh tegak, batangnya berkayu dan rasanya pahit.Bagian yang
dimanfaatkan daunnya yang sangat berkhasiat meningkatkan kekebalan tubuh,
antibiotik, anti inflamasi, menurunkan panas, anti bakteri, anti radang saluran
pernapasan, meridian jantung dan paru-paru.
Kandungan Kimia Tumbuhan: Lakton dan flavonoid
Khasiat :
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Sebagai anti radang saluran pernapasan
- Menurunkan panas dan sebagai antibiotik
Aturan Minum :
 Seduh dengan air panas 1 sachet untuk 200 ml (1 gelas)
 Untuk pengobatan minum 3 kali sehari setelah makan
 Untuk menajaga kesehatan minum 2 kali sehari pagi dan menjelang tidur.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh
cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan,
mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun
jaringan yang cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, P.N.L., Minarti, dan L.B.S. Kardono. 2000. Evaluasi bahan bioaktif
berpotensi antioksidan dari ekstrakmetanol beberapa rimpang-rimpangan.
Prosiding Seminar Nasional XVII Tumbuhan Obat Indonesia, Bandung, 23-
30 Maret 2000.

Flora of North America Editorial Committee, 2016.Flora of North America North of


Mexico. St. Louis, Missouri and Cambridge, Massachusetts, USA: Missouri
Botanical Garden and Harvard University
Herbaria. Http://www.efloras.org/flora_page.aspx?Flora_id=1

Inya-agha,S.I., Oguntimein, B.O., Sofowora.A., & Benjamin, V.T.


(1987).Phytochemical and antibacterial studies on the essential oil of
eupatorium odoratum. International JournalCrude Drug Research, 25, (1),
49-52.

Inya-agha, S.I., Oguntimein, B.O., Sofowora.A., & Benjamin, V.T.


(1987).Phytochemical and antibacterial studies on the essential oil of
eupatorium odoratum. International Journal Crude Drug Research, 25, (1),
4952

Kaufman, S. 2016. Zingiber officinale (ginger).


Https://www.cabi.org/isc/datasheet/57537 [Diakses pada 1 Oktober 2018].

Lantz, R. C., G. J. Chen, M. Sarihan, A. M. Sólyom, S. D. Jolad, dan B. N.


Timmermann. 2007. The effect of extracts from ginger rhizome on inflammatory
mediator production. Phytomedicine. 14(2–3):123–128.

Randall, R. P., 2012. A global compendium of weeds., In: A global compendium of


weeds. Department of Agriculture and Food Western Australia. 1124 pp..
Http://www.agric.wa.gov.au.
Sutarno H, Hadad EA, Brink M, 1999. Zingiber officinale Roscoe Record from
Proseabase. In: Guzman CC de, Siemonsma JS, Eds. Bogor, Indonesia:
PROSEA (Plant Resources of South-East Asia)
Foundation. Http://www.proseanet.org.

Syamsuhidayat, S.S dan Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia,
edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai