Sejak lahirnya ketetapan MPR RI Nomor 11 / MPR / 1978, tentang Pedoman Penghayatan
dan Pengalaman Pancasila (P-4), P-4 tersebut kemudian menjadi salah satu sumber pokok materi
pendidikan Pancasila. Diperkuat dengan Tap MPR RI Nomor 11/ MPR/ 1988 tentang GBHN.
Dirjen Dikti, dalam rangka menyempurnakan kurikulum inti Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU) menerbitkan Sk, Nomor 25/ DIKTI / KEP/ 1985. Dampak dari beberapa kebijakan
pemerintah tentang pelaksanaan penataran P-4, terdapat beberapa perguruan tinggi terutama
perguruan tinggi swasta yang tidak mampu menyelenggarakan penataran P-4 pola 100 jam
sehingga tetap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan pancasila tanpa penataran P-4 pola 45
jam. Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan yang memperkokoh keberadaan dan
menyempurnakan penyelenggaraan mata kuliah pendidikan pancasila, yaitu :
1. Sk Dirjen Dikti, Nomor 232/ U/ 2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi.
2. Sk Dirjen Dikti, Nomor 265/ Dikti/ 2000, tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).
3. Sk Dirjen Dikti, Nomor 38/ Dikti/ kep/ 2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Tantangan ialah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah Pendidikan Pancasila dapat
diselenggarakan diberbagai program studi dengan menarik dan efektif. Tantangan ini berasal dari
perguruan tinggi, misalnya factor ketersediaan sumber daya. Adapun tantangan yang bersifat
eksternal, untuk memahami dinamika dan tantangan Pancasila pada era globalisasi.
Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 tahun 2003, pasal 3 menegaskan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan merupakan
alternatif terbaik dalam melakuakn sosial secara damai. Setiap warga Negara sesuai dengan
kemampuan dan tingkat pendidikannya memiliki pengetahuan, pemahaman, penghayatan,
penghargaan, dan pola pengamalan Pancasila. Contoh urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu
program studi, misalnya yang terkait dengan tugas menyusun atau membentuk peraturan
perundang-undangan. Orang yang bertugas untuk melaksanakan hal tersebut, harus mempunyai
pengetahuam, pengertian, pemahaman, penghayatan dan pola pengalaman yang lebih baik
daripada warga Negara yang lain karena merekalah yang menentukan kebujakan untuk
negaranya. Begitu pula dengan mahasiswa yang lulusan prodi perpajakan dituntut memiliki
berkomitmen dan bertujuan agar dapat memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan kewajiban
perpajakan tempat kerja secara baik dan benar.
Demikian bahwa keberadaan pendidikan Pancasila merupakan suatu program studi di perguruan
tinggi. Oleh karena itu, menjadi keharusan Pancasila disebarluaskan secara benar, antara lain
melalui mata kuliah di perguruan tinggi. Karena mahasiswa sebagai bentuk perubahan muda
dimasa depan yang akan menjadi pembangunan dan pemimpin bangsa dalam setiap tingkatan
lembaga-lembaga di Negara, lembaga daerah dan sebagainya. Dengan demikian, pemahaman
nilai-nilai Pancasila dikalangan mahasiswa amat penting, yang berprofesi sebagai pengusaha,
pegawai swasta,pegawai pemerintah, dan sebagainya. Semua masyarakat mempunyai peran
penting terhadap kejayaan bangsa di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Afia Lestari.2017. Argumen Dinamikan dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan
https://afialestariblog.wordpress.com/2017/10/22/artikel-membangun-argumen-tentang-dinamika-
dan-tantangan-pendidikan-pancasila/. Diakses tanggal 25 Agustus 2017 19.18 WIB