Anda di halaman 1dari 11

UNI EROPA DALAM MENANGANI

KRISIS EKONOMI YUNANI

Mata kuliah Perkembangan Uni Eropa dan Peranan Prancis

Disusun oleh :

Annisa Florencia Irena (1706061736)

Farah Salsabila (1706073326)

Keisya Nandianda Putri (1706073396)

Shabrina Nesya (1706073414)

Universitas Indonesia
Depok
2019
PENDAHULUAN

Yunani merupakan negara Mediteranian pertama yang bergabung dengan Uni Eropa.
Yunani mengajukan diri untuk bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1975, namun baru
pada tahun 1981, Yunani mendapatkan kanggotaan penuh dari Uni Eropa. Di saat pertama kali
mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Uni Eropa, Yunani merupakan negara
dengan angka korupsi yang tinggi, struktur administrasi publik yang tidak transparan, dan
memiliki pertumbuhan ekonomi yang lemah. Keinginan Yunani bergabung dengan Uni Eropa
memungkinkan datangnya dampak yang baik bagi Yunani terutama dalam hal perekonomian.
Sayangnya, sistem perekonomian Yunani masih belum bisa mengimbangi negara-negara
anggota Uni Eropa lainnya mengakibatkan dilakukannya penyeragaman mata uang Euro
terhadap Yunani. Namun, ketidaksiapan Yunani akan hal tersebut menyebabkan adanya
perputaran uang yang tidak seimbang antara Yunani dengan negara-negara tetangganya.

Puncak dari kericuhan ini adalah ketika perekonomian Yunani mengalami penurunan
draastis pada tahun 2008 yang kemudian disusul dengan krisis keuangan dunia. Pada 2013,
Yunani kembali mengalami krisis ekonomi karena banyaknya pengeluaran negara. Kemudian
pada tahun 2015, Yunani dinyatakan gagal membayar hutangnya kepada IMF sehingga pada
akhirnya, Yunani dilanda kebimbangan, yaitu antara tetap bertahan di Eurozone dan menerima
paket bantuan dana talangan beserta persyaratannya atau mengambil langkah keluar dari
Eurozone. Di satu sisi, Yunani sudah kehabisan dana di negaranya sendiri. Uni Eropa dan IMF
telah menawarkan bantuan dana talangan dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh Yunani,
namun pada akhirnya tawaran yang diberikan oleh Uni Eropa ini ditolak oleh Yunani.
PEMBAHASAN

Latar Belakang Terjadinya Krisis Ekonomi Yunani

Krisis ekonomi Yunani yang terjadi pada tahun 2008 ini merupakan akibat dari rentetan
pengambilan keputusan yang salah dari pemerintahan Yunani sejak masa awal bergabung
dengan Uni Eropa. Pada tahun 1974, invasi dari Turki menyebabkan Yunani berhasil lepas dari
pemerintahan militer Junta yang memberikan jalur bagi Yunani untuk menjadi negara
demokrasi. Pada tahun 1981, Yunani menjadi bagian dari European Economic Community
dibawah pemerintahan Perdana Menteri, Constantine Karamanlis. Pada saat itu, sebagai negara
ke-10 yang menjadi bagian dari EEC, Yunani memiliki keadaan ekonomi dan politik yang
tidak cukup stabil dibandingkan negara negara anggota EEC yang lainnya. Yunani pada masa
itu merupakan negara yang baru diberikan kemerdekaan oleh Inggris pada tahun 1960.

Perjanjian Roma pada tahun 1957 merupakan dasar dari keanggotaan Yunani, dimana
Perjanjian Roma ingin meningkatkan dan mempererat tingkat kerjasama antar negara anggota.
Peningkatkan kerjasama ekonomi diimpelementasikan dengan penyelarasan kebijakan
ekonomi setiap negara anggota, tujuannya adalah untuk menciptakan single economic area.
Kebijakan ekonomi yang dihasilkan dari Perjanjian Roma memudahkan transaksi antar negara
sehingga mendukung tujuan ekonomi setiap negara anggota tanpa menciptakan perlawanan
antar negara anggota. Perjanjian Roma adalah salah satu dasar dari pembentuk organisasi Uni
Eropa dan Perjanjian Maastricht. Sepanjang masa EEC, Yunani tidak mampu untuk menjadi
setara dengan negara anggota yang lain. Keanggotaan Yunani merupakan salah satu strategi
EEC untuk memperluas kekuatan organisasi, walaupun Yunani tidak memiliki kekuatan
Ekonomi yang cukup kuat, sehingga membutuhkan sokongan dari negara anggota lain untuk
beradaptasi menjadi negara anggota.

Perjanjian Maastricht pada tahun 1992 menghasilkan dan memberikan jalan bagi Eropa
untuk mempersatukan kekuatan ekonomi negara anggota. Salah satu titik berat dari
impelementasi perjanjian Maastricht adalah menjadikan Eropa sebagai organisasi dengan satu
mata uang, yang kemudian dinamai Euro. Single European Currency berhasil berjalan pada
tahun 1999 dengan kewajiban bagi tiap negara untuk beradapatasi dengan keadaan ekonomi
sesuai dengan ketentuan Uni Eropa. Pada masa ini Yunani masih tidak dapat memenuhi
ketentuan Uni Eropa, dengan tingkat inflasi yang tinggi serta keadaan ekonomi yang tidak
seimbang, Yunani tidak menjadi bagian dari Eurozone. Pada tahun 2001, Yunani berhasil
menjadi bagian dari Eurozone, keputusan Uni Eropa ini didasarkan oleh misi Organisasi untuk
memperkuat kekuatan politik. Yunani menjadi bagian dari Eurozone dengan defisit anggaran
sebanyak 3% dan hutang negara diatas 100% dari GDP.

Salah satu titik berat pengantar Yunani kepada krisis tahun 2008 adalah besarnya hutang
negara yang dihasilkan akibat penyelenggaraan Olympic Games yang menjadikan Yunani
sebagai tuan rumah pada tahun 2004. Penyelengaraan lomba ini mengalami pembengkakan
anggaran dua kali lipat dari rancangan anggaran yang ditetapkan, yang merupakan kegagalan
dari pemerintahan Yunani untuk memotong anggaran penyelenggaraan Olympic Games.

Krisis Ekonomi Yunani memuncak pada tahun 2008, hal ini diakibatkan oleh Kejatuhan
Pasar Gadai Amerika sehingga mempengerahi keadaaan ekonomi global. Salah satu yang
terkena dampak paling besar adalah Yunani yang memiliki beban dan tanggungan ekonomi
akibat implementasi kebijakan Eurozone yang prematur. Selain itu, krisis Ekonomi yang terjadi
pada tahun 2008 juga merupakan hasil dari permasalahan ekonomi dengan titik berat pada
hutang negara yang tidak kunjung terselesaikan serta tidak adanya penyelesaian dari
pemerintah untuk memperbaiki keadaaan ekonomi dan meninggalkan ketergantungan terhadap
peminjaman hutang dari negara lain.

Campur Tangan Uni Eropa Dalam Krisis Yunani

Uni Eropa terdiri dari 28 negara independen yang berkomitmen untuk mewujudkan suatu
perdamaian dan kemakmuran di wilayah bagian Eropa. Pada awalnya, Uni Eropa hanya
menawarkan kerjasama dalam perdagangan dan perekonomian saja kepada para negara
anggotanya, namun seiring berjalannya waktu, Uni Eropa menambahkan bentuk kerjasamanya
yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari warga negara anggota tersebut. Uni
Eropa mendorong kerjasama di antara warga-warga Eropa, mempromosikan kesatuan,
melestarikan keanekaragaman dan memastikan bahwa keputusan yang diambil mengutamakan
kepentingan dari warga Eropa sendiri.

Uni Eropa sendiri pun mengawasi para negara anggotanya melalui tiga lembaga utama,
yaitu Dewan Uni Eropa, Komisi Eropa, dan Parlemen Eropa yang saling memiliki hubungan
dalam pembentukan undang-undang Eropa yang berlaku di seluruh Uni Eropa. Mereka pun
menangani masalah-masalah yang dapat terjadi kepada semua negara anggota Uni Eropa
termasuk krisis ekonomi yang dialami oleh Yunani pada tahun 2008.

Pada masa krisis ekonominya, Yunani mengharapkan bantuan dari Uni Eropa untuk
meringankan beban yang ditanggung oleh negaranya. Jerman menghimbau Yunani untuk
mereformasi struktur keuangannya. Krisis Yunani adalah sinyal bahaya yang memperingatkan
negara-negara Uni Eropa lainnya yang bisa saja terlilit hutang dan terkena krisis. Namun,
Yunani membuat Uni Eropa khawatir akan standar yang ada di dalam negara mereka dapat
memicu hal-hal serupa pada negara anggota yang masuk di dalam wilayah Eurozone. Jika
terdapat negara anggota lain yang mempunyai jumlah hutang yang banyak, maka mereka tidak
akan mampu untuk mengatasinya akibat dari kondisi Yunani yang hampir default. Oleh karena
itu, negara Yunani digambarkan sebagai negara yang buruk karena ketidakmampuannya untuk
membayar hutang.

Pada 23 April 2010, Perdana Menteri Yunani meminta bantuan dana kepada Uni Eropa
untuk membayar hutang mereka. Hal ini membuat Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan
Eurogroup membuat mekanisme baru untuk bantuan pinjaman. Mereka memberikan Yunani
beberapa syarat yang harus dipenuhi agar Yunani dapat diberikan pinjaman. Syaratnya antara
lain yaitu pemangkasan gaji pada sektor publik, membekukan pensiun, dan menaikkan pajak
pada rokok, alkohol, dan bahan bakar. Pemerintah Yunani menyetujui syarat yang diberikan
ini, namun para pekerja di Yunani menyikapinya dengan kontra. Di antara tahun 2005 hingga
2009, bank-bank swasta Eropa telah berlomba-lomba memberikan pinjaman kepada
pemerintah Yunani. Pinjaman tersebut membengkak dari 80 milyar euro menjadi 140 milyar
euro dan dilakukan tanpa memperhitungkan kemampuan Yunani membayar kembali pinjaman
tersebut.

Pada bulan Mei 2010, para pemimpin Eropa dan IMF mengumumkan paket bantuan
untuk 3 tahun sebesar 110 milyar euro karena keadaan ekonomi di Yunani yang tidak stabil
ditakutkan akan menempatkan negara anggota Uni Eropa yang lain dalam bahaya dan
disepakati oleh menteri keuangan Eropa. Selain harus melakukan persyaratan yang diberikan,
Yunani harus melakukan program penghematan yang diuraikan Mei 2010 yang bertujuan
untuk mengurangi defisit anggaran pemerintah sebesar 11% hingga tahun 2013. Keputusan
pemerintah ini tentu mendapatkan penolakan keras dari rakyat Yunani bahkan hingga terjadi
demonstrasi besar-besaran di negara tersebut. Bail out dirancang untuk menutup kewajiban
pinjaman sampai 2013, dan sebagai timbal balik, Yunani harus memangkas defisit melalui
efisiensi besar-besaran. Dari sisi pendapatan dan pemasukan Yunani, pemerintah menaikkan
nilai tarif pajak, rata-rata dan meningkatkan pajak pada komoditas tertentu, seperti bahan
bakar, tembakau, dan alkohol. Pemerintah Yunani bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
tambahan melalui pemungutan pajak yang diperkuat dan persyaratan kontribusi yang lebih
tinggi untuk wajib pajak.

Bantuan ini diharapkan dapat mengamankan kondisi ekonomi Yunani dan


membahayakan ekonomi negara lain dikawasan Eurozone. Negara anggota Eurozone juga
memberikan kontribusinya berdasarkan rasionya di ECB untuk membantu krisis Yunani.
Pemberian bantuan tersebut memang sedikit menurunkan tingkat defisit Yunani, namun hal itu
tidak berlangsung lama. Pada 2012, defisit Yunani kembali mengalami kenaikan dan setelah
mengadakan pertemuan selama 13 jam, para menteri ekonomi Uni Eropa menyepakati bail out
kedua untuk Yunani sehingga total pinjaman Yunani mencapai 246 miliar euro. Pemberian
dana ini diberikan kepada Yunani dengan syarat utama, yaitu Yunani harus memangkas rasio
hutang hingga 120% dari keseluruhan GDP. Pemberian bail out kedua ini juga masih diikuti
dengan protes oleh rakyat yang turun kejalan memprotes kebijakan yang diambil oleh
pemerintah.

Yunani juga mendapatkan dana talangan oleh Troika, kreditor utama Yunani, yang di
mana sampai saat ini terdiri dari Bank Sentral Eropa (ECB), Komisi Eropa (EC), dan Dana
Moneter Internasional (IMF). Dana talangan ini diikuti dengan ketentuan yang wajib dilakukan
oleh Yunani. Ketentuan ini disebut “Memoranda”, yang meliputi privatisasi perusahaan negara
dan layanan publik, pemangkasan belanja publik, pengurangan tenaga kerja di sektor publik,
kenaikan pajak, pemotongan dana pensiun, penurunan upah minimum, pasar tenaga kerja yang
fleksibel, dan lain sebagainya. Namun, Memoranda ini diterapkan tanpa mendapatkan
persetujuan dari parlemen dan juga bertentangan dengan konstitusi Yunani.

Penerapan Memoranda ini bukanlah hal yang membawa Yunani keluar dari masalah
yang mereka hadapi. Ketentuan tersebut justru membawa bencana bagi rakyat Yunani. Sekitar
2,5 juta dari 11 juta rakyat Yunani hidup di bawah garis kemiskinan, tingkat pengangguran
mencapai 30%, sebanyak 18% dari penduduk kesulitan mengakses kebutuhan pangan mereka,
angka bunuh diri akibat tekanan ekonomi meningkat 35%, pengangguran di kalangan kaum
muda mencapai 60%, 300 ribu rumah tangga hidup tanpa listrik karena tidak sanggup membeli,
3 juta rakyat Yunani hidup tanpa asuransi kesehatan, dan lain sebagainya.
Uni Eropa dan Troika telah memberikan berbagai bantuan kepada Yunani namun
permasalahan ekonomi Yunani tak kunjung usai. Setelah mendapatkan berbagai pinjaman,
Yunani tetap tidak dapat menstabilkan perekonomian negaranya. Dengan itu, IMF menyatakan
bahwa Yunani gagal dalam membayar hutang sebesar 1,5 milliar euro kepada IMF. Hal ini
mengakibatkan hubungan antara Yunani dan IMF terputus.

Uni Eropa sebagai organisasi supra nasional bertanggung jawab atas stabilitas negara
para anggotanya. Uni Eropa beserta IMF pada akhirnya melakukan perundingan dengan
Yunani yang berakhir dengan keputusan Austerity Measures, yaitu langkah-langkah
penghematan untuk Yunani. Alasan utama diberikannya austerity measures adalah buruknya
pengelolaan keuangan Yunani. Berdasarkan Master Financial Assistance Facility Agreement
(MFFA) antara Yunani dan European Financial Stability Facility (EFSF), sebagai fasilitas
pinjaman yang diberikan untuk Yunani telah berakhir pada 31 Desember 2014, tetapi Yunani
belum dapat menyelesaikan second financial assistance-nya hingga akhir 2014. Hal tersebut
mengakibatkan Yunani untuk meminta perpanjangan waktu selama maksimal 2 bulan hingga
akhir Februari 2015, namun Yunani tetap gagal menyelesaikannya. Akhirnya, Yunani kembali
mendapat perpanjangan periode fasilitas pinjamannya hingga 30 Juni 2015.
KESIMPULAN

Krisis Yunani menunjukkan bahwa telah sekian lama Yunani memiliki perekonomian
yang kurang stabil dibanding dengan negara-negara sesama anggota Uni Eropa lainnya. Yunani
menjadi salah satu negara yang menggunakan mata uang tunggal Uni Eropa mulai tahun 2002.
Dengan terjadinya krisis keuangan global pada 2008, Yunani mulai merasakan dampak dari
pemborosan negaranya. Meskipun Yunani telah mendapatkan banyak bantuan dan program
peminjaman dana yang dirancang untuk mengakhiri krisis perekonomian yang dialaminya ini,
seperti oleh kreditor utama Yunani atau Troika, akan tetapi, bantuan-bantuan tersebut diiringi
dengan persyaratan yang pada akhirnya mengakibatkan terpuruknya Yunani karena
pemenuhan syarat-syarat tersebut menyulitkan negaranya.

Uni Eropa tidak tinggal diam dengan hal ini karena khawatir akan menimbulkan efek
domino terhadap negara-negara anggota Uni Eropa lainnya terutama yang tergolong lemah dan
memakai euro sebagai mata uang negaranya. Uni Eropa memberikan tawaran bantuan beserta
syarat yang harus dipenuhi Yunani sampai batas waktu tertentu, namun Yunani menolaknya.
Yunani tidak ingin menerima bantuan dari Uni Eropa beserta persyaratannya untuk
menyelesaikan pembayaran hutang kepada IMF yang sudah jatuh tempo karena menganggap
syarat yang diberikan bersama bantuan dianggap memberatkan. Pemerintah tidak ingin
membebani rakyatnya dengan syarat-syarat yang akan membuat rakyat semakin menderita,
sehingga referendum pun dilangsungkan pada 5 Juli 2015. Referendum ini juga dapat
memperkuat posisi Yunani dalam perundingan dengan Uni Eropa. Pada akhirnya,
diberlakukannya keputusan Austerity Measures untuk Yunani, akibat buruknya pengelolaan
keuangan Yunani.
DAFTAR PUSTAKA

George Provopulos “The Greek Economy and Banking System : Recents Developments and
Way Forward Special Conference Paper The Crisis in Euro Area , May 23-24, 2013.”
https://www.bankofgreece.gr/BogEkdoseis/SCP201314.pdf (diakses pada 25 Mei 2019,
pukul 21.30 WIB)

https://www.ahistoryofgreece.com/junta.htm (diakses pada 26 Mei 2019, pukul 22.00 WIB)

https://blogs.lse.ac.uk/europpblog/2014/11/25/the-argument-that-greece-was-granted-eec-
accession-prematurely-ignores-the-historical-context-in-which-the-decision-was-made/
(diakses pada 26 Mei 2019, pukul 22.30 WIB)

https://www.cnbc.com/2019/03/14/greece-financial-crisis-still-evokes-pain-and-fear-in-
athens.html (diakses pada 27 Mei 2019, pukul 14.35 WIB)

https://www.economist.com/the-economist-explains/2018/08/21/is-the-greek-financial-crisis-
over-at-last (diakses pada 27 Mei 2019, pukul 14.40 WIB)

https://www.cfr.org/timeline/greeces-debt-crisis-timeline ( diakses pada 27 Mei 2019, 14.50


WIB)

http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/4012869.stm (diakses pada 27 Mei 2019, 15.00 WIB)

https://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/?uri=legissum:l25022 (diakses pada 27 Mei


2019, 16.00 WIB)

https://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/?uri=LEGISSUM:xy0026 (diakses pada 27


Mei 2019, 16.10 WIB)

http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/1095783.stm (diakses pada 27 Mei 2019, 16.25 WIB)

http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/4007429.stm ( diakses pada 27 Mei 2019, 16.30 WIB)

http://news.bbc.co.uk/onthisday/hi/dates/stories/july/23/newsid_2515000/2515819.stm
(diakses pada 27 Mei 2019, 16.35 WIB)
Inas Hurriyah L. D. “Strategi Uni Eropa Terhadap Yunani Dalam Pemberian Austeriry
Measures Tahun 2015”. www.iisip.ac.id (diakses pada 26 Mei 2019, pukul 19.07 WIB)

https://www.nytimes.com/interactive/2016/business/international/greece-debt-crisis-
euro.html (diakses pada 26 Mei 2019, pukul 18.02 WIB)

https://www.bbc.com/news/business-13940431 ( diakses pada 26 Mei 2019, pukul 18.05


WIB)

https://www.bbc.com/news/business-33531845 (diakses pada 26 Mei 2019, pukul 18.12


WIB)

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150701101840-78-63507/imf-pastikan-yunani-
gagal-bayar-utang (diakses pada 26 Mei 2019, pukul 18.20 WIB)

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150701115330-134-63540/penjelasan-
singkat-soal-krisis-yunani (diakses pada 26 Mei 2019, pukul 18.52 WIB)

https://edition.cnn.com/2015/07/06/europe/greece-how-did-we-get-here/ (diakses pada 26


Mei 2019, pukul 17.23 WIB)

Anda mungkin juga menyukai