Universitas Indonesia
Depok
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya makalah yang berjudul “Bencana Longsor di Daerah Bogor” dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu untuk memenuhi tugas Problem Based
Learning-2 (PBL-2) dalam mata kuliah MPKT-B.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini membawa manfaat bagi
pembaca dalam meningkatkan ilmu pengetahuan.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN MUKA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dan makhluk hidup lainnya memiliki peran yang sangat besar dalam
pengelolaan lingkungan, yaitu untuk membentuk lingkungan sehat yang mampu untuk
menjaga kualitas kehidupan makhluk hidup. Selain itu, perhatian kita terhadap alam,
juga turut menjadi bagian dari proses keberlangsungan makhluk hidup. Maka, makhluk
hidup bertanggung jawab atas kualitas lingkungan sekitarnya.
Pengelolaan lingkungan di Indonesia masih sangat rendah, maka penyebaran
lingkungan sehat masih belum terdistribusi dengan baik. Selain itu, kurangnya
kepedulian manusia dalam menjaga lingkungan dan alam, membuat tingkat dampak
kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam menjadi meningkat. Selain itu,
minimnya tingkat pencegahan terhadap bencana, menimbulkan potensi korban
semakin besar. Hal-hal seperti ini adalah sesuatu yang perlu diperhatikan, dalam upaya
membangun keadaan lingkungan yang stabil untuk jangka waktu yang panjang.
Kurangnya pengelolaan lingkungan memberi berbagai dampak buruk terhadap
kualitas hidup makhluk hidup, tidak hanya dari segi kesehatan, namun struktur
lingkungan sekitar daerah pun ikut menurun kualitasnya. Pemerintah perlu memberi
lebih banyak perhatian terhadap masalah setingkat pencegahan dan penanggulangan
bencana, baik pra maupun pasca bencana. Selain itu, kurangnya penyuluhan terhadap
masyarakat luas tentang pentingnya menjaga kestabilan alam, dalam upaya menjaga
kelestarian lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas, kami akan membahas dan mendalami lebih lanjut
terkait permasalahan yang terjadi di daerah Bogor serta solusinya sehingga kita dapat
melestarikan alam sekitar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat ditemukan
beberapa permasalahan yaitu :
1. Apa yang menyebabkan terjadinya bencana alam di daerah Bogor?
2. Siapa yang menyebabkan kerusakan lingkungan di daerah Bogor?
3. Mengapa berkurangnya lahan resapan air di daerah Bogor berpengaruh
terhadap DKI Jakarta?
4. Bagaimana cara menanggulangi bencana alam yang diakibatkan oleh
kurangnya lahan resapan air di daerah Bogor?
5. Apa dan kapan Bogor berperan sebagai penyangga air untuk Jakarta?
6. Dimana saja fasilitas publik yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
daerah aliran sungai di daerah Bogor?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai penyebab
bencana alam di daerah Bogor.
2. Untuk mengetahui peran kota Bogor sebagai penyangga air untuk Jakarta.
3. Untuk mengetahui solusi yang diambil pemerintah dalam menanggulangi
bencana alam yang terjadi di daerah Bogor.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
tentang penyebab bencana alam yang terjadi di daerah Bogor serta pengaruh daerah
tersebut sebagai lahan serapan air bagi DKI Jakarta. Dengan mengetahui permasalahan
tersebut, dengan makalah ini diharapkan juga dapat mengetahui solusi serta dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat guna menjaga dan melestarikan alam sekitar kita.
BAB 2
PEMBAHASAN
a) Geologi
Bogor terdiri atas beberapa batuan yang rentan terhadap
pergerakan tanah. Batuan-batuan tersebut antara lain:
1. Lava Gunungapi Endut - Prabakti (Qvep): tersusun andesit
hornblende mengandung oligoklas, andesin, hipersten juga
hornblende.
2. Tufa dan Breksi (Tmtb): tufa batuapung, breksi tufaan
bersusunan andesit, batupasir tufa, lempung tufaan dengan kayu
terkersikkan, sisa tumbuhan, batupasir berstruktur cross
bedding.
3. Kipas Aluvial (Qav): terutama lanau, batupasir, kerikil juga
kerakal dari batuan gunungapi kuarter yang diendapkan kembali
sebagai kipas aluvial.
Selain struktur geologi di Bogor, tingginya intensitas bencana di
Bogor juga berpengaruh terhadap permasalahan yang terjadi. Di daerah
lembar berupa sesar, lipatan, kelurusan, maupun kekar dijumpai pada
batuan berumur Oligosen - Pliosen sampai Kuarter. Tektonik yang
terjadi pada akhir Miosen Akhir menghasilkan dua pola struktur
berbeda yaitu pengangkatan kemudian diikuti oleh terobosan batuan
andesit. Bogor juga yang berada di daerah endapan gunung berapi juga
menyebabkan Bogor menjadi rawan bencana dibandingkan wilayah
endapan sedimen lainnya.
b) Topografi
Tidak hanya batuan yang menjadi penyebab munculnya bencana
di Bogor, namun keadaan topografi pun juga mendorong bencana di
Bogor. Topografi ialah sebuah kajian tentang permukaan bumi atau
daerah tertentu, selain itu bisa digunakan untuk mengkaji lahan.
Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe morfologi
wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian Utara
hingga daerah pegunungan di bagian Selatan, sehingga membentuk
bentangan lereng yang menghadap ke Utara. Selain itu, bogor juga
memiliki kemiringan lereng ≤15% dengan kategori lereng landai yaitu
seluas 173.930 ha (58,3%), kategori lereng agak curam dengan
kemiringan lereng 15%- 30% menempati urutan kedua dengan luasan
66.850 ha (22,4%), urutan ketiga adalah lereng curam dengan
kemiringan 30%-50% dengan luasan 30.810 ha (10,3%), dan luasan
paling sedikit di wilayah Kabupaten Bogor yaitu lereng sangat curam
dengan kemiringan lereng >50% seluas 26.880 ha (9,0%). Maka,
semakin curam kemiringan lereng, maka, potensi terjadinya longsor
semakin besar.
c) Iklim
Bogor memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Seperti
sebutannya, yaitu “Kota Hujan”, intensitas hujan Bogor yang tinggi
merupakan salah satu faktor Utama akan terjadinya bencana banjir dan
tanah longsor yang tak berkesudahan. Kondisi iklim di Kota Bogor suhu
rata-rata tiap bulan 26’ C dengan suhu terendah 21,8’ C dengan suhu
tertinggi 30,4’ C. Kelembaban udara 70 %, Curah hujan rata-rata setiap
tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan
Desember dan Januari. Terutama, saat mulai memasuki musim
pancaroba, maka intensitas hujan pun semakin meningkat. Curah hujan
yang tinggi ini berpotensi untuk menimbulkan titik-titik banjir di
seluruh wilayah Bogor, didukung dengan keadaan batuan dan Tanah
Bogor yang juga rawan terhadap gerakan tanah, yang dapat terjadi disaat
hujan lebat terjadi.
Kejadian bencana alam yang terjadi di daerah Bogor ini tentu memiliki
penyebab, entah itu faktor alam atau ulah manusia. Pembahasan ini berfokus
pada siapa saja oknum yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana banjir
dan longsor di daerah Bogor tersebut.
Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga kerap
akan terjadinya hujan orografi. Akibat sering turunnya hujan menyebabkan
Bogor dijuluki sebagai "Kota Hujan". Maka dari itu, sangat dibutuhkannya
lahan resapan air di daerah ini, yang pada hakikatnya adalah sebuah daerah
yang disediakan untuk masuknya air dari permukaan tanah ke dalam zona jenuh
air sehingga membentuk suatu aliran air di dalam tanah. Fungsi dari lahan aliran
sungai, antara lain:
Tanah di Bogor dewasa ini sudah tidak lagi memiliki kondisi yang baik
karena kurangnya resapan air akibat alih fungsi lahan yang banyak terjadi. Hal
ini berefek negatif pada lingkungan yang menyebabkan kerusakan alam
sehingga berakibatkan bencana. Peristiwa bencana dapat memberikan
penderitaan luar biasa bagi siapapun yang mengalaminya. Bencana-bencana
yang telah terjadi di kawasan Bogor, antara lain banjir, krisis air bersih, dan
tanah longsor. Permasalahan tersebut dapat ditanggulangi atau dihindai jika air
hujan terus langsung terserap oleh tanah, maka dari itu hal yang dapat
dilakukan, yakni:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyebab bencana di kawasan Bogor, seperti curah hujan yang tinggi dan
keadaan tanah yang mudah tergerus, yang disebabkan oleh terjadi karena adanya
penurunan jumlah vergetasi yang ada di daerah tersebut, sehingga berakibat pada
bencana seperti longsor dan banjir. Tanah di kawasan Bogor dewasa ini sudah banyak
yang dialih fungsikan, sehingga kurang baik untuk dijadikan penyangga resapan air
bagi wilayah DKI Jakarta. Banyaknya eksploitasi yang dilakukan oleh manusia di
wilayah Bogor, contohnya menebang hutan untuk membangun villa serta
pertambangan yang merusak lingkungan Bogor, menunjukkan bahwa banyak oknum
yang tidak mementingkan kelestarian alam sekitar daerah tersebut.
Cara mencegah agar tidak lagi terjadinya bencana, terutama longsor, adalah
dengan menanam pohon yang akarnya kuat agar dapat menahan arus air yang datang
dari atas lereng, kemudian membangun terasering di tanah yang terjal. Lalu,
Pemerintah Daerah Bogor sudah bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dua daerah ini yaitu banjir kiriman yang
berasal dari Bogor. Telah dilakukan revisi ulang tentang tata ruang wilayah daerah
Bogor dengan mengusut villa-villa yang didirikan secara ilegal dan kemudian
menrubuhkannya sehingga tanah daerah Bogor dapat berfungsi kembali dengan
sebagaimana mestinya.
3.2 Saran
Pemerintah Bogor semestinya bertindak tegas untuk tata ruang kota di wilayah
Bogor, seperti meberikan sanksi tegas kepada pendiri villa ilegal. Pemda Bogor juga
sebaiknya selalu siap siaga dalam menangani korban bencana agar proses evakuasi
berjalan dengan cepat dan efektif. Masyarakat Bogor juga harus ikut andil dalam
melestarikan lingkungan agar lingkungan mereka aman dari bencana. Hal yang dapat
dilakukan masyarakat adalah seperti membangun biopori di rumah-rumah untuk
menyimpan air bersih dan membantu tanah meresap air dengan baik, serta menanam
tumbuhan agar lingkungan menjadi asri dan hijau kembali.
DAFTAR PUSTAKA
2018. “BPBD Jabar: Tanggap Darurat Longsor Puncak Sudah Berjalan”. Dimuat
dalam http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/02/06/bpbd-jabar-
tanggap-darurat-longsor-puncak-sudah-berjalan-418954. Dikutip, 6 Mei 2018.
2018. “Penyebab Longsor Puncak: dari Tata Ruang hingga Alih Fungsi Hutan”.
Dimuat dalam https://tirto.id/penyebab-longsor-puncak-dari-tata-ruang-hingga-
alih-fungsi-hutan-cEzH. Dikutip, 19 Mei 2018.
2018. “Walhi: Villa dan Bangunan Liar Penyebab Longsor Puncak”. Dimuat
dalam https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180206161244-20-274272/
walhi-villa-dan-bangunan-liar-penyebab-longsor-puncak. Dikutip, 19 Mei 2018.
2017. “Kota Bogor Sering Dilanda Bencana, BPBD Sebut Alasannya Karena Ini”.
Dimuat dalam http://bogor.tribunnews.com/2017/10/04/kota-bogor-sering-dilanda-
bencana-bpbd-sebut-alasannya-karena-ini. Dikutip, 23 Mei 2018.
2016. “Buruknya Daerah Aliran Sungai (DAS) Menjadi Pemicu Terjadinya Banjir”.
Dan Longsor”. Dimuat http://pusatkrisis.kemkes.go.id/buruknya-daerah-aliran-
sungai-das-menjadi-pemicu-terjadinya-banjir-dan-long. Dikutip, 14 Mei 2018.
2016. “4 Cara untuk Mengendalikan Daerah Aliran Sungai (DAS). Dimuat dalam
https://prelo.co.id/blog/4-cara-untuk-mengendalikan-daerah-aliran-sungai-das/.
Dikutip, 19 Mei 2018.
2016. “Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Analisis Pola Sebaran dan
Perkembangan Permukiman (Studi Kasus Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”. Dimuat
dalam http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/27536/9/Bab%20IV%
20Kondisi%20umum%20A10rhu-6.pdf. Dikutip, 19 Mei 2018.
2016. “Kota Hujan yang Masih Rawan Bencana”. Dimuat dalam http://www.
republika.co.id/berita/koran/urbana/16/08/09/obmzs721-kota-hujan-yang-masih-
rawan-bencana. Dikutip 15 Mei 2018.