Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MPKT-B

BENCANA BANJIR DAN LONGSOR DI DAERAH BOGOR

Disusun oleh Home Group 2:

Farah Salsabila (1706073326)

Kurnia Laniati Syakira (1706024085)

Maria Keisha Adi Sabrina (1706073521)

Muhammad Emirio Rafif (1706027982)

Paxia Fitri Ramadhani (1706025756)

Safira Ramadhina Kinanti (1706073912)

Universitas Indonesia

Depok

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya makalah yang berjudul “Bencana Longsor di Daerah Bogor” dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu untuk memenuhi tugas Problem Based
Learning-2 (PBL-2) dalam mata kuliah MPKT-B.

Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai


masalah yang dihadapi ketika terjadi bencana banjir dan longsor daerah Puncak, Bogor
dan cara menangani masalah tersebut. Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya
kami mendapatkan bimbingan serta arahan, untuk itu rasa terima kasih kami sampaikan
kepada Bu Janthi Dharma Shanty M.Hum, sebagai fasilitator mata kuliah MPKT-B
kelas Paralel 5, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami


mengenai pembahasan ini menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan
penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini, mohon dimaklumi apabila masih
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini membawa manfaat bagi
pembaca dalam meningkatkan ilmu pengetahuan.

Depok, 25 Maret 2018

Tim Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN MUKA

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Terjadinya Bencana Banjir dan Longsor di Bogor


2.2 Oknum yang Menyebabkan Kerusakan Lingkungan di Bogor
2.3 Pengaruh Berkurangnya Lahan Resapan Air di Bogor terhadap DKI Jakarta
2.4 Upaya dalam Menanggulangi Bencana Alam Akibat Kurangnya Lahan Resapan
Air di Bogor
2.5 Kerusakan Daerah Aliran Sungai Akibat Pembangunan Fasilitas Publik
2.6 Peran Bogor Sebagai Penyangga Air Untuk Jakarta

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia dan makhluk hidup lainnya memiliki peran yang sangat besar dalam
pengelolaan lingkungan, yaitu untuk membentuk lingkungan sehat yang mampu untuk
menjaga kualitas kehidupan makhluk hidup. Selain itu, perhatian kita terhadap alam,
juga turut menjadi bagian dari proses keberlangsungan makhluk hidup. Maka, makhluk
hidup bertanggung jawab atas kualitas lingkungan sekitarnya.
Pengelolaan lingkungan di Indonesia masih sangat rendah, maka penyebaran
lingkungan sehat masih belum terdistribusi dengan baik. Selain itu, kurangnya
kepedulian manusia dalam menjaga lingkungan dan alam, membuat tingkat dampak
kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam menjadi meningkat. Selain itu,
minimnya tingkat pencegahan terhadap bencana, menimbulkan potensi korban
semakin besar. Hal-hal seperti ini adalah sesuatu yang perlu diperhatikan, dalam upaya
membangun keadaan lingkungan yang stabil untuk jangka waktu yang panjang.
Kurangnya pengelolaan lingkungan memberi berbagai dampak buruk terhadap
kualitas hidup makhluk hidup, tidak hanya dari segi kesehatan, namun struktur
lingkungan sekitar daerah pun ikut menurun kualitasnya. Pemerintah perlu memberi
lebih banyak perhatian terhadap masalah setingkat pencegahan dan penanggulangan
bencana, baik pra maupun pasca bencana. Selain itu, kurangnya penyuluhan terhadap
masyarakat luas tentang pentingnya menjaga kestabilan alam, dalam upaya menjaga
kelestarian lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas, kami akan membahas dan mendalami lebih lanjut
terkait permasalahan yang terjadi di daerah Bogor serta solusinya sehingga kita dapat
melestarikan alam sekitar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat ditemukan
beberapa permasalahan yaitu :
1. Apa yang menyebabkan terjadinya bencana alam di daerah Bogor?
2. Siapa yang menyebabkan kerusakan lingkungan di daerah Bogor?
3. Mengapa berkurangnya lahan resapan air di daerah Bogor berpengaruh
terhadap DKI Jakarta?
4. Bagaimana cara menanggulangi bencana alam yang diakibatkan oleh
kurangnya lahan resapan air di daerah Bogor?
5. Apa dan kapan Bogor berperan sebagai penyangga air untuk Jakarta?
6. Dimana saja fasilitas publik yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
daerah aliran sungai di daerah Bogor?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai penyebab
bencana alam di daerah Bogor.
2. Untuk mengetahui peran kota Bogor sebagai penyangga air untuk Jakarta.
3. Untuk mengetahui solusi yang diambil pemerintah dalam menanggulangi
bencana alam yang terjadi di daerah Bogor.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
tentang penyebab bencana alam yang terjadi di daerah Bogor serta pengaruh daerah
tersebut sebagai lahan serapan air bagi DKI Jakarta. Dengan mengetahui permasalahan
tersebut, dengan makalah ini diharapkan juga dapat mengetahui solusi serta dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat guna menjaga dan melestarikan alam sekitar kita.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Terjadinya Bencana Banjir dan Longsor di Bogor

Bogor merupakan salah satu daerah yang kerap mengalami bencana,


seperti; tanah longsor dan banjir. Terdapat beberapa faktor penting yang
menjadi alasan dibalik seringnya Bogor mengalami bencana-bencana tersebut.
Berikut merupakan faktor-faktor yang mendukung terjadinya bencana di
Bogor:

a) Geologi
Bogor terdiri atas beberapa batuan yang rentan terhadap
pergerakan tanah. Batuan-batuan tersebut antara lain:
1. Lava Gunungapi Endut - Prabakti (Qvep): tersusun andesit
hornblende mengandung oligoklas, andesin, hipersten juga
hornblende.
2. Tufa dan Breksi (Tmtb): tufa batuapung, breksi tufaan
bersusunan andesit, batupasir tufa, lempung tufaan dengan kayu
terkersikkan, sisa tumbuhan, batupasir berstruktur cross
bedding.
3. Kipas Aluvial (Qav): terutama lanau, batupasir, kerikil juga
kerakal dari batuan gunungapi kuarter yang diendapkan kembali
sebagai kipas aluvial.
Selain struktur geologi di Bogor, tingginya intensitas bencana di
Bogor juga berpengaruh terhadap permasalahan yang terjadi. Di daerah
lembar berupa sesar, lipatan, kelurusan, maupun kekar dijumpai pada
batuan berumur Oligosen - Pliosen sampai Kuarter. Tektonik yang
terjadi pada akhir Miosen Akhir menghasilkan dua pola struktur
berbeda yaitu pengangkatan kemudian diikuti oleh terobosan batuan
andesit. Bogor juga yang berada di daerah endapan gunung berapi juga
menyebabkan Bogor menjadi rawan bencana dibandingkan wilayah
endapan sedimen lainnya.

b) Topografi
Tidak hanya batuan yang menjadi penyebab munculnya bencana
di Bogor, namun keadaan topografi pun juga mendorong bencana di
Bogor. Topografi ialah sebuah kajian tentang permukaan bumi atau
daerah tertentu, selain itu bisa digunakan untuk mengkaji lahan.
Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe morfologi
wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian Utara
hingga daerah pegunungan di bagian Selatan, sehingga membentuk
bentangan lereng yang menghadap ke Utara. Selain itu, bogor juga
memiliki kemiringan lereng ≤15% dengan kategori lereng landai yaitu
seluas 173.930 ha (58,3%), kategori lereng agak curam dengan
kemiringan lereng 15%- 30% menempati urutan kedua dengan luasan
66.850 ha (22,4%), urutan ketiga adalah lereng curam dengan
kemiringan 30%-50% dengan luasan 30.810 ha (10,3%), dan luasan
paling sedikit di wilayah Kabupaten Bogor yaitu lereng sangat curam
dengan kemiringan lereng >50% seluas 26.880 ha (9,0%). Maka,
semakin curam kemiringan lereng, maka, potensi terjadinya longsor
semakin besar.

c) Iklim
Bogor memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Seperti
sebutannya, yaitu “Kota Hujan”, intensitas hujan Bogor yang tinggi
merupakan salah satu faktor Utama akan terjadinya bencana banjir dan
tanah longsor yang tak berkesudahan. Kondisi iklim di Kota Bogor suhu
rata-rata tiap bulan 26’ C dengan suhu terendah 21,8’ C dengan suhu
tertinggi 30,4’ C. Kelembaban udara 70 %, Curah hujan rata-rata setiap
tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan
Desember dan Januari. Terutama, saat mulai memasuki musim
pancaroba, maka intensitas hujan pun semakin meningkat. Curah hujan
yang tinggi ini berpotensi untuk menimbulkan titik-titik banjir di
seluruh wilayah Bogor, didukung dengan keadaan batuan dan Tanah
Bogor yang juga rawan terhadap gerakan tanah, yang dapat terjadi disaat
hujan lebat terjadi.

d) Alih Fungsi Lahan


Seiring berkembangnya jaman, keadaan hutan di area Bogor
semakin berkurang dan terus tergantikan dengan pembangunan-
pembangunan indisutrial maupun pemukiman. Hal ini tentunya sangat
mempengaruhi keadaan alam Bogor. Terutama terhadap tanah dan
bebatuan Bogor, yang rawan bencana. Tidak hanya pembangunan
gedung, selain itu, muatan kendaraan yang melewati jalanan Bogor juga
turut menyebabkan turunnya daya guna tanah, sehingga memungkinkan
terjadinya keropos dalam tanah, dan jika hal ini terjadi, maka
kemungkinan akan terjadinya longsor semakin menaik.
Pembangunan yang telah terjadi di Bogor, dari segi industri
maupun pemukiman, nyatanya telah mendorong tingkat kemajuan kota
Bogor. Namun, Pemerintah sepatutnya mampu menangani, jika
pembangunan ini terus berkembang, dan tidak selaras dengan keadaan
alam Bogor, aka nantinya akan menimbulkan bencana-bencana lain di
Bogor. Terutama, dengan keadaan hutan yang semakin berkurang, dan
kendaraan-kendaraan dengan muatan berlebihan yang melewati jalanan
Bogor, yang nantinya akan berdampak terhadap keadaan batuan Bogor.
Maka, semua pihak harus berani bertindak dan menangani masalah ini,
agar masyarakat dapat mengatasi keadaan Bogor yang masih
mengalami angka rawan bencana yang tinggi.

2.2 Oknum yang Menyebabkan Kerusakan Lingkungan di Bogor

Kejadian bencana alam yang terjadi di daerah Bogor ini tentu memiliki
penyebab, entah itu faktor alam atau ulah manusia. Pembahasan ini berfokus
pada siapa saja oknum yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana banjir
dan longsor di daerah Bogor tersebut.

a) Oknum yang Membangun Bangunan di Tanah Resapan Air Bogor


Pembangunan villa di daerah Bogor sangat banyak dan tidak
heran jika pembangunan villa tersebut tidak memementingkan
lingkungan sekitarnya yang bisa berakibat bencana seperti bencana
longsor dan banjir. Berdasarkan CNN Indonesia, geologi kawasan
Puncak Bogor sangat rentan longsor dan itu diperparah dengan adanya
pembangunan villa, hotel, rumah makan, dll. Berdasarkan penelitian
2016 tentang tata letak bangunan Bogor ada 340 bangunan komersl di
Puncak dan sebanyak 40 persen dari bangunan tersebut adalah
bangunan liat yang tidak memiliki izin. Anggota DPR Komisi V sudah
menekankan kepada pemerintah Jawa Barat untuk lebih berhati-hati
dalam memberi izin untuk membangun villa di Bogor.

b) Oknum Penebang Pohon di Bogor


Bogor merupakan daerah yang asri dan rindang akan pohon-
pohonnya, karena itu daerah Bogor bisa menjadi tempat yang sejuk
selain tempatnya yang berada di dataran tinggi. Perencanaan tata ruang
yang belum optimal juga bisa menjadi alasan penebangan pohon ilegal
yang terjadi di Bogor. Penebangan pohon ini banyak dilakukan oleh
oknum tidak bertanggung jawab di daerah sekitar sungai sehingga
daerah yang seharusnya untuk tanah resapan beralih fungsi menjadi
tanah yang gersang dan tidak bisa menahan air hujan. Tanah yang
gundul juga bisa menyebabkan bencana longsor di Bogor karena
kurangnya penahan tanah untuk lereng yang curam. Tempat yang
banyak penebangannya adalah Kali Cisadane, Kabupaten Bogor, dan
Kali Cilengsi.

c) Pabrik-parbrik yang Tidak Bertanggung Jawab Atas Limbah yang


Dibuangnya
Banyak pabrik-pabrik yang didirikan di Bogor dan dari sekian
banyak pabrik tersebut banyak juga yang mebuang limbahnya ke
sembarang tempat tanpa mengolahnya terlebih dahulu agar tidak
meruka lingkungan. Pembuangan limbah pabrik yang berbahaya ini
mengakibatkan kerusakkan lingkungan yang parah di daerah Bogor.
Pencemaran ini termasuk pencemaran air dan tanah. Kerusakkan
lingkungan akibat limbah pabrik banyak ditemukan di daerah Babakan
Madang, Bogor. Sedangkan pencemaran limbah yang diakibatkan
limbah rumah tangga banyak ditemukan di Citerep, Bogor.

d) Orang yang Melakukan Pertambangan Liar sehingga Merusak


Lingkungan
Pertambangan yang banyak di Bogor adalah pertambangan
emas. Untuk mendapatkan emas tidaklah gampang karena itu banyak
zat berbahaya yang dipakai dipertambangan. Pertambangan ini sangat
merusak lingkungan karena orang-orang pertambangan tidak
bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan di pertambangan
tersebut, tepatnya di daerah Gunung Pongkor. Perusakkan lingkungan
Gunung Pongkor ini karena aktivitas Pertambangan Tanpa Izin atau
bisa disebut Peti melakukan pengolahan emas dengan menggunakan
merkuri dan sianida dan limbah dari kedua zat tersebut di buang
sembarangan ke sungai atau sawah. Akibat dari kerusakkan ini daerah
Gunung Pongkor menjadi keruh dan tercemar.

2.3 Pengaruh Berkurangnya Lahan Resapan Air di Bogor terhadap DKI


Jakarta

Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga kerap
akan terjadinya hujan orografi. Akibat sering turunnya hujan menyebabkan
Bogor dijuluki sebagai "Kota Hujan". Maka dari itu, sangat dibutuhkannya
lahan resapan air di daerah ini, yang pada hakikatnya adalah sebuah daerah
yang disediakan untuk masuknya air dari permukaan tanah ke dalam zona jenuh
air sehingga membentuk suatu aliran air di dalam tanah. Fungsi dari lahan aliran
sungai, antara lain:

1. Menjaga ketersediaan air tanah, serta kualitas dan kuantitasnya.


2. Mengonversi air tanah dan menampung debit air hujan.
3. Menekan laju erosi tanah pada perbukitan atau lereng gunung.
4. Mencegah terjadinya banjir pada dataran rendah.

Alih-alih memperbanyak lahan resapan air, Bogor dewasa ini justru


kekurangan lahan resapan air. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran
masyarakat yang banyak mengalih fungsikan lahan resapan air menjadi sarana
rekreasi dan wilayah bisnis, seperti penginapan dan restoran. Tidak berjalannya
fungsi lahan resapan air dengan baik menyebabkan berkurangnya media
penyerapan air hujan. Tingginya curah hujan di Bogor menjadikan debit air
naik secara bertahap dan berujung pada banyaknya peluapan sehingga
mengakibatkan bajir. Hal ini berpengaruh terhadap DKI Jakarta, karena
tingginya curah air kiriman dari Bogor, atau yang biasa disebut sebagai ‘banjir
kiriman’. Dampak yang dihasilkan dari semua hal tersebut, antara lain
terjadinya kerugian materiel, terhentinya aktivitas warga, serta terganggunya
kesehatan. Sebagai contoh, dikutip dari detikNews, sejumlah RW di Bukit Duri,
Tebet, Jakarta Selatan menderita banjir akibat meluapnya Kali Ciliwung
sebagai dampak kiriman air dari Bogor. Sedangkan di kawasan Pondok Labu,
banjir terjadi akibat meluapnya Kali Krukut. Kedua sungai ini melintasi
wilayah Bogor dan Jakarta, sehingga kurang tersedianya lahan resapan air di
Bogor sangat berpengaruh terhadap DKI Jakarta.

2.4 Upaya dalam Menanggulangi Bencana Alam Akibat Kurangnya Lahan


Resapan Air di Bogor

Pembangunan bangunan-bangunan liar atau tempat wisata merupakan


salah satu faktor utama dari beberapa faktor yang menyebabkan bencana alam
di kawasan Bogor. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) menilai
bencana tanah longsor maupun banjir masih berpotensi kembali terjadi di salah
satu kawasan di Bogor, yaitu Puncak Pass. Dalam jangka waktu 5 tahun
terakhir, bencana longsor sendiri tercatat sudah terjadi sebanyak 4 kali.

Untuk menanggulangi permasalahan bencana alam tersebut, Pemerintah


Daerah dan Pemerintah Pusat bekerjasama dengan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat dalam mencari solusi mengatasi permasalahan tersebut.
Berikut ini adalah upaya yang telah dilakukan dalam penanggulangan bencana
alam. Untuk bencana banjir, upaya-upaya yang telah dilakukan, antara lain
menormalisasi sungai dengan meninggikan tanggul di Kampung Pulo, serta
mempercepat pembangunan Waduk Ciawi dan Waduk Sukamahi.

Kemudian, untuk mengatasi permasalahan bencana tanah longsor,


upaya-upaya yang sudah dilakukan, yakni:

1. Menata ulang daerah Puncak dengan pembuatan terasering dan


pelebaran jalan, serta menstabilkan lereng-lereng yang rawan longsor.
2. Mengevaluasi perizinan pendirian bangunan-bangunan yang tidak
sesuai di Puncak.
3. Membuat penguatan pada lereng di bawah jalan dengan tiang pancang
yang kuat dan menembus batuan dasa.
4. Relokasi Pedagang Kaki Lima dengan membangun tempat khusus
penampungan PKL.
5. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan
memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai
upaya mitigasi bencana tanah longsor.

Berhubungan dengan peran kawasan Bogor sebagai lahan serapan air


bagi Jakarta yang terhambat akibat bencana alam yang menghantam Puncak,
pemerintah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi masalah tersebut,
yakni:

1. Reboisasi dengan menanam tanaman yang dapat menyerap air dengan


cepat.
2. Penataan saluran drainase di kanan dan kiri badan jalan dengan material
kedap air. Saluran drainase itu langsung dialirkan ke lereng lembah atau
arah sungai dan menghindari genangan air pada daerah datar.
3. Penyediaan lahan hijau untuk membuka lahan penyerap air.
2.5 Kerusakan Daerah Aliran Sungai Akibat Pembangunan Fasilitas Publik

Terdapat banyak wilayah di daerah Bogor, terutama Puncak yang dialih


fungsikan menjadi kawasan penginapan dan sarana wisata. Namun, hal tersebut
menyebabkan daerah Bogor mengalami kerusakan yang fatal, salah satunya
adalah kerusakan daerah aliran sungai (DAS). Hal ini terjadi karena tidak
sesuainya perencanaan dan peruntukan lahan, serta adanya pembangunan yang
salah, terutama karena tidak memperhatikan AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan) dan ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan Hidup)
yang ada. AMDAL terdiri dari 5 dokumen, yaitu:

1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-


ANDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
5. Dokumen Ringkasan Eksekutif

Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) mengakibatkan kondisi


kuantitas air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau.
Kemudian menurunnya kualitas air sungai karena mengalami pencemaran yang
diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah rumah tangga, limbah industri,
limbah pertanian (perkebunan) dan limbah pertambangan. Selain itu, terjadinya
penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan erosi.

Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim


penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Jika sudah terjadi bencana
seperti itu, maka bukan hanya menimbulkan kerusakan infrastruktur dan
bangunan, namun juga akan menimbulkan korban jiwa.

Oleh sebab itu, diperlukan langkah pengelolaan DAS dari berbagai


pihak termasuk juga dari masyarakat. Masyarakat harus bisa menjaga dan
mengelola DAS dengan baik, dengan tujuan membina kelestarian dan
keserasian ekosistem, sert meningkatkan kemanfaatan SDA dengan manusia
secara berkelanjutan.Langkah-langkah tersebut antara lain:

a) Memperbaiki Kualitas Lahan yang Terdegradasi di DAS


Dengan melakukan penghijauan atau reboisasi, terutama di hulu
sungai, serta menggunakan lahan sesuai dengan sifat dan
kemampuannya. Contohnya, pada lahan dengan kemiringan >40%,
maka tidak cocok untuk digunakan sebagai lahan penanaman tanaman
semusim.

b) Membina Kesadaran dan Kemampuan Masyarakat


Menggunakan dan memelihara sumber-sumber alam yang ada
di suatu DAS secara bijaksana, misalnya dengan melakukan
penyuluhan atau pelatihan penggunaan lahan yang baik.

c) Membuat dan Memelihara Bangunan Buatan yang Berpengaruh


Terhadap Aliran Sungai
Dengan membuat bendungan dan saluran irigasi. Hal ini dapat
mengendalikan debit air yang mengalirkan ke saluran air dan sungai.

d) Tidak Membuang Sampah Sembarangan


Pada saat hujan, sampah yang dibuang akan mengalir ke saluran
air hingga ke sungai. Hal ini akan menimbulkan penyumbatan di saluran
air serta berkurangnya air bersih. Dengan membuang sampah pada
tempatnya, pihak pemerintah dapat mengelola sampah tersebut dengan
baik.
2.6 Peran Bogor Sebagai Penyangga air untuk Jakarta

Tanah di Bogor dewasa ini sudah tidak lagi memiliki kondisi yang baik
karena kurangnya resapan air akibat alih fungsi lahan yang banyak terjadi. Hal
ini berefek negatif pada lingkungan yang menyebabkan kerusakan alam
sehingga berakibatkan bencana. Peristiwa bencana dapat memberikan
penderitaan luar biasa bagi siapapun yang mengalaminya. Bencana-bencana
yang telah terjadi di kawasan Bogor, antara lain banjir, krisis air bersih, dan
tanah longsor. Permasalahan tersebut dapat ditanggulangi atau dihindai jika air
hujan terus langsung terserap oleh tanah, maka dari itu hal yang dapat
dilakukan, yakni:

- Membuat sumur resapan.


- Menanam banyak pohon dan tanaman.

Pada tahun 2019 mendatang, pemerintah berencna membuat tiga


bendungan besar. Hal ini bertujuan agar memudahkan teresapnya air hujan,
yang kemudian diturunkan dan dikelola oleh Pemerintah Daerah Bogor.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyebab bencana di kawasan Bogor, seperti curah hujan yang tinggi dan
keadaan tanah yang mudah tergerus, yang disebabkan oleh terjadi karena adanya
penurunan jumlah vergetasi yang ada di daerah tersebut, sehingga berakibat pada
bencana seperti longsor dan banjir. Tanah di kawasan Bogor dewasa ini sudah banyak
yang dialih fungsikan, sehingga kurang baik untuk dijadikan penyangga resapan air
bagi wilayah DKI Jakarta. Banyaknya eksploitasi yang dilakukan oleh manusia di
wilayah Bogor, contohnya menebang hutan untuk membangun villa serta
pertambangan yang merusak lingkungan Bogor, menunjukkan bahwa banyak oknum
yang tidak mementingkan kelestarian alam sekitar daerah tersebut.

Cara mencegah agar tidak lagi terjadinya bencana, terutama longsor, adalah
dengan menanam pohon yang akarnya kuat agar dapat menahan arus air yang datang
dari atas lereng, kemudian membangun terasering di tanah yang terjal. Lalu,
Pemerintah Daerah Bogor sudah bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dua daerah ini yaitu banjir kiriman yang
berasal dari Bogor. Telah dilakukan revisi ulang tentang tata ruang wilayah daerah
Bogor dengan mengusut villa-villa yang didirikan secara ilegal dan kemudian
menrubuhkannya sehingga tanah daerah Bogor dapat berfungsi kembali dengan
sebagaimana mestinya.

3.2 Saran
Pemerintah Bogor semestinya bertindak tegas untuk tata ruang kota di wilayah
Bogor, seperti meberikan sanksi tegas kepada pendiri villa ilegal. Pemda Bogor juga
sebaiknya selalu siap siaga dalam menangani korban bencana agar proses evakuasi
berjalan dengan cepat dan efektif. Masyarakat Bogor juga harus ikut andil dalam
melestarikan lingkungan agar lingkungan mereka aman dari bencana. Hal yang dapat
dilakukan masyarakat adalah seperti membangun biopori di rumah-rumah untuk
menyimpan air bersih dan membantu tanah meresap air dengan baik, serta menanam
tumbuhan agar lingkungan menjadi asri dan hijau kembali.
DAFTAR PUSTAKA

SCeLE, Universitas Indonesia. “Pemicu PBL-2”.


https://scele.ui.ac.id/berkas_kolaborasi/konten/mpktb/1718gnp/127.pdf

SCeLE, Universitas Indonesia. “Tanah Longsor (Landslide)”.


https://scele.ui.ac.id/berkas_kolaborasi/konten/mpktb/1718gnp/093.pdf

2018. “Bencana Longsor Masih Berpotensi Terjadi di Puncak”. Dimuat dalam


https://m.detik.com/news/berita-jawa-barat/d-3951176/bencana-longsor-masih-
berpotensi-terjadi-di-puncak. Dikutip, 6 Mei 2018.

2018. “Tanah Longsor di Puncak, Harus Ada Penanganan Menyeluruh”. Dimuat


dalam http://www.beritasatu.com/megalopolis/476892-tanah-longsor-di-puncak-
harus-ada-penanganan-menyeluruh.html. Dikutip, 6 Mei 2018.

2018. “BPBD Jabar: Tanggap Darurat Longsor Puncak Sudah Berjalan”. Dimuat
dalam http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/02/06/bpbd-jabar-
tanggap-darurat-longsor-puncak-sudah-berjalan-418954. Dikutip, 6 Mei 2018.

2018. “BMKG: Cuaca Tak Menentu di Jakarta sampai Pertengahan Ramadan”.


Dimuat dalam https://metro.tempo.co/read/1058219/mencegah-longsor-di-
sebagian-puncak-akan-dibuat-terasering. Dikutip, 6 Mei 2018.

2018. “Penyebab Longsor Puncak: dari Tata Ruang hingga Alih Fungsi Hutan”.
Dimuat dalam https://tirto.id/penyebab-longsor-puncak-dari-tata-ruang-hingga-
alih-fungsi-hutan-cEzH. Dikutip, 19 Mei 2018.

2018. “Walhi: Villa dan Bangunan Liar Penyebab Longsor Puncak”. Dimuat
dalam https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180206161244-20-274272/
walhi-villa-dan-bangunan-liar-penyebab-longsor-puncak. Dikutip, 19 Mei 2018.

2017. “Kota Bogor Sering Dilanda Bencana, BPBD Sebut Alasannya Karena Ini”.
Dimuat dalam http://bogor.tribunnews.com/2017/10/04/kota-bogor-sering-dilanda-
bencana-bpbd-sebut-alasannya-karena-ini. Dikutip, 23 Mei 2018.

2016. “Buruknya Daerah Aliran Sungai (DAS) Menjadi Pemicu Terjadinya Banjir”.
Dan Longsor”. Dimuat http://pusatkrisis.kemkes.go.id/buruknya-daerah-aliran-
sungai-das-menjadi-pemicu-terjadinya-banjir-dan-long. Dikutip, 14 Mei 2018.

2016. “4 Cara untuk Mengendalikan Daerah Aliran Sungai (DAS). Dimuat dalam
https://prelo.co.id/blog/4-cara-untuk-mengendalikan-daerah-aliran-sungai-das/.
Dikutip, 19 Mei 2018.

2016. “Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Analisis Pola Sebaran dan
Perkembangan Permukiman (Studi Kasus Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”. Dimuat
dalam http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/27536/9/Bab%20IV%
20Kondisi%20umum%20A10rhu-6.pdf. Dikutip, 19 Mei 2018.

2016. “Pemerintah Kota Bogor”. Dimuat dalam https://kotabogor.go.id/index.php/


page/detail/9/letak-geografis. Dikutip, 23 Mei 2018.

2016. “Kota Hujan yang Masih Rawan Bencana”. Dimuat dalam http://www.
republika.co.id/berita/koran/urbana/16/08/09/obmzs721-kota-hujan-yang-masih-
rawan-bencana. Dikutip 15 Mei 2018.

2012. “Bogor Hujan, Jakarta yang Banjir”. Dimuat dalam https://news.detik.com/


berita/1846298/bogor-hujan-jakarta-yang-banjir. Dikutip 26 Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai