Sebagai Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Geografi SMA Batari Medan
Disusun Oleh:
Jessica Bonita Togatorop
Grade 10 Resilience
Batari School
2022
Abtstrak
Longsor bencana salah satu bencana yang sering melanda Indonesia. Data dari BPBD Kota
Bogor juga menunjukkan bahwa 179 longsors (atau 40.5%) dari 442 bencana longsor yang
terdeteksi pada tahun 2017 adalah longsors, yang merupakan pertama dari enam jenis
Penelitian risiko longsor sangat diperlukan dalam pembangunan di kota ini. Tujuan esai ini
risiko longsor Kota Bogor dan menyebutkan rekomendasi untuk mitigasinya. Metode yang
dimana masing-masing parameter mendapatkan bobot dan skor dari proses Analytical
Hal ini membuktikan bahwa Kecamatan Bogor Selatan memiliki kerawanan dan rumah
Menurut jenis bentuk lahan yang ada di wilayah tersebut, 60,5% Wilayah ini merupakanlahan
lereng bersama denudasional kerucut vulkanik, tebing sungai, serta lembah dan teras alluvial.
Namun di Kecamatan Bogor Utara, ada risiko yang signifikan terhadap wilayah tersebut. Hal
ini disebabkan oleh prevalensi penggunaan pemanfaatan lahan dan jumlah orang yang tinggi,
sehingga faktor kerentanan menjadi indikator tingkat risiko yang dapat diandalkan. Untuk
Kota Bogor, yang didominasi oleh penggunaan lahan yang dimanfaatkan, langkah-langkah
mitigasi yang direkomendasikan mencakup penggunaan teknologi sosial, vegetatif, dan sipil
pada tingkat risiko yang terus meningkat. Dalam hal ini, Kecamatan Bogor Selatan
saya berterimakasih pada Tuhan yang maha esa dengan dukungan orang tua. Tanpa
pertolongan Tuhan yang maha esa maka saya tidak akan sanggup menyelesaikan ini dengan
baik
Terima kasih saya ucapkan pada Bapa dan Mama aku untuk mendukung dan Terima kasih
juga pada Ms. Hilda telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Saya juga
berterima kasih pada teman – teman seperjuangan yang telah mendukung saya sehingga bisa
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ms. Hilda pada
bidang Geographi . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Makalah ,
penulis
2. Pendahuluan
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah
utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun
Erosi yang disebabkan oleh aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau
gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng semakin curam lereng dari bebatuan
dan tanah diperlemah akibat kondisi jenuh yang disebabkan oleh hujan lebat gempa bumi
Gunung Berapi Menciptakan Simpanan Debu Yang, Hujan Lebat dan Aliran Debu-Debu
Getaran Dari Mesin, Kemudian Lintas, Penggunaan Bahan-Bahan Peledak, Dan Mungkin
Petir Berat Yang Sangat Berbeda, Misalnya Dari Berkumpulnya Hujan Ator Salju.
Gambar 1.1- Grafik jumlah kejadian Tanah longsor di daerah Bogor pada bulan
Januari ke Juni pada tahun 2022 per kecamatan .
Sumber: https://bpbd.bogorkab.go.id/grafik-kejadian-bencana-per-kecamatan-wilayah-
kabupaten-bogor-semester-1/
Berdasarkan Grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah paling banyak terjadi
Bencana yang sering terjadi masih Tanah Longsor, Angin Kencang dan Banjir. Karena
ini, konstruksi rumah harus lebih diperhatikan dan Perhatikan kondisi tanah disekitar
Beberapa faktor-faktor yang sering muncul adalah Curah hujan tinggi dengan intesitas
Gambar 1.2-Tabel jumlah kejadian Tanah longsor di Bogor pada tahun 2022
Dalam table tersebut terlaporkan bahwa ada total 30 bencana tanah longsor
Gambar 1.3 – Tabel jumlah kejadian Tanah longsor di Bogor pada tahun 2021
Sumber: https://dibi.bnpb.go.id/kwilayah/index
Tetapi, dalam table ini menunjukan jumlah 112 bencana Tanah longsor dengan kurangnya
jumlah orang yang menderita pada table 2022 banding dengan 2021. Dengan jumlah yang
mengungsi. Tetapi, dalam jumlah Meninggal dan hilang telah ada 1 di statistic pada tahun
2022. Yang menunjukan bahwa masih ada yang harus diselesaikan dengan penangungan
longsor tingkat kerawanan tanah bergerak dipengaruhi oleh kondisi geologi dan jenis tanah.
Wilayah dengan material tanah dan geologi yang bersifat lepas akan mudah menyebabkan
akan menyebabkan tanah menjadi jenuh akan air, dan tentunya akan menambah volume
beban tanah sehingga akan semakin rawan terjadinya gerakan tanah dan beberapa wilayah
yang tergolong dalam zona rawan mengalami tanah bergerak ini akan mudah terjadi longsor
Perumusan masalah
Salah satu bencana yang sering melanda Indonesia khususnya Daerah Bogor adalah tanah
longsor. Longsor yang terjadi dapat menimbulkan dampak negatif dan merugikan bagi
penduduk sekitar, termasuk hilangnya harta benda dan hilangnya nyawa orang-orang di
sekitarnya.
Salah satu metode analisasi yang bisa aplikasikan untuk masalah ini adalah menganalisasi
tipe tanah dan apa faktor -faktor yang terlibat. Dengan ini kita harus pelajari apa tipe tanah
dan faktor-faktor yang akan terlibat dengan beberapa cara kurangi kejadian tanah longsor
terjadi.
Tujuan penelitian
tanah longsor.
Pemerintah Bogor.
sangat peka terhadap gangguan luar, baik yang bersifat alami maupun
Zona ini mencakup setiap tempat dengan kemiringan lebih dari 40% dan ketinggian lebih dari
2000 meter di atas permukaan laut. Ini juga termasuk bukit miring, lereng bukit, tepi sungai,
dan lembah sungai. Zona ini dicirikan oleh lereng yang cukup curam dan pegunungan
cembung; lapisan penutup yang lebih tebal dari 2 meter, gembur dan mudah ditembus air
(misalnya tanah sisa); dan batuan dasar yang lebih rapat dan kedap air (misalnya andesit,
Vegetasi alami yang dapat ditemukan antara lain pohon berujung lebat, daun seperti jarum,
dan tanaman dengan akar berserat (semak, perdu, dan rumput) (pinus).
Sumber: https://4.bp.blogspot.com/-5Cv96MdeTiY/Vqhwpn2C2kI/AAAAAAAABj0/-
G6fmPXFhcA/s1600/jenis-zona-berpotensi-tanah-longsor.jpg
Zona potensi erosi dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai 40% di kaki
gunung, kaki gunung, kaki bukit, kaki bukit, dan tebing sungai, yang semuanya terletak
antara 500 dan 2000 meter di atas laut tingkat. Zona ini antara lain dibedakan oleh lereng
gunung yang terdiri dari lapisan tanah penutup yang gembur dan kedap air dengan ketebalan
kurang dari 2 (dua) meter. Lereng tepi sungai terbuat dari tanah.
Kurang dari 2 (dua) meter sisa, tanah kolovial atau batuan sedimen yang berasal dari endapan
sungaiCurah hujan di lokasi ini dapat mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per hari, dengan
curah hujan tahunan sekitar 2500 mm. Ada juga rembesan air atau mata air secara teratur di
lereng, terutama di mana lapisan batuan kedap air bertemu dengan lapisan tanah yang lebih
permeabel. Pergerakan Tanah di lokasi ini biasanya berupa tanah merayap, yang
Daerah yang berpotensi longsor dapat dijumpai di dataran tinggi, dataran rendah, dataran,
bantaran sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% hingga
20% dan ketinggian antara 0 hingga 500 meter di atas permukaan laut. Zonasi ini dibedakan
antara lain oleh daerah tikungan sungai (meandering) yang memiliki kemiringan tebing
Curah hujan dapat mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per hari dengan curah hujan
tahunan lebih dari 2500 mm. Tanah (batuan) yang membentuk lereng sering kali terbentuk
dari tanah lempung yang mengembang dengan cepat bila jenuh dengan air (jenis
montmorillonit).
Di lereng, wilayah ini sering menunjukkan rembesan air atau mata air, terutama di mana batu
kedap air dan tanah yang lebih permeabel bertemu. Getaran tanah yang sering terjadi
biasanya dalam bentuk creep tanah, yang menghasilkan penurunan dan retakan.
1.5.1.2 Bahaya (Hazard)
Bahaya adalah suatu ancaman tertentu yang berasal dari suatu kejadian halus di dunia yang
mungkin mengandung kejadian yang tidak menyenangkan seperti keadaan yang buruk atau
tidak menarik. Tingkat ancaman ditentukan oleh probabilitas berdasarkan periode waktu,
lokasi, dan isi dari peristiwa itu sendiri pada saat itu terjadi. Bahaya Alam adalah
kemungkinan terjadinya peristiwa yang berpotensi merugikan sebagai akibat dari fenomena
Bahaya adalah suatu keadaan yang menghalangi kehidupan sehari-hari, dan setiap aktivitas
manusia dapat disebabkan oleh unsur lingkungan atau orang tersebut. Selain itu, tingkat
dibedakan dari lokasi dan jangka waktu Kejadian sebelumnya. Jika Anda sudah berurusan
dengan jiwa korban, kehilangan, atau kerusakan jantung dan paru-paru, bahaya dapat berubah
menjadi bencana.
Bencana (Disaster)
benda, dan gangguan psikologis, bencana adalah suatu peristiwa yang mengancam dan
merusak kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan sosial masyarakat umum. UU No. 24 Tahun
2007 Bencana dapat dikatakan sebagai suatu jenis gerakan politik tertentu yang merendahkan
harkat dan martabat manusia dalam rangka menumbuhkan konflik dan kawanan jiwa. Becana
dapat disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Contoh dari faktor alam adalah tsunami,
gempa bumi, dan sebagainya, sedangkan contoh non-alam adalah bencana yang ditimbulkan
karena ada campur tangan manusia, seperti banjir, kebakaran, dan lain sebagainya.
Untuk mencegah timbulnya perdagangan orang, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan gangguan psikis, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan merusak kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan sosial masyarakat umum. UU No. 24
Tahun 2007 Bencana dapat diibaratkan sebagai suatu jenis gerakan politik tertentu yang
merendahkan harkat dan martabat manusia untuk menumbuhkan konflik dan gerombolan
jiwa. Bencana dapat disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Contoh faktor alam
adalah tsunami, gempa bumi, dan sebagainya, sedangkan contoh non alam adalah bencana
yang disebabkan oleh campur tangan manusia, seperti banjir, kebakaran, dan sebagainya.
benda, dan gangguan psikologis, bencana adalah suatu peristiwa yang mengancam dan
merusak kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan sosial masyarakat umum. UU No. 24 Tahun
2007 Bencana dapat dikatakan sebagai suatu jenis gerakan politik tertentu yang merendahkan
harkat dan martabat manusia dalam rangka menumbuhkan konflik dan kawanan jiwa. Becana
dapat disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Contoh dari faktor alam adalah tsunami,
gempa bumi, dan sebagainya, sedangkan contoh non-alam adalah bencana yang ditimbulkan
karena ada campur tangan manusia, seperti banjir, kebakaran, dan lain sebagainya.
Tanah longsor adalah proses pergeseran atau perpindahan massa tanah secara vertikal atau
Dorongan yang harus disalahkan untuk ini. Tanah longsor dapat terjadi. Ini juga dapat
digambarkan sebagai proses massa batu atau tanah yang dipindahkan oleh gravitasi.
Kemungkinan terjadinya erosi dan tingkat keparahannya sangat signifikan karena sering
terjadi curah hujan yang tinggi, kemiringan lereng hingga medan yang terjal, dan penggunaan
lahan .Hal ini tidak sesuai dengan kemampuan tanah setempat, ketebalannya, dan keragaman
Tanah longsor, juga dikenal sebagai gerakan tanah, adalah kejadian geologis yang disebabkan
oleh pergerakan batuan atau massa tanah dari berbagai bentuk, seperti batu yang jatuh atau
gumpalan tanah yang besar. Tanah longsor sering kali diakibatkan oleh dua sumber: kekuatan
pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah yang mempengaruhi keadaan
1. Jatuhan (falls)
Material longsor sering kali berbentuk batuan atau tanah yang bergerak cepat hingga
sangat cepat. Pergerakan seperti ini terjadi pada lereng yang curam dengan bidang
yang tidak menerus, seperti tebing atau tegakan yang terbuat dari batuan.
Contoh:
Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/
2. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah bergeraknya batuan pada bidang gelincir berbentuk rata.
Contoh:
Gambar 1.7- Tipe Tanah Longsor Pergerakan Longsor
Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/
3. Longsoran (slides)
Gerakan material pembentuk lereng yang diakibatkan oleh terjadinya kegagalan geser,
disepanjang satu atau lebih bidang longsor. Material longsoran bergerak lamban
dengan bekas longsoran berbentuk tapal kuda. Massa tanah yang bergerak bisa
dibedakan dalam dua jenis, yaitu longsoran rotasional dan Longsoran translasional
atas, dan sering terjadi pada massa tanah yang bergerak dalam satu kesatuan.
Longsoran rotasional murni (slump) terjadi pada material yang relatif homogen
Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/
A) Longsor Translasional
Longsoran yang bergerak di atas titik-titik lemah atau diskontinuitas yang kira-
kira sejajar dengan permukaan lereng dikenal sebagai longsoran translasi. Pada
tanah lempung, translasi terjadi pada lapisan tipis pasir atau lanau, terutama jika
lapisan lemah sejajar dengan kemiringan yang sudah ada. Tekanan pori yang
tinggi pada pasir atau lanau dapat menyebabkan translasi longsoran lempung yang
Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/
4. Sebaran (spreads)
Termasuk dalam sebaran lateral (juga dikenal sebagai sebaran lateral), yang
Geser terkuat tidak terjadi di dekat permukaan bidang erosi. Tanah granular dapat
mencair atau lunak, tanah kohesif mungkin runtuh di lereng, menyebabkan distribusi.
Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/
5. Aliran (flows)
Aliran material yang hancur menuruni bukit seperti cairan kental, mengalir dengan
cepat dan tiba-tiba. Aliran sering terjadi di bidang yang relatif kecil.
Material yang terbawa arus dapat berupa jenis tanah apa saja, termasuk tanah dengan
Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/
adanya pengaruh gaya-gaya yang berasal dari dalam lereng (gravitasi bumi dan
tekanan air pori di dalam tanah lereng) dan atau gaya-gaya yang berasal dari luar
Menurut Dwikorita (2002, dalam Priyanto 2005), kawasan yang rawan akan longsor
Kondisi alamiah :
2. Kondisi tanah atau batuan penyusun lereng, umumnya lereng yang tersusun oleh :
3. Struktur geologi ini dapat merupakan bidang-bidang lemah, sehingga massa tanah
4. Kondisi hidrologi lereng, terutama kondisi aquifer dan kedudukan muka air tanah
dalam lereng.
manusia.
Terdapat ciri-ciri wilayah yang memiliki bahaya terhadap tanah longsor. Ciri-ciri
tersebut dibagi menjadi kondisi alami dan non-alami. Kondisi alami berupa kondisi
alam yang terdapat di wilayah tersebut, yaitu kemiringan lereng, kondisi tanah,
struktur geologi, dan kondisi hidrologi. Kondisi non alami adalah yang berkaitam
korban jiwa apabila bahaya telah berubah menjadi benacna tanah longsor.
Kemiringan lereng merupakan nilai atau tingkat kemiringan lahan terhadap bidang
datar yang dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng, panjang lereng,
dan bentuk lereng akan memengaruhi tingkat bahaya tanah longsor dan erosi.
Semakin curam lereng makatingkat bahaya longsor semakin tinggi, karena gaya
dorong yang ada semakin besar. Bentuk serta kecuraman lereng yang ada dipengaruhi
1.5.1.5.2Penggunaan Lahan
pedoman atau acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh untuk tujuan
pembuatan peta tutupan lahan maupun peta penggunaan lahan. Penggunaan lahan
dalam proses terjadinya tanah longsor. Hal tersebut dikarenakan kesesuaian lahan
pada suatu wilayah berbeda-beda. Apabila pada suatu wilayah tidak sesuai untuk
dibangun permukiman, maka hasil dari pembangunan tersebut tidak akan maksimal
dan tidak sesuai keinginan. Daerah yang berpotensi longsor, apabila dibangun banyak
rumah ataupun bangunan-bangunan lainnya akan mempercepat kerusakan alam dan
Darmoyuwono, 1964, I Made Sandy, 1977, Malingreau, USGS, Sutanto 1981, dan
Anderson 1970. Klasifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah klasifikasi
dengan tujuan klasifikasi sederhana tersebut memiliki sifat fleksibel dan terbuka
oleh berbagai keperluan. Untuk lebih jelasnya, klasifikasi penggunaan lahan menurut
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di tanah datar selama periode yang
diperpanjang dan diukur dalam milimeter (mm) di atas permukaan jika tidak ada
penguapan.
dan spionase. Ketebalan atau permukaan presipitasi untuk area tertentu di permukaan
bumi itulah yang merupakan jumlah sebenarnya dari curah hujan yang diukur. Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMKG) biasanya mengukur curah hujan dalam milimeter
(mm). Curah hujan 1 (satu) milimeter menunjukkan bahwa di lahan datar seluas 1
meter persegi, air dapat ditampung hingga kedalaman 1 milimeter, atau 1000 ml air.
Curah hujan merupakan data yang diperoleh dari hasil interpolasi dari beberapa
stasiun hujan dengan satuan mm/tahun. Data curah hujan diperoleh dari data bulanan
di setiap stasiun, pembuatan zonasi data curah hujan dapat dilakukan dengan
thiesen.
Permukaan bumi atau tanah merupakan suatu benda alam dengan berbagai sifat,
beberapa di antaranya khusus dalam hal asal mula, tersedia, berubah sepanjang waktu,
dan baik bagi keberadaan manusia (Junun, dkk, 2012). . Tanah juga dipandang
sebagai tubuh alami, terutama permukaan planet, dengan karakteristik fisik, kimia,
biologi, dan morfologi tertentu sebagai hasil dari proses yang membentuknya.
Menurut Junun, dkk (2012), proses pembentukan tanah didahului oleh penghancuran
atau pelapukan batuan induk. Proses pelapukan batuan induk mencakup peluruhan
dan dekomposisi yang menghasilkan regolith yang pada umumnya proses destruktif.
Proses pelapukan batuan induk yang menghasilkan bahan induk disebut sedimentasi
bahan induk tanah. Pembentukan tanah sendiri dimulai dari sedimentasi bahan induk
tanah hingga membentuk profil tanah. Proses pelapukan tersebut menjadi awal
terbentuknya tanah
Syarat utama terbentuknya tanah ada dua, yaitu tersedianya bahan asal atau batuan
induk dan adanya faktor-faktor yang memengaruhi bahan induk (Jenny dalam Junun,
2012). Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik,
bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Ada beberapa faktor lain yang
dan waktu.
lereng pada bahaya tanah longsor adalah pada gaya dorong melalui gaya gravitasi.
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong sehingga tingkat
bahaya tanah longsor semakin tinggi. Peran intensitas curah hujan pada bahaya tanah
longsor adalah mengisi pori-pori dan rongga yang ada di tanah dan menyebabkan
tanah menjadi jenuh, berat, dan licin. Kondisi seperti itu akan diperburuk dengan
hujan yang berlangsung terus menerus dan dengan kemiringan lereng yang terjal
Peran jenis penggunaan lahan pada bahaya tanah longsor adalah dengan adanya beban
di permukaan bumi yang terlampau berat akan memberi tekanan yang besar pula pada
tanah sehingga lama-kelamaan tanah tidak kuat menyangga beban yang terdapat
pemukiman di lereng, sawah semak belukar, hutan, dll. Penataan lahan pertanian
maupun perkebunan yang buruk akan berdampak pada timbulnya bencana longsor.
Hal tersebut dikarenakan tanaman pertanian dan perkebunan memiliki akar yang kecil
dan tidak cukup kokoh untuk menjaga struktur tanah tetap kuat. Pepohonan yang
ditebang untuk lahan pertanian maupun perkebunan akan kehilangan fungsinya, yaitu
memperkuat tanah dan akarnya mampu menyerap air, dan untuk menghindari
penyebab pemanasan global sehingga ketika curah hujan tinggi, tidak akan terjadi
Terdapat beragam jenis tanah, ada tanah yang memiliki potensi tinggi terhadap suatu
bencana seperti tanah longsor seperti jenis tanah renzina dan ada pula yang tidak
memiliki potensi terhadap terjadinya tanah longsor. Peran jenis tanah pada bahaya
tanah longsor adalah apabila jenis tanah yang ada di daerah kajian termasuk jenis
tanah yang berpotensi terjadi tanah longsor maka saat hujan datang daerah tersebut
Jenis tanah yang berpotensi terhadap terjadinya tanah longsor adalah tanah yang
cukup tebal dan gembur serta kurang padat. Peran geologi pada bahaya tanah longsor
adalah mengetahui batuan lapuk, sisipan lapisan batu lempung, lereng yang terjal
yang diakibatkan oleh struktur sesar dan kekar (patahan dan lipatan), gempa bumi,
lapisan batuan yang kedap air dan miring ke arah lereng berfungsi sebagai bidang
longsoran.
Adanya retakan karena proses alam (gempa bumi, tektonik) adalah hal-hal yang ada
pada formasi geologi dan perlu diperhatikan dalam memetakan bahaya tanah longsor,
karena setiap jenis formasi geologi terdapat ciri-ciri tersebut. Apabila suatu lokasi
telah diketahui ciriciri tersebut, maka dapat dilihat apakah formasi geologi pada lokasi
tersebut memiliki tingkat bahaya tanah longsor yang tinggi, sedang, atau rendah.