Anda di halaman 1dari 29

Laporan penelitian Geografi

TANAH LONGSOR PADA DAERAH JAWA BARAT PROVINSI BOGOR

Sebagai Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Geografi SMA Batari Medan

Guru Mata Pelajaran : Hilda Syahrani

Disusun Oleh:
Jessica Bonita Togatorop
Grade 10 Resilience

Batari School
2022
Abtstrak

Longsor bencana salah satu bencana yang sering melanda Indonesia. Data dari BPBD Kota

Bogor juga menunjukkan bahwa 179 longsors (atau 40.5%) dari 442 bencana longsor yang

terdeteksi pada tahun 2017 adalah longsors, yang merupakan pertama dari enam jenis

bencana yang ada di Kota Bogor. Memanfaatkan perangkat lunak.

Penelitian risiko longsor sangat diperlukan dalam pembangunan di kota ini. Tujuan esai ini

adalah untuk merangkum dan menganalisis.

risiko longsor Kota Bogor dan menyebutkan rekomendasi untuk mitigasinya. Metode yang

digunakan disebut evaluasi multi kriteria.

dimana masing-masing parameter mendapatkan bobot dan skor dari proses Analytical

Hierarchy Process (AHP).

Hal ini membuktikan bahwa Kecamatan Bogor Selatan memiliki kerawanan dan rumah

panjang dengan plafon yang sangat tinggi.

Menurut jenis bentuk lahan yang ada di wilayah tersebut, 60,5% Wilayah ini merupakanlahan

lereng bersama denudasional kerucut vulkanik, tebing sungai, serta lembah dan teras alluvial.

Namun di Kecamatan Bogor Utara, ada risiko yang signifikan terhadap wilayah tersebut. Hal

ini disebabkan oleh prevalensi penggunaan pemanfaatan lahan dan jumlah orang yang tinggi,

sehingga faktor kerentanan menjadi indikator tingkat risiko yang dapat diandalkan. Untuk

Kota Bogor, yang didominasi oleh penggunaan lahan yang dimanfaatkan, langkah-langkah

mitigasi yang direkomendasikan mencakup penggunaan teknologi sosial, vegetatif, dan sipil

pada tingkat risiko yang terus meningkat. Dalam hal ini, Kecamatan Bogor Selatan

merupakan tempat yang paling sesuai untuk melakukan tindakan mitigasi.


KATA PEGANTAR

saya berterimakasih pada Tuhan yang maha esa dengan dukungan orang tua. Tanpa

pertolongan Tuhan yang maha esa maka saya tidak akan sanggup menyelesaikan ini dengan

baik

Terima kasih saya ucapkan pada Bapa dan Mama aku untuk mendukung dan Terima kasih

juga pada Ms. Hilda telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Saya juga

berterima kasih pada teman – teman seperjuangan yang telah mendukung saya sehingga bisa

menyeselaikan tugas ini tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ms. Hilda pada

bidang Geographi . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang

Tanah Longsor bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian

pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 27 October 2022

Makalah ,

penulis
2. Pendahuluan

2.1.1 Latar belakang

Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi

karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti

jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan

oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah

faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu

adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab

utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun

ada pula faktor-faktor lainnya yang turut.

Erosi yang disebabkan oleh aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau

gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng semakin curam lereng dari bebatuan

dan tanah diperlemah akibat kondisi jenuh yang disebabkan oleh hujan lebat gempa bumi

yang menyebabkan getaran, tekanan pada mineral.

Gunung Berapi Menciptakan Simpanan Debu Yang, Hujan Lebat dan Aliran Debu-Debu

Getaran Dari Mesin, Kemudian Lintas, Penggunaan Bahan-Bahan Peledak, Dan Mungkin

Petir Berat Yang Sangat Berbeda, Misalnya Dari Berkumpulnya Hujan Ator Salju.
Gambar 1.1- Grafik jumlah kejadian Tanah longsor di daerah Bogor pada bulan
Januari ke Juni pada tahun 2022 per kecamatan .

Sumber: https://bpbd.bogorkab.go.id/grafik-kejadian-bencana-per-kecamatan-wilayah-
kabupaten-bogor-semester-1/
Berdasarkan Grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah paling banyak terjadi

bencana adalah Kecamatan Cigombong sebanyak 38 kejadian bencana, disusul Caringin

36 bencana dan Cibinong 31 Bencana.

Bencana yang sering terjadi masih Tanah Longsor, Angin Kencang dan Banjir. Karena

ini, konstruksi rumah harus lebih diperhatikan dan Perhatikan kondisi tanah disekitar

rumah yang berposisi dekat tebing .

Beberapa faktor-faktor yang sering muncul adalah Curah hujan tinggi dengan intesitas

tinggi , Tanah longsor

Gambar 1.2-Tabel jumlah kejadian Tanah longsor di Bogor pada tahun 2022
Dalam table tersebut terlaporkan bahwa ada total 30 bencana tanah longsor

Gambar 1.3 – Tabel jumlah kejadian Tanah longsor di Bogor pada tahun 2021
Sumber: https://dibi.bnpb.go.id/kwilayah/index

Tetapi, dalam table ini menunjukan jumlah 112 bencana Tanah longsor dengan kurangnya

jumlah orang yang menderita pada table 2022 banding dengan 2021. Dengan jumlah yang

mengungsi. Tetapi, dalam jumlah Meninggal dan hilang telah ada 1 di statistic pada tahun

2022. Yang menunjukan bahwa masih ada yang harus diselesaikan dengan penangungan

bencana lonsor, seperti tingkatkan jumlah tim pencarian korban dll.

Kenapa Kecamatan Cigombong sebanyak 38 dan Cibinong 31 banyak tanah

longsor tingkat kerawanan tanah bergerak dipengaruhi oleh kondisi geologi dan jenis tanah.

Wilayah dengan material tanah dan geologi yang bersifat lepas akan mudah menyebabkan

terjadinya tanah bergerak.


Intensitas hujan juga menjadi salah satu indikator pergerakan tanah. Intensitas yang tinggi

akan menyebabkan tanah menjadi jenuh akan air, dan tentunya akan menambah volume

beban tanah sehingga akan semakin rawan terjadinya gerakan tanah dan beberapa wilayah

yang tergolong dalam zona rawan mengalami tanah bergerak ini akan mudah terjadi longsor

apabila lokasinya berada pada tingkat kemiringan lereng yang tinggi.

Perumusan masalah

Salah satu bencana yang sering melanda Indonesia khususnya Daerah Bogor adalah tanah

longsor. Longsor yang terjadi dapat menimbulkan dampak negatif dan merugikan bagi

penduduk sekitar, termasuk hilangnya harta benda dan hilangnya nyawa orang-orang di

sekitarnya.

Salah satu metode analisasi yang bisa aplikasikan untuk masalah ini adalah menganalisasi

tipe tanah dan apa faktor -faktor yang terlibat. Dengan ini kita harus pelajari apa tipe tanah

dan faktor-faktor yang akan terlibat dengan beberapa cara kurangi kejadian tanah longsor

terjadi.

Tujuan penelitian

1.Analisasi tipe tanah yang dapat meningkatkan kejadian Tanah longsor

2. Faktor apakah yang sering terlibat dalam bencana Tanah longsor?

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini yaitu,


1. Memberikan informasi dan masukan mengenai daerah terhadap bencana tanah longsor di

Bogor sebagai upaya

2.untuk antisipasi dini serta meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana

tanah longsor.

3. Bahan pertimbangan dalam perencanaan pemanfaatan lahan bagi

Pemerintah Bogor.

1.5.1.1 Zona berpotensi tanah longsor

Zona berpotensi longsor adalah daerah/kawasan yang rawan terhadap

bencana longsor dengan kondisi terrain dan kondisi geologi yang

sangat peka terhadap gangguan luar, baik yang bersifat alami maupun

aktifitas manusia sebagai faktor pemicu gerakan tanah, sehingga

berpotensi terjadinya longsor. Terdapat 3 jenis zona potensi tanah

longsor, yaitu Zona Tipe A, Zona Tipe B, dan Zona Tipe C.

a. Zona Berpotensi Longsor Tipe A

Zona ini mencakup setiap tempat dengan kemiringan lebih dari 40% dan ketinggian lebih dari

2000 meter di atas permukaan laut. Ini juga termasuk bukit miring, lereng bukit, tepi sungai,

dan lembah sungai. Zona ini dicirikan oleh lereng yang cukup curam dan pegunungan

cembung; lapisan penutup yang lebih tebal dari 2 meter, gembur dan mudah ditembus air
(misalnya tanah sisa); dan batuan dasar yang lebih rapat dan kedap air (misalnya andesit,

breksi andesit, tuf, napal, dan batulempung).

Vegetasi alami yang dapat ditemukan antara lain pohon berujung lebat, daun seperti jarum,

dan tanaman dengan akar berserat (semak, perdu, dan rumput) (pinus).

b. Zona Berpotensi Longsor Tipe B

Gambar 1.4 – Peta Zona berpotensi Longsor Tipe B

Sumber: https://4.bp.blogspot.com/-5Cv96MdeTiY/Vqhwpn2C2kI/AAAAAAAABj0/-

G6fmPXFhcA/s1600/jenis-zona-berpotensi-tanah-longsor.jpg
Zona potensi erosi dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai 40% di kaki

gunung, kaki gunung, kaki bukit, kaki bukit, dan tebing sungai, yang semuanya terletak

antara 500 dan 2000 meter di atas laut tingkat. Zona ini antara lain dibedakan oleh lereng

gunung yang terdiri dari lapisan tanah penutup yang gembur dan kedap air dengan ketebalan

kurang dari 2 (dua) meter. Lereng tepi sungai terbuat dari tanah.

Kurang dari 2 (dua) meter sisa, tanah kolovial atau batuan sedimen yang berasal dari endapan

sungaiCurah hujan di lokasi ini dapat mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per hari, dengan

curah hujan tahunan sekitar 2500 mm. Ada juga rembesan air atau mata air secara teratur di

lereng, terutama di mana lapisan batuan kedap air bertemu dengan lapisan tanah yang lebih

permeabel. Pergerakan Tanah di lokasi ini biasanya berupa tanah merayap, yang

mengakibatkan rekahan dan tenggelam.

c. Zona Berpotensi Longsor Tipe C

Daerah yang berpotensi longsor dapat dijumpai di dataran tinggi, dataran rendah, dataran,

bantaran sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% hingga

20% dan ketinggian antara 0 hingga 500 meter di atas permukaan laut. Zonasi ini dibedakan

antara lain oleh daerah tikungan sungai (meandering) yang memiliki kemiringan tebing

sungai lebih dari 40%,

Curah hujan dapat mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per hari dengan curah hujan

tahunan lebih dari 2500 mm. Tanah (batuan) yang membentuk lereng sering kali terbentuk

dari tanah lempung yang mengembang dengan cepat bila jenuh dengan air (jenis

montmorillonit).

Di lereng, wilayah ini sering menunjukkan rembesan air atau mata air, terutama di mana batu

kedap air dan tanah yang lebih permeabel bertemu. Getaran tanah yang sering terjadi

biasanya dalam bentuk creep tanah, yang menghasilkan penurunan dan retakan.
1.5.1.2 Bahaya (Hazard)

Bahaya adalah suatu ancaman tertentu yang berasal dari suatu kejadian halus di dunia yang

mungkin mengandung kejadian yang tidak menyenangkan seperti keadaan yang buruk atau

tidak menarik. Tingkat ancaman ditentukan oleh probabilitas berdasarkan periode waktu,

lokasi, dan isi dari peristiwa itu sendiri pada saat itu terjadi. Bahaya Alam adalah

kemungkinan terjadinya peristiwa yang berpotensi merugikan sebagai akibat dari fenomena

atmosfer di suatu wilayah atau negara tertentu (Haryati, 2011).

Bahaya adalah suatu keadaan yang menghalangi kehidupan sehari-hari, dan setiap aktivitas

manusia dapat disebabkan oleh unsur lingkungan atau orang tersebut. Selain itu, tingkat

bahaya dapat diamatidan

dibedakan dari lokasi dan jangka waktu Kejadian sebelumnya. Jika Anda sudah berurusan

dengan jiwa korban, kehilangan, atau kerusakan jantung dan paru-paru, bahaya dapat berubah

menjadi bencana.
Bencana (Disaster)

Untuk mencegah munculnya perdagangan manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda, dan gangguan psikologis, bencana adalah suatu peristiwa yang mengancam dan

merusak kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan sosial masyarakat umum. UU No. 24 Tahun

2007 Bencana dapat dikatakan sebagai suatu jenis gerakan politik tertentu yang merendahkan

harkat dan martabat manusia dalam rangka menumbuhkan konflik dan kawanan jiwa. Becana

dapat disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Contoh dari faktor alam adalah tsunami,

gempa bumi, dan sebagainya, sedangkan contoh non-alam adalah bencana yang ditimbulkan

karena ada campur tangan manusia, seperti banjir, kebakaran, dan lain sebagainya.

Untuk mencegah timbulnya perdagangan orang, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

dan gangguan psikis, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan merusak kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan sosial masyarakat umum. UU No. 24

Tahun 2007 Bencana dapat diibaratkan sebagai suatu jenis gerakan politik tertentu yang

merendahkan harkat dan martabat manusia untuk menumbuhkan konflik dan gerombolan

jiwa. Bencana dapat disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Contoh faktor alam

adalah tsunami, gempa bumi, dan sebagainya, sedangkan contoh non alam adalah bencana

yang disebabkan oleh campur tangan manusia, seperti banjir, kebakaran, dan sebagainya.

Untuk mencegah munculnya perdagangan manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda, dan gangguan psikologis, bencana adalah suatu peristiwa yang mengancam dan

merusak kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan sosial masyarakat umum. UU No. 24 Tahun

2007 Bencana dapat dikatakan sebagai suatu jenis gerakan politik tertentu yang merendahkan
harkat dan martabat manusia dalam rangka menumbuhkan konflik dan kawanan jiwa. Becana

dapat disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Contoh dari faktor alam adalah tsunami,

gempa bumi, dan sebagainya, sedangkan contoh non-alam adalah bencana yang ditimbulkan

karena ada campur tangan manusia, seperti banjir, kebakaran, dan lain sebagainya.

1.5.3 Tanah Longsor

Tanah longsor adalah proses pergeseran atau perpindahan massa tanah secara vertikal atau

miring dari lokasi awalnya.

Dorongan yang harus disalahkan untuk ini. Tanah longsor dapat terjadi. Ini juga dapat

digambarkan sebagai proses massa batu atau tanah yang dipindahkan oleh gravitasi.

Kemungkinan terjadinya erosi dan tingkat keparahannya sangat signifikan karena sering

terjadi curah hujan yang tinggi, kemiringan lereng hingga medan yang terjal, dan penggunaan

lahan .Hal ini tidak sesuai dengan kemampuan tanah setempat, ketebalannya, dan keragaman

batuan dan fitur geologisnya.

Tanah longsor, juga dikenal sebagai gerakan tanah, adalah kejadian geologis yang disebabkan

oleh pergerakan batuan atau massa tanah dari berbagai bentuk, seperti batu yang jatuh atau

gumpalan tanah yang besar. Tanah longsor sering kali diakibatkan oleh dua sumber: kekuatan

pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah yang mempengaruhi keadaan

material, sedangkan faktor pemicu adalah yang menyebabkan material bergerak.

Karakteristik longsor dapat dibagi menjadi lima macam yaitu :

1. Jatuhan (falls)
Material longsor sering kali berbentuk batuan atau tanah yang bergerak cepat hingga

sangat cepat. Pergerakan seperti ini terjadi pada lereng yang curam dengan bidang

yang tidak menerus, seperti tebing atau tegakan yang terbuat dari batuan.

Contoh:

Gambar 1.6- Tipe Tanah Lonsor Jatuhan

Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/

2. Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah bergeraknya batuan pada bidang gelincir berbentuk rata.

Longsoran ini disebut longsoran translasi blok batu.

Contoh:
Gambar 1.7- Tipe Tanah Longsor Pergerakan Longsor

Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/

3. Longsoran (slides)

Gerakan material pembentuk lereng yang diakibatkan oleh terjadinya kegagalan geser,

disepanjang satu atau lebih bidang longsor. Material longsoran bergerak lamban

dengan bekas longsoran berbentuk tapal kuda. Massa tanah yang bergerak bisa

menyatu atau terpecah- pecah. Berdasarkan geometri bidang gelincirnya, longsoran

dibedakan dalam dua jenis, yaitu longsoran rotasional dan Longsoran translasional 

Longsoran rotasional (rotational slides) mempunyai bidang longsor melengkung ke

atas, dan sering terjadi pada massa tanah yang bergerak dalam satu kesatuan.

Longsoran rotasional murni (slump) terjadi pada material yang relatif homogen

seperti timbunan batuan (tanggul).


Gambar 1.8- Tipe Tanah Longsor Longsoran (Slides)

Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/

A) Longsor Translasional

Longsoran yang bergerak di atas titik-titik lemah atau diskontinuitas yang kira-

kira sejajar dengan permukaan lereng dikenal sebagai longsoran translasi. Pada

tanah lempung, translasi terjadi pada lapisan tipis pasir atau lanau, terutama jika

lapisan lemah sejajar dengan kemiringan yang sudah ada. Tekanan pori yang

tinggi pada pasir atau lanau dapat menyebabkan translasi longsoran lempung yang

mengandung lapisan lanau atau pasir.

Gambar 1.9- Tipe Tanah longsor Lonsoran, Longsor Translasional

Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/
4. Sebaran (spreads)

Termasuk dalam sebaran lateral (juga dikenal sebagai sebaran lateral), yang

menggabungkan perluasan massa tanah, adalah longsoran translasi.

dan pecahnya massa batuan menjadi potongan-potongan zat lunak di bawahnya.

Geser terkuat tidak terjadi di dekat permukaan bidang erosi. Tanah granular dapat

mencair atau lunak, tanah kohesif mungkin runtuh di lereng, menyebabkan distribusi.

Gambar 2.0- Tipe Tanah longsor Sebaran

Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/

5. Aliran (flows)

Aliran material yang hancur menuruni bukit seperti cairan kental, mengalir dengan

cepat dan tiba-tiba. Aliran sering terjadi di bidang yang relatif kecil.

Material yang terbawa arus dapat berupa jenis tanah apa saja, termasuk tanah dengan

batu-batu besar, kayu, ranting, dan material lainnya.


Gambar 2.1-Tanah Longsor Tipe Flow

Sumber: http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/

Pada prinsipnya longsor terjadi karena terganggunya keseimbangan lereng akibat

adanya pengaruh gaya-gaya yang berasal dari dalam lereng (gravitasi bumi dan

tekanan air pori di dalam tanah lereng) dan atau gaya-gaya yang berasal dari luar

lereng (getaran kendaraan dan pembeban yang berlebihan pada lereng).

Menurut Dwikorita (2002, dalam Priyanto 2005), kawasan yang rawan akan longsor

adalah sebagai berikut :

 Kondisi alamiah :

1. Kondisi lereng yang biasanya mempunyai kemiringan lereng dari 20 o .

2. Kondisi tanah atau batuan penyusun lereng, umumnya lereng yang tersusun oleh :

a. Tumpukan massa tanah gembur/lepas-lepas yang menumpang diatas permukaan

tanah atau batuan yang lebih kedap dan kompak.


b. Lapisan tanah atau batuan yang miring searah dengan kemiringan lereng.

c. Adanya struktur geologi yang miring searah dengan kemiringan lereng.

3. Struktur geologi ini dapat merupakan bidang-bidang lemah, sehingga massa tanah

sensitif bergerak disepanjang bidangbidang lemah tersebut.

4. Kondisi hidrologi lereng, terutama kondisi aquifer dan kedudukan muka air tanah

dalam lereng.

 Kondisi non alamiah :

1. Bertambahnya pembeban pada lereng, misal adanya konstruksi bangunan atau

meresapnya air dari permukaan.

2. Hilangnya penahan pada lereng karena penggalian dibawah lereng

3. Aktivitas manusia, mencakup pola penggunaan lahan yang dilakukan oleh

manusia.

Terdapat ciri-ciri wilayah yang memiliki bahaya terhadap tanah longsor. Ciri-ciri

tersebut dibagi menjadi kondisi alami dan non-alami. Kondisi alami berupa kondisi

alam yang terdapat di wilayah tersebut, yaitu kemiringan lereng, kondisi tanah,

struktur geologi, dan kondisi hidrologi. Kondisi non alami adalah yang berkaitam

dengan berbagai aktifitas manusia. Mengetahui ciri-ciri wilayah yang memiliki


potensi terjadinya tanah longsor dapat meminimalisir terjadinya kerugian maupun

korban jiwa apabila bahaya telah berubah menjadi benacna tanah longsor.

1.5.1.4 Parameter Bahaya Tanah Longsor

1.5.1.4.1 Kemiringan lereng

Kemiringan lereng merupakan nilai atau tingkat kemiringan lahan terhadap bidang

datar yang dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng, panjang lereng,

dan bentuk lereng akan memengaruhi tingkat bahaya tanah longsor dan erosi.

Semakin curam lereng makatingkat bahaya longsor semakin tinggi, karena gaya

dorong yang ada semakin besar. Bentuk serta kecuraman lereng yang ada dipengaruhi

oleh curah hujan dan erosi yang terjadi di daerah tersebut.

1.5.1.5.2Penggunaan Lahan

Klasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan digunakan sebagai

pedoman atau acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh untuk tujuan

pembuatan peta tutupan lahan maupun peta penggunaan lahan. Penggunaan lahan

merupakan aktifitas manusia dalam mengolah lingkungan alam sehingga memberikan

nilai ekonomis sebagai sumber penghasilan. Penggunaan lahan juga mempengaruhi

dalam proses terjadinya tanah longsor. Hal tersebut dikarenakan kesesuaian lahan

pada suatu wilayah berbeda-beda. Apabila pada suatu wilayah tidak sesuai untuk

dibangun permukiman, maka hasil dari pembangunan tersebut tidak akan maksimal

dan tidak sesuai keinginan. Daerah yang berpotensi longsor, apabila dibangun banyak
rumah ataupun bangunan-bangunan lainnya akan mempercepat kerusakan alam dan

mempermudah terjadinya tanah longsor.

Terdapat beberapa klasifikasi penentuan jenis penggunaan lahan, yaitu

Darmoyuwono, 1964, I Made Sandy, 1977, Malingreau, USGS, Sutanto 1981, dan

Anderson 1970. Klasifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah klasifikasi

menurut Malingreau. Klasifikasi Malingreau dianggap sesuai karena Malingreau

secara sederhana melakukan klasifikasinya berdasarkan karakteristik penutup lahan

dengan tujuan klasifikasi sederhana tersebut memiliki sifat fleksibel dan terbuka

sehingga dapat mengakomodasi penambahan-penambahan pada masa mendatang dan

oleh berbagai keperluan. Untuk lebih jelasnya, klasifikasi penggunaan lahan menurut

Malingreau dapat dilihat pada table


1.5.1.5.3 Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di tanah datar selama periode yang

diperpanjang dan diukur dalam milimeter (mm) di atas permukaan jika tidak ada

penguapan.

dan spionase. Ketebalan atau permukaan presipitasi untuk area tertentu di permukaan

bumi itulah yang merupakan jumlah sebenarnya dari curah hujan yang diukur. Badan

Meteorologi dan Geofisika (BMKG) biasanya mengukur curah hujan dalam milimeter
(mm). Curah hujan 1 (satu) milimeter menunjukkan bahwa di lahan datar seluas 1

meter persegi, air dapat ditampung hingga kedalaman 1 milimeter, atau 1000 ml air.

Curah hujan merupakan data yang diperoleh dari hasil interpolasi dari beberapa

stasiun hujan dengan satuan mm/tahun. Data curah hujan diperoleh dari data bulanan

di setiap stasiun, pembuatan zonasi data curah hujan dapat dilakukan dengan

mengunakan beberapa metode diantaranya dengan metode isohyet ataupun polygon

thiesen.

1.5.1.5.4 Jenis Tanah

Permukaan bumi atau tanah merupakan suatu benda alam dengan berbagai sifat,

beberapa di antaranya khusus dalam hal asal mula, tersedia, berubah sepanjang waktu,

dan baik bagi keberadaan manusia (Junun, dkk, 2012). . Tanah juga dipandang

sebagai tubuh alami, terutama permukaan planet, dengan karakteristik fisik, kimia,

biologi, dan morfologi tertentu sebagai hasil dari proses yang membentuknya.

Menurut Junun, dkk (2012), proses pembentukan tanah didahului oleh penghancuran

atau pelapukan batuan induk. Proses pelapukan batuan induk mencakup peluruhan

dan dekomposisi yang menghasilkan regolith yang pada umumnya proses destruktif.

Proses pelapukan batuan induk yang menghasilkan bahan induk disebut sedimentasi

bahan induk tanah. Pembentukan tanah sendiri dimulai dari sedimentasi bahan induk

tanah hingga membentuk profil tanah. Proses pelapukan tersebut menjadi awal

terbentuknya tanah
Syarat utama terbentuknya tanah ada dua, yaitu tersedianya bahan asal atau batuan

induk dan adanya faktor-faktor yang memengaruhi bahan induk (Jenny dalam Junun,

2012). Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik,

kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Ada beberapa faktor lain yang

memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi,

dan waktu.

Menurut Jenny dalam Junun, dkk (2012) memformulasikan faktor-faktor pembentuk

tanah ke dalam formua matematis.

1.5.1.5.5 Formasi Geologi

1.2.1.4.6 Sistem Informasi Geografis (SIG)

1.5.3 Kerangka Penelitian

lereng pada bahaya tanah longsor adalah pada gaya dorong melalui gaya gravitasi.

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong sehingga tingkat
bahaya tanah longsor semakin tinggi. Peran intensitas curah hujan pada bahaya tanah

longsor adalah mengisi pori-pori dan rongga yang ada di tanah dan menyebabkan

tanah menjadi jenuh, berat, dan licin. Kondisi seperti itu akan diperburuk dengan

hujan yang berlangsung terus menerus dan dengan kemiringan lereng yang terjal

sehingga menimbulkan bahaya tanah longsor yang tinggi.

Peran jenis penggunaan lahan pada bahaya tanah longsor adalah dengan adanya beban

di permukaan bumi yang terlampau berat akan memberi tekanan yang besar pula pada

tanah sehingga lama-kelamaan tanah tidak kuat menyangga beban yang terdapat

diatasnya, yang kemudian menjadi mudah longsor. Contohnya adalah adanya

pemukiman di lereng, sawah semak belukar, hutan, dll. Penataan lahan pertanian

maupun perkebunan yang buruk akan berdampak pada timbulnya bencana longsor.

Hal tersebut dikarenakan tanaman pertanian dan perkebunan memiliki akar yang kecil

dan tidak cukup kokoh untuk menjaga struktur tanah tetap kuat. Pepohonan yang

ditebang untuk lahan pertanian maupun perkebunan akan kehilangan fungsinya, yaitu

memperkuat tanah dan akarnya mampu menyerap air, dan untuk menghindari

penyebab pemanasan global sehingga ketika curah hujan tinggi, tidak akan terjadi

bencana longsor maupun banjir.

Terdapat beragam jenis tanah, ada tanah yang memiliki potensi tinggi terhadap suatu

bencana seperti tanah longsor seperti jenis tanah renzina dan ada pula yang tidak

memiliki potensi terhadap terjadinya tanah longsor. Peran jenis tanah pada bahaya

tanah longsor adalah apabila jenis tanah yang ada di daerah kajian termasuk jenis
tanah yang berpotensi terjadi tanah longsor maka saat hujan datang daerah tersebut

menjadi bahaya terhadap tanah longsor.

Jenis tanah yang berpotensi terhadap terjadinya tanah longsor adalah tanah yang

cukup tebal dan gembur serta kurang padat. Peran geologi pada bahaya tanah longsor

adalah mengetahui batuan lapuk, sisipan lapisan batu lempung, lereng yang terjal

yang diakibatkan oleh struktur sesar dan kekar (patahan dan lipatan), gempa bumi,

lapisan batuan yang kedap air dan miring ke arah lereng berfungsi sebagai bidang

longsoran.

Adanya retakan karena proses alam (gempa bumi, tektonik) adalah hal-hal yang ada

pada formasi geologi dan perlu diperhatikan dalam memetakan bahaya tanah longsor,

karena setiap jenis formasi geologi terdapat ciri-ciri tersebut. Apabila suatu lokasi

telah diketahui ciriciri tersebut, maka dapat dilihat apakah formasi geologi pada lokasi

tersebut memiliki tingkat bahaya tanah longsor yang tinggi, sedang, atau rendah.

Anda mungkin juga menyukai