Anda di halaman 1dari 10

KONSTRUKSI IDENTITAS TOKOH AMINE DALAM NOVEL

L’ATTENTAT KARYA YASMINA KHADRA

Farah Salsabila (1706073326)


Program Studi Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,
Universitas Indonesia

ABSTRAK

Artikel ini membahas novel L’Attentat karya Yasmina Khadra dengan penelitian yang
akan berfokus pada gagasan konstruksi identitas diri yang tersirat dalam karya sastra tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif analisis berlandaskan kajian
struktur teks sastra oleh Gustave Freytag dalam buku Freytag's Technique of the Drama: An
Exposition of Dramatic Composition and Art (1990) karya E.J. McEwan dan teori konstruksi
identitas yang dikemukakan oleh Chris Baker dalam bukunya, Cultural Studies: Theory and
Practice, bertujuan untuk mengungkapkan konsep diri tokoh dan unsur-unsur pembentuknya.
Hasil dari penelitian ini bahwa konstruksi identitas tokoh Amine terbentuk dari dampak
aspek-aspek yang menyangkut konflik Israel-Paletsina.

Kata kunci: Kesusastraan Aljazair, konstruksi identitas, frankofon, L’Attentat

PENDAHULUAN

Kesusastraan Frankofon hadir dari adanya penyebaran bahasa Prancis akibat terjadinya
kolonialisasi Prancis di berbagai belahan dunia dari abad ke-19 hingga abad ke-20. Pengaruh
Prancis yang sangat kuat menjadikan bahasa Prancis sebagai bahasa resmi atau bahasa kedua
di negara-negara koloni tersebut, sehingga melahirkan banyak karya sastra yang ditulis dalam
bahasa Prancis. Sastrawan-sastrawan Frankofon menuliskan karya-karyanya dalam bahasa
Prancis dengan tujuan untuk memperluas jangkauan para pembacanya agar dapat membangun
dialog antarbudaya sesama penutur bahasa Prancis, serta turut melestarikan tradisi berbahasa
Prancis (Sastriyani, 2006). Karya sastra Frankofon pada umumnya mengangkat tema seputar
diskriminasi, identitas, konflik politik, ideologi, diaspora, dan sebagainya. Joubert-Louis
dalam Sastriyani (2006) mengungkapkan bahwa para pengarang Frankofon menggunakan
bahasa Prancis sebagai sarana untuk menyuarakan gagasan atau pandangan mereka mengenai
isu-isu tersebut, sekaligus menceritakan budaya dan sejarah mereka yang diungkapkan
melalui karya sastra.

Aljazair merupakan salah satu negara Frankofon dan termasuk bagian dari negara bekas
kolonialisasi Prancis. Kesusastraan Frankofon telah berkembang di Aljazair sejak tahun 1920-
an, namun, pengakuan yang signifikan atas karya mereka baru diperoleh pada akhir tahun
1950-an (Déjeux & Mitsch, 1992). Salah satu sastrawan Aljazair yang telah banyak
melahirkan karya sastra dalam bahasa Prancis adalah Mohammed Moulessehoul. Ia
merupakan seorang veteran tentara Aljazair yang lahir pada 10 Januari 1955 di Kénadsa,
Aljazair. Moulessehoul telah menerbitkan karya-karya sastra sejak tahun 1984. Akan tetapi,
statusnya sebagai anggota tentara Aljazair mengharuskan Moulessehoul untuk menyamarkan
identitasnya agar memiliki kebebasan yang lebih besar dalam menulis tanpa dikenakan sensor
militer tahun 1988. Moulessehoul kemudian menerbitkan karya-karya selanjutnya dengan
nom de plume atau nama pena Yasmin Khadra, yaitu nama istrinya. Pengalaman Khadra
sebagai anggota militer memberinya wawasan khusus mengenai kondisi sosial politik yang
terjadi di sekitarnya, sehingga sebagian besar dari karyanya berkaitan dengan peperangan dan
konflik politik agama. Sekitar tahun 2000, setelah identitasnya sebagai penulis kontroversial
mulai terungkap, ia meninggalkan Aljazair dan memutuskan utnuk menetap di Prancis hingga
kini (Encyclopedia.com).

Pada tahun 2005, Yasmin Khadra menerbitkan L’Attentat, sebuah novel yang
mengangkat tema besar ideologi fundamentalisme Islam di Timur Tengah, khususnya pada
konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina. L’Attentat mengisahkan perjuangan Amine
Jaafari, seorang ahli bedah berdarah Palestina yang berkewarganegaraan Israel, mencari
kebenaran dari peristiwa tak terduga yang menimpanya, yaitu ketika istrinya, Sihem, menjadi
pelaku bom bunuh diri di Tel Aviv. Setelah terpaksa menerima kenyataan pahit bahwa
istrinya bertanggung jawab atas tragedi tersebut, Amine melakukan perjalanan panjang ke
Bethlehem, Kafr Kanna, dan Jenin, di mana pada akhirnya, ia menemukan jawaban atas
motivasi istrinya melakukan misi bom bunuh diri yang mengatasnamakan Palestina. Dalam
novel ini, Khadra berhasil membahas isu-isu sensitif melalui perspektif tokoh Amine,
sehingga memungkinkan para pembacanya untuk memahami lebih dalam mengenai krisis
Israel-Palestina yang masih berlangsung hingga saat ini.

L’Attentat merupakan salah satu karya sastra Yasmin Khadra yang cukup terkenal dan
telah dijadikan sebagai bahan penelitian dengan pembahasan yang berbeda-beda. Beberapa di

1
antaranya, yakni Que peut la fiction ? Yasmina Khadra, le terrorisme et le conflit israélo-
palestinien (2008) oleh Dominique Garand yang membahas lebih dalam mengenai isu
terrorisme dan fundamentalisme Muslim. Penelitian lain terhadap L’Attentat dilakukan oleh
Retno Sukardan Mamoto dalam publikasinya yang berjudul An identity of opposition against
urban cosmopolitan setting in Yasmina Khadra’s The Attack (2006). Pembahasan dalam
penelitian tersebut berfokus pada identitas oposisi tokoh Amien dan Sihem dengan
berlandaskan teori post-modernisme. Kemudian, ada juga penelitian yang membahas secara
spesifik mengenai krisis identitas tokoh Amien dan kaitannya dengan konsep eksistentialisme
yang dilakukan oleh Dr. Susy Antony dalam publikasinya yang berjudul Existential Angst
and Identity Crises in Yasmina Khadra’s The Attack (2019).

Terdapat unsur-unsur lain yang dapat diteliti lebih lanjut dalam novel L’Attentat.
Yasmina Khadra menyisipkan beberapa gagasan yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan
para tokoh. Pada artikel ini, penelitian akan mengkaji adanya keterkaitan antara konstruksi
identitas dan pengaruhnya terhadap perilaku dan tindakan tokoh Amine. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari struktur naratif teks sastra dan mengungkapkan bagaimana
tokoh sentralnya, yaitu Dr. Amine Jaafari. Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, topik yang
diambil untuk penelitian ini berfokus pada pengkajian ideologi humanisme tokoh Amine,
serta kaitannya dengan konflik Israel-Palestina yang digambarkan dalam novel L’Attentat.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan menggunakan korpus novel L’Attentat (2005) karya
Yasmina Khadra dengan metode kualitatif, yaitu menganalisis data yang telah dikumpulkan
berlandaskan kajian struktur teks sastra oleh Gustave Freytag dalam buku Freytag's
Technique of the Drama: An Exposition of Dramatic Composition and Art (1990) karya E.J.
McEwan. Menurut Freytag dalam McEwan (1990), alur cerita naratif terbagi menjadi 5
bagian, yaitu eksposisi, gawatan, klimaks, resolusi, dan peleraian. Terdapat pulan teori
terkemuka juga digunakan sebagai elemen pendukung dalam menganalisis tokoh dan
hubungannya dengan konflik yang ada dalam novel L’Attentat, yaitu teori konstruksi identitas
yang dikemukakan oleh Chris Baker dalam bukunya, Cultural Studies: Theory and Practice,
bertujuan untuk mengungkapkan konsep diri tokoh dan unsur-unsur pembentuknya. Baker
(2019) menyatakan bahwa konstruksi identitas adalah bangunan identitas diri sebagai bentuk
kesadaran atas diri sendiri yang diciptakan melalui penilaian terhadap konsep diri secara utuh.

2
Konstruksi identitas berhubungan dengan persoalan kesamaan maupun perbedaan aspek
personal dan sosial dari seorang individu dengan individu lainnya. Konstruksi identitas juga
menyangkut citra suatu budaya masyarakat terhadap budaya lainnya, dibangun untuk melalui
proses historis dengan melibatkan berbagai pihak yang bertindak sebagai agen kebudayaan.
Kaitan antara teori fokalisasi dan teori konstruksi identitas ini akan digunakan untuk
menganalisis hubungan antartokoh yang menyebabkan adanya konflik dalam novel
L’Attentat, khususnya seputar peristiwa bom bunuh diri Shiem serta keberlangsungan konflik
politik-agama di Israel-Palestina yang memiliki pengaruh besar terhadap tokoh Amine.

STRUKTUR NARATIF L’ATTENTAT

Yasmin Khadra menuliskan L’Attentat berdasarkan sudut pandang orang pertama


pelaku utama berupa narasi tokoh Amine Jaafari. Novel L’Attentat terbagi dalam 16 bab
dengan alur non-linear karena adanya kilas balik yang dijelaskan melalui sudut pandang tokoh
Amine. Berdasarkan latar tempat, kisah Amine terjadi di sekitar Israel dan Palestina,
sedangkan latar waktu tidak dijelaskan secara eksplisit dalam novel ini. Akan tetapi, dapat
diperkirakan bahwa kisah L’Attentat terjadi sekitar tahun 2000-an. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa pembahasan antartokoh yang menyebutkan adanya Tembok Pemisah Israel dan
Palestina. Pada novel L’Attentat, eksposisi dimulai dari prolog sebagai pembuka cerita, tanpa
adanya pengenalan tokoh. Prolog ini sebenarnya merupakan extrait dari penutup atau bagian
akhir cerita, di mana tokoh utamanya menjadi korban penyerangan seorang syekh di Jenin,
Palestina. Ketika itu, tokoh utama digambarkan sedang sekarat dan hanya dapat berhalusinasi
tentang masa kecilnya. Eksposisi dilanjutkan dengan pengenalan tokoh utama, yaitu Amine
Jaafari, dan diakhiri dengan pemaparan narasi mengenai Sihem, istri dari Amine, latar
belakangnya, serta kehidupan rumah tangga mereka yang Amine anggap harmonis. Gawatan
dalam novel L’Attentat berawal dari Amine yang mendapat telepon masuk dari temannya,
Naveed Ronen, terungkapnya pelaku bom bunuh diri ketika mayat Sihem diperlihatkan
kepada Amine, dan ketika Amine menemukan surat dari istrinya yang secara implisit
membenarkan dugaan atas aksi bom bunuh diri yang ia lakukan. Klimaks terjadi ketika terjadi
penculikan tokoh Amine dan perbincangan yang menguatkan pemahaman Amine mengenai
motivasi bom bunuh diri istrinya. Resolusi terjadi ketika Amine akhirnya kembali ke
kampung halamannya setelah melalui banyak peristiwa berat pada kunjungannya ke
Bethlehem, Kafr Kanna, dan Jenin. Peleraian mulai terjadi ketika Amine ingin membantu

3
saudaranya yang tengah melakukan misi ke Jenin. Kisah ini berakhir ketika malapetaka
kembali menimpa Amine yang kemudian merenggut nyawanya. Kelengkapan struktur
pengaluran terdapat pada lampiran.

KONSTRUKSI IDENTITAS TOKOH AMINE JAAFARI

Pada novel L’Attentat, Tokoh Amine merupakan tokoh protagonis yang menjadi titik
fokus dan penggerak cerita dalam novel L’Attentat. Hal ini dibuktikan dari narasi dan
tindakan yang berpusat pada Amine. Pengenalan tokoh Amine diawali dengan dialog dengan
tokoh lainnya yang menyebut namanya di bab pertama novel ini.
“Tu n’es pas réglo, Amine. Tu profites toujours de mes
mauvaises passes pour me marquer des points. Aujourd’hui que je
me sens en forme, tu te débines.” (2005: 12)
Kutipan tersebut merupakan pengenalan awal tokoh Amine. Identitasnya kemudian diperjelas
melalui dialog dirinya yang menyebutkan nama panjang beserta profesinya kepada tokoh lain.
“De l’hôpital. Je suis le docteur Amine Jaafari ; j’exerce en
qualité de chirurgien à Ichilov. Je sors à l’instant du bloc
opératoire. Je suis crevé et je veux rentrer chez moi.” (2005: 28)
Melalui kutipan tersebut, diketahui bahwa Amine merupakan seorang ahli bedah di Rumah
Sakit Ichilov, Tel Aviv. Pada bab 1 novel L’Attentat, tokoh Amine juga menceritakan bahwa
dirinya adalah seorang Arab keturunan Bedouin yang tinggal di Israel sebagai warga
naturalisasi. Menjadi seorang imigran yang berasal dari negara musuh bukanlah tantangan
ringan bagi Amine, ia tetap mengalami diskriminasi selama tinggal di Israel. Hal ini
dibuktikan melalui kutipan berikut.
“À l'époque, il était difficile, pour un fils de Bédouin, de se
joindre à la confrérie de l’élite universitaire sans provoquer un
réflexe nauséeux.” (2005: 11)
Sepanjang cerita, tokoh Amine ditampilkan secara dinamis dan kompleks. Pada awal
pengenalan tokoh Amine, ia digambarkan sebagai orang yang penyabar. Ketika ia mengalami
tindakan diskriminasi oleh orang-orang Yahudi semasa kuliah, ia dapat menerima hal tersebut
dengan sabar. Amine juga digambarkan sebagai seorang suami yang sangat menyayangi
istrinya, dibuktikan melalui banyaknya pujian dan ujaran cinta terhadap istrinya yang ia
bahas, baik dengan dirinya sendiri, maupun dengan orang lain.

4
Perubahan sifat tokoh Amine baru mulai terlihat setelah terjadinya peristiwa tak terduga
yang menimpa dirinya, yaitu aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh istrinya. Amine
kemudian digambarkan sebagai tokoh yang keras kepala, berpendirian teguh, tidak mudah
percaya, dan bersifat netral. Sikap keras kepala Amine ditunjukkan melalui tindakan-
tindakannya yang terus menolak bantuan maupun nasihat dari teman-temannya yang ingin
membantu. Ia juga seorang tidak mudah percaya, karena itu ia terus menerus perlu
membuktikan sendiri jawaban atas peristiwa yang menimpanya dan istrinya agar mendapat
kepuasan yang ia inginkan. Sifat yang paling menonjol dari Amine adalah pendiriannya yang
teguh dan netral. Meskipun sebagian besar orang-orang yang ia hadapi berusaha untuk
menanamkan padanya ideologi serta kebencian terhadap Israel, bahkan sampai mengancam
eksekusi, ia tetap teguh untuk tidak berpihak dan lebih menjunjung sisi kemanusiaan yang ia
terapkan sebagai seorang dokter. Konstruksi identitas yang terkandung dalam novel
L’Attentat ditemukan pada tokoh Amine dalam pencariannya menemukan kebenaran atas
istrinya. Gambaran tokoh Amine atas perjuangannya mendapatkan identitas terlihat pada
narasinya dengan tokoh-tokoh di belakang misi bom bunuh diri istrinya, seperti tokoh Adel.
Identitas yang dipilih oleh Amine bertentangan dengan pemikiran fundamentalise tokoh
Sihem dan Adel, di mana ia lebih memilih untuk menyelamatkan manusia daripada
membunuh sesama. Hal ini juga dipengaruhi adanya konflik antara Israel-Palestina.

SIMPULAN

Melalui novel L’Attentat, dapat dikatakan bahwa konstruksi identitas tokoh Amine
muncul akibat peristiwa kehilangan yang dialaminya, serta melalui dialog-dialog dengan
tokoh-tokoh fundamentalis Palestina, sehingga memungkinkan para pembacanya untuk
memahami lebih dalam mengenai krisis Israel-Palestina yang masih berlangsung hingga saat
ini. Tokoh Amine menjadikan identitasnya sebagai seseorang yang netral untuk memisahkan
dirinya dari konflik yang terjadi. Dapat disimpulkan bahwa Amine lebih memilih untuk tidak
mendukung sisi manapun, bahkan jika hal tersebut membuat dirinya harus berdiri sendiri dan
berbeda pendapat dari orang-orang terdekatnya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, S. (2019). Existential Angst and Identity Crises in Yasmina Khadra’s The Attack.
Journal of the Gujarat Research Society, 21(10).
http://gujaratresearchsociety.in/index.php/JGRS/article/view/611

Baker, C. & Jane, E. A. (2016). Cultural Studies: Theory and Practice (5 th ed.). SAGE
Publications Ltd.

Déjeux, J., & Mitsch, R. H. (1992). Francophone Literature in the Maghreb: The Problem and
the Possibility. Research in African Literatures, 23(2), 5–19.
http://www.jstor.org/stable/3820390

Garand, D. (2008). Que peut la fiction ? Yasmina Khadra, le terrorisme et le conflit israélo-
palestinien. Études françaises, 44(1), 37–56. https://doi.org/10.7202/018162ar

Genette, G. (1980). Narrative Discourse: An Essay in Method. New York: Cornell University
Press.

Khadra, Yasmina (Muhammad Moulessehoul) (1955–). Biographical Encyclopedia of the


Modern Middle East and North Africa. Diakses pada 26 September 2021 pada pukul
19:10 melalui https://www.encyclopedia.com/international/encyclopedias-almanacs-
transcripts-and-maps/khadra-yasmina-muhammad-moulessehoul-1955

Khadra, Y. (2005). L’Attentat. Paris: Éditions Julliard.

MacEwan, E. J. (Ed. & Trans). (1990). Freytag's Technique of the Drama: An Exposition of
Dramatic Composition and Art. (3rd ed.). Chicago: Scott, Foresman and Company.

Sastriyani, S. H. (2006). Dunia Sastra Francophone di Arab-Magreb. Jurnal Humaniora,


18(1), 79–85. https://doi.org/10.22146/jh.866

Mamoto, R. S. (2007). An identity of opposition against urban cosmopolitan setting in


Yasmina Khadra’s The Attack. Wacana, 11(1), 129–142.
http://dx.doi.org/10.17510/wjhi.v11i1.148

6
LAMPIRAN STRUKTUR PENGALURAN PADA NOVEL L’ATTENTAT
KARYA YASMINA KHADRA

No. Tahapan Peristiwa

1. Eksposisi  Prolog berupa extrait dari bagian akhir cerita mengenai


peristiwa pemboman di Jenin, Palestina.
 Pengenalan tokoh utama, Amine Jaafari, dan latar
belakangnya sebagai seorang ahli bedah, keturunan Bedouin
(Arab) yang telah dinaturalisasi menjadi warga negara Israel.
 Pengenalan tokoh pendukung: Ezra Benhaïm, Kim Yehuda,
dan Ilan Ros sebagai rekan kerja dari Amine.
 Kekhawatiran Amine atas istrinya, Sihem, yang tidak dapat
dihubungi.
 Terjadinya ledakan tidak jauh dari rumah sakit tempat Amine
bekerja.
 Perlakuan diskriminasi oleh pasien korban pemboman yang
menolak untuk ditangani oleh Amine, seorang Arab.
 Perlakuan diskriminasi oleh para polisi yang bertugas di arah
jalan pulang Amine setelah ia selesai menangani korban-
korban di rumah sakit.
 Pengenalan lebih dalam mengenai Sihem, istri Amine, latar
belakangnya, dan narasi mengenai kehidupan rumah tangga
mereka yang ia anggap harmonis.

2. Gawatan  Kondisi Amine yang mulai membaik mendorongnya untuk


menelusuri lebih lanjut tentang motivasi istrinya. Ia
memutuskan untuk pergi ke Bethlehem, ditemani oleh Kim,
demi mencari petunjuk-petunjuk lainnya.
 Amine datang mengunjungi Leila, saudara angkatnya yang
tinggal di Bethlehem bersama suaminya, Yasser, dengan
harapan mendapatkan jawaban yang ia cari. Sempat
terjadinya pertengkaran kecil karena perbedaan pandangan
antara Amine dan Yasser mengenai pengorbanan diri Sihem.
 Amine mendapat petunjuk baru setelah berbincang dengan
Issam, cucu Yasser, yang sempat bertemu dengan Sihem
sebelum tragedi. Diketahui bahwa adanya kemungkinan
Sihem bertemu dengan Syekh Marwan di Masjid Agung
untuk meminta doa restu.
 Amine mengalami kesulitan dalam menemui Syekh Marwan,
kehadirannya ditolak berulang kali oleh pihak masjid. Hingga
pada akhirnya ia berhasil menyelundup masuk dan meminta
penjelasan dari Sang Imam. Hasilnya nihil dan Amine diusir.
 Penyerangan oleh penjaga Syekh Marwan terhadap Amine
yang masih berusaha mendapatkan jawaban dari Sang Imam.
Atas penyerangan ini, Amine menjadi target dari seorang
pimpinan organisasi yang disebut sebagai Le Conducteur.

7
 Amine diculik untuk menemui Le Conducteur. Ia yakin
bahwa Sihem telah didoktrinisasi oleh para fundamentalis
Islam di Palestina. Namun, ternyata Le Conducteur mengakui
bahwa Sihem tidak bergerak di bawah organisasi tersebut.
Amien kembali ke Tel Aviv dengan tangan kosong.
 Di rumahnya, Amine mendapatkan petunjuk baru yang
berkaitan dengan Adel, sepupunya. Muncul perasaan curiga
terhadap Sihem dan Adel. Ia kemudian berkunjung ke Kafr
Kanna untuk mencari kembali jawaban.
 Di Kafr Kanna, Amine tidak mendapatkan jawaban yang ia
butuhkan, tetapi Amine perlahan menyadari bahwa
pandangan atas keinginan dan kebahagiaan istrinya selama ini
salah ia pahami.
 Amine kembali ke Tel Aviv dalam keadaan terpuruk, seperti
seseorang yang depresi dan kehilangan arah. Sifat dan tingkah
lakunya pun mulai berubah, ia jadi mudah marah, kurang
tidur, dan sering mabuk-mabukan. Hal ini membawanya pada
suatu kericuhan yang akhirnya membuat Amine ditahan di
kantor polisi.
 Amine dilepas dari tahanan atas bantuan Naveed. Amine yang
pikirannya sudah tidak rasional meminta Naveed untuk
membiarkan dirinya pergi ke Jenin—daerah baku hantam
militer Israel dengan Palestina—untuk menemui Adel.
 Kedatangan Amine di Jenin membawanya pada malapetaka.
Kabar kedatangannya telah menyebar ke anggota keluarganya
di sana, dan mereka secara implisit menolak berurusan
dengan Amine. Ia kemudian diculik kembali oleh pasukan
Intifada yang mengira bahwa Amine merupakan seorang
mata-mata Shin Bet. Amine dituduh telah mengacaukan
situasi di Bethlehem.

3. Klimaks  Amine disekap selama berhari-hari, berkali-kali diinterogasi


hingga diancam eksekusi. Pada hari terakhir, komandan
pasukan membebaskan Amien dan menyatakan bahwa ia
hanya menjalani sebuah eksperimen. Tujuan dilakukan hal
tersebut agar mereka dapat memupuk rasa kebencian Amien
terhadap Israel. Namun, eksperimen tersebut tidak berhasil
membuat Amien membenci Israael karena ideologi
humanisnya yang kuat serta pendiriannya yang teguh untuk
tetap bersifat netral.

4. Resolusi  Adel mengunjungi Amine di ruang tahanan. Adel


menjelaskan situasi Sihem dan bagaimana ia bisa bergabung
dengan Intifada. Meskipun sudah mendapat jawaban yang ia
cari, Amine tetap tidak bisa memahami visi misi dari Intifada
dan para anggotanya, termasuk Sihem.
 Amine kemudian dibawa oleh Wissam cucu dari Omr, yaitu
paman dari ayahnya, untuk pergi mengunjungi kampung

8
halamannya.
 Kepulangan Amine disambut dengan hangat oleh Omr dan
Faten, cucu dari Omr. Amien menghabiskan hari-harinya di
sana, mencoba memahami kembali rangkaian kejadian yang
telah ia lalui.
 Setelah menikmati hari-hari yang tenang, kabar buruk dan
malapetaka kembali menimpa Amine. Wissam yang telah
pergi dari kampung halamannya untuk ‘bertugas’, dikabarkan
telah mengorbankan dirinya dalam misi bom bunuh diri. Tak
lama setelah itu, tentara Israel datang untuk menghancurkan
rumah keluarga Amien, sebagai konsekuensi dari tindakan
Wissam. Amin berusaha menghentikan para tentara Israel
namun gagal.

5. Peleraian  Setelah peristiwa itu, Faten menghilang dari peradaban.


Amien mendapatkan kabar bahwa Faten telah pergi ke Jenin
untuk turut mengorbankan dirinya, atas dasar kebenciannya
terhadap Israel. Amien meminta bantuan anggota keluarganya
untuk menghentikan misi Faten, namun mereka menolak dan
telah menormalisasikan hal tersebut.
 Di saat yang bersamaan, Syekh Marwan sedang berkunjung
ke Jenin untuk memberi khotbah di Masjid Agung. Amien
berasumsi bahwa Faten akan datang menemui Syekh Marwan
untuk meminta doa restunya.
 Sesampainya di masjid, Amine tidak berhasil menemukan
Faten di antara kerumunan para pengikut perempuan Syekh
Marwan. Khotbah terganggu dengan adanya desas-desus
mengenai terorisme terhadap Syekh Marwan. Para penjaga
Sang Imam berusaha untuk membawanya ke perlindungan.
Namun seketika, terjadinya ledakan yang luar biasa yang
menghantam orang-orang di sekitar masjid, termasuk Amine
yang tidak luput dari bom tersebut.
 Dalam kondisinya yang sekarat, Amine berhalusinasi tentang
masa kecilnya dan kebahagiaan yang da dapat rasakan
melalui kenangan-kenangannya. Ia kemudian meninggal di
rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai