ANALISIS HEGEMONI *)
(A Novel Gadis Pantai by Pramoedya Ananta Toer: an Hegemony Analysis)
Oleh/By:
Moh. Muzakka Mussaif
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro
Jalan Prof. Soedharto, S.H., Tembalang, Semarang 50269
Telepon 024-76480619; Faksimile 024-7463144
Pos-el: muzakkamoh@yahoo.co.id
*) Diterima: 24 Januari 2017, Disetujui: 11 Maret 2017
ABSTRAK
Karya sastra merupakan sarana pengarang untuk menawarkan beragam ideologi kepada pembacanya.
Melalui karya sastra, pengarang dapat memengaruhi pandangan hidup dan atau ideologi pembaca.
Melalui konflik antartokoh yang dibangun dalam struktur karya sastra, pengarang dapat memperjuangkan
ideologi yang dianutnya. Artikel ini bermaksud untuk mengungkap pertarungan ideologi dalam novel
Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer dengan menggunakan analisis hegemoni Gramsci. Hasil
analisis menunjukkan bahwa novel Gadis Pantai menawarkan tiga ideologi yakni ideologi feodalisme
(yang menguasai), ideologi primitif kultural pesisiran (yang dikuasai), dan ideologi realisme sosialis
(yang diperjuangkan). Dalam novel itu kedua budaya kontras dipandang sebagai budaya yang kurang
baik maka budaya realisme sosialislah yang paling ideal.
Kata kunci: ideologi, pesisir, priyayi, hegemoni, realisme sosialis.
ABSTRACT
A literary work used by author in offering some ideologies to the readers. Through this literary work,
especially the conflict between characters, an author can influence reader’s view and ideology. This
article tends to explore ideology contention of the novel Gadis Pantai by Pramoedya Ananta Toer used
Gramsci hegemony analysis. The result of this analysis is novel Gadis Pantai offers three ideologies:
feudalism, coast cultural primitive, and socialist realism. In this novel, the two contrast cultures viewed
as a quiet enough culture so that the ideal culture is socialist realism.
Keywords: ideology, coast, gentry, hegemony, socialist realism.
PENDAHULUAN
Novel Gadis Pantai karya Pramoedya bahwa novel itu dapat terbit atas jasa
Ananta Toer adalah novel buntung atau Australia National University (ANU) di
novel yang tidak selesai (unfinished). Canberra yang mendokumentasikannya.
Novel tersebut merupakan bagian Melalui Sawitri P. Scharer, mahasiswi
pertama dari novel trilogi Pramoedya yang menulis tesis tentang seputar
berbentuk buku yang bagian kedua kepengarangan Pramoedya di tengah
dan ketiganya telah raib diambil oleh golak budaya dan penguasa, draf novel ini
penguasa waktu itu (Orde Baru). pun akhirnya sampai ke pengarangnya.
Dalam pengantar buku yang berjudul Setelah dikoreksi Arina Ananta Toer,
“Dari Lentera Dipantara” disebutkan novel tersebut dapat diterbitkan dan
1 Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Hegemoni (Moh. Muzakka Mussaif) 1
disebarluaskan oleh penerbit Lentera inspirasi.co/forum/post/3652/
Dipantara Jakarta (2003). kritik_sastra_gadis_pantainya_
pramoedya_ananta_toer).
Mussaif dalam tulisannya yang
berjudul “Pandangan Pramoedya Ananta
Selain itu, ditemukan pula tulisan
Toer Terhadap Priyayi-Santri” (2014)
Siminto yang dimuat dalam Jurnal Studi
mengemukakan bahwa novel (roman)
Agama dan Masyarakat, volume 5/2008
Gadis Pantai itu, sekalipun merupakan
yang berjudul “Novel Gadis Pantai
novel buntung, sangat populer dalam
Karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis
khazanah sastra dunia. Novel tersebut
Struktural Levi-Strauss”. Di samping
diterjemahkan dalam beberapa bahasa
tulisan itu, ditemukan pula tulisan lain
asing dan diterbitkan di luar negeri. Anita
seperti tulisan Supriadi dalam Jurnal
Puspitasari dalam tulisan pendek yang
Humaniora volume 17/2005 yang
berjudul “Gadis Pantainya Pramudya
berjudul “Novel Gadis Pantai Karya
Ananta Toer” (2014) menjelaskan
Pramoedya Ananta Toer: Analisis
sejarah perkembangan teks novel Gadis
Berdasarkan Androgini”, Skripsi Nisya
Pantai sebagai berikut.
Nurhanifah dari Fakultas Ilmu Budaya
Novel karya Pram ini pernah Universitas Padjajaran yang berjudul
diterbitkan oleh Lentera pada tahun “Representasi Unsur Religi dalam Novel
1962 dalam edisi bersambung, pada Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta
tahun 1987 diterbitkan oleh Hasta Toer: Sebuah Kajian Sosiologi Sastra
Mitra, pada tahun 1989 diterbitkan dengan Penekanan Teori Sosiologi
oleh Unieboek dan De Geus dengan Agama Clifford Geertz)”, dan masih
judul Meisje Van het Strand dalam
ada beberapa tulisan lainnya. Terkait
edisi Belanda, pada tahun 1990
dengan novel itu pula Mussaif (2014)
Manus Amici menerbitkannya
dengan judul Meisje Van het Strand dalam makalahnya yang dimuat dalam
dalam edisi Belanda, dilanjutkan Prosiding Seminar Internasional PIBSI
oleh Select Book pada tahun 1991 XXXVI “Membangun Citra Indonesia
dengan judul The Girl From The di Mata Internasional Melalui Bahasa
Coast dalam edisi Inggris, empat dan Sastra Indonesia” mengkaji dari
tahun kemudian yakni pada tahun perspektif sosiologi sastra, khususnya
1995 Horlemann menerbitkannya pandangan subjektif pengarang terhadap
dengan judul Die Braut des Bendoro, dunia santri-priyayi (dalam KBBI,
pada tahun 1996 diterbitkan oleh kata priyayi merupakan bentuk tidak
Bastei Lubbe dengan judul Die baku dari priayi). Dalam makalah itu,
Braut des Bendoro, pada tahun 2001
Mussaif mengatakan bahwa Pramoedya
diterbitkan kembali oleh Destino
Ananta Toer dalam novel itu seakan
dengan judul La Joven de la Costa,
pada tahun 2002 diterbitkan secara “berteriak” dan mengkritik tajam
bersamaan oleh La Magrama (La masyarakat santri-priyayi dengan nada
Noia de la costa), Hyperion (The Girl sinis. Selain itu, Mussaif menjelaskan
from The Coast), Quetzal Editores (A bahwa pengarang memandang dunia
Ravariga de Java), RBA Libros (La priyayi-santri itu sangat feodalis.
Joven de la Costa), dan pada tahun Meskipun pengarang menyebutkan
2004 diterbitkan oleh Amber dengan banyak indikator kekurangan dan
judul Dziewczynaz Wybrzeza (http:// kelemahan dunia priyayi-santri,
Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Hegemoni (Moh. Muzakka Mussaif) 3
bukan suatu bentuk dominasi yang dalam novel tersebut tidak dilakukan
ada secara pasif, melainkan sesuatu wawancara dengan pengarang maupun
yang harus terus menerus diperbarui, pembaca, tetapi hanya digunakan teknik
diciptakan kembali, dipertahankan, dan simak dan catat.
dimodifikasi. William menyebutkan Berkenaan dengan hal itu, metode
bahwa ideologi dalam sastra (budaya) pengumpulan data dalam penelitian
dapat dikategorikan menjadi tiga, ini adalah studi pustaka, yaitu
yaitu ideologi dominan yakni ideologi mengumpulkan data primer dan sekunder
yang berkuasa; ideologi bangkit yakni yang terkait dengan pertarungan
ideolog yang diperjuangkan pengarang; ideologi dalam karya sastra. Data primer
dan ideologi residual atau endapan diperoleh dari objek materialnya yaitu
yakni ideologi yang pernah ada sebelum novel Gadis Pantai karya Pramoedya
dikuasai ideologi dominan (William Ananta Toer, sedangkan data sekunder
dalam Faruk, 1994:78—79).
diperoleh dari sumber kepustakaan lain
Konflik yang terjadi dalam karya yang membicarakan objek material.
sastra lebih merupakan penawaran
Setelah data-data terkumpul,
ideologi baru yang diperjuangkan
data-data tersebut dianalisis dengan
pengarang untuk menyerang ideologi
cermat menggunakan pendekatan
hegemonik yang dominan. Penawaran
sosiologi sastra yaitu pendekatan yang
ideologi yang diperjuangkan pengarang
memandang karya sastra mempunyai
itu sering kali dilatarbelakangi oleh
hubungan erat dengan masyarakat
benturan ideologi residual dengan
ideologi hegemonik yang berkuasa. (Wellek dan Warren, 1990; Faruk, 1995;
Bertolak dari pemikiran tersebut, Ratna, 2004; Damono, 2010). Karena
tulisan ini mencoba mendeskripsikan karya sastra ditulis oleh pengarang yang
pertarungan ideologi yang muncul juga anggota masyarakat, apa yang
dalam Novel Gadis Pantai. ditulis pun tidak sekadar mengangkat
persoalan masyarakat. Akan tetapi,
Objek material penelitian ini adalah
hal itu merupakan solusi ideal yang
novel Pramoedya Ananta Toer yang
ditawarkan pengarang terhadap
berjudul Gadis Pantai, dengan objek
persoalan masyarakat dari sudut
formalnya adalah pertarungan ideologi
pandang pribadinya. Bahkan bisa jadi,
dalam novel tersebut. Adapun perspektif
kajiannya bertolak pada pendekatan hal itu merupakan pandangan kritisnya
sosiologi sastra, yaitu pendekatan yang terhadap persoalan-persoalan yang
menitikberatkan hubungan karya sastra terjadi dalam masyarakat.
dengan nilai-nilai sosial yang berlaku Terkait dengan pengkajian aspek
pada pengarang dan pembaca (Damono, pertarungan ideologi dalam novel Gadis
2010 bdk. Faruk, 1995). Karena Pantai itulah penulis menggunakan
penelitian ini hanya fokus pada karya perspektif hegemoni Gramscian.
sastra, yaitu novel Gadis Pantai dan tidak Sebab, perspektif ini memandang
melakukan penelitian langsung terhadap bahwa karya sastra adalah alat untuk
pengarang dan pembaca, penelitian ini mengampanyekan ideologi yang
tergolong penelitian kepustakaan. Dalam diyakini, diidealkan, dan diperjuangkan
mengungkap pertarungan ideologi pengarang. Dari kajian hegemoni ini
Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Hegemoni (Moh. Muzakka Mussaif) 5
dan yang bodoh, yang tinggi dan yang yang menganut paham feodalisme dan
rendah, yang khusus dan yang awam, otoriarianisme. Tokoh itu ditampilkan
yang kaya dan yang miskin, yang priyayi sebagai tokoh yang harus dipuja
dan yang abdi, serta yang berkuasa dan dan disanjung serta harus diikuti
yang dikuasai. Hal itulah yang secara kemauannya. Dalam hal manajerial pun
kultural dan genealogis menumbuhkan sosok priyayi itu digambarkan sangat
paham feodalisme dan otoritarianisme otoriter. Kebijakan atau keputusan yang
dalam sistem kenegaraan (kerajaan). dikeluarkannya atas siapa pun yang
Dalam novel Gadis Pantai, dikuasainya, termasuk kepada Gadis
Pramoedya Ananta Toer secara lugas Pantai yang dijadikan “garwa ampil”
mendeskripsikan paham feodalisme harus dilaksanakan dan tidak boleh
dan otoritarianisme sebagai paham dilanggar.
yang dominan (yang berkuasa) dalam
sistem pemerintahan (raja/priyayi) di Ideologi Bangkit: Realisme Sosialis
Jawa. Melalui tokoh priyayi (Bendoro)
yang pandai, alim, kaya, dan berkuasa Ideologi yang diperjuangkan (bangkit)
itulah, Pramoedya menunjukkan bahwa dalam novel Gadis Pantai ini adalah
priyayi itu ditampilkan sebagai sosok ideologi realisme sosial. Secara
yang “angker” dan sangat berkuasa atas umum, realisme sosialis menginginkan
rakyatnya. Sosok tersebut menempati keharmonisan antara kenyataan dan
kelas sosial yang tinggi sebagaimana ide. Kenyataan harus dinyatakan apa
posisi raja dengan hambanya atau adanya, menurut proposisi aslinya. Ide
juragan dengan buruhnya. harus disandarkan pada konteks kondisi
objektif. Hal yang paling prinsip dari
Posisi yang demikian tinggi ini,
semuanya adalah semangat ideologi
menjadi kian kuat dan dominan ketika
terhadap perjuangan kelas bagi kaum
sosok priyayi tersebut ditampilkan
tertindas.
dengan balutan kekuatan spiritual
keagamaan. Pramoedya melengkapi Dalam upaya membangkitkan
sosok priyayi itu dengan karakter seorang ideologi realisme sosialis, Pramoedya
santri yang agamis, yakni berilmu dan Ananta Toer menyuarakannya lewat
beramal agama Islam dengan baik. tokoh marginal, anak nelayan miskin,
Priyayi itu digambarkan sebagai sosok tidak terpelajar dan atau terdidik, yaitu
yang rajin salat, berkhalwat, mengaji, Gadis Pantai. Gadis yang ditampilkan
gemar bersedekah, mengajar ilmu dalam novel itu awalnya gadis kecil belia
agama, bahkan disebutkan sudah dua yang masih polos dan kekanak-kanakan.
kali naik haji. Sosok priyayi yang santri Setelah disunting dan dinikahi seorang
itu digambarkan semakin lengkap Bendoro yang belum pernah dilihat dan
kekuasaannya atas rakyat, para pegawai dikenalnya (karena dalam pernikahan
“keraton”, dan para pekerja di rumah itu ia diwakili sebilah keris), ia pun
dan perusahaannya. akhirnya diantar keluarga dan kepala
kampungnya ke “istana” Bendoro di
Penampilan sosok priyayi yang
Rembang.
dibalut santri yang agamis itu di dalam
novel tersebut selalu ditampilkan Setibanya di lingkungan “istana”,
sebagai tokoh antagonis, yakni tokoh Gadis Pantai seakan terasing dengan
Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Hegemoni (Moh. Muzakka Mussaif) 7
Pramoedya Ananta Toer, dapat Toer, Pramoedya Ananta. 2011. Gadis
disimpulkan bahwa novel itu Pantai. (cetakan ke-7). Jakarta:
mengungkapkan tiga ideologi yang Lentera Dipantara.
kontras, yakni ideologi primitif Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori,
(residual) yakni ideologi kultural yang Metode, dan Teknik Penelitian
dikuasai (budaya pesisiran), ideologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka
dominan yang mengusai (budaya priyayi Pelajar.
santri), dan ideologi yang diperjuangkan
Siminto. 2008. “Novel Gadis Pantai
(realisme sosialis). Karena kedua
Karya Pramoedya Ananta Toer:
budaya (masyarakat pesisir dan santri
Analisis Struktural Levi-Straus”.
priyayi) dalam novel ini digambarkan
Dalam Jurnal Studi Agama dan
sebagai budaya yang tidak ideal,
Masyarakat. Vol. 5, No.1. Juni
pengarang menawarkan ideologi
2008.
yang terbaik yakni ideologi realisme
sosialis. Menurut pengarang, realisme Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990.
sosialis itu mengusung kesetaraan kelas Teori Kesusastraan. Diindonesiakan
dan menolak paham feodalisme dan oleh Melani Budianta. Jakarta:
otoritarianisme. Gramedia.
DAFTAR PUSTAKA
Faruk H.T. 1994. Sosiologi Sastra
Sebuah Pengantar. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Manshur, Faiz. 2002. “Realisme Sosialis
2” diunduh dari https://faizmanshur.
wordpress. com/2002/06/22/
realisme-sosialis-2/.
Mussaif, Moh. Muzakka. 1998. “Kuli
Kontrak” Karya Mochtar Lubis:
Analisis Hegemoni”. Dalam Jurnal
Kajian Sastra. Vol. XX/1998.
_______. 2014. “Pandangan Pramoedya
Ananta Toer Terhadap Priyayi
Santri: Kajian Sosiologi Sastra
terhadap Novel Gadis Pantai”.
Dalam Prosiding Seminar
Internasional PIBSI XXXVI
“Membangun Citra Indonesia
di Mata Internasional melalui
Bahasa dan Sastra Indonesia”
diselenggarakan oleh Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta.