Anda di halaman 1dari 9

NOVEL TAN SEBUAH NOVEL KARYA HENDRI TEJA KAJIAN POSTKOLONIALISME

Muhammad Abroor Firman Ananta


Mahasiswa S-1 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri
Surabaya, firmanananta@ymail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini mendeskripsikan bentuk penindasan bangsa penjajah Belanda terhadap
bangsa terjajah Hindia, serta mendeskripsikan pandangan bangsa penjajah terhadap bangsa
terjajah, dan bentuk perlawanan yang dilakukan oleh kaum pribumi terhadap dominasi kaum
penjajah. Ketiga aspek ini dideskripsikan untuk menganalisis novel Tan Sebuah Novel karya
Hendri Teja dengan menggunakan teori postkolonialisme. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan dalam penelitian ini mengunakan pendekatan
kualitatif karena dalam penelitian ini mengunakan sumber data novel Tan Sebuah Novel yang
memiliki nilai-nilai sejarah dan sosial. Hasil dari penelitian adalah bentuk penindasan bangsa
penjajah terhadap bangsa terjajah dalam novel Tan Sebuah Novel Karya Hendri Teja,
pandangan bangsa penjajah terhadap bangsa terjajah dalam novel Tan Sebuah Novel Karya
Hendri Teja, bentuk perlawanan kaum pribumi terhadap dominasi kaum penjajah dalam
novel Tan Sebuah Novel Karya Hendri Teja.

Kata kunci: postkolonialisme, bentuk penindasan, pandangan penjajah, bentuk perlawanan

Abstract

The purpose of this study is to describe the forms of Dutch colonies oppression toward the
Hindi colonized nations; to describe the view of colonies nations toward the colonized
nations; and to describe the acts of resistance done by the indigenous toward the colonizers.
All of these three aspects are broadly described to analyze a novel Tan Sebuah Novel by
Hendri Teja under the theory of post-colonial criticism. This study belongs to descriptive-
qualitative study. The approach used was qualitative since the data taken from Tan Sebuah
Novel possess historical and social values. The result of this study is the forms of Dutch
colonies oppression toward the Hindi colonized nations in Tan Sebuah Novel by Hendri
Teja, the view of colonies nations toward the colonized nations in Tan Sebuah Novel by
Hendri Teja, and the acts of resistance done by the indigenous toward the colonizers in Tan
Sebuah Novel by Hendri Teja.

Keywords: post-colonial, the forms of oppression, the view of colonies, the acts of resistance
PENDAHULUAN
yang mudah dipahami. Sosok Tan Malaka pejuang
Kolonialisme Belanda yang menjadi
kemerdekaan Indonesia yang misterius ini terpotret
pengalaman estetis pengarang dideskripsikan
jelas di lensa Novel Tan Sebuah Novel. Hendri
pengarang dalam bentuk karya sastra berupa novel
Teja secara gamblang menggambarkan Tan
berlatar sejarah pendudukan Hindia Belanda.
Malaka, adalah sosok pejuang yang sangat
Realitas tersebut dalam realitas fiksi sastra
menentukan arah dan revolusi di Indonesia hingga
postkolonial sarat dengan masalah penjajahan
Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Di
bangsa Barat terhadap bangsa Timur. Oleh karena
sinilah kepiawaian Hendri Teja menceritakan sosok
itu sastra postkolonial dapat menjadi media
Tan Malaka. Novel ini di desain seperti antitesa
pengungkap hubungan antara bangsa penjajah dan
dari kisah-kisah Tan Malaka yang pernah ada.
bangsa terjajah. Pemilihan karya sastra sebagai
media yang paling tepat untuk menggambarkan
Berdasarkan fenomena yang ada dalam
masalah tersebut berdasarkan atas tiga
novel Tan karya Hendri Teja yang dipaparankan di
pertimbangan. Pertama, karya sastra adalah sistem
atas,penelitian ini tertarik untuk menganalisis
bahasa, tanda, sehingga sangat tepat untuk
bentuk-bentuk kolonial yang tercermin melalui
menggambarkan perasaan. Kedua, karya sastra
tokoh fiksional dalam karya sastra, yaitu tokoh-
bukan objektivitas itu sendiri masalah yang
tokoh dalam novel Tan Sebuah Novel Karya
diungkapkan dalam karya sastra buku kolonialisme
Hendri Teja dengan kajian teori postkolonial.
sebagaimana dipahami dalam sejarah umum
melainkan apa yang dibuat oleh kolonialisme.
Ketiga, sastra adalah refleksi sekaligus refraksi, Rumusan Masalah
inovasi sekaligus negasi dan afirmasi
(Ratna,2008:134). Berdasarkan masalah diatas, masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Novel merupakan sebuah karya sastra
yang populer pada masa kolonial. Ensiklopedia 1. Bagaimana bentuk penindasan bangsa penjajah
Americana memberi batasan bahwa novel ialah terhadap bangsa terjajah dalam novel Tan
cerita dalam bentuk prosa yang cukuppanjang dan Sebuah Novel Karya Hendri Teja?
meninjau kehidupan sehari-hari. Novel juga sangat 2. Bagaimana pandangan bangsa penjajah
memungkinkan adanya penyajian secara panjang terhadap bangsa terjajah dalam novel Tan
lebar mengenai persoalan manusia. Itulah sebabnya Sebuah Novel Karya Hendri Teja?
persoalan-persoalan yang diangkat sebagai tema 3. Bagaimana bentuk perlawanan kaum pribumi
sebuah novel cenderung jauh lebih kompleks dan terhadap dominasi kaum penjajah dalam novel
rumit bila dibandingkan dengan cerpen. Persoalan Tan Sebuah Novel Karya Hendri Teja?
hidup manusia yang kompleks tersebut dapat
memuat hubungan manusia dengan Tuhan, Kajian Pustaka
hubungan manusia dengan alam semesta, hubungan
manusia dengan masyarakat, dan hubungan Teori Postkolonial
manusia dengan dirinya sendiri. Peranan manusia
yang digambarkan dalam novel tidaklah statis, Secara etimologis postkolonialisme
melainkan selalu bergerak dalam perjalanan waktu berasal dari kata post dan kolonial, sedangkan
(Najid, 2009:22). kata kolonial berasal dari bahasa Romawi, colonia,
yang berarti tanah pertanian atau pemukiman. Jadi
Novel memungkinkan untuk merekam secara etimologis kolonial tidak mengandung arti
seluruh perkembangan itu secara utuh dan penjajahan, penguasaan, pendudukan, dan konotasi
menyeluruh. Selain itu, novel lebih leluasa eksplotasi lainnya. Konotasi negatif kolonial timbul
mengeksplorasi detail-detail peristiwa, suasana, dan sesudah terjadi interaksi yang tidak seimbang
karakter tokoh untuk menghidupkan cerita. antara penduduk pribumi yang dikuasai dengan
Keutuhan sebuah novel tidak ditopang oleh penduduk pendatang sebagai penguasa (Ratna
kepadatan cerita seperti cerpen, namun ditopang 2004: 205). Dikaitkan dengan teori
oleh tema karyanya (Najid, 2009:23). postmodernisme, studi postkolonialisme
merupakan teori yang masih baru. Menurut Shelley
Novel Tan Sebuah Novel bercerita Walia (2001: 6; Said 2003: 58-59; Ratna 2004:
tentang masa kolonial Belanda yang pada saat itu 206) proyek poskolonialisme pertama kali
menjajah Indonesia, Novel Tan Sebuah Novel dikemukakan oleh Frantz Fanon di dalam bukunya
membahas mengenai jati diri tokoh Tan lebih yang berjudul Black Skin, White Masks and the
sempurna. Dalam novel ini, karakter penokohan Wretched of the Earth (1967). Fanon adalah
Tan yang lebih menonjol. karakternya pekerja seorang psikiater yang mengembangkan analisis
keras dengan tekad yang kuat diurai dengan bahasa mengenai dampak psikologis dan sosiologis yang
ditimbulkan oleh kolonisasi. Fanon menyimpulkan jelas bagaimana para pengarang Barat, dengan cara
bahwa melalui dikotomi kolonial, penjajah-terjajah, pandang Barat, memanfaatkan kekuatan wacana
wacana orientalisme telah menimbulkan alienasi sehingga baik secara langsung maupun tidak
dan marginalisasi psikologis yang sangat hebat. langsung menimbulkan asosiasi tertentu mengenai
bangsa Timur. Dikaitkan dengan tujuannya maka
Menurut Ratna (2003:206) dunia Anglo wacana orientalis adalah wacana yang mewakili
Amerika dirintis oleh Edward W. Said dengan sistem ideologi Barat dalam kaitannya untuk
bukunya yang berjudul Orientalism (1978). Tokoh menanamkan hegemoni terhadap bangsa Timur.
lain adalah Gayatri C.Spivak, Homi K.Bhabha, Sebaliknya wacana postkolonial adalah wacana
Jacques Derridra, dan Tzevetan Todorov. Yang yang mewakili sistem ideologi Timur untuk
dimaksudkan dengan teori postkolonial adalah teori menanamkan pemahaman ulang sekaligus
yang digunakan untuk menganalisis berbagai gejala memberikan citra diri yang baru terhadap bangsa
kultural, seperti: sejarah, politik, ekonomi, dan Timur mengenai hegemoni Barat tersebut (Ratna,
sastra, yang terjadi di negara-negara bekas koloni 2004:218-219).
Eropa modern. Pada umumnya gejala-gejala
kultural tersebut terkandung dalam berbagai teks Bentuk Penindasan
studi mengenai dunia timur, yang ditulis oleh para
orientalis, yang disebut sebagai teks-teks oriental Bentuk penindasan yang dilakukan oleh
(dari kata orien yang berarti timur). Meskipun penjajah terhadap pribumi dilakukan dengan tujuan
demikian, sebagai akibat dominasi intelektualitas untuk melanggengkan sebuah penjajahan. Bentuk
Barat, banyak karya-karya yang melukiskan penindasan dapat berbentuk fisik, politik, ekonomi,
ketidakseimbangan hubungan antara masyarakat ras, budaya, agama, dan pendidikan. Bentuk
Barat dengan masyarakat Timur yang ditulis oleh penindasan terhadap pribumi dapat disebut juga
intelektual pribumi yang telah terkonstruksi oleh sebagai penindasan terhadap kaum kelas rendah
pemikiran Barat. yang disebut sebagai subaltern. Berdasarkan
Oxford English Dictionary istilah subaltern
Secara detinitif (Bill Ashcroft,dkk, memiliki tiga arti yang berbeda: secara
2003:xxii-xxiii) teori postkolonial lahir sesudah konvensional subaltern dipahami sebagai sinonim
kebanyakan negara-negara terjajah memperoleh dari subordinat, namun bisa juga berarti pekerja
kemerdekaannya. Teori postkolonial mencakup kelas rendahan dalam ketentaraan, atau contoh
seluruh khazanah sastra nasional yang pernah khusus yang mendukung proposisi universal dalam
mengalami kekuasaan imperial sejak awal logika filsafat (Morton, 2008:156).
kolonisasi hingga sekarang. Dengan demikian
postkolonial sangat relevan untuk menyebutkan Spivak menggunakan istilah tersebut yang
kritik lintas budaya sekaligus wacana yang kemudian dijelaskan oleh Gramsci mengenai kaum
ditimbulkannya. Tema-tema yang perlu di kaji petani desa di Italia dan riset kelompok kajian
sangat luas dan beragam, meliputi hampir seluruh subaltern internasional mengenai sejarah
aspek kebudayaan, di antaranya: politik, ideologi, pemberontakan subaltern di Asia Selatan pada
agama, pendidikan, sejarah, antropologi, ekonomi, masa kolonial dan postkolonialisme. Sebelum
kesenian, etnisitas, bahasa, dan sastra. Sekaligus subaltern memiliki kesadaran kolektif mengenai
dengan bentuk praktik di lapangan, seperti: penindasan secara ekonomi dan politik sebagai
perbudakan, pendudukan, pemindahan penduduk, sebuah kelas, subaltern sangat berbeda dengan
pemaksaan bahasa, dan berbagai bentuk invasi proletar industrial. Secara krusial, sejarawan Kajian
kultural yang lain. Meskipun demikian, Subaltern berupaya menekankan bahwa konsep
keberagaman permasalahan seperti di atas mengenai subaltern menandai perbedaan sosial-
dipersatukan oleh tema yang sama, yaitu demografis antara kaum elit dan yang lainnya di
kolonialisme (Ratna,2004:2007). Asia Selatan (Morton, 2008:156-158).

Hadirnya sastra dalam analisis Studi Gramsci selain hegemoni adalah


postkolonial bukanlah secara kebetulan, bukan juga subaltern yang dikemukakan tahun 1934 dalam
sebagai masalah yang dicari-cari. Melalui sistem makalahnya yang berjudul On the Margins History:
simbol sastra justru membongkar hubungan antara History of the Subaltern Social Group. Istilah
gejala-gejala yang tampak dengan yang Subaltern menurut Loomba (2003: 68) semula
tersembunyi, yang dominan dengan yang marginal. merupakan sebutan bagi para perwira di bawah
Sastra dengan demikian merupakan perdebatan kapten, kemudian mengacu pada orang-orang
terbuka dalam kaitannya dengan ideologi berbagai tertindas, deskripsi kolektif berbagai macam
tujuan. Dalam hubungan ini justru sastralah, kelompok yang didominasi dan dieksploitasi, dan
melalui kemampuan imajinatif kreativitasnya, yang kurang memiliki kesadaran kelas. Kemudian istilah
memiliki hakikat objektif. Karya-karya sastra tersebut digunakan untuk menggambarkan para
dengan orientasi orientalis menunjukkan dengan petani, yang secara periodik muncul melawan
kolonialis Inggris atau orang-orang tertentu pada baik dalam naskah estetis seperti karya seni
umumnya. maupun ilmu pengetahuan, seperti: ekonomi,
sosiologi, sejarah filologi, dan sebagainya
Bentuk penindasan juga dapat disebut (Ratna,2008:26-27). Pendapat tersebut
sebagai bentuk marginalitas yang dilakukan oleh menggambarkan bahwa penggagas teori
penguasa atau penjajah terhadap kaum yang lemah orientalisme sehingga menjadi terkenal ialah
atau kaum pribumi dengan bentuk deskriminasi Edward Said, orientalisme mencoba untuk
fisik, politik, ekonomi, sosial, ras, serta budaya. menelaah bangsa Timur dengan berdasarkan
Marginal dapat dipahami sebagai orang-orang yang bangsa Barat.
terpinggirkan atau orang-orang yang miskin.
Namun, terpinggirkan dan miskin tidaklah sama. Pada awalnya orientalisme di anggap
Orang miskin biasanya masuk ke dalam kelompok sebagai suatu model penelitian murni untuk
terpinggirkan, tetapi orang yang terpinggirkan tidak mengetahui kondisi, seluk-beluk, dan hakikat dunia
selalu bisa disebut miskin (Ratna, 2008:175). Timur secara keseluruhan. Oleh karena itu, semula
di anggap berbagai penelitian yang berkaian
Kelompok terpinggirkan atau marginal dengan dunia Timur, yaitu khazanah oriental itu
mencakup orang-orang yang mengalami satu atau sendiri merupakan analisis objektif, dalam
lebih dimensi penyingkiran, diskriminasi, atau pengertian tidak memasukkan tendensi-tendensi
eksploitasi di dalam kehidupan sosial, ekonomi, tertentu sebagaimana dimaksudkan oleh penulisnya
dan politik kota. Secara historis, bahkan mitologis, (Ratna, 2008:27).
sejak Abad Pertengahan hingga sekarang, dunia
Barat hampir dalam segala bidang dianggap Orientalisme, menurut Gandhi (2006:88)
memiliki kedudukan superior terhadap dunia merupakan katalisator kolonialisme dan
Timur. Kemampuan berpikir, yang kemudian postkolonialisme, sebagai tahap awal
melahirkan kemajuan teknologi dalam berbagai postkolonialisme. Orientalisme lebih menaruh
bidang, secara apriori dianggap berasal dari ras, perhatian pada makna tekstual diskurtif, aktivitas
yaitu ras kulit putih. Konsekuensi logis yang yang tidak saling berhubungan sebab kapan pun
ditimbulkan adalah kekuasaan, dunia Barat dapat berbicara untuk mengklaim Timur sesuai
melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah baru. dengan rasionalitas Barat. Oleh Karena itu Spivak
Penjelajahan menimbulkan penjajahan, menyebutkan buku Said sebagai sumber sekaligus
kependudukan menimbulkan perbudakan, dan pemicu utama timbulnya teori postkolonialisme.
koloni menimbulkan hegemoni (Ratna, 2008:175- Gagasan orientalisme dikembangkan oleh Edward
176). Said (2003:305), bertumpu pada perspektif
Foucaultian, tetapi di bungkus oleh teori hegemoni
Pandangan Bangsa Barat (Penjajah) terhadap Gramscian. Masalah pokok yang diketemukakan
Bangsa Timur (Terjajah) adalah ketidak seimbangan masyarakat Barat dalam
melihat masyarakat Timur.
Pandangan bangsa Barat terhadap Timur
terdapat pada studi postkolonialisme yang di gagas Orientalisme menjadi suatu wacana pada
pertama kali oleh tokoh postkolonialisme bernama suatu titik dimana ia mulai secara sistematik
Edward Said. Studi pandangan bangsa Barat membuat steoreotip tentang masyarakat Timur
terhadap bangsa Timur di sebut sebagai dengan negara-negara Timur seperti tentang panas
orientalisme, di dalam orientalisme banyak terdapat dan debu, suasana pasar, teroris, pengadilan,
bentuk-bentuk sudut pandangan bangsa Barat despotism Asia, pribumi seperti anak-anak, dan
mengenai bangsa Timur, Barat menganggap bahwa mistik Timur. Streotipnya ini menegaskan
Timur adalah bangsa yang primitif, bodoh, melarat kebutuhan dan keinnginan akan pemerintahan
dan hanya Bangsa Barat yang terhormat. kolonial dengan selalu menegaskan superioritas
Orientalisme terkenal sejak terbitnya buku yang di posisi Barat diatas inferioritas posisi Timur. Apa
tulis oleh Edward Said (1978) berjudul Orientalism yang mereka tunjukkan adalah citra yang tidak
yang kemudian dijelaskan dalam bentuk tanya berubah tentang subjek ras yang didominasi oleh
jawab dalam bukunya yang berjudul Power and suatu ras yang mengetahui mereka dan apa yang
Culture (2001) (Ratna, 2008:26). bagus untuk mereka lebih baik dari yang mungkin
mereka tahu tentang diri mereka sendiri (Said
Buku pertama Said (1994:1,15,125) 1991:35) dalam (Gandhi, 2006:101).
mendefinisikan orientalisme sebagai suatu cara,
metode, bahkan sebagai ilmu, dengan sendirinya Bentuk Perlawanan
dilakukan secara sistematis dan diciptakan secara di
sengaja, untuk memahami dunia Timur atas dasar Bentuk perlawanan yang dilakukan oleh
pemahaman Barat. Orientalisme mengandung bangsa terjajah, untuk mengatasi penjajahan yang
kesadaran geopolistis, Barat dan Timur, diterapkan dilakukan oleh bangsa penjajah, dengan melakukan
banyak cara diantaranya ialah dengan melakukan Tarikan dan tolakan dalam teroi Bhabha
peniruan terhadap bangsa penjajah dengan tujuan melahirkan aplikasi teoretik mimikri yang
untuk mengungguli bangsa penjajah atau setara mengarah pada dua masalah, yaitu masalah
dengan bangsa penjajah. Cara ini dilakukan untuk mimikri dan masalah ambivalensi. Bhabha (1984:
mengatasi segala bentuk penjajahan yang dilakukan 126) memberikan penjelasan keterkaitan mimikri
oleh bangsa penjajah. Peniruan dalam segi dan ambivalensi dimana ambivalensi akan muncul
pendidikan, politik, ekonomi, sosial, militer dan apabila proses mimikri di landa oleh ketidakpastian
budaya untuk mengungguli bangsa penjajah. pilihan identitas. Di dalam proses penyesuaian
Peniruan dengan tujuan untuk melawan etika dan kategori ideal bangsa-bangsa Timur.
ketertindasan dalam postkolonialisme disebut Quaritch Wales sebagaimana diungkapkan
sebagai mimikri. Mimikri pertama kali di gagas Poespowardojo (1986: 31) melihat adanya
oleh Frantz Fanon (1952) dengan pengertian bahwa kekuatan lokal genius untuk mengantisipasi
orang-orang yang di jajah pada awalnya extreme acculturation, yaitu proses akulturasi yang
meninggalkan anggapan tradisional jati diri etnik semata-mata memperlihatkan bentuk-bentuk tiruan
dan identitas nasionalnya (Foucler, 2006:105). tanpa adanya evolusi budaya dan akhirnya
memusnahkan bentuk-bentuk budaya tradisional.
Mereka kemudian mulai belajar Padahal, proses mimikri tersebut pada hakikatnya
mengadaptasi identitas mereka dengan identitas menjadi praproses pemunculan hibriditas seperti
bangsa asing yang berposisi sebagai tuan mereka yang dikatakan Bhabha (1984).
(kaum penjajah). Pandangan ini mendapat orientasi
kritis dari Bhabha yang menyatakan bahwa Berdasarkan konsep teori
peniruan dapat memunculkan ambivalensi dan ironi postkolonialisme yang dikemukakan oleh Bhabha,
identitas kebangsaan. Dalam kajian maka masalah ambivalensi menjadi persoalan
postkolonialisme, konsep mimikri diperkenalkan tersendiri dalam kajian postkolonialisme. Posisi
oleh Homi K. Bhabha. Menurut Bhabha (Foulcher, ambivalensi dalam relasi terjajah dan menjajah
2006:105) mimikri adalah reproduksi belang- dikemukakan oleh Aschroft, dkk. (2007: 10),
belang subjektifitas Eropa di lingkungan kolonial hubungan itu ambivalen karena subjek tidak pernah
yang sudah tidak murni, yang tergeser dari asal- dijajah secara sederhana dan benar-benar
usulnya dan terkonfigurasi ulang dalam cahaya bertentangan dengan penjajah. Oleh karena itu,
sensibilitas dan kegelisahan khusus kolonialisme. hubungan bangsa terjajah dan bangsa penjajah
bersifat ambivalen dan berfluktuasi terus-menerus
Mimikri disebabkan adanya hubungan karena bangsa terjajah memiliki local genius dalam
ambivalen antara penjajah dan terjajah. Sikap pelibatan dan perlawanannya.
ambivalen tersebut di picu oleh adanya kecintaan
terhadap suatu hal sekaligus membencinya. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Bhabha, ambivalensi tidak hanya dapat di
baca sebagai pertanda trauma subjek kolonial, Penelitian ini menggunakan metode
melainkan juga mengungkapkan bahwa kehadiran dokumentatif. Metode dokumentatif digunakan
kolonial itu selalu ambivalen, terpecah antara karena datanya adalah prosa yang terdiri dari novel.
menampilkan dirinya sebagai asli, dan otoritatif Teknik dokumentatif adalah mendokumentasikan
dengan artikulasinya yang menunjukkan semua data yang diperlukan dalam penelitian
pengulangan dan perbedaan. Dengan kata lain, (Sugiyono, 2009:329). Teknik yang digunakan
identitas kolonial itu tidak stabil, meragukan, dan adalah teknik baca dan catat, mengaris bawahi,
selalu terpecah (Loomba, 2003:229-230). Bhabha serta mengelompokkan data tentang bentuk-bentuk
(Foulcher 2006: 121-122; Ratna 2008: 304, kolonialisme dalam novel Tan Sebuah Novel karya
311,&317) menggunakan istilah mimikri untuk Hendri Teja ke dalam tabel. Pengelompokan data
menjelaskan ciri-ciri peniruan, kamuflase mengenai dalam korpus data dilakukan dengan memilih, dan
sikap, perilaku, dan pikiran pribumi dalam memilah data yang sesuai dengan rumusan
melawan penjajah. Ambivalensi psikologis masalah. Maka langkah-langkah yang dilakukan
merupakan gejala umum di negara-negara terjajah. adalah sebagai berikut:

Gejala psikoanalisis mimikri diadopsi oleh Pertama membaca intensif dan berulang-
Bhabha dalam teori postkolonialisme sebagaimana ulang novel yang akan diteliti, merupakan tahap
diungkapkan oleh Aschrof, dkk. (2007: 10), awal yang harus dilakukan adalah membaca novel
diadaptasi ke teori wacana kolonial oleh Bhabha, Tan Sebuah Novel karya Hendri Teja secara
teori itu menggambarkan campuran kompleksitas intensif dan berulang-ulang agar peneliti mendapat
dari tarikan dan tolakan yang mencirikan hubungan pemahaman yang maksimal.
antara penjajah dan terjajah.
Kedua mengidentifikasi masalah yang
terdapat dalam novel Tan Sebuah Novel karya
Hendri Teja. Permasalahan yang ditemukan adalah suku ialah sebagai datuk pamuncak yang
pandangan Barat terhadap pribumi, bentuk membawahi sembilan datuk pucuk, dan menjadi
penindasan, bentuk perlawanan kaum pribumi. penghubung antara masyarakat nagari dengan
countroleur atau pemerintahan yang setara
Ketiga memberi tanda pada novel sesuai kabupaten dan di pimpin oleh seorang Belanda. Hal
dengan identifikasi permasalahan, setelah tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
mengidentifikasi novel tersebut selanjutnya adalah
mencatat data dan menyeleksi data yang Rutinitas seorang pemimpin adat pun
memproyeksikan nilai-nilai yang sesuai dengan dimulai. Sebagai datuk pamuncak aku
pembahasan. memimpindembilan datuk pucuk, dan
setiap pucuk membawahi puluhan ninik-
Keempat memilah data, tahap selanjutnya mamak yang bertanggung jawab membina
yang harus dilakukan adalah memilah-milah data para anak-kemenakan. Tanggung jawabku
yang di catat berdasarkan permasalahan dan tujuan yang kedua adalah menjadi penghubung
penelitan yang sudah ditentukan. Bertujuan untuk antara masyarakat nagari dengan
mengambil data yang diperlukan dan membuang controleur Agam Tuo (Teja, 2016:14).
data yang tidak diperlukan.
Data di atas membuktikan bahwa Ibrahim
Teknik Analisis Data atau Datuk Tan Malaka sudah resmi mempin
sebuah suku atau adat. Akan tetapi cerita tidak
Teknik analisis data yang digunakan dalam berakhir begitu saja, setelah menjadi pemimpin
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. adat yang sah, Ibrahim memikirkan kelanjutan
Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis sekolahnya di Nederland. Akhirnya Ibrahim
data sesuai dengan permasalahan yang disesuaikan memutuskan untuk melanjutkan studinya ke
dengan teori yang digunakan. Sebelumnya teknik Nederland, keputusan Ibrahim untuk melanjutkan
deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil studinya tidak semudah yang dibayangkan. Banyak
analisis secara rinci, serta menafsirkan dan datuk pucuk yang tidak setuju akan keputusan
mendeskripsikan data yang ada sesuai dengan Ibrahim yang ingin melanjutkan studinya ke
landasan teori postkolonial yang telah ditetapkan. Nederland Belanda, dengan alasan siapa nanti yang
akan menggantikan posisi Ibrahim sebagai
Untuk analisis data digunakan prosedur pemimpin adat. Namun, keputsan Ibrahim sudah
penelitian dengan langkah-langkah penganalisisan bulat untuk tetap melanjutkan studinya di
sebagai berikut: Nederland. Keputusan itu membuat datuk pucuk
1. Mengklasifikasikan data sesuai dengan menjadi marah dan kecewa, rapat adat pun
tabel rumusan masalah yang telah dilakukan secara mendadak dan memberikan
ditentukan. sebuah hasil yaitu, jika Ibrahim tetap ingin
2. Mendeskripsikan hasil klasifikasi data melanjutkan studinya maka Dia harus di usir dari
berdasarkan masalah yang telah tanah adatnya. Keputusan yang sangat kejam itu
ditemukan. Data dideskripsikan dalam pun diterima oleh Ibrahim dengan lapang dada,
bentuk uraian secara kualitatif. dengan berat hati dia melangkahkan kaki
3. Menyimpulkan analisis data berdasarkan meninggalkan tanah kelahiranya untuk
klasifikasi yang telah tersusun menjadi mengembara mencari ilmu ke negeri Belanda.
data penelitian.
Nederland menjadi titik awal kisah-kisah
Hasil Penelitian dan Pembahasan perjuangan Ibrahim untuk bangsanya pun dimulai.
Ketidakadilan yang menimpanya dengan alasan
Novel Tan Sebuah Novel berkisah tentang karena dia seorang pribumi, lalu banyak peristiwa-
perjuangan tokoh utama yang bernama asli peristiwa yang membuat hati Ibrahim tersentuh
Ibrahim, akan tetapi lebih dikenal dengan nama untuk semakin berjuang demi bangsanya, peristiwa
Tan Malaka. Awal cerita tokoh Tan adalah seorang penindasan yang dilakukan oleh bangsa Belanda
pemuda Hindia yang menuntut ilmu di Nederland kepada bangsa pribumi Hindia, serta pandangan
Belanda. Ketika sang kakek meninggal dunia, bangsa Belanda yang merasa hanya mereka yang
Ibrahim memutuskan untuk pulang kekampung memiliki martabat, sedangkan pribumi hanyalah
halaman yang berada di Lumuik Suliki Sumatera seorang rendahan tidak bermartabat. Atas dasar
Barat. Sepeninggal kakeknya yang menjadi peristiwa inilah perlawanan Ibrahim beserta kaum
pemimpin suku dengan gelar Tan Malaka, sebagai pribumi yang lain dimulai.
seorang cucu dan penerus generasi suku, gelar Tan
Malaka diberikan kepada Ibrahim. Melalui rapat Kisah-kisah yang diceritakan dalam Novel
para tokoh petinggi suku gelar Tan Malaka resmi di Tan Sebuah Novel karya Hendri Teja ini lah, akan
sandang oleh Ibrahim. Tugas seorang pemimpin di analisis menggunakan teori postkolonialisme
yang meliputi bentuk-bentuk penindasan bangsa Bentuk Perlawanan Kaum Pribumi
penjajah terhdap bangsa terjajah, pandangan bangsa Terhadap Dominasi Kaum Penjajah
penjajah terhadap bangsa terjajah, dan bentuk
perlawanan kaum pribumi terhadap dominasi atau Penjajahan yang berkepanjangan oleh
penindasan yang dilakukan oleh kaum penjajah. Belanda membuat bangsa Hindia menjadi tertekan,
dan hidup dalam kesengsaraan. Hal itulah yang
Bentuk Penindasan Bangsa Penjajah Terhadap mendasari rakyat Hindia dalam melakukan
Bangsa Terjajah perlawan. Perlawanan yang dilakukan semata-mata
hanya ingin meraih kedaulatan sebagai bangsa yang
Sebuah penjajahan berkepanjangan yang merdeka, sebagai bangsa yang mandiri. Serta
dilakukan oleh bangsa Belanda tentunya keinginan untuk menjalani hidup lebih baik, agar
berdampak buruk bagi bangsa Hindia, untuk para penurus generasi kelak dapat menikmati
melanggengkan penjajahan, bangsa Belanda kemerdekaan tanpa adanya penjajahan. Bentuk-
melakukan bentuk-bentuk penindasan yang bentuk perlawanan dilakukan dengan beragam cara
membuat bangsa Hindia menjadi takluk dan dengan dan tindakan. Misalnya bentuk perlawanan fisik
keterpaksaan itulah menjadikan bangsa Hindia yaitu melakukan peperangan melawan penjajah
tunduk terhadap semua kebijakan, dan perlakuan Belanda, bentuk perlawanan politik yaitu
yang dilakukan oleh bangsa Belanda. Bentuk melakukan memberikan kritik serta pendapat untuk
penindasan dalam hal ini ialah segala bentuk kemerdekaan bangsa Hindia, bentuk perlawanan
penindasan yang dapat berupa kontak fisik, politik pendidikan yaitu melakukan pembelajaran kepada
atau kebijakan pemerintahan Belanda, pendidikan, rakyat agar terlepas dari kebodohan dengan tujuan
perekonomian, budaya, dan agama. Dalam hal ini kelak dapat bereksistensi untuk melawan
yang akan dibahas secara spesifik ialah (1)bentuk penindasan penjajah. Pada hal ini akan di bahas
penindasan dalam sektor politik dan ekonomi. secara spesifik mengenai (1). bentuk-bentuk
(2)Bentuk penindasan dalam sektor agama dan perlawanan di sektor politik dan ekonomi,(2).
pendidikan, dan yang terakhir (3)bentuk bentuk perlawanan di sektor pendidikan dan
penindasan fisik. agama, dan (3). bentuk perlawanan fisik.

Pandangan Bangsa Penjajah Terhadap Bangsa Penutup


Terjajah
Simpulan
Selama tiga setengah abad Belanda
menjajah bangsa Hindia yang sekarang kita sebut Peneliti melakukan analisis novel
Indonesia. Selama itu pula Belanda menganggap berdasarkan teori postkolonialisme. Terdapat tiga
rakyat Hindia sebagai budak atau hamba sahaya. elemen yang menjadi pokok bahasan dalam
Pandangan atau anggapan bangsa Belanda terhadap menganalisis novel Tan Sebuah Novel karya Hendri
bangsa Hindia bermacam-macam bentuknya. Teja, yaitu. Bentuk penindasan bangsa penjajah
Meliputi anggapan yang merendahkan kaum terhadap bangsa terjajah, pandangan bangsa
pribumi Hindia, jika dilihat dari sudut pandang penjajah terhadap bangsa terjajah, bentuk
orientalisme bangsa Barat akan selalu menyebut perlawanan kaum pribumi terhadap dominasi kaum
bahwa dirinya superior dan bangsa Timur sebagai penjajah. Berdasarkan hasil analisis dan
inferior. Artinya bangsa Barat selalu menganggap pembahasan mengenai postkolonialisme dalam
bahwa hanyamereka kaum yang bermartabat, novel Tan Sebuah Novel karya Hendri Teja, dapat
berpendidikan, dan beretika. Sedangkan kaum ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.
Timur dipandang rendah yang tidak memiliki
martabat. Pada pembahasan ini bangsa Barat Pertama, bentuk penindasan bangsa
diwakili oleh Belanda dan bangsa Timur diwakili Belanda terhadap pribumi Hindia dilakukan dengan
oleh pribumi Hindia. sesuai dengan pandangan tujuan membuat pribumi tunduk terhadap semua
orientalisme maka Belanda akan menganggap kebijakan pemerintah Belanda. Ada beberapa
bahwa hanya bangsanya yang paling unggul dan bentuk bentuk peniindasan yang terdapat pada
bermartabat. Sehingga pribumi dipandang hanya novel ini, yaitu (1).Bentuk penindasan sektor
sebelah mata. Pada pembahasan ini akan di bahas politik dan ekonomi, dilakukan dengan cara
secara spesifik mengenai, (1) sudut pandang membuat kebijakan politik yang bersifat merugikan
ekonomi dan sosial, (2) sudut pandang akademik, rakyat pribumi, seperti kerja rodi, tanam paksa, dan
dan (3) pandangan bangsa terjajah terhadap bangsa politik pemecah belah. Dalam sektor ekonomi
penjajah. bentuk penindasan yang dilakukan dengan merebut
sumber penghasilan pribumi, sehingga
perekonomian pribumi Hindia menurun.
(2).Bentuk penindasan sektor agama dan
pendidikan, penindasan dalam sektor agama
dilakukan dengan menggunting kuota haji umat Saran
muslim, serta melakukan kristenisasi terhadap umat
muslim. Penindasan dalam sektor pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dilakukan dengan tidak memberikan pendidikan memberikan wawasan baru kepada mahasiswa
untuk anak-anak pribumi. (3).Bentuk penindasan program studi Sastra Indonesia bahwa ilmu di luar
fisik. dilakukan dengan cara melakukan tindakan sastra dapat digunakan untuk membantu
kriminalisasi terhadap rakyat pribumi. menganalisis karya sastra. Dalam penelitian ini,
ilmu sastra digabungkan dengan ilmu sosiologi,
Kedua, pandangan bangsa penjajah yaitu postkolonialisme dari Edward Said, Gayatri
terhadap bangsa terjajah, pandangan ini meliputi. Spivak, dan Homi Bhabha. Penelitian ini
(1) sudut pandang ekonomi dan sosial, dimana diharapkan dapat menjadi kerangka acuan dalam
bangsa Hindia di pandang sebagai bangsa yang memahami elemen-elemen poskolonialisme dan
miskin dan melarat, serta pandangan sosial yang dikembangkan lebih lanjut lagi dengan berbagai
menganggap bangsa pribumi tidak bermartabat dan sumber yang berbeda. Dengan terbukti adanya
kedudukannya hanya sebagai budak atau hamba elemen-elemen poskolonialisme dalam karya
sahaya, (2) sudut pandang akademik, dimana sastra, maka penulis menyarankan kepada
belanda menganggap bangsa Hindia sebagai bangsa mahasiswa sastra Indonesia untuk melakukan
yang bodoh, primitif, dan sumber daya manusia penelitian sejenis pada novel lainnya. Hal tersebut
yang rendah. (3) pandangan bangsa terjajah berguna untuk mengembangkan pengetahuan
terhadap bangsa penjajah, bangsa Hindia postkolonialisme yang terjadi pada novel-novel
memamndang bahwa bangsa Belanda adalah sejarah. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
bangsa yang kejam, dan tidak berperikemanusiaan. dapat memberikan sumbangan dalam analisis karya
sastra, khususnya novel yang menggunakan teori
Ketiga, bentuk perlawanan kaum pribumi postkolonialisme.
terhadap dominasi kaum penjajah, bentuk
Daftar Rujukan
perlawanan dilakukan untuk membela diri terhadap
tekanan, dan penindasan yang dilakukan oleh C Ansori, Dian. 2004. Postkolonial dalam Novel
Belanda. Sebuah penjajahan yang berkepanjangan Layar Terkembang Karya Sutan Takdir
membuat rakyat merasa jenuh dan ingin Alisyabana. Skripsi.
kehidupannya menjadi lebih baik tanpa mengalami
Ashcroft, Bill, dkk. 2003. Menelanjangi Kuasa
penindasan dari penjajah. Ada beberapa bentuk
Bahasa: Teori dan Praktik Sastra Postkolonial.
perlawanan dalam novel ini. (1).Bentuk perlawanan
Yogyakarta: Qalam.
dalam sektor politik dan ekonomi, dalam sektor
politik perlawanan yang dilakukan dengan Bhabha, H.K. 1994. Remembering Fanon: Self,
membuat organisasi atau partai politik yang Psyche and the Colonial Condition dalam P.
bertujuan untuk menentang kebijakan pemerintahan Wiliams dan L. Chrisman (eds.), Colonial
Belanda, dan menyuarakan pendapat terhadap Discourse and Poscolonial Theory, New York:
pemerintahan Belanda mengenai pembentukan Columbia University Press, hlm. 112-123.
dewan Hindia yang dapat memperjuangkan
Capra, Fritjof. 2002. Titik Balik Peradaban: Sains,
kesejahteraan rakyat Hindia. bentuk perlawanan
dalam sektor ekonomi dengan cara memberikan Masyarakat, dan Kebangkitan Kebudayaan.
bantuan berbentuk dana untuk kehidupan rakyat Yogyakarta: Bentang Budaya.
pribumi yang kekurangan. (2).Bentuk perlawanan Foulcher, Keith. 2006. Larut di Negeri Asing:
sektor pendidikan dan agama, bentuk perlawanan Mimikri dan Ambivalensi dalam Sitti Nurbaya
dalam sektor pendidikan dilakukan dengan cara Karya Marah Rusli(dalam Clearing a space:
membentuk sekolah-sekolah rakyat, dengan Kritik Pascakolonial tentang Sastra Indonesia
pendidikan maka penjajahan akan dapat dilawan Modern, Keith Foulcher dan Tony Day, ed.,
dengan perlahan. Perlawanan dalam bentuk agama Jakarta: YOI dan KITLV, hlm 115-146).
dilakukan oleh kaum muslimin yang berjuang
mendirikan perhimpunan islam dan sekolah- Gandhi,Leela. 2001. Teori Poskolonial: Upaya
sekolah islam untuk melawan ketertindasan Meruntuhkan Hegemoni Barat. Yogyakarta:
Belanda yang tidak memberikan kesempatan anak- Qalam
anak pribumi untuk mengenyam pendidikan, Hidayati , Wiwiwk. 2008. Pengaruh Dominasi
(3).Bentuk perlawanan fisik, diwujudkan dengan Penjajah atas Subaltern dalam Novel Cantik itu
cara melakukan peperangan dan penyerangan Luka Karya Eka Kurniawan. Skripsi:
kepada pemerintahan dan tentara Belanda agar
penindasan yang dilakukan oleh Belanda segera
berakhir. Lomba,Ania.2016.Kolonialisme/pascakolonialisme
. Yogyakarta: Narasi-Pustaka Promethea.
Morton Stephen . 2008.Gayatri C. Spivak: Etika,
Subaltern & Krtitik Penalaaran Poskolonial.
Yogyakarta: Pararaton.
Najid, Muhammad. 2009. Mengenal Apresiasi
Prosa Fiksi.Surabaya: University Press.
Prasetya, Rizka Yudha. 2014. Citra Tokkoh dalam
Trilogi Novel De Winst Karya Afra Kajian
Postkolonialisme. Skripsi. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Poskolonialisme
Indonesia. Yogyakarta: Pusataka Pelajar
Ratna,Nyoman Kutha.2008. Penelitian Sastra .
Yogyakarta: Pustaka pelajar
Ritzer, dan Douglas J. Goodman.2004, Teori
Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana
Said, Edward W. 1994.Orientalisme. Bandung:
Pustaka
Said, Edward W. 2003.Kekuasaan, Politik, dan
Kebudayaan. Surabaya: Pustaka Promothea.
Sugiono. 2009. Merode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Teja, Hendri. 2016. Tan Sebuah Novel. Tanggerang
Selatan: Javanica.
Walia, Shelley. 2003. Edward Said dan Penulisan
Sejarah. Yogyakarta: Jendela.

Anda mungkin juga menyukai