Abstrak
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan bentuk penindasan bangsa penjajah Belanda terhadap
bangsa terjajah Hindia, serta mendeskripsikan pandangan bangsa penjajah terhadap bangsa
terjajah, dan bentuk perlawanan yang dilakukan oleh kaum pribumi terhadap dominasi kaum
penjajah. Ketiga aspek ini dideskripsikan untuk menganalisis novel Tan Sebuah Novel karya
Hendri Teja dengan menggunakan teori postkolonialisme. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan dalam penelitian ini mengunakan pendekatan
kualitatif karena dalam penelitian ini mengunakan sumber data novel Tan Sebuah Novel yang
memiliki nilai-nilai sejarah dan sosial. Hasil dari penelitian adalah bentuk penindasan bangsa
penjajah terhadap bangsa terjajah dalam novel Tan Sebuah Novel Karya Hendri Teja,
pandangan bangsa penjajah terhadap bangsa terjajah dalam novel Tan Sebuah Novel Karya
Hendri Teja, bentuk perlawanan kaum pribumi terhadap dominasi kaum penjajah dalam
novel Tan Sebuah Novel Karya Hendri Teja.
Abstract
The purpose of this study is to describe the forms of Dutch colonies oppression toward the
Hindi colonized nations; to describe the view of colonies nations toward the colonized
nations; and to describe the acts of resistance done by the indigenous toward the colonizers.
All of these three aspects are broadly described to analyze a novel Tan Sebuah Novel by
Hendri Teja under the theory of post-colonial criticism. This study belongs to descriptive-
qualitative study. The approach used was qualitative since the data taken from Tan Sebuah
Novel possess historical and social values. The result of this study is the forms of Dutch
colonies oppression toward the Hindi colonized nations in Tan Sebuah Novel by Hendri
Teja, the view of colonies nations toward the colonized nations in Tan Sebuah Novel by
Hendri Teja, and the acts of resistance done by the indigenous toward the colonizers in Tan
Sebuah Novel by Hendri Teja.
Keywords: post-colonial, the forms of oppression, the view of colonies, the acts of resistance
PENDAHULUAN
yang mudah dipahami. Sosok Tan Malaka pejuang
Kolonialisme Belanda yang menjadi
kemerdekaan Indonesia yang misterius ini terpotret
pengalaman estetis pengarang dideskripsikan
jelas di lensa Novel Tan Sebuah Novel. Hendri
pengarang dalam bentuk karya sastra berupa novel
Teja secara gamblang menggambarkan Tan
berlatar sejarah pendudukan Hindia Belanda.
Malaka, adalah sosok pejuang yang sangat
Realitas tersebut dalam realitas fiksi sastra
menentukan arah dan revolusi di Indonesia hingga
postkolonial sarat dengan masalah penjajahan
Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Di
bangsa Barat terhadap bangsa Timur. Oleh karena
sinilah kepiawaian Hendri Teja menceritakan sosok
itu sastra postkolonial dapat menjadi media
Tan Malaka. Novel ini di desain seperti antitesa
pengungkap hubungan antara bangsa penjajah dan
dari kisah-kisah Tan Malaka yang pernah ada.
bangsa terjajah. Pemilihan karya sastra sebagai
media yang paling tepat untuk menggambarkan
Berdasarkan fenomena yang ada dalam
masalah tersebut berdasarkan atas tiga
novel Tan karya Hendri Teja yang dipaparankan di
pertimbangan. Pertama, karya sastra adalah sistem
atas,penelitian ini tertarik untuk menganalisis
bahasa, tanda, sehingga sangat tepat untuk
bentuk-bentuk kolonial yang tercermin melalui
menggambarkan perasaan. Kedua, karya sastra
tokoh fiksional dalam karya sastra, yaitu tokoh-
bukan objektivitas itu sendiri masalah yang
tokoh dalam novel Tan Sebuah Novel Karya
diungkapkan dalam karya sastra buku kolonialisme
Hendri Teja dengan kajian teori postkolonial.
sebagaimana dipahami dalam sejarah umum
melainkan apa yang dibuat oleh kolonialisme.
Ketiga, sastra adalah refleksi sekaligus refraksi, Rumusan Masalah
inovasi sekaligus negasi dan afirmasi
(Ratna,2008:134). Berdasarkan masalah diatas, masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Novel merupakan sebuah karya sastra
yang populer pada masa kolonial. Ensiklopedia 1. Bagaimana bentuk penindasan bangsa penjajah
Americana memberi batasan bahwa novel ialah terhadap bangsa terjajah dalam novel Tan
cerita dalam bentuk prosa yang cukuppanjang dan Sebuah Novel Karya Hendri Teja?
meninjau kehidupan sehari-hari. Novel juga sangat 2. Bagaimana pandangan bangsa penjajah
memungkinkan adanya penyajian secara panjang terhadap bangsa terjajah dalam novel Tan
lebar mengenai persoalan manusia. Itulah sebabnya Sebuah Novel Karya Hendri Teja?
persoalan-persoalan yang diangkat sebagai tema 3. Bagaimana bentuk perlawanan kaum pribumi
sebuah novel cenderung jauh lebih kompleks dan terhadap dominasi kaum penjajah dalam novel
rumit bila dibandingkan dengan cerpen. Persoalan Tan Sebuah Novel Karya Hendri Teja?
hidup manusia yang kompleks tersebut dapat
memuat hubungan manusia dengan Tuhan, Kajian Pustaka
hubungan manusia dengan alam semesta, hubungan
manusia dengan masyarakat, dan hubungan Teori Postkolonial
manusia dengan dirinya sendiri. Peranan manusia
yang digambarkan dalam novel tidaklah statis, Secara etimologis postkolonialisme
melainkan selalu bergerak dalam perjalanan waktu berasal dari kata post dan kolonial, sedangkan
(Najid, 2009:22). kata kolonial berasal dari bahasa Romawi, colonia,
yang berarti tanah pertanian atau pemukiman. Jadi
Novel memungkinkan untuk merekam secara etimologis kolonial tidak mengandung arti
seluruh perkembangan itu secara utuh dan penjajahan, penguasaan, pendudukan, dan konotasi
menyeluruh. Selain itu, novel lebih leluasa eksplotasi lainnya. Konotasi negatif kolonial timbul
mengeksplorasi detail-detail peristiwa, suasana, dan sesudah terjadi interaksi yang tidak seimbang
karakter tokoh untuk menghidupkan cerita. antara penduduk pribumi yang dikuasai dengan
Keutuhan sebuah novel tidak ditopang oleh penduduk pendatang sebagai penguasa (Ratna
kepadatan cerita seperti cerpen, namun ditopang 2004: 205). Dikaitkan dengan teori
oleh tema karyanya (Najid, 2009:23). postmodernisme, studi postkolonialisme
merupakan teori yang masih baru. Menurut Shelley
Novel Tan Sebuah Novel bercerita Walia (2001: 6; Said 2003: 58-59; Ratna 2004:
tentang masa kolonial Belanda yang pada saat itu 206) proyek poskolonialisme pertama kali
menjajah Indonesia, Novel Tan Sebuah Novel dikemukakan oleh Frantz Fanon di dalam bukunya
membahas mengenai jati diri tokoh Tan lebih yang berjudul Black Skin, White Masks and the
sempurna. Dalam novel ini, karakter penokohan Wretched of the Earth (1967). Fanon adalah
Tan yang lebih menonjol. karakternya pekerja seorang psikiater yang mengembangkan analisis
keras dengan tekad yang kuat diurai dengan bahasa mengenai dampak psikologis dan sosiologis yang
ditimbulkan oleh kolonisasi. Fanon menyimpulkan jelas bagaimana para pengarang Barat, dengan cara
bahwa melalui dikotomi kolonial, penjajah-terjajah, pandang Barat, memanfaatkan kekuatan wacana
wacana orientalisme telah menimbulkan alienasi sehingga baik secara langsung maupun tidak
dan marginalisasi psikologis yang sangat hebat. langsung menimbulkan asosiasi tertentu mengenai
bangsa Timur. Dikaitkan dengan tujuannya maka
Menurut Ratna (2003:206) dunia Anglo wacana orientalis adalah wacana yang mewakili
Amerika dirintis oleh Edward W. Said dengan sistem ideologi Barat dalam kaitannya untuk
bukunya yang berjudul Orientalism (1978). Tokoh menanamkan hegemoni terhadap bangsa Timur.
lain adalah Gayatri C.Spivak, Homi K.Bhabha, Sebaliknya wacana postkolonial adalah wacana
Jacques Derridra, dan Tzevetan Todorov. Yang yang mewakili sistem ideologi Timur untuk
dimaksudkan dengan teori postkolonial adalah teori menanamkan pemahaman ulang sekaligus
yang digunakan untuk menganalisis berbagai gejala memberikan citra diri yang baru terhadap bangsa
kultural, seperti: sejarah, politik, ekonomi, dan Timur mengenai hegemoni Barat tersebut (Ratna,
sastra, yang terjadi di negara-negara bekas koloni 2004:218-219).
Eropa modern. Pada umumnya gejala-gejala
kultural tersebut terkandung dalam berbagai teks Bentuk Penindasan
studi mengenai dunia timur, yang ditulis oleh para
orientalis, yang disebut sebagai teks-teks oriental Bentuk penindasan yang dilakukan oleh
(dari kata orien yang berarti timur). Meskipun penjajah terhadap pribumi dilakukan dengan tujuan
demikian, sebagai akibat dominasi intelektualitas untuk melanggengkan sebuah penjajahan. Bentuk
Barat, banyak karya-karya yang melukiskan penindasan dapat berbentuk fisik, politik, ekonomi,
ketidakseimbangan hubungan antara masyarakat ras, budaya, agama, dan pendidikan. Bentuk
Barat dengan masyarakat Timur yang ditulis oleh penindasan terhadap pribumi dapat disebut juga
intelektual pribumi yang telah terkonstruksi oleh sebagai penindasan terhadap kaum kelas rendah
pemikiran Barat. yang disebut sebagai subaltern. Berdasarkan
Oxford English Dictionary istilah subaltern
Secara detinitif (Bill Ashcroft,dkk, memiliki tiga arti yang berbeda: secara
2003:xxii-xxiii) teori postkolonial lahir sesudah konvensional subaltern dipahami sebagai sinonim
kebanyakan negara-negara terjajah memperoleh dari subordinat, namun bisa juga berarti pekerja
kemerdekaannya. Teori postkolonial mencakup kelas rendahan dalam ketentaraan, atau contoh
seluruh khazanah sastra nasional yang pernah khusus yang mendukung proposisi universal dalam
mengalami kekuasaan imperial sejak awal logika filsafat (Morton, 2008:156).
kolonisasi hingga sekarang. Dengan demikian
postkolonial sangat relevan untuk menyebutkan Spivak menggunakan istilah tersebut yang
kritik lintas budaya sekaligus wacana yang kemudian dijelaskan oleh Gramsci mengenai kaum
ditimbulkannya. Tema-tema yang perlu di kaji petani desa di Italia dan riset kelompok kajian
sangat luas dan beragam, meliputi hampir seluruh subaltern internasional mengenai sejarah
aspek kebudayaan, di antaranya: politik, ideologi, pemberontakan subaltern di Asia Selatan pada
agama, pendidikan, sejarah, antropologi, ekonomi, masa kolonial dan postkolonialisme. Sebelum
kesenian, etnisitas, bahasa, dan sastra. Sekaligus subaltern memiliki kesadaran kolektif mengenai
dengan bentuk praktik di lapangan, seperti: penindasan secara ekonomi dan politik sebagai
perbudakan, pendudukan, pemindahan penduduk, sebuah kelas, subaltern sangat berbeda dengan
pemaksaan bahasa, dan berbagai bentuk invasi proletar industrial. Secara krusial, sejarawan Kajian
kultural yang lain. Meskipun demikian, Subaltern berupaya menekankan bahwa konsep
keberagaman permasalahan seperti di atas mengenai subaltern menandai perbedaan sosial-
dipersatukan oleh tema yang sama, yaitu demografis antara kaum elit dan yang lainnya di
kolonialisme (Ratna,2004:2007). Asia Selatan (Morton, 2008:156-158).
Gejala psikoanalisis mimikri diadopsi oleh Pertama membaca intensif dan berulang-
Bhabha dalam teori postkolonialisme sebagaimana ulang novel yang akan diteliti, merupakan tahap
diungkapkan oleh Aschrof, dkk. (2007: 10), awal yang harus dilakukan adalah membaca novel
diadaptasi ke teori wacana kolonial oleh Bhabha, Tan Sebuah Novel karya Hendri Teja secara
teori itu menggambarkan campuran kompleksitas intensif dan berulang-ulang agar peneliti mendapat
dari tarikan dan tolakan yang mencirikan hubungan pemahaman yang maksimal.
antara penjajah dan terjajah.
Kedua mengidentifikasi masalah yang
terdapat dalam novel Tan Sebuah Novel karya
Hendri Teja. Permasalahan yang ditemukan adalah suku ialah sebagai datuk pamuncak yang
pandangan Barat terhadap pribumi, bentuk membawahi sembilan datuk pucuk, dan menjadi
penindasan, bentuk perlawanan kaum pribumi. penghubung antara masyarakat nagari dengan
countroleur atau pemerintahan yang setara
Ketiga memberi tanda pada novel sesuai kabupaten dan di pimpin oleh seorang Belanda. Hal
dengan identifikasi permasalahan, setelah tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
mengidentifikasi novel tersebut selanjutnya adalah
mencatat data dan menyeleksi data yang Rutinitas seorang pemimpin adat pun
memproyeksikan nilai-nilai yang sesuai dengan dimulai. Sebagai datuk pamuncak aku
pembahasan. memimpindembilan datuk pucuk, dan
setiap pucuk membawahi puluhan ninik-
Keempat memilah data, tahap selanjutnya mamak yang bertanggung jawab membina
yang harus dilakukan adalah memilah-milah data para anak-kemenakan. Tanggung jawabku
yang di catat berdasarkan permasalahan dan tujuan yang kedua adalah menjadi penghubung
penelitan yang sudah ditentukan. Bertujuan untuk antara masyarakat nagari dengan
mengambil data yang diperlukan dan membuang controleur Agam Tuo (Teja, 2016:14).
data yang tidak diperlukan.
Data di atas membuktikan bahwa Ibrahim
Teknik Analisis Data atau Datuk Tan Malaka sudah resmi mempin
sebuah suku atau adat. Akan tetapi cerita tidak
Teknik analisis data yang digunakan dalam berakhir begitu saja, setelah menjadi pemimpin
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. adat yang sah, Ibrahim memikirkan kelanjutan
Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis sekolahnya di Nederland. Akhirnya Ibrahim
data sesuai dengan permasalahan yang disesuaikan memutuskan untuk melanjutkan studinya ke
dengan teori yang digunakan. Sebelumnya teknik Nederland, keputusan Ibrahim untuk melanjutkan
deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil studinya tidak semudah yang dibayangkan. Banyak
analisis secara rinci, serta menafsirkan dan datuk pucuk yang tidak setuju akan keputusan
mendeskripsikan data yang ada sesuai dengan Ibrahim yang ingin melanjutkan studinya ke
landasan teori postkolonial yang telah ditetapkan. Nederland Belanda, dengan alasan siapa nanti yang
akan menggantikan posisi Ibrahim sebagai
Untuk analisis data digunakan prosedur pemimpin adat. Namun, keputsan Ibrahim sudah
penelitian dengan langkah-langkah penganalisisan bulat untuk tetap melanjutkan studinya di
sebagai berikut: Nederland. Keputusan itu membuat datuk pucuk
1. Mengklasifikasikan data sesuai dengan menjadi marah dan kecewa, rapat adat pun
tabel rumusan masalah yang telah dilakukan secara mendadak dan memberikan
ditentukan. sebuah hasil yaitu, jika Ibrahim tetap ingin
2. Mendeskripsikan hasil klasifikasi data melanjutkan studinya maka Dia harus di usir dari
berdasarkan masalah yang telah tanah adatnya. Keputusan yang sangat kejam itu
ditemukan. Data dideskripsikan dalam pun diterima oleh Ibrahim dengan lapang dada,
bentuk uraian secara kualitatif. dengan berat hati dia melangkahkan kaki
3. Menyimpulkan analisis data berdasarkan meninggalkan tanah kelahiranya untuk
klasifikasi yang telah tersusun menjadi mengembara mencari ilmu ke negeri Belanda.
data penelitian.
Nederland menjadi titik awal kisah-kisah
Hasil Penelitian dan Pembahasan perjuangan Ibrahim untuk bangsanya pun dimulai.
Ketidakadilan yang menimpanya dengan alasan
Novel Tan Sebuah Novel berkisah tentang karena dia seorang pribumi, lalu banyak peristiwa-
perjuangan tokoh utama yang bernama asli peristiwa yang membuat hati Ibrahim tersentuh
Ibrahim, akan tetapi lebih dikenal dengan nama untuk semakin berjuang demi bangsanya, peristiwa
Tan Malaka. Awal cerita tokoh Tan adalah seorang penindasan yang dilakukan oleh bangsa Belanda
pemuda Hindia yang menuntut ilmu di Nederland kepada bangsa pribumi Hindia, serta pandangan
Belanda. Ketika sang kakek meninggal dunia, bangsa Belanda yang merasa hanya mereka yang
Ibrahim memutuskan untuk pulang kekampung memiliki martabat, sedangkan pribumi hanyalah
halaman yang berada di Lumuik Suliki Sumatera seorang rendahan tidak bermartabat. Atas dasar
Barat. Sepeninggal kakeknya yang menjadi peristiwa inilah perlawanan Ibrahim beserta kaum
pemimpin suku dengan gelar Tan Malaka, sebagai pribumi yang lain dimulai.
seorang cucu dan penerus generasi suku, gelar Tan
Malaka diberikan kepada Ibrahim. Melalui rapat Kisah-kisah yang diceritakan dalam Novel
para tokoh petinggi suku gelar Tan Malaka resmi di Tan Sebuah Novel karya Hendri Teja ini lah, akan
sandang oleh Ibrahim. Tugas seorang pemimpin di analisis menggunakan teori postkolonialisme
yang meliputi bentuk-bentuk penindasan bangsa Bentuk Perlawanan Kaum Pribumi
penjajah terhdap bangsa terjajah, pandangan bangsa Terhadap Dominasi Kaum Penjajah
penjajah terhadap bangsa terjajah, dan bentuk
perlawanan kaum pribumi terhadap dominasi atau Penjajahan yang berkepanjangan oleh
penindasan yang dilakukan oleh kaum penjajah. Belanda membuat bangsa Hindia menjadi tertekan,
dan hidup dalam kesengsaraan. Hal itulah yang
Bentuk Penindasan Bangsa Penjajah Terhadap mendasari rakyat Hindia dalam melakukan
Bangsa Terjajah perlawan. Perlawanan yang dilakukan semata-mata
hanya ingin meraih kedaulatan sebagai bangsa yang
Sebuah penjajahan berkepanjangan yang merdeka, sebagai bangsa yang mandiri. Serta
dilakukan oleh bangsa Belanda tentunya keinginan untuk menjalani hidup lebih baik, agar
berdampak buruk bagi bangsa Hindia, untuk para penurus generasi kelak dapat menikmati
melanggengkan penjajahan, bangsa Belanda kemerdekaan tanpa adanya penjajahan. Bentuk-
melakukan bentuk-bentuk penindasan yang bentuk perlawanan dilakukan dengan beragam cara
membuat bangsa Hindia menjadi takluk dan dengan dan tindakan. Misalnya bentuk perlawanan fisik
keterpaksaan itulah menjadikan bangsa Hindia yaitu melakukan peperangan melawan penjajah
tunduk terhadap semua kebijakan, dan perlakuan Belanda, bentuk perlawanan politik yaitu
yang dilakukan oleh bangsa Belanda. Bentuk melakukan memberikan kritik serta pendapat untuk
penindasan dalam hal ini ialah segala bentuk kemerdekaan bangsa Hindia, bentuk perlawanan
penindasan yang dapat berupa kontak fisik, politik pendidikan yaitu melakukan pembelajaran kepada
atau kebijakan pemerintahan Belanda, pendidikan, rakyat agar terlepas dari kebodohan dengan tujuan
perekonomian, budaya, dan agama. Dalam hal ini kelak dapat bereksistensi untuk melawan
yang akan dibahas secara spesifik ialah (1)bentuk penindasan penjajah. Pada hal ini akan di bahas
penindasan dalam sektor politik dan ekonomi. secara spesifik mengenai (1). bentuk-bentuk
(2)Bentuk penindasan dalam sektor agama dan perlawanan di sektor politik dan ekonomi,(2).
pendidikan, dan yang terakhir (3)bentuk bentuk perlawanan di sektor pendidikan dan
penindasan fisik. agama, dan (3). bentuk perlawanan fisik.