Anda di halaman 1dari 12

AMBIVALENSI KEHIDUPAN TOKOH LARASATI DALAM ROMAN LARASATI

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER:


KAJIAN PASCAKOLONIALISME

Daratullaila Nasri

Balai Bahasa Sumatra Barat


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Simpang Alai Cupak Tangah, Pauh Limo, Pauh, Padang 25162
Pos-el: daratullailanasri@gmail.com

Abstract

Larasati is a novel by Pramoedya Ananta Toer that records Indonesia’s flaming revolution
at post-proclamation, not by “the great people and elders”, but a woman, Larasati. She
was an ordinary villager whom became a stage artist and beautiful movie star as well as a
woman who “prostitute herself to the colonialist”. This research uses post-colonialism
theory and descriptive-analysis method. From the approachment used, the representation
of ambivalency action from the live of the ruled ones can be seen.
Keywords: Larasati, post-colonialism, ambivalency

Abstrak

Roman Larasati merupakan salah satu karya Pramoedya Ananta Toer yang merekam
gejolak revolusi Indonesia pascaproklamasi, tetapi bukan dari “orang-orang besar maupun
orang-orang tua”, melainkan dari seorang perempuan, yaitu Larasati. Larasati hanyalah
perempuan kampung biasa yang menjadi seorang artis panggung dan bintang film cantik
serta perempuan yang “melacurkan” dirinya pada penjajah. Penelitian ini menggunakan
kajian pascakolonialisme dan metode analisis deskriptif. Dari pendekatan yang digunakan
terlihat gambaran sikap ambivalensi kehidupan orang terjajah terhadap penjajah.
Kata kunci: Larasati, pascakolonial, ambivalensi

Naskah diterima : 3 Januari 2016 makna penaklukan atau dominasi


Naskah disetujui : 12 Maret 2016 pendatang baru terhadap rakyat-rakyat
yang sudah ada di daerah baru
1. Pendahuluan sebelumnya. Namun, menurut Loomba,
Mengacu pada Oxford English dalam proses “membentuk sebuah
Dictionary, kata kolonialisme berasal dari komunitas” dalam negeri baru tentu
kata Romawi colonia yang berarti ‘tanah berarti “membubarkan” atau membentuk
pertanian’ atau ‘pemukiman’ dan kembali komunitas-komunitas yang
mengacu kepada orang Romawi yang sudah ada di sana. Hal itu menimbulkan
bermukim di negeri-negeri lain, tetapi terjadinya sejumlah praktik perdagangan,
masih mempertahankan kewarga- penjarahan, negosiasi, perang,
negaraan mereka (Loomba, 2003:2). Pada pembunuhan massal, perbudakan, dan
kata tersebut tidak terkandung pemberontakan.
Praktik-praktik seperti itu direkam
oleh orang-orang tertentu dalam bentuk

Daratullaila•Nasri:•Ambivalensi•Kehidupan•Tokoh•Larasati•dalam…•• 25•
tulisan, seperti surat-surat, dokumen- Perempuan itu bernama Larasati. Dia
dokumen perdagangan, catatan-catatan seorang artis panggung dan bintang film
pribadi dan publik, arsip-arsip yang cantik. Dari kisah perjalanan
pemerintah, karya sastra, dan teks-teks perempuan inilah terlihat sebuah potret
saintifik. Berbagai praktik dan tulisan kesatriaan kaum muda merebut hak
inilah yang merupakan bagian penting merdeka dari tangan-tangan orang asing.
yang dikaji melalui studi kolonialisme Melalui karyanya itu, Pram tidak
dan pascakolonialisme. hanya merekam kisah-kisah heroik
Kolonialisme tersebut dapat kepahlawanan, tetapi juga dengan
didefinisikan sebagai penaklukan dan lengkap menyajikan segala kemunafikan
penguasaan atas tanah dan harta benda kaum revolusioner, kekerdilan,
rakyat lain (Loomba, 2003:2). Lebih kelemahan dari para pemimpin, dan kisah
lanjut, Loomba mengatakan bahwa percintaan yang romatis di zaman itu.
kolonialisme dalam pengertian ini bukan Dalam roman tersebut dikisahkan
hanya perluasan berbagai kekuasaan bahwa Republik Indonesia saat itu berada
Eropa memasuki Asia, Afrika, atau benua dalam kekuasaan NICA (Netherlands
Amerika dari abad XVI dan seterusnya; Indies Civil Administation). Pembentukan
kolonialisme telah merupakan suatu NICA oleh Belanda dimaksudkan untuk
pemandangan yang berulang dan tersebar membantu penyelesaian masalah
luas dalam sejarah manusia. pemerintahan sipil setelah masa
Di Indonesia, kolonialisme telah kependudukkan Jepang. Dengan alasan
terjadi semenjak awal abad ke-17, dengan menyelamatkan tentara Belanda (KL dan
didirikannya Verenigde Oost Indische KNIL) yang ditawan jepang, Jenderal H.
Companie (VOC) oleh Belanda (Ratna, J. Van Mook, pemimpin NICA, ikut
2008:10). Serikat dagang tersebut mendarat di Pulau Jawa. Dalam
bertujuan untuk menguasai perdagangan kenyataannya, mereka malah
rempah-rempah Nusantara. Serikat dipersenjatai kembali oleh Belanda untuk
dagang itu pun dahulunya lebih dikenal bisa ikut melawan Republik Indonesia.
dengan nama Kompeni (Ratna, 2008:10). Kemerdekaan Indonesia yang telah
Hegemoni politik dan sistem eksploitasi diresmikan pada 17 Agustus 1945
membawa perubahan dalam berbagai ternyata belum dapat dinikmati
bidang, seperti sistem birokrasi, sepenuhnya oleh rakyat. Rakyat
industrialisasi, transportasi, edukasi, Indonesia kembali mengalami
komunikasi, dan berbagai bentuk penindasan, perlakuan tidak adil,
hubungan sosial lainnya. Perubahan ini pemerkosaan, penculikan, pembunuhan,
pada gilirannya membawa dampak penganiayaan, dan sebagainya. Bangsa
psikologis berupa kesadaran berbangsa Indonesia kembali menjadi bangsa
dan bertanah air, yaitu nasionalisme. terjajah. Semua itu dinukilkan Pram
Seperti karya-karya Pramoedya dengan baik dalam karyanya itu.
Ananta Toer lainnya, roman Larasati Berdasarkan kisah yang terdapat
juga merekam gejolak revolusi Indonesia dalam roman tersebut, tulisan ini
pascaproklamasi, tetapi bukan dari diarahkan pada kajian pascakolonialisme.
“orang-orang besar dan orang-orang tua”, Pascakolonialisme dipahami sebagai
melainkan dari seorang perempuan. suatu kajian tetang bagaimana sastra

26 Madah,•Volume•7,•Nomor•1,•Edisi•April•2016:25—36•
mengungkapkan “jejak” kolonialisme Larasati. Di antaranya, tulisan Haryadi
dalam konfrontasi berbagai “ras, bangsa, (2007) yang membicarakan novel
dan kebudayaan” yang terjadi dalam Larasati dari sudut pandang psikologi
lingkup “hubungan kekuasaan yang tak sastra. Pada tulisan tersebut, penulis
setara” sebagai dampak kolonialisasi hanya membicarakan tokoh Larasati.
Eropa atas bangsa-bangsa di “dunia Dengan sudut pandang psikologi sastra
ketiga” (Budiman, 2006:xi). Foucher dan diperoleh gambaran tentang struktur
Day (dalam Budiman, 2006:xi) kepribadian tokoh Ara dipengaruhi oleh
menegaskan bahwa pascakolonialisme id, ego, dan super ego. Tulisan lain,
adalah ”strategi membaca” sastra yang analisis latar yang dilakukan oleh
mempertimbangkan kolonialisme dan Fitriani, dkk. (2013). Hasil penelitian
dampaknya dalam teks-teks sastra, serta tersebut menunjukkan bahwa latar tempat
posisi atau suara pengamat berkaitan isu- dapat memberikan gambaran kepada
isu tersebut. pembaca tetang betapa pentingnya latar
Menurut Lo dan Helen (dalam Faruk, tempat itu bagi keberadaan tokoh cerita.
2007:15), teori pascakolonial mencakup Latar tempat juga dapat membentuk
tiga kemungkinan pilihan perhatian, yaitu watak tokoh cerita. Latar waktu, seperti
(1) pada kebudayaan masyarakat- malam dapat membentuk watak tokoh
masyarakat yang pernah mengalami cerita menjadi lemah dan tidak berdaya.
penjajahan Eropa, baik berupa efek Latar sosial dapat membentuk watak
penjajahan yang masih berlangsung tokoh cerita memberikan perhatian dan
sampai pada masa pascakolonial maupun kasih sayangnya. Berikutnya, kritik sastra
kemungkinan transformasinya ke dalam- feminis terhadap lima karya Pram, satu di
bentuk yang disebut neokolonialisme antara lima sampel tersebut adalah novel
(internal maupun global), (2) respons Larasati. Hasil penelitian itu menunjukan
perlawanan atau wacana tandingan dari bahwa novel Pram mempresentasikan
masyarakat terjajah maupun yang lainnya tokoh perempuan sebagai tokoh yang
terhadap penjajahan itu, tanpa menempatkan diri sebagai subjek, bukan
menghilangkan perhatian pada objek atau korban (Sumiyadi, 2011).
kemungkinan adanya ambiguitas atau Terakhir, penelitian yang ditulis oleh
ambivalensi, dan (3) segala bentuk Mutiah (2014) tentang kajian
marginalitas yang diakibatkan oleh segala postkolonial dalam novel Larasati.
bentuk kapitalisme. Penelitian tersebut menghasilkan tiga
Tulisan ini dimaksudkan untuk temuan yang dapat disimpulkan yaitu 1)
mengungkapkan perlawanan masyarakat mimikri dalam novel Larasati terjadi
terjajah terhadap penjajah. Mungkinkah akibat peniruan sikap orang Indonesia
dalam perlawanan muncul ambivalensi yang lebih suka menirukan bangsa
atau ambiguitas dalam diri orang-orang penjajah dengan sikap arogan,
terjajah? Dalam hal ini, penulis hanya membentak, menghardik, memerintah
menyorot tokoh utama, yaitu Larasati dengan paksa dan menodongkan
sebagai fokus cerita dalam kisah roman pistolnya kepada sesama rakyat Indonesia
tersebut. sebangsa setanah air, 2) marginalitas
Tulisan ini berbeda dengan tulisan dalam novel tersebut adalah terdapat
lain yang pernah membicarakan novel kelompok-kelompok masyarakat yang

Daratullaila•Nasri:•Ambivalensi•Kehidupan•Tokoh•Larasati•dalam…•• 27•
dipinggirkan karena status sosialnya rata hidup dalam penindasan dan serba
dianggap rendah, dan 3) diskriminasi kekurangan. Larasati hidup berkecukupan
identitas. dengan penghasilan sebagai artis dan juga
Tulisan ini menggunakan metode “pemuas nafsu” laki-laki.
deskriptif analisis. Menurut Ratna Pada roman tersebut, narator tidak
(2006:39), metode ini dilakukan dengan menjelaskan atas dasar apa Larasati
cara menguraikan dan sekaligus melacurkan dirinya. Namun, secara
menganalisis. Dengan kata lain, metode eksplisit Larasati digambarkan hidup dan
ini dilakukan dengan mendeskripsikan bergaul bebas dengan lawan jenis. Hal itu
fakta-fakta yang ada, kemudian disusul terlihat ketika pertama kali dia
dengan analisis (Ratna, 2006:53). melakukan hubungan badan dengan laki-
Deskripsi pada konteks ini bukan berarti laki kaya dan terpandang, yang usianya
hanya menguraikan saja, melainkan juga jauh lebih tua dari dirinya. Larasati tidak
memberikan pemahaman dan penjelasan memiliki rasa penyesalan atas
secukupnya. perbuatannya itu. Bahkan, dia sangat
bahagia atas apa yang telah
2. Hasil dan Pembahasan dilakukannya. Hal itu dapat dilihat pada
Cerita dalam roman ini dikisahkan kutipan berikut ini.
dengan teknik naratif “orang ketiga Dalam keletihan antara sadar
mahatahu”. Dengan teknik ini, narator dan tak sadar, berbagai kenangan
berada di luar cerita, tetapi mengetahui masa-masa lalu melintas di mata
semua hal mengenai pikiran, perasaan, yang dipejamkannya. Walaupun
dan perbuatan tokoh-tokoh dalam cerita masih muda, bagi Ara sejarah
serta lingkungan yang ada di sekitarnya, penuh dengan rangkaian
yang mungkin tidak diketahui oleh tokoh- pengalaman dahsyat. Satu hari
tokoh yang bersangkutan. Karena tidak yang tak akan terlupakan seumur
terikat dengan salah satu tokoh, narator hidupnya, dia ingat, tepat pada
dapat bergerak dengan bebas, hari ulang-tahunnya yang
memindahkan perhatian dari satu tokoh keempat belas.
ke tokoh lain, dari satu tempat ke tempat Terbayang-bayang kembali ia
lain, serta dari satu waktu ke waktu yang tinggalkan kamarnya,
lain, juga dari satu persoalan ke persoalan menyelinap di hari gelap. Jam
yang lain. sebelas malam waktu itu. Ia pergi
Larasati, biasa dipanggil Ara, adalah ke luar rumah diiringi lolongan
seorang perempuan cantik yang hidup anjing herder, lalu ke luar gang.
pada masa pendudukan Jepang dan NICA Sebuah sedan hitam
di Indonesia. Dia seorang artis panggung menunggunya di bawah pohon
dan bintang film ternama di masa jalanan. Seseorang keluar dari
penjajahan Jepang. Profesinya sebagai mobil itu. Sampai waktu itu, Ara
seorang artis membuatnya dikenal tak tahu benar siapa
banyak orang. Dia dielu-elukan dan sesungguhnya nama Oom
dipuja-puja para penggemarnya. Didong yang baru keluar dari
Kehidupannya di kala itu tidak seperti mobil sedang itu. Baru lama
kaum pribumi yang terjajah, yang rata- kemudian diketahuinya, Oom

28 Madah,•Volume•7,•Nomor•1,•Edisi•April•2016:25—36•
Didong adalah seorang adik basah sesuah tadi malam sebelum
pejuang nasional dan anggota tidur dia mencoba kucek-kucek
Yolksraad yang sangat dengan air kran di wastafel titik-
terkemuka. Perawakan orangnya titik merah yang jelas melekat di
sedang tapi tegap. Kulitnya gaunnya.
kuning gading dan hidungnya Malam yang dahsyat itu masih
sangat mancung. Matanya agak berjalan terus sampai akhirnya
kecoklat-coklatan. Begitu indah ketahuan ibunya... (Toer,
pria itu—Oom Didong, seperti 2009:67—68).
seorang pangeran dari gedongan
kuno. Dialah yang mula-mula Perbuatan yang dilakukan Larasati
membawanya, mem-bujuknya, tersebut menggambarkan bahwa telah
dan menuntunnya ke panggung terjadi pergeseran nilai dan norma budaya
“opera” pecahan rombongan serta agama dalam diri Larasati. Dia tidak
Miss Ribut. Malam itu debutnya menganggap bahwa keperawanan adalah
gilang-gemilang: ia keluar sesuatu yang harus dijaga dan hanya
dengan pertunjukan tari nyanyi dapat diserahkan saat pernikahan telah
“Es Lilin”. Sorak-sorak gegap terjadi. Perbuatannya itu telah bertolak
gempita. Ah, ah, di mana gaun belakang dengan tradisi ketimuran, yang
malam debut itu sekarang? Di selalu mengagungkan keperawanan
mana? perempuan dan juga membatasi
Habis pertunjukan, Oom pergaulan perempuan dan laki-laki.
Didong membawanya ke dalam Hal ini memperlihatkan bahwa,
sebuah rumah. Ia tak tahu di secara sadar atau tidak, Larasati telah
mana. Malam itu ia tidur bersama terpengaruh oleh budaya Barat atau kaum
dengannya—dengan pria gagah penjajah yang cenderung dicirikan bebas.
mempesona—duapuluh lima Pergaulan perempuan dan laki-laki tidak
tahun lebih tua daripada dirinya. memiliki batas dan aturan yang jelas.
Mana Oom Didong sekarang! Perempuan dan laki-laki dapat
Dan pria itu membuat baju melakukan hubungan sebagaimana
gaunnya bercak-bercak dititiki layaknya suami-istri, meskipun belum
tetesan darah. Darahnya sendiri diikat tali perkawinan, asalkan didasari
yang membuat ia untuk selama- suka sama suka.
lamanya kehilangan masa- Demikian juga halnya dengan
perawannya. Tetapi ia merasa Larasati. Hubungan badan yang
bahagia. Malam itu baginya dilakukannya dengan laki-laki tidak
merupakan malam yang bagi terjadi satu kali, tetapi dilakukannya
anak-anak sebayanya masih berulang kali. Setiap terjadi hubungan
merupakan impian. Malam itu tersebut, tidak ada rasa penyesalan dalam
pula untuk pertama kalinya ia dirinya. Dia selalu mendapatkan
minum bir sampai mabuk. Dan kepuasan tersendiri dari perbuatannya itu.
pada subuh hari ia dihantarkan Apalagi, ketika si laki-laki yang dia
oleh Oom Didong, pulang. kencani memberikan uang dan benda-
Gaunnya masih agak lembab

Daratullaila•Nasri:•Ambivalensi•Kehidupan•Tokoh•Larasati•dalam…•• 29•
benda berharga, lelaki itu selalu pribumi—korup—yang berkuasa pada
dikenangnya. saat itu. Menaklukkan mereka di sini
Setidak-tidaknya opsir-opsir artinya ia dapat mewujudkan dan
Jepang masih dapat memberinya memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini
duit. Saburo Sakai, itu Letnan memudahkan dirinya untuk mendapatkan
Kolonel Angkatan Laut Jepang, sesuatu dari orang-orang penjajah, pada
sahabat bekas perdana menteri saat orang-orang terjajah kesulitan untuk
dan memimpin suatu partai mendapatkannya.
sosialis yang giat menentang Larasati meraih kesuksesan hidup
kolaborasi dengan Jepang! Apa dengan caranya sendiri ketika kesuksesan
saja yang tak diterimanya dari itu tidak mungkin diwujudkan penjajah
dia: dari karung beras sampai saat itu. Meskipun untuk mendapatkan
gelang jamrud buatan Tiongkok kesuksesan itu dia dicap melanggar
dan cincin delima buatan Birma! norma, nilai, dan etika ketimuran,
Dan Sjimizu: dari kimono sutra Larasati menerimanya.
komplet dengan bakiak dan Ketika pendudukan Jepang berakhir
kipasnya sampai pada rahasia di Indonesia dan diambil alih oleh NICA,
penyerbuan Jepang ke Australia! karir Larasati sebagai artis pun terhenti.
Ah, itu serdadu manja kalau Peristiwa itu membuatnya hijrah dari
menang sekali saja! Kemenangku Yogyakarta ke Jakarta. Kepergiannya ke
lebih dari padanya. Aku pernah Jakarta adalah untuk mencari ibunya
menguasai dia hanya karena aku yang telah berpisah selama satu tahun.
tidak seperti perempuan- Larasati berharap dapat menjadi artis
perempuan lain—aku tidak kembali di masa penjajahan NICA itu.
pernah beranak. Mungkin ada Menjadi artis adalah pilihan yang tepat
satu kemenangan lain padaku: menurutnya karena dengan itu dia akan
kelebihan yang dikaruniakan berjuang mengusir penjajah, sebagaimana
Tuhan. Kelebihan daripada yang dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
lain-lain: kewanitaan sejati ... Tapi dalam bayangannya
(Toer:11—12). terbentang hari depan yang
gilang-gemilang di daerah
Pada kutipan di atas, juga terlihat pendudukan NICA. Ia akan
bahwa Larasati sangat menyadari terjun kembali ke gelanggang
kecantikannya. Dia sangat bangga dengan film. Dan seluruh rakyat dari
kecantikannya itu sehingga dapat berbuat Sabang sampai Merauke, akan
semaunya terhadap laki-laki. bertempik-sorak untuknya.
Keberuntungan lain yang dimiliki Seluruh pria berotak dan
Larasati adalah rahim yang tidak pernah berjantung dari Merauke sampai
bisa dibuahi karena ia telah diberi obat ke Sabang akan memujanya,
pembunuh kesuburan rahim oleh tentara akan berebutan memiliki
Jepang yang mengencaninya. tubuhnya. Kembali ia tersenyum.
Tubuh yang bagus dan wajah cantik Tapi ia berjanji dalam hatinya,
menjadi alat bagi Larasati untuk tidak bakal aku main untuk
menaklukkan penjajah dan orang-orang propaganda Belanda, untuk

30 Madah,•Volume•7,•Nomor•1,•Edisi•April•2016:25—36•
maksud-maksud yang memusuhi “Tidak ingat aku?” Mardjohan
revolusi. Aku akan main film bertanya.
yang ikut menggempur penjajah “O, kau.” Larasati menjawab
(Toer: 2009: 8—9). tak acuh.
“Kau tadi yang berteriak?”
Hal itu dibuktikan Larasati, ketika tanyanya sambil tertawa. “Buat
dia diminta untuk membintangi sebuah apa begitu keras?”
film dengan serta merta ditolaknya. “Buat tuanmu.”
Larasati dibujuk-bujuk Mardjohan— Wajah Mardjohan tampak
pribumi yang berkhianat pada bangsanya merah-padam. Tapi dengan cepat
sendiri—agar mau membintangi film ia dapat menindas perasaannya
yang mengisahkan perempuan dan mengucapkan: “Ah, kau
pemberontak terhadap penjajah, tetapi republikein kiranya. Tapi itu tak
pada akhirnya dia sadar bahwa penjajah mengapa. Kami sudah cari-cari
lebih baik dari bangsanya sendiri. alamatmu. Kita bisa bikin film
Meskipun diiming-imingi dengan banyak dengan kau.”
honorarium dua kali lipat dari honor yang “Kau sudah bikin film?”
ditetapkan, Larasati tetap menolaknya. “Aku sekarang produser,
Larasati mengatakan “Memang aku sutradara—segala-galanya.”
hanya seorang pelacur, tuan kolonel. Tapi Waktu dia cerita kebesarannya
aku masih berhak mempunyai Larasati tak tertarik.
kehormatan. Karena, aku tidak pernah Segera Mardjohan mengubah
menjual warisan nenek moyang pada pokok, “Nanti aku nanti
orang asing” (Toer: 2009:36). perkenalkan kau dengan tuan
Perdebatan antara Larasati dengan kolonel Surjo Sentono. Dia yang
Mardjohan memperlihatkan pandangan kasih petunjuk bagaimana
Larasati terhadap negerinya yang terjajah mendokumenkan pengungsi-
dan orang asing sebagai penjajah. pengunsi yang tidak tahan di
Meskipun bangsanya dalam keadaan pedalaman ke daerah
terjajah dan belum dapat memberikan dan pendudukan kerajaan. Mereka
menjanjikan sebuah masa depan yang berbahagia di bawah lindungan
lebih baik pada waktu itu, Larasati tetap artileri. Kolonel tulen dari kenil.
mencintai negerinya. Ia bahkan rela Opsir artileri paling cakap di
berkorban nyawa untuk tanah airnya. seluruh asia. Ayo, aku bawakan
Berikut ini dapat disimak perdebatan kopormu. Mari kuperkenalkan
antara Larasati dengan Mardjohan dan dengannya.”
Surjo Sentono. “Kau gila.”
Mardjohan mengulurkan “Lebih baik kau pikirkan
tangan dan dengan yang lain keselamatanmu.” Mardjohan
menepuk bahunya. Dia sudah mulai mengancam. “Lihat, semua
dapat kedudukan dalam barisan orang mengawasi kau. Juga tuan
pembunuh dan perampok ini kolonel—itu, di stasiun sana dia
pikirnya. membawa tongkat.”

Daratullaila•Nasri:•Ambivalensi•Kehidupan•Tokoh•Larasati•dalam…•• 31•
Larasati menyadari benarnya “Main sandiwara?” kolonel
ancaman itu. Ia menunduk. inlander itu batuk-batuk kecil,
Lambat-lambat ia ikuti langkah tapi kemudian suaranya bernada
Mardjohan—menghadap tuan ancaman, “Ah, tidak seorang
kolonel. republikein tidak bisa bermain
Ini dia, pikir Larasati, kepala sandiwara dengan tepat.”
pembunuh, penjual tanah, “Ah tuan kolonel, pelacur hina
penyembelih kawan sepermainan ini terlalu bodoh untuk
anak-anaknya sendiri. meneatahui. Ia hanya tahu satu-
“Ara, bukan?” kolonel satunya kehormatan yang masih
inlander itu mendahului. Dan dimilikinya, seperti anjing yang
Larasati mengangguk. kadang-kadang rela membela
“Buat apa berteriak begitu kehormatan anjingnya.”
keras? Kan semua tahu siapa “Tak ada artinya
kau?” kemarahanmu, Ara.”
Kembali amarah meluap di “Memang tuan kolonellah
dalam dada Ara. Ia remas lagi yang lebih berhak marah.”
selendang merah tengik itu, dan “Jadi kau mengerti.Kau
dengan kasar menyekanya pada sungguh pintar ngomong. Tapi
dahinya, “Benar. Semua orang baiklah kita lupakan semua ini.”
tahu siap aku. Semua. Juga Larasati sekelibat dapat
kolonel!” menangkap wajah pujat
“Kehormatan mana lagi yang Mardjohan yang berdiri di
mesti kau pertahankan?” belakang Tuannya.
Kembali airmata membasahai “Kemarahku memang tidak
matanya yang baru sebentar tadi berarti. Tapi peristiwa
kering. Tetapi Larasati tahu, penghinaan demi penghinaan ini
terhadap pengkhianat-peng- takkan kulupakan.”
khianat ini tak perlu mengalah, ia “Baiklah. Barangkali lebih
pun tak akan pernah. Dan tepat kalau aku yang meminta
perlahan-lahan ia menjawab, maaf. Maafkanlah sekarang,
“Memang aku hanya seorang mari,” kolonel inlander itu
pelacur, tuan kolonel. Tapi aku menepuk bahu Ara dan mengajak
masih berhak mempunyai berjalan.
kehormatan. Karena, aku tidak “Djohan, taruh barangnya ke
pernah menjual warisan nenek mobil.”
moyang pada orang lain.” Larasati dibawa ke bawah
Ia lihat kolonel itu menjadi rimbunan rambutan dan duren.
pucat. Ia ayunkan tongkatnya itu Di situlah meriam-meriam yang
untuk memukul, tetapi tidak jadi. mencongak ke cakrawala tadi,
Sementara itu Larasati telah kini telah runduk, dan
nekat, meneruskan, “Apa yang moncongnya telah berselubung
bagiku kehormatan mungkin kertas kanvas.
tidak bagi tuan kolonel!”

32 Madah,•Volume•7,•Nomor•1,•Edisi•April•2016:25—36•
“Aku mengerti apa yang kau Pada dialog yang lain:
maksudkan dengan kehormatan.
Kau republikein. Tapi lihat,” dan Ia tatap wajah Mardjohan.
ia menundingkan tongkat- Hatinya mendesis murka:
komandannya pada barisan Anjing! Dia Cuma anjing. Dan
howitzer yang berderet berstaf- amarahnya luluh sendiri melihat
staf—empatpuluh delapan buah... ia menunduk dan tangannya yang
“Mardjohan sudah telepon sedang merangkul bahunya
Basis Komandan. Mereka akan terkulai pada landasan jok mobil.
antarkan kau sesuai dengan “Kapan kau hancurkan aku,
martabat dan kehendakmu: Djohan? Aku toh tak berarti apa-
bintang film Indonesia nomor apa? Biar besok atau lusa kau
wahid!” ia pukul-pukulkan jadi orang penting. Tapi
tongkatnya pada pahanya sendiri. bersekutu denganmu, sayang
Meneruskan, “Lupakan yang sekali, Djohan, tidak mungkin.”
diseberang sana,” sambil “Kau takkan dapat lapangan di
menunjukkan tongkatnya ke arah film.”
Cikampek. “Bumi Revolusi masih luas.
“Kau bisa hitung sendiri Bumi jajahan terlampau sempit.
berapa banyaknya. Ini baru satu Semua orang penting di bumi
tepat. Di seberang sana,” kembali penjajahan ini tidak bakal lebih
ia menuding, dengan tongkatnya, baik dari kau. Juga kolonelmu
“Hanya ada dua pucuk.” Tertawa sendiri lebih hina dari kau yang
menghinakan. paling tinggi kedudukannya.”
“Tinggi-rendahnya nilai “Kau tidak seperti dulu lagi,
republikein akan diuji oleh Ara.”
baterai ini. Besok atau lusa kalau “Tentu saja tidak. Apa guna
tongkat ini kuayunkan ke atas, Revolusi kalau tidak bisa
semua meriam ini akan berbunyi mengubah aku?”
berbarengan untuk empat-lima “Kau singa garang.”
jam.kami tak perlu lihat anak- “Di bumi penjajahan ini.”
anak nakal itu lagi. Mereka akan “Kau bakal mati kelaparan.”
pergi kemari menyembah kakiku “Tidak selamanya revolusi
minta hidup.” menggelora.”
Terbayang oleh Larasti anak- “Kau mata-mata republik.”
anak pejuang bergelimpangan “Setidaknya bukan anjing
tewas. Dan orang didepan ini orang asing.” Mardjohan diam
pembunuhnya. Mau rasanya ia dan bintang film itu kehilangan
menusuknya dengan pisau kekang. Ia diam (Toer: 2009: 47).
sampai perut gendutnya kecar-
kecir. Tapi tak berani. Lagi pula Sederet peristiwa yang dilihat dan
ia tak punya pisau (Toer: 35— dialami Larasati di zaman penjajahan
38) telah membangkitkan rasa nasionalisme.
Ia tidak bisa melihat orang-orang

Daratullaila•Nasri:•Ambivalensi•Kehidupan•Tokoh•Larasati•dalam…•• 33•
diperlakukan seperti binatang dan bahkan sebagai mata-mata NICA. Jusman, laki-
ada yang dibunuh. Dia bertekad akan laki Arab itu beserta anak buahnya
melakukan sesuatu dengan caranya menggeledah rumah-rumah yang ada di
sendiri untuk bangsanya. kampung itu, termasuk rumah Larasati.
Larasati membuktikan kecintaannya Dalam penggeledahan itu Jusman
pada tanah airnya dengan ikut berperang menggondol semua uang yang disimpan
melawan penjajah. Hal itu terjadi ketika Larasati di rumahnya.
pemuda pejuang di kampungnya Uang itu pula yang pada akhirnya
menuduh dirinya sebagai mata-mata menjerat Larasati hidup serumah dengan
NICA. Untuk membuktikan bahwa Jusman. Semula, Larasati tidak mau
dirinya bukanlah pengkhianat seperti memenuhi panggilan Jusman untuk
yang dituduhkan pemuda itu, dia berani datang ke rumahnya membicarakan
angkat senjata melawan penjajah. penemuan uang tersebut. Larasati tahu
Pakaian rok yang dikenakan Larasati kelicikan laki-laki itu, dia hanya
waktu itu tidak menjadi penghalang menginginkan dirinya. Jusman masih
baginya untuk mematahkan gerilya NICA belum kehilangan akal, ia menjadikan ibu
yang terjadi pada malam hari di Larasati yang bekerja di rumahnya
kampungnya. sebagai sandera. Larasati masih tidak
Hal lain yang dilakukan Larasati peduli dengan tindakan penyenderaan
sebagai bukti kecintaannya terhadap ibunya. Dia yakin ibunya tidak akan
negerinya adalah tidak memanfaatkan disakiti karena bagaimana pun laki-laki
uang yang bukan menjadi haknya. Ketika Arab itu membutuhkan ibunya menjadi
berangkat dari Yogyakarta, Larasati babu di sana. Namun, pada akhirnya
diberi uang dua puluh ribu rupiah oleh Larasati dapat ditemukan Jusman di
temannya, Kapten Oding. Nilai uang jalanan. Kondisi Larasati saat itu sudah
tersebut dapat membeli beberapa buah memprihatinkan karena sudah berhari-
rumah waktu itu. Larasati menyadari hari tidak makan. Larasati dibawa
bahwa uang tersebut bukanlah gaji dari Jusman tanpa sedikit pun perlawanan.
Kapten Oding karena jumlahnya jauh Larasati terpaksa hidup serumah, tanpa
lebih besar untuk ukuran gaji seorang ikatan pernikahan dengan Jusman.
kapten. Menurut Larasati, barangkali Ketika menjadi tahanan rumah oleh
uang tersebut didapat Kapten Oding Jusman, Larasati masih tetap mencari
dengan cara yang tidak baik, korupsi, tahu perkembangan perjuangan Revolusi
misalnya. Pada saat itu, memang marak Indonesia. Dia minta dibelikan radio oleh
terjadi korupsi di kalangan pemerintah Jusman. Jusman yang begitu mencintai-
Revolusi. Uang tersebut untuk sementara nya mengabulkan permintaan Larasati.
disimpan Larasati di rumah ibunya. Ia Kadang, dia juga minta dibelikan majalah
sudah berencana untuk mengembalikan dan koran. Melalui radio, majalah, dan
uang itu. Akan tetapi, pada akhirnya uang koran itulah Larasati mengikuti apa yang
itu jatuh ke tangan orang Arab yang juga tengah dilakukan pejuang Indonesia
membuat kekuasaan kecil di kampung melawan penjajah. Ia tidak henti-hentinya
Larasati. berharap agar pemuda Indonesia berhasil
Uang itu diambil dengan cara yang mengusir penjajah.
sangat licik. Larasati selalu dicurigai

34 Madah,•Volume•7,•Nomor•1,•Edisi•April•2016:25—36•
Tidak ada yang dapat dilakukan adalah bentuk penerimaannya terhadap
Larasati untuk mengusir penjajah ketika kehadiran penjajah di negerinya. Namun,
itu. Dia tidak mungkin lagi ikut ketika penjajah memintanya untuk
bergabung dengan pemuda Indonesia, mengkhianati bangsanya dengan jalan
sebagaimana yang telah dilakukannya membintangi film yang disponsori pihak
dulu. Hidupnya dikawal ketat oleh penjajah, Larasati menolaknya.
Jusman dan orang-orang bayarannya. Penjajahan yang dilihat dan dialami
Sementara itu, di radio diberitakan Larasati telah melahirkan rasa
perjuangan rakyat Indonesia dari hari ke nasionalisme dalam dirinya. Oleh karena
hari semakin terdesak. NICA yang itu, dia menolak segala bentuk
dibocengi Belanda ketika itu telah persekongkolan yang bertujuan untuk
berhasil memasuki kampung-kampung di mengkhianati bangsanya sendiri.
Yogyakarta kembali. Larasati semakin Perbuatan Larasati tersebut didasari
cemas dengan kondisi itu. Dia tidak tahu oleh pemikirannya bahwa melacurkan
harus berbuat apa, kecuali hanya doa-doa diri hanya akan merugikan dirinya
yang dapat dimohonkannya kepada sendiri, tetapi mengkhianati negerinya
Tuhan agar negerinya diselamatkan. adalah mengkhianati berjuta-juta umat
Larasati terbebas dari cengkraman yang masih hidup, telah mati, dan yang
Jusman ketika kekuasaan Indonesia telah akan dilahirkan.
pulih kembali. Belanda dan kaki-
tanganya angkat kaki dari Indonesia
setelah penandatanganan Konferensi
Meja Bundar. Larasati pun dengan resmi
meninggalkan rumah Jusman karena laki-
laki Arab itu telah melarikan diri ke
Singapura. Kemerdekaan telah memper-
temukan Larasati kembali dengan Oding,
Tentara Nasional Indonesia. Mereka
memutuskan untuk menikah dan hidup
bahagia bersama ibu yang selalu ada di
antara mereka.

3. Penutup
Berdasarkan analisis di atas dapat
disimpulkan bahwa respons bangsa
terjajah terhadap penjajah terlihat ambigu
atau ambivalensi. Hal itu kentara sekali
diperlihatkan tokoh Larasati. Pada satu
sisi, Larasati menikmati sesuatu dari
penjajah dan di sisi yang lain dia sangat
menentang penjajahan. Melacurkan diri
yang dilakukan Larasati untuk
mendapatkan sesuatu yang belum bisa
diwujudkan bangsa terjajah ketika itu

Daratullaila•Nasri:•Ambivalensi•Kehidupan•Tokoh•Larasati•dalam…•• 35•
Daftar Pustaka Sumiyadi. 2011. “Representasi
Perempuan dalam Novel-Novel
Ashcroft, Bill, Gareth Griffiths, Helen Pramoedya Ananta Toer (Kajian
Tiffin. 2003. Menelanjangi Kuasa Kritik Sastra Feminis)”,
Bahasa: Teori dan Praktik Sastra (http://penelitian.lppm.upi.edu),
Kolonial. Yogyakarta: Qalam. diakses 11 Oktober 2015).
Budiman, Manneke. 2006. “Masalah
Sudut Pandang dan Dilema Kritik
Pasca Kolonial” dalam Clearing a
Space: Kritik Pasca Kolonial
Tentang Sastra Indonesia
Modern. Keith Foulcher dan Tony
Day (ed.). Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia dan KITLV.
Faruk. 2007. Belenggu Pasca-Kolonial:
Hegemoni & Resistensi dalam
Sastra Indoensia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fitriani, Eli, dkk. (2013). “Analisis Latar
dalam Roman Larasati Karya
Pramoedya Ananta Toer”,
(http://jurnal.untan.ac.id), diakses
11 Oktober 2015.
Haryadi. 2007. “Analisis Tokoh Ara
dalam Roman Larasati Karya
Pramoedya Ananta Toer: Sebuah
Pendekatan Psikologi Sastra
(https://dglib.uns.ac.id), diakses
11 Oktober 2015.
Loomba, Ania. 2003, Kolonialisme/
Pascakolonialisme (diindonesia-
kan oleh Hartono Hadikusumo).
Yogyakarya: Bentang Budaya.
Mutiah. 2013. “Kajian Postkolonial
dalam Novel Larasati Karya
Pramoedya Ananta Toer”,
(http://pbsi-hendriyanto.blogspot.
co.id, diakses 11 Oktober 2015).
Toer, Pramoedya Ananta. 2009. Larasati.
Jakarta: Lentera Dipantara.
Ratna, Nyoman Kutha. 2008.
Postkolonialisme Indonesia:
Relevansi Sastra. Yogyakarya:
Pustaka Pelajar.

36 Madah,•Volume•7,•Nomor•1,•Edisi•April•2016:25—36•

Anda mungkin juga menyukai