Anda di halaman 1dari 4

Tokoh-Tokoh dalam Teori Poskolonialisme

Edward W. Said merupakan tokoh penting dari poskolonialisme yang mengemukakan teori
poskolonialisme dalam bukunya yang berjudul orientalism. Teori poskolonialisme menurut Said
muncul ketika para penjelajah, novelis, penyair, filsuf, politis, ekonom yang menganggap atau
memberikan gambaran palsu tentang timur sejak penduduk Napoleon berada di Mesir, pada
tahun 1798. Hal ini menunjukkan bahwa mereka melihat orang timur sebagai dia yang lain atau
primitif dan tidak memiliki adab bahkan orang timur dilihat bagaikan alien yang memiliki
perbedaan yang sangat kontras dengan barat. Orientalisme disini ialah cara berpikir yang dibuat
oleh timur dan barat yang berdasarkan oleh perbedaan epistemologis dan ontologis antara 2 kubu
tersebut. Said mempercayai bahwa penjajah mencoba mendominasi masyarakat dan
mengeksploitasi kekayaan dunia dengan memaksakan adanya budaya dan bahasa mereka dan
mengesampingkan atau mengabaikan budaya, sejarah, nilai-nilai, dan bahasa masyarakat timur.
Homi K. Bhabha mengkritik teori orientalisme dari Said yang hanya berfokus pada pandangan
suatu kubu, menurutnya orientalisme tidak selalu bekerja dan juga instrumental, Bhabha
berpendapat bahwa orientalisme dapat bekerja dalam tingkatan berbeda atau yang ia sebut
sebagai “manifest orintelism”, atau pengetahuan mengenai timur yang bersifat saintik. Konsep
yang dijelaskan oleh Bhabha mengatakan bahwa penjajah dan bukan penjajah tidak saling
bergantung satu sama lain. Bhabha menggagas sebuah teori yang disebut sebagai teori liminalitas
yaitu teori mengenai perlakuan kolonialis yang bersinggungan dengan budaya, kolonialisasi ini
membuat adanya kontak antara kaum penjajah dan mereka yang dijajah, hal ini menciptakan
kekuasaan bagi kaum penjajah dengan memberikan kekuasaan pada kaum elit agar
mempermudah penguasaan. Menurut teori ini terdapat tiga bagian yaitu pertama, mimikri
merupakan strategi peniruan untuk membuat perubahan, peraturan, serta disiplin yang menirukan
diri yang lain atau peniruan kekuatan colonial. Kedua, hibriditas muncul karena pengaruh adanya
sifat superior dan inferior yang membuat kedua budaya yang berbeda saling bersentuhan hingga
memunculkan identitas baru, hal ini menyebabkan masyarakat tidak dapat menghentikan budaya
luar yang masuk, namun mereka masih bisa menahan budaya asli namun hal ini juga
memunculkan kebudayaan ketiga. Dan ambivalensi.
Gayatri Spivak memunculkan sebuah teori mengenai poskolonialis yang membicarakan tentang
“counter knowledges”. Ia memberikan gambaran bahwasannya Sejarah ialah wujud dari
kekerasan epistemik atau rekayasa produksi untuk mempresentasikan objek tertentu oleh pihak
tertentu dalam konteks ini ialah orang barat ke orang timur, yang berarti sejarah bukanlah sebuah
fakta-fakta yang di produksi dan tidak menarik. Spivak membuat fokus masalah poskolonialis
pada subalternitas atau hal yang merujuk pada bawahan. Subalternitas ialah suatu sebutan yang
diberikan pada kaum terjajah menggambarkan petugas terendah, dalam kajian teori kritis istilah
ini merujuk pada populasi secara ekonomi, politik dan sosial yang berada di luar kekuasaan
hegemonik para bangsa colonial. Dari konotasi ini Spivak menjelaskan bahwa kata ini tidak
hanya ditunjukkan bagi kelompok kelas bawah atau tertindas melainkan juga dapat menjadi
sebuah pembeda atau pembatasan akses yang ditujukan pada kaum dibawah kekuasaan bangsa
kolonial.
Pada tahun 1989 Bill Ashcroft mengenalkan teori poskolonialisme pada dunia sastra tahun 1989,
ia mengatakan bahwa hubungan antara penjajah dan yang dijajah memiliki sifat hegemonik yang
dapat dilihat dari penjajah yang menjadi kelompok superior sementara yang dijajah menjadi
pihak inferior. Perbedaan ini menimbulkan suatu pandangan pada kaum terjajah yang dianggap
tidak beradab, bodoh, aneh dan tidak rasional akibat adanya pola hubungan dominasi dan
subordinasi diantara keduanya.

Referensi :

Dewi Sartika Taula’bi’, Nensilianti, Hajrah. (2021). Universitas Negeri Makassar. Mimikri dan
Hibriditas dalam Novel Tanah Surga Merah Karya Arafat Nur (Tinjauan Poskolonial).
Lutfi Hamadi, P. (2014). Lebanese International University. EDWARD SAID: THE
POSTCOLONIAL THEORY AND THE LITERATURE OF DECOLONIZATION.
Martayana, I. P. (n.d.). Universitas Pendidikan Ganesha. POSKOLONIALITAS DI NEGARA
DUNIA KETIGA.
Setiawan, R. (2018). Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Subaltern, Politik Etis, dan
Hegemoni dalam Perspektif Spivak.

Anda mungkin juga menyukai