Anda di halaman 1dari 11

TELAAH POSKOLONIAL

SIASI PROSA
TEORI POSKOLONIAL

Secara etimologis
poskolonial adalah asal kata
‘pos’ dan
‘kolonial’,
kolonial adapun
itu sendiri berasal kata
dari
bahasa
yang Romawi
memiliki yakni colonial
arti pemukiman
atau tanah pertanian.
Sedangkan
bahwa menurut Loompi
kolonialisme adalah
sebuah
berupa wujud
tanah perampasan
serta
perekonomian
oleh yang
parapenataan dilakukan
bangsa penjajah,
suatu
perekonimian kembali
nonkapitalis
guna mendorong
penjajahan. kapitalisme
Pada umumnya poskolonial mengkaji karya sastra
(ataupun bidang lain) yang berhubungan dengan praktik
kolonialisme serta imperialisme, entah secara sinkronik,
ataupun diakronik. Segala macam pembicaraan
mengenai kolonialisme, terutama orientalisme,
merupakan ciri khusus poskolonial, karena orientalisme
merupakan bentuk narasi besar dari poskolonialisme
yang terkandung didalamnya.
“Teori poskolonial mengakui bahwa wacana kolonial
merasionalkan dirinya melalui oposisi yang kaku seperti
kedewasaan / ketidakdewasaan, beradab/biadab, maju /
berkembang, progresif / primitif” (Gandhi, 2001: 44).

Pada era pascakolonial terdapat banyak telaah yang


dilakukan secara kesastraan dan merupakan perwakilan
sejarah pada semua hal yang berkaitan dengan model
hubungan antara penjajah dengan yang dijajahnya
(penduduk pribumi), dalam konteks ini yang mendominasi
adalah dunia barat dan yang terdominasi adalah dunia timur.
* Masyarakat telah mengetahui bahwa histori dalam
teori sastra yang awalnya teori mimesis pada zaman
Plato di Yunani Kuno.
BIDANG KAJIAN • Perkembangan pada teori pragmatis yang lahir pada
POSKOLONIAL zaman Horace dari Romawi abad ke-4.
• Teori yang mengarah pada teori kesustraan yang
lebih mementingkan kejiwaan pada abad ke-19.
Teori poskolonial merupakan • Abad ke-20 teori-teori yang mengarah pada
salah satu hasil dari strukturalisme mendominasi kajian sastra.
rangkaian awal mulanya • Pada abad ke-20 dalam teori strukturalisme sangat
teori poskolonial meraih menentukan pada kajiannya dalam peristiwa sastra
puncaknya setelah majunya yang telah meraih puncak kejayaannya.
teori strukturalisme yang Perkembangan kajian sastra kemudian mengubah
kontroversial. pola dalam kecepatan yang sangat hebat sehingga
dapat menjadikan sejumlah teori yang saling
bertentangan.
1. Sastra sebagai suatu gejala kultural menujukkan
sebuah sistem komunikasi antara pengirim dengan
penerima, kemudian sastra menjadi mediator antara masa
yang sudah lalu dengan masa sekarang.

2. Sebagai sebuah karya yang memuat segala macam


permasalahan kehidupan, emosionalitas, pengetahuan,
non-nyata dan kenyataan, karya sastra sebagai wujud
masyarakat itu sendiri.

Alasan teori poskolonial 3. Karya sastra terbebas dari ruang dan waktu.
dinilai cocok untuk dikaji 4. Segala macam permasalahan dituangkan dalam tulisan
yang simbolis, menggunakan makna tersirat tanpa
menggamblangkan masalah yang ada, sehingga tujuan
yang ingin disampaikan terasa tidak nampak dan buram.
KOLONIALISME/ORIENTALISME

Menurut Said dalam Orientalisme


mengatakan, bahwa ada beberapa karya sastra
dalam dunia Barat yang ikut andil dalam
pembauran impresi kekuasaan Barat dalam
memandang dunia Timur.

Beberapa karya seni itu telah menjadikan


praktik kolonialisme bangsa Barat atas
keganasan bangsa Timur.
Menurut Said istilah orientalisme dapat
diartikan ke dalam tiga cara yang
berbeda:

1. Orientalisme dipandang sebagai paradigma atau


pola berpikir yang epistemology dikonstruksi oleh
suatu bentuk kekuasaan dan pengetahuan kolonial.

2. Orientalisme juga dapat dipahami juga sebagai suatu gelar


akademis guna menggambarkan beberapa lembaga dan
kegiatan ilmiah yang ada pada perguruan tinggi barat yang
memiliki kepedulian pada kajian kebudayaan dan
masyarakat bangsa timur.

3. Pada dasarnya orientalisme merupakan lembaga yang


peduli pada dunia timur.
CIRI-CIRI POSKOLONIAL

1. Anti-esensialisme (sastra merupakan hasil pembentukan


kenyataan di luarnya, bukan teks yang tetap dan permanen).

2. Anti-determinisme (sastra merupakan teks yang aktif, sastra


menciptakan dan membentuk suatu struktur-struktur yang baru).

3. Anti-universalisme (sastra dilahirkan dari kesepakatan-kesepakatan budayanya


sendiri yang sifatnya lokal dan partikular, bukan merupakan teks yang berlaku secara
umum).
4. Kajian poskolonial bukan merupakan kajian yang berpusat pada aspek
keformalam dan struktural karya sastra, poskolonial berisi kajian yang di dalamnya
menginginkan membca secara cair, lentur dan radikal berdasarkan berbagai
dimensi kritis dari sastra, dalam hubungannya dengan kekuasaan pada naskah
sastra ataupun formasi sosial yang membentuknya.

5. Kekuasan pada kajian poskolonial merupakan hubungan-hubungan


yang disebabkan oleh kolonialisme atau penjajahan, kekuasaan
tersebut adalah hubungan-hubungan kuasa yang disebabkan oleh
kapitalisasi.
KELOMPOK 5

DEVI AYU MELANI 2008110042

SYIFA FAUZIYAH 2008110091

Anda mungkin juga menyukai