Anda di halaman 1dari 3

Teori Poskolonial menurut Edward w.

sa’id

Poskolonial “posklonial” merupakan turunan dari kata “kolonial”. Istilah colony dalam
bahasa Romawi berarti tanah pertanian atau pemukiman. Istilah ini mengacu pada orangorang
Romaawi yang tinggal di negeri-negeri lain, akan tetapi masih sebagai warga Negara
Romawi. Oxford English Dictionary menjelaskan pengertian coloni sebagai sebuah
pemukiman dalam sebuah negeri baru.., sekelompok orang yang bermukim dalam sebuah
lokasi baru dengan membentuk sebuah komunitas yang tunduk atau terhubung dengan
Negara asal mereka. Teori poskolonial (pascakolonial) adalah seperangkat pernyataan
mengenai kondisi dan kecenderungan masyarakat terjajah dan pernah terjajah.

Pada tahun 1978, Edward Said menerbitkan bukunya yang berjudul Erientalism. Buku ini
meahirkan kegerahan dan sekaligus pencerahan dalam berbagai disiplin ilmiah seperti
kurtural studies, kajian wilayah dan secara khusus melahirkan kajian ilmiah yang
dilingkungan akademis dikenal dengan analisis diskursus colonial. Gagasan Edwar Said
sangat luas, ia membahas tentang berbagai contest local budaya, sehingga disebut juga
dengan “travelling teory’. Bukunya yang berjudul power and culture : interviews with
Edward Said merupakan perluasan buku orientalism ditambah dengan wawancaranya.
Pemikiran Edwar Said diakui oleh kelompok yang mendukung kajian / discourses colonial
dan yang menantangnya, talah meninbulkan pengaruh yangluar biasa bagi analisis
kolonialisme dan pemikiran colonial. Lapangan penelitian baru yang dirintis oleh Edward
Said dilingkungan dunia akademis, kemudian dikenal dengan teory pascacolonial
(postcolonial theory). Said merasa mendapat manfaat yang besar dari pengalaman hidupnya
di Palestina, pendidikannya serta berbagai perbincangannya mengenai budaya dan politik
yang akhirnya dapat ia jdikan sebagai inventory yang memperluas gagasannya dan
menumbuhkan kesadaran kritis dan humanis. Theory poscolonial muncul sebagai oposisi dari
teori kolonoal, yang sering diidentikkan dengan oposisi biner dari colonial atau oksidental.
Oksidentalisme (barat) sebagai ikon Negara colonial (penjajah), sedangkan oriental atau
timur sebagai Negaranegara yang dijajah (discolonisasi). Istilah orientalisme menurut Edward
Said dapat didefinisikan dengan tiga cara yang berbeda.

1. Memandang orientalisme sebagai mode atau paradigma berpikir epistemology


dihasilkan (dikonstruksi) oleh bentuk tertentu kekuasaan dan pengetahuan colonial.
2. Orientalisme dapat juga dipahami sebagai gelar akademis untuk menggambarkan
serangkaian lembaga, vdisiplin dan kegiatan ilmiah terdapat pada universitas barat
yang peduli pada kajian masyarakat dan kebudayaan masyarakat timur.
3. Melihat orientalisme sebagai lembaa resmi yang pada hakikaya peduli pada timur.

Edward Said merasakan bagaimana rakyat Palestina yang terjajah dan kesetiaannya pada
Palestina. Ketajaman analisisnya berhasil menyingkap teori pasca colonial yang semula
terpokus pada masalah colonialism, kemudian melebar memasuki dunia ilmiah. Said
memngemukakan arti orientalisme dalam tiga wilayah yang saling tumpang tindih.

1. Orientalisme menciptakan sejarah pahit yang panjang hubungan antara Eropa dan
Asia Afrika.
2. Hal ini juga menciptakan bidang-bidang ilmu yang sejak awal abad ke 19 sebagai
spesialis dalam bahasa dan kebudayaan oriental.
3. Colonialisme menciptakan stereotype – stereotype dan dan ideology tentang “the
orient” yang diidentikkan dengan “The Other” atau yang lain “ The Occident” (the
self).

Teori pascakolonial Edward Said yang dikemukakan melalui bukunya Orientalisme:


western conception of the Orient dan Cultural and Imperialisme telah menggoncangkan
pemikiran dunia. said menggulirkan kritik pedas terhadap pandangan, konsep dan konstruksi
ahli barat tentang Timur. Serta bagaimana wacana-wacana ilmiah (wacana orientalis) telah
melegitimasi agresi kaum kolonialis serta supremasi politik dunia barat. Edward Said
mengemukakan bahwa Orientalisme berkaitan dengan tiga fenomena yang saling berkaitan.
Pertama, seorang orientalis adalah yang mengajarkan, orang yang menulis tentang, atau
meneliti dunia timur. Baik ia seorang Antropolog, Sosiolog, Sejarawan atau filolog.
Orientalis adalah ahli ataw ilmuan Barat yang mengklaim memiliki ilmu pengetahuan dan
otoritas ilmiah untuk memahami budaya Timur. Kedua, Orientalisme mengacu pada
perbedaan dua model pemikiran yang didasarkan pada Ontologi dan Epistemologi yang
berbeda. Ketiga. Orientalisme dapat dilihat sebagai institusi yang berbadan hokum untuk
menghadapi Timur, menjustifikasi pandangan tentang Timur, mendeskripsikannya, serta
menguasainya. Orientalisme adalah cara barat untuk mendominasi, merestrukturasi dan
menguasai Timur. Edward Said sebagai seorang tokoh utama dalam teori poskolonial telah
berhasil membongkar dimensi ideologis, kepentingan dan kuasa yang terdapat
dalam teori bahasa, social-budaya dan agama (teks budaya) yang dihasilkan oleh
intelektual Barat yang imprealis. Said dalam orientalisme menunjukkan
bagaimana politik dan kebudayaan saling berkerjasama baik secara sengaja
maupun tidak, yang pada akhirnya melahirkan satu system dominasi yang bukan
hanya melibatkan kekuatan militer dan serdadu tetapi juga imajinasi sang
penguasa dan yang dikuasai.

Teori Poskolonial menurut Ania loomba

Ania Loomba adalah seorang sarjana sastra India yang bekerja sebagai profesor di
University of Pennsylvania. Karyanya berfokus pada studi kolonialisme dan postkolonial,
teori ras dan feminis, sastra dan budaya India kontemporer, dan sastra modern awal.

Teori Poskolonial menurut Ania Loomba (1998: 12) diartikan sebagai perlawanan
terhadap dominasi kolonial dan warisan-warisannya yang tetap ada hingga saat ini. Bangsa
yang baru merdeka hanya membagikan keadilan secara selektif dan timpang kepada rakyat.
Penggulingan atau peruntuhan pemerintahan kolonial tidak secara otomatis membawa
perubahan ke arah perbaikkan status perempuan, kelas pekerja atau petani dikebanyakan
negara jajahan.

Anda mungkin juga menyukai