Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TEORI POSKOLONIAL MENGENAI PERUBAHAN SOSIAL


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Perubahan Sosial dan Budaya
Dosen Pengampu : Muhammad Watif Massuanna, S.Sos., M.Pd

Oleh :
Muh. Irzan Zarif(1963040010)
Wahidin (1963040011)
Khusnul Inayah (1963040012)

KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Teori Poskolonial Mengenai
Perubahan Sosial ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Muhammad
Watif pada Perubahan Sosial dan Budaya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang teori poskolonial mengenai perubahan sosial bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Watif Massuana, S.Sos.,


M.Pd., selaku Dosen perubahan sosial dan budaya yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 30 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL...............................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Poskolonial.........................................................................
B. Tokoh Pemikir dari Teori Poskolonial...............................................
C. Ciri-ciri Pemikiran Poskolonial..........................................................
D. Masalah dan Dampak penjajahan (kolonial)....................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Budaya adalah suatu hal yang hidup, berkembang dan bergerak menuju titik
tertentu. Dengan budayalah, manusia akan tahu apa saja yang telah menjadi kebudayaan yang
benar-benar tidak terbatas dan menyangkut hal yang abstrak. Hal inilah yang membuat
budaya sangat luas, seluas kehidupan manusia yang terus beranjak dan bergerak maju.
Seiring berkembangnya kebudayaan, maka akan ada perkembangan teori-teori yang
akan mengkaji dan menjadikan studi dalam sebuah penelitian kebudayaan itu sendiri. Satu
diantaranya yang sedang dibahas dalam makalah ini yaitu teori poskolonialisme.
Poskolonialisme ini membahas bagaimana kajian ini dalam bidang budaya benar-benar layak
diangkat dalam unsur fenomena penjajahan terhadap budaya yang ada.
Dengan begitulah, Poskolonialisme menjadi bahan kajian yang dipersinggungkan
dengan pluralisme budaya sehingga menghasilkan hasil yang menarik untuk dipaparkan.
Begitu pula dengan makalah ini yang akan memberikan pengertian terhadap poskolonial
terhadap budaya-budaya yang terjajah. Sehingga nantinya jugga berguna dalam penelitian
kebudayaan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Poskolonial?
2. Tokoh Pemikir dari Teori Poskolonial?
3. Ciri-ciri Pemikiran Poskolonial?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Poskolonial.
2. Untuk mengertahui tokoh pemikir dari teori Poskolonial.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari pemikiran Poskolonial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Poskolonial
Studi poskolonial (sering disebut dengan istilah “posko”, atau “pascakolonial”)
merupakan sebuah studi yang relatif masih baru dalam perkembangan ilmu sosial
dunia. Studi ini menawarkan sebuah perspektif baru dalam menganalisis dominasi
negara Barat atas kelompok negara-negara timur. Negara barat diposisikan sebagai
kelompok superior sedangkang negara timur diposisikan sebagai kelompok inferrior
yang tertindas.
Untuk menjelaskan definisi poskolonial, pertama-tama kita perlu
menghubungkan dengan istilah kolonialisme (penjajahan). Pada awalnya istilah
kolonial bermakna “pertanian” atau “pemukiman” (dari bahasa latin “colonia”), yang
kemudian maknanya diperluas menjadi penaklukan dan penguasaan atas tanah dan
harta penduduk asli oleh penduduk pendatang. Poskolonialisme adalah posisi yang
menguatkan bahwa bergbagai budaya telah berkembang keluar dari penindasan yeng
telah dibuat oleh dunia dan realitas para penjajahan (Plummer, 2010)

B. Tokoh Pemikir dari Teori Poskolonial


Ada banyak Teoritikus yang menganalisis gejala poskolonial. Kita akan
memepelajari beberapa pemikiran teoretikus yang masuk dalam aliran poskolonial ini.
Ada empat teoretikus yang akan dibahas , yaitu Edward Said, Gayatri Chakravorty
Spivak, Frantz Fanom, dan Homi K. Bhabha.
1. Edward Said
Karya Said yang paling populer yang membahas mengenai
Poskolonialisme adalah “Orientalism: Western Conception of The Orient”
yang terbit pertama kali pada tahun 1978. Konsep ini dianggap sebagai
katalisator serta titik tolak referensi bagi poskolonialisme yang mewakili tahap
pertama kelahiran perspektif baru ini. Orientalisme said lebih tertarik untuk
memberikan perhatian pada penyusunan makna-makna tekstual dan diskusif
mengenai kolonial dan pada konsolidasi hegemoni kolonial (Gandhi, 2006).
2. Gayatri Chakravorty Spivak
Ia adalah seorang pemikir yang turut menjadi pelopor studi
poskolonialsme. Spivak melakukan kajian kritis atas pengaruh kolonialisme
dalam bidang budaya dan sastra. Ia menggunakan perspektif Marxisme,
Feminisme, dan Dekontruksi; ia mengkaji banyak masalah yang dialami
kelompok imigran, kelas pekerja, kaum perempuan, dan pihak-pihak yang
menjadi minoritas dan tertindas. Spivak memberi kritik terhadap ide-ide yang
dominan, seperti kebudayaan Barat yang dianggap lebih maju daripada Timur;
ia juga mengkritik anggapan bahwa model demokrasi Barat adalah bentuk
paling maju, dan sebagainya. Dengan kata lain, kelompok penjajah telah
meninggalkan-mewarisi-nila-nilai budaya kepada bangsa yang dijajahnya.
Spivak berupaya melakukan dekontruksi terhadap struktur-struktur yang
menindas tersebut sehingga pihak yang tadinya tertindas dapat bersuara
(Morton, 2004).
3. Frantz Fanon
Teori Fanon yang cukup terkenal yaitu mengenai teori identitas dan
nasionalisme. Fanon (1995; Bhabha, 1994) menjelaskan bahwa pendefinisian
rasa dan etnisitas (kulit putih dan kulit hitam) selalu merupakan hasil proses
sejarah dan kontruksi politik yang dominan disamping permasalahan
kebudayaan. Melalui sejarah kolonialisme, sang penjajah (kulit putih)
melakukan kontruksi secara subjektif terhadap identitas kaum kulit hitam yang
dijajah dan dirinya sendiri.
4. Homi K. Bhabh
Konsep utama dalam teori Poskolonial Bhabha adalah Mimikri. Mimikri
sangat penting karena ia mampu menggambarkan ambivalensi hubungan
antara budaya penjajah dan terjajah. Ketika wacana kolonial (penjajah)
mendorong kelompok terjajah menjadi subjek “Mimic” kelompok penjajah
dengan mengadopsi budaya, kebiasaan, cara berpikir, lembaga, dan nilai-nilai
penjajah, maka akan terjadi reproduksi sifat-sifat yang berlangsung secara
sederhana (Bhabha, 1994). Masyarakat yang mengalami atau melakukan
mimikri, akan sulit dibedakan dengan karakter budaya yang menjadi objek
mimikri.
Hibriditas merupakan produk kontruksi kultural kolonial yang ingin tetap
membagi strata identitas murni asli penjajah dengan dengan ketinggian budaya
yang didiskriminasikan dengan kaum campuran. Mimikri dan hibriditas
kemudian melahirkan pergaman budaya (cultural diversity) dan pembedaan
budaya (cultural differences).

C. Ciri-Ciri Pemikiran Poskolonial


Adapun ciri-ciri Poskolonial yaitu:
1 Anti-esensialisme (bahwa sastra bukan suatu teks yang ajeg dan permanen,
tetapi merupakan hasil bentukan realitas diluarnya)
2 Anti-determinisme (bahwa sastra bukan teks yang pasif, yang dibentuk secara
tetap dan pasti sebuah struktur, tetapi juga membentuk dan menciptakan
stuktur-struktur baru)
3 Anti-universalisme (bahwa sastra bukan teks yang berlaku secara universal,
tetapi lahir dari negoisasi-negoisasi kulturnya sendiri yang bersifat lokal dan
partikular)
Kajian poskolonial bukanlah kajian yang terpaku pada aspek formal dan struktur
dari karya sastra tetapi kajian-kajian yang ingin membaca secara cair, fleksible, dan
radikal dimensi-dimensi kritis dari sastra , dalam relasinya dengan kekuasaan (yang
dipahami secara luas dan cair pula) dalam teks sastra maupun formasi sosial yang
membentuknya.
Pada kajian poskolonial, kekuasaan tersebut adalah relasi-relasi kuasa yang
diakibatkan oleh penjajahan dan kolonial, kekuasaan itu adalah relasi-relasi kuasa
akibat kapitalisme.
Menurut Nyoman (2004:211) secara defenitif teori poskolonial dimanfaatkan
untuk menganalisis khazanah kultural yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang
terjadi di negara-negara pascakolonial, lebih khusus lagi adalah negara-negara bekas
koloni Eropa modern.
D. Masalah dan Dampak Penjajahan (kolonial)
Dunia Timur telah mengalami serangkaian permasalahan setelah mengalami
penjajahan yang sebagian besar dilakukan oleh Barat. Permasalahan tersebut bukan
permasalahan kerugian secara fisik, melainkan juga masalah budaya, ekonomi,nilai-
nilai sosial, serta identitas yang telah berubah akibat penetrasi unsur-unsur budaya
bangsa penjajah. Setiap penjajahan pasti membawa dampak fisik, sosial serta
psikologis.
Memang penjajahan sampai saat ini belum berakhir, penjajahan secara fisik
memang dapat dikatakan telah berakhir, nemun di era sekarang , penjajahan telah
berubah bentuk, penjajahan telah dilakukan melalui mekanisme kekerasan secara
simbolik. Penjajahan seperti melalui media, teknologi, literatur atau teks, ideologi.
Ekspansi perusahaan dari Barat ke Timur, sedikit banyak juga telah
mengakibatkan perekonomian beberapa negara Timur semakin terpuruk. Dengan
dalih memberikan bantuan modal, negara Barat telah menguatkan cengkeraman
kekuasaannya di negara Timur, sehingga timur menjadi semakin tidak berdaya. Barat
juga menyebarkan berbagai mitos mengenai simbol-simbol kemajuan, ia memosisikan
dirinya sebagai contoh ideal bagi sebuah peradaban yang maju. Mitos ini semakin
menguatkan pandangan bahwa untuk meraih kemajuan, Timur harus mengadopsi
gaya hidup atau budaya-budaya barat. Akibatnya, Timur semakin kehilangan
identitas, dan nasionalisme Timur lambat laun akan menghilang. Orang-orang timur
semakin sibuk mengimitasi gaya hidup mereka dengan gaya hidup ala barat demi
meraih sebuah simbol kemajuan.
BAB III
PENUTUP

4 Kesimpulan
Teori poskolonial berupaya merombak stereotip dunia Timur yang dikontruksi
Barat. Timur dalam teks-teks sejarah dan berbagai literatur ilmiah selalu diposisikan
sebagai kelompok yang inferior, terbelakang, bodoh, kurang beradab,tidak rasional, dan
tidak berekembang; sementara Barat diposisikan sebagai superior, maju, cerdas, beradab,
rasional, dan berkembang secara cepat. Teori poskolonial ini juga disebut sebagai metode
dekontruktif terhadap model berpikir dualis (biner), yang membedakan antara Timur dan
Barat. Model berpikir dualis ini dalam ilmu pengetahuan Barat, terutama dalam kajian
masalah timur (Orientasi). Kedudukan barat sebagai penjajah sebagai subjek yang
memiliki posisi yang unggul dibandingkan dengan Timur, Timur adalah terjajah yang
diposisikan sebagai objek dimana proses ini berlangsung dengan bentuk yang hampir
sama, namun proses “perampasan kekayaan” tidak terjadi secara terang-terangan.
Beberapa ahli teori poskolonial kritis terhadap dirinya dan waspada bersepakat
bahwa pekerja akademik posklonialisme sering buta terhadap pengaruhnya sendiri yang
secara sosial merusak. Dengan adanya poskolonialisme ini, penilitian terhadap
kebudayaan dapat dilakukan dengan pendekatan yang sangat mendalam yang memang
mewarnai kebudayaan yang terkena impeks jajahan di daerah tertentu.

5 Saran
Demikianlah makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat kepada pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada tempat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami
adalah hamba Allah yang tak luput dari khilaf dan lupa.

Anda mungkin juga menyukai