OLEH
KELOMPOK IV
Dosen Pengampuh :
Andi Dody May Putra Agustang, S.Pd, M.Pd
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Teori Poskolonial
Tentang Perubahan Sosial ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kami dari
bapak Andi Dodi May Putra Agustang, S.Pd, M.Pd Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang teori postkolonial tentang perubahan
sosial bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua Bapak Andi Dodi May Putra Agustang,
S.Pd, M.Pd., selaku Dosen perubahan sosial dan budaya yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
KELOMPOK IV
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Postkolonial.............................................................................................3
B. Sejarah Postkolonial...................................................................................................5
C. Ciri - ciri pemikiran postkolonial...............................................................................7
D. Tujuan Postkolonial...................................................................................................9
E. Tokoh - tokoh postkolonial........................................................................................10
F. Bidang kajian postkolonial........................................................................................11
G. Memutus Kuasa Postkolonial dalam Perspektif filsafat di indonesia........................22
A. Kesimpulan................................................................................................................29
B. Saran..........................................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ketegangan antara dunia Barat dan Timur bisa dikatakan berawal dari saat
Barat mempelajari atau bisa di katakan menggeluti Timur dengan berbagai motif demi
kepetingannya. Barat seolah-olah lupa bahkan memang sengaja tidak pernah
menghiraukan tetang apa yang di tulisnya ternyata menimbulkan persoalan diantara
mereka. Dari apa yang ditulisnya mengandung nilai-nilai tersembunyi yang di nilai
mengevokasi Barat terhadap Timur. Pada persoalan berikutnya, yaitu menempatkan
keduanya pada oposisi biner dimana salah satu diantara keduanya mengungguli yang
lain.
Melalui berbagai gambaran Timur yang aneh dan misterius, tidak beradab dan
biadab, Barat terus menerus mengkonstruksi wacana yang menempatkan Timur di
bawah dan Barat di atas. Dengan cara ini, Barat tidak hanya ingin mendominasi dunia
non-Barat melalui imperialisme politik dan militer, tetapi setelah negara-negara
kolonial non-Barat memperoleh kemerdekaannya, Barat juga ingin melanjutkan
Kolonisasi adat non-Barat mengadopsi hukum yang struktur diskursif yang
representatif untuk menggambarkan dunia non-Barat, namun kuatnya pengaruh
wacana Barat di benak orang Timur mengakibatkan interaksi sosial keduanya
mengarah pada representasi ambigu identitas Timur, sekaligus membenci dan
mencintai. Kebencian terhadap Barat dipandang sebagai sumber dehumanisasi dan
demoralisasi, cinta pada Barat sebagai inspirasi bagi tatanan dunia beradab modern.
1
Kebudayaan adalah suatu yang hidup, berkembang, dan bergerak menuju
suatu titik waktu tertentu. Budaya memungkinkan orang untuk melihat apa yang telah
menjadi budaya, termasuk benar-benar tidak terbatas dan abstrak. Hal ini menjadikan
kebudayaan sangat luas seperti kehidupan manusia yang semakin berkembang.
Postkolonial bisa di artikan sebagai teori yang ada setelah kebanyak negara-
negara yang telah terjajah untuk mendapatkan kemerdekaannya. Bidang kajian
Postkolonial ini pun mencakup seluruh atau semua khazanah tekstual terkhusus pada
karya sastra yang dulu pernah mengalami kekuasaan imperial semenjak kolonisasi
hingga saat ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian Postkolonial
2. Sejarah Postkolonial
3. Ciri - ciri pemikiran postkolonial
4. Tujuan Postkolonial
5. Tokoh - tokoh postkolonial
6. Bidang kajian postkolonial
7. Memutus Kuasa Postkolonial dalam Perspektif filsafat di indonesia
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian postkolonial
2. Untuk memahami sejarah postkolonial
3. Untuk mengetahu ciri - ciri pemikiran postkolonial
4. Untuk mengetahui tujuan postkolonial
5. Untuk mengetahui tokoh - tokoh postkolonial
6. Untuk mengetahu bidang kajian postkolonial
7. Untuk Mnegetahui memutus Kuasa Poskolonial dalam Perspektif Filsafat di
Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Postkolonial
Secara etimologis setelah koloni berasal dari kata “post” dan colony, tetapi
kata “colonial” berasal dari kata romawi “coloni” yang berarti tanah pertanian atau
pemukiman. Secara etimologis, kolonialisme tidak berarti penjajahan, dominasi,
pendudukan, atau eksplotasi lainnya. Implikasi negatif kolonial muncul setelah
interaksi yang timpang antara masyarakat adat yang diperintah dengan penduduk
pendatang sebagai penguasa. Berkaitan dengan pemahaman kolonial terakhir (Ania
Loomba, 2003:23), negara-negara eropa modern bukanlah penjajah pertama.
Penaklukan daerah – daerah terntentu terjadi, misalnya, jauh sebelum tahun 1122 SM.
Dinasti Shang di China ditaklukkan oleh Dinasti Zhou, kekaisaran Romawi
menguasai Armenia hingga Samudra Atlantik pada abad kedua Masehi, Kakaisaran
Inca 712 ditaklukkan oleh Muhammad bin Alkasim, dan Mongolia menguasai Timur
Tengah dan Cina. Aztec abad ke-14 dan kakaisaran Inca abad ke-15 menaklukkan
negara – negara tetangga.
3
dimaksud disebut arsip, kumpulan cerita yang benar-benar diungkapkan,
diekspresikan baik dengan tulisan, aransemen, ucapan, ekspresi ulang, atau informasi.
Sepintas ( Dean, 1994; Arkeologi dan silsilah saling melengkapi, tetapi pada dasarnya
silsilah mendominasi, yang secara bersamaan menemukan dan menghapus.
4
5. Postkolonialisme bukan semata-mata teori melainkan suatu kesadaran itu
sendiri. Bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan seperti
memerangi imperialisme, orientalisme, rasialisme, dab berbagai bentuk
hegemoni lainnya.
B. Sejarah Postkolonial
Melalui berbagai gambaran Timur yang aneh dan misterius, tidak beradab dan
biadab, Barat terus menerus mengkonstruksi wacana yang menempatkan Timur di
bawah dan Barat di atas. Dengan cara ini, Barat tidak hanya ingin mendominasi dunia
non-Barat melalui imperialisme politik dan militer, tetapi setelah negara-negara
kolonial non-Barat memperoleh kemerdekaannya, Barat juga ingin melanjutkan
Kolonisasi adat non-Barat mengadopsi hukum yang struktur diskursif yang
representatif untuk menggambarkan dunia non-Barat, namun kuatnya pengaruh
wacana Barat di benak orang Timur mengakibatkan interaksi sosial keduanya
mengarah pada representasi ambigu identitas Timur, sekaligus membenci dan
mencintai.
5
bertahan lama atau bentuk kolonialisme baru yang telah menciptakan kehidupan yang
penuh rasisme dan relasi kuasa yang timpang. Hibridisasi dan kreografi terjadi secara
rasis melalui kesadaran dan gagasan, bukan melalui promosi mendefinisikan
postkolonialisme sebagai kumpulan strateti teoretis dan kritis yang seharusnya
mempertanyakan posisi tema kolonial dan poskolonial. Seperti Michaelek, Ratna
(2008:90) mengatakan bahwa secara pascakolonialisme adalah cara menganalisis
berbagai fenomena budaya di negara bekas, seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra,
dan berbagai dokumen lainnya. Saya sampai kesimpulan bahwa saya sampai sebuah
koloni Eropa modern. Dengan kata lain, postkolonialisme adalah alat atau alat kritik
yang mengkaji hubungan budaya,sosial, dan ekonomi dimana subjek postkolonial
berada.
6
Posmodern dalam pengertian ini, disandarkan pada gagasan Lyotard tentang
kematian narasi besar. Matinya narasi besar dalam posmodernitas memberikan
kesempatan kepada narasi-narasi kecil untuk muncul. Awalnya, keunggulan narasi
besar menjadi karakter kondisi zaman modern, yang sayangnya mengalami
kegagalan. Pada saat itulah Lyotard menyatakan “perang” atas pandangan totalistik
narasi besar. Sebaliknya dalam pandangan Said, munculnya posmodernisme justru
berasal dari luar modernisme itu sendiri. Artinya, sebagai tanggapan atas modernisme
berasal dari kemunculan berbagai macam dari wilayah-wilayah jajahan.
Oleh karena itu Teori Poskolonial sangat cocok dengan kritik antar budaya
serta wacana yang dihasilkannya. ekonomi seni etnis ahasa dan sastra serta praktik
lapangan seperti perudakan pendudukan pemukiman kemali ahasa paksa dan anyak
entuk agresi udaya lainnya. Namun keragaman isu di atas dipersatukan oleh satu tema
yang sama yaitu kolonialisme.
7
C. Ciri-ciri Pemikiran Postkolonial
5. Bersifat Deskriminatif
Historiografi kolonial bersifat deskriminatif akibat dalam tuturan sejarahnya
itu terdapat kesenjangan mengenai bangsa pribumi nusantara.
8
aspek formal dan struktural dari karya sastra saja tetapi kajian-kajian yang
ingin membaca secara cair, flexible dan radikal dimensi-dimensi kritis dari
sastra, dalam relasinya dengan kekuasaan yang dipahami secara luas dalam
teks sastra maupun formasi sosial yang membentuknya.
Teori postkolonial adalah teori kritis yang dimana salah satu bentuk
kelompok postmodern karena postmodern membahas tentang gerakan abad ke-20
dalam seni,arsitektur, dan kritik yang melanjutkan modernisme.jadi postmodern
dibedakan dengan postmodernitas,jika postmodern lebih menunjukan berpikir dan
postkolonial juga hampir sama dengan postmodern karena postkolonial suatu kritisan
terhadap kolonial belanda pada masa abad ke-20 sedangkan postmodern menujukan
pada situasi dan tata sosial produk teknologi informasi,globalisasi,fragmentasi gaya
hidup,konsumerisme yang berlebih,deregulasi pasar uang dan sarana publik,uangnya
negara dan bangsa serta penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi. adapun
karakteristik postmodernisme:
9
D. Tujuan Postkolonial
teori postkolonial berusaha untuk membongkar fenomena dan segala bentuk
struktur yang pernah terjadi pda era kolonial dan kajian posctkolonial adalah
bertujuan untuk mengeksplor perbedaan fundamental anatar negara penjajah dan
negara dijajah dalam perkembangan antara budaya.suatu ilmu pengetahuan dari
kolonialisme kulturnya. Bukan hanya itu, kajian poskolonial diketahui juga
menganalisis dampak pada masa sekarang, yang diakibatkan dari kolonisasi baik dari
bangsa jepang maupun dari bangsa Eropa. Salah satu cara untuk membongkar struktur
ideologi adalah dengan melalui arkeologi serta genealogi, caranya dengan melalui
penggalian barang masa lalu. Kemudian dengan cara mencoba menemukan
kontinuitas dan diskontinuitas hiastoris berdasarkan sebuah objek.
Secara umum teori poskolonial adalah teori yang berupaya untuk membongkar
segala aktifitas kolonial yang terjadi pada semua negara yang terkena dampak
koloniaisme, baik kolonoalisme yang dilakukan oleh penjajah jepang maupun
kolonialisme yang dilakukan oleh bangsa Eropa.
Tujuan pengembangan dari teori ini adalah untuk melawan sisa dampak dari
terjadinya koloniaisme dalam sebuah pengetahuan. Orientasi poskolonial yakni pada
terwujudnya tata hubungan dunia yang baru pada masa depan.
10
merupakan bekas jajahan pada dekade setelah penjajahan tersebut berakhir.
E. Tokoh-Tokoh Poskolonial
1. Edward Said
Karya Said yang paling populer membahas postkolonialisme adalah
Orientalisme, konsep Barat tentang Timur, pertama kali diterbitkan pada
tahun 1978. Konsep ini dianggap sebagai katalis dan titik acuan bagi
postkolonialisme, tahap pertama kelahirannya. Ini mewakili perspektif baru
ini. Orientalisme dikatakan lebih tertarik pada penempatan makna teks dan
perdebatan tentang integrasi kolonialisme dan hegemonisme.
4. Homi K. Bhabh
Konsep Utama Baba’s teori pascakolonial adalah tiruan. Mimikri
sangat penting karena dapat menjelaskan ambivalensi hubungan antar budaya
kolonial. Ketika wacana kolonial (kolonial) mendorong kelompok terjajah
untuk menjadi subjek “tiruan” kelompok kolonial dengan mengadopsi budaya,
adat istiadat, ide, institusi, dan nilai-nilai kolonial. ). Orang yang mengalami
atau mempraktikkan mimikri mengalami kesulitan untuk membedakannya dari
ciri-ciri budaya yang menjadi subjek mimikri. Hibriditas merupakan produk
11
konstruksi budaya kolonial yang berupaya semakin memisahkan lapisan
identitas asli penjajah dan kelompok campuran dengan ketinggian budaya
yang berbeda.. Mimikri dan hibrid membuat keragaman dan perbedaan budaya
5. Ania Loomba
Dalam lukisannya Colonialism/postcolonialism (1998; 23), ia
mengatakan bahwa postkolonialisme sendiri telah mendefinisikan teknik
perlawanan dan rekonstruksi berkelanjutan yang dilakukan melalui cara-cara
Barat. Selain itu, mereka telah menjelajahi berbagai macam kesenangan
tentang penindasan, perlawanan, ras, jenis kelamin, representasi. , perbedaan,
pengusiran dan migrasi pada subjek dominasi barat.
6. Leela Gandhi
Dalam karyanya, Postcolonial theory: A important Interoduction
(1998:45) tampaknya penelitian poskolonial mengambil gagasan dari
pemikiran yang dipromosikan dengan bantuan model Edward W. dari analisis
Michael Foucalt, Postkolonialisme dalam sudut pandangnya dianggap sebagai
mencari tahu-bagaimana dan kekuasaan, terutama keinginan untuk
mewujudkan dunia.
7. Gayatri C. Spivak
memosisikan kelompok subaltern yang terpinggirkan sebagai bentuk
yang sama, mereka hanya dilabeli sebagai “masyarakat terjajah” atau “native
pribumi” tanpa melihat etnis, gender, pendidikan dan lain-lain (Martono,
2012:150)
12
merupakan salah satu rangkaian kajian atau teori yang muncul setelah
strukturalisme mulai mapan. Sebagaimana diketahui dalam sejarahnya, teori
sastra pertama adalah mimesis pada zaman Plato di Yunani kuno. Perkembangan
berikutnya adalah teori utilitarian abad ke-
Postkolonialisme adalah studi tentang karya sastra dan bidang lain yang
berhubungan dengan praktik kolonialisme atau imperialisme yang seragam dan
berbeda. Kajian poskolonial berusaha mengungkap kolonialisme di balik
beberapa karya sastra sebagai suprastruktur kekuasaan kolonial. Sastra dipandang
memiliki kekuatan baik sebagai bentuk kekuatan hegemonik, atau sebaliknya
sebagai kekuatan tandingan. Kajian pascakolonial di Barat ditandai dengan
keluarnya Edward Said Orientalisme (1978), disusul dengan beberapa buku lain
yang masih terkait dengan pandangan Barat tentang Timur. Buku-buku Said
seperti Covering Islam: How the Media and Experts Define How We See the Rest
of the World (1981) dan Culture and Imperialism (1993) adalah sekuel, menurut
buku-buku Orientalisme ini. Buku semacam The Empire Writes Back (1989)
suntingan Bill Ashcroft, Gareth Griffiths, dan Helen Tiffin merupakan buku lain
yang sering dijadikan rujukan dalam pembahasan teori poskolonial.
13
puluh, teori-teori berorientasi strukturalis muncul yang mengatur penelitian sastra.
Pada pertengahan abad ke-20, teori-teori strukturalisme yang terutama didasarkan
sepenuhnya pada pengamatan mereka terhadap item-item sastra telah mencapai
puncaknya. Peningkatan selanjutnya dari konsep sastra, bergilir dan dengan
tingkat pertama.
dari Roman Horace, disusul oleh teori ekspresionis abad ke 19. Selama
abad ke-20, berkembang teori-teori yang berorientasi strukturalis yang
mendominasi studi sastra. Pada pertengahan abad kedua puluh, teori-teori
strukturalisme berdasarkan studi mereka tentang objek sastra telah mencapai
puncaknya. Perkembangan berikutnya dari teori sastra, berputar dan dengan
kecepatan luar biasa, memunculkan sejumlah teori yang seringkali saling
bertentangan dan saling melengkapi. Selama paruh kedua abad ke-20, selain
strukturalisme yang mempelajari karya sastra semata-mata berdasarkan
strukturnya, ada juga sejumlah studi atau teori sastra yang berkaitan dengan unsur-
unsur sastra, konteks sejarah dan sosialnya.
- Kolonialisme / Orientalisme
14
Kata poskolonial yang sering digunakan sebagai terjemahan dari
poskolonial adalah istilah yang mengacu pada masalah kolonialisme yang
“ketinggalan zaman”. Sedangkan postkolonialisme tidak hanya mengacu pada
studi sastra setelah masa kolonial, atau era kemerdekaan, tetapi lebih luas untuk
segala sesuatu yang berkaitan dengan kolonialisme bahwa di abad ke-21 hanya
Amerika adalah bangsa kolonial yang tidur terlalu lama. Konteks poskolonialisme
juga mencakup kasus-kasus globalisasi dan perdagangan bebas yang melampaui
kolonialisme, artinya dapat berupa poskolonialisme atau isu-isu lain yang masih
ada, namun tetap relevan meskipun tampak terpisah dari kolonialisme.
Jangkauan luar biasa imperialisme Barat pada abad ke-19 dan awal abad
ke-20 adalah salah satu fakta yang paling mencengangkan dalam sejarah politik.
Melalui interpretasinya yang luar biasa terhadap karya klasik Barat seperti
Conrad's Dark Heart, Austen's Mansfield Park, dan Verdi's Aida (komposisi musik
Verdi), Said mengungkapkan budaya dan politik, bagaimana mereka bekerja
bersama. Sebuah konsep fundamental yang dikemukakan oleh pemikir komunis
Italia Antonio Gramsci tentang hegemoni, yang menegaskan bahwa kekuasaan
dibangun di atas dominasi (senjata) dan hegemoni (budaya). Menurut Said,
budaya dan politik dalam kasus kolonialisme bekerja sama, sadar atau tidak,
untuk menciptakan suatu sistem.
15
berfokus pada analisis era kolonial tidak dengan masa sesudah kemerdekaan.
Orientalisme adalah paham ilmu dan teori Barat yang sarat dengan ideologi
tentang inferioritas angsa-angsa Timur. Postkolonialisme di sisi lain adalah teori
aru yang mengasumsikan metode yang digunakan untuk mematahkan hegemoni
pengetahuan Barat atas Timur itu sendiri. Sastra pascakolonial dan pascakolonial
memiliki sudut pandang yang sangat kuat. Keduanya ermula dari kondisi sosial
masyarakat yang mengalami kolonialisme aik dari segi waktu maupun unsur
16
naratif karya sastra yang menghadirkan aspek kolonialisme. Postkolonialisme
muncul setelah seagian esar negara-negara jajahan memperoleh kemerdekaan.
Bidang kajiannya mencakup semua aspek yang erkaitan dengan masyarakat dan
udaya nasional.
Sastra poskolonial secara umum memiliki dua aspek yaitu sastra yang lahir
era kolonial (Balai Pustaka) dan sastra yang lahir di era pascakolonial namun
memiliki unsur kisah dan cerita yang erkaitan dengan tema tema kolonialisme dan
penjajahan angsa eropa. Secara umum Poskolonial adalah istilah yang mengacu
pada waktu setelah terjadinya kolonial.
Poskolonial tidak hanya mengacu pada kajian sastra setelah era penjajahan
atau kemerdekaan tetapi mencakup leih luas mengacu pada segala hal yang terkait
dengan kolonialiseme aad ke21 hanya menyisakan Amerika sebagai bangsa
penjajah baru.post kolonial merupakan kajian terhadap karya-karya sastra yang
berkaitan dengan praktik kolonialisme atau imperialisme baik secara sinkronik
maupun diakronik
Kajian pascakolonial tidak teratas pada masalah sastra tetapi leih pada
konteks jaringan kekuasaan seperti penguasaan arang milik negara secara paling
ekstrem seperti proliferasi senjata. Logika agi AS ahwa memiliki senjata nuklir
ukan hanya untuk orang kulit putih dan ahwa melarang Iran memilikinya adalah
posisi pascakolonial yang jelas. Melalui proliferasi nuklir Amerika Serikat
menghadirkan keamanan nuklir kepada sekutunya dan ahaya nuklir agi negara
atau lawan. Sayangnya AS kini menganggap musuh utamanya adalah Islam (aca:
teroris). Cara AS melarang negara lain memiliki senjata nuklir dan setengah mati
melarang Iran atau Korea Utara memproduksinya.
17
-Orientalisme:Membentuk Timur ala barat
Dari asumsi semacam itu, orientalisme dapat dibahas dan dianalisis sebagai
lembaga hukum untuk berurusan dengan dunia timur dengan membuat
pernyataan-pernyataan tentangnya, melegalkan pandangan-pandangan
tentangnya,medeskripsikannya, dengan mengajarinya,menjadikannyasebagai
tempat pemukiman,dan memerintahnya. Dengan kata lain,orientalisme adalah
gaya barat untuk mendominasi,menata kembali, dan menguasai timur.budaya
eropa memperoleh kekuatan dan identitasnya dengan cara menyadarkan dirinya
kepada dunia timur sebagai semacam wali atau pelindung,bahkan “diri” yang
tersembunyi(said,1996a:4)
18
Sejarah karya sastra yang lahir di era kolonial, atau sastra yang di dalamnya
bercerita tentang kolonialisasi bangsa eropa dan jepang terhadap hindia
(indonesia)untuk memperebut Sumber daya alam yang ada diindonesia dan banyak
juga kolonialisme eropa dan jepang mempengaruhi pemikiran dan perlaku zaman
pascapenjajahan termasuk hindia (indonesia) yang banyak meniru gaya berpakaian
dan lain-lain,oleh sebab itu,seiring dengan perkembangan arus teori global,para
pemikir posctkolonialisme mencoba membedah secara tajam bentuk-bentuk
pemikiran kolonialisme yang terjadi dinegara yang terkena dampak kolonialisme dari
negara penjajah,yang sekaligus juga menakar implikasi yang terjadi pada masyarakat
era pacapenjajahan dan pribumi.
Karya sastra selain merupakan hasil imajinatif dan kreatif atau interprertatif
yang kaya, juga merupakan bagian dari hubungan antara kebudayaan dan imperium.
Para pengarang terlibat dalam sejarah masyarakat mereka, membentuk dan dibentuk
oleh sejarah itu, serta pengalaman sosial mereka dengan kadar yang berbeda-
beda.Jelasnya, kebudayaan danestetika yang dikandungnya berasal dari pengalaman
sejarah (Said, l996b: 24). Kimmich (1996 :53).
19
discursiv menunjukkan bagaimana aspek-aspek kebudayaan terjajah dalam menolak
hegemoni17 atau dominasi imperialis walaupun penolakan itu tidak dalam bentuk
penciptaan resistensi budaya atau mempertahankan budayanya sendiri sebagai
masyarakat terjajah.
Teori poskolonial dan sastra poskolonial memiliki irisan yang sangat kuat.
Keduanya lahir dari keadaan sosial masyarakat yang mengalami penjajahan baik dari
segi waktu maupun unsur penceritaan karya sastra yang menyajikan aspek
kolonialisme.
Sastra sebagai sebuah seni kreatif, apa pun bentuk yang ada di dalamnya ialah
berisi tentang kontemplasi pengarang terhadap keadaan dunia dan lingkungan sekitar,
tak terkecuali teks sastra yang mengandung unsur, atau yang berkaitan dengan sejarah
kolonialisme. Sebagaimana telah disampaikan oleh Ratna (2008:260) bahwa wacana
poskolonial dalam teks ilmu-ilmu humaniora ke teks sastra disebabkan antara lain,
pertama, banyaknya naskah karya sastra yang dapat dijadikan objek penelitian, kedua,
karya sastra lebih menarik sebab menceritakan kehidupan manusia penuh
kemungkinan, dan ketiga, dalam karya sastra, bahasa sebagai wacana diekploitasi
sedemikian rupa sehingga semua maksud tersembunyi dapat dibongkar.
20
Barat, yang kini disebut pivot "dunia ketiga", untuk bangkit dan berjuang menemukan
kesadaran dengan menuntut keadilan dan kesetaraan. . Klaim-klaim yang menekankan
kebebasan dan penolakan terhadap setiap pemikiran atau kekuasaan hibrida, misalnya,
menemukan rumusan terkuat mereka dalam pemikiran para filosof seperti Jacques
Derrida dan Michael Foucault.
(5) bukan semata-mata teori, melainkan kesadaran bahwa banyak pekerjaan besar
yang harus dilakukan, seperti memerangi imperalisme, orientalisme, rasialisme,
dan berbagai bentuk hegemoni lainnya.
21
Dalam kaitannya dengan keluhan sastra, poskolonial dianggap sebagai
tinjauan cara sastra garis-garis pertemuan kolonial yang terkenal, terutama konfrontasi
antar ras, lokasi internasional dan budaya dalam situasi hubungan energi yang tidak
setara, yang telah membentuk bagian substansial dari kegembiraan manusia. dalam
pandangan bahwa awal dari teknologi imperialisme Eropa. dan Foulcher, 2008:2-3).
Jadi, senada dengan Day dan Foulcher, postcolonial grievance adalah pendekatan
studi sastra yang mempertimbangkan kolonialisme dan pengaruhnya terhadap teks-
teks sastra, posisi, atau suara-suara pengamat tentang masalah tersebut.
22
para pahlawan Maluku terhadap penjajah Belanda; dan puisi "Sontanglelo" melalui
sarana Mansur Samin yang menceritakan perlawanan remaja Batak dalam menentang
penjajahan Jepang.
Menurut Joko Sulho, sistem kolonial Belanda telah berdampak besar pada
keruntuhan dan diskontinuitas penduduk terjajah sejak abad ke-19. Invasi penguasa
lokal tradisional telah menciptakan ketegangan, kekerasan dan konflik antara
penguasa lokal dan Barat. Dalam konteks Kolonial,realitas manusia ditimpakan lewat
tajamnya ketegangan (tension)dalam kehidupan ekonomi dan politik.menurut Ahmad
Baso dalam Islam PascaKolonial: Perselingkuhan agama,kolonialisme ,dan
liberalisme (2005;23), manusia dianggap secara kasat mata sebagai sebuah saringan
fakta tentang perebutan”milik” dan “bukan milik” suatu bentuk penidasan terhadap
ras tertentu.
23
menerima perlakuan para kolonial yang begitu kasar dan jahat. Mereka yang tidak
patuh terhadap peraturan orangorang belanda itu harus di bunuh, penindasan fisik
dan senjata di zaman kolonial sangat dirasakan oleh orang-orang
terdahulu,termasuk soekarno, bung hatta,moh. Yamin dan pramodyo ananto toer.
24
konstelasi politik dan ekonomi negara-negara Barat.
Mendominasi sistem barat atas timur, seolah-olah barat jelas tidak dapat
dipisahkan dari sistem yang ada. Dalam konteks penelitian postkolonialisme, kami
berusaha menemukan dan menggunakan dominasi barat dan timur yang semakin
menentukan peradaban dunia dunia. Neo-imperialisme yang dipraktikkan bangsa-
bangsa Barat tidak terlepas dari perolehan apa yang disebut Indologi, Javanologi,
Kreptologi, dan konsep-konsep logika lainnya. Disadari atau tidak, sangat mudah
bagi Barat untuk menjajah negara Indonesia dengan Filsafat kritis sejarah memberi
tahu kita tentang perilaku manusia di masa lalu. Dari tindakan tersebut, Anda dapat
menentukan tindakan mana yang berhasil atau tidak berhasil. Karena itu,
berdasarkan pengetahuan ini, Anda bisa lebih berhati-hati agar tidak melakukan
kesalahan lagi. Kon futse adalah seorang filosof terkenal yang mengatakan,
“Sejarah mengajarkan kita perilaku yang bijaksana” (C.S.T. Kansil dan Julianto,
1991: 1).
25
segalagalanya dalam artiannya sumber daya alam yang kita punyai juga belum
dirasakan sepenuhnya oleh seluruh rakyat indonesia. Rasa nasionalisme yang kita
pahami saat ini bukanlah disebabkan bangkitnya kesadaraan diri suatu bangsa;
nasionalisme telah “membikinbikin” bangsa terhadap kolonialisme.
Meski saat ini Indonesia sudah tidak lagi dijajah dengan menggunakan
pihaluara, sebenarnya negara-negara kapitalis telah menancapkan pakunya yang
tajam di jantung negeri rakyat Indonesia. Melalui pengakuan geososial-politik
mereka mengkonstruksi gadget politik dan moneter sebagai bentuk kolonialisme
(Mudji Sutrisno, 2005:V)
Titik lemah ini disebabkan kenyataan bahwa manusia Indonesia kini tidak
lagi memiliki kekuatan merasa harmoni lagi, karena kenyataan yang mereka
lakukan sekarang tidak lagi memiliki perhatian bahwa mereka telah mendapat
satu kampung halaman, karena mereka buruk dan dibuat buruk dengan bantuan
kolonialisme dan imperialisme, karena fakta yang mereka lakukan sekarang tidak
lagi menghargai diri mereka sendiri sebagai sebuah negara dan dibuat merasa
bahwa mereka tetap diri mereka sendiri. Oleh karena itu, pengakuan Indonesia
yang kokoh dan bersatu harus terlebih dahulu diperjuangkan (Mudji Sutrisno,
2005:15)
26
-Kekhawatiran terkini terhadap poskolonialisme di indonesia.
27
seakan mereka telah menyerupai atau "menjadi" Eropa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
28
tanahnya.
Teori poskolonial dan sastra poskolonial memiliki irisan yang sangat kuat.
Keduanya lahir dari keadaan sosial masyarakat yang mengalami penjajahan baik dari
segi waktu maupun unsur penceritaan karya sastra yang menyajikan aspek
kolonialisme.
Teori postkolonial adalah teori kritis yang dimana salah satu bentuk kelompok
postmodern karena postmodern membahas tentang gerakan abad ke-20 dalam
seni,arsitektur, dan kritik yang melanjutkan modernisme.jadi postmodern dibedakan
dengan postmodernitas,jika postmodern lebih menunjukan berpikir dan postkolonial
juga hampir sama dengan postmodern karena postkolonial suatu kritisan terhadap
kolonial belanda pada masa abad ke-20 sedangkan postmodern menujukan pada
situasi dan tata sosial produk teknologi informasi,globalisasi,fragmentasi gaya
hidup,konsumerisme yang berlebih,deregulasi pasar uang dan sarana publik,uangnya
negara dan bangsa serta penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi.
29
dapat dilihat dari dominasi terhadap pihak yang disubordinasi, dalam hal ini dominasi
dipegang oleh kaum laki-laki penjajah atau laki-laki lokal, sedang yang mengalami
subordinasi adalah para perempuan dan juga masyarakat kelas bawah secara umum.
Beberapa ahli teori postkolonial kritis terhadap dirinya dan waspada bersepakat
bahwa pekerja akademik poskolonialisme seiring buta terhadap pengaruhnya sendiri
yang secara sosial merusak. Dengan adanya postkolonialisme ini,penielitian terhadap
kebudayaan dapat dilakukan dengan pendekatan yang sangat mendalam yang
memeang mewarnai kebudayaan yang terkena impeks jajahan di daerah tertentu.
30
kemerdekaan dan menganggap bahwa pentingnya postkolonial sebagai objek studi
terpenting setelah kemerdekaan.
B. SARAN
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah atau karya tulis kami ini
masih banyak sekali kekurangan, dikarenakan beberapa faktor salah satunya kesulitan
kami saat mencari referensi, kami pun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Tentunya penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan makalah kami ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv