Anda di halaman 1dari 14

SOSIOLOGI

Dosen Pengampu:

Ulul Azmi Muhammad, M.Pd

Disusun oleh:

NAMA NPM

Maharani Aulia K. 21140024

Umi Farida 21140008

Ketut Sri Ani 21140012

Septa Kurniawan 211400


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... I

A. Latar Belakang .........................................................................................1.1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... II

A. Perkembangan awal sosiologi diindonesia ...............................................2.1

B. sosiologi memasukki kampus indonesia ..................................................2.2

C. partisipasi dalam masyarakat ....................................................................2.3

D. sosiologi dalam partisipasi pendidikan ke masyarakat .............................2.4

E. Pengaruh keterlibatan masyarakat dalam kependidikan............................2.5

F. Jenis-jenis partisipasi sekolah dan masyarakat.........................................2.6

G. Faktot-faktor yang mempengaruhi parsipasi masyarakat..........................2.7

H. Prinsip-prindip peningkatan partisipasi masyarakat dalam pendidikan....2.8

I. Upaya meningkatkan partisipasi masyaraka...............................................2.9

BAB III PENUTUP ................................................................................................... III

A. Simpulan ...................................................................................................3.1

B. Kritik dan Saran.........................................................................................3.2

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan antara


manusia dalam untuk kehidupan masyarakat (ilmu tentang pertemanan dan masyarakat).
Sosiologi juga pun mengkaji perilaku dari masyarakat akan tetapi tidak pada tahap sampai
menilai baik buruknya perilaku, karena sebagaimana diketahui bahwa sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan yang bercirikan non etis. Sehingga sosiologi melihat suatu fenomena dari
segala aspek dan tidak sampai pada tahapan menghakimi bahwa itu baik buruk perilaku.
Untuk menganalisis cara hidup bergaul manusia, maka perlu juga dipelajari sifat sifat biologi
manusia seperti perasaan lapar, sakit, takut, kebutuhan akan seks dengan perbedaan
perbedaannya dari pada dunia hewan, yang lebih banyak diatur oleh peradaban
masyarakatnya. Ia mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan
tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaan,
keyakinan yang member sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap
persekutuan hidup manusia. Sosiologi ini mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat
meliputi atau sedikitnya rapat pertalian dengan ilmu-ilmu masyarakat lainnya seperti, hukum,
ekonomi, ilmu-jiwa, antropologi, dan lainnya. Begitu juga ilmu sosiologi, ia tidak usah
mencoba memperbaiki masyarakat, cukup mempelajari dan mengerti hubungan hubungan
manusia dengan masyarakat, dan dengan demikian masih bisa disebut dengan ilmu. Tetapi
dengan dipelajarinya sebagai ilmu, maka lebih mudah rencana pembangunan dibuat untuk
mencari jalan menuju perbaikan masyarakat umum, umpamanya untuk memperbaiki
hubungan antara manusia dengan agama, kerukunan yang mengurangi ketegangan antar
bangsa.Singkatnya, sosiologi ialah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang
mempelajari manusia sebagai anggota golongan kemasyarakatan (tidak sebagai individu yang
terlepas dari golongan atau masyarakatnya), dengan ikatan ikatan adat, kebiasaan,
kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan
yang meliputi segala segi kehidupannya.Sosiologi juga ilmu yang mempelajari kehidupan
manusia dalam masyarakat dalam proses pertumbuhannya dapat dibedakan dengan ilmu-ilmu
kemasyarakatan lain seperti ilmu ekonomi, sejarah, hukum, antropologi, dan ilmu kejiwaan.
Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang dinamakan sosiologi, pertama kasi terjaid di benua eropa. Sosiologi juga
bagian dari ilmu-ilmu sosial (sosial science) yang bersama sama menghadaapi masyarakat
sebagai objeknya. Auguste Comte (seorang ahli filsafat kebanggaan prancis) bahwa sosiologi
adalah filsafat tentang manusia dan filsafat pergaaulan hidup.Konsep yang dikemukakan oleh
Comte tersebut mencerminkan pengertian bahwa sosiologi merupakan pengetahuan yang
menyoroti secara tajam mengenai hubungan manusia, golongan, asal, ras, dan kemajuannya,
serta bentuk dan kewajibannya.Sosiologi juga diterjemahkaan menjadi ilmu kemasyarakatan,
yaitu ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat.Sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang kehidupan manusia dalam masyarakat yang
mencangkup hubungan antara seseorang dengan seorang, antara perseorangan dengan
kelompok, dan hubungan antara kelompok dengan kelompok.Masyarakat juga penting pada
perkembangan pendidikan anak.Oleh karnanya masyarakat hendaknya ikut serta
berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan anak baik langsung maupun tidak langsung.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan awal sosiologi di Indonesia

Ada kemiripan antara perkembangan awal dari sosiologi di Indonesia dengan di


amerika.Kemiripan itu terletak pada karakter sosiologi, meskipun di Indonesia lebuh spesifik.
Di Amerika, para pemikir sosiologi bermula dari keilmuan yang beragam, demikian juga
sebenarnya yang terjadi di Indonesia. Hanya bedanya pemikir itu lebih didominasi oleh ahli
hukum. Mengapa demikian ? karena pada masa Indonesia sebelum merdeka (akhir abad ke-
19 sampai dengan awal abad ke-20) ketika Indonesia masih di jajah oleh belanda, kawasan-
kwasan di Indonesia ditampakkan dalam kawasan-kawasan ethnologis ketimbang seperti
yang berkembang sekarang sebagai ‘kawasan nasional’. Atas keadaan seperti itu, perhatian
belanda di arahkan untuk menguasai pengetahuan yang berhubungan dengan ethnografi.Dari
kajian itu yang menonjol adalah sudut pandang hukum adat yang dianggap sangat berguna
bagi penjajah dalam rangka merumuskan pengaturan hak dan kewajiban pemerintah yang
dapat di terima oleh pribumi.Prinsip mereka tentu menguntungkan pihak penjajah tetapi tidak
bertentangan atau berbenturan dengan hukum adat masyarakat setempat.

Sebagaimana kita ketahui dalam sejarahnya, belanda demikian lama bertahan di


nusantara karena mereka menguasai benar tipologi masyarakat yang dijajahnya.Demikianlah
kita kenal misalnya Krom, Veth dan Snouck Hurgronje merupakan para pejabat merangkap
pemikir yang boleh dikatakan ahli kemasyarakatan, dan sekaligus sebagai cikal bakal yang
memulai kajian-kajian yang berbau sosiologi di Indonesia. Mereka menguasai struktur
masyarakat dan banyak menguasi hukum adat di berbagai belahan wilayah Indonesia masa
itu ( akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20). Sejak tahun 1920 mulai timbul minat
sarjana-sarjana Belanda untuk memahami masyarakat lebih luas.Gejala-gejala yang disoroti
tidak hanya terbatas pada lingkungan suku atau kelompok etnik, tetapi lebih makro lagi.
Diantara mereka antara lain adalah B.Schrieke (1890-1945) yang menulis sejarah yang
dikawinkan dengan ethnografis, sehingga tulisan-tulisannya bercorak sosiologi. Salah satu
hasil karyanya adalah tentang akulturasi.Schrieke juga mengulas pergeseran kekuasaan
politik dan ekonomi di nusantara antara abad ke-16 sampai abad ke-17.Tulisan Schrieke
banyak berbahasa belanda, baru pada tahun 1955 beredar kumpulan tulissannya yang
berbahasa Inggris. Selain Schrieke, tokoh belanda lainnya adalah J.C.Van Leur (tinggal di
Indonesia tahun 1934-1942). Salah satu tulisannya yang di kenal adalah Indonesia Trade and
Society. Seorang lagi yang lebih dikenal dan juga menulis tentang Indonesia kontemporer
adalah Prof. W.F. Wertheim yang meninggal di tahun 2001 dalam usia yang sangat tua,
mencapai 102 tahun. Beliau pernah mengajar di Rechts Hogeschool di Jakarta (1927) dan di
Institut Pertanian Bogor yang waktu itu masioh menjadi Fakultas pertania UI di Bogor, tahun
1957 (lihat Sediono MP Tjondronegoro, “ Perlunya Reorientasi Sosiologi di Indonesia”,
makalah pada seminar Nasional “Menggala Masyarakat Indonesia Baru yang
Berkemanusiaan”, Bogor 28 Agustus 2002).
2.2 Sosiologi memasuki kampus di Indonesia

Sosiologi dikembangkan secara formal di kampus-kampus lebih baru dibandingkan


dengan cabang keilmuan sosial lain yang serumpun di fakultas ilmu sosial dan politik. Proses
perkembangannya seperti ini terasa unik dan menjadi pertanyaan mengapa lebih lambat,
karna mengingat sosiologi adalah ilmu yang analisis teoritis, makronya mampu menjadi dasar
sekaligus memayungi cabang keilmuan sosial lainnya. Sosiologi didahului oleh ilmu hukum
atau ilmu ekonomi.Mengapa sosiologi harus didahului oleh ilmu administrasi negara dan
berhubungan dengan internasional misalnya, tercatat dalam sejarah jurusan sosiologi yang
pertama kali, jadi yang paling tua di Indonesia ada di Universitas Gadjah Mada, didirikan
pada tahun 1955, namun ilmu administrasi negarab dan ilmu hubungan internasional telah
didirikan jauh sebelum itu, yakni ketika Fisipol masih berbentuk akademik ilmu politik dan
kemudian menjadi Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik UGM di tahun 1949. Pada
masa pascakemerdekaan Indonesia yang baru berdiri tentu kebutuhan terhadap tenaga sarjana
yang mampu memenuhi kekurangan sumber daya manusia adalah alasan utama, mengapa
jurusan atau keilmuan tertentu itu dipentingkan.Kondisi sumber daya manusia Indonesia pada
masa pascakemerdekaan masih sangat berkekurangan, apalagi kedudukan yang tadinya
ditempati oleh para pejabat Belanda atau Jepang ditinggalkan begitu saja tanpa kesiapan ahli
profesi atau ahli kerja yang benar.Di Indonesia, pertumbuhan ilmu pengetahuan ilmu
pengetahuan memulai lembaga kampus pada pascakemerdekaan.

2.3Partisipasidalam masyarakat

Secara etimologi diartikan sebagai keikutsetaan.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia


adalah ikut serta dalam suatu kegiatan.Sedangkan masyarakat adalah eksitensi ynag hidup,
dinamis dan selalu berkembang.Partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan merupaka
upaya pemberdayaan masyarakat dalam pembanguanan bidang pendidikan, yang berarti
mengikutsertaan masayarakat dalam perencanaan.Masyarakat perlu membantu
penyelenggaraan pendidikan agar kualitas pertumbuhan dan perkembangan pendidikan dapat
dipacu secara cepat, akhirnya kualitas kehidupan masyarakat dapat meningkat.

Dalam pelaksanaannya partisipasi ini dimaksud bagi keikutsertaan masyarakat dan


seluruh stake holder suatu lembaga pendidikan.Hal ini menjadi keniscayaan karena
pendidikan merupakan hak publik yang semestinya melibatkan seluruh komponen
masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan, tidak hanya dalam hal aktivitas
pendidikan anak dalam rumah tangga sebagaimana tujuan bersama antara pendidik dan orang
tua adalah bersama – sama berusaha mencerdasakan peserta didik. Pengembangan partisipasi
masyarakat termasuk dalam kategori open managemen dalam mengelola partisipasi yang
diberikan oleh masyarakat baik yang berupa dana dan pemikiran serta ide-ide dan lain
sebaginnya. Disamping itu orang tua siswa juga ikut dalam menentukan segala kebijakan
yang berhubungan dengan partisipasi, ikut serta bertanggung jawab serta dapat
manfaatnya.Dengan mewnggunaka menagemen partisipasi dalam mengelola partisipasi
masyarkat, maka pihak komite skolah dan POS sebagai kepanjangan tangan dari orang tua
hanya sekedar mejalankan tugas.Baik dalam hal informasi, merencanakan kegikatan
penyelesaian masalah, membuat keputusan, dan mengevaluasi hasil.
Purwanto (1987) menyatakan betapa pentingnya anatra sekolah dan masayrakat karena :

1. Sekolah adalah bagian integral dari masyarakat, ia bukan merupakan lembaga yang
terpisah dari masyarakat
2. Hak hidup dan keberlangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat
3. Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota masyarakat
dalam bidang pendidikan
4. Kemajuan sekolah dengan masyarakat saling berkoleransi dan saling membantu
5. Sekolah adalah milik masyarakat, sekolah ada karna kebutuhan masyarakat akan
pendidikan.

2.4 Sosiologi dalam partisipasi masyarakat dalam pendidikan

Di dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas diatur mengenai pasrtisipasi masyarakat
dalam pendidikan dan pendidikan massyarakat di Indonesia.Bab XV UU Sisdiknas ini telah
mengatur masalah partisipasi pendidikan, didalam pasal 52 UU sisdiknas ini di sebutkan:

1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,


kelompok, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengadilan mutu pelayanan pendidikan
2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksanaan,dan pengguna hasil
pendidikan
3. Ketentuan mengenai peran serta, masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat(1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Kemudian pasal 55 UU sisdiknas 2003 juga mengatur tentang pendidikan berbasis


mayarakat. Di dalam ini mencantumkan

1. Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada


pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan
sekolah, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
2. Penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan
kurikulum evaluasi dengan pendidikan, serta managemen dan pendanaannya sesuai
denga standar nasional pendidikan
3. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari
penyelenggara, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah, dan atau sumber lain
yang tidak bertantangan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
4. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi,
dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari pemerintah atau pemerintah
daerah
5. Ketentuan mengenai peran serta masayarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,
ayat 2, ayar3, dan ayat 4 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Secara lebih spesifik, pada pasal 56 Undang-undang system pendidikan dan komite sekolah
atau komite madrasah, yang berperan :

1. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang


meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui
dengan pendidikan dan komite sekolah.
2. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan.

Pada pasal 3 peraturan pemerintahan No. 39 Tahun 1992 tentang peran serta masyarakat
dalam pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti :

1. Pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan


2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan
3. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli
4. Pengadaan dana dan pemberian bantuan lainnya
5. Pemberian kesempatan untuk magang
6. Pemberian pemikiran dan pertimbangan
7. Pemberian bantuan dalam bentuk kerja sama

2.5 Pengaruh keterlibatan masyarakat dalam kependidikan

Pada era demokrasi partisipasi, akuntanbilitas tidak hanya terletak pada pemerintah,
tetapi bahkan harus lebih banyak pada masyarakat stakeholder pendidikan.Masyarkat selalu
tumbuh dan berkembang.Masyarakat memiliki dinamika, setiap masyarakat memiliki
identitas tersendiri sesuai dengan pengalaman kesejahteraan dan kebudayaan. Identitas dan
dinamika secar langsung akan berpengeruh terhadap tujuan, orientasi, dan proses pendidikan
di sekolah. Identitas suatu masyarakat dan dinamikanya, senantiasa membawa pengaruh
terhadap otientasi dan tujuan pendidikan pada lembaga persekolahan, Karena skolah
merupakan institud=si yang dilahirkan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Pengaruh identitas
suatu masyarakat terhadap program pendidikan di sekolah-sekolah bisa dibuktikan dengan
berbedanya orientasi dan tujaun pendidikan pada masing-masing negara.Pengaruh dan
perkembangan masyarakat juga terlihat dalam perubahan orientasi dan tujuan pendidikan,
dari suatu periode tertentu, dengan periode berikutnya.Oleh karna itu, tidak ada kurikulum
yang bersifat permanen.Akan tetapi selalu dinilai, disempurnakan, di sesuaikan dengan
tuntutan perkembangan masyarakat yang terjadi. Oleh karena itu orientasi dan tujuan
pendidikan dipengaruhi oleh kondisi masyarakat, maka proses pendidikan di sekolah tidak
dapat lepas dari pengaruh masyarakat. Pengaruh yang dimaksud yaitu pengaruh sosial budaya
dan partisipasinya. Pengaruh sosiial budaya biasanya tercermin dalam proses belajar
mengajar menyangkut pola aktivitas pendidik maupun anak didik. Sedangkan pengaruh
partisipasi berdampak pada proses penyelenggaraan pendidikan yang melibatkan berbagai
komponen baik komponen manusiawi dan manusiawi, atau komponen materil dan non
materil, seperti dukunngan moril dan dana untuk perlengkapan dan kebutuhan pendidikan.

2.6 Jenis-jenis partisipasi sekolah dan masyarakat

Banyak orang mengartikan hubungan kerjasama masyarkat dan sekolah itu dalam
pengertian yang sempit.Mereka berpendapat bahwa hubungan kerjasama itu hanyalah dalam
hal mendidik anak belaka.Padahal, hubungan kerjasama sekolah dan masyarakat
mengandung arti yang lebih luas dan mencangkup berbagai bidang. Hubungan kerjasama
angtara sekolah dan masyarakat dapat digolongkan menjadi tiga jeni, yaitu :

1. Hubungan Edukatif, yaitu hubungan kerjasama dalam hal mendidik siswa, anatra guru
di sekolah dan orang tua di keluarga. Adanyahubungan di maksudkan agar tidak
terjaid perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang dapat mengakibatkan
keraguan-raguan pendirian dan sikap pada diri anak, antra sekolah yang di wakili oleh
guru dan orang tua tidak saling berbeda atau berselisih paham, baik tentang norma-
norma sosial yang hendak ditanamkan pada diri anak, juga kerjasama dalam berusaha
memenuhi fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk belajar disekolah maupun di
rumah, dalam memecahkan masalah yang menyangkut kesulitan belajar maupun
kenakalan anak.
2. Hubungan cultural, yaitu usaha kerjasam antara sekolah dengan masyarakat yeng
memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat
tempat sekolah itu berada. Untuk itu perlu adanya hubungan kerjasama yang
fungsional antara kehidupan di sekolah atau kehidupan didalam masyarakat. Kegiatan
kurikulum di sekolah disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntunan perkembanagan
masyarakat. Demikian pula dengan metode-metode pengajarannya.
3. Hubungan Institusional, yaitu hubungan kerjasama antara sekolah dan lembaga-
lembaga atau istanasi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah, seperti: hubungan
kerjasama anatara sekolah satu dengan sekolah-sekolah lainnya, kepala pemerintahan
setempat, maupun perusahan-perusahaan negara, yang berkaitan dengan perbaikan
dan perkembangan pendidikan pada umumnya.

Selanjutnya, partisipasi masyarakat dapat dibedakan dalam berbagai aspek dan bentuk yang
umum dilakukan, yaitu :

1. Sumbangan pemikiran
Sumbanagn pemikiran dapat dilakukan dalam bentuk tertulis, lisan, atau saran-saran
lainnya dalam konsultasi rutin antara pengelola sekolah dengan tokoh-tokoh dan
warga masyarakat.
2. Sumbangan tenaga
Sebagian warga masyarakat desa adalah kaum miskin.Dan tidak dapat diingkari
bahwa sebagian peserta didik sekolah swasta di pedesaan datang dari keluarga
miskin.Oleh Karen itu adalah sanagt bijak komite skolah juga memungkinkan orang
tua peserta didik beban skolah anaknya dalam bentuk tenaga berupa melakukan
perbaikan gedung, memelihara kebun sekolah, atau menyumbangkan tenaga sebagai
narasumber atau pelatih dalam bisang keterampilan kehidupan dan kerajinan tertentu.

Sumbangan barang atau natural sebagian dengan sumbangan tenaga, banyak wali
peserta didik tidak memliki cukup uang, namun tidak juga mempunyai keahlian atau
keterampilan yang akan disumbangkan. Sekolah dan komite sekolah dapat meminta
orang tua menyumbangkan produk lading.Pertanian, perkebunan, atau ikan sebagai
pengganti uang sekolah.
3. Member kemudahan dan peluang
Peran serta masyarakat dalam bentuk memberikan kemudahan dan peluang saring
sangat berharga dalam perkembangan sekolah.Masyarakat atau kelompok masyarakat
dapat memberkan sumbangan dalam bentuk kemudahan kepada kepala sekolah dalam
melakukan berbagai kegiatan, perizinan, pelaksanaan kegiatan yang mnelibatkan
warga masyarakat dan sebagainya.
4. Sumbangan dana dari perorangan atau perusahaan
Sumbangan dalam bentuk uang adalah sumbanagn yang sering diminta oleh sekolah
khususnya kepada orang tua murid, diantaranya yakni :
a. Sumbangan dana yang utama adalah dari orang tua peserta didik yang sangat
berkepentingan dengan palayanan sekolah
b. Infak, shodaqoh, dan zakat
c. Donasi dari perusahaan dalam berbagai bentuk.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang nantinya akan hidup
sebagai anggota masyarakat yang terdiri ats bermacam-macam golongan, jabatan, status
sosial, dan bermacam-macam pekerjaan, sangat memerlukan adanya hubungan kerjasama
tersebut. Dengan adanya hubungan ini sekolah dapat meminta bantuan dari lembaga-lembaga
lain, baik berupa tenaga pengajar, narasumber, maupun bantuan yang berupa fasilitas serta
alat-alat yang diperlukan bagi kelancaran pelaksanaan program sekolah.Dengan
dilaksanakannya ketiga jenis hubungan sekolah dan masyarakat seperti telah diuraikan di
atas, diharapkan sekolah tidak lagi selalu ketinggalan dengan perubahan dan tuntunan
masyarakat yang senantiasa berkembang. Adanya hubungan sekolah dan masyarakat ini
dimaksudkan pula agar proses belajar yang berlaku di sekolah mengalami perubahan, dari
proses belajar dengan cara menyuapi dengan bahan pelajaran yang telah di cerna oleh guru
menjadi proses belajar yang inovatif, yaitu belajar secara antisipatoris dan partisipatoris.
Anak-anak dididik unruk berpartisipasi dalam arti luas didalam kehidupan masyarakat, dan
dapat mengantisipasi kehidupan masyarakat yang akan datang tempat mereka akan hidup dan
terlibat di dalamnya setelah mereka dewasa.
2.7 Faktot-faktor yang mempengaruhi parsipasi masyarakat

Menurut Slamet (1993 : 137-143), faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat


adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan mata pencaharian.

a. Jenis kelamin
Parisipasi yang di berikan oleh seorang pria akan akan berbeda dengan partisipasi
yang diberikan oleh seorang wanita. Hal ini disebabkan karena adanya system
palapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat yang membedakan kedudukan
dan derajat antara pria dan wanita, sehingga menimbulkan perbedaan-perbedaan
hand an kewajiban.
b. Usia
Dalam masyarakat terdapat perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senoritas,
sehingga memunculkan golongan tua, golongan muda yang berbedap-beda dalam
hal-halk tertentu, misalnya menyalurkan pendapat dan mengambil keputusan.
c. Tingakat penghasilan
Besarnya tingkat penghasilan akan member peluang lebih besar bagi
masyarakatuntuk berperan serta. Tingkat pendapatan ini mempengaruhu
kemampuan financial masyarakat utuk berinvestasi.
d. Mata pencaharian
Jebis pekerjaan seseorang akan menentukan tingkat penghasilan dan
mempengaruhi waktu luang seseorang yang dapat digunakan dalam
berpartisipasi, misalnya menghadiri pertemuan-pertemuan.

2.8 Prinsip-prindip peningkatan partisipasi masyarakat dalam pendidikan

Bebrapa proinsip yang dapat ditetapkan dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
bisang pendidikan menitikberatkan pada lembaga pendidikan yang mampu berkomunikasi
secara aktif dengan masyarakat. Untuk itu perlu ada prinsip-prinsip diantaranya, yaitu :

1. Fleksibilitas
Lembaga pendidikan hendaknya mempunyai program yang cukup lentur dan
beradaptasi secara terus menerus dengan perubahan-perubahan layanan lembaga lain
di masyarakat. Perkembangan tuntutan masyarakat, pengetahuan, teknologi yang
begitu cepat perlu diikuti dengan program pendidikan yang relavan.Misalnya,
perkembangan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sekarang sedang
terjadi.
2. Relevansi
Peran dan fungsin lembaga pendidikan hendaknya ditetntukan sesuai dengan kondisi
maysrakat yang menjadi latar belakang peserta didik. Hal ini perlu diperhatikan
karena anak setalah m,enyelesaikan studi akan kembali kepada masyarakat sebagai
pengguna lulusan suatu lembaga pendidikan.
3. Partisipasi
Lembaga pendidikan bersama masyarakat hendaknya mengembangkan program
kegiatan dan layanan guan memperluas, memperbaharui, memadukan pengalam
berbagai kelompok umur pada semua tingkatan.Lembaga pendidikan perlu
memperhatikan kebutuhan masyarakat ini.
4. Komprehensi
Lembaga pendidikan harus selalu menghubungkan dirinya dengan masyarakat yang
lebih luas, intern bangsa maupun secara internasional.Lulusan tidka hanya
dipersiapkan untuk intern (lokal) tiap bisa diperluas sesuai dengan kebutuhan.
5. Melembaga
Layanan efektif dalam masyarakat pada setiap warga negara.Negara hanya dapat
mencapai melalu organisasi, terutama organisasi pendidikan yang dikelola secara
baik.Dalam memaksimalkan partisipasi masyarakat, kegiatannya perlu
diorganisasikan secara baik.

2.9 Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat

Ada bebrapa hal yang dapat dilakukan sekolah atau lembaga pendidikan agar partisipasi
masyarakat dalam dunia pendidikan semakin baik, antara lain :

1. Menjalin komunikasi yang efektif dengan orang tua dan masyarakat.


Partisipasi orang tua dan masyarakat akan tumbuh jika orang tua dan masyarakat juga
merasakan manfaat dari keikutsertaan dalam program sekolah. Maanfaat dapat
diartikan luas, termasuk rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat menymbangkan
kemampuannya bagi kepentingan sekolah.Jadi prinsip menumbuhkan hubunga
dengan masyarakat adalah saling memberikan kepuasan.Salah satu jalan penting
untuk membina hubungan dengan masyarakat adalah menetapkan komunikasi yang
efektif.
2. Melibatkan masyarakat dan orang tua dalam program sekolah
Sekolah harus meperkenalkan program dan kegiatan sekolah pada masyarakat agar
masyarakat lebih mengenal dan dapat membantu program tersebut.Selain itu, hal ini
dilakukan agar hubungan masyarakat dan sekolah menjadi erat.Diharapkan juga
masyarakat dan sekolah mengadakan kerjasama dalam hari-hari besar agama. Selain
itu juga, sekolah perlu member tahu masyarakat tentang program unggulan sekolah
agar menarik minat masyarakat
3. Mengundang masyarakat dalam rapat tahunan sekolah
Masyarakat perlu terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan pendidikan.Dalam hal ini tentu sekolah harus transparan dalam hal
kurikulum pembelajaran sekolah dan juga tentang biaya penyelkenggaraan
sekolah.Hal ini dimaksudkan agar orang tua tidak hanya menerima informasi dari
sekolah.Tetapi masyarakat juga busa memberikan informasi yang berkaitan dengan
peserta didik agar pendidikan dapat berjalan dengan lancar.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan antara manusia
dalam untuk kehidupan masyarakat (ilmu tentang pertemanan dan masyarakat).Sosiologi juga
diterjemahkaan menjadi ilmu kemasyarakatan, yaitu ilmu pengetahuan yang berkenaan
dengan kehidupan masyarakat.Sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
kehidupan manusia dalam masyarakat yang mencangkup hubungan antara seseorang dengan
seorang, antara perseorangan dengan kelompok, dan hubungan antara kelompok dengan
kelompok.Masyarakat juga penting pada perkembangan pendidikan anak.Oleh karnanya
masyarakat hendaknya ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan anak baik
langsung maupun tidak langsung.

3.2 (shadi, 2009)Kritik dan Saran

Demikianlah uraian sederhana yang bisa kami jabarkan dalam makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan menjadi buku pegangan sederhana untuk
pembaca. Adapun saran dan kritikan dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

KURNIAWAN, A. (2019, November 06). sisiologi. Dipetik oktober


5, 2021, dari sisiologi.id: https://www.sisiologi-ui.or.co.id

shadi, H. (2009). sisiologi untuk masyarakat. RADARJAYA OFFSET


JAKARTA , 35.

Anda mungkin juga menyukai