Anda di halaman 1dari 43

STANDAR OPERASIONAL PRAKTIK PEREKAMAN EKG

A. Pengertian : EKG ialah suatu metode pencatatan grafis pada aktivitas


listrik jantung
B. Tujuam :
1. Deteksi kelainan kecepatan dan irama jantung
2. Deteksi pembesaran ruang-ruang jantung
3. Deteksi adanya iskemia atau infark miokardium
4. Deteksi akan pengaruh obat-obatan dan elektrolit
5. Deteksi pergeseran arah aktivitas listrik
C. Indikasi : Abnormalitas atrium, hipertrofi ventrikel, defek konduksi intra
ventricular, penyakit jantung koroner, iskemia, injury, nekrosis infark
miokard, hiperkalemia, hipokaliemia, digitalis perikardiris, bradikardi
sinus, takikardi sinus, kontraksi premature atrium, Takikardi atrium
paroksismal, Fluter atrium, Fibrilasi atrium, Kontraksi premature
ventrikel, Bigemini ventrikel, Takikardi ventrikel, Fibrilasi ventrikel,
Asistol ventrikel
D. Alat dan Bahan :
1. Mesin EKG yang dilengkapi kabel
2. Kabel Elektroda (ekstremitas, dada plat elektroda ekstremitas/karet
pengikat/balon penghisap elektroda dada.
3. Jelly
4. Kertas tissue
5. Kapas alcohol
6. Kertas EKG

E. Langkah – langkah :

1. Berikan salam, perkenalan, dan kontrak waktu


2. Jelaskan pada klien mengenai tujuan pemeriksaan serta hal-hal
yang harus diperhatikan saat perekaman
3. Pastikan bahwa dinding dada klien harus terbuka

1
4. Nyalakan mesin EKG Baringkan klien dengan tenang di tempat
tidur yang cukup luas, tangan dan kaki tidak saling bersentuhan
(pastikan tubuh klien tidak bersentuhan dengan barang logam)
5. Bersihkan dada, kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas
alkohol (kalau perlu dada dan pergelangan kaki dicukur)
6. Keempat elektroda ekstremitas diberi jelly
7. Pasang keempat elektroda ekstremitas tersebut pada kedua
pergelangan tangan dan kaki
8. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi untuk elektroda V1 s/d V6
9. Pasang elektroda dada dengan menekan karet penghisapnya
10. Buat kalibrasi sebanyak 3 buah
11. Rekam setiap lead 3-4 beat
12. Setelah selesai perekaman semua lead, buat kalibrasi ulang
13. Semua elektroda dilepas
14. Jelly dibersihkan dari tubuh klien
15. Beritahu klien bahwa perekaman sudah selesai
16. Matikan mesin EKG
17. Catat: nama klien; usia klien; jam, tanggal, bulan dan tahun
pemeriksaan; nama masing-masing lead; serta nama pemeriksa
18. Bersihkan dan rapikan alat-alat

F. Hal-Hal Penting yang Harus Diperhatikan bagi Perawat dalam Melakukan


Tindakan :

1. Sebelum bekerja pastikan kecepatan mesin adalah 25 mm/s dengan voltase


1 mVolt. Bila perlu, kalibrasi diperkecil menjadi ½ mVolt atau diperbesar
menjadi 2 mVolt.
2. Hindari gangguan listrik dan mekanik saat perekaman. Saat merekam,
perawat harus menghadap pasien.

2
MEMASANG KATETER

Pengertian : Suatu proses memasukkan kateter steril melalui meatus, uretra


sampai ke kandung kencing

Tujuan : Untuk mengalirkan urine tertama pada pasien yang tidak


kencing sendiri atau kencing keluar tidak dirasakan

I Tahap Persiapan

A. Persiapan Pasien
1. Berikan salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi dan panggil nama pasien
3. Jelaskan prosedur dan tujuannya kepada pasien dan keluarga
4. Memintya keluarga dan pengunjung meninggalkan ruangan

B. Persiapan Lingkungan
1. Menutup pintu, jendela atau memasang sampiran

C. Persiapan Alat
1. Set ganti kateter yang berisi :
a. 1 duk alas steril
b. 1 duk berlubang steril
c. 1 bengkok steril
d. 1 mangkok steril
e. 4 buah kapas steril
f. Pinset steril
g. 1 pasang sarung tangan steril
2. Kateter folly sesuai dengan ukuran
3. Korentang steril
4. Urine bag

3
5. Xylocain jelly steril
6. Cairan sublimat 1 : 1000
7. Nacl 0,9% atau aquadest steril sebanyak yang dibutuhkan oleh balon kateter (20-
30 cc)
8. Spuit 20 cc steril
9. Jarum no. 12 steril
10. Perlak + alas
11. Plester
12. Alat tulis
13. Sabun mandi
14. Handuk bawah
15. Kom mandi bawah
16. Gantungan urine bag
17. Alkohol 70% + kapas bulat

II Tahap Pelaksanaan

1. Tutup pintu, jendela/tirai atau memasang sampiran


2. Cuci tangan, buka pakian bawah, pasang perlak dan kain pengalas
3. K/p bersihkan daerah perineum dengan sabun dan keringkan
4. Atur posisi : ♀ dorsal rekumbert, lutut ditekuk
♂ supine

5. Letakkan set kateter diantara dua tungkai bawah pasien dengan jarak minimal 45
cm dari perenium pasien
6. Buka set kateter, jika duk penutup steril berada pada bagian atas letakkan dengan
mengambil sisi yang menjadi tidak steril
7. Gunakan sarung tangan
8. Jika sarung tangan ada pada bagian atas dari set kenakan sarung tangan,
selanjutnya letakan duk dengan steril dan letakan di bawah pasien, lindungi
sarung tangan
9. Pasang duk berlubang di daerah genetalia

4
10. Tes balon kateter dengan mengisi air steril kemudian kempeskan balon dengan
menarik air biarkan spuit tertinggal
11. Buka daerah metaus :
♀ : buka labia dengan menggunakan jari telunjuk

dan ibu jari tangan kiri, lalu sedikit ditarik ke

atas

♂ : pegang daerah di bawah glands penis dengan

ibu jari dan telunjuk, preptium ditarik ke

bawah

12. Membersihkan daerah metaus dengan kapas sublimat memakai pinset :


♀ : bersihkan daerah labia luar, terakhir dengan

metaus hanya sekali pakai

♂ : bersihkan dengan arah melingkar dari metaus

keluar minimal 3 cm

13. Lumasi ujung kateter dengan xylocain jelly :


♀ : 4-5 cm

♂ : 15-18 cm

14. Memasukan kateter :


♀ : 5-7 cm sampai urine keluar

♂ : 8-20 cm sampai urine keluar, tegakkan

penis dengan sudut 900

15. Jika waktu memasukan keteter terasa ada tahan jangan dilanjutkan
16. Selama memasukan kateter anjurkan pasien menarik napas
17. Memasukan lagi kateter sepanjang 2 cm sambil sedikit diputar
18. Isi balon dengan Nacl atau air steril sebanyak yang ditentukan menggunakan

5
spuit tanpa jarum
19. Tarik kateter perlahan-lahan sampai ada tahanan balon
20. Fiksasi kateter dengan plester
21. Gantung urine bag dengan posisi lebih rendah dari vesica urinea
22. Beri posisi yang nyaman pada pasien
23. Rapikan alat-alat pada tempatnya dan cuci alat non disposal
24. Perawat cuci tangan

III Tahap Akhir

A. Evaluasi : kateter tetap (drainage urine) dan kenyamanan pasien


B. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
C. Dokumentasikan : tgl, jam, tipe dan ukuran kateter, jumlah urine, deskripsi urine
dan respon pasien terhadap prosedur

6
MEMASANG INFUS

Pengertian : Memasang infus merupakan salah satu cara pemberian terpi


dengan menggunakan prosedur invasif yang dilaksanakan
dengan menggunakan teknik aseptik

Tujuan :

a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung : air,


elektrolit, protein, karbohidrat dan lemak
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa
c. Memperbaiki volume komponen darah
d. Jalan masuk dalam pengobatan
e. Memonitor tekanan sentral
f. Membersihkan dan mengeluarkan racun dari lambung

I Tahap Persiapan

A. Persiapan Pasien
1. Memperkenalkan diri
2. Meminta pengunjung/keluarga meninggalkan ruangan
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
5. Posisi pasien disiapkan dalam posisi fowler/supine

B. Persiapan Lingkungan
1. Menutup pintu/jendela atau memasang sampiran

C. Persiapan Alat
1. Pengalas
2. Manset tangan/torniket
3. Kapas alkohol

7
4. Betadin
5. Kasa steril
6. Plester
7. Gunting
8. Bengkok
9. Infus set
10. Jarum infus (abocath, wing needle)
11. Cairan infus
12. Sarung tangan steril

II Tahap Pelaksanaan

1. Cuci tangan
2. Pilih vena dengan tepat (dari distal ke proksimal)
3. Pasang pengalas
4. Bebaskan lengan pasien dengan lengan baju
5. Letakkan manset/torniket 5-15 cm di atas tempat tusukkan
6. Siapkan infus set dengan cairannya
7. Periksa label cairan dengan tepat
8. Tusukkan infus set, alirkan cairan agar tidak ada udara dalam selang, kemudian
klem. Pertahankan sterilitas
9. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangan
10. Kencangkan manset/torniket sampai di bawah tekanan sistolik
11. Bersihkan kulit yang akan ditusuk dengan alkohol kemudian betadin dari daerah
yang akan ditusuk ke arah luar
12. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 3-5 cm bagian distal tusukan
13. Pegang jarum dengan sudut 300 dengan vena kemudian tusukan
14. Setelah keluar darah, sudut diperkecilkan kemudian masukkan
15. Lepaskan manset/torniket
16. Buka klem infus sampai cairan mengalir
17. Oleskan salep betadin pada tempat tusukkan kemudian letakan kasa steril di
atasnya

8
18. Fiksasi jarum melalui atas kasa dan ujung selang dengan hipapix
19. Atur tetesan infus, berikan stiker tanggal pemasangan, pasang pengalas dan
perlak di atas dada
20. Cuci tangan

III Tahap Akhir

A. Evaluasi perasaan pasien (merasa aman dan nyaman)


B. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
C. Dukomentasikan prosedur dan hasil observasi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMBERIAN OKSIGEN SIMPLE MASK

Pengertian : Suatu tindakan pemberian oksigen dengan bantuan alat


masker

Tujuan : Memberikan oksigen kepada pasien sesuai kebutuhan

Alat dan bahan :

1. Set tabung oksigen/oksigen sentral lengkap dengan flow meter,


humidifier
2. Masker oksigen 1 buah
3. Plaster/ hypavik
4. Gunting

Indikasi : Pasien yang membutuhkan oksigen dengan konsentrasi 1-


6 liter per menit

Langkah Kerja

Pra Interaksi

9
1. Mengkaji kebutuhan oksigen terhadap pasien
2. Memvalidasi data tentang kebutuhan oksigen
3. Menyiapkan alat dan bahan
4. Cuci tangan

Orientasi

1. Menyampaikan salam
2. Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga
3. Menanyakan nama pasien
4. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
5. Menjelaskan prosedur tindakan pada pasien dan keluarga
6. Memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai
7. Mendekatkan alat pada pasien
8. Mencuci tangan

Kerja

1. Memeriksa flow meter dan humidifier apakah masih berfungsi dengan


baik
2. Mengatur posisi pasien semi fowler/fowler
3. Hubungkan masker dengan selang oksigen ke humidifier dengan aliran O2
yang rendah
4. Pakaian masker ke wajah pasien
5. Aturkan pengikat supaya sungkup/ masker menutup rapat dan nyaman
6. Alirkan O2 sesuai dengan kebutuhan ( intruksi dokter )
7. Mencuci tangan

Terminasi

1. Evaluasi respon pasien


2. Memberikan pujian
3. Membuat kontrak selanjutnya
4. Mengucapkan sala

10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

MELATIH NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF

Pengertian : Latihan nafas dalam adalah suatu cara untuk melatih


pernafasan untuk menggunakan otot-otot pernafasan dengan baik, sedangkan
latihan batuk efektif adalah suatu metode atau cara untuk mengeluarkan sputum
yang ada di dalam saluran pernafasan

Tujuan :

1. Tujuan Latihan Nafas Dalam


Meningkatkan kapasitas paru
Menegah atelektasis
2. Tujuan Batuk Efektif
Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laboraturium
Mengurangi sesak nafas karena akumulasi secret

Indikasi :
1. Latihan Nafas Dalam dilakukan pada :
Pasien dengan gangguan paru obstruktif maupun restriktif
Pasien pada tahap penyembuhan dari pembedahan thorax
Untuk metode relaksasi
2. Batuk Efektif dilakukan pada :
Pasien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret
Pasien yang akan di lakukan pemeriksaan diagnostik sputum
Pasien setelah menggunakan bronkodilator

Alat dan bahan :


1. APD
2. Bengkok

11
3. Antiseptic
4. Sputum pot
5. Tisu
Prosedur

Pra Interaksi

1. Mengecek status pasien


2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

Fase Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mempersiapkan pasien
3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen
4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui
hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung
pada punggung)
6. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
7. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut,
bibir seperti meniup)
8. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau
di dekat mulut bila tidur miring)
9. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3:
inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat

12
10. Menampung lendir dalam sputum pot
11. Merapikan pasien

Terminasi

1. Evaluasi respon pasien


2. Memberikan pujian
3. Membuat kontrak selanjutnya
4. Mengucapkan salam

13
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

POSTURAL DRAINAGE

Pengertian : Postural drainage adalah tindakan keperawatan untuk melepaskan


sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh
gravitasi.

Tujuan :

1. Mempercepat pengeluaran sekret


2. Mencegah terkumpulnya sekret pada saluran nafas
3. Mencegah terjadi ateletaksis

Indikasi :

1. Pasien tirah baring lama


2. Pasien dengan peningkatan produksi sputum
3. Fibrosis kistik
4. Bronkietaksis
5. Atelektasis
6. Pneumonia

Alat dan Bahan :

1. Bantal
2. Ranjang yang dapat mengatur posisi klien
3. Tisue
4. Handscon bersih
5. Segelas air hangat
6. Pot sputum dengan desinfektan

Langkah-langkah :

14
TAHAP PRA-INTERAKSI

1. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien


2. Kaji kebutuhan pasien
3. Siapkan peralatan
4. Kaji inspirasi dan validasi serta eksplorasi keadaan pasien

TAHAP ORIENTASI

1. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang ia sukai


2. Tanya keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada pasien.
3. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan tindakan yang
akan dilakukan. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya sebelum tindakan dimulai.
4. Mintalah persetujuan pasien sebelum memulai tindakan

TAHAP KERJA

1. Mencuci tangan
2. Memasang masker dan sarung tangan bersih
3. Pilih area tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian
semua bidang paru, data klinis dan gambar photo dada
4. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
Bantu klien untuk memilih posisi sesuai kebutuhan dan ajarkan klien
memposisikan postur lengan dan posisi kaki yang tepat. Letakan bantal
untuk menyangga dan kenyamanan. Minta klien mempertahankan
posisi selama 10-15 menit
5. Selama posisi lakukan perkusi dan vibrasi dada di area yang didrainage
6. Berikan tisue untuk membersihkan sputum yang keluar
7. Setelah posisi pertama, minta klien duduk napas dalam dan batuk
effektif. Tampung sekret dalam pot sputum
8. Minta klien untuk istirahat sebentar dan minum sedikit
9. Ulangi langkah 6-12. Setiap tindakan tidak lebih dari 20-30 menit
pada bidang paru lain yang terjadi bendungan

15
TAHAP TERMINASI

1. Rapikan peralatan
2. Observasi respon pasien setelah tindakan
3. Cuci tangan
4. Dokumentasikan hasil dan tindakan yang dilakukan

16
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

MELAKUKAN PENGISAPAN LENDIR

Pengertian : Melakukan tindakan penghisapan lendir di jalan nafas

Tujuan :

1. Mengeluarkan secret/cairan pada jalan nafas


2. Melancarkan jalan nafas

Indikasi :

1. Pasien tidak sadar


2. Pasien yang tidak mampu mengeluarkan lender sendiri

Alat dan Bahan :

1. Bak instrument berisi: pinset anatomi 2, kasa secukupnya


2. NaCl atau air matang
3. Canule suction
4. Perlak dan pengalas
5. Mesin suction
6. Kertas tissue

Langkah Kerja

Pra Interaksi

1. Mengecek program terapi


2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

Orientasi

1. Menyampaikan salam

17
2. Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga
3. Menanyakan nama pasien
4. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
5. Menjelaskan prosedur tindakan pada pasien dan keluarga
6. Memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai
7. Mendekatkan alat pada pasien
8. Mencuci tangan

Kerja

1. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien kepala sedikit


Ekstensi
2. Memberikan Oksigen 2 – 5 menit
3. Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien
4. Memakai sarung tangan
5. Menghidupkan mesin, mengecek tekanan dan botol penampung
6. Memasukkan kanul section dengan hati-hati (hidung ± 5 cm, mulut
±10 cm)
7. Menghisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar
perlahan sambil memutar (+ 5 detik untuk anak, + 10 detik untuk
dewasa)
8. Membilas kanul dengan NaCl, berikan kesempatan pasien bernafas
9. Mengulangi prosedur tersebut 3-5 kali suctioning
10. Mengobservasi keadaan umum pasien dan status pernafasannya
11. Mengobservasi secret tentang warna, baud an volumenya

Terminasi

1. Evaluasi respon pasien


2. Memberikan pujian
3. Membuat kontrak selanjutnya
4. Mengucapkan salam

18
SOP MELAKSANAKAN EVALUASI KEBUTUHAN O2
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam:
1. Mempertahankan jalan nafas secara evektif yang ditunjukan
dengan cara adanya kemampuan untuk bernapas,jalan nafas
bersih,tidak adanya sumbatan,frekuuensi,irama,kedalaman nafas
norma,seta tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.
2. Mempertahankan pola nafas secara efektif yang ditunjukan engan
adanya kemampuan untuk bernafas,frekuensi,irama, dan
kedalaman nafas normal, tidak ditemukan adanya tanda
hipoksia,serta kemampuan paru berkembang dengan baik.
3. Mempertahan kan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukan
dengan adanya kemampuan untuk bernapas secara efektif,tidak
ditemukan dispenea pada usaha napas, inspirasi dan ekspirasi
dalam batas normal,serta siturasi oksigendan pco2 dalam keadaan
normal.
4. Meningkatkan ferpusi jaringan dengan adanya kemampuan
pengisian kapiler,frekuensi,irama,kekuatan nadi dalambatas
normal,dari status hidrasi normal.

19
MEMASANG NGT

1) Pemasangan NGT pada Dewasa

a. Pengertian

NGT adalah kependekan dari Nasogastric tube. alat ini adalah alat yang
digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plasitic yang
dipasang melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT diantaranya di
bagi menjadi 3 kategori yaitu:

 Dewasa ukurannya 16-18 Fr


 Anak-anak ukurannya 12-14 Fr
 Bayi ukuran 6 Fr
b. Indikasi pemasangan NGT

Indikasi pasien yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut:

 Pasien tidak sadar


 Pasien Karena kesulitan menelan
 Pasien yang keracunan
 Pasien yang muntah darah
 Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut

c. Tujuan Pemasangan NGT

Tujuan pemasangan NGT adalah sebagai berikut:

 Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang
mengalami kesulitan menelan.
 Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar.
 Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan.
 Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah
atau pendarahan pada lambung.
d. Kontraindikasi pemasangan NGT

20
 Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus.
 Pasien yang mengalami cidera serebrospinal.
e. Peralatan yang dipersiapkan diantaranya adalah;

Selang NGT ukuran dewasa, anak –anak dan juga bayi. Melihat kondisi
pasiennya.

 Handscon bersih
 Handuk
 Perlak
 Bengkok
 Jelli atau lubricant
 Spuit 10 cc
 Stetoskop
 Tongue spatel
 Plaster
 Pen light
 Gunting
f. Prosedur Kerja:

1. Siapkan peralatan di butuhkan seperti yang telah disebutkan diatas


termasuk plester 3 untuk tanda, fiksasi di hidung dan leherdan juga
ukuran selang NGT.
2. Setelah peralatan siap minta izin pada pasien untuk memasang NGT dan
jelaskan pada pasien atau keluarganya tujuan pemasangan NGT.
3. Setelah minta izin bawa peralatan di sebelah kanan pasien. Secara etika
perawat saat memasang NGT berda di sebelah kanan pasien.
4. Pakai handscoon kemudian posisikan pasien dengan kepala hiper
ekstensi.
5. Pasang handuk didada pasien untuk menjaga kebersihan kalau pasien
muntah.
6. Letakkan bengkok di dekat pasien.
7. Ukur selang NGT mulai dari hidung ke telinga bagian bawah, kemudian

21
dari telinga tadi ke prosesus xipoidius setelah selesai tandai selang
dengan plaster untuk batas selang yang akan dimasukkan.
8. Masukkan selang dengan pelan2, jika sudah sampai epiglottis suruh
pasien untuk menelan dan posisikan kepala pasien fleksi, setelah sampai
batas plester cek apakah selang sudah benar2 masuk dengan pen light jika
ternyata masih di mulut tarik kembali selang dan pasang lagi.
9. Jika sudah masuk cek lagi apakah selang benar-benar masuk lambung
atau trakea dengan memasukkan angin sekitar 5-10 cc dengan spuit.
Kemudian dengarkan dengan stetoskop, bila ada suara angin berarti sudah
benar masuk lambung. Kemuadian aspirasi kembali udara yang di
masukkan tadi.
10. Jika sudah sampai lambung akan ada cairan lambung yang teraspirasi
11. Kemudian fiksasi dengan plester pada hidung, setelah fiksasi lagi di leher.
Jangan lupa mengklem ujung selang supaya udara tidak masuk
12. Setelah selesai rapikan peralatan dan permisi pada pasien atau keluarga.

2) Pemberian nutrisi melalui oral


Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan pada pasien yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri.
a) Persiapan Alat dan Bahan :
Piring
Sendok
Garpu
Gelas
Serbet
Mangkok cuci tangan
Pengalas
Jenis diet

b) Prosedur Kerja
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

22
Atur posisi depan
Pasang pengalas
Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum berdoa
Bantu untuk melakukan makan dengan menyuapkan makanan
sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah makan.
Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien dan anjurkan duduk
sebentar.
Catat hasil atau respons pemenuhan terhadap makan
Cuci tangan

23
MERAWAT COLOSTOMI

Perawatan kolostomi adalah membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar


stoma , dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

Tujuan:

· Menjaga kebersihan pasien

· Mencegah terjadinya infeksi

· Mencegah iritasi kulit sekitar stoma

· Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

Indikasi colostomy yang permanen yaitu pada penyakit usus yang ganas
seperti carsinoma pada usus dan kondisi infeksi tertentu pada colon:

· Trauma kolon dan sigmoid

· Diversi pada anus malformas

· Diversi pada penyakit Hirschsprung

· Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal

Kontra indikasi pemasangan kolostomi:

Keadaan umum tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi.

Persiapan pasien:

· Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan, dll

· Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)

· Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden


jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur (k/P), mempersilahkan keluarga

24
untuk menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi
pasien

Persiapan alat:

· Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain
persegi empat.

· Kapas sublimate/kapas basah, NaCl

· Kapas kering atau tissue

· 1 pasang sarung tangan bersih

· Kantong untuk balutan kotor

· Baju ruangan / celemek

· Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi

· Zink salep

· Perlak dan alasnya

· Plester dan gunting

· Bila perlu obat desinfektan

· Bengkok

· Set ganti balut

Prosedur kerja:

· Cuci tangan

· Gunakan sarung tangan

· Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak
stoma

25
· Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien

· Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll).

. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan


pinset dan tangan kiri menekan kulit pasien

· Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok

· Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma

. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas


sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl

. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati


menggunakan kassa steril.

. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar
stoma.

· Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy.

· Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi


vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan pasien.

· Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi

· Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara


didalamnya.

· Merapikan klien dan lingkungannya

· Membereskan alat-alat dan membuang kotoran

· Melepas sarung tangan

· Mencuci tangan

· Membuat laporan

26
27
BILAS LAMBUNG

a. Pengertian

Membilas lambung adalah membersihkan lambung dengan cara


memasukkan air/cairan tertentu ke dalam lambung dan mengeluarkan
kembali dengan menggunakan selang penduga lambung (NGT)

b. Tujuan

Membersihkan dan mengeluarkan racun/darah dari dalam lambung.

c. Indikasi

1. Keracunan obat

2. keracunan zat kimia

3. Keracunan makanan

4. Hematemesis

d. Persiapan

1) Alat dan obat

a) Slang penduga lambung sesuai ukuran yang diperlukan dan


corongnya.

b) Bengkok besar

c) Perlak dan alasnya

d) Ember penampung

e) Air hangat-dingin 1-2 liter / NaCl 0,9 %, sesuai kebutuhan

28
f) Gelas ukuran

g) Celemek dari karet

h) Gelas berisi air matang

i) Pelicin / jelly

j) Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai

k) Pinset anatomi

l) Obat-obatan (sulfas atropine, norit/susu yang diperlukan dalam


tempatnya)

2) Pasien

a) Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan


dilakukan

b) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan (semi fowler)

3) Lingkungan

4) Petugas

Perawat memakai celemek karet.

e. Pelaksanaan

1. Memasang perlak dan alasnya di dada pasien

2. Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien.

3. Meletakkan ember yang diberi alas kain pel ke dekat pasien

4. Menentukan panjang slang penduga yang masuk ke dalam lambung

5. Memberi pelicin pada ujung penduga lambung

6. Menutup pangkal slang penduga lambung dengan cara


menekuk/diklem

29
7. Memasukkan slang penduga pelan-pelan ke dalam lambung melalui
hidung. Bagi pasien sadar dianjurkan menelan slang penduga perlahan-
lahan sambil menarik nafas dalam

8. Meyakinkan slang penduga masuk ke dalam lambung dengan cara :

- Memasukkan ujung slang penduga sampai terendam dalam mangkok


berisi air dan tidak tampak gelembung udara dan air.

9. Setelah yain slang penduga masuk ke lambung pasien, psosisi diatur


miring tanpa bantal dan letak kepala lebih rendah.

10. Memasang corong pada pangkal slang kemudian masukkan air/cairan.


Selanjutnya ditunggu sampai air/cairan tersebut keluar dari lambung
dan ditampung dalam ember.

11. Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai air/cairan yang


keluar dari lambung berwarna jernih/tidak berbau racun.

12. Mengobservasi tekanan darah, nadi, pernafasan, dan respons pasien

13. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

f. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Cairan yang masuk dan keluar

HUKNAH RENDAH
A. Pengertian
Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan
cairan hangat ke dalam kolon dessendens melalui anus dengan menggunakan

30
kanula rektal. Kanul masuk 10-15 cm ke dalam rektal dengan ketinggian
irigator 50 cm dengan posisi sims kiri.
B. Tujuan
1. Merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar karena
kesulitan untuk defekasi (obstipasi konstipasi)
2.Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi
3.Sebagai tindakan pengobatan
C. Indikasi
1. Pasien yang obstipasi
2. pasien yang akan di operasi
3. Persiapan tindakan diagnostika misalnya ( Pemeriksaan radiologi )
4. Pasien dengan melena
D. Persiapan
1. Persiapan alat :
a. Sarung tangan bersih
b. Selimut mandi atau kain penutup
c. Perlak dan pengalas bokong
d. Irigator lengkap dengan canule recti, selang dan klemnya
e. Cairan hangat sesuai kebutuhan (misalnya cairan Nacl, air sabun, air
biasa)
f. Bengkok
g. Pelicin (vaselin, sylokain, Jelly 2% /pelumas larut dalam air
h. Tiang penggantung irrigator
i. Jika perlu sediakan pispot,air pembersih dan kapas cebok/tissue toilet
2. Orientasi :
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
d. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
e. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.

31
f. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
g. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
h. Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
i. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
j. Pasien disiapkan dalam posisi tidur miring ke kiri (posisi sim)
3. Tahap Kerja :
a. Pintu ditutup/pasang sampiran
b. Mencuci tangan
c. Perawat berdiri di sebelah kanan klien dan pasang sarung tangan
d. Pasang perlak dan pengalas
e. Pasang selimut mandi sambil pakaian bagian bawah klien ditanggalkan
f. Atur posisi klien sim kiri
g. Sambung selang karet dan klem (tertutup) dengan irrigator
h. Isi irigator dengan cairan yang sudah disediakan
i. Gantung irigator dengan ketinggian 40-50 cm dari bokong klien
j. Keluarkan udara dari selang dengan mengalirkan cairan ke dalam
bengkok
k. Pasang kanule rekti dan olesi dengan jelly
l. Masukkan kanule ke anus, klem dibuka, masukkan cairan secara
perlahan
m. Jika cairan habis, klem selang dan cabut kanul dan masukkan kedalam
bengkok
n. Atur kembali posisi klien dan minta klien menahan sebentar
o. Bantu klien ke WC jika mampu, jika tidak tetap dalam posisi miring
lalu pasang pispot dibokong klien.
p. Klien dirapihkan
q. Alat dirapikan kembali dan mencuci tangan
r. Melaksanakan dokumentasi

32
HUKNAH TINGGI
A. Pengertian
Huknah tinggi adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan
cairan hangat ke dalam kolon assendens melalui anus dengan

33
menggunakan kanula rekti. Kanul masuk 15-20 cm ke dalam rektal dengan
ketinggian irigator 30 cm dengan posisi sims kanan
B. Tujuan
1. Membantu mengeluarkan fesces akibat konstipasi
2. Tindakan pengobatan/pemeriksaan diagnostic
C. Sasaran
1. Massa feses terlalu besar dan keras sehingga sukar untuk keluar secara
volunteer
2. Pemberian enema tidak berhasil
3. Lansia
4. Imobilisasi yang tidak mampu ambulansi secara teratur
D. Persiapan
1 Persiapan alat
a. Sarung tangan bersih
b. Selimut mandi atau kain penutup
c. Perlak dan pengalas bokong
d. Irigator lengkap dengan canule recti, selang dan klemnya
e. Cairan hangat sesuai kebutuhan (misalnya cairan Nacl, air sabun, air
biasa)
Air hangat :
 Bayi : 150 – 250 cc
 Anak : 250 – 350 cc
 Usia sekolah : 300 – 500 cc
 Remaja : 500 – 700 cc
 Dewasa : Huknah rendah 700-1000 ml
f. Bengkok
g. Pelicin (vaselin, sylokain, Jelly 2% /pelumas larut dalam air
h. Tiang penggantung irrigator
i. Jika perlu sediakan pispot,air pembersih dan kapas cebok/tissue
toilet
2 Orientasi :
a. Mengucapkan salam terapeutik

34
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
d. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
e. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta
tidak mengancam.
f. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
g. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
h. Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
i. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
j. Pasien disiapkan dalam posisi tidur miring ke kiri (posisi sim)
3 Tahap Kerja
a. Pintu ditutup/pasang sampiran
b. Mencuci tangan
c. Perawat berdiri disebelah kanan klien dan pasang sarung tangan
d. Pasang perlak dan pengalas
e. Pasang selimut mandi sambil pakaian bagian bawah klien
ditanggalkan
f. Atur posisi klien sim kiri
g. Sambung selang karet dan klem (tertutup) dengan irrigator
h. Isi irigator dengan cairan yang sudah disediakan
i. Gantung irigator dengan ketinggian 40-50 cm dari bokong klien
j. Keluarkan udara dari selang dengan mengalirkan cairan ke dalam
bengkok
k. Pasang kanule rekti dan olesi dengan jelly
l. Masukkan kanule ke anus, klem dibuka, masukkan cairan secara
perlahan
m. Jika cairan habis, klem selang dan cabut kanul dan masukkan
kedalam bengkok
n. Atur kembali posisi klien dan minta klien menahan sebentar

35
o. Bantu klien ke WC jika mampu, jika tidak tetap dalam posisi miring
lalu pasang pispot dibokong klien.
p. Klien dirapihkan
q. alat dirapihkan kembali
r. Mencuci tangan
s. Melaksanakan dokumentasi.

MELAKUKAN EVAKUASI VEKAL


A. Pengertian

36
Mengeluarkan feses pasien secara manual adalah suatu tindakan untuk
membantu pasien yang tidak bisa BAB dengan cara mengeluarkan feses
secara manual atau dengan menggunakan jari tangan.
B. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengeluarkan feses
secara manual dan untuk mengosongkan usus besar
C. Persiapan Alat
1. Sabun cair
2. Handuk 1 buah
3. Tissue
4. dua baskom berisi air
hangat
5. selimut 1 buah
6. waslap 1buah
7. sampiran
8. Sarung tangan bersih
9. Masker

10. Pelumas/vaselin
11. Pispot 1 buah
12. Perlak dan alasnya
masing - masing 1 buah
13. Bengkok

37
D. Pelaksanaan Tindakan
1. Menyapa dan mengucapkan salam kepada pasien
2. Identifikasi dan panggil nama pasien
3. Melakukan anamnesa
4. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan keluarga
5. Meminta keluarga dan pengunjung untuk meninggalkan ruangan
6. Mempersiapkan alat
7. Membawa alat kepada pasien
8. Memasang sampiran
9. Mencuci tangan
10. Memasang selimut mandi dan menurunkan selimut tidur pasien
11. Buka pakaian bawah pasien
12. Mengatur posisi klien (miring ke kiri dengan lutut sedikit fleksi)
13. Pasang alas di bawah bokong pasien
14. Menganjurkan pasien untuk mengangkat bokong atau memiringkan badannya dan
memasang pot dengan tepat.
15. Tinggikan bagian kepala 30o dari tempat tidur (bila tidak ada kontraindikasi) dan
kedua lutut ditekuk
16. Menutup bagian bawah handuk bawah dan memasang selimut mandi
17. Memakai masker
18. Memakai sarung tangan
19. Memberi pelumas pada jari telunjuk dan jari tengah
20. Memasukkan jari telunjuk ke lubang anus pasien sampai rektum
21. Gerakkan jari untuk menghancurkan feses
22. Melepaskan feces dari dinding rektum dengan membuat gerakan melingkar di
sekitarnya.
23. Menarik feces ke anus, dikeluarkan dan letakkan ke dalam pispot.
24. Ulangi kembali tindakan jika masih teraba skibala di rectum pasien namun sebelum
mulai memasukkan jari lagi observasi irama jantung, perdarahan, rasa nyeri dan
tanda kelelahan pada klien (napas pendek, berkeringat) secara periodik selama

2
prosedur berlangsung; menghentikan prosedur bila ada perubahan irama jantung dan
memberi istirahat pada klien sebelum prosedur dilanjutkan.
25. Menganjurkan pasien untuk mengangkat bokong, pot diangkat dan ditutup
26. Bersihkan daerah perianal dengan tisu
27. Lepaskan sarung tangan
28. Gunakan waslap untuk membersihkan daerah perianal dengan sabun
29. Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan handuk
30. Lepaskan alas bokong dan selimut mandi, kenakan kembali selimut klien, ganti jika
kotor
31. Kenakan kembali pakaian klien
32. Buka sampiran
33. Merapikan peralatan
34. Buka sampiran
35. Bersihkan pispot
36. Mencuci tangan
37. Mendokumentasikan warna, konsistensi, bau feces dan respons klien dalam catatan
klien

3
MEMBERIKAN OBAT SESUAI PROGRAM TERAPI
A. Pengertian
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
B. Tujuan Pemberian
1. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
2. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
C. Berdasarkan Penggunaan :
1. Suppositoria rektal
Suppositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya
dan biasanya berbobot lebih kurang 2g.
2. Suppositoria vaginal
Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5g, dibuat
dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air, seperti
polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Ukuran berkisar, panjang 1,25 – 1,5 inchi dan
diameter 5/8 inchi. Biasanya digunakan untuk lokal dengan efek sebagai antiseptik,
kontrasepsi, anastetik lokal, dan pengobatan penyakit infeksi seperti trichomonal,
bakteri dan monilial.
3. Suppositoria Lemak Coklat
Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur
bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang
dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan minyak dalam keadaan lebur
dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam cetakan. Sejumlah
zat pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah kecenderungan beberapa
obat, (seperti kloralhidrat dan fenol) melunakkan bahan dasar.Yang penting,
suppositoria meleleh pada suhu tubuh.
4. Pengganti Lemak Coklat
Suppositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari berbagai minyak
nabati, seperti minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang dimodifikasi dengan
esterifikasi, hidrogenasi, dan fraksionasi hingga diperoleh berbagai komposisi dan suhu

4
lebur (misalnya minyak nabati terhidrogenasi dan lemak padat). Produk ini dapat
dirancang sedemikian hingga dapat mengurangi terjadinya ketengikan
5. Suppositoria Gelatin Tergliserinasi
Bahan obat dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin tergliserinasi, dengan
menambahkan sejumlah tertentu kepada bahan pembawa yang terdiri dari lebih kurang
70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air. Suppositoria ini harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 35 derajat.
6. Suppositoria dengan Bahan Dasar Polietilen Glikol
Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari suhu
badan telah digunakan sebagi bahan dasar suppositoria.Karena pelepasan dari bahan
dasar lebih ditentukan oleh disolusi dari pada pelelehan, maka massalah dalam
pembuatan dan penyimpanan jauh lebih sedikit dibanding massalah yang disebabkan
oleh jenis pembawa yang melebur. Tetapi polietilen glikol dengan kadar tinggi dapat
memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan. Pada etiket
suppositoria polietilen glikol harus tertera petunjuk “basahi dengan air sebelum
digunakan”, meskipun dapat disimpan tanpa pendinginan, suppositoria ini harus
dikemas dalam wadah tertutup rapat.
7. Suppositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan
Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol dapat
digunakan sebagai bahan pembawa suppositoria.Contoh surfaktan ini adalah ester asam
lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat digunakan
dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan pembawa suppositoria lain untuk
memperoleh rentang suhu lebur yang lebar dan konsistensi.
8. Suppositoria Kempa atau Suppositoria Sisipan
Suppositoria vaginal dapat dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi
bentuk yang sesuai. Dapat juga dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.

D. Prosedur kerja

5
1. Persiapan alat
a. Supositoria rectal
b. Jeli pelumas
c. Sarung tangan
d. Tissue
e. Masker
f. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
2. Siapkan klien
a. Berikan salam dan perkenalkan diri
b. Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
c. Jelaskan prosedur yang akan dan tujuannya kepada pasien dan keluarga
d. Meminta keluarga dan pengunjung meninggalkan ruangan
e. Menutup pintu, jendela / tirai atau memasang sampiran
f. Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
g. Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
h. Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
1) Pakai sarung tangan
2) Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya
dengan jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan
dominan anda.
3) Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakkan
sfingter ani
4) Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari telunjuk
masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai
dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak – anak
5) Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien
6) Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
7) Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol
pemanggil dalam jangkauan klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk
mengambil pispot atau ke kamar mandi
8) Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya

6
9) Cuci tangan
10) Kaji respon klien
11) Dokumentasikan semua tindakan

Anda mungkin juga menyukai