3.3.1 Budidaya Tanaman Obat Budidaya tanaman merupakan usaha penanaman agar memperoleh hasil yang lebih baik bila dibandingkan tanpa usaha budidaya. Oleh karena itu, budidaya dimaksudkan untuk menghasilkan simplisia yang berkualitas. Proses budidaya sebagai berikut: a. Pemilihan lokasi penanaman Tanaman obat yang diperoleh tidak hanya beraspek pada kuantitas semata, namun juga kualitas yang ditandai dengan kandungan senyawa aktif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi penanaman antara lain ketinggian jenis tanah, ketersediaan air, curah hujan dan intensitas cahaya. Contoh pengaruh lokasi penanaman misalnya pada minyak atsiri tanaman timi (Thymus vulgaris) dihasilkan paling tinggi pada saat tanaman berbunga. Untuk dapat berbunga dengan baik timi membutuhkan suhu malam hari kurang dari 18oC. Kondisi ini diperoleh jika timi ditanam pada ketinggian lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Sebaliknya, temulawak yang ditanam pada dataran tinggi akan menghasilkan simplisia dengan kadar curcumin dan minyak atsiri lebih rendah dibandingkan jika ditanam di ketinggian kurang dari 600 mdpl. b. Penyiapan lahan Penyiapan lahan berfungsi untuk menyediakan lahan yang memiliki tekstur gembur dan aerasi yang baik. hal-hal yang dilakukan saat penyiapan lahan antara lain mencangkul lahan, membersihkan gulma, memupuk lahan dan menutupi guludan dengan plastik hitam perak apabila diperlukan. c. Penyiapan bibit dan penanaman Bibit yang digunakan memiliki kriteria sehat dan seragam, baik ukuran maupun umurnya. Bibit ditanam dalam lubang tanam dengan jarak yang sesuai dengan kondisi lahan, kemudian ditutup dengan tanah, lalu dipadatkan agar bibit tidak goyah. d. Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan faktor penentu terhadap tingkat produktivitas dan mutu tanaman obat. Pemeliharaan yang dilakukan misalnya pemupukan untuk menjaga kesuburan, irigasi dan drainase, pendangiran, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian hama dan penyakit. e. Pemanenan Panen tanaman obat merupakan kegiatan pengambilan bahan dari tanaman yang berupa herba, daun, akar, batang, kulit batang, bunga, buah, biji dan kulit batang yang akan dipergunakan sebagai bahan baku jamu. 3.3.2 Penanganan paska panen Penanganan pascapanen merupakan perlakuan terhadap hasil panen tanaman obat hingga produk siap dikonsumsi atau menjadi simplisia. Penanganan paskapanen bertujuan untuk melindungi tanaman obat hasil panen dari kerusakan fisik dan kimiawi. Berikut merupakan tahapan penanganan paska panen. a. Sortasi basah Sortasi basah merupakan proses yang bertujuan untuk memisahkan/menghilangkan kotoran atau bahan asing (tanah atau kerikil) serta bagian tanaman lain yang tidak diinginkan dari bahan simplisia. Proses sortasi basah ini dapat menjaga kemurnian dan mengurangi kontaminasi yang dapat mengganggu proses selanjutnya. b. Pencucian Pencucian merupakan proses untuk menghilangkan tanah atau kotoran lain yang melekat pada tanaman dengan menggunakan air bersih. Pencucian dapat dilakukan dengan air mengalir , penyemprot air bertekanan tinggi atau dengan disikat. c. Penirisan Penirisan dilakukan pada rak yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah pembusukan atau bertambahnya kandungan air. Pada saat penirisan, bahan dibolak balik agar mempercepat proses penguapan. Proses penirisan dilakukan diruangan yang teduh dengan aliran udara cukup agar terhindar dari fermentasi. d. Pengubahan bentuk Pengubahan bentuk bertujuan untuk memperbaiki penampilan fisik dan memenuhi standar kualitas (terutama keseragaman ukuran) serta membuat agar lebih praktis dan tahan lebih lama dalam penyimpanan. Pengubahan bentuk seringkali berupa irisan, potongan dan serutan yang dapat irisan, potongan dan serutan, penggilingan dan penyimpanan. Simplisia mengalami pengubahan bentuk misalnya akar, rimpang, umbi, batang, kayu, kulit batang, daun dan bunga. Pengubahan bentuk dapat dilakukan dengan bantuan mesin atau secara manual oleh petugas. e. Pengeringan Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air agar bahan simplisia tidak rusak dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama, pengeringan dapat dilakukan secara alamiah yaitu menggunakan sinar matahari langsung atau diangin-anginkan serta dapat menggunakan pengering buatan seperti oven, uap panas, dan alat pengering lainnya. f. Sortasi kering Sortasi kering merupakan proses pemisahan bahan asing/bahan yang belum kering terhadap simplisia sebelum dikemas. Proses sortasi kering dilakukan oleh petugas secara manual. g. Pengemasan dan pemberian label Simplisia dikemas menggunakan pengemas yang kedap air agar dapat melindungi simplisia dari berbagai gangguan. Simplisia yang dimasukkan ke wadah di tekan agar padat dan ditambahkan silika gel. Setelah itu, simplisia yang telah dikemas diberi label yang berisikan nama ilmiah, asal bahan, tanggal panen, tanggal simpan, berat simplisia dan status kualitas bahan. h. Penyimpanan Simplisia yang telah dikemas dan diberi label disimpan digudang penyimpanan simplisa. Proses penyimpanan ini bertujuan agar simplisia tetap tersedia dan sebagai stok bila panen melebihi kebutuhan. Selain itu diharapkan dapat mempertahankan kualitas fisik dan kestabilan kandungan senyawa aktif. Pada saat penyimpanan perlu diperhatikan terkait suhu, kelembapan, intensitan cahaya, dan lain-lain. Penyimpanan simplisia menggunakan prinsip first in first out yaitu simplisia yang disimpan lebih awal harus digunakan terlebih dahulu. Penyimpanan maksimum simplisia yaitu selama 6 bulan pada suhu 15- 30°C