Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu kondisi kesejahteraan fisik,

mental, dan sosial yang semata-mata tidak hanya bebas dari

masalah penyakit dan kelemahan (Smeltzer, 2008). Masalah

kesehatan yang sering terjadi di kalangan masyarakat dan

terkadang tidak disadari oleh mereka adalah hipertensi atau

tekanan darah tinggi (Awaludin, Purnawan and Upoyo, 2017).

Hipertensi adalah gangguan yang terjadi pada sistem

peredaran darah, sehingga tekanan darah diatas normal.

Sedangkan menurut WHO dan JNC VII menjelaskan bahwa

seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistoliknya ≥140

mmHg, sedangkan tekanan diastoliknya ≥90 mmHg(Haryani, 2014).

Berdasarkan data WHO (2014) mengatakan bahwa sekitar

600 juta jiwa penderita hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi

tertinggi ada di wilayah Afrika sebesar 30% dan kejadian terendah

ada diwilayah Amerika sebesar 18%.

Hasil dari Riskesdas (2018) prevalensi kejadian hipertensi

diIndonesia didapat melalui pengukuran usia ≥18 tahun sebesar

25,8%, tertinggi di Kalimantan Selatan 44,1%, Jawa Barat dan

Kalimantan Timur 34,1%, dan terendah di Maluku Utara 22,2%

(Riskesdas, 2018).

1
2

Menurut data Riskesdas (2013) prevalensi di Sulawesi

Selatan yang didapat melalui pengukuran usia ≥18 tahun sebesar

(28,1%), tertinggi di Enrekang (31,1%), diikuti Bulukumba (30,8%),

Sinjai (30,4%), dan Gowa (29,2%) (Syahrir et al., 2015).

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba pada

tahun 2014 terdapat 33.292 orang penderita hipertensi, pada tahun

2015 terdapat 33.083 orang penderita hipertensi, pada tahun 2016

terdapat 17.322 orang penderita hipertensi, pada tahun 2017

terdapat 19.291 orang penderita hipertensi dan pada tahun 2018

terdapat 54.937 penderita hipertensi. Jika dilihat dari data tersebut

5 tahun terakhir ini kejadian hipertensi mengalami peningkatan

yang sangat signifikan terutama ditahun 2018 sebanyak 54.937

orang. Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun-tahun

sebelumnya.

Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan oleh

peneliti diwilayah Kerja Puskesmas Ponre didapatkan jumlah yang

mengalami hipertensi pada tahun 2018 sebanyak 105 orang. Hal ini

menjadi masalah yang perlu ditangani, oleh karena itu harus ada

upaya penurunan angka kejadian hipertensi dengan mengurangi

stres pada masyarakat melalui pendidikan kesehatan dan

penyadaran masyarakat untuk selalu mengelola stres.


3

Prevalensi hipertensi semakin meningkat, salah satu faktor

resiko pemicu terjadinya hipertensi yaitu faktor yang dapat diubah

diantaranya stres (Suoth et al., 2014). Stres sangat erat

hubungannya dengan hipertensi. Karena stres adalah suatu

tekanan fisik dan psikis yang tidak menyenangkan, merangsang

kelenjar anak ginjal dan melepaskan hormon adrenalin serta

memacu jantung akan berdenyut lebih cepat dan kuat, yang akan

menyebabkan tekanan darah akan meningkat (Gunawan, 2014).

Stres adalah suatu kekuatan yang cukup besar yang dapat

mempengaruhi suatu objek atau sistem, baik merusak atau

merubah. Stres berkaitan dengan adanya perubahan yang meliputi

perubahan fisiologik, psikologis dan perilaku (Priyoto, 2014). Jika

hipertensi ini berkepanjangan, maka akan mengakibatkan resiko

terkena stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal

kronis. Dampak lain yang dapat ditimbulkan karena hipertensi

pecahnya pembuluh darah di otak (Haryani, 2014).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Saleh et

al., 2014) didapatkan nilai (P=0,000<0,05) artinya terdapat

hubungan tingkat stress dengan derajat hipertensi. Dan juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Andria, 2011)

dengan nilai P=0,04 yang artinya P<0,05 maka dapat disimpulkan

ada hubungan tingkat stres dengan tingkat hipertensi lansia. Dari

hasil kedua penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi.


4

Sehubungan dengan hal tersebut diatas sehingga peneliti

tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Stres

Dengan Kejadian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Ponre Kecamatan Gantarang Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba

pada tahun 2014 terdapat 33.292 orang penderita hipertensi, tahun

2015 terdapat 33.083 orang penderita hipertensi, pada tahun 2016

terdapat 17.322 orang penderita hipertensi, pada tahun 2017

terdapat 19.291 orang penderita hipertensi dan pada tahun 2018

terdapat 54.937 penderita hipertensi.

Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan oleh

peneliti diwilayah kerja Puskesmas Ponre didapatkan jumlah yang

mengalami hipertensi pada tahun 2018 sebanyak 105 orang.

Jumlah penderita hipertensi masih tinggi.

Dari hasil permasalahan yang ditemukan diatas maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada

Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada penderita

hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Ponre Kec. Gantarang tahun

2019?”
5

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan atau jawaban sementara

dari masalah penelitian. Pernyataan atau jawaban sementara

tersebut diuji apakah benar (diterima) atau salah (ditolak)

(Suyanto, 2011).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Hubungan

tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada penderita hipertensi

diwilayah kerja Puskesmas Ponre Kec. Gantarang tahun 2019”.

D. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian

hipertensi pada penderita hipertensi diwilayah kerja Puskesmas

Ponre Kec. Gantarang tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi tingkat stres pada penderita

hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Ponre Kec.

Gantarang.

b. Untuk mengidentifikasi kejadian hipertensi diwilayah kerja

Puskesmas Ponre Kec. Gantarang.

c. Untuk menganalisis hubungan tingkat stres dengan

kejadian hipertensi pada penderita hipertensi diwilayah

kerja Puskesmas Ponre Kec. Gantarang.


6

E. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi dan

memberikan pengetahuan tentang Hubungan tingkat stres

dengan kejadian hipertensi pada penderita hipertensi diwilayah

kerja Puskesmas Ponre Kec. Gantarang tahun 2019.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan

khususnya dalam bidang perpustakaan dan diharapkan menjadi

suatu masukan dan referensi yang berarti serta bermanfaat bagi

semua orang terutama bagi keluarga, masyarakat, sesama

teman sejawat khususnya bidang kesehatan dalam mengetahui

pentingnya mencegah penyakit hipertensi dengan mengurangi

faktor resiko salah satunya stres, serta penelitian ini diharapkan

menjadi lahan untuk pengembangan pengetahuan dan aplikasi

pengetahuan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Menurut WHO dan JNC VII menjelaskan bahwa

seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik ≥140

mmHg, sedangkan tekanan diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi

adalah penyakit yang sering terjadi ketika ada masalah

kesehatan pada seseorang sehingga membutuhkan pengobatan

yang lebih spesifik. Hipertensi dapat memperbesar resiko

terserang penyakit gagal jantung, terkena serangan jantung,

resiko penyakit arteri koroner, pembesaran ventrikel kiri jantung,

diabetes, penyakit gagal ginjal kronis, dan serangan stroke.

(Haryani, 2014).

Menurut Seven report og the joint national comitte VII (JNC

VII) mengklasifikasi tekanan darah bagi orang dewasa usia ≥18

tahun sebagai berikut:

7
8

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut (JNC VII)

Kategori Sistolik Diastolik

Normal < 120 < 80

Pre-hipertensi 120 - 139 80 - 89

Hipertensi ≥ 140 ≥ 90

Hipertensi 140 - 159 90 - 99

stadium 1 (Ringan)

Hipertensi ≥160 ≥100

stadium 2 (Berat)

Sumber : (Haryani, 2014)

Tabel 2.2. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Umur Menurut (JNC VII)

Kelompok umur Normal Hipertensi

< 2 tahun <140/70 >112/74

3-5 tahun <108/70 >116/76

6-9 tahun 114/74 122/78

10-12 tahun 122/78 >126/82

13-15 tahun 130/80 >136/86

16-20 tahun 136/84 >140/90

21-45 tahun 120-125/75-80 140/90

46-60 tahun 135-140/85 140/90-160/95

>60 tahun 150/85 >160/90

Sumber : (Haryani, 2014)


9

2. Etiologi Hipertensi

a. Hipertensi primer (Esensial)

Hipertensi primer belum diketahui penyebabnya,

namun terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang

mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, obesitas,

hiperaktivitas, alkohol, merokok dan stress (Mardiono, 2016).

b. Hipertensi sekunder

Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebabnya diketahui,

seperti penyakit ginjal,hiper/hipotiroid, preeklamsia, koartasio

aorta,feokromositoma dan lain-lain (Haryani, 2014).

3. Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Tekanan Darah

Tinggi rendahnya tekanan darah dapat dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu tidak dapat diubah dan dapat ubah, diantaranya:

a. Faktor yang tidak dapat diubah

1) Usia

Tekanan darah seseorang akan meningkat

bersamaan dengan bertambahnya usia, dikarenakan

semakin berkurangnya distensibilitas dinding pembuluh

darah. Sehingga mengakibatkan peningkatan terhadap

tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan diastolik

meningkat karena retraksi dinding pembuluh darah tidak

lagi fleksibel untuk penurunan tekanan darah

(Marhaendra, 2016).
10

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Tular, Ratag and Kandou, 2017) didapatkan nilai

P=0,000 dengan nilai α=0,05 (P>α ) maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur

dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Azhari, 2017)

dengan usia ≥ 35 tahun mempunyai peluang 3 kali

terkena hipertensi dibandingkan usia < 35 tahun, dan

didapatkan nilai P=0,01 dengan nilai α=0,05 artinya ada

hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi.

2) Jenis Kelamin

Pada keseluruhan insiden, hipertensi lebih sering

terjadi pada pria dibanding wanita kira-kira usia 55 tahun,

hal ini disebabkan karena wanita memiliki hormon

estrogen dan progesteron yang menjaga elastisitas

pembuluh darah, tapi setelah menopause, tekanan darah

akan meningkat karena pembuluh darah tidak elastis lagi.

Jadi resiko pria dan wanita hampir sama antara usia 55

sampai 74 tahun, namun setelah usia 74 tahun lebih

beresiko wanita (Black, Joyce and Hawks, 2014).

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh (Azhari, 2017)

responden dengan jenis kelamin perempuan berpeluang

2,7 kali terkena penyakit hipertensi, dengan nilai P= 0,02


11

dengan nilai α = 0,05 (P<α) artinya ada hubungan antara

jenis kelamin dengan kejadian hipertensi.

3) Riwayat Keluarga (Keturunan)

Kecenderungan genetik yang membuat keluarga

tertentu lebih rentang terhadap hipertensi mungkin

berhubungan dengan peningkatan kadar natrium

intraseluler dan penurunan rasio kalsium-natrium, yang

lebih sering ditemukan pada orang berkulit hitam. Klien

dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada

resiko yang lebih tinggi pada usia muda (Black, Joyce

and Hawks, 2014).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Sartik et al., 2017) dengan nilai (P=0,000 < 0,05) artinya

ada hubungan antara riwayat keluarga dengan hipertensi.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian oleh (Azhari, 2017)

responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi 3,6

kali mempunyai peluang terkena hipertensi dibandingkan

yang tidak mempunyai riwayat keluarga, dengan nilai

yang didapatkan (P=0,002 <0,05) artinya ada hubungan

yang bermakna antara genetik dengan kejadian

hipertensi.
12

b. Faktor yang dapat diubah

1) Obesitas

Orang dengan kelebihan berat badan tetapi

mempunyai kelebihan paling banyak dipantat, pinggul,

dan paha beradajauh lebih sedikit untuk perkembangan

hipertensi sekunder. Kombinasi faktor lain dapat ditandai

dengan sindrom metabolik, yang juga meningkatkan

resiko hipertensi (Black, Joyce and Hawks, 2014).

Hal tersebut sejalan dengan penelitian oleh (Fitriani

and Nilamsari, 2017) responden dengan obesitas 4,02

kali lebih beresiko terkena penyakit hipertensi, dengan

nilai (P=0,006 <0,05) artinya ada hubungan antara

obesitas dengan kejadian hipertensi. Namun hal ini tidak

sejalan dengan penelitian oleh (Agustina, Sari and

Savita, 2014) dengan nilai (P=0,518 >0,05) artinya tidak

terdapat hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi.

2) Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan resiko

menderita hipertensi. Orang yang tidak aktif mempunyai

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot

jantungnya harus bekerja lebih keras setiap kontraksi,

makin besar otot jantung memompa, maka makin besar

pula tekanan pada arteri sehingga tekanan darah akan

meningkat (Anggara & Prayitni, 2013)


13

Hal tersebut sejalan dengan penelitian oleh (Karim,

Onibala and Kallo, 2018) hasil analisis uji Chi-Square

diperoleh nilai (P=0,03<0,05) artinya ada hubungan

antara aktivitas fisik dengan derajat hipertensi.

3) Psikologis (Stress)

Menurut (Priyoto, 2014) Stres adalah suatu reaksi

fisik dan psikis yang menyebabkan ketegangan dan

menggangu stabilitas kehidupan sehari-hari. Salah satu

penyebab meningkatnya tekanan darah pada penderita

hipertensi yaitu stres. Stres merupakan suatu tekanan

fisik dan psikis yang tidak menyenangkan, yang dapat

merangsang kelenjar anak ginjal dan melepaskan

hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih

cepat dan kuat, dan menyebabkan peningkatan tekanan

darah (Gunawan, 2014).

Hal tersebut sejalan dengan penelitian oleh (Saleh et

al., 2014) didapatkan nilai (P=0,000<0,05) artinya

terdapat hubungan tingkat stres dengan derajat

hipertensi.

4) Merokok

Rokok akan memperburuk kondisi pembuluh darah

perifer dan arteri koroner (JNC VII). Menghirup nikotin

menyebabkan vasokontriksi perifer dan penyakit koroner,


14

meningkatkan tekanan darah, serta menurunkan aliran

darah ke pembuluh perifer (Potter, 2010).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang lakukan oleh

(Larosa, 2015) dengan jumlah responden 86 orang yang

memenuhi kriteria, didapatkan nilai (P=0,002 <0,05)

artinya terdapat hubungan yang bermakna antara

kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.

5) Alkohol

Penggunaan alkohol dan obat-obatan lain yang

berlebihan akan mengganggu oksigenasi jaringan, yang

akan menyebabkan trauma langsung ke jaringan paru

dan kerusakan paru secara permanen (Potter, 2010).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Ayu et al., 2017) dengan jumlah responden 39 orang

(44,8%). Didapatkan nilai (P=0,000<0,05) artinya

terdapat hubungan bermakna antara komsumsi alkohol

dengan kejadian hipertensi.

6) Asupan Natrium

Komsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam

perkembangan hipertensi esensial, paling tidak 40% dari

klien yang akhirnya terkena hipertensi akan sensitif

terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi

penyebab pencetus hipertensi (Black, Joyce and Hawks,

2014).
15

Hal tersebut sejalan dengan penelitian oleh (Susanti,

2017) dengan 64 responden, dan didapatkan nilai

(P=0,04< 0,05) artinya terdapat hubungan antara asupan

natrim dengan kejadian hipertensi.

4. Mekanisme Terjadinya Hipertensi

Hipertensi terjadi karena terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh Angiotencin Converting Enzyme (ACE). ACE

memegang peranan penting dalam mengatur tekanan darah.

Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi didalam

hati. Dalam Hormone renin yang diproduksi diginjal, angiotensin

I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang

memiliki kunci utama dalam kenaikan tekanan darah melalui

dua peran.

Pertama, dengan meningkatnya sekresi hormone

antidiuretik (ADH) yang diproduksi di hipotalamus (kelenjar

pituitary) untuk mengatur osmolalitas (tekanan osmotik) dan

volume urine. Apabila ADH meningkat, output urine sangat

sedikit, pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk meningkatkan

volume cairan ekstraseluler maka diperlukan cairan intraseluler.

Sehingga terjadi peningkatan volume darah, dan tekanan darah

akan meningkat.

Kedua, dengan menstimulasi seksresi aldosteron (yang

memiliki peranan penting pada ginjal) dikorteks adrenal.

Aldosteron mengatur volume cairan ekstraseluler dengan


16

mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan mereabsorsinya dari

tubulus ginjal. Apabila ekskresi NaCl berkurang, naiknya

konsentrasi NaCl akan meningkat. Maka terjadilah peningkatan

volume dan tekanan darah (Haryani, 2014).

5. Manifestasi Hipertensi

Meskipun menunjukkan gejala, biasanya ringan dan tidak

spesifik dengan peningkatan tekanan darah. Namun jika

hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul

gejala seperti: sakit kepala, kelelahan, mual dan muntah, sesak

napas, pandangan mata kabur dan berkunang-kunang,

emosional, sulit tidur, otot lemah, tengkuk terasa berat, nyeri

kepala bagian belakang dan di dada, denyut jantung kuat, cepat

dan tidak teratur (Haryani, 2014).

6. Pentalaksanaan Hipertensi

a. Penatalaksanaan Non Farmakologi

Menurut (Haryani, 2014) hipertensi banyak dipengaruhi

oleh gaya hidup. Gaya hidup sehat juga mampu mencegah

timbunya hipertensi dan penyakit penyertanya. Pengobatan

tanpa obat bagi para penderita hipertensi diantaranya

dilakukan dengan cara :

1) Diet rendah garam

Penderita hipertensi perlu membatasi asupan garam

karena kandungan mineral natrium (sodium) didalamnya

berperan penting terhadap timbulnya hipertensi.


17

Komsumsi natrium yang berlebihan dapat meningkatkan

konsentrasi natrium dalam cairan ekstraseluler.

2) Diet rendah kolestrol

Dalam bahan makanan yang kita komsumsi, lemak

akan terpecah menjadi asam bebas, trigliserida,

fosfolipid, dan kolestrol. Lemak yang berkaitan dengan

hipertensi adalah kolestrol dan trigliserida.

3) Penurunan berat badan /Diet rendah kalori

Menurunkan berat badan hendaknya dilakukan

secara perlahan-lahan dengan mengomsumsi lebih

sedikit kalori dan memperbanyak aktivitas fisik. Diet

rendah kalori hendaknya dilakukan dengan memilih jenis

makanan yang mengenyangkan, sehingga penderita

tetap dapat tertib melakukan diet.

4) Olahraga secara teratur

Olahraga hendaknya dilakukan sebagai kebiasaan

agar efek latihan bisa disarankan oleh tubuh. Hal ini,

memang tidak mudah apalagi jika kita tidak suka

berolahraga. Olahraga bagi penderita hipertensi

hendaknya sesuai dengan kondisinya.

5) Menghindari rokok dan alkohol

Rokok dapat meningkatan kecepatan detak jantung

serta memicu penyempitan pembuluh darah. Jantung

akan bekerja keras untuk dapat mengalirkan darah


18

keseluruh tubuh sehingga memicu naiknya tekanan

darah.

Meminum beralkohol meningkatkan tekanan darah

dan berat badan. Minum alkohol tiga gelas atau lebih

setiap hari dapat meningkatkan tekanan darah dan

berlanjut menjadi hipertensi.

6) Mengurangi stress

Stress berkepanjangan akan meningkatkan tekanan

darah. Oleh karena itu, para penderita hipertensi

dianjurkan untuk hidup rileks dan menghindari stress.

Stress dapat dihindari dengan relaksasi, meditasi, yoga,

peregangan otot, pemijatan dan terbuka dalam setiap

masalah kepada orang lain.

b. Penataklasanaan Farmakologis

Menurut (Muttaqin, 2014) obat antihipertensi dapat

dipakai sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain,

obat-obatan ini diklasifikasikan menjadi beberapa kategori:

1) Diuretik

Hidroklorotiazid adalah diuretik yang sering

diresepkan untuk mengobati hipertensi ringan.

Hidroklorotiazid dapat diberikan sendiri pada klien dengan

hipertensi ringan atau klien yang baru.


19

2) Simpatolotik

Penghambat (adrenergik bekerja disentral

simpatolitik), penghambat adrenergik alfa dan

penghambat neuron adrenergik sebagai penekan

simpatetik, atau simpatolitik. Penghambat adrenergik beta

juga dianggap sebagai penghambat reseptor beta.

3) Pengahambat Adrenergik –Alfa

Golongan obat ini akan memblok reseptor adrenergik

alfa1, menyebabkan vasodilatasi atau penurunan tekanan

darah.

4) Penghambat Neuron Adrenergik (Simpatolitik perifer)

Obat ini yang menghambat norepinefrin dari ujung

saraf simpatis, sehingga pelepasan norepinefrin

berkurang dan menyebabkan turunnyan curah jantung

dan tahanan vaskuler perifer.

5) Vasodilator Anterior yang Bekerja Langsung

Obat tahap III ini bekerja dengan merelaksasikan otot-

otot polos pembuluh darah terutama arteri, sehingga

menyebabkan vasodilatasi.

6) Antagonis Angiotensin (ACE Inhibitor)

Obat dalam golongan ini menghambat enzim

pengibah angiotensin, yang nantinya akan menghambat

pembentukan angiotensin II (yang berperan dalam

meningkatkan tekanan darah) dan menghambat


20

pelepasan aldosteron, seperti kaptopril, enalapril, dan

lisonopril adalah ketiga antagonis angiotensin.

B. Tinjauan Teori Tentang Tingkat Stres

1. Definisi Stres

Stres merupakan pengalaman subjektif yang didasarkan

pada persepsi seseorang terhadap situasi yang dihadapinya.

Stres adalah kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan atau

situasi yang menekan. Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis

yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas

kehidupan sehari-hari (Priyoto, 2014).

2. Sumber Stres

Faktor yang menimbulkan stres, berasal dari sumber internal

maupun eksternal (Hidayat, 2009).

a. Internal

Faktor internal stres bersumber dari diri sendiri.

Stresor individual dapat timbul dari tuntutan hidup,

seperti: pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi

keuangan, ketidakpuasan dengan kondisi tubuh, penyakit

yang dialami, masa pubertas, dan sebagainya.

b. Ekstrenal

Faktor eksternal stres bersumber dari keluarga,

masyarakat, dan lingkungan. Stresor yang berasal dari

keluarga yaitu: perselisihan dalam keluarga, perpisahan

orang tua, dan sebagainya. Sumber stresor masyarakat


21

dan lingkungan berasal dari lingkungan pekerjaan,

lingkungan sosial, atau lingkungan fisik.

3. Tingkat Stres

Berdasarkan gejalanya, stres dibagi atas tiga tingkat yaitu

(Priyoto, 2014) :

a. Stres Ringan

Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap

orang secara teratur, seperti terlalu banyak tidur,

kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi seperti

ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Ciri-

cirinya yaitu semangat meningkat, energi meningkat tapi

cadangan energi menurun, sering merasa letih tanpa

sebab. Stres yang ringan dapat merangsang seseorang

untuk berfikir dan berusaha untuk menghadapi tantangan

hidup.

b. Stres Sedang

Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai

beberapa hari, sepert: Perselisihan yang tidak

terselesaikan dengan kerabat, anak yang sakit, atau tidak

adanya anggota keluarga merupakan penyebab stres.

Sedangkan ciri-cirinya yaitu sakit perut, mules, otot-otot

terasa tegang, perasaan tegang, gangguan tidur.


22

c. Stres Berat

Situasi dapat berlangsung beberapa minggu sampai

beberapa bulan, seperti perselisihan perkawinan secara

terus menerus, berpisah dengan keluarga, dan termasuk

perubahan fisik, psikologis, sosial pada usia lanjut. Ciri-

ciriya yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial,

sulit tidur, penurunan konsentrasi, takut tidak jelas,

keletihan meningkat, tidak mampu melakukan pekerjaan

sederhana, perasaan takut meningkat.

4. Prinsip Dasar Mengatasi Stres

Ada banyak hal yang membuat kita stres. Untuk menangani

stres tentu saja lebih dulu kita mencari sumber masalah yang

membuat kita akhirnya mengalami stres. Arnold Lazarus

menemukan tujuan bidang pencetus stres yang perlu kita

waspadai antara lain sebagai berikut (Nasir and Muhith, 2011) :

a. Perilaku (behavior), perilaku yang buruk dipercaya

berpengaruh besar pada terjadinya stres.

b. Perasaan (affect), sikap yang termasuk dalam affect di

antaranya: emosi, mood, dan berbagai perasaan lain,

misalnya sifat mudah marah atau emosional perlu diatasi,

sebab bisa memicu stres.

c. Sensasi Tubuh (sensation), misalnya tubuh kita sakit atau

merasa nyeri, atau kita mengalami kelelahan tubuh yang


23

luar biasa karena aktivitas pekerjaan, maka hal ini bisa

juga mengakibatkan stres.

d. Penghayatan Mentalitas (imagery), mentalitas yang

buruk, seperti perasaan gagal, tidak bisa melakukan

segala sesuatu, perasaan tidak berguna, atau berfikir

bahwa dirinya ditakdirkan untuk miskin dan gagal bisa

mengakibatkan stres.

e. Proses Berfikir Merangkai Pengertian (cognition), filosofi

yang terlalu “harus, mesti, tidak bisa tidak, mutlak” bisa

berujung pada stres.

f. Hubungan Antarmanusia (interpersonal relationship),

hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita perlu

kita cermati. Misalnya kita memiliki masalah serius

dengan pasangan hidup yang sudah diambang

perceraian. Jika tidak segera diatasi, hal tersebut bisa

berujung pada stres.

g. Obat-obatan (drugs), menurut penelitian medis, obat

memang diperlukan untuk mengatasi rasa sakit, tetapi

ketergantungan obat bisa memicu terjadinya stres.

5. Alat Ukur Tingkat Stres

Untuk mengetahui tingkat stres seseorang apakah ringan,

sedang, atau berat. Maka digunakanlah alat ukur (Instrumen)

yang dikenal dengan nama Depression Anxiety Stress Scale 42

(DASS 42) adalah media kuesioner untuk mengukur tingkat


24

kecemasan pada individu. DASS 42 terdiri dari 42 pertanyaan,

yang mencakup tiga subvariabel diantaranya, fisik,

emosi/psikologis, dan perilaku. DASS 42 terdiri dari tiga skala

yang didesain untuk mengukur 3 jenis keadaan emosional,

yaitu depresi, kecemasan, dan stres pada seseorang. Setiap

skala terdiri dari 14 pertanyaan (Nifatantya, 2009).

Tabel 2.3.Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42)

Skala Indikator Pertanyaan Nomor

Pertanyaan

Depresi - Tidak ada perasaan positif 3

- Tidak bisa melakukan sesuatu 5

- Tidak ada harapan 10,37

- Sedih dan tertekan 13

- Kehilangan minat 16

- Merasa tidak berharga 17,34

- Merasa hidup tidak bermanfaat 21,38

- Tidak mendapat kesenangan 24

- Merasa putus asa 26

- Tidak merasa antusias 31

- Sulit berinisiatif 42

Kecemasan - Mulut kering 2

- Sesak nafas 4

- Sering gemetar 7,41

- Berada di situasi cemas 9


25

- Pusing 15

- Berkeringat tanpa sebab 19

- Ketakutan 20,36

- Sulit menelan 23

- Sadar akan aksi gerak jantung 25

- Dekat dengan kepanikan 28,40

- Tidak berdaya 30

Stres - Marah karena hal sepele 1

- Bereaksi berlebihan terhadap 6

situasi

- Sulit untuk beristirahat 8,22

- Mudah merasa kesal 11

- Menghabiskan banyak energi 12

karena cemas

- Tidak sabaran 14

- Mudah tersinggung 18

- Mudah marah 27

- Sulit tenang saat merasa kesal 29

- Sulit untuk sabar 32

- Merasa gelisah 33

- Sulit mentolerir gangguan 35

- Mudah gelisah 39

Sumber: (Nifatantya, 2009).


26

C. Kerangka konsep

Kerangka kerja atau konsep penelitian pada dasarnya

gabungan atau menghubungkan beberapa teori sehingga

membentuk sebuah pola pikir atau kerangka pikir penelitian yang

akan dilakukan, lazimnya berbentuk skema (Suyanto, 2011).

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Stres Kejadian


Hipertensi

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan antar Variabel


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian dengan

tujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien

(Suyanto, 2011). Jenis penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif. Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

observasional analitik dengan desain case control. Desain case

control adalah desain penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen

berdasarkan perjalanan secara retrospektif (Dharma, 2011).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan bulan Mei- Juni tahun 2019.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas

Ponre Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek yang memenuhi kriteria yang

sudah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian

ini pada wilayah kerja Puskesmas Ponre terdapat jumlah pasien

hipertensi pada tahun 2018 sebanyak 105 pasien.


2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh objek

penelitian dan dianggap mewakili populasi tersebut (Sugiyono,

2017). Sampel penelitian ini berjumlah 48 orang dengan dua

kelompok. Didapatkan dengan menggunakan rumus besar

sampel menurut (Dahlan, 2010):


2
𝑍𝛼√2𝑝𝑞 + 𝑍𝛽√𝑝1𝑞1 + 𝑝2𝑞2
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
𝑃1 − 𝑃2

2
1,96√2 . 0,19 . 0,81 + 0,84√0,29 . 0,71 + 0,09 . 0,91
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
0,3

1,48 2
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
0,3

𝑛1 = 𝑛2 = (4,93)2

𝑛1 = 𝑛2 = 24,30

Jadi, besar sampel dalam penelitian ini adalah 48 responden

dengan dua kelompok.

Keterangan :

n = Besar sampel

Z Baku Alfa (zα) = 1,96

Z Baku Beta (zβ) = 0,84

P (proporsi/prevalensi) = 20%
3. Teknik Sampling

Teknik Sampling merupakan suatu proses menyeleksi

sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang

ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili dari keseluruhan

populasi yang ada (Hidayat, 2018). Teknik sampling pada

penelitian ini menggunakan metode Consecutive sampling yaitu,

suatu metode pemilihan sampel dengan memilih semua individu

yang ditemui dan yang memenuhi kriteria, sampai terpenuhinya

jumlah sampel yang diinginkan (Dharma, 2011).

4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang harus dimiliki oleh

individu dalam populasi untuk dapat dijadikan sampel dalam

penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria yang tidak

boleh ada atau tidak boleh dimiliki oleh sampel yang akan

digunakan untuk penelitian (Dharma, 2011).

a. Kriteria inklusi

1) Penderita yang bersedia menjadi responden

2) Usia 20 tahun ke atas

b. Kriteria eksklusi

1) Responden yang tiba-tiba pingsan saat penelitian

berlangsung.

2) Responden yang mempunyai penyakit komplikasi

seperti: Stroke.
D. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik berbeda terhadap sesuatu dan

konsep dari berbagai level abstrak sebagai suatu wadah untuk

pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2017).

Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi

atau nilainya menetukan variabel lain. Suatu stimulus yang

dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada

variabel dependen (Nursalam, 2017). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah tingkat stress.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

dan ditentukan oleh variabel lain. Variabel akan muncul sebagai

akibat dari variabel – variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah hipertensi.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut (Suyanto, 2011) variabel

penelitian dimaksudkan agar variabel tersebut mudah dipahami,

diukur atau diamati, sebelum dilakukan analisis.

Definisi perasional terdiri dari :

1. Tingkat Stres

a. Tingkat stres adalah reaksi fisik dan psikis seseorang

terhadap situasi yang dihadapinya.


b. Kriteria objektif

1) Normal : 0- 14

2) Ringan : 15- 29

3) Sedang : 30-44

4) Berat : ≥ 45

c. Alat ukur : Kuesioner

d. Skala ukur : Ordinal

2. Kejadian Hipertensi adalah suatu peristiwa meningkatnya

tekanan darah diatas normal.

a. Kriteria Objektif

1) Terjadi : Jika tekanan darah responden diatas

normal

2) Tidak Terjadi : Jika tekanan darah responden normal.

b. Alat Ukur : Spygnomanometer (Tensi Meter) dan

Stetoskop. Observasi

c. Skala Ukur : Ordinal.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan

dalam pengumpulan data, yang mengacu pada variabel penelitian

(Suyanto, 2011). Instrumen penelitian untuk variabel hipertensi

yaitu Spygnomanometer (Tensi Meter) dan Stetoskop dengan

lembar Observasi. Variabel tingkat stress yaitu lembar kuesioner

DASS 42 yang diadopsi dan dikembangkan dari Lovibond, S.H &

Lovibond, P.F, yang dikutip dalam penelitian (Nifatantya, 2009)


yang terdiri dari 14 pernyataan. Setiap jawaban dari pernyataan

tersebut diberi nilai 0 = tidak pernah, 1 = kadang-kadang, 2 =

sering, dan 3 = selalu.Hasil uji validitas dan reliabilitas pada

kuesioner pengukuran tingkat stres pada penelitian (Nifatantya,

2009) menghasilkan Cronbach’s Alpha 0,933 dan terdapat 14

pernyataan kuesioner yang dinyatakan valid.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat ukur atau alat

pengambilan data sebagai sumber informasi yang dicari (Susila

and Suyanto, 2014).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari pihak subjek

penelitiannya. Data sekunder biasanya berupa data

dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Susila and

Suyanto, 2014).
H. Alur Penelitian
Proposal Penelitian :

Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada


penderita hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Ponre
Kecamatan GantarangTahun 2019

Hipotesis Penelitian :

Ada Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada


penderita hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Ponre
Kecamatan GantarangTahun 2019

Populasi : populasi dalam penelitian ini adalah penderita


hipertensi sebanyak 105 orang

Sampel : besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 48


orang dengan 2 kelompok mengunakan Consecutive
sampling

Instrumen Penelitian : Kuesioner dan Observasi

Tempat : Diwilayah Kerja Puskesmas Ponre Kec.


Gantarang

Variabel Independen : Variabel Dependen :


Tingkat Stres Hipertensi

Analisis Data : Univariat dan


Bivariat

Gambar 1. Alur Penelitian


I. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut (Hidayat, 2017) dalam proses pengolahan data

terdapat langkah-langkah yang dapat ditempuh, diantaranya :

a. Editing

Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik

(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

Daftar kode dapat memudahkan melihat kembali lokasi dan

dan arti sebuah kode dari suatu variabel.

c. Entry Data

Data entry adalah memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi atau bisa juga

membuat tabel kontingensi.

d. Teknik Analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terdapat data

dengan penelitian akan menggunakakan teknik statistik

terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak

dianalisis.
2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dan

cara mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam

penelitian yaitu melihat distribusi frekuensinya (Sumantri,

2011).

b. Analisis Bivariat

Analisis data ditunjukkan untuk menjawab tujuan

penelitian dan menguji hipotesis penelitian.Data yang

diperoleh melalui lembar observasi dan dianalisa dengan Uji

Chi-Square dengan bantuan program SPSS (Sumantri,

2011).

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat

rekomendasi dari institusi dalam hal ini Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Panrita Husada Bulukumba dengan

mengajukan permohonan izin kepada instansi atau lembaga tempat

penelitian. Setelah mendapat persetujuan, maka kegiatan penelitian

dimulai dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Respect For Person

Artinya menghargai harkat martabat manusia. Peneliti

mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi terbuka yang berkaitan dengan jalannya penelitian

serta memberikan kebebasan menentukan pilihan dan bebas


dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian

(Susila and Suyanto, 2014).

2. Benefiscience

Artinya berbuat baik. Peneliti melaksanakan penelitian

sesuai dengan prosedur penelitian untuk mendapatkan hasil

yang bermanfaat (Susila and Suyanto, 2014).

3. Justice (Keadilan)

Prinsip keadilan, keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi

prinsip penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, propesional,

dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan,

kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek

penelitian (Susila and Suyanto, 2014).

4. Informad Consent

Pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil

datanya dan diikut sertakan dalam penelitian. Dalam Informad

Consentharus ada penjelasan tentang penelitian yang akan

dilakukan baik mengenai tujuan penelitian, tata cara penelitian,

manfaat yang akan diperoleh, resiko yang mungkin terjadi dan

adanya pilihan bahwa subjek penelitian dapat menarik diri

kapan saja (Hidayat, 2017).


K. Jadwal Penelitian

BULAN
KEGIATAN
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Pengajuan Judul
ACC Judul
Penyusunan Proposal
Bimbingan Proposal
ACC Proposal
Ujian Proposal
Penelitian
Penyusunan Skripsi
ACC Skripsi
Ujian Skripsi
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

Anda mungkin juga menyukai