Assalamu Alaikum,wr.wb
Segala puji bagi Allah tuhan semesta Alam,yang maha pengasih lagi
maha penyayang. Yang telah memberikan kesehatan,kerahmatan dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah kelompok saya yang berjudul
“Dengue Hemoragic Fever”. Tak lupa pula kami panjatkan Shalawat serta Salam
kepada Nabiullah dan para sahabatnya karna beliaulah yang membawa serta
mengajarkan Islam sampai dengan saat ini.
Semoga Makalah kami dapat memberikan banyak manfaat,terutama dalam
penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF) . Masukan dan saran dari semua
pendengar sangat di nantikan, muda-mudahan kedepan akan memperbaiki mutu
dan kualitasnya. Saya ucapkan banyak terima kasih
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang 4
B. RumusanMasalah 4
C. TujuanPenulisan 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Defiisi Dengue Hemoragic Fever 5
B. Etiologi Dengue Hemoragic Fever 5
C. Patofisiologi Dengue Hemoragic Fever 6
D. Gejala klinik Dengue Hemoragic Fever 7
E. diagnosis Dengue Hemoragic Fever 8
F. Terapi Dengue Hemoragic Fever 11
G. Pencegahan Dengue Hemoragic Fever 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
3
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi Dengue Hemoragic Fever (DHF)?
2. Apa etiologi Dengue Hemoragic Fever (DHF)?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF)?
4. Bagaimana gejala klinik Dengue Hemoragic Fever (DHF)?
5. Apa diagnosis Dengue Hemoragic Fever (DHF)?
6. Bagaimana terapi Dengue Hemoragic Fever (DHF)?
7. Bagaimana pencegahan Dengue Hemoragic Fever (DHF)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Dengue Hemoragic Fever (DHF)
2. Mengetahui etiologi Dengue Hemoragic Fever (DHF)
3. Mengetahui patofisiologi penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF)
4. Mengetahui gejala klinik Dengue Hemoragic Fever (DHF)
5. Mengetahui diagnosis Dengue Hemoragic Fever (DHF)
6. Untuk mengetahui terapi Dengue Hemoragic Fever (DHF)
7. Untuk mengetahuai pencegahan Dengue Hemoragic Fever (DHF)
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Etiologi
5
C. Patofisiologi
6
diatasi. Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada
sebagian besar penderita DHF. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam
dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah tromosit secara cepat
meningkat pada masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari
ke 10 sejak permulaan penyakit.
D. Gejala Klinik
Gejala klinis utama pada DHF adalah demam dan menifestasi perdarahan
baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji tourniquet. Untuk
menegakkan diagnosis klinis DHF, WHO (1983)3 menentukan beberapa patokan
gejala klinis dan laboratorium (Soegijanto S, 2006).
1. Demam tinggi mendadak yang berlangsungan selama 2-7 hari
2. Menifestasi perdarahan
a. Uji tourniquet positif
b. Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena.
3. Hepatomegali
4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau
nadi tak teraba , kulit dingin, dan anak gelisah (Soegijanto S, 2006)
7
D. Diagnosis
Ditandai demam akut, trombositopenia, perdarahan ringan-berat,
kebocoran plasma : hemokonsentrasi, efusi pleura, hipoalbuminemia. Diagnosis
DHF (menurut kriteria WHO 1999) Secara Klinis :
1. demam tinggi mendadak selama 2 – 7 hari
2. manifestasi perdarahan minimal tes torniquet + (petekia, epistaksi,
matemesis dll)
3. hepatomegali
4. tanda-tanda syok : nadi kecil & cepat, hipotensi, gelisah, akral dingin,
sianosis sekitar mulut.
Laboratorium :
1. Hemokonsentrasi (Ht fase akut meningkat >20%fase konvalesen)
2. Trombositopenia (< 100.000/uL) Diagnosis DHF/SSD ditegakkan
bila ditemukan minimal 2 gejala klinik + 2 kelainan lab.
Menurut WHO beratnya DHF dikelompokkan :
Derajat (grade) I : demam tanpa gejala khas + tes tourniquet (+)
Derajat (grade) II : derajat I + manifestasi perdarahan spontan
Derajat (grade) III : derajat II + hipotensi (SSD)
Derajat (grade) IV : derajat III + syok (SSD)
Inilah yang biasanya disertakan dalam gejala klinis atau diagnosis sementara di
blanko laboratorium oleh diagnosis dokter yang merawat pasien. Kata yang
muncul : suspek DHF, DHF grade II, atau DSS (dengue shock syndrome).
Pada awal perjalanan penyakit, DHF dapat menyerupai kasus DD dengan
kecenderungan perdarahan yang berupa satu atau lebih manifestasi di bawah ini,
yaitu :
1. Uji bendungan (Tourniquet) positif
2. Perdarahan kulit (Petekie, ekimosis atau purpura)
3. Perdarahan mukosa (perdarahan hidung (epistaksis), perdarahangusi)
4. Muntah darah (hematemesis) atau buang air besar darah (melena).
8
5. Hitung trombosit rendah (trombositopenia = hitung trombosit
<100.000/mm3)
6. Pemekatan darah (hemokonsentrasi) sebagai akibat dari peningkatan
9
4). Trombosit terjadi penurunan hitung trombosit dari nilai normal.
Umumnya pada masa akut jumlah trombosit 100.000 /mm3 darah
untuk patokan rawat inap dan rawat jalan 150.000 /mm3. Padaa saat
awal infeksi, trombosit dlm jumlah normal, kemudian menurun
drastis, hingga saat fase demam, fase syok mencapai puncak terendah
(bisa mencapai 20.000), setelah itu perlahan naik kembali pada fase
konvalescen, setelah itu 7-10 setelah onset sakit maka akan kembali
normal.
5). Memeriksa adanya Limfosit Plasma Biru (LPB) pada hapusan darah.
Secara Hematologis di darah tepi dengan pengecatan Wright, giemsa,
May Grunwald, Romanowsky dan lainnya ditemukan Limposit Plasma
Biru (LPB). LPB berbentuk bulat atau amoeboid, sitoplasma biru tua
sampai gelap dengan vakuolasasi halus, inti berbentuk bulat, oval, atau
seperti ginjal, kromatin renggang, kadang ada nucleoli, eksentrik, ditepi
nucleus ada perinuklear jernih, ditemukan dalam berbagai tingkat
mitosis. LPB 4% sensitifitas dan spesifitas 68-83% pada hari keempat.
Sebetulnya perubahan pada limfosit tersebut sudah diamati lama. Stitt
(1970) mengamati pada awal penyakit dengue proporsi limfosit
meningkat, lalu diikuti limfosit yang dominan. Setelah itu muncul
mononuklear yang besar dan transitional cell. Karena bentuk LPB
menyerupai plasma sel, dan pada saat itu muncul kenaikan
imunoglobulin dan kenaikan limfosit-B, maka diduga LPB adalah
termasuk populasi limfosit-B. Hasil imunoperoksidase dengan
menggunakan monoklonal antibodi CD4, CD7, CD8, CD22, Ia dan DR
didapatkan LPB tersebut merupakan campuran dari limfosit-T dan
limfosit-B dengan perbandingan 1:1, sedang perbandingan T helper dan
T supressor 2:3. pada kasus-kasus yang berat jumlah T supressor
terdapat kecenderungan lebih meningkat.
10
E. Terapi
1. Terapi umum
Mirip perawatan penderita diare, banyak diminum, cairan cukup.
a. Istrahat :
1. Tirah baring
2. Kompres dingin
b. Diet
1) Makanan lunak
c. Medikamentosa
1) Simptomatis
2) Parasetamol (asetosal dihindari) (Mubin,H. 2013).
2. Terapi komplikasi
a. Syok segera diatasi
b. Minum banyak (lebih baik bila oralit/air kelapa)
c. Diinfus ringer laktat : salin 9(NaCl 0,9%)
d. WHO memberi pilihan: dekstrose 5%+ saline (aa) pada DHF, sedang
pada DSS: Ringer Laktat (RL), dekstrose 5% + saline, dekstrose 5%
+ 0,5 saline (Ds-0,5S), dekstrose 5% + 0,5 RL (D5 + 0,5RL) atau
dekstrose 5% + 1/3 saline
e. Bila ada pendarahan, transfuse darah segar
f. Bila hanya DDS tanpa pendarahan, berikan plasma darah saja
g. Larutan koloid golongan karbohidrat (dekstran atau HES/hexaethy
starch)
h. Albumin (Mubin,H. 2013).
11
F. Pencegahan
Terdapat dua vaksin yang telah disetujui sebagai vaksin untuk mencegah
manusia agar tidak terserang virus dengue. Untuk mencegah infeksi, World
Health Organization (WHO) menyarankan pengendalian populasi nyauk dan
melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Beberapa ada cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DHF
melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah:
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia,
dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada
tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
3. Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan
fenthion).
4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
13
DAFTAR PUSTAKA
14