Anda di halaman 1dari 15

TEGAKKAN KEADILAN MENJADI BIDAN BUDIMAN

(Esai dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila)

Dosen Pembimbing : Sri Wahyu Dini Astari ,M.Pd

Disusun oleh :

Nama : Anggita Dini Febriani

NIM: P1337424618011

Tingkat 1

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN BLORA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan esai ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga esai ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi keadilan
dibidang kesehatan dalam profesi kebidanan.

Harapan saya semoga esai ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Esai ini saya aki masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
masih sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnan esai ini.

Blora, 4 Oktober 2018

Penyusun

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagaimana keadilan dalam pelayanan bidan di Indonesia pada masa sekarang ini?
Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesi, itulah cita-cita dasar para founding father bangsa ini. Negara yang tatanan
masyarakatnya sadar hukum, menjadikan hukum sebagai panglima yang mampu
menjamah seluruh rakyat Indonesia tanpa pandang ras, jabatan dan srata sosialnya.
Dalam negara hukum, kekuasaan negara dibatasi oleh Hak Asasi Manusia sehingga
aparatur negara tidak bisa bertindak sewenang-wenang. Dan keadilan harus senantiasa
ditegakkan termasuk dalam berbagai profesi, salah satunya adalah profesi bidan.
Seorang bidan yang profesional, perlu mengamalkan pancasila dalam kehidupan sehari-
harinya. Pelaksanaan pancasila secara obyektif yaitu sesuai dengan butir-butir pancasila,
salah satunya yang terkandung dalam sila kelima yakni yang berbunyi “Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Salah satu penerapannya adalah seorang bidan harus berlaku adil kepada setiap pasien
dalam memberikan pelayanannya. Untuk itu, Penulis menyusun sebuah Esai dengan
Judul “ Tegakkan Keadilan Menjadi Bidan Budiman.”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud keadilan ?


2. Bagaimanakah yang dimaksud dengan bidan yang budiman ?
3. Bagaimana fenomena keadilan dalam pelayanan bidan di Indonesia ?

1.3 Tujuan

1. Dapat memahami tentang keadilan.


2. Dapat mengetahui definisi bidan dan arti bidan yang budiman.
3. Dapat menjelaskan fenomena keadilan dalam pelayanan bidan di Indonesia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keadilan

A. Pengertian Keadilan

Istilah (iustitia) berasal dari kata “adil” yang berarti: tidak berat sebelah, tidak
memihak, berpihak kepada yang benar, sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Dari beberapa
definisi dapat disimpulkan bahwa pengertian keadilan adalah semua hal yang berkenan
dengan sikap dan tindakan dalam hubungan antarmanusia, keadilan berisi sebuah tuntutan
agar orang memperlakukan sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibannya, perlakukan
tersebut tidak pandang bulu atau pilih kasih; melainkan, semua orang diperlakukan sama
sesuai dengan hak dan kewajibannya.

B. Pengertian Keadilan Menurut Para Ahli

 Aristoteles

Menurut Aristoteles, keadilan merupakan tindakan yang terletak di antara memberikan terlalu
banyak atau pun terlalu sedikit. Dalam hal ini, Aristoteles menyatakan bahwa keadilan
merupakan aktivitas memberikan sesuatu kepada orang lain (kewajiban) setara dengan apa
yang kita dapatkan dari orang lain (hak).

 Thomas Hubbes

Menurut Thomas Hubbes, pengertian keadilan adalah setiap perbuatan yang dikatan adil.
Keadilan hanya tercipta ketika apa yang dikerjakan telah sesuai dengan perjanjian yang telah
dibuat atau pun disepakati sebelumnya.

 Plato

Menurut Plato, keadilan merupakan apa yang ada di luar kemampuan manusia biasa, yang
mana kondisi ini hanya dapat tercapai dengan cara menjalankan hukum dan juga undang –
undang yang dibuat oleh para ahli.

4
 Magnis Suseno

Menurut Magnis Suseno, keadilan dapat diartikan sebagai kondisi atau pun keadaan manusia
yang diperlakukan dengan sama rata / setara, yang sebanding antara hak dan kewajiban nya
masing – masing.

 W.J.S Poerwadarminto

Menurut W.J.S. Poerwadarminto, pengertian keadilan adalah suatu kondisi tidak berat
sebelah atau pun seimbang, yang sepatutnya tidak diputuskan dengan cara yang sewenang –
wenang.

 Notonegoro

Menurut Notonegoro, keadilan adalah suatu kondisi atau pun keadaan yang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.

C. Jenis – jenis Keadilan Menurut Aristoteles

 Keadilan Distibutif

Keadilan distributif merupakan suatu perlakuan kepada seseorang yang disesuaikan dengan
jasa – jasa yang telah dilakukan atau pun diperbuat nya. Dalam keadilan distributif, segala
sesuatunya ditetapkan dengan mempertimbangkan apa – apa yang telah dilakukan seseorang
jauh sebelum orang tersebut diadili.

 Keadilan Komunikatif

Keadilan komunikatif merupakan suatu perlakuan kepada seseorang yang tidak disesuaikan
tanpa melihat apa yang telah dikerjakannya (jasa – jasa yang diperbuat nya). Dalam keadilan
komunikatif, seseorang akan diadili tanpa mempertimbangkan berbagai macam jasa atau pun
kegiatan yang pernah dilakukan sebelumnya.

 Keadilan Perbaikan

Keadilan perbaikan merupakan keadilan yang terjadi dan perlu ditegakkan setelah seseorang
mencemarkan nama baik seseorang. Dalam keadilan perbaikan, orang yang diadili biasanya
harus bisa mengembalikan nama baik orang yang telah tercemar nama baiknya melalui
tindakan permohonan maaf dan juga tindakan publikasi.

6
 Keadilan Konvensional

Keadilan konvensional merupakan keadilan yang berlangsung ketika seseorang mematuhi


peraturan atau pun undang – undang yang berlaku. Jenis keadilan ini merupakan keadilan
yang digunakan dalam setiap perkara hukum pidana dan perdata.

 Keadilan Kodrat Alam

Keadilan kodrat alam merupakan keadilan yang ditegakkan dengan mengikuti peraturan atau
pun hukum alam.

2.2 Bidan

A. Pengertian Bidan

Pengertian Bidan dalam bahasa Inggris berasal dari kata MIDWIFE yang artinya
Pendamping Wanita, sedangkan dalam bahasa Sanksekerta "Wirdhan" yang artinya : Wanita
Bijaksana. Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional
dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia.

Sedangan secara umum,bidan dapat di artikan yakni seorang wanita yang telah
menempuh pendidikan akademik dalam jangka waktu tertentu sampai lulus dan mendapatkan
izin praktek melayani pasien yang berfokus pada wanita dari lahir sampai lanjut usia.
Seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara
serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri
itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang
dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post
partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi
baru lahir dan anak.
6

Adapun pengertian Bidan menurut beberapa ahli diantaranya :

1. Pengertian Bidan menurut ICM (International Confederation of Midwives) yang


dikeluarkan pada Juni 2011: (bahasa Inggris: Midwife) adalah seseorang yang telah
menyelesaikan (lulus) program pendidikan kebidanan yang diakui secara resmi oleh
negaranya serta berdasarkan kompetensi praktik kebidanan dasar yang dikeluarkan ICM dan
kerangka kerja dari standar global ICM untuk pendidikan kebidanan, telah memenuhi
kualifikasi yang dipersyaratkan untuk didaftarkan (register) dan/atau memiliki izin yang sah
(lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan, dan menggunakan gelar/hak sebutan sebagai
"bidan", serta mampu menunjukkan kompetensinya di dalam praktik kebidanan.

2. Pengertian Bidan menurut IBI (Ikatan Bidan Indonesia) (2006) adalah seorang wanita yang
telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian
sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan
praktek, Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan kebidanan di masyarakat, bidan
diberi wewenang oleh pemerintah sesuai dengan wilayah pelayanan yang diberikan.
Wewenang tersebut berdasarkan PerMenkes RI Nomor900/Menkes ISK/VII/2002 tentang
registrasi dan praktek bidan.

3. Pengertian Bidan menurut WHO (World Health Organization) adalah seseorang yang telah
mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan
tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah
(lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

4. Pengertian Bidan menurut undang-undang

KepPres No 23 tahun 1994 Pasal 1 butir 1 tentang pengangkatan bidan sebagai pegawai tidak

tetap berbunyi: "Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti Program Pendidikan Bidan dan

telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku".

KepMenKes No 822/MenKes/SK/IX/1993 pasal 1 butir 1 tentang penyelenggaraan Program

Pendidikan Bidan berbunyi: "Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan lulus Program

Pendidikan Bidan sesuai dengan persyaratan yang berlaku".


7

Lampiran KepMenKes No 871/MenKes/SK/VIII/1994 tentang petunjuk teknis pelaksanaan

pengangkatan bidan sebagai pegawai tidak tetap, pada pendahuluan butir c dan pengertian

organisasi: "Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan lulus Program Pendidikan

Bidan dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku".

PerMenKes No 572/MenKes/Per/VI/1996 pasal 1 ayat 1 tentang registrasi dan praktek bidan

yang berbunyi: "Bidan adalah seseorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan

persyaratan yang berlaku".

KepMenKes RI No.900/MenKes/SK/2000 tentang registrasi dan praktek bidan, pada pasal 1


ayat 1 yang berbunyi: "Bidan adalah seseorang wanita yang telah mengikuti dan lulus
program pendidikan bidan dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku".

B. Definisi Budiman

Secara bahasa budiman dapat diartikan sebagai orang yang pintar,dan bijaksana.
Sedangakan arti bijaksana adalah sikap positif seseorang dimana dia dapat berlaku adil dan
melakukan sesuatu yang tidak cuma-cuma dalam arti memiliki tujuan dan berlandaskan hal
yang jelas. Dengan kata lain orang yang bijak adalah orang yang mampu mengambil
keputusan dengan tepat baik secara langsung maupun tidak langsung tanpa memihak dan
berlaku secara adil serta objektif.Orang yang bijak memiliki prilaku yang sangat berbeda
dibanding dengan orang-orang biasanya, tindakannya yang membuat orang lain melihat
secara berbeda membuat orang-orang bijak dikatakan sangat berkharisma.

Cara pemikirannya sangatlah terlihat dari cara berfikir mereka, bahwa orang-orang
bijak memiliki cara berfikir secara universal atau menggunakan perspektif Tuhan. Universal
adalah keseluruhan dan objektif.Bila kita melihatnya secara universal atau dengan perspektif
Tuhan maka kita akan bisa melihatnya secara keseluruhan, tidak hanya dari kiri, kanan, depan
atau belakang,

8
namun kita akan melihatnya secara utuh, dalam keseluruhan yang nyata, dan kita akan
memperoleh kebenarannya. Karena dengan itulah Tuhan melihat, tidak pernah melihat di satu
sisi atau keadaan yang dialami mahluk-mahluknya secara subjektif, namun secara
menyeluruh, dan hal inilah yang menyebabkan Tuhan kemudian memiliki sifat adil.Inilah
yang membuat banyak orang bijak dapat dikatakan sebagai seseorang yang sangat adil.

C. Bidan yang budiman

Bidan dikatakan budiman apabila seorang bidan tersebut pintar dalam menjalankan
kewenangan dengan sebaik-baiknya. Serta bijak dalam memberikan pelayanan kepada pasien
atau kliennya. Bijaksana yang dimaksud adalah dimana seorang bidan harus mampu
mengambil keputusan serta berlaku secara objektif atau adil. Berlaku objektif atau adil berarti
seorang bidan harus memberikan pelayanan dengan seadil-adilnya tanpa membedakan siapa
pasien itu baik suku, budaya, ras, bahkan agama. Sedangkan objektif, yaitu seorang bidan
harus mampu memberikan keputusan atau tindakan secara objektif yaitu apa adanya
berdasarkan data pemeriksaan atau anamnesa.

2.3 Fenomena Keadilan dalam Pelayanan bidan di Indonesia

Setiap manusia berhak memperoleh keadilan, baik itu dari masyarakat maupun dari
negara. Seperti yang tercantum dalam pancasila, sila ke-5 yang berbunyi : “keadlian bagi
seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini sangat jelas bahwa seluruh rakyat indonesia berhak
mendapat keadilan tanpa terkecuali. Tidak pandang bulu, entah itu pejabat, rakyat kecil,
orang kaya atau miskin. Semua berhak mendapat keadilan yang merata, maka dari itu
keadilan sangat berkaitan dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Hak asasi manusia dianggap
sebagai hak dasar yang sangat penting untuk dilindungi dan dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Agar terwujud dengan baik, maka perlu diberlakukan sanksi bagi siapa saja yang
telah melanggar hak asasi manusia dan di sinilah peran hukum sangat dibutuhkan. Semua
manusia itu memiliki martabat yang sama, juga memiliki hak dan kewajiban yang sama pula.

Namun dalam prakteknya hal ini sudah tidak terjadi lagi di Indonesia. Hukum
Indonesia dinilai belum mampu memberikan keadilan kepada masyarakat yang tertindas.
Justru sebaliknya, hukum menjadi alat bagi pemegang kekuasaan untuk bertindak semena-
mena.

9
Saat ini hukum di Indonesia yang menang adalah yang mempunyai kekuasaan, yang
mempunyai uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan Negara
dilanggar.

Begitu pula dibidang kesehatan, semua manusia memiliki hak dan kewajiban yang
sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan baik itu dari instansi kesehatan maupun
pelayanan yang dilakukan oleh tenaga medis salah satunya adalah seorang bidan. Profesi
bidan adalah profesi yang mulia, dimana bidan memiliki tugad menolong dalam proses
persalinan hingga perawatan pada bayi baru lahir serta mengemban tugas lainnya yang
berhubungan dengan pasien. Semua pasien memiliki hak dan kewajiban yang sama baik itu
yang kaya maupun yang miskin, sudah sepastinya sebagai seorang bidan harus berlaku
seadil-adilnya sebab menolong pasien harus didasarkan perasaan tulus dan bersungguh-
sungguh dalam melakukan tindakan mengingat itu semua berhubungan dengan nyawa
seseorang.

Namun apakah keadilan dalam pelayanan bidan di Indonesia sudah tercapai penuh
seperti yang kita inginkan? Seperti kita tahu bahwa bidan adalah profesi yang sangat berjasa
mengingat pekerjaannya yang tidak mudah dan beresiko tinggi serta profesi yang sering
dikatakan profesi penyelamat. Banyak bidan yang sudah berlaku adil terhadap pasien, namum
tidak menutup kemungkinan bahwa di negara Indonesia ini masih banyak pula bidan atau
bahkan instansi serta tenaga medis lainnya yang mengabaikan keadilan serta tak
menerapkannya dalam melakukan tindakan dan memberikan pelayanan. Seorang bidan
seharusnya mampu menganut isi kandungan dalam dasar negara yakni pancasila, terutama
sila ke-lima mengenai keadilan yaitu adil dalam mengemban tugas profesinya. Misalkan
membantu persalinan serta perawatan bayi tanpa memandang siapa pasien tersebut, apa
sukunya, apa agamanya dll. Tetapi, ketidakadilan yang dilakukan oleh bidan masih sering
kita jumpai di negara kita ini misalkan lebih mengutamakan membantu proses persalinan
pada istri pejabat yang memiliki kekuasaan dibanding membantu proses persalinan seorang
ibu yang miskin yang jelas-jelas harus segera dibantu dan dalam keadaan gawat darurat.

Tak hanya profesi seorang bidan yang dapat menggambarkan bukti masih banyak
ketidakadilan dalam bidang kesehatan di Indonesia ini, ketidakadilan tersebut dapat
dilakukan pula oleh pihak instansi misalkan rumah sakit.

10
Dari sekian banyak pasal-pasal yang mengatur perlindungan, pemajuan, penegakkan,
dan pemenuhan Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945, Menurut saya HAM yang paling
sering dilanggar justru dilakukan oleh instansi yang bersentuhan dengan kesejahteraan
masyarakat, yaitu tentang hak memperoleh pelayanan kesehatan bagi setiap orang tanpa
terkecuali, ialah UUD1945 Pasal 28 H ayat 1 yang berbunyi: “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tingal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Hal ini sungguh ironis, ketika masih
banyak terjadi perlakuan diskriminatif terhadap kaum miskin dalam pelayanan kesehatan.

Pemerintah yang sedang gencar-gencarnya menawarkan Kartu Jaminan Kesehatan


bagi warga tidak mampu, agar bisa memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Rumah
Sakit-Rumah Sakit diharuskan untuk segera melaksanakan kebijakan tersebut. Sebagai
contoh adanya Kartu Jakarta Sehat yang diberlakukan bagi warga Jakarta. Jika ada warga
tidak mampu yang sedang membutuhkan tindakan medis secara darurat, seharusnya pihak
rumah sakit segera menanganinya dengan tidak diskriminatif. Padahal dalam UU Kesehatan
pada pasal 32 ayat (1)disebutkan, dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.Sementara itu, pada pasal 32 ayat (2)
juga disebutkan, dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

Tapi ironis, masih ingatkah kita dengan kasus yang dialami oleh seorang pasien
pemegang KJS yang meninggal dunia karena ditolak oleh sebuah RS berinisial P. Untuk
mendapatkan sebuah ruangan ICU saja pasien harus berjuang keras dan tanpa hasil. Apakah
karena dia seorang pemegang Kartu Jaminan Kesehatan? Tentu saja pihak rumah sakit
menyangkal tuduhan telah menelantarkan pasien hingga meninggal dunia. Masih banyak kita
temui kasus-kasus pelanggaran terjadi di beberapa rumah sakit di Indonesia. Dari hasil
pemantauan yang dilakukan oleh Koalisi Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK) dari bulan
Januari 2012 – Februari 2013 tercatat 15 kasus pasien ditolak oleh rumah sakit, dengan alasan
ketersediaan alat medis, kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan yang tidak memenuhi syarat,
dan alasan yang tidak jelas. Apakah kita terus akan menutup mata dan hati, kiranya masalah
ini harus terus mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang berwenang.

11
Apa jadinya kalau masalah hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara adil
saja belum tercapai sepenuhnya. Bagaimana dengan HAM di bidang yang lain. HAM adalah
mutlak harus ditempatkan di tempat yang paling tinggi bagi semua bangsa dan negara. Karna
di dalam kehidupan di dunia ini menjunjung tinggi martabat manusia adalah hal yang sangat
hakiki. Negara dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab penuh untuk memberikan
perlindungan, pemajuan, penegakkan dan pemenuhannya.

Negara yang bermartabat adalah negara yang berhasil dalam menegakkan HAM
bangsanya. Kita bisa melihat masih banyak negara-negara yang belum menempatkan HAM
di atas segalanya. Baik di bidang kesehatan, pendidikan, tempat tinggal dan sebagainya.
Indonesia salah satu negara yang masih terus berjuang untuk menjamin kesehatan rakyatnya
salah satunya di bidang kesehatan. Agar tercipta kesehatan yang baik sehingga kesejahteraan
sosial akan terpenuhi dan akhirnya akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Masalahnya sekarang bagaimana agar program-program pelayanan kesehatan yang


diproduksi oleh pemerintah pusat maupun daerah dapat terlaksana dengan baik dan sinergis?
Tentu saja dibutuhkan kerjasama yang baik dari berbagai instansi yang terkait, baik dari
pemerintah yang membuat kebijaksanaan, instansi pelayanan kesehatan maupun dari
masyarakat yang perlu diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang prosedur yang harus
dilakukan dengan benar. Selain itu perlindungan hukum juga harus diciptakan untuk
melindungi masyarakat yang mengalami kasus-kasus diskriminatif dalam memperoleh
pelayanan kesehatan.

Pihak penyedia pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Klinik dan PUSKESMAS
bahkan harus ditindak tegas bila melakukan pelanggaran-pelanggaran. Pemerintah yang
dalam hal ini Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial harus melakukan pengawasan
terus menerus dalam menegakkan peraturan yang sudah ada. Pihak perlindungan hukum juga
harus bersikap proaktif dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak takut
untuk melaporkan ke pihak yang berwajib jika mengalami tindakan diskriminatif. Tentu saja
dengan melalui prosedur yang benar. Dengan demikian masyarakat tidak mampu bisa
memperoleh pelayanan kesehatan secara adil dan layak.

Tak hanya instansi kesehatan saja, tindakan tegas juga harus diberikan kepada para
tenaga kesehatan mengingat profesi-profesi tersebut merupakan kompenen terpenting dalam
bidang kesehatan.

12
Dan kesadaran diri serta pemberian pengertian mengenai keadilan perlu diadakan
karena menjadi seorang tenaga medis khususnya bidan harus memiliki rasa tulus ikhlas dari
dalam hatinya.

Menyadari bahwa embel-embel gelar saja tidak cukup jika tidak mengemban tugas
profesi dengan sebaik-baiknya. Tak hanya mrmberikan pelayanan semata-mataemperoleh
uang tetapi harus mampu bertindak adil terhadap semua pasiennya.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keadilan adalah semua hal yang berkenan dengan sikap dan tindakan dalam
hubungan antarmanusia, keadilan berisi sebuah tuntutan agar orang memperlakukan
sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibannya, perlakukan tersebut tidak pandang bulu atau
pilih kasih; melainkan, semua orang diperlakukan sama sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan
diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktek, Dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan dan kebidanan di masyarakat, bidan diberi wewenang oleh pemerintah sesuai
dengan wilayah pelayanan yang diberikan.

Di Indonesia ini banyak bidan yang sudah berlaku adil terhadap pasien, namum tidak
menutup kemungkinan bahwa di negara Indonesia ini masih banyak pula bidan atau bahkan
instansi serta tenaga medis lainnya yang mengabaikan keadilan serta tak menerapkannya
dalam melakukan tindakan dan memberikan pelayanan.

Sebagai seorang bidan yang profesional, perlu mengamalkan pancasila dalam


kehidupan sehari-harinya terutama dalam melakukan pelayanan. Seorang bidan harus berlaku
adil kepada setiap pasien dalam memberikan pelayanannya agar terwujudnya menjadi bidan
yang budiman.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang esai di atas dengan sumber-sumber atau
materi pembahasan yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://pengertianahli.id/2014/01/pengertian-keadilan-apa-itu-keadilan-2.html

https://pengertiandefinisi.com/pengertian-keadilan-dan-jenis

https://duniabidan.com/kehamilan-kandungan/pengertian

https://brainly.co.id/tugas/540420

https://www.google.co.id/amp/s/psychologyspiritual.wordpress.com/2012/09/15/apa-itu-
bijak/amp/

www.kompasiana.com/thesa-sitanggang/54f5e43fa33311a1768b4571/memperoleh-keadilan-
dalam-pelayanan-kesehatan

15

Anda mungkin juga menyukai