Anda di halaman 1dari 3

1.

1 Latar Belakang
Menurut UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, “Pegawai Negeri Sipil yang
selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pembina pejabat kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan”. Pegawai ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menghasilkan
PNS yang berkualitas maka masih berdasarkan UU nomor 5 tentang ASN mengamanatkan
Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terintegrasi
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama satu tahun masa percobaan. Diklat pola
baru menuntut peserta diklat untuk dapat mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS
yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi yang
selanjutnya diakronimkan menjadi ANEKA.
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek,
diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing
dengan Negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan salah satu faktor penting karena secara
langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM disuatu Negara, yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan.
Penulis sebagai ASN tenaga kesehatan yang bekerja sebagai nutrisionis terampil di
Rumah Sakit (RS) Pratama Giri Emas memiliki kewajiban untuk memberikan segala bentuk
pelayanan dan operasional kesehatan dibidang gizi ke pada masyarakat. Menurut
PERMENKES No. 78 tahun 2013 tentang pelayanan gizi rumah sakit, salah satu tugas
petugas gizi adalah memberikan konseling gizi untuk meningkatkan pengetahuan pasien,
keluarga pasien atau pun masyarakat di lingkungan rumah sakit. Pentingnya pemberian
informasi terkait gizi diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat terkait gizi,
pentingnya gizi dalam tubuh, dan pentingnya pola makan sehat untuk dapat meningkatkan
status gizi dan menjauhkan dari segala penyakit. Pelayanan gizi di rumah sakit adalah
pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan
klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh
pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Keadaan pasien yang semakin buruk, sering
terjadi karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi
organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya kekurangan gizi (PGRS, 2013).
RS Pratama Giri Emas merupakan salah satu rumah sakit yang baru beroperasi sejak
awal tahun 2018, Pelayanan kesehatan yang diberikan masih terbatas pada pelayanan rawat
jalan dan gawat darurat, sedangkan pelayanan rawat inap masih dalam proses. Berdasarkan
data yang terdapat pada reka medis pasien kunjungan pasien rawat jalan dipoliklinik umum
dari bulan januari sampai agustus mencapai 417 orang dengan jumlah prevalensi penyakit
Hipertensi yang paling tinggi sebanyak 94 orang dan masuk kedalam 10 besar penyakit yang
terjadi di rumah sakit Pratama Giri Emas. Dari data yang didapatkan dari bulan januari
sampai agustus terjadi peningkatan kunjungan pasien Hipertensi dari yang awalnya dibulan
januari hanya 7 orang penderita hipertensi sampai dengan agustus kunjungan meningkat
menjadi 13 orang. dari sini penulis melihat RS Pratama Giri Emas masih banyak memiliki
ruang untuk peningkatan potensi dan inovasi. Menyikapi hal tersebut, penulis dituntut untuk
mampu melihat dan menilai peluang serta potensi yang terdapat di lingkungan RS Pratama
Giri Emas, sehingga penerapan nilai-nilai ANEKA dapat diterapkan dengan baik ke
depannya.
Penyakit Hipertensi atau penyakit Tekanan Darah Tinggi merupakan salah satu
penyakit degenerative dimana tekanan darah lebih dari normal yaitu diatas 140/90 mmHG.
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita
tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi
komplikasi. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
pada penduduk terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun
(45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Masih tinnginya kasus hipertensi di Indonesia membuat
Kementerian Kesehatan mengimbau agar semua pihak baik pemerintah, swasta maupun
masyarakat agar dapat berpartisipasi dan mendukung upaya pencegahan dan pengendalian
hipertensi.
Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi dapat dilakukan dengan mengendalikan
perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan
buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang aktifitas fisik,
konsumsi alkohol berlebihan dan stres. Selain itu untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap
resiko terjadinya penyakit Hipertensi yang dapat terjadi, maka diperlukan upaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dengan pelayanan konseling gizi dan
dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai