RAHMAWATI
WAHIDIN
ARIS
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Parepare
Abstract
This paper examines the fiqh of worship material taught in the majors for the implementation of Sharia and Sharia
students STAIN Pare Pare. Departing from the issue of the inconsistent portion Islamic students to practice as
given in the course of fiqh of worship then tickle the writers to explore where the actual need to be addressed so
that the material fiqh of worship can be implemented continuously. Once analyzed, it was found that the level of
understanding by both the students can affecting the level of implementation in practice this material. Although
the level of students’ knowledge and understanding of the material is varied but level is directly proportional to its
implementation in everyday life. Therefore, the student’s knowledge of the material is more normative model of
learning material, the fiqh of worship is more oriented towards a philosophical approach. This approach led to the
awareness of students to practice religious jurisprudence consistently andcontinuously.
Keyword: Fiqh of Worship, Implementation
Abstrak
Tulisan ini mengkaji tentang materi fiqh ibadah yang diajarkan pada Jurusan Syariah dan implementasinya bagi
mahasiswa Syariah STAIN Parepare. Berangkat dari persoalan ketidakkonsistenan sebagian mahasiswa Syariah
menjalankan ibadah sebagaimana yang diberikan pada mata kuliah fiqh ibadah kemudian menggelitik penulis
untuk menelusuri dimana sesungguhnya yang perlu dibenahi agar materi fiqh ibadah dapat diimplementasikan
secara kontinyu. Setelah dianalisis, ditemukan bahwa tingkat pemahaman yang baik oleh mahasiswa dapat
mempengaruhi tingkat implementasi dalam mengamalkan materi ini. Meskipun tingkat pengetahuan dan
pemahaman mahasiswa terhadap materi sangat variatif namun tingkat permahaman tersebut berbanding lurus
dengan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena pengetahuan mahasiswa terhadap materi
ini lebih bersifat normatif maka model pembelajaran materi fiqh ibadah lebih diorientasikan pada pendekatan
filosofis. Pendekatan ini bermuara pada kesadaran mahasiswa untuk mengamalkan fiqh ibadah secara konsisten
dan berkesinambungan.
Kata kunci: Fiqh Ibadah, Implementasi
[ 71 ]
Kuriositas, Edisi VIII, Vol. 1, Juni 2015
Oleh karena fiqh ibadah masuk dalam Selain masalah tersebut pada prosesnya,
kategori ibadah mahdah yang penalarannya pembelajaran fiqh seringkali dihadapkan pula
tidak dapat dijangkau oleh akal maka pada minimnya waktu yang tersedia untuk
dalam proses pembelajaran materi tersebut muatan materi yang begitu padat dan penting,
dibutuhkan model pemahaman yang mampu yakni menuntut pemantapan pengetahuan
meningkatkan kesadaran mahasiswa dalam hingga terbentuk watak dan kepribadian.
melaksanakan atau menjalankan apa yang Problem lain juga dapat disebabkan
diperoleh dalam pembelajaran matakuliah oleh latar belakang mahasiswa Syariah
tersebut. Hal ini penting dilakukan karena yang kebanyakan berasal dari lingkungan
berdasarkan survey, kecenderungan mahasiswa pendidikan umum dan dari lingkungan keluarga
dalam mengikuti materi pembelajaran lebih yang kurang memperhatikan pengamalan
banyak didasarkan pada motif-motif tertentu keagamaan khususnya dalam bidang ibadah
yang bersifat administratif dan akademik. mahdah. Berdasarkan data awal, 70-80%
Misalnya mengikuti matakuliah tertentu mahasiswa Syariah berasal dari pendidikan
karena ingin menyelesaikan studi secepatnya umum (Berdasarkan survey awal dan data
dengan nilai atau prestasi yang tinggi, dari pihak Jurusan Syariah tanggal 10 Juni
sehingga begitu selesai materi yang diajarkan 2013). Dan observasi terakhir menunjukkan
tidak ada yang tertinggal bahkan pada tingkat bahwa 80 % mahasiswa baru tahun 2013 yang
implementasi, materi fiqh ibadah bahkan disurvey pada salah satu Program Studi di
terlupakan begitu saja tanpa ada peningkatan Jurusan Syariah mengakui pelaksanaan ibadah
pengamalan setelah mendapatkan teori ini. mahdah seperti shalat lima waktu masih
Hal ini tentu menjadi problematik bolong-bolong. Bahkan ada diantaranya yang
ketika dihadapkan pada tujuan pendidikan tidak menjalankan sama sekali selain shalat
yang menekankan pada taksonomi bloom Jumat (Observasi dilakukan pada saat materi
yang memetakan pada tiga ranah. Dalam fiqh ibadah disampaikan dikelas pada salah
kenyataannya, materi fiqh ibadah tidak satu program studi di Jurusan Syariah tanggal
mencapai sasaran bila hanya menekankan 10 September 2013).
pada aspek kognitif. Artinya, materi fiqh terlalu Selain itu, pengamalan ibadah mahdah
fokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) bagi mahasiswa yang berasal dari pendidikan
dan minim dalam pembentukan sikap keagamaan seperti pesantren maupun madrasah
(afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). terkadang tidak menjadi jaminan pula dalam
Dalam kemampuan implementasi juga lebih meningkatkan pengamalan mereka di bidang
didominasi pencapaian kemampuan kognitif ibadah mahdah (Drms, 2013). Fenomena
dan kurang mengakomodasi kebutuhan afektif ini menambah panjang permasalahan model
dan psikomotorik. Selain itu, kurangnya pembelajaran yang berjalan selama ini. Hal
keikutsertaan pengampu matakuliah lain ini penting dievaluasi dan dikaji ulang karena
dalam memberi motivasi kepada mahasiswa persoalan ibadah banyak terkait dengan
untuk mempraktekkan nilai-nilai fiqih kesadaran religiusitas dan pelaksanaannya
dalam kehidupan sehari-hari dan lemahnya bersifat rutinitas sertamemerlukan latihan-
sumber daya pengajar dalam pengembangan latihan atau pembiasaan sebagaimana yang
pendekatan dan metode yang lebih variatif, ditekankan oleh imam al-Gazali bahwa dalam
minimnya berbagai sarana penelitian dan pengamalan yang dinilai sebagai kebaikan
pengembangan, serta rendahnya peran orang dibutuhkan ar-riyadah (latihan) (Dar Ihya al-
tua peserta didik. Permasalahan ini turut Kutub, tth:205-206).
mempengaruhi tidak tercapainya tujuan Dengan demikian, pengkajian terhadap
pembelajaran materi ini. materi fiqh ibadah dan implementasinya
[ 72 ]
Rahmawati, dkk. – Materi Fiqih Ibadah dan Implementasinya bagi Mahasiswa Jurusan Syariah STAIN Parepare
penting dilakukan selain karena materi ini mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera.
menjadi ciri khas bagi keilmuan syariah, Sedangkan misi jurusan ini adalah sebagai
juga diperlukan untuk membangun model berikut: a) Menyelenggarakan pendidikan dan
pembelajaran yang tujuannya tidak hanya pengajaran serta pengabdian pada masyarakat
sampai pada tingkat kognitif semata, tetapi pada bidang ilmu syariah, b) Mengkaji dan
mampu mengimplementasikannya pada ranah meneliti ilmu Syariah dan hukum mengenai
afektif-psikomotor. masalah sosial kemasyarakatan berdasarkan
metode yang relevan, c) Mencetak alumni
Pembahasan yang profesional di bidang Syariah, Hukum
Profil Jurusan Syariah STAIN dan Ekonomi Islam yang memiliki komitmen
Parepare terhadap nilai-nilai keagamaan dan keadilan
untuk mewujudkan penegakan hukum dalam
Jurusan Syariah merupakan salah satu
masyarakat.
jurusan pada Sekolah Tinggi Agama Islam
Adapun tujuan Jurusan Syariah adalah
Negeri (STAIN) Parepare yang dibuka
sebagai berikut: a) Menghasilkan sarjana
berdasarkan Surat Keputusan Ketua STAIN
hukum Islam yang profesional,b) Tanggap
Nomor: T.II/SK/OT.00/14A/1997 tahun
dan kritis terhadap perkembangan hukum
1997 tanggal 16 Juli 1997, oleh Ketua STAIN
Islam dalam masyarakat. c) Menyiapkan
Parepare yang pertama, yaitu Drs. H. Abd.
tenaga peneliti dalam bidang hukum Islam,
Rahman Idrus, M. Pd. Sejak saat itu, Jurusan
d) Mengembangkan dan menerapkan prinsip-
Syariah menerima mahasiswa baru sebagai
prinsip ajaran Islam terhadap masyarakat
amanah dalam rangka pengembangan suatu
utamanya yang berkaitan dengan kaedah
cabang disiplin ilmu agama yakni “Hukum
hukum Islam (Kurikulum Jurusan Syariah
Islam” (Syamsul Anwar, 2002:147).
2011:18-48).
Sejak berdirinya, jurusan ini telah melewati
beberapa periode dengan dipimpin oleh: a) Pengembangan Jurusan Syariah
Periode I tahun 1998-2002, Dr. H. Abd. Rahim
Sekarang ini, STAIN Parepare senantiasa
Arsyad, MA. sebagai Ketua, dan Drs. H. Munir
secara terus menerus melakukan peningkatan
Kadir sebagai Sekretaris. b) Periode II tahun
pengelolaan, melakukan pembenahan secara
1998-2002, Drs. H. A. Anwar Zaenong, MA.
intens dengan membangun infrastruktur, sarana
sebagai Ketua dan Dra. Hamdanah Said, M. Si.
dan prasarana, perluasan area kampus dengan
sebagai Sekretaris. c) Periode III 2006-2010,
tetap mengutamakan peningkatan kualitas
Drs. Sudirman L, MH. sebagai Ketua, dan
pengelolaan kelembagaan, mahasiswa dan
Drs. M. Hasyim Talibbe sebagai Sekretaris.
lulusannya. Upaya pencapaian kualitas lulusan
d) Periode IV Drs. Sudirman L, MHsebagai
sebagaimana dicanangkan, dilaksanakan
Ketua, dan Budiman, MHI sebagai Sekretaris
dengan proses pembenahan struktur organisasi
(Saat ini Jurusan Syariah STAIN Parepare telah
secara struktural dan non struktural.
berubah nama menjadi Syariah dan Ekonomi
Sementara peningkatan akademik
Islam (SEI) di bawah kepemimpinan baru,
dilakukan dengan pembenahan seluruh
Budiman, MHI sebagai Ketua Jurusan dan Dr.
komponen yang terkait dengan proses
Fikri, MHI sebagai Sekretaris).
pembelajaran, utamanya peningkatan
Visi, Misi dan Tujuan Jurusan sarana-sarana penunjang dan pengelolaan
kurikulum perkuliahan pada masing-masing
Visi Jurusan Syariah adalah terkemuka
jurusan (Hingga saat ini, STAIN Parepare
dan berkualitas dalam mengembangkan ilmu
telah memiliki 2 Jurusan lain, yaitu Jurusan
Syariah, hukum dan ekonomi Islam untuk
Tarbiyah yang membina 3 program studi;
[ 73 ]
Kuriositas, Edisi VIII, Vol. 1, Juni 2015
Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Strata satu (S1) Al-Ahwal al-Syakhsiyyah)
Bahasa Arab (PBA), Pendidkan Bahasa bertujuan melahirkan lulusan yang: (1)
Inggris (PBI). dan Jurusan Komunikasi dan memiliki kompetensi dalam bidang hukum
Dakwah yang membina 2 progran Studi, yaitu: perdata Islam dan hukum konvensional; (2)
Komunikasi dfan penyiaran Is;am (KPI) dan mampu mengaplikasikan budaya ijtihad dalam
Bimbingan dan Konseling Islam (BKI)). upaya pengkajian dan penelitian hukum; (3)
Mengingat sejumlah orientasi memiliki kemampuan memberi solusi, berupa
pengembangan semakin signifikan disikapi, fatwa terhadap masalah-masalah hukum
utamanya terhadap efektifitas dan efisiensi dalam masyarakat. b) Strata Satu (S1) Hukum
manajerial kelembagaan utamanya dalam Ekonomi Islam (Muamalah), bertujuan
pelayananJurusan, program studi, seluruh melahirkan alumni yang : (1) Memiliki
unit kelembagaan, penataan sarana dan kompetensi dalam bidang Hukum Ekonomi
prasarana bagi mahasiswa, dosen, pegawai Islam dan Ekonomi Konvensional; (2) Mampu
senantiasa ditingkatkan. Salah satu bukti yang mengembangkan budaya ijtihad dalam upaya
dapat dilakukan adalah peningkatan kualitas pengkajian dan penelitian Hukum Ekonomi
pelayanan akademik dengan menggunakan Islam dan Ekonomi Konvensional yang
sistem jaringan informasi berbasis teknologi bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat; (3)
dan informasi baik secara internal maupun mampu memberikan solusi terhadap masalah
eksternal kampus sehingga akses informasi Hukum Ekonomi Islam dalam masyarakat.
dapat dilakukan secara on line (Dokumentasi/ Keadaan mahasiswa Jurusan Syariah
Arsip Unit Sub. Bagian Akademik STAIN pada hingga pada tahun 2013 mengalami
Parepare tahun 2013). peningkatan secara kuantitas. Berdasarkan
Secara khusus, pengembangan Jurusan data pada Jurusan Syariah, hingga tahun
Syariah telah diupayakan dengan berusaha ajaran 2012/2013, jumlah mahasiswa Syariah
membuka program studi baru. Pada tahun sebanyak 368 orang dengan perincian;
2008, upaya itu dimulai dengan membuka 2 mahasiswa Program Studi Muamalah
program studi yaitu Hukum Politik Islam dan sebanyak 292 orang dan Program Studi
Akuntansi Syariah. Meskipun kedua program Ahwal al-Syakhsiyyah sebanyak 76 orang.
studi tersebut tidak dapat berlanjut akan tetapi Jumlah ini mengalami peningkatan lebih 30%
program studi yang ada terus mengalami dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
pembenahan dan peningkatan baik secara berjumlah 276 orang. Berikut keadaan dan
kuantitas maupun kualitas. perkembangan mahasiswa Syariah 5 tahun
Jurusan Syariah saat ini membina dua terakhir:
program studi, yaitu : a) Program Studi
[ 74 ]
Rahmawati, dkk. – Materi Fiqih Ibadah dan Implementasinya bagi Mahasiswa Jurusan Syariah STAIN Parepare
[ 75 ]
Kuriositas, Edisi VIII, Vol. 1, Juni 2015
[ 76 ]
Rahmawati, dkk. – Materi Fiqih Ibadah dan Implementasinya bagi Mahasiswa Jurusan Syariah STAIN Parepare
[ 77 ]
Kuriositas, Edisi VIII, Vol. 1, Juni 2015
[ 78 ]
Rahmawati, dkk. – Materi Fiqih Ibadah dan Implementasinya bagi Mahasiswa Jurusan Syariah STAIN Parepare
dan haji ditanggapi oleh responden dengan lebih rendah tingkat pengetahuan mahasiswa
pernyataan persetujuan yang relatif tinggi dibandingkan shalat karna ibadah ini belum
bahwa pengetahuan materi tersebut diperoleh pernah atau tidak biasa dijalankan.3) Faktor
secara teoritis dan normatif. Berikut materi Kontinuitas. Ibadah-ibadah yang secara
ibadah tersebut dan lainnya digambarkan rutin dan terus menerus dijalankan akan
dalam bentuk grafik : memberikan tingkat pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tinggi. 4) Faktor model
pembelajaran yang variatif. Pembelajaran yang
disampaikan secara teoritis dan praktis dan
imbang akan melahirkan pengetahuan yang
baik dan proporsional.
Meskipun pengetahuan mahasiswa
pada Jurusan Syariah tentang materi fiqh
ibadah sangat baik, maka yang menjadi
permasalahan adalah apakah pengetahuan
tersebut berbanding lurus dengan aplikasi
atau implementasinya pada kehidupan
sehari-sehari bagi mahasiswa Syariah STAIN
Parepare? Permasalahan ini akan diuraikan
Grafik 6. Tingkat pengetahuan mahasiswa
pada sub bahasan selanjutnya.
tentang materi tertentu dalam Fiqh Ibadah
Data yang diperoleh melalui angket dalam Implementasi Fiqh Ibadah pada
bentuk tes tulis dan skala likert, mahasiswa Mahasiswa Syariah STAIN Parepare
Jurusan Syariah memiliki pengetahuan dan Ibadah mahdah merupakan ibadah yang
pemahaman yang cukup tinggi tentang fiqh aturan dan pelaksanaannya sudah diatur
ibadah. Pengetahuan tersebut tidak hanya oleh syariat melalui al-Qur’an dan Hadis.
diperoleh setelah menjadi mahasiswa di STAIN Oleh karena aturannya sudah rinci maka
Parepare tetapi jauh sebelumnya ketika masih dibutuhkan pengetahuan yang memadai untuk
duduk di bangku sekolah serta dalam kegiatan- menjalankannya.
kegiatan lainnya. Hanya saja, pengetahuan Pengetahuan mahasiswa yang dimiliki
serta pemahaman terhadap materi tersebut masih bersifat normatif karena materi ini
bertingkat-tingkat atau variatif. Faktor-faktor berorientasi pada pendekatan normatif.
yang menyebabkan variasi tingkat pengetahuan Berdasarkan rujukan dan kurikulum yang
dan pemahaman tersebut dapat diidentifikasi ada mulai pada tingkat SD, SMP/MTs, SMA/
sebagai berikut: 1) Faktor Keterulangan. Materi MA bersifat normatif sehingga pengetahuan
yang disampaikan sudah sering diterima atau yang normatif pada tingkat implementasi
didapatkan. dijalankan secara normatif. Contohnya
Dalam hal ini, fiqh ibadah yang banyak atau ibadah shalat yang dipahami secara normatif
sering didapatkan adalah shalat serta hal-hal merupakan kewajiban yang harus dijalankan.
yang berkaitan dengannya seperti thaharah. Survey menunjukkan bahwa 88.5% mahasiswa
puasa, zakat dan haji atau umrah memiliki memahami dan menyadari bahwa ibadah ini
tingkat pengetahuan yang lebih rendah merupakan kewajiban yang harus dijalankan.
daripada ibadah shalat. 2) Faktor Pembiasaan. Tingkat persetujuan dari pernyataan tersebut
Ibadah yang sering dijalankan menyebabkan diakumulasi jawaban atau pilihan yang dibuat
tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang secara likert dari 100 responden. Berikut
fiqh ibadah tinggi. Ibadah haji dan umrah jauh gambarannya secara grafis:
[ 79 ]
Kuriositas, Edisi VIII, Vol. 1, Juni 2015
[ 81 ]
Kuriositas, Edisi VIII, Vol. 1, Juni 2015
diperoleh dari 100 responden menyatakan Ketentuan ibadah demikian itu termasuk
pembenaran dengan 50% menjawab Benar/ salah satu bidang ajaran Islam di mana akal
Ya dan 38% menjawab Salah/Tidak bahwa manusia tidak perlu campur tangan, melainkan
ibadah seperti shalat, puasa, zakat dll. lebih hak dan kewenangan Tuhan sepenuhnya.
banyak diamalkan bukan dipengaruhi dari Sedangkan kedudukan manusia dalam
pengetahuan yang didapatkan dari materi fiqh hal ini mematuhi serta melaksanakan dan
di Jurusan Syariah tetapi karena dari didikan menjalankan dengan penuh tunduk sebagai
dalam keluarga (Pernyataan ini dibenarkan bukti pengabdian dan terima kasih kepada-
oleh Mrn, Informan dari Prodi Muamalah Nya. Menurut Ahmad Amin, dilakukan sebagai
Semester 09). arti dan pengisian diri dari maksud berserah
diri, patuh dan tunduk guna mendapatkan
kedamaian dan keselamatan. Dan itulah yang
selanjutnya membawa manusia menjadi
hamba yang saleh, sebagaimana dinyatakan
Tuhan: Hamba Allah yang saleh adalah yang
berlaku rendah hati (tidak sombong dan tidak
angkuh).
Jika mereka diejek oleh orang bodoh
mereka selalu berkata selamat dan damai (QS.
25-63). Ketenangan jiwa dan rendah hati,
menyandarkan diri kepada amal saleh dan ibadah
dan tidak kepada nasab keturunan, semuanya
Grafik 12. Pengaruh Pengetahuan dan Didikan itu adalah gejala kedamaian dan keamanan
Keluarga dalam Pengamalan Fiqh Ibadah. sebagai pengamalan dari ibadah (Abuddin
Dengan demikian, adanya korelasi atau Nata,2003:83). Idealisme sebuah pembelajaran
keterkaitan antara pembelajaran materi fiqh harus mengenali dan menyesuaikan karakter
dengan pengamalan mahasiswa tampaknya masing-masing aspek yang terkait.
tidak memberikan korelasi yang signifikan. Aspek pertama, substansi materi fiqh.
Meskipun materi ini dapat memberikan Dengan karakter dan tujuan ajaran Islam
pengaruh terhadap pengamalan ibadah tetapi sebagaimana di atas, pembelajaran fiqh
angka itu hanya sampai tingkat 38%. ibadah pada Jurusan Syariah diarahkan
pada penyadaran melalui pengayaan pada
Model/bentuk Pembelajaran pengetahuan mendalam tentang rahasia,
Fiqh Ibadahdalam Meningkatkan hikmah tasyri’ dan manfaat ibadah. Respon
Pemahaman dan Penyadaran atau tanggapan pembelajaran yang berorientasi
MengamalkanIbadah. pada falsafah seperti ontologi dan nilai-nilai
Karakteristik hukum Islam dalam bidang ajaran Islam juga direspon sangat baik dan
ibadah sangat normatif. Dalam yurisprudensi tinggi.
Islam telah menetapkan bahwa dalam Berdasarkan kuesioneryang disebarkan
urusan ibadah tidak boleh ada kreatifitas pada 100 responden, lebih 90% yang
sebab membentuk suatu ibadah dalam Islam memberikan persetujuan terhadap muatan
dinilai sebagai yang dikutuk Nabi sebagai materi yang berorientasi pada falsafah. Tingkat
kesesatan. Bilangan salat lima waktu dan tatacara persetujuan tersebut dapat diuraikan pada 4
mengerjakannya, ketentuan ibadah haji dan level yaitu, 49 % menyatakan Sangat Setuju
tatacaranya telah ditetapkan oleh Allah dan (SS), 43 % Setuju (S), 5% Tidak Setuju (TS),
Rasul-Nya. dan 3% Sangat Tidak Setuju (STS).
[ 82 ]
Rahmawati, dkk. – Materi Fiqih Ibadah dan Implementasinya bagi Mahasiswa Jurusan Syariah STAIN Parepare
Dengan respon yang tinggi, pendekatan ini melalui konsistensi mahasiswa dalam
falsafah dalam pembelajaran materi fiqh ibadah menjalankan ibadah-ibadah penting dalam
dapat berimplikasi pada pengamalan ibadah agama/Islam. Identifikasi tersebut bertujuan
dari segi kualitas. Data berdasarkan jawaban untuk mengklasifikasi mahasiswa yang
responden mengenai pernyataan bahwa tidak hanya memiliki pengetahuan tetapi
pengetahuan mendalam tentang manfaat dan juga mampu mengamalkannya dalam
hikmah ibadah banyak mempengaruhi kualitas kehidupan sehari-hari. Menurut Ustadz Whd,
ibadah menunjukkan tingkat persetujuan yang pada dasarnya, mahasiswa Syariah sudah
sangat tinggi. Tingkat persetujuan tersebut memiliki pengetahuan materi fiqh ibadah
dapat dilihat pada responden yang menjawab 51 sebelum memasuki STAIN. Akan tetapi
% menyatakan Sangat Setuju (SS), 47 % Setuju sebagian di antara mereka belum konsisten
(S),1% Tidak Setuju (TS), dan 1% Sangat Tidak menjalankannya (Ustadz Whd, 2013).
Setuju (STS). Dengan demikian, pengetahuan Berdasarkan observasi dan wawancara
baru yang diperoleh melalui pendekatan falsafah dengan beberapa mahasiswa, sebagian kecil
tersebut banyak mempengaruhi kualitas ibadah mahasiswa Syariah yang mengaku hanya
mahasiswa dengan 39% memberikan jawaban menjalankan ibadah shalat satu kali dalam
Sangat Setuju (SS), 42% Setuju, 6% Tidak Setuju seminggu, yaitu shalat Jumat. dan banyak
(TS), dan 1% Sangat Tidak Setuju. Berikut dalam juga yang menjalankannya secara putus-
gambar grafik: putus (Drws,2013). Hasil identifikasi tersebut
mahasiswa dikelompokkan berdasarkan tingkat
konsistensi mengamalkan ajaran agama Islam.
• Prioritas
Materi Fiqh ibadah memiliki pembahasan
yang cukup luas. Untuk menuntaskan materi
ini dengan waktu yang terbatas dibutuhkan
strategi yang efektif. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah menentukan materi
fiqh yang penting berdasarkan kebutuhan
Grafik 13.Penekanan Pembelajaran Fiqh mahasiswa dan diajarkan secara teoritis
Ibadah pada Pendekatan Falsafah dan praktis. Tingkat prioritas antara teoritis
Dengan demikian, visi Islam tentang dengan praktis juga diperhatikan. Secara
ibadah adalah merupakan sifat, jiwa dan misi teoritis, materi fiqh ibadah yang diberikan,
ajaran islam itu sendiri yang sejalan dengan sebagian besar sudah didapatkan sebelum
tugas penciptaan manusia, sebagai makhluk menerima materi tersebut di jurusan syariah.
yang hanya diperintahkan agar beribadah Secara praktis, sebagian materi fiqh ibadah
kepadaNya. juga sudah diimplementasikan. Menurut Mrn,
Aspek kedua, proses pembelajaran. materi ibadah sudah sering didapatkan bahkan
Dalam prosesnya, pengampu matakuliah ini dalam pelaksanaanpun sudah lama dijalankan
telah membangun langkah-langkah strategis apalagi sebelum masuk di STAIN, saya sudah
yang berorientasi pada pencapaian tujuan pernah tinggal di Asrama dan ibadah shalat
pembelajaran. Berdasarkan hasil interview yang sudah konsisten dijalankan (Drws, 2013).
telah mengampu mata kuliah ini dalam beberapa Oleh karena itu, salah seorang dosen
semester, dapat diidentifikasi pada 3 tahap/cara: pengampu memprioritaskan materi tertentu
• Klasifikasi yang diberikan secara teoritis dan materi yang
Pada tahap ini, mahasiswa diidentifikasi diberikan secara praktis. Skala prioritas ini
tingkatpengetahuan/pemahaman materi didasarkan pada tingkat kebutuhan mahasiswa
[ 83 ]
Kuriositas, Edisi VIII, Vol. 1, Juni 2015
setelah diidentifikasi tingkat kemampuan dan Oleh karena itu, model pembelajaran
pengetahuan mereka. Menurut Whd, materi fiqh ibadah seharusnya mengacu pada
yang diberikan secara praktis seperti tatacara sisi esoteris, yakni peningkatan akidah,
shalat jenazah dan cara pelaksanaan shalat sebagai elemen penting dalam membangun
jama. Kedua materi diberikan secara praktis kepribadian.
karena materi pertama merupakan bagian Dalam sejarahpun dibuktikan bahwa
dari modal yang harus dipersiapkan ketika unsur pertama yang dibangun Nabi dalam
akan mengikuti KKN, dan materi kedua adalah menyampaikan risalah kenabian adalah
materi penting yang perlu dipahami secara penguatan dalam bidang akidah. Apabila
benar karena memiliki tatacara yang berbeda keimanan seseorang sudah baik maka
dengan ketentuan umum dan dilakukan pada kesadaran untuk menjalankan syariat akan
saat tertentu dan darurat (Whd, 2013). terwujud (Contoh kasus Umar bin Khattab
• Penyadaran berubah secara total baik dari segi kepribadian,
Dalam tulisan Harun Nasution akhlak dan kepatuhan menjalankan syariat
menyebutkan bahwa aspek ibadah merupakan karena keimanan yang dimiliki setelah
latihan spiritual dan ajaran moral. Semua mengaku masuk Islam dan kesetiaannya
ibadat yang ada dalam Islam, salat, puasa, haji kepada Nabi SAW. Perubahan yang sangat
dan zakat, bertujuan membuat roh manusia tajam disebabkan bukan karena banyakanya
supaya senantiasa tidak lupa pada Tuhan, pengetahuan yang dimiliki tentang ajaran
bahkan senantiasa dekat pada-Nya. Keadaan Nabi tetapi kekuatan iman dalam hati Umar
senantiasa dekat pada Tuhan sebagai Zat Yang yang diberikan petunjuk oleh Allah Swt).
Maha Suci dapat mempertajam rasa kesucian Dengan demikian, unsur-unsur yang harus
seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan dapat dicover dalam pembelajaran fiqh ibadah dapat
menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar diilustrasikan sebagai berikut (Ibid., h. 7).
nilai-nilai moral, peraturan dan hukum yang Syariah sebagai saperangkat aturan
berlaku dalam memenuhi keinginannya (Harun yang meliputi seluruh persoalan kehidupan
Nasution,2001:31). Aspek esensi dari ibadah ini kemasayarakatan yang dalam pelaksanaannya
menjadi wilayah studi yang sering diistilahkan mengcover aspek akhlak dan akidah. Di antara
dengan wilayah esoterik, aspek batini dibalik aturan yang dimaksud adalah fiqh ibadah.
forma dan aturan yang bersifat fiqhiyyah. Dalam pembelajaran fiqh ibadah, esensi
Dengan mendasarkan pembelajaran fiqh terdalam yang mesti dibangun adalah aspek
yang mampu memberikan perubahan sikap akidah. Akidah yang kuat akan memberikan
dan perilaku dan kepribadian individu maka perubahan sikap, perilaku.
arah dan tujuan dikehendaki pembelajaran Sikap ketundukan, kepatuhan kepada
materi ini dapat terwujud. Hal ini sesuai Tuhan melalui pengamalan syariat seperti
karakter matakuliah yang diklasifikasikan ibadah shalat, puasa, zakat dan haji
pada kelompok Mata Kuliah Pengembangan merupakan bagian dari bentuk penyadaran
Kepribadian (MPK); kelompok bahan kajian yang mesti diberikan kepada mahasiswa.
dan pelajaran untuk mengembangkan mausia sebagaimana yang tampak pada gambar 13,
Indonesia yang beriman dan bertaqwa cakupan materi fiqh ibadah, pada dasarnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi mengcover aspek akhlak dan akidah karena
pekerti yang luhur, berkepribadian mantap posisinyaberada pada wilayah syariah.
dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung Semakin tinggi kesadaran mengamalkan
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Buku syariat maka semakin tinggi atau kuat akidah
panduan akademik STAIN Parepare tahun, maupun akhlak mahasiswa.
2007:16).
[ 84 ]
Rahmawati, dkk. – Materi Fiqih Ibadah dan Implementasinya bagi Mahasiswa Jurusan Syariah STAIN Parepare
[ 85 ]
Kuriositas, Edisi VIII, Vol. 1, Juni 2015
[ 86 ]